• Tidak ada hasil yang ditemukan

s pgsd penjas 1100448 chapter2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s pgsd penjas 1100448 chapter2"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

9 A. Konsep Pendidikan Jasmani

Istilah pendidikan jasmani sudah tidak asing lagi bagi siswa dan guru di

lingkungan Sekolah, baik di sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun

sekolah menengah atas. Pentingnya memahami konsep pendidikan jasmani akan

memudakan siswa maupun guru dalam memahami nilai-nilai olahraga.

Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari sebuah proses pendidikan.

Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan

bagi anak untuk mempelajari hal- hal penting melalui gerak.Menurut Rosdiani

(2013, hlm. 26) pendidikan jasmani adalah “Proses pendidikan melalui aktivitas

jasmani, permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan”.Pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuannya tidak jauh berbeda dengan tujuan pendidikan pada

umumnya yaitu untuk membantu anak agar tumbuh dan berkembang secara wajar

sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia

seutuhnya. Hanya saja yang membedakannya dengan mata pelajaran lain adalah

alat yang digunakan adalah aktivitas fisik dan manusia yang bergerak secara

sadar. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi

domain kognitif, apektif dan psikomotor.

1. Pengertian Pendidikan Jasmani

Secara tidak langsung pendidikan jasmani memiliki peranan penting dalam

rangka meningkatkan taraf hidup sehat siswa.Siedentop (Husdarta, 2010, hlm. 142) menyatakan bahwa „Education trough and physical activities’. Yang artinya bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari keseluruhan proses

pendidikan. Secara singkatnya pendidikan jasmani merupakan salah satu media

untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan secara keseluruhan.Pada

kenyataannya, pendidikan jasmani diharapkan dapat berkontribusi secara positif

terhadap peningkatan kualitas hidup siswa.Permainan dan olahraga, aktivitas

(2)

pendidikan kesehatan serta aktivitas-aktivitas fisik lainnya merupakan

materi-materi yang terkandung dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang memiliki

nilai-nilai positif bagi kelangsungan hidup siswa.

Rosdiani (2013, hlm. 109) mengemukakan pendidikan jasmani adalah “Pendidikan dari, tentang dan melalui aktivitas jasmani”. Menurut Wiliams (Rosdiani, 2013, hlm. 109) pendidikan jasmani adalah “Sejumlah aktivitas

manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang

diinginkan”. Pendapat lain juga mengatakan hal yang sama, seperti Barrow

(Rosdiani, 2013, hlm. 110) yang menyatakan bahwa.

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan senam, dan latihan (exercise). Hasil yang ingin dicapai… individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani

merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas-aktivitas fisik yang

bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup siswa khususnya dalam

meningkatkan kualitas gerak.

2. Landasan Ilmiah Pendidikan Jasmani

Secara ilmiah,pendidikan jasmani dalam pelaksanaannya mendapat dukungan

dari berbagai disiplin ilmu.Berikut ini berbagai landasan ilmiah pendidikan

jasmani.

a. Landasan biologis bagi pendidikan jasmani.

“Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, disamping berorientasi pada disiplin mental dan sosial” (Rosdiani, 2013, hlm. 28).Oleh

karena itu guru pendidikan jasmani harus memiliki pemahaman tentang fungsi

fisik dari tubuh agar dapat memanfaatkannya dalam kegiatan pendidikan jasmani.

b. Landasan psikologis pendidikan jasmani.

“Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak dengan anak” (Rosdiani, 2013, hlm. 30).Dalam interaksi tersebut, guru maupun

siswa harus saling menghargai kelebihan dan kekurangannya.Hal ini tidak hanya

(3)

kepribadian, karakter, pola pikir serta tak kalah pentingnya dalam hal pengetahuan

dan kepercayaan.Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka

pembelajaran pendidikan jasmani yang baik tidak cukup hanya dengan

memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata, melainkan juga dengan upaya

pemberian kesempatan pada mereka untuk melihat situasi dan memberikan

kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri.

c. Landasan sosiologis dalam pendidikan jasmani

“Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi” (Rosdiani, 2013, hlm. 32). Perkembangan sosial jelas penting dalam

aktivitas pendidikan jasmani karena pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk

menuntaskan tujuan-tujuan tersebut.

3. Makna Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum

pendidikan.Tujuan belajar ialah menghasilkan perubahan perilaku. Proses belajar

dalam pendidikan jasmani juga bertujuan untuk menimbulkan peubahan perilaku.

Secara sederhana pendidikan jasmani itu adalah proses belajar untuk bergerak dan

belajar melalui gerak. Dalam pendidikan jasmani, anak belajar melalui gerak yang

sering dilakukan dan anak juga diberi pemahaman bahwa gerak yang

dilakukannya itu merupakan sebuah pengalaman belajar. Melalui pengalaman itu

akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan rohaninya.Keterampilan gerak

tidak hanya dapat dikuasai melalui proses belajar, tetapi juga dapat dikuasai

melalui pengalaman. Suatu cabang olahraga pun dapat dikuasai, bila dipelajari

dengan sebaik-baiknya.Prosesnya mencakup kegiatan latihan atau pelaksanaan

tugas-tugas secara berulang-ulang.

4. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa

dalam berolahraga. Tujuan lain dari pendidikan jasmani adalah meningkatkan

taraf kesehatan anak yang baik dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang

mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan

(4)

Pendidikan jasmani menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang

selanjutnya disebut dengan KTSP (BNSP, 2006, hlm. 62), bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih

baik.

c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar.

d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.

e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis.

f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memilki sikap yang positif.

Menurut Rosdiani (2013, hlm. 34), secara sederhana pendidikan jasmani

memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

a. mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial, b. mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani,

c. memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali,

d. mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan,

e. berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara afektif dalam hubungan antar orang,

f. menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani termasuk permainan olahraga.

Maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani sama halnya dengan tujuan

pendidikan secara umum yaitu harus mencakup aspek dalam domain psikomotorik

(5)

afektif (sikap). Tujuan pendidikan jasmani ini akan menjadi pedoman kerja bagi

guru dalam melakukan pembelajaran di sekolah.

5. Manfaat Pendidikan Jasmani

Beban belajar di Sekolah begitu berat dan menekankan kebebasan anak untuk

bergerak. Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan

waktu dan kesempatan. Lingkungan Sekolah tidak menyediakan wilayah yang

menarik untuk dijelajahi.Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah

tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting.Melalui program yang

direncanakan dengan baik, siswa dilibatkan dalam kegiatan fisik yang dikemas ke

dalam bentuk yang menyenangkan.Melalui pendidikan jasmanilah anak-anak

dapat menemukan sarana yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali

keceriannya sekaligusmerangsang perkembangan yang bersifat

menyeluruh.Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah adalah sebagai

berikut (Rosdiani, 2013, hlm. 37).

a. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak.

b. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya. c. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna. d. Menyalurkan energi yang berlebihan.

e. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional.

Dapat disimpulkan bahwa manfaat pendidikan jasmani adalah

mengembangkan keterampilan dan keterampilan anak, mengembangkan percaya

diri dan kemampuan berfikir anak, meningkatkan kebugaran jasmani anak dan

memberikan kesan menyenangkan untuk anak.

6. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan perilaku individu,

baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan

anak sebagai sebuah kesatuan utuh, yaitu sebagai seseorang yang terpisah kualitas

fisik dan mentalnya.Pada kenyataannya pendidikan jasmani adalah suatu bidang

kajian yang sangat luas.Pusat perhatiannya adalah peningkatan gerak. Lebih

khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan hubungan antara perkembangan

(6)

“Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangkan keutuhan manusia”, (Rosdiani, 2013, hlm. 42).Dalam hal ini artinya bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan bahkan

dengan penekanan yang cukup dalam.

7. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

Ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmanidalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan yang selanjutnya disebut dengan KTSP menurut Mulyasa

(2007, hlm. 49) adalah:

a. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

b. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sportivitas dan kesadaran hidup sehat.

c. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap positif, disiplin, kerjasama, dan hidup sehat.

d. Budaya hidup sehat termasuk kesadaran, sikap, dan perilaku hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat kolektif kemasyarakatan seperti keterbatasan dari perilaku seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk mewabah.

B. Senam

1. Pengertian Senam Secara Umum

Senam merupakan aktivitas jasmani yang efektif dan efisien untuk

mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak.Gerakan-gerakan dalam

senam sangat sesuai untuk mengisi program pendidikan

jasmani.Gerakan-gerakannya mampu merangsang perkembangan komponen kebugaran jasmani,

seperti kekuatan, daya tahan, kelentukan dan kecepatan.Disamping itu senam juga

berpotensi untuk mengembangkan keterampilan gerak dasar sebagai landasan

penting bagi penguasaan keterampilan suatu teknik dasar cabang olahraga.Senam

yang dikenal dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan langsung dari bahasa

Inggris yaitu Gymnastics, atau bahasa Belanda Gymnastiek.Gymnastics sendiri

dalam bahasa aslinya merupakan serapan dari bahasa Yunani Gymnos, yang

berarti telanjang.Menurut Hidayat (dalam Mahendra, 2001, hlm.1) „Kata

(7)

memerlukan keleluasaan gerak, sehingga perlu delakukan dengan telanjang atau setengah telanjang‟.Hal ini bisa terjadi karena pada masa itu teknologi pembuatan pakaian belum berkembang seperti sekarang.Dari kata-kata tersebut, mengandung

arti yang demikian luas namun merujuk pada kegiatan-kegiatan olahraga.Werner

(dalam Mahendra, 2001, hlm. 3) mengatakan bahwa „Senam dapat diartikan

sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai, atau pada alat, yang dirancang untuk

meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelenturan, kelincahan, koordinasi, serta

kontrol tubuh‟.Jadi fokusnya adalah tubuh, bukan alatnya.Bukan pula pola

gerakan-gerakannya.Karena gerakan apapun yang digunakan, tujuan utamanya

adalah untuk peningkatan kualitas fisik serta penguasaan pengontrolannya.

Mengingat begitu luasnya cakupan arti senam serta berbagai karakteristik

geraknya, maka Hidayat (dalam Mahendra, 2001, hlm. 3) memberikan pedoman

untuk memperjelas pengertian senam, diantaranya sebagai berikut.

a. Kalestenik, berasal dari kata Yunani yaitu Kalos yang artinya indah dan Stenos yang artinya kekuatan.

b. Tumbling adalah gerakan yang cepat dan eksplosif dan merupakan gerak yang pada umumnya dirangkaikan pada suatu garis lurus.

c. Akrobatik adalah keterampilan yang pada umumnya menonjolkan fleksibilitas gerak dan balancing (keseimbangan) dengan gerakan yang lambat.

2. Jenis Senam

FIG (Federation Internationale de Gymnastique) yang di Indonesiaka menjadi Federasi Senam Internasional membagi senam menjadi enam kelompok, yaitu (Mahendra, 2001, hlm. 5)

a. Senam artistik(artistic gymnastics)

b. Senam ritmik sportif (sportive rhythmic gymnastics) c. Senam akrobatik (acrobatic gymnastics)

d. Senam aerobik sport (sport aerobic) e. Senam trampolin (trampolinning) f. Senam umum (general gymnastics)

Senam artistik adalah sebagian senam yang menggabungkan aspek tumbling

dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik dari gerakan-gerakan yang

dilakukan pada alat-alat.Senam ritmik sportif adalah senam yang dikembangkan

dari senam irama sehingga dapat dipertandingkan.Senam akrobatik adalah senam

yang mengandung salto dan putaran, sementara pesenamnya harus mendarat di

(8)

latihan yang dilakukan diatas trampolin.Sport Aerobics merupakan pengembangan

dari senam aerobik.Senam umum adalah segala jenis senam, diluar kelima jenis

senam di atas seperti senam aerobik, senam pagi, senam SKJ dan senam lantai.

3. Senam Lantai

Senam adalah aktivitas fisik yang dilakukan, baik secara cabang olahraga

latihan untuk cabang olahraga lainnya.Itulah sebabnya senam disebut sebagai

olahraga dasar.“Secara kebahasaan, senam (gymnastic) berasal dari bahasa

Yunani yang artinya untuk menerangkan bermacam-macam gerak yang dilakukan

oleh atlet-atlet telanjang”.(Restianti, 2010, hlm. 2). Berbeda dengan cabang

olahraga lainnya yang mengukur hasil belajarnya pada objek tertentu misalnya

dalam cabang lempar yang diukur itu adalah seberapa jauhnya, pada senam untuk

mengukur hasil belajarnya harus mengacu pada bentuk gerak yang dikerjakan

dengan kombinasi terpadu dan berhubungan dengan komponen gerak tubuh

seperti kekuatan, kecepatan, keseimbangan, kelenturan, ketepatan dan koordinasi.

Dengan koordinasi yang baik dan sesuai dengan tata urutan gerak yang selaras

maka akan terbentuk rangkaian gerak yang menarik.

Pembelajaran senam diantaranya yaitu senam lantai.Senam merupakan suatu

cabang olahraga yang melibatkan koordinasi gerakan yang membutuhkan

kecepatan, kekuatan dan estetika.Senam sangat penting untuk pembentukan

kelenturan tubuh yang menjadi arti penting bagi kelangsungan hidup

manusia.Senam ada berbagai macam, diantaranya senam lantai, senam hamil,

senam aerobik, senam ritmik, senam pramuka, Senam Kesegaran Jasmani (SKJ)

dan lain-lain.Biasanya di sekolah dasar, pembelajaran senam yang biasa dilakukan

adalah senam lantai dan senam ritmik.

Senam lantai merupakan suatu rangkaian gerak atau olah tubuh yang

membutuhkan kelentukan tubuh dalam melakukan rangkaian-rangkaian

gerakannya.Maka kebebasan bergerak sangatlah luas.Menurut Restianti (2010,

hlm. 10) “Senam lantai (flour exercise) adalah satu bagian dari rumpun senam”.Sebagaimana dengan istilah lantai, maka gerakan-gerakan senam yang dilakukan diatas yang beralaskan matras atau permadani atau sering disebut juga

(9)

berukuran 12 x 12 meter, dan area satu meter untuk menjaga keamanan”.(Restianti, 2010, hlm. 10).Pembagian senam menurut Knirsch (dalam Muhtar, 2010, hlm. 33) „Terbagi atas senam normatif dan senam nonnormatif‟. Senam normatif lebih dikenal dengan nama senam artistik (putri dan putra), ritmik

sportif (khusus putri) dan sports aerobics (putra dan putri), sedangkan senam

nonnormatif lebih dekat kepada pendidikan jasmani secara umum (general

gymnastic).

4. Guling Depan

a. Pengertian Guling Depan

“Roll ke depan (forward roll) berarti menggelundung ke depan. Roll atau menggelundung mengandung pengertian bahwa benda yang bergerak itu

berbentuk bundar atau sebagian dari bundaran”. (Uhamisastra, dkk., 2010, hlm.

108).Maka guling depan adalah berguling ke depan dengan menggunakan bagian

belakang atas badan yang meliputi tengkuk, punggung, pinggang dan panggul

bagian belakang. Latihan guling depan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

guling ke depan dengan sikap awal jongkok dan guling depan dengan sikap awal

berdiri.

b. Gerak Dasar Guling Depan

Uhamisastra, dkk., (2010, hlm. 108) mengemukakan bahwa gerak dasar atau

cara melakukan guling depan yaitu sebagai berikut.

1) Dari sikap permulaan jongkok rendah, kaki rapat, tangan bertumpu kira- kira 40 cm di depan ujung kaki

2) Kaki menolak ke depan, tangan membengkok untuk meletakkan pundak di matras dengan menundukkan kepala.

3) Badan yang berbentuk bundar menggelundung ke depan dengan sikap tungkai lurus, tetapi pada saat panggul kontak dengan lantai lutut segera dilipat ke sikap jongkok serta kedua tangan diajukan ke depan untuk memelihara keseimbangan.

Guling depan dari sikap jongkok dengan memanggunakan tolakan sebagai

awalan, merupakan ketangkasan untuk berjungkir balik dan kemampuan dasar

untuk mengetahui kelentukan tubuh.

Berikut ini langkah-langkah pelaksanaan guling depan.

(10)

2) Sikap awal, berdiri tegak, mengambil sikap jongkok, telapak tangan bertumpu

diatas matras dengan jarak kurang lebih 40 cm dan pandangan lurus ke depan.

3) Pelaksanaan geraknya, tolakan kaki atau tungkai sekuat-kuatnya, tarik dagu ke

dada hingga menempel, tubuh berguling mulai dari kepala bagian belakang,

tengkuk, punggung, pantat dan berakhir dengan mendarat dengan kedua kaki.

Tangan yang bertumpu tidak boleh bengkok dan harus kuat menahan beban

berat badan ketika berguling.

4) Sikap akhir, saat kaki menyentuh, kaki kembali ke sikap jongkok dengan

kedua tangan diajukan atau diluruskan ke depan agar tetap seimbang.

c. Peralatan dan perlengkapan Guling Depan. 1) Alat dan media, yaitu matras atau sejenisnya.

2) Tempat, yaitu lapangan atau ruangan yang cukup luas.

d. Proses penilaian

Cara penilaian berdasarkan kode penilaian sebagai berikut:

1) Proses pelaksanaan (execution).

a) Saat menolak dan melayang, tungkai mendekati lurus.

b) Saat berguling, tubuh harus bulat, kepala ditekuk, dagu rapat ke dada.

Lutut ditekuk dan rapat ke dada, tumit rapat ke pantat

2) Teknik gerak.

a) Saat menolak dan melayang.

(1) Tolakan cukup kuat.

(2) Tolakan cukup tinggi.

(3) Tolakan cukup jauh.

b) Saat berguling.

(1) Bergulingnya tidak miring.

(2) Bergulingnya pada satu garis lurus.

(3) Bergulingnya mulus dari kepala bagian atas, tengkuk, punggung,

pinggang dan pantat.

c) Saat bertumpu atau mendarat.

(1) Saat mendarat,kaki rapat.

(2) Jongkok dan tidak bergeser.

(11)

Berikut ini contoh pedoman penilaian praktik guling depan menurut yang

penulis lihat dalam buku Uhamisastra, dkk., namun penulis mengembangkannya

kembali.

Tabel 2.1

Pedoman Penilaian Praktik Penjas

Materi Pembelajaran : Pembelajaran senam

Kemampuan yang dinilai : Guling depan dari sikap jongkok

Nama siswa :

No Kemampuan Aspek Skor

1 Tolakan dan saat melayang 1. Daya tolak kuat

2. Ketinggian tolakan

2. Kebulatan berguling dan dalam

satu garis lurus

3. Kemulusan bergulig

1

1

1

3 Saat mendarat 1. Saat mendarat, kaki rapat.

2. Jongkok dan tidak bergeser.

Dalam suatu proses pembelajaran, guru bukan hanya satu-satunya sumber

belajar, namun karena posisinya sebagai penyalur informasi, guru harus mampu

menciptakan sumber-sumber belajar lainnya agar tercipta lingkungan belajar yang

kondusif. Sumber-sumber belajar selain guru inilah yang disebut dengan

penghubung antara pesan ajar yang diberikan guru secara terencana yang biasa

dikenal dengan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat dipahami sebagai

segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana

(12)

(2013, hlm. 8).Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.

Menurut Sukiman (2012, hlm. 29)

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.

“Media pembelajaran merupakan segala bentuk perangsang dan alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar secara cepat, tepat, mudah, benar

dan tidak terjadinya verbalisme”.(Rosdiani, 2013, hlm. 71).Dari beberapa

pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah sebuah

sumber baru yang berfungsi untuk mempermudah guru dalam menyampaikan

pesan atau informasi dari materi yang akan diajarkan.

2. Fungsi Media Pembelajaran

Kemp & Dayton (dalam Sukiman, 2012, hlm. 39) menyebutkan bahwa media

pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan

untuk perorangan atau kelompok, yaitu sebagai berikut.

a. Memotivasi minat atau pendapat.

b. Menyajikan informasi.

c. Memberi intruksi.

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebuah

sumber yang berfungsi menyajikan informasi untuk meningkatkan motivasi dalam

sebuah proses pembelajaran.

3. Kegunaan Media Pembelajaran

Sadiman (dalam Sukiman, 2012, hlm. 40) menyampaikan kegunaan-kegunaan

media pembelajaran secara umum sebagai berikut.

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual. b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

c. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.

d. Memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi peserta didik terhadap isi pelajaran.

(13)

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Menurut Hamalik (dalam Sukiman, 2012, hlm. 41), „Pemanfaatan media

dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,

meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh

secar psikologis kepada peserta didik‟.Sudjana & Rifai (dalam Sukiman, 2012,

hlm. 43) mengemukakan bahwa kegunaan atau manfaat media pembelajaran

dalam proses belajar peserta didik, yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian peserta didik sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh peserta didik dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi.

d. Peserta didik dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kegunaan media

pembelajaran adalah untuk mempermudah proses penyampaian informasi dan

memperlancar proses penyampaian tujuan dari pembelajaran serta memotivasi

siswa untuk mengikuti kegiatan selama pembelajaran berlangsung.

D. Bola

1. Pengertian Bola

Menurut Djumadi (2013, hlm 1) “Bola adalah benda yang berbentuk bulat.Benda ini terbuat dari karet, karet tipis, campuran karet dan bahan sejenis

lainnya yang mudah memantul”.Bola merupakan alat yang digunakan dalam

banyak permainan olahraga.Bola dibuat dengan berbagai ukuran, sesuai dengan

tujuan permainannya.

2. Macam-macam Bola

Bola terdiri atas dua macam yaitu bola besar dan bola kecil.Yang termasuk ke

dalam bola besar yaitu bola voli, bola sepak dan bola basket, sedangkan yang

termasuk kedalam bola kecil yaitu bola kasti, bola tenis, bola takraw dan

lain-lain.Bola yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bola yang termasuk ke

(14)

cerah.Bagian luar bola biasanya terbuat dari kulit yang berbahan kulit lunak atau

lentur atau bahan kulit sintetis ataupun bahan kulit yang fleksibel sedangkan

bagian dalamnya terbuat dari karet.Sutrisno (2009, hlm. 5) menyebutkan bahwa “Ukuran keliling bola adalah 165-167cm. berat bola adalah 200-280 gram. Sementara itu, tekanannya 0,30-0,325 kg/cm2 atau 294,3-318,82 mbar”.

E. Program Latihan

Harsono (1988, hlm. 101) mengemukakan bahwa “Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya”. Jadi program latihan adalah sebuah rangkaian kegiatan latihan yang diberikan kepada

siswa atau atlet secara berulang untuk membantu meningkatkan keterampilan dan

prestasi semaksimal mungkin. Dengan berlatih secara berulang-ulang dan secara

teratur maka gerakan-gerakan yang semula sukar dilakukan, lama kelamaan akan

terbiasa dan gerakannya akan menjadi lebih baik. Salah satu latihan yang perlu

dilatih dalam pembelajaran senam lantai guling depan adalah latihan fisik, karena

salah satu komponen fisik yang paling berpengaruh dalam pelaksanaan guling

depan adalah kelentukan.

Peneliti merencanakan program latihan ini selamatiga bulan dengan jumlah

pertemuan selama 14 kali yaitu 12 kali sebagai pemberian perlakuan, satu kali

untuk pengambilan tes awal dan satu kali untuk pengambilan tes akhir. Hal ini

sejalan dengan pendapat Harsono (1988, hlm 106) bahwa “Fleksibilitas misalnya,

secara substansial sudah nampak perkembangannya dalam 2 sampai 3 bulan,…….”. Harsono juga mengemukakan bahwa “……penambahan beban untuk fleksibilitas dapat diberikan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan

penambahan beban untuk kekuatan dan daya tahan. Misalnya untuk fleksibilitas

dalam 2 – 3 hari, ……”(1988, 107).Lamanya waktu program latihan yang

diberikan yaitu selama 50 menit. Hal ini beradasarkan pendapat Harsono (1988, hlm. 117) “Untuk olahraga prestasi: 45 –120 menit”.

(15)

Gambar 2.1

Penambahan Beban Latihan secara Bertahap, Harsono (1988, hlm. 105)

Program latihan yang peneliti rencanakan merupakan program latihan guling

depan dengan menggunakan media bola dalam latihannya, pada pertemuan

pertama sampai keenam melakukan guling depan dengan treatment mengoper

bola kebelakang melewati kedua kaki dan pada pertemuan ketujuh sampai kedua

belas melakukan guling depan dengan treatment menyundul bola menggunakan

kepala kebelakang sebelum berguling. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kelentukan tubuh siswa, dimana kelentukan merupakan komponen utama

penunjang gerak dasar guling depan.

F. Penelitian yang Relevan

Sebelum penelitian ini dilakukan, beberapa peneliti sebelumnya juga pernah

membahas tentang gerak dasar guling depan namun dengan media yang berbeda

dan kelemahan serta kelebihan yang berbeda. Terdapat dua buah temuan dari

penelitian yang pernah dilakukan oleh:

1. Angga Permana Kautsar pada tahun 2013 dengan judul “Meningkatkan Gerak

Dasar Guling Depan Dengan Menggunakan Media Bantu Sederhana Di Kelas

IV SDN Karapyak I Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”.

Penelitian tersebut menunjukan bahwa pada siklus I menghasilkan 37%, siklus

II meningkat 63% dan pada siklus III 85,18% yang mencapai batas ketuntasan

belajar. Kekurangan dalam penelitian ini yaitu siswa hanya dilatih gerak dasar

guling depannya selama tiga siklus atau selama tiga kali pertemuan dan

(16)

harus beradaptasi dengan media yang diberikan. Sehingga proses

penyampaian tujuan akan membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kelebihannya yaitu penggunaan media yang diberikan dapat meningkatkan

gerak dasar guling depan, tetapi tidak diketahui peningkatannya bersifat

signifikan atau tidak.

2. Juariah dengan judul “Pengaruh Media Kardus untuk Meningkatkan Gerak

Dasar Guling Depan, PTK Pada Kelas IV SDN Panyingkiran III Kecamatan

Sumedang Utara Kabupaten Sumedang”. Penelitian tersebut menunjukan

bahwa pada dari setiap siklus terjadi peningkatan hasil belajar. Berdasarka

data pada siklus III ternyata siswa yang tuntas dalam pembelajaran gerak dasar

guling depan mencapai 90%.Kelebihan dari penelitian ini yaitu penggunaan

media yang diberikan dapat meningkatkan gerak dasar guling depan,namun

kekurangannya adalah tidak diketahuinya peningkatan yang timbul bersifat

signifikan atau tidak.

Dari kedua temuan tersebut, ternyata penggunaan media mampu

meningkatkan kemampuan gerak dasar guling depan pada siswa kelas IV. Namun

tingkat kesignifikansiannya tidak jelas.Oleh karena itu peneliti bermaksud ingin

mengambil penelitian yang serupa mengenai gerak dasar guling depan namun

dengan media pembelajaran yang berbeda yaitu media bola. Peneliti berharap

dengan penggunaan media tersebutgerak dasar guling depan yang dikuasai oleh

siswa kelas IV dapat meningkat, selain itu juga peneliti ingin memotivasi siswa

agar selalu antusias dalam mengikuti pembelajaran khususnya pembelajaran

senam lantai guling depan. Melalui penelitian ini pula tingkat signifikansi

peningkatan gerak dasar guling depan akan terlihat.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu.

1. Hipotesis Penelitian

a. Pembelajaran guling depan dengan menggunakan media bola dapat

meningkatkangerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai

(17)

b. Pembelajaran guling depan tanpa menggunakan media bola dapat

meningkatkangerak dasar guling depan dalam pembelajaran senam lantai

pada siswa kelas IV SDN Linggasari secara signifikan.

c. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan media bola dan

tanpa menggunakan media bola dalam pembelajaran guling depan.

2. Hipotesis Statistik

a. Ho : B = 0, nol berarti tidak ada peningkatan.

Ho : B 0, tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang dari nol

berarti ada peningkatan.

b. Ho : B = 0, nol berarti tidak ada peningkatan.

Ho : B 0, tidak sama dengan nol berarti lebih besar atau kurang dari nol

berarti ada peningkatan.

c. Ho 1 = 2, terdapat pengaruh yang sama.

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Penambahan Beban Latihan secara Bertahap, Harsono (1988, hlm. 105)

Referensi

Dokumen terkait

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat

Media adalah segala se- suatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian

wasa’il al-idhah. Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga.. dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa

Sadiman, dkk, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta