BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Komunikasi
Dalam bukunya, Effendy (2007) mengutip perkataan Lasswell bahwa cara
yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjelaskan pertanyaan : “who says what in which channel to whom with what effect” (siapa mengatakan apa, di media yang mana, untuk siapa, dan dengan efek apa). Dari pertanyaan tersebut,
Lasswell membuat paradigma bahwa komunikasi memiliki lima unsur, yaitu
komunikator (pengirim informasi, berperan mengubah pikiran ke lambang atau
encoding), pesan (lambang yang dikirim komunikator ke komunikan), media (alat
yang digunakan untuk memindahkan pesan dari komunikator ke komunikan),
komunikan (penerima informasi, berperan mengurai makna lambang dengan panca
indra atau decoding), efek (perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan
dilakukan oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan).
Effendy (2007) juga mengungkapkan faktor noise yang merupakan gangguan
tidak terencana yang dapat menjadi penghambat proses komunikasi. Dilain sisi,
Berlo (1960) dengan teorinya menambahkan 3 unsur sekunder, yaitu :
1. Umpan balik (feedback) : respon yang diberikan oleh penerima.
2. Efek komunikasi : respon pada diri sendiri yang bisa dirasakan ketika muncul
perubahan, baik itu negatif atau positif setelah menerima pesan.
3. Lingkungan : situasi yang dapat mempengaruhi kelancaran proses
komunikasi. Terdiri dari 4 faktor, antara lain : lingkungan fisik (letak
geografis dan jarak), lingkungan sosial budaya (adat istiadat, bahasa, budaya,
status sosial), lingkungan psikologis (pertimbangan kejiwaan seseorang
ketika menerima pesan), dimensi waktu (musim, pagi, siang, dan malam).
Tiga unsur ini secara bersama – sama akan memberikan kontribusi yang besar
terhadap proses komunikasi sehingga bisa berjalan dengan baik dan berkelanjutan,
termasuk juga komunikasi yang dilakukan oleh petani dan kelompok tani serta pihak
Secara keseluruhan, dapat dibentuk suatu alur sebagai berikut :
Gambar 1. Alur Proses Komunikasi
Alur proses komunikasi seperti ini terjadi pada proses transfer informasi di bidang
pertanian. Petani yang berperan sebagai komunikan, memiliki tugas decoding pesan
yang dibawa sumber informasi untuk kemudian diterapkan di dalam proses usaha
taninya.
1.2 Informasi
Kumoto (1999) menyebutkan ada delapan hal utama yang menjadi kriteria
seseorang untuk mempercayai informasi. Hal itu adalah antara lain ketersediaan
(availability), mudah dipahami (comprehensibility), relevansi, bermanfaat, tepat
waktu, keandalan (reliability), akurat, dan konsisten. Kaitanya dengan sumber
informasi, dapat dikatakan bahwa :
1. Ketersediaan (availability) : sumber informasi mudah diperoleh bagi
penggunanya.
2. Mudah dipahami (comprehensibility) : sumber informasi menyajikan pesan
yang mudah dipahami oleh penggunanya.
3. Relevansi : sumber informasi menyajikan pesan yang sesuai dengan kondisi
yang sedang dihadapi pengguna.
4. Bermanfaat : sumber informasi menyajikan pesan dalam bentuk yang sesuai
sehingga memungkinkan pemanfaatan oleh pengguna.
5. Tepat waktu : sumber informasi ada pada saat yang diutuhkan.
6. Keandalan (reliability) : sumber informasi dapat diandalkan.
7. Akurat : sumber informasi menyajikan pesan yang bersih dari kekeliruan. Ide Komunikator Encoding
Pesan
Media
Lingkungan Noise
Komunikan Decoding Efek
1.3 Media Informasi
Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001), media merupakan segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat. Dijabarkan juga oleh
Djamarah (1994), media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan menurut Anderson
(1976), media informasi lebih terperinci dikelompokan sebagai berikut :
Tabel 1. Daftar Kelompok Media Instruksional
No. Kelompok Media Media Instruksional
1. Audio Pita audio (rol atau kaset), piringan audio, radio (rekaman
siaran)
2. Cetak Buku teks terprogram, buku pegangan/manual, koran, majalah
3. Audio – Cetak Buku latihan dilengkapi kaset, gambar/poster (dilengkapi audio)
4. Visual Diam Film bingkai (slide), film rangkai (berisi pesan verbal)
5. Visual Diam dengan
Audio Film bingkai (slide) suara, film rangkai suara
6. Visual Gerak Film bisu dengan judul (caption)
7. Visual Gerak dengan
Audio Film suara, video/vcd/dvd, iklan di televisi
8. Benda Benda nyata, model tirual (mock up)
9. Manusia Penyuluh
10. Komputer Media berbasis Komputer
Dalam kaitannya dalam dunia pertanian, Ma’mur (2001) mengutip pendapat Roger (1960) berpendapat bahwa informasi baru tentang pertanian yang
dikomunikasikan melalui berbagai macam media, secara umum dapat
diklasifikasikan :
1. Media Massa, terdiri dari media cetak dan elektronik.
2. Media Informal, terdiri dari teman atau tetangga.
3. Media Komersial, terdiri dari agen perusahaan, pedagang, atau akademisi.
4. Media Agen pemerintah, terdiri dari penyuluh, pertemuan, pelatihan yang
1.4 Efektifitas Media Informasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti ada pengaruhnya
(efeknya) atau dapat memberikan hasil, serta berhasil guna. Kedua proses tersebut
mendapati beberapa hambatan yang sering disebut fenomena penolakan terhadap
perubahan. Menurud Sa’ud (2008) ada tiga macam kategori hambatan, antara lain
hambatan psikologis, hambatan praktis (waktu, sumber daya, sistem), hambatan
kekuasaan dan nilai. Untuk memperoleh hasil yang optimal, diperlukan perpaduan
antara efektifitas dan efisisiensi. Dalam kaitanya dengan sumber informasi, reaksi
komunikan terhadap suatu sumber informasi dapat menjadi cara mengukur efektifitas
sumber informasi tersebut.
Dalam mengukur reaksi komunikan, perlu diketahui apakah sumber tersebut
memang digunakan oleh komunikan. Daryanto (2010) berpendapat bahwa unsur
utama dari penggunaan sumber adalah pemilihan dan penggunaan sumber informasi
yang dilakukan secara sengaja. Artinya, suatu sumber informasi harus dikenal oleh
komunikan untuk kemudian dipilih dan digunakan untuk mencari informasi.
1.5 Informasi Dan Sumber Informasi Bagi Petani Padi
Petani padi ialah orang yang memiliki mata pencaharian pokok bercocok
tanam padi. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri, bersama keluarganya,
maupun dengan mengupah orang lain di lahan sendiri atau orang lain dengan cara
menyewa atau sistem bagi hasil (Hilman, 2010). Di wilayah Kota Salatiga, peranan
petani padi tergolong penting. Hal ini dapat dilihat dari data BPS Kota Salatiga tahun
2013 yang menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan komoditas lain, produksi
padi di Kota Salatiga menempati urutan teratas.
Tingginya persaingan komoditi agribisinis di era globalisasi menuntut petani
padi di Kota Salatiga untuk memiliki daya saing. Dalam upaya mencari,
memanfaatkan dan menerapkan informasi agribisnis tanaman padi, petani padi tidak
bisa lepas dari kebutuhan informasi. Informasi tersebut dapat mencangkup banyak
sisi, baik dari sisi budidaya, informasi pasar, informasi harga, hingga informasi
persemaian sangat diperlukan sebab akan menentukan kualitas bibit yang akan di
tanam. Pada tahap pengolahan lahan, petani juga memerlukan informasi seperti
ketersediaan alat – alat pertanian dan teknis cara pengolahanya. Begitu pula pada
tahap penanaman, pemeliharaan, dan penanggulangan hama penyakit tanaman yang
memerlukan informasi tentang teknik-teknik pemilihan bibit, cara penanaman, teknik
pengairan, penyiangan, penyulaman pemupukan dan juga penanggulangan OPT.
Ditahap akhir, informasi penentuan waktu panen, cara panen, dan penentuan harga
panenan juga dibutuhkan agar hasil yang diperoleh dapat dioptimalkan dari segi
kualitas dan kuantitas hasil maupun harga jualnya dapat optimal. Dilain sisi,
informasi berkaitan mengenai ketersediaan saprodi dan juga kebijakan-kebijakan dari
pemerintah juga harus didapat oleh petani agar ada sinergi yang baik antara kinerja
petani dan juga program dari pemerintah.
Dalam rangka mencapai kondisi ‘petani yang up to date’ terhadap informasi,
banyak sumber informasi yang dapat dipilih serta dipercayai oleh petani di Salatiga.
Mulai dari sumber yang sudah disediakan oleh pemerintah, hingga sumber yang
secara umum dapat diakses petani secara mandiri. Dengan mempertimbangkan
kebutuhan informasi petani, serta sumber informasi yang sesuai dengan kondisi