• Tidak ada hasil yang ditemukan

s fis 0809658 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s fis 0809658 chapter3"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan menggambarkan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang terjadi pada saat sekarang (Arikunto, 2010:245). Hal yang digambarkan pada penelitian ini adalah profil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya. Pada penelitian ini tidak ada perlakuan. Penelitian deskriptif melibatkan deskripsi, pencatatan, analisis, dan interpretasi yang terjadi pada saat ini. Data yang dianalisis berasal dari hasil Test Of Logical Thingking

(TOLT) untuk mengukur kemampuan berpikir logis dan pilihan ganda multi tier berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya, kemudian data diinterpretasi sehingga kemampuan berpikir logis serta pemahaman konsep siswa dapat diketahui. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah One-shot Design dengan pola:

Gambar 3.1. One-Shot Design

(2)

B. Penyusunan Instrumen Penelitian

Penelitian ini menyusun alat ukur TOLT modifikasi untuk mengetahui profil kemampuan berpikir logis dan three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep pemantulan cahaya.

1. Desain penyusunan TOLT

(3)

Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan TOLT Modifikasi

2. Desain penyusunan three-tier test

Model penyusunan tes pemahaman konsep berupa two-tier test terlebih dahulu dan mengadaptasi dari model Treaguts. Setelah dibuat, dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan di judgement kepada pakar materi ahli evaluasi serta guru fisika.

Two-tier test diujikan pada lingkup yang terbatas untuk mengetahui analisis butir soal, validitas, dan reliabilitas. Setelah itu two-tier test di tambahkan satu tingkat berupa respon keyakinan siswa dalam menjawab soal

two-tier test. Instrumen pada saat penelitian berupa three-tier test untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Adapun tahapan perancangan three-tier test ditunjukkan pada Gambar 3.3.

1.Studi literatur dan analisis materi pemantulan cahaya

5. Uji coba TOLT

6. Uji validitas, uji reliabilitas dan analisis butir

7. TOLT valid dan reliabel 4.Revisi

(4)

Gambar 3.3. Tahapan Pengembangan Three-Tier Test Pemantulan Cahaya

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah 37 orang siswa SMP kelas VIII di

Tahap 2: Mengumpulkan informasi konsep

Telaah literatur dan materi pemantulan cahaya Tahap 1: Menentukan konten atau isi

materi

Memilih standar kompetensi dan kompetensi dasar

Mengidentifikasikan konsep utama

Tahap 3:

Mengembangkan instrumen diagnosis

two-tier test

Rincian kisi-kisi soal one-tier test

Membuat draf instrumen two-tier test

Konsultasi dengan dosen pembimbing dan judgement ke ahli

Perbaikan instrumen

Uji coba dan analisis two-tier test

Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test

(5)

dipilih dengan teknik purposive sampling. Penentuan subyek ini menggunakan teknik purposive sampling, yakni teknik pengambilan sampel dengan tujuan tertentu. Selain mengetahui profil kemampuan berpikir logis, peneliti juga mempunyai tujuan untuk mengetahui profil pemahaman konsep pemantulan cahaya dengan bentuk soal three-tier test yang telah disusun dan di ujikan ke lapangan. Pemilihan subyek penelitian di SMP tersebut karena siswa kelas VIII sudah mendapatkan materi pemantulan cahaya. Kedua, siswa kelas VIII belum pernah mendapatkan soal TOLT dan three-tier test.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Persiapan

a. Telaah kompetensi mata pelajaran IPA SMP.

b. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian.

c. Mengurus surat izin penelitian dan menghubungi pihak sekolah tempat penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Studi pendahuluan, meliputi wawancara dengan guru dan menganalisis soal-soal fisika.

e. Perumusan masalah penelitian.

(6)

g. Telaah kurikulum IPA SMP dan menetukan materi yang akan dijadikan bahan penelitian.

h. Menyusun instrumen penelitian TOLT modifikasi dan two-tier test. i. Melakukan judgement instrumen TOLT modifikasi dan two-tier test. j. Melakukan uji coba instrumen.

k. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas, sehingga layak dipakai untuk tes. l. Menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test, sehingga menjadi

three-tier test.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penentuan subjek penelitian yang terdiri dari satu kelas. b. Pelaksanaan tes TOLT standar.

c. Pelaksanaan tes TOLT modifikasi. d. Pelaksanaan tes three-tier test. 3. Tahap Penyelesaian

(7)

Gambar 3.4Bagan Prosedur Penelitian Studi

pendahuluan

Rumusan masalah

Studi literatur Solusi permasalahan

Studi kurikulum dan materi pemantulan cahaya

Penyusunan instrumen penelitian

TOLT modifikasi dan two tier test

Konsultasi dengan pembimbing

Judgement instrumen penelitian

Uji coba dan analisis intrumen penelitian

Menambahkan tingkat keyakinan pada two- tier test sehingga menjadi three-tier test Tahap Perencanaan

Melakukan penelitian dengan memberikan soal

TOLT standar TOLT modifikasi Three-tier test

Pengolahan data dan analisis data

Kesimpulan Tahap Pelaksanaan

(8)

E. Teknik Pengumpulan Data

Kemampuan berpikir logis siswa dapat diketahui dari hasil TOLT standar dan modifikasi. Sebelum melakukan tes kemampuan berpikir logis, terlebih dahulu peneliti menyiapkan TOLT standar dan menyusun TOLT modifikasi. TOLT modifikasi isinya berkaitan dengan konsep pemantulan cahaya. Instrumen ini kemudian diujikan pada siswa dan bentuknya berupa tes pilihan ganda dua tingkat serta dibandingkan hasilnya.

Pemahaman konsep dapat diketahui dari hasil three-tier test. Sebelum melakukan tes pemahaman konsep bentuk three-tier test, terlebih dahulu peneliti menyusun two-tier test pemantulan cahaya dan diujikan pada siswa. Setelah diujicobakan dan dianalisis, peneliti menambahkan tingkat keyakinan pada two-tier test, sehingga menjadi three-tier test. Three-tier test yaitu pilihan ganda tiga tingkat.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:

a. Telaah literatur.

b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.

c. Menyusun intrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

d. Melakukan judgement terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.

(9)

Setelah instrumen yang diujikan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan penelitian.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh berupa data kualitatif, yang termasuk data hasil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya.

1. Validitas

Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid (absah = sah) adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak dukur. Agar data yang diperoleh valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria. Ada dua validitas yaitu validitas konstruksi dan validitas isi.

(10)

Validitas isi yaitu dari data hasil uji coba intrumen. Teknik yang digunakannya adalah teknik korelasi product momen yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment dengan angka kasar

(3.1)

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.

Tabel 3.1. Klasifikasi Validitasi Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

1,00 Sempurna

0,800-0,99 Sangat tinggi

0,600-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2010:75) 2. Reliabilitas

(11)

Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti melalui langkah membuat tabel analisis butir soal. Rumus yang digunakan adalah Alpha-Cronbach.

(3.2)

dengan:

r11 : reliabilitas instrumen k : banyaknya butir soal

Si² : jumlah varians skor setiap butir soal St² : varians total

Nilai ini kemudian dibandingkan dengan tabel interpretasi reliabilitas.

Tabel 3.2. Interpretasi Reliabilitas Tes

Koefisien Korelasi Kriteria

0.80 – 1.00 Sangat tinggi

0.60 – 0.79 Tinggi

0.40 – 0.59 Sedang

0.200 – 0.39 Rendah

0.00 – 0.19 Sangat rendah

3. Daya pembeda

(12)

(3.3) dengan

D : daya pembeda

BA : jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar

BB: jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar

JA : banyaknya peserta kelompok atas JB : banyaknya peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Indeks atau koefisien daya pembeda berkisar antara +1,0 sampai -1,0. Daya pembeda +1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan benar butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan salah butir soal itu. Sebaliknya, daya pembeda -1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan salah butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan benar butir soal itu. Klasifikasi daya pembeda.

Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda

Nilai D Kategori

0.00 Tidak mempunyai daya pembeda

1.00 Hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi

(13)

Nilai D Kategori tinggi.

Kunci jawaban tidak ada atau menimbulkan pengertian ganda < 0.20 Jelek (poor)

0.20 – 0.40 Cukup (satisfactory) 0.41 – 0.70 Baik (good)

0.70 > Baik sekali (exellent)

(Arikunto, 2010:218 ) 4. Tingkat kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran (difficulty indeks) adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai 1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah:

P = (3.4) (Arikunto, 2010:208)

Dengan

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.4. Interpretasi Indeks Taraf Kemudahan

Nilai f Kriteria

0.00 – 0.25 Sukar

0.26 – 0.75 Sedang

0.76 – 1.00 Mudah

(14)

5. TOLT untuk mengukur kemampuan berpikir logis

Tes TOLT terdiri dari 10 nomor. Untuk penskoran nomor 1-8 yaitu setiap jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1; selain itu diberi 0. Khusus untuk nomor 9 dan 10 yaitu skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang tidak lengkap (Hapsari, 2009: 51). Hasil skor total TOLT dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria:

a. Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir konkret.

b. Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir transisi.

c. Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. (Valanides, 1997: 174).

6. Tes pemahaman konsep bentuk three-tier test

Pada awalnya, three-tier test pemantulan cahaya terdiri dari 22 soal, setelah di judgement dan direvisi, berdasarkan masukan dari pakar, diperoleh 15 butir soal yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini. Three-tier test

(15)

yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua (two-tier test) dengan pilihan respon berupa yakin atau tidak yakin.

Three-tier test digunakan peneliti untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi pemantulan cahaya. Pemahaman konsep siswa diperoleh dari hasil rata-rata persentase jumlah jawaban siswa yang dapat menjawab soal

three-tier test. Aturan penskoran dalam tes ini (Pesman, 2010: 39-40) yaitu:

a. Skor A. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah pada tingkat satu.

b. Skor B. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi skor 0.

c. Skor C. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0.

d. Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0.

(16)

Tabel 3.5. Kategori Jawaban Hanya Berdasarkan Skor B

Nomor Tingkat satu Tingkat dua Kategori

1. Benar (1) Salah (0) False positif

2. Salah (0) Benar (1) False negatif

Selain itu, kelebihan three-tier test yaitu hasil penskoran three-tier test

dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep (lack of knowledge), miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.6 merupakan kriteria dari hasil skor three-tier test.

Tabel 3.6 Kategori Analisis Tingkat Berdasarkan Skor A, Skor B, dan Skor C

Analisis tingkat

Kategori Tipe jawaban

Tingkat satu

Paham konsep 1.1 jawaban benar Miskonsepsi 1.2 jawaban salah

Tingkat dua

Paham konsep 2.1 jawaban benar+ alasan benar Error 2.2 jawaban salah+alasan benar

2.3.1 jawaban benar+ alasan salah 2.3.2 jawaban salah+alasan salah Tingkat

tiga

Paham konsep 3.1 jawaban benar+ alasan benar+ yakin Tidak paham

konsep (lack of knowledge)

3.2.1 jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin 3.2.2 jawaban salah+alasan benar+tidak yakin 3.2.3 jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin 3.2.4 jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin Error 3.3 jawaban salah+alasan benar+yakin Miskonsepsi 3.4.1 jawaban benar+alasan salah+yakin

3.4.2 jawaban salah+alasan salah+yakin

(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)

(17)

Tabel 3.7. Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Hasil Skor C Kategori Tingkat satu Tingkat dua Tingkat tiga

Paham konsep Benar Benar Yakin

Tidak paham konsep (lack of knowledge)

Miskonsepsi Benar Salah Yakin

Salah Salah Yakin

(Kaltakci & Nilufer, 2007:500)

G. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian 1. Hasil uji coba TOLT modifikasi

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas 0,81 dengan kriteria tinggi dan validitasnya yaitu 0,69 dengan kriteria tinggi.

Tabel. 3.8 Rekapitulasi Analisis Butir Soal TOLT modifikasi Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan

Butir soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan

Nilai Ket Nilai Ket Nilai Ket

0,16 Sangat rendah Digunakan

(18)

2. Hasil uji coba two-tier test

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas VIII pada salah satu SMP di Kab. Bandung Barat, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,67 dengan kriteria sedang. Rekapitulasi hasil uji coba tes pemahaman konsep berupa two-tier test dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel. 3.9 Rekapitulasi Analisis Butir Soal Two-tier test Hasil Uji Coba Secara Keseluruhan

Butir soal

Daya pembeda Tingkat kesukaran Validitas Tindakan

(19)

Untuk nomor soal 3, 4,5, dan 11 tetap dipakai pada penelitian, karena ditinjau dari validitas konstruksi valid, maka tetap dipakai. Validitas two-tier test pemantulan cahaya dari penjudgement seperti ditunjukkan pada Tabel 3.10.

(20)

Keterangan : I, II, dan III yaitu penjudgement. Catatan :

Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan aspek pemahaman konsep, maka diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0.

Jika penjudgement memberikan respon sesuai dengan indikator soal, maka diberi skor 1 dan jika tidak sesuai diberi skor 0.

Dengan n = 37 orang, maka validitas kritisnya yaitu 0,325 (Sugiyono, 2011:455). Jika validitas konstruksi lebih besar daripada validitas kritis maka soal tersebut valid dan dipakai. antara jarak benda terhadap jarak bayangan

15 15.1 d 15.2 3

Gambar

Gambar 3.2. Tahapan Penyusunan TOLT Modifikasi7. TOLT valid dan reliabel
Gambar 3.3. Tahapan Pengembangan Three-Tier Test Pemantulan  Cahaya
Gambar 3.4 Bagan Prosedur Penelitian
Tabel 3.1. Klasifikasi Validitasi Butir Soal Nilai rxy 1,00
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tes pemahaman konsep akan digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa mengenai materi elastisitas. Tes ini akan diberikan dua kali yakni sebagai pretest dan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST.. Universitas Pendidikan Indonesia |

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST.. Universitas Pendidikan Indonesia

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Pada umumnya three tier test digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa namun pada penelitian kali akan mengukur prestasi belajar siswa. Dengan pemberian skor pada soal

KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI Universit as Pendidikan Indonesia | reposit ory.. Setelah diperoleh nilai gain

materi sistem periodik unsur. Pilihan ganda dengan alasan bebas. Pilihan ganda beralasan bebas adalah tahap kedua dari. pengembangan tes three-tier. Distraktor pada

Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes pilihan ganda sebanyak 15 soal untuk kemampuan berpikir kritis, lembar kegiatan siswa untuk keterampilan