Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sains termasuk didalamnya fisika pada hakikatnya adalah kumpulan
pengetahuan, cara berpikir dan penyelidikan. Sebagai kumpulan pengetahuan
sains dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan model. Sebagai cara
berpikir merupakan aktivitas kognitif karena adanya rasa ingin tahu untuk
memahami fenomena alam dan sebagai cara penyelidikan merupakan cara
bagaimana informasi ilmiah diperoleh, diuji dan divalidasi. Carin dan Sund (1993)
mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, berlaku umum (universal) yang berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen. Hakikat sains setidaknya mencakup empat unsur yaitu: 1) sikap,
yaitu rasa ingin tahu tentang gejala atau fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru, 2) proses, yaitu
bagaimana sains itu diperoleh melalui metode ilmiah, antara lain: penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan; 3) produk, yaitu prinsip, teori, dan hukum yang
diperoleh; 4) aplikasi: yaitu bagaimanakah sains dapat diterapkan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan dalam kehidupan sehari-
hari.
Dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah, sains dikelompokan
berdasarkan kajian dan karakteristiknya, satu diantaranya adalah ilmu fisika.
Menurut Renner, et al (1987), Fisikamerupakan disiplin ilmu yang berupaya
menjelaskan fenomena alam yang perlu diselidiki untuk perkembangan dan
kesejahteraan kehidupan manusia. Tipler (1998) menyatakan bahwa fisika
merupakan bagian dari sains yang berhubungan dengan materi dan energi,
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
partikel, listrik dan magnet, optik, sifat-sifat molekul, atom dan inti atom, serta
sistem berskala besar seperti gas, zat cair, dan zat padat.
Banyak cara untuk memahami fisika, menurut Sugata (1997) dapat
dilakukan dengan cara mengamati fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa
fisis yang terjadi di alam terbuka atau di ruang laboratorium, merumuskan
fenomena alam tersebut secara kuantitatif dan akhirnya meramalkan hal-hal yang
akan terjadi dan terkait dengan fenomena alam tersebut. Cara memahami fisika
seperti ini sangat efektif karena langsung berinteraksi dengan obyek Fisika itu
sendiri. Namun cara seperti ini tidak selalu dapat dilakukan untuk semua
fenomena alam, karena ada beberapa fenomena alam yang tidak bisa diamati di
ruang laboratorium biasa karena keterbatasan alat eksperimen dan tidak bisa
diamati pula secara langsung di alam terbuka, misalnya fenomena alam yang
terjadi di luar angkasa dan fenomena-fenomena mikroskpis seperti pergerakan
elektron di dalam bahan penghantar. Untuk fenomena seperti ini diperlukan cara
atau pendekatan yang lain untuk mempelajarinya.
National Research Council (NRC) (1996), menjelaskan bahwa
sesungguhnya hal terpenting dalam mempelajari fisikaadalah dapat
mengembangkan kemampuan penalaran dan berpikir ilmiah sebagai alat untuk
memecahkan masalah, sehingga mempelajari fisika beranjak dan berfokus pada
pemahaman pembelajar, penggunaan pengetahuan ilmiah, dan melalui proses
ilmiah (inkuiri). Inkuiri sains dapat berkembang melalui sejumlah kegiatan yang
dikenal sebagai keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan
keterampilan kognitif yang lazim melibatkan keterampilan penalaran dan fisik
seseorang untuk mengkonstruksi suatu gagasan/pengetahuan baru atau untuk
meyakinkan dan menyempurnakan suatu gagasan yang sudah terbentuk. Hal ini
sejalan dengan pendapat Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP:2006) yang
menyebutkan bahwa pembelajaran sains termasuk didalamnya pembelajaran
fisika harus dilakukan secara inkuiri. Kegiatan inkuiri meliputi kegiatan
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hipotesis, merencanakan eksperimen untuk menjawab pertanyaan,
mengklasifikasikan, mengolah, dan menganalisis data, menerapkan ide pada
situasi baru, menggunakan peralatan sederhana serta mengkomunikasikan
informasi dalam berbagai cara, yaitu dengan gambar, lisan, tulisan dan sebagainya
dengan mengedepankan proses membangun konsepsi oleh pebelajar itu sendiri
dengan bimbinganpembelajar.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP tingkat SMA:2006)
dirumuskan bahwa “Pendidikan fisika sebagai bagian dari sains diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan demikian proses pembelajaran sains menekankan
pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
peserta didik memahami alam sekitar secara ilmiah. Dengan demikian
pembelajaran sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Mengacu pendapat tersebut dapat disarikan bahwa fisika sebagai bagian
dari sains dalam pembelajarannya tidak saja diorientasikan pada transfer
pengetahuan tentang konsep dan atau hukum Fisika yang merupakan temuan
saintis saja, tetapi yang lebih penting dari itu adalah pembiasaan perilaku saintis
dalam mencari temuan ilmiah melalui pendekatan ilmiah, dan cara terbaik untuk
belajar menggunakan pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan peubelajar
sebagai saintis (Syam, dkk: 2007). Margono (2000) menyatakan bahwa kegiatan
ilmiah mempunyai ciri diantaranya adalah melakukan penalaran disertai pengujian
secara empirik. Menalar merupakan kegiatan mental dalam mengembangkan
pikiran terhadap suatu fakta atau prinsip. Usaha mengembangkan pikiran tersebut
dapat dalam bentuk menentukan hubungan sebab akibat atau korelasional,
membuat suatu keputusan atau evaluasi berdasarkan landasan pemikiran tertentu,
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
suatu kejadian, dan lain sebagainya. Hasil penalaran itu kemudian diuji secara
empiris, dalam arti dicarikan bukti-bukti empiris yang menunjang hasil penalaran
tersebut. Untuk mendapatkan bukti empirik dari suatu gagasan hasil penalaran
diperlukan kegiatan praktikum.
Woolnough (1983) menyatakan bahwa setidaknya terdapat empat alasan
pentingnya kegiatan praktikum sains. Pertama, praktikum dapat membangkitkan
motivasi belajar sains.Pebelajar yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi,
mahasiswa akan belajar bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui
kegiatan praktikum pebelajar akan memperoleh kesempatan untuk memenuhi
dorongan rasa ingin tahu (motivasi), prinsip ini akan menunjang kegiatan
praktikum dimana pebelajar mengembangkan pengetahuannya melalui
eksplorasinya terhadap objek yang diamati. Kedua, praktikum dapat
mengembangkanketerampilan dasar bereksperimen, seperti mengamati,
mengestimasi, mengukur, dan memanipulasi variabel-variabel penyelidikan.
Melalui kegiatan seperti inipebelajar dapat mengembangkan kemampuannya
dalam hal mengobservasi, mengukur secara benar dan akurat dengan alat ukur
yang sederhana maupun yang lebih canggih, menggunakan dan menangani alat
secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan data eksperimen.
Ketiga, praktikum sebagai wahana belajar menggunakan pendekatan ilmiah,
melalui cara-cara ilmiah pebelajar dapat berinkuiri untuk mengungkap objek yang
diobservasi.Keempat, praktikum dapat menunjang penguasaan materi pelajaran
yang dibahas dalam suatu pembelajaran. Dengan demikian melalui kegiatan
praktikum seperti ini pebelajar akan memperoleh kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengembangkan penalaran dan kemampuan berpikirnya melalui
kegiatan proses sains dalam mengkonstruksi atau menemukan konsep
sebagaimana para ilmuwan terdahulu menemukan konsep, prinsip, hukum, azas
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Carin (1997), dengan melaksanakan kegiatan praktikum,
pebelajar akan memperoleh berbagai keterampilan, antara lain: (1) keterampilan
memanipulasi bahan (manipulating materials), (2) keterampilan melakukan
pengamatan (observing), (3) keterampilan dalam mengelompokan (classifying),
(4) keterampilan melakukan pengukuran (measuring), (5) keterampilan dalam
menggunakan bilangan (using numbers), (6) keterampilan dalam merekam,
mencatat data (recording data), (7) keterampilan dalam menyalin dan mengulang
(replicating), (8) keterampilan dalam mengidentifikasi variabel (identifying
variables), (9) keterampilan dalam menginterpretasi data (interpreting data), (10)
keterampilan dalam membuat perkiraan atau prediksi (predicting), (11)
keterampilan dalam merumuskan hipotesis (formulating hypotheses), (12)
keterampilan dalam menduga, berpendapat, menarik kesimpulan (inferring), (13)
keterampilan dalam menarik generalisasi (generalizing), (14) keterampilan dalam
membuat pemodelan (creating models), dan (15) keterampilan dalam membuat
keputusan (making decisions).
Begitu banyaknya kemampuan yang dapat dibekalkan melalui kegiatan
praktikum maka sudah sangat tepat apabila dalam pembelajaran Fisika aktivitas
praktikum banyak dilibatkan. Melalui pembelajaran yang menggunakan metode
praktikum maka baik produk, proses maupun sikap dapat dibekalkan kepada
peserta didik. Kegiatan praktikum sangat relevan dengan karakter ilmu fisika,
karena sesungguhnya sebagaian besar ilmu fisikadibangun melalui proses bersifat
empiris. Konsep, azas, hukum dan prinsip fisika sebagian besar dibangun
(dikonstruksi) melalui serangkaian kegiatan penyelidikan. Pembelajaran fisika
dengan metode praktikum berarti mengajak peserta didik untuk napak tilas
mengikuti jejak para ilmuwan dalam mengkonstruksi dan membangun keilmuan
fisika.
Saat ini telah banyak pola atau desain praktikum yang dikembangkan
untuk menunjang kegiatan praktikum fisika, beberapa diantaranya adalah desain
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
conceptual laboratory dan lain sebagainya. Adanya berbagai desain ini memberi
keleluasaan kepada para pengajar fisika untuk memilihnya sesuai dengan
kompetensi yang akan dibangun atau dibekalkan dalam pembelajaran fisika yang
dilaksanakan. Misalnya ketika pembelajaran diorientasikan pada peningkatan
pemahaman konsep dan kemampuan problem solving, maka desain praktikum
yang dapat dipilih adalah desainproblem solving laboratory.
Dalam rangka menunjang penguasaan materi ajar fisika dan membekalkan
kemampuan mengembangkan dan melaksanakan praktikum fisika, dalam
beberapa perkuliahan fisika di tingkat Universitas diselenggarakan kegiatan
praktikum fisika, salah satunya adalah praktikum Fisika Dasar. Hal ini dipandang
amat strategis apalagi untuk mahasiswa calon guru fisika yang nantinya akan
bertugas sebagai guru fisika yang tidak akan bisa terhindar dari kegiatan
praktikum. Dalam kurikulum Program Studi Pendidikan fisikadi FKIP salah satu
Universitas Negeri di Sumatera Selatan dinyatakan bahwa tujuan penyelenggaraan
kegiatan praktikum Fisika Dasar antara lain adalah: (a) untuk menanamkan
pemahaman konsep-konsep dasar fisika agar mahasiswa mempunyai kepahaman
konsep yang baik dan ajeg untuk menunjang pemahaman materi ajar pada
perkuliahan Fisika selanjutnya, (b) melatihkan menggunakan metode ilmiah, (c)
melatihkan berbagai keterampilan hands-on minds-on seperti keterampilan proses
sains, ketrampilan generik sains dan keterampilan berpikir kreatif dan kritis
(FKIP Unsri: 2010). Pada pelaksanaannya kegiatan praktikum ini diselenggarakan
di luar jam tatap muka perkuliahan bertempat di laboratorium fisika dasar dengan
alokasi waktu selama 120 menit.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Hasil observasi terhadap proses dan hasil kegiatan praktikum yang
dilakukan pada FKIP di salah satu Universitas Negeri di Sumatera Selatan
mengindikasikan bahwa kegiatan praktikum yang dilaksanakan selama ini belum
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terhadap pencapaian hasil perkuliahan Fisika Dasar sebagaimana tujuan
diselenggarakannya praktikum Fisika Dasar.
Praktikum Fisika Dasar yang dilaksanakan selama ini cenderung
diorientasikan sebagai sarana pembuktian konsep, hukum atau prinsip yang
sebelumnya telah diinformasikan dalam perkuliahan tatap muka di kelas. Desain
yang digunakan adalah praktikum verifikatif (cookbooklab), hal ini tercermin dari
hasil telaah terhadap modul praktikum atau lembar kerja mahasiswa (LKM) yang
disusun dan digunakan selama ini, yang secara rinci memuat langkah-langkah
praktis yang harus diikuti mahasiswa selama pelaksanaan praktikum, mahasiswa
hanya berperan sebagai tukang ukur yang harus patuh mengikuti langkah demi
langkah dan ketentuan demi ketentuan yang tertera dalam panduan praktikum dan
tidak boleh berbeda sama sekali. Praktikum semacam ini tidak banyak
mengembangkan kemampuan berpikir dan hanya sedikit melibatkan intelektual
mahasiswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Wenning (2011) yang menyatakan
bahwa cookbook labs memiliki ciri antara lain:are driven step-by step instructions
requiring minimum intelectual involvement thereby promoting robotic,
rule-conformng behaviors, assume student will learn the nature of the scientific
process by “experience” or implicity, student execute imposed experimental design; tell which variables to hold constant, which to vary, which are
independent, and which dependent.
Praktikum yang bersifat verifikasi ini terkadang justru mendorong
kecurangan mahasiswa untuk memanipulasi data pengukuran, karena
sesungguhnya angka besaran yang akan dibuktikan dan persamaan yang
digunakan untuk pembuktian sudah mereka ketahui, sehingga untuk mencapai
angka yang tepat mereka dapat menyiapkannya bahkan sebelum mereka
memasuki laboratorium. Tentu ini merupakan hal yang tidak diinginkan, karena
dampak negatif yang justru tumbuh.
Organisasi dan tata urut pelaksanaan tema-tema praktikum juga sering
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perkuliahan. Ada beberapa tema atau judul praktikum yang harus dipraktikumkan
terlebih dahulu sebelum materi ajar yang relevan dibahas dalam perkuliahan.
Misalnya ketika pada perkuliahan masih membahas tentang dinamika partikel,
beberapa kelompok praktikum ada yang sudah melaksakan praktikum osilasi
pegas dan bahkan hukum Archimides. Hal ini bisa terjadi karena adanya
keterbatasan jumlah setup alat percobaan. Jelas ini tidak sesuai dengan desain
verifikasi yang mengharuskan materi ajar dibahas lebih dahulu dalam perkuliahan
untuk kemudian diverifikasi, tentu kurang mendukung pada penguasaan materi
ajar Fisika dasar yang sedang dibahas.
Dalam proses praktikum yang selama ini dilakukan dosen dan mahasiswa
sering kali mengalami kesulitan dalam pengukuran peristiwa dinamis seperti
persoalan gerak benda, sulit sekali diperoleh data akurat untuk pengukuran posisi
benda bergerak sebagai fungsi waktu dengan menggunakan alat ukur waktu
seperti stopwatch. Data-data yang dikumpulkan banyak yang merupakan hasil
perkiraan. Data yang terlalu banyak diperkirakan akan berakibat pada
penyimpangan hasil pennyelidikan. Nilai besaran fisika yang diperoleh dari hasil
praktikum akan menyimpang jauh dari nilai yang semestinya yang terdapat pada
literatur, misalnya percepatan gravitasi Bumi di literatur nilainya sekitar 9,8 m/s2,
tetapi dari hasil praktikum hanya diperoleh sebesar 7,2 m/s2. Tentu ini malah akan
membingungkan mahasiswa itu sendiri, percaya yang mana? apakah yang mereka
peroleh dari informasi pada perkuliahan atau yang mereka peroleh dari kegiatan
praktikum?
Hasil studi pengaruh kegiatan perkuliahan dan praktikum dengan model
konvensional melalui pemberian tes pemahaman konsep (PK) dan tes
keterampilan generik sains (KGS) terhadap 20 mahasiswa Program Studi
Pendidikan Fisika FKIP salah satu Universitas Negeri di Sumatera Selatan yang
pernah mengontrak mata kuliah Fisika Dasar menunjukkan bahwa rata-rata
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
rendah. Hal ini diindikasikan oleh perolehan hasil tes pemahaman konsep dan
keterampilan generik sains mahasiswa yang seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1.
Hasil tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains Mahasiswa pada Saat Studi pendahuluan
Tes Pemahaman Konsep Tes Keterampilan Generik Sains
Rentang skor Persentase jumlah
Rendahnya capaian tes kemampuan pemahaman konsep (PK) dan
keterampilan generik sains (KGS) mahasiswa diduga erat hubungannya dengan
pelaksanaan perkuliahan dan praktikum Fisika Dasar yang masih bersifat
konvensional. Berdasarkan hasil penjaringan respon terhadap 25 mahasiswa
terhadap pelaksanaan praktikum Fisika Dasar yang selama ini dilaksanakan,
diperoleh hasil seperti berikut: 80% mahasiswa merasakan bahwa praktikum
Fisika Dasar yang pernah dilakukan tidak menambah kepahaman mereka terhadap
konsep-konsep Fisika Dasar, 68% mahasiswa menyatakan bahwa praktikum
Fisika Dasar yang pernah dilakukan belum banyak memfasilitasi kegiatan berpikir
dan penggunaan intelektual yang tinggi pada mahasiswa, 76% mahasiswa
menyatakan bahwa praktikum yang pernah dilakukan kurang membangkitkan
motivasi mereka untuk melaksanakan kegiatan praktikum dengan
sungguh-sungguh, 92% mahasiswa menyatakan bahwa mereka mengikuti kegiatan
praktikum hanya karena memenuhi kewajiban dari perkuliahan Fisika Dasar yang
mereka kontrak, dan 72% mahasiswa menyatakan bahwa praktikum Fisika Dasar
yang pernah dilakukan tidak terlalu menunjang pada penguasaan materi ajar
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari hasil beberapa temuan yang terkait dengan pelaksanaan praktikum
Fisika Dasar di atas, tampak jelas bahwa pelaksanaan praktikum Fisika Dasar
dengan desain konvensional, tidak banyak menguntungkan mahasiswa dalam
pembekalan kompetensinya, hal ini sesuai dengan pendapat beberapa ahli seperti
Heuvelen (2001) yang menyatakan bahwa model pelaksanaan praktikum
konvensional (cookbook lab) tidak menguntungkan mahasiswa, terutama yang
terkait dengan pembekalan keterampilan sains, hands-on bahkan keterampilan
minds-on. Dermott et al. (2000) menyatakan bahwa kegiatan laboratorium yang
bersifat konvensional tidak banyak membantu dalam mengembangkan
kemampuan berpikir, sedangkan Syam, dkk (2007) menyatakan bahwa praktikum
konvensional (cookbook lab) lebih diarahkan pada pembuktian teori yang telah
diinformasikan kepada mereka sebelumnya, sehingga kurang menumbuhkan
kreativitas mereka dalam bereksperimen.
Berdasarkan paparan di atas, teridentifikasi berbagai persoalan (masalah)
yang dihadapi dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar serta faktor-faktor
penyebabnya. Untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut maka perlu
dilakukan inovasi dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar agar peran dan
fungsinya dalam menyokong proses dan hasil perkuliahan Fisika Dasar dapat
ditingkatkan. Tentu dalam menginovasi kegiatan praktikum Fisika Dasar ini
diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang matang dengan melandaskan diri
pada keperluan dan teori belajar yang mapan dan relevan. Atas dasar masalah
yang dihadapi maka perlu dipertimbangkan beberapa hal, Pertama, perubahan
fokus praktikum yang semula berorientasi pada pembuktian (verifikasi atau
cookbook lab) pengetahuan yang sudah diinformasikan menjadi berorientasi pada
konstruksi konsep oleh mahasiswa. Perlu perubahan dari verifikasi menjadi
inkuiri. Kedua, perlu ada tahapan dalam praktikum yang berorientasi pada proses
memotivasi mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan praktikum dengan
sungguh-sungguh. Untuk itu salah satu caranya adalah dengan mengaitkan konten yang
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kontekstual). Ketiga, perlu ada peningkatan interaksi baik antar sesama
mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan praktikum melalui optimalisasi kerja
kelompok secara kooperatif dan kolaboratif, Keempat, perlu dipertimbangkan
penggunaan alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur secara akurat
variabel-variabel ukur yang terlibat dalam peristiwa dinamis seperti persoalan
gerak benda, yang selama ini sulit dilakukan. Kelima, agar kegiatan praktikum
benar-benar dirasakan menunjang pada penguasaan materi ajar Fisika Dasar, perlu
dipertimbangkan organisasi penyajian tema-tema atau topik-topik yang
dipraktikumkan harus selaras dengan konten atau materi ajar Fisika Dasar yang
sedang dibahas, selain itu dapat pula dipertimbangkan kegian praktikum tersebut
dibawa ke kelas dan dijadikan sebagai metode pembelajaran Fisika Dasar, tidak
terpisah dari kegiatan perkuliahan seperti sekarang.
Kelima hal yang dipertimbangkan tersebut, yaitu inkuiri, kerja kooperatif,
aspek kontekstual, faham konstruktivisme, dan akurasi data merupakan bagian
dari pendekatan CTL(contextual teaching and learning) yang telah kita kenal
selama ini. Pendekatan CTL ini sangat relevan jika diangkat dan dipergunakan
dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar. Kegiatan praktikum fisika bisa diawali
dengan penyajian fenomena fisis yang sering dijumpai dalam keseharian (real
world problem) sebagai sarana penumbuhan motivasi, kemudian dilanjutkan
dengan konstruksi pengetahuan dan keterampilan oleh mahasiswa itu sendiri
melalui kegiatan inquiry laboratory dimana dalam pelaksanaannya dilakukan
secara kelompok kooperatif. Untuk mengatasi persoalan pemerolehan data
pengukuran yang akurat terutama untuk peristiwa dinamik (gerak benda) bisa
digunakan alat bantu video based laboratory (VBL) yang dilengkapi kamera
pencitra gerak dan program software tracker untuk pengolahan dan analisis data
hasil pencitraan gerak benda. Douglas (2008) merekomendasikan untuk
menganalisis jejak gerak benda, misalnya melacak posisi obyek tiap satuan waktu
sehingga dapat ditentukan kecepatan dan percepatannya, energi kinetiknya,
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ganda yaitu untuk merekam dan menganalisis gerak benda secara detil dan akurat.
Keampuhan VBL telah dibuktikan oleh beberapa peneliti, diantaranya Fatkhulloh
(2012) dalam penelitianya tentang “Penentuan koefisien restitusi menggunakan
video based laboratory dan logger 3.84, menyimpulkan bahwa video based
laboratory (VBL) dapat membantu mahasiswa dalam menentukan koefisien
restitusi secara tepat dan dapat membantu mahasiswa dalam menghubungkan
representasi gejala fisis tumbukan yang abstrak dengan dunia nyata.
Dari paparan di atas muncul gagasan untuk melakukan inovasi dalam
kegiatan praktikum Fisika Dasar melalui pengembangan model praktikum Fisika
Dasar yang dalam prosesnya mengadaptasi beberapa komponen pendekatan CTL
seperti tersebut di atas. Program praktikum yang dikembangkan selanjutnya diberi
nama atau istilah Model Praktikum Kontekstual atau disingkat MPK. Untuk
mewujudkan gagasan tersebut maka telah dilakukan pengembangan MPK melalui
serangkaian kegiatan riset. Diantara desain-desain praktikum fisika yang sudah
tersedia, MPK memiliki kekhasan dalam hal tahapan penyajian dan penjelasan
fenomena fisis relevan sebagai sarana pembangkit motivasi mahasiswa dalam
bereksperimen dan melatih kemampuan mengaplikasikan konsep dalam persoalan
dunia nyata, yang selama ini memang kurang mendapat perhatian. Unsur itulah
yang diklaim sebagai unsur kebaruan dari penelitian ini. Untuk melihat potensi
MPK dalam membekalkan pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik
sains (KGS) mahasiswa, maka dalam penelitian ini dilakukan studi pengaruh dari
implementasi MPK dalam praktikum Fisika Dasar terhadap peningkatan
pemahaman konsep dan keterampilan generik sains (KGS) melalui studi
eksperimen.
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan tema penelitian ini antara
lain: penelitian yang dilakukan oleh Dahniar (2006) tentang penggunaan model
pembelajaran berbasis observasi gejala fisis, hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa pembelajaran fisika berbasis observasi gejala fisis dapat dijadikan
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mempermudah memahami konsep Fisika. Penelitian yang dilakukan Kaniawati
(2005) tentang pembelajaran fisika berbasis inkuiri, diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran fisika berbasis inkuiri dapat secara efektif meningkatkan
kemampuan bahasa simbolik dan pemodelan matematika mahasiswa. Penelitian
yang dilakukan oleh Usmedi (2012) tentang pembelajaran FisikaTeknik berbasis
kegiatan laboratorium, diperoleh bahwa pembelajaran Fisika Teknik berbasis
kegiatan laboratorium dapat meningkatkan keterampilan generik sains
mahasiswa.
Berdasarkan identifikasi masalah dan pemikiran-pemikiran solusi seperti
yang dipaparkan di atas maka dirumuskan suatu permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini, yaitu : “Bagaimanakah mengembangkan model praktikum
kontekstual (MPK) untuk keperluan praktikum Fisika Dasar di tingkat Universitas
yang dapat meningkatkan pemahaman konsep (PK) dan keterampilan generik
sains (KGS) mahasiswa. Agar penelitian ini terarah, maka rumusan masalah
tersebut dijabarkan dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah karakteristik MPK yang dikembangkan untuk praktikum
FisikaDasar?
2. Bagaimanakah efektivitas penggunaan MPK yang dikembangkan dalam
meningkatkan pemahaman konsep (PK) dibandingkan dengan program
praktikum konvensional yang bersifat verifikatif?
3. Bagaimanakah efektivitas penggunaan MPK yang dikembangkan dalam
meningkatkan keterampilan generik sains (KGS) dibandingkan dengan
program praktikum konvensional yang bersifat verifikatif?
4. Bagaimanakah pengaruh penggunaan video based laboratory (VBL) dalam
pelaksanaan MPK terhadap peningkatan pemahaman konsep (PK) dan
keterampilan generik sains (KGS) ?
5. Bagaimanakah tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap penerapan MPK
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Bagaimanakah kekuatan dan kelemahan MPK yang dikembangkan untuk
praktikum Fisika Dasar dalam implementasinya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan MPK untuk
praktikum Fisika Dasar yang dapat lebih meningkatkan pemahaman mahasiswa
terhadap konten Fisika Dasar dan dapat meningkatkan keterampilan generik sains.
Secara rinci tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Membangun karakteristik MPK untuk praktikum Fisika Dasar yang dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains mahasiswa.
2. Mendapatkan gambaran tentang efektivitas penggunaan MPK dalam
meningkatkan pemahaman konsep (PK) dibandingkan dengan penggunaan
model praktikum konvensional yang bersifat konvensional (verifikatif).
3. Mendapatkan gambaran tentang efektivitas penggunaan MPK dalam
meningkatkan keterampilan generik sains (KGS) dibandingkan dengan
penggunaan program praktikum konvensional (PPK) yang bersifat verifikatif.
4. Mendapatkan gambaran tentang pengaruh penggunaan video based laboratory
(VBL) dalam pelaksanaan MPK terhadap peningkatan pemahaman konsep
(PK) dan keterampilan generik sains (KGS).
5. Mendapatkan gambaran tentang tanggapan mahasiswa dan dosen terhadap
MPK dan penggunaannya dalam praktikum Fisika Dasar.
6. Mendapatkan gambaran tentang kekuatan dan kelemahan MPK yang
dikembangkan untuk praktikum Fisika Dasar dalam implementasinya.
D. Manfaat Penelitian
Dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu desain
praktikum Fisika Dasar yang nantinya benar-benar dapat dimanfaatkan dalam
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tingkat Universitas terutama dalam hal pemahaman konsep dan keterampilan
generik sains. Lebih jauh lagi model praktikum kontekstual (MPK) yang
dikembangkan diharapkan dapat memberi sumbangan (kontribusi) yang nyata baik
dari sisi praktis maupun sisi teoritis dalam peningkatan peran dan fungsi kegiatan
praktikum dalam pembelajaran (perkuliahan) fisika.
1. Manfaat Teoritis
MPK yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
khasanah model kegiatan praktikum fisika yang inovatif yang karakteristiknya
sesuai dengan karakter atau sifat ilmu fisika itu sendiri, sehingga dapat
menambah alternatif pilihan desain praktikum fisika untuk kepentingan
pembelajaran fisika di berbagai level pendidikan formal. Selain itu desain
praktikum yang dihasilkan dapat juga digunakan sebagai pembanding, rujukan,
dan pendukung dalam kegiatan pengembangan program-program atau
desain-desain kegiatan praktikum fisika di masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
Dari sisi praktis, MPK yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat
diterapkan (diimplementasikan) secara langsung khususnya dalam kegiatan
praktikum Fisika Dasar di tingkat Universitas dan umumnya dalam kegiatan
praktikum Fisika di berbagai level pendidikan formal, tentu diawali dengan
peyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menghindari kekeliruan pemahaman istilah-istilah yang digunakan
dalam penelitian ini diadakan pendefinisian secara operasioanal untuk
istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut:
1. Model praktikum kontekstual yang disingkat MPK merupakan suatu model
kegiatan praktikum Fisika Dasar yang tema dan konteksnya terkait dengan
materi-materi ajar Fisika Dasar dan proses-prosesnya menggunakan beberapa
komponen pendekatan CTL, diantaranya penyajian masalah kontekstual,
menggunakan metode inquiry laboratory, prosesnya dilakukan secara
kelompok kooperatif, menggunakan faham konstruktivisme, dan menggunakan
perangkat VBL terutama untuk fenomena dinamis seperti gerak benda.
2. Pemahaman konsep (PK) didefinisikan sebagai suatu tingkat dimana seseorang
tidak sekedar mengetahui konsep melainkan dapat memaknai dan mengungkap
arti dari suatu konsep, yang ditunjukkan oleh kemampuannya dalam
menginterpretasi, mencontohkan, menggeneralisasi, menginferensi,
membandingkan dan menjelaskan sesuatu yang terkait dengan konsep fisika.
Pemahaman konsep mahasiswa sebelum dan sesudah implementasi MPK
dalam praktikum Fisika Dasar diukur dengan menggunakan tes pemahaman
konsep .
3. Keterampilan generik sains (KGS) didefinisikan sebagai keterampilan dasar
sains yang dapat dibangun saat peserta didik mempelajari sains, terdapat 9 jenis
keterampilan generik yang dapat dikembangkan melalui pengajaran sains
fisika, yaitu: (1) pengamatan langsung, (2) pengamatan tidak langsung, (3)
kesadaran akan skala besaran, (4) bahasa simbolik, (5) kerangkan logika taat
azas dari hukum alam, (6) inferensi logika, (7) hukum sebab akibat, (8)
pemodelan matematik, dan (9) membangun konsep. KGS mahasiswa sebelum
dan sesudah implementasi MPK diukur dengan menggunakan tes keterampilan
Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Struktur Organisasi Disertasi
Sajian isi disertasi ini ditulis dibagi kedalam lima bab, yaitu bab I sampai
dengan bab V, ditambah dengan daftar pustaka dan lampiran-lampiran. Bab I
tentang Pendahuluan, memaparkan tentang hal-ihwal atau atar belakang
penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian. Bab II memaparkan tentang kajian pustaka dan kerangka pikir,
referensi yang dirujuk dalam penelitian meliputi, hakekat fisika dan
pembelajarannya, peranan praktikum dalam pembelajaran fisika, pendekatan CTL
dalam pembelajaran fisika, Level-level inkuiri, pemahaman konsep, keterampilan
generiksains dan video based laboratory (VBL) sebagai perangkan untuk
praktikum fisika. Landasan teori untuk pengembangan MPK adalah pendekatan
CTL, teori belajar konstruktivistik, teori eksperiensial dan teori Vygotsky tentang
zone of proximal development (ZPD). Bab III memaparkan tentang metode
penelitian yang meliputi desain penelitian, subjek dan lokasi uji coba, jenis
instrumen, tahapan-tahapan penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.
Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan meliputi karakter program
yang dikembangkan, hasil-hasil validasi ahli dan ujicoba MPK, serta bab V
memaparkan tentang kesimpulan, saran untuk penyempurnaan model dan