• Tidak ada hasil yang ditemukan

T BK 1004666 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T BK 1004666 Chapter1"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang dimiliki dirinya, masyrakat, bangsa, dan negara. Undang-undang yang sama menyatakan juga bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

(2)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendidik maupun peserta didik, sedangkan manusiawi berkaitan dengan sifat-sifat fitrah manusia dengan kelebihan dan kelemahannya. Dengan demikian, jelas terbaca bahwa pendidikan berperan sangat penting dalam menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Lebih lanjut, Uman Suherman menyatakan bahwa “keseluruhan pendidikan, baik pada pendidikan formal, non-formal, dan informal,

hendaknya lebih memungkinkan peserta didik untuk mengenal dan menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu memilih, mengambil keputusan, mengarahkan, dan mewujudkan dirinya secara efektif dan produktif sesuai dengan tuntutan peranannya di masa depan”. Dengan kata lain, pendidikan tidak hanya melulu mengembangkan seseorang secara individual tetapi juga menyiapkan agar pengembangan individual tersebut memiliki dampak yang signifikan dalam lingkungan sosial.

(3)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebuah lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik sehingga menghasilkan manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun dalam perkembangannya, realitas menunjukkan bahwa sekolah kemudian malah menjadi momok yang menakutkan, baik bagi orangtua maupun bagi peserta didik. Bagi orangtua, sekolah khususnya jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan institusi yang tidak murah lagi. Seperti yang diungkap oleh Edy Suyanto (Kompasiana.com) pada tabel 1.1 dan tabel 1.2.

Tabel 1.1

Pungutan SPI dan Operasional

NO TINGKAT PENDIDIKAN BESAR PUNGUTAN SPI

Pungutan seragam dan ulangan / ujian

(4)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 SMP/MTS REGULER belum disertai dampak signifikan dalam penyiapan mental peserta didik. Betapa tidak, tawuran yang marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia dapat dijadikan bukti betapa pembelajaran di sekolah belum berdampak positif terhadap peserta didik. Alih-alih mengedepankan prestasi yang positif, para peserta didik sesama satu sekolah atau beda sekolah justru seringkali tidak segan untuk saling baku hantam bertawuran. Lebih ironis lagi ketika fenomena tawuran ini berbuah korban jiwa.

(5)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

di Jakarta yang menewaskan salah seorang peserta didik dari sebuah SMA. Tentu saja, fenomena ini sangat menakutkan bagi setiap orang tua.

Di samping bagi orangtua, sekolah juga dinilai menakutkan oleh peserta didik, terutama oleh mereka yang sudah duduk di kelas 3 SMA. Betapa tidak, beberapa tahun belakangan ini fenomena Ujian Nasional (UN) menjadi perdebatan tersendiri karena dampak psikologis yang dihasilkannya. Sekolah selama hampir tiga tahun di SMA bisa tidak lulus hanya gara-gara ujian yang dilaksanakan tak lebih dari empat hari dan hanya diwakili oleh beberapa mata pelajaran. Inilah yang dinilai kurang adil dan berdampak psikologis pada peserta didik. Bagaimanapun, pendidikan, sebagaimana telah dikemukakan di atas, tidaklah melulu berkaitan dengan aspek intelektual tetapi juga aspek perkembangan lainnya.

(6)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru-guru privat untuk mengajar anak-anaknya.

Dewasa ini, seiring dengan merebaknya sekolah-sekolah yang menawarkan pendidikan dengan kualitas dan fasilitas yang unggul,

homeschooling menjadi sebuah alternatif pendidikan yang fleksibel. Perlu ditekankan kembali bahwa, selain memakan biaya yang cukup tinggi, sekolah juga terkesan terlalu membatasi kesempatan peserta didik untuk mengeksplorasi lebih jauh pelajaran atau bakat yang diminatinya. Sebagai contoh, tak sedikit peserta didik yang sudah mengawali karier sebagai artis atau atlet, dalam kesehariannya selalu saja sering terjadi benturan waktu antara kesibukan dan kewajibannya sebagai pelajar.

Dilema itu terus saja membayangi selama peserta didik tersebut masih menjalani dua profesi. Peserta didik pun harus memilih salah satu di antara karier atau sekolah. Bagi homeschooler—sebutan bagi peserta didik di homeschooling, karier dan sekolah merupakan hal yang penting dan harus dijalankan karena memang bisa dijalankan secara bersamaan. Mereka lebih bisa menikmati belajar dengan metode ini daripada bersekolah formal. Waktu belajar yang bisa ditentukan sendiri menjadi pilihan utamanya. Ditambah lagi mereka bisa memilih guru yang dianggap cocok dan kapabel di bidangnya yang biasa ada di lembaga-lembaga bimbingan belajar atau kursus.

Alasan mendasar tersebutlah yang kemudian menjadikan homeschooling

(7)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

homeschooling juga banyak dipicu oleh ketidakpuasan atas sistem pendidikan di sekolah. Keadaan pergaulan sosial di sekolah yang tidak sehat juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan homeschooling. Walaupun awalnya dipersepsi sebagai kelompok konservatif dan penyendiri (isolationists), homeschooling terus tumbuh dan membuktikan diri sebagai sistem yang efektif dan dapat dijalankan. Praktisi homeschooling pun semakin bervariasi, dengan berbagai alasan memilih

homeschooling dan dengan berbagai latar belakang sosial, religius atau sekuler, kaya, kelas menengah, miskin, kota, pinggiran, pedesaan. Keluarga praktisi

homeschooling juga memiliki latar belakang profesi yang beragam, mulai dari dokter, pegawai pemerintah, pegawai swasta, pemilik bisnis, bahkan guru di sekolah umum. Dengan kata lain, dapatlah dikatakan bahwa homeschooling kini menjadi alternatif pendidikan nonformal yang sedang banyak digandrungi mengingat basis pendidikannya di rumah.

Meskipun demikian, bukan berarti kemudian homeschooling tanpa masalah dan tantangan. Dalam tataran biaya, homeschooling justru bisa lebih mahal dibandingkan sekolah formal mengingat harus menghadirkan guru-guru privat ke rumah yang notabene harus dibayar sesuai dengan kapabilitasnya. Tantangan utama yang dihadapi oleh homeshooling adalah harus mempersiapkan peserta didik sesuai dengan tugas dan tahapan perkembangannya. Diakui atau tidak, sebagai individu yang masih dalam tahapan perkembangan, homeschooler

(8)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

usianya. Dalam tataran inilah diperlukan adanya bimbingan yang dapat meningkatkan keterampilan para peserta didik homeschooling.

Berdasarkan pada kenyataan tersebut, layaknya sekolah formal yang memiliki guru bimbingan dan konseling dengan segala program layanannya,

homeschooling memerlukan program layanan bimbingan dan konseling yang diberikan oleh guru khusus, dalam hal ini guru bimbingan dan konseling. Secara faktual, homeschooling juga telah melaksanakan proses bimbingan. Namun, proses bimbingan yang selama ini dilakukan hanya berupa bimbingan belajar yang itu pun tidak dilakukan oleh petugas bimbingan dan konseling yang memiliki kompetensi sebagai petugas bimbingan. Bimbingan tersebut hanya dilakukan oleh guru homeschooling yang bersangkutan sehingga proses bimbingan pun dirasakan belum efektif karena kompetensi gurunya yang kurang. Mengingat kebutuhan serta mengedepankan prinsip pengembangan potensi sosial peserta didik homeschooling secara optimal, perlu diupayakan pemberian bantuan melalui program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling sehingga dapat tercapai kematangan sosial bagi peserta didik. Dalam konteks inilah penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah

(9)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dihadapkan pada pentingnya program bimbingan dan konseling yang dapat mengembangkan keterampilan sosial peserta didik. Bagaimanapun, sebagai individu yang tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sosial, para

homeschooler tentunya harus mampu menempatkan dirinya dalam kehidupan sosial tersebut. Dalam kerangka pendidikan, sebagai individu yang termasuk dalam masa remaja, homeschooler tentu saja harus memiliki bekal untuk dapat bersosialisasi dengan remaja lainnya. Dalam hal inilah keterampilan sosial memiliki peran yang vital.

Keterampilan sosial (social skills) merupakan bagian penting dari kemampuan hidup individu. Tanpa memiliki keterampilan sosial, individu tidak memiliki kelancaran dalam berinteraksi dengan orang lain sehingga hidupnya kurang harmonis (maladjusment). Keterampilan sosial dalam kategori ini lebih memfokuskan terhadap perilaku sosial yang dibutuhkan dalam pengembangan kepribadian dan pembangunan diri individu. Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang atau warga masyarakat dalam mengadakan hubungan dengan orang lain dan kemampuan memecahkan masalah sehingga memperoleh adaptasi yang harmonis di masyarakat.

Lebih spesifik lagi, menurut McIntyre (2005), social skills are those communication, problem-solving, decision making, self-management, and peer

relations abilities that allow one to initiate, build, and maintain positive social

(10)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu dan masyarakat. Manfaat keterampilan sosial antara lain dapat menguatkan perilaku yang proaktif di masyarakat, prososial dan hidup produktif, dapat memecahkan masalah dalam berinteraksi dengan orang lain, hidup bertanggung jawab dan disiplin, memupuk perilaku berwawasan kemasyarakatan, kebangsaan dan global (Cartledge and Millbern, 2001: 12).

Lebih lanjut, Cartledge dan Millbern menyatakan bahwa keterampilan sosial mempunyai empat sub-bagian, yaitu: (1) environmental behavior (perilaku terhadap lingkungan) yang terdiri atas peduli terhadap lingkungan, emergensi, dan gerakan cinta lingkungan; (2) interpersonal behavior (perilaku interpersonal) yang terdiri atas penerimaan pengaruh orang lain, berhadapan dan mengatasi konflik, memperoleh perhatian, salam dengan orang lain, membantu orang lain, membuat percakapan, kerjasama, sikap positif terhadap orang lain, bergaul secara informal, dan menjaga milik orang lain; (3) self-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri) yang terdiri atas kemampuan menerima konsekuensi, berperilaku etis, menyatakan perasaan, sikap positif, bertanggung jawab, dan peduli terhadap orang lain; dan (4) task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas) yang terdiri atas kemampuan mengerjakan suatu pekerjaan, menampilkan perilaku, partisipasi, mengikuti aturan, kewirausahaan, dan kualitas pekerjaan (Cartledge and Millbern, 2001: 15).

(11)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam mengembangkan interaksi sosial yang lebih luas dengan teman sebaya, memunculkan berbagai sifat-sifat negatif yang mengganggu proses pemenuhan tugas perkembangan. Menurut Syamsu Yusuf (2004 : 26) salah satu sifat negatif yang dimaksudkan adalah negatif dalam sikap sosial, seperti timbulnya sikap

maladjusment yang dimunculkan melalui sikap-sikap egois (selfish) dan mementingkan diri sendiri (selfishness).

Dalam hal ini, secara khusus, fakta di lapangan menunjukkan bahwa sikap negatif yang ditimbulkan peserta didik dalam homeschooling adalah sikap pengeksklusifan diri sehingga kurang peka terhadap lingkungan sosial sekitarnya, terutama teman sebaya. Dengan demikian, keterampilan sosial menjadi bagian yang sangat penting untuk dimiliki oleh homeschooler karena dapat menunjang ketercapaian kematangan sosial, tanggung jawab sosial, dan identitas prososial peserta didik sesuai dengan tugas dan tahapan perkembangan yang tengah mereka jalani.

(12)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Seperti apa kondisi kelembagaan homeschooling Berkemas?

2. Seperti apa profil keterampilan sosial peserta didik homeschooling Berkemas? 3. Seperti apa rancangan program bimbingan pribadi-sosial homeschooling

Berkemas?

4. Bagaimana pelaksanaan program bimbingan pribadi-sosial homeschooling Berkemas?

5. Bagaimana dampak bimbingan pribadi-sosial terhadap peserta didik homeschooling Berkemas?

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, penelitian ini terfokus pada bimbingan pribadi sosial sebagai upaya mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling Berkemas. Untuk memberikan suatu layanan yang tepat sasaran, diperlukan data-data aktual mengenai masalah keterampilan sosial pada peserta didik sehingga pembimbing dapat menilai kecenderungan keterampilan sosial peserta didik dan memikirkan bentuk bimbingan yang bersifat preventif developmental untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keterampilan sosial mereka.

D. Penjelasan Istilah

(13)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Keterampilan Sosial

Libert& Lewinsohn (1973, dalam Cartledge & Milburn, 2001) menyebutkan keterampilan sosial sebagai kemampuan kompleks untuk melakukan perilaku yang mendapat penguatan positif dan tidak melakukan perilaku yang mendapat penguatan negatif. Hal ini menyiratkan bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berperilaku positif terhadap lingkungan sosialnya. Selain itu, Combs & Slaby (1977, dalam Cartledge & Milburn, 2001) mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain. Hal ini mengandung arti bahwa keterampilan sosial adalah kemampuan individu untuk berinteraksi sesuai dengan konteks lingkungan yang di dalamnya dia berada.

Selanjutnya, Hersen & Bellack (1977, dalam Cartledge & Milburn, 2001) menjelaskan keterampilan sosial mempunyai makna sebagai kemampuan individu dalam mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungannya dengan orang lain yang mencakup respon verbal dan non verbal. Pengertian ini menyiratkan bahwa keterampilan sosial melibatkan aspek-aspek verbal (kata-kata) dan aspek-aspek non-verbal (gestur, mimika, dan lainnya) dari individu terhadap respons sosial yang diterimanya.

(14)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

one to initiate and maintain positive social relationship with others. Pengertian di atas mengandung arti keterampilan sosial adalah sebuah proses komunikasi, penyelesaian masalah, pembuatan keputusan, manajemen diri dan kemampuan berhubungan dengan orang lain yang mengijinkan seseorang untuk memulai dan mempertahankan hubungan sosial yang positif dengan orang lain.Keterampilan sosial merupakan bentuk perilaku, perbuatan dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika berinteraksi dengan orang lain.

(15)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pengertian di atas maka keterampilan sosial dalam penelitian ini adalah kemampuan suatu individu dalam membuat dan mengimplementasikan serangkaian pilihan serta sikap sosial yang sesuai dengan lingkungan hidupnya, baik terhadap lingkungan pendidikan, antar pribadi, pribadi dan tugas-tugas akademis , dan pribadi dengan lingkungan masyarakat dengan tujuan agar dapat diterima secara positif oleh lingkungan tersebut. Empat sub aspek yang menjadi indikator dalam penelitian ini adalah Environmental behavior (perilaku terhadap lingkungan), Interpersonal behavior (perilaku interpersonal), Self-related behavior (perilaku pribadi), Task-related behavior (perilaku yang berhubungan dengan tugas).

b. Bimbingan Pribadi-Sosial

Winkel (1997: 142) menyatakan bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam menghadapi keadaan batin dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batin individu itu sendiri serta dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial). Selanjutnya, Yusuf dan Nurihsan (2005: 11) merumuskan bimbingan pribadi-sosial sebagai suatu upaya membantu individu dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaan psikologis dan sosial klien sehingga individu memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya.

(16)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(guru pembimbing) pada individu untuk menghadapi dan mengatasi masalah-masalah pribadi-sosial dengan cara menciptakan lingkungan interaksi pendidikan yang kondusif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap-sikap positif, serta dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan pribadi-sosial.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan fakta empirik tentang bimbingan pribadi-sosial untuk mengembangkan keterampilan sosial peserta didik homeschooling Berkemas Jakarta.

Tujuan spesifik penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan data empirik tentang aspek keterampilan sosial pada peserta didik dalam homeschooling dengan penjabaran sebagai berikut:

1. Memperoleh gambaran kondisi kelembagaan homeschooling Berkemas Jakarta.

2. Memperoleh gambaran mengenai profil keterampilan sosial dari peserta didik homeschooling Berkemas.

3. Memperoleh gambaran rancangan program bimbingan pribadi sosial di lembaga homeschooling Berkemas.

(17)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Memperoleh gambaran mengenai dampak program bimbingan pribadi sosial yang telah diberikan kepada peserta didik di lembaga homeschooling Berkemas.

F. Manfaat Penelitian

Dalam merumuskan manfaat dari penelitian ini, terdapat 2 (dua) manfaat penelitian, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran secara umum mengenai program bimbingan pribadi sosial dalam homeschooling. Diharapkan penelitian ini juga bermanfaat dalam rangka menambah khasanah keilmuan bidang Bimbingan dan Konseling.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak-pihak sebagai berikut ini :

a. Bagi pembimbing dalam homeschooling, yaitu dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam upaya pemberian bantuan terutama bimbingan pribadi-sosial kepada peserta didik homeschooling.

(18)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Bagi orang tua diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keterampilan sosial bagi anak dan dapat lebih memahami keterampilan sosial yang telah dimiliki atau belum dimiliki oleh anak.

G. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut. 1. McIntyre (2005) Socially Skilled: the ability to respond to a given

environment in a manner that produces, maintains, and enhances positive

interpersonal (between people) effects. Social competence: one's overall

social functioning, a composite or multitude of generalized social skills.

(Social competence can be improved by teaching social behaviors/social

skills).

2. Combs & Slaby (1977, dalam Cartledge & Milburn, 2001 : 7) mengartikan keterampilan sosial sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial dalam cara-cara spesifik yang secara sosial diterima atau bernilai dan dalam waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain.

(19)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Winkel (1997 : 142) menyatakan bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada individu dalam menghadapi keadaan batin dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batin individu itu sendiri serta dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Moleong (2011: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif menunjukan adanya suatu kegiatan pengamatan terhadap seseorang atau sekelompok orang dalam situasi yang nyata.

(20)

Fadhil Hardiansyah, 2014

Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Keterampilan Sosial Peserta Didik Homeschooling

(Studi Kasus di Lembaga Homeschooling Berkemas Jakarta Pada Tahun 2013) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial peserta didik homeschooling Berkemas dalam kegiatan sehari-hari di lingkungannya.

Gambar

Tabel 1.1 Pungutan SPI dan Operasional

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi adalah

mengagungkan fashion, mungkin paradigma konstruktivisme, Metode ini mirip dengan tipe maskulin yang digunakan karena peneliti ingin mengetahui ada di tahun 1980-an,

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

Ketika kain pembalut luka diujikan terhadap bakteri Eschericia coli , presentase reduksi bakteri tertinggi terdapat pada kain pembalut luka yang telah direndam dalam koloid

Dari beberapa uraian permasalahan yang teridentifikasi, fokus penelitian pada tahap kedua ini adalah menekankan pentingnya pencatatan akuntansi pada setiap transaksi

Dari peta kendali tersebut, terlihat bahwa tidak ada pengamatan yang berada di luar batas kendali sehingga dapat dikatakan bahwa jenis cacat crack telah terkendali.. Gambar 7

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relokasi yang dilakukan di PKOR Way Halim Kota Bandar Lampung berdampak negatif terhadap pendapatan Pedagang Kaki Lima,

Pada penelitian ini architecture framework yang digunakan adalah TOGAF ADM yang terdiri dari 9 fase, namun pada peneletian ini fase-fase yang dilakukan hanya