BAB V
• KI : menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
• KD : menguasai materi Sejarah secara luas dan mendalam • KKD :
Menganalisis program penanaman komoditi pertanian di masa Tanam Paksa
Menganalisis dampak politik ethis terhadap perkembangan sosio-ekonomi di Hindia-Belanda
MATERI
•
CultuurstelselEra cultuurstelsel (tanam paksa) adalah masa penjajahan yang sebenarnya, dalam arti Negara Belanda sebagai Negara induk melakukan kebijakan kolonisasi terhadap Hindia Belanda. Belanda memiliki hak dan kuasa mengeksploitasi Hindia Belanda dengan legal tanpa tantangan dari negara lain maupun kekuatan dalam negeri.
Komoditi pada pelaksanaan
Cultuur Stelsel
Jawa merupakan daerah andalan sebagai “ladang” emas akibat kesuburan tanah dan ketersediaan tenaga kerja yang melimpah. Perang ini tentu membutuhkan biaya yang sangat besar dan harus tersedia dalam waktu relative singkat. Belanda berusaha untuk menaklukkan Belgia pada 1831-1832, namun gagal. Dengan terpaksa Belanda mengakui kemerdekaan Belgia pada 1839.
Perang Jawa meskipun terjadi lebih dahulu dari kasus Belgia, perang ini berhasil menguras hampir seluruh keuntungan yang diperoleh Belanda di tanah jajahan.
Penyimpangan dalam praktek
Cultuurstelsel
•
1. sepertiga lahan (sawah) rakyat akan dipergunakan untuk tanaman komersil. Pelaksanaannya, lahan yang diperuntukkan bagi rakyat hanya sepertiga, sedangkan duapertiganya untuk tanaman komersil.•
2. kegagalan panen dikarenakan faktor alam dan hama, sepenuhnya akan ditanggung oleh pemerintah colonial. Pelaksanaannya, semua kegagalan panen ternyataDampak pelaksanaan
Cultuurstelsel
• Keadaan Sosial
Dalam pelaksanaannya, sistem tanam paksa (cultuurstelsel) memberikan dampak pada perubahan sosial seperti :
1. Tuntutas administrative memaksa pejabat colonial Belanda harus berada di lapangan untuk menjamin keterlaksanaan program, hal ini membuat pejabat Jawa harus mendampingi. Suatu hal yang belum pernah terjadi sebelumnya.
2. Pada budaya Jawa pedesaan, hanya pejabat desa yang dapat berinteraksi langsung dengan rakyat/petani, pejabat diatas kepala desa/lurah hanya mengeluarkan perintah yang akan dikerjakannya. Namun adanya
• Keadaan Ekonomi
Adapun perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan cultuurstelsel dari segi ekonomi dibagi atas 2 yaitu:
1. Bagi Belanda
Keuangan Belanda menjadi sangat stabil.
Perekonomian Belanda tumbuh dengan signifikan, sehingga Belanda tidak
lagi menjadi negara terbelakang dan miskin di Eropa.
2. Bagi Indonesia
Penderitaan rakyat Jawa terutama pada wilayah perkebunan tebu segera tampak.
Terjadi kekurangan beras sebagai akibat real penanaman padi yang tidak terawatt dan kurangnya areal tanaman padi. Kelangkaan padi membuat
Douwes Dekker yang pernah menjadi Resident Lebak dan Probolinggo melalui karyanya Multatuli mengungkapkan kesaksiannya atas penderitaan pribumi Jawa.
Secara berturut-turut penghapusan cultuurstelsel diberlakukan sebagai berikut :
Tanaman lada (1862), Cengkeh dan Pala (1864), Nila, teh, dan kayu manis (1865), Tembakau (1866). Kopi dan tebu adalah komoditi terakhir yang dihapus karena sangat
2. Politik Pintu Terbuka
• Gerakan politik Pintu Terbuka di negeri Belanda dipelopori oleh para pengusaha swasta. Oleh karena itu, kebebasan yang mereka
perjuangkan terutama kebebasan di bidang ekonomi. Kaum liberal di negeri Belanda berpendapat, bahwa seharusnya pemerintah jangan ikut campur tangan dalam kegiatan ekonomi. Mereka menghendaki agar
kegiatan ekonomi ditangani oleh pihak swasta. Sedangkan pemerintah bertindak sebagai pelindung warga negara, menyediakan prasarana, menegakkan hukum, dan menjamin keamanan serta ketertiban
Latar Belakang Politik Pintu
Terbuka
• Politik ekonomi liberal kolonial dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan sistem tanam paksa telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi, tetapi memberikan keuntungan besar bagi Pemerintah Hindia Belanda.
2. Kemenangan Partai Liberal dalam Parlemen Belanda yang mendesak Pemerintah Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di negeri jajahannya (Indonesia). Hal itu dimaksudkan agar para pengusaha Belanda sebagai pendukung Partai Liberal dapat menanamkan modalnya di Indonesia. Periode Liberal adalah periode peningkatan eksploitasi Hindia Belanda secara besar-besaran (Ricklef, 2001:269-270).
Pelaksanaan Politik Pintu
Terbuka
1). Reglement op het belied der regeriag in Nederlandsch-Indie (RR) (1854)
Berisi tentang tatacara pemerintahan di Indonesia. Perundangan baru ini menunjukkan kekuatan kaum liberal-borjuis terus berkembang. Pada tahun 1926, RR diganti dengan Wet op de
Staatsinrichting van Nederlandsch Indie yang biasa disingkat IS. 2). Indische Comptaviliteit Wet (1867)
Berisi tentang perbendaharaan negara Hindia-Belanda yang menyebutkan bahwa dalam menentukan anggaran belanja Hindia-Belanda harus ditetapkan dengan undang-undang yang disetujui oleh
Parlement Belanda. 3). Suiker Wet
Undang-undang gula yang ditetapkan dengan tujuan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas kepada para pengusaha swasta dalam perkebunan gula. Dalam undang-undang ini,ditetapkan sebagai berikut :
a. Perusahaan-perusahaan gula milik pemerintah akan dihapus secara bertahap.
4). AgrarischeWet ( Undang-undang Agraria 1870)
Merupakan undang-undang agraria yang berlaku di Indonesia dari tahun 1870 sampai 1960 yang lahir akibat desakan dari pemodal besar swastadi negeri Belanda. Agrarische Wet tercantum dalam pasal 51 dari Indische Staatsregeling (IS) yang merupakan UUD Pemerintah Hindia-Belanda. Isi pokok dari Agrarische Wet adalah sebagai berikut
a. Tanah di Indonesia dibedakan menjadi tanah rakyat dan tanah pemerintah
b. Tanah rakyat dibedakan atas tanah milik yang bersifat bebas dan tanah desa yang bersifat tidak bebas. Tanah tidak bebas adalah tanah yang dapat disewakan kepada pengusaha swasta.
c. Tanah rakyat tidak dapat dijual kepada orang lain
d. Tanah pemerintah dapat disewakan kepada pengusaha swasta sampai jangka waktu 75tahun.
e. Gubernur Jenderal menjaga jangan sampai ada pembelian tanah yang melanggar hak-hak rakyat Indonesia asli 5). Agrarische Besluit (1870)
Perkembangan Perdagangan Politik Pintu Terbuka
• Keberadaan perkebunan besar mendorong munculnya usaha sector jasa yaitu ekspor dan impor. Industri ekspor meruoaka penggerak perekonomian Hindia Belanda dan berpengaruh pada sector
ekonomi lainnya.
• Komoditi primadona yang terus mengalami peningkatan permintaan adalah gula, kopi, tembakau, karet, dan barang-barang tambang
seperti timah, bauxite dan lain-lain
Dampak Pelaksanaan Politik Pintu Terbuka
1. Harga gula dan kopi jatuh setelah tahun 1855 sehingga keuntungan yang diperoleh juga menurun secara significal. Menyusul harga tembakau tahun 1891 yang jatuh di pasar internasional. Penurunan harga tembakau ini
cukup serius sehingga membahayakan kelangsungan hidup perkebunan tembakau di deli.
2. Penurunana keuntungan komoditi berimbas pada jasa keuangan atau perbankan yang hidup dari perkebunan. Kredit macet menjadi ancaman yang menjatuhkan lembaga keuangan hindia belanda.
3. Perkembangan usaha perkebunan yang pesat dan sangat menguntungkan tersebut ternyata hanya dinikmati oleh para pengusaha dan pemerintah Belanda. Rakyat pribumi tetap masih dalam kemiskinan.
Politik Etis
•
Politik Etis yang diprakarsai van de Venter, awalnya disambut baik oleh seluruh masyarakat karena kebijakan-kebijakannya dianggap mulai menunjukan sisi kemanusiawian. Politik etis dilaksanakan dengan pemberian bantuan sebesar f.40 juta gulden•
Politik etis membawa perubahan cara pandang terhadap Hindia Belanda. Politik yang dimulai dengan politik kesejahteraanEdukasi
1. Di bidang pendidikan terjadi peningkatan jumlah sekolah dengan signifikan. Meskipun tujuan pendirian sekolah adalah untuk mendapatkan tenaga kerja terdidik dan murah , namun berhasil menjadi sarana pemunculan kesadaran akan hak dan persamaan hak.
2. Pada akhir abad ke-19, terdapat 721 sekolah rendah, dengan jumlah murid 131.000. Tahun 1907 Sekolah Kelas 2 (sekolah ongko loro) diperluas dengan didirikannya sekolah kelas 1. Pada tahun 1912, sekolah kelas 1 diubah menajdi HIS (Holland Indische School) dengan Bahasa pengantar Bahasa belanda pada anak sekolah dasar.
Migrasi
•
Migrasi ke daerah luar Jawa hanya ditujukan ke daerah-daerah yang dikembangkan perkebunan-perkebunan milik Belanda. Untuk mencegah agar pekerja tidak melarikan diri, pemerintah Belanda mengeluarkan Poenale Sanctie, yaitu peraturan yang menetapkan bahwa pekerja yang melarikan diri akan dicari dan ditangkap polisi , kemudian dikembalikan kepada mandor/pengawasnya.Irigasi
• Sejak tahun 1883-1898 telah dibuat bangunan-bangunan produktif sepertijalan kereta api sebesar f. 231 juta, pelabuhan f. 61 juta dan pengairan f. 49 juta. Sebagian besar dari pembiayaan dapat ditutup dengan pajak-pajak terutama dari perusahaan dan perkebunan dandengan pinjaman-pinjaman baru.
• Pihak pemerintah telah dibangun secara besar-besaran sejak tahun 1885 bangunan-bangunan irigasi di Brantas dan Demak seluas 96.000, pada tahun 1902 menjadi 173.000 bau. Menurut rencana tahun 1890 akan dibangun irigasi seluas 427.000 bau selama 10 tahun, akan tetapi pada tahun 1914 hanya terlaksana 93.000 bau.