SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh : Mardian B02212005
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
TERHADAP BENIH PABRIK (Pendampingan Petani Sayur Menuju Kemandirian Benih Sayur di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo)
Kata Kunci : Pengorganisasian, Riset Pendampingan, kemandirian, pembenihan Skripsi ini membahas tentang upaya pendampingan petani untuk melepas ketergantungan mereka dari benih produksi pabrik. Selain itu dalam upaya pendampingan ini juga berupaya untuk meningkatkan kemandirian petani melalui kreatifitas pengetahuan lokal yang dimiliki dengan melakukan pembenihan secara mandiri dan penaggulangan hama terpadu yang ramah lingkungan.
Petani Lengki merupakan sebaian kecil dari petani di Indonesia yang mulai merasa candu dengan benih produksi pabrik. Sehingga mereka mengalami ketergantungan kepada pihak luar dalam hal ketersedian benih. Dalam hal ini benih pabrik menjadi acuan dalam kegiatan pertaniannya.
Dalam proses pendampingan ini, fasilitator bersama petani ahli pembenihan yang tetap melestarikan pengetahuan lokal menjalin kerjasama untuk keluar dari masalah ketergantungan benih pabrik ini. akhirnya diperoleh kesepakatan untuk menciptakan kesadaran petani bahwa mereka mampu melakukan pembenihan sendiri dengan pengetahuan yang dimilki dan mebuat alternatif pencegahan hama melalui konsep PHT (pengendalian hama terpadu). Karena dari kegiatan pembenihan mendiri ini nantinya sedikit demi sedikit akan mengurangi ketergantungan benih terhadap benih pabrik.
Riset pendampingan ini dilakukan dengan mengacu pada pendekatan penelitian menggunakan metode metode PAR (Particpatory Action Research). PAR memiliki tiga kata yang saling berhubungan satu sama lain. Ketiga kata tersebut adalah partisipatif, riset, dan aksi. PAR dirancang memang untuk mengkonsep suatu perubahan dan melakukan perubahan terhadapnya.
MOTTO
ا ّل ا ْ ْ ا ّلا ْ
"BERMARTABAT DAN BERMANFAAT BAGI MAKHLUK"
(HR. Ath Thabarani)
ْ ْ ْ ا ْإ ْ ّلا ْ ْا
“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya
menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini ku sematkan untuk cucuran keringat dan iringan doa Bapak Samar,
Bapakku tercinta…
Dan ku persembahkan untuk tetesan air mata Sumarti, Ibunda tercinta,
yang rela meminjamkan Rahim dan seluruh hidupnya padaku, dan adik adikku…
Dan ku persembahkan untuk kedua kakakku Akhyar Rosisin dan Achmad
Musnaeni serta dua adik ku Mardani dan Tri Novita Handayani yang tak henti
memberikan motivasi ....
Karya kecil ini ku persembahkan pada sahabat-sahabat PMI, yang menemani
empat tahun kehidupanku dengan penuh suka cita…
Dan karya kecil ini, ku persembahkan dengan hormat kepada masyarakat Dusun
Lengki, Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, yang
memberikan realitas kehidupan dan mampu berusaha bangkit dari ketergantungan
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tuhan yang memberikan
Rahman dan Rahim-Nya pada seluruh umat manusia. Sehingga pada detik ini pun
hembusan nafas masih melalui rongga hidung kita. Tuhan yang selalu mengiringi
setiap langkah untuk menjalani realitas kehidupan yang berkerikil.
Doa-doa keselamatan berwujud salam dan Shalawat selalu teriring
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang membimbing dan mendidik kita dari
zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang penuh. Mendidiknya dengan
pendidikan yang memanusiakan dan membuang sisi kenabiannya didepan
jahiliyah.
Sebuah karya kecil dipersembahkan penulis dengan judul :
"MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI SAYUR TERHADAP
BENIH PABRIK: (Pendampingan Petani Sayur Menuju Kemandirian Benih Sayur di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo)". Karya yang tidak lepas dari campur tangan para pendidik dan doa yang tulus mengiringi. Terucap tanda terima kasih itu kepada :
1. Ayahanda dan Ibunda, yang selalu mengiringi setiap nafas dengan doa-doa bagi putra putrinya.
2. Prof. Dr. H. Abdul A’la, M.Ag sebagai Nahkoda yang gagah memimpin UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si selaku pimpinan tertinggi Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
4. Dra. Pudji Rahmawati, M. Kes dengan kesabaran luar biasa membimbing penulis sehingga tertuang karya kecil ini.
5. Dosen dan Staff, yang mendedikasikan waktu dan tenaga untuk mencetak generasi-generasi yang humanis.
6. Keluarga Bapak Tomo dan Masyarakat Dusun Lengki, memberikan pelajaran hidup yang nyata dan kemauan keras untuk
berjuang menunjukkan kekuatan masyarakat untuk mewujudkan mimpi
Penulis sepenuhnya menyadari, bahwa karya ini jauh dari
kesempurnaan. Hanya proses lah yang memberikan kesempurnaan itu sedikit
demi sedikit. Melalui sebuah proses pula, manusia belajar dengan bebas
tanpa ada batasan-batasan yang mengekangnya. Tidak banyak yang bisa
diharapkan oleh Penulis, kecuali kumpulan koreksi yang terus menyempurnakan
hasil penelitian partisipatif ini. Dan semoga karya kecil ini mampu menjadikan
bahan pembuka pikiran, bahwa ketidakberdayaan dapat bangkit dengan
membangunkan pola pikir kritis masyarakat.
Surabaya, 2 Agustus 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
PENGESAHAN PENGUJI... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... vii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
ABSTRAK ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Riset Pendampingan ... 7
C. Tujuan Riset Pendampingan ... 8
D. Manfaat Pendampingan ... 8
E. Definisi Konsep ... 9
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 11
BAB II KERANGKA TEORI
A. Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat ... 15
B. Revolusi Hijau Menjadikan Ketergantungan Melemahkan Petani... 20
C. Belajar Bersama Petani Alternatif Menuju Perubahan ... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian Aksi Partisipatif ... 26
B. Prosedur Penelitian Aksi Partisipatif ... 29
C. Subjek Penelitian dan Pendampingan ... 33
D. Teknik- Teknik Pengumpulan Data ... 34
E. Teknik Validasi Data ... 36
F. Teknik Analisis Data ... 37
G. Anlisis Steakholder ... 39
H. Perencanaan Operasional ... 43
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENDAMPINGAN A. Profil Desa ... 44
B. Sejarah Dusun Lengki ... 49
C. Pertanian Dusun Lengki ... 51
D. Adat dan Kebudayaan ... 63
BAB V KETERGANTUNGAN PETANI SAYUR TERHADAP BENIH PABRIK A. Melihat Aktivitas Petani Sayur Dusun Lengki... 68
B. Masuknya Benih Sayur Produksi Pabrik ke Dusun Lengki... 73
C. Hilangnya Pengetahuan Lokal Petani Sayur ... 83
D. Mencari Akar Masalah ... 89
BAB VI MELESTARIKAN PENGETAHUAN LOKAL MENUJU KEMANDIRIAN PETANI
A. Membangun Kesadaran Petani Sayur untuk
Memecahkan Masalah ... 102
B. Budidaya Benih sebagai Wujud Kemandirian ... 105
C. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sebagai Pengganti
Pestisida Kimia ... 110
BAB VII REFLEKSI
A. Kemandirian Petani Terbebas dari Ketergantungan... 114
B. Kedaulatan Pangan Perspektif Islam... 115
C. Catatan Pendamping ... 117
BAB VIII PENUTUP
A. Kesimpulan ... 119
DAFTAR PUSTAKA ... 121
LAMPIRAN ... 123
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
DAFTAR KETERANGAN
Tabel 3.1 Data subjek pendampingan
Tabel 3.2 Analisa partisipasi steakholder
Tabel 3.3 Perencanaan kegiatan
Tabel 4.1 Pembagian Luas Wilayah
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Suruh
Tabel 4.3 Pembagian Wilayah Administratif
Bagan 4.1 Keanekaragaman Pekerjaan Masyarakat Lengki
Tabel 4.4 Transek Dusun Lengki-Desa Suruh
Tabel 4.5 Kalender Musim Dusun Lengki
Tabel 4.6 Luas Lahan Garapan Petani dan Status Kepemilikannya
Tabel 4.7 Daftar Harga Sayuran
Tabel 5.1 Kegiatan Keluarga Petani Sayur
Tabel 5.2 Pengeluaran dan Pendapatan Petani
Tabel 5.3 Daftar Harga Benih Sayuran
Tabel 5.4 Trand and Change Dusun Lengki
Bagan 5.1 Keterkaitan Pihak-pihak Dalam Penyebaran Benih Pabrik
Bagan 5.2 Analisis Pohon Masalah Ketergantungan Petani Sayur
pada Benih Pabrik
Bagan 5.3 Analisi pohon Harapan Hilangnya Ketergantungan Benih
Pabrik Sehingga Terbangun Kemandirian Petani Sayur
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR KETERANGAN
Gambar 4.1 Peta Desa Suruh
Gambar 4.2 Peta Dusun Lengki
Gambar 4.3 Sawi Putih
Gambar 4.4 Kangkung Darat
Gambar 4.5 Bayam Cabut
Gambar 4.6 Daun Pepaya Sayur
Gambar 4.7 Daun Kemangi
Gambar 4.8 Kenikir
Gambar 4.9 Daun Ketala Rambat dan Singkong
Gambar 5.1 Kegiatan Petani Mempersiapakn Lahan
Gambar 5.2 Aktivitas Keluarga Petani Sayur
Gambar 5.3 Benih Produksi Pabrik
Gambar 5.4 Toko Pertanian di Sidoarjo
Gambar 5.5 Tanaman Pengendalian Hama Terpadu
Gambar 5.6 FGD (Focus group discussion) I
Gambar 5.7 FGD (Focus group discussion) II Merencanakan aksi lnjuan
Gambar 6.1 Aksi Membangun Kesadaran Petani Secara Persuasif
Gambar 6.2 Membersihkan Lahan sebelum Ditanam Benih
Gambar 6.3 Proses Persiapan Lahan Uji Coba
Gambar 6.4 Menyebar Benih Secara Tradisioanal
Gambar 6.5 Tanaman Bayam untuk Pembenihan Umur 50 Hari
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam termasuk
di sektor pertanian. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan
negara penghasil pertanian yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
memiliki iklim tropis yaitu musim penghujan dan kemarau yang di dalamnya
banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian baik pertanian irigasi maupun
tadah hujan.
Dengan adanya dua musim tersebut para petani dapat meningkatkan
pertanian mereka dan menyesuaikan tumbuhan atau jenis tanaman apa yang akan
ditanam baik pada musim penghujan maupun kemarau. Di musim penghujan
umumnya masyarakat petani lebih memilih untuk menanam padi dan musim
kemarau lebih dimanfaatkan untuk menanam pala wija atau jenis kacang
kacangan. Untuk kisaran musim penghujan ialah berada di bulan oktober sampai
maret, sedangkan musim kemarau kisaran bulan april sampai september. Tapi
diantara jenis tanaman yang telah disebutkan, terdapat beberapa tanaman yang
bisa ditanam dalam semua musim seperti tanaman sayur-sayuran yang dengan
keanekaragamannya dapat dipilh untuk ditanam di waktu-waktu tertentu dalam
masa kemarau maupun penghujan.
Petani yang bersentuhan langsung dengan kegiatan pertanian masih
kemiskinan terbanyak di Indonesia. Dengan keadaan seperti itu menandakan
bahwa pertanian Indonesia saat ini pengalami penurunan yang bertanda gagalnya
pembangunan pertanian di Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kelemahan pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah: Pengelolaan
hasil pasca panen, sarana dan prasarana, kepemilikan tanah, akses modal, tingkat
pendidikan, penguasaan teknologi, tingkat keterampilan dan sikap mental petani.1
Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk
Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 45% diantaranya
menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, dengan pendapatan yang relatif
rendah dibanding dengan penduduk yang tinggal di perkotaan2. Salah satu
gambarannya adalah masyarakat Dusun Lengki yang masih menggantungkan
hidupnya melalui petanian sayur. Petani sayur di dusun tersebut hanya memiliki
lahan yang relatif kecil, umumnya satu keluarga memiliki lahan tidak lebih dari
0,5 H. Bahkan dari total 20 petak lahan sayur yang berjumlah total 7 Hektar
umumnya telah menjadi hak milik PT. Citra land, dengan sewa Rp.200.000-
Rp.500.000/tahun.3 Dalam sosiologi barat petani yang memiliki lahan sempit
disebut Peasant bukan farmers, Peasant sendiri adalah petani yang memiliki
lahan sempit dan memanfaatkan sebagian besar dari hasil pertanian untuk
dimanfaatkan sendiri dan dijual.4
1
Sukino, Membangun Pertanian Dengan Pemberdayaan Masyarakat Petani, (Yogyakarta: Pustaka Perss, 2013), Hal.20
2
Loekman soetrisno, Paradigma Baru pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis,
(Yogyakarta: Kanisius,2002), hal.3 3
hasil wawancara dengan Suyadi (55) pada tanggal12 Maret 2016 4
Pembangunan pertanian bertujuan meningkatkan produksi pertanian
tanaman pangan untuk mencapai swasembada pangan, meningkatkan produksi
tanaman industri dan tanaman ekspor, mewujudkan agroindustri dalam negeri,
menciptakan lapangan kerja, serta berusaha meningkatkan pendapatan petani.
Program pembangunan pertanian tersebut tidak tergambarkan pada
masyarakat petani sayur yang ada di Dusun Lengki. Dusun Lengki sendiri
merupakan salah satu dari tiga dusun yang ada di Desa Suruh Kecamatan
Sukodono Kabupaten Sidoarjo yang terkenal akan penghasil sayuran dataran
rendah. Akan tetapi semakin tahun petani sayur yang ada di dusun tersebut
semakin terjepit perekonomiannya, seperti yang telah diungkapkan Rubiah (57) :
"Saiki negal nandur sayuran iku kudu iso ngirit soale semakin tahun regane benih, pupuk, buruh nandur, ngerumat lan panen wes ora
kurup ambek hasil panen". (berkebun sayur sekarang itu harus bisa
hemat soalnya semakin tahun harga benih, pupuk, butuh tanam, merawat, dan proses panen tidak seimbang dengan hasil panen yang didapatkan)5
Meski demikian petani tetap berjuang mempertahankan hidupnya melalui
pertanian sayur. Dengan keadaan geografis yang rendah dan curah hujan yang
tidak terlalu tinggi para petani sayur menanam berbagai macam sayuran
diantaranya adalah sawi, kangkung, kenikir, daun pepaya, bayam, daun ketela dan
daun kemangi.
Kebutuhan benih pabrik petani sayur dari 20 petani di Dusun Lengki
sendiri mencapai 50-70 kg setiap bulannya meliputi setiap tanaman seperti
kangkung, bayam, sawi, kenikir. Sedangkan pada saat ini benih pabrik rata-rata
5
mencapai Rp.30.000- Rp. 50.000 perkilonya.6 Jika petani seluruhnya menanam
tiga macam sayuran (bayam, kangkung, sawi), maka total pengeluaran benih
setiap bulannya Rp.50.000 x 50 kg x 3 = Rp. 7.500.000 untuk keseluruhan petani
sayur yang ada di Dusun Lengki.
Petani sayur juga sangat bergntung pengairan, di Desa Suruh terdapat
aliran sungai yang cukup besar yaitu sungai Buntar yang dimanfaatkan untuk
pengairan sawah dan ladang petani termasuk bertanam sayur. Sungai Buntar
sendiri merupakan Sub DAS Brantas yang menjadi bagian terpenting dari
kehidupan masyarakat, terutama tujuh kabupaten / kota di Jawa Timur.
Setidaknya lebih dari 20 juta penduduk Jawa Timur atau 56% dari jumlah
penduduk keseluruhan memanfaatkan air dari aliran sungai Barantas ini.7
Pertanian sayur di daerah ini masih belum tersentuh bantuan dari
pemerintah, yang mana pemerintah memiliki program pembangunan pertanian.
Program pembangunan pertanian di Indonesia tidak lepas dari konsep Revolusi
Hijau. Pada permulaan tahun 1970-an, pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program
revolusi hijau, yang di masyarakat petani di kenal dengan program BIMAS
(bimbingan masyarakat). Program BIMAS (bimbingan masyarakat) baru diuji
coba dan ditinjau kembali dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.8
BIMAS (bimbingan masyarakat) sendiri merupakan program revolusi hijau yang
mana adalah untuk menaikkan produktivitas sektor pertanian, khususnya
6
hasil wawancara dengan Tomo (60) pada tanggal12 Maret 2016 7
Widianto, Suprayogo D, Sudarto, dan Lestariningsih ID. 2010. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS Brantas, Jawa Timur, Working Paper. Bogor : World
AgroforestryCentre. Hal. 1 8
sektor pertanian pangan, melalui penerapan paket teknologi pertanian modern.
Paket tersebut terdiri atas pupuk non -organik, obat - obatan pelindung tanaman,
dan benih tanaman unggul.
Meskipun revolusi hijau mampu mencapai tujuan makronya, yakni
meningkatkan produktivitas sub -sektor pertanian pangan, namun pada tingkat
mikro revolusi hijau tersebut telah menimbulkan berbagai masalah tersendiri.
Salah satu masalah yang sangat penting adalah terjadinya keseragaman bibit di
Indonesia. Revolusi hijau membuat petani Indonesia menjadi bodoh. Banyak
pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian telah banyak dilupakan oleh
petani. Para petani lebih menggantungkan diri pada paket-paket teknologi
pertanian produk industri. Ketergantungan tersebut menimbulkan suatu
kerentanan baru, yakni petani Inonesia menjadi obyek permainan harga produk-
produk tersebut.9
Berbagai macam jenis benih sayur dengan mudah dijumpai di pasaran
yang diperjual belikan dengan bebas. Jenis-jenis benih sayur yang beredar di
pasaran diantaranya: Benih Pertiwi, BISI, Panah Merah, Cia Tai dan lain
sebagainya, dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan produsen dalam setiap
jenis benih sayur yang dihasilkan. Adanya berbagai jenis benih sayur tersebut
telah memberi kemudahan bagi petani untuk mendapatkan benih-benih
unggul untuk ditanam pada lahan pertanian mereka.
Petani sayur di Dusun lengki sendiri mengalami hal yang sama, mereka
seakan lebih bangga dan berharap lebih dengan benih yang disediakan oleh
9
pabrik. Padahal secara kualitas para petani sayur bisa membuat benih sayur secara
mandiri, tapi dengan pengaruh benih pabrik yang lebih unggul maka lambat laun
para petani meninggalkan benih lokal hasil budi daya secara mandiri. Benih
ciptaan petani mulai hilang karena adanya larangan petani untuk menanam benih
lokal, dengan alasan produktifitasnya rendah dan rentan akan terserang penyakit.
Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat Lengki terhadap
benih sayur buatan pabrik tersebut, secara tidak langsung semakin membuat
masyarakat memiliki ketergantungan terhadap pabrik. Memang dalam
kenyataannya masyarakat akan lebih dimudahkan dengan adanya benih instan ini.
Namun, seiring berjalannya waktu hal tersebut kurang memberikan dampak
baik terhadap petani. Hal tersebut sudah mulai dirasakan salah satu petani Sayur
Lengki, Kabul (55), yang mengatakan bahwa benih pabrik sudah membawa
candu bagi petani, kesenangan terhadap benih buatan pabrik tersebut sudah mulai
dirasakan dampaknya, salah satunya harga yang tidak stabil serta mulai
memudarnya kemandirian pembenihan petani yang pernah mereka lakukan di
masa lalu.10
Selama ini petani hanya fokus kepada hasil pertanian sayur yakni ditanam
kemudian dipanen untuk dijual tanpa memikirkan hal lain yang bisa dilakukan
untuk melepaskan ketergantungan akan benih pabrik. Dalam Undang-Undang No.
12/1992 telah disebutkan bahwa “petani memiliki kebebasan untuk menentukan
pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya”, tetapi ayat tersebut dimentahkan
10
lagi oleh ayat berikutnya, yakni “petani berkewajiban berperan serta dalam mewujudkan rencana pengembangan dan produksi budidaya tanam”.11
Fenomena sosial yang terjadi di Dusun Lengki, yaitu mulai meningkatnya
rasa ketergantungan terhadap benih sayur produksi pabrik. Hal itu merupakan
suatu konsekuensi dari sistem pertanian yang mengacu pada kebijakan pada
masa pemerintahan orde baru dengan revolusi hijaunya. Sehingga mau tidak mau
untuk terus menjaga kestabilan usaha taninya, mereka harus membeli benih yang
disediakan pasar yang berasal dari perusahan-perusahaan benih. Sehingga
ketergantungan terhadap produk luar pun tidak dapat dihindarkan lagi.
Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji dan terlibat aktif dalam proses
pemberdayaan yang berjudul " MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI
SAYUR TERHADAP BENIH PABRIK (Pendampingan Petani Sayur Menuju
Kemandirian Benih Sayur di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sidoarjo)
B. Fokus Riset Pendampingan
Petani di Dusun Lengki merupakan sebagian kecil dari petani di
Indonesia yang mulai mengalami ketergantungan akibat sebuah sistem yang
tebentuk terhadap benih produksi pabrik. Sehingga menimbulkan adanya
ketergantungan mereka untuk selalu menggantungkan pihak luar dalam hal
penyedian beni hsayur. Sehingga kendali penyediaan benih bertumpu pada
pabrik-pabrik benih sayuran diantaranya: Bisi, panah merah, pertiwi, Cia Tai.
11
Sistem ketergantungan ini dapat menjebak petani untuk tidak bisa berbuat apa-apa
dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya dalam mewujudkan kemandirian
petani. Dari uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti selama proses
pemberdayaan adalah :
1. Bagaimana bentuk ketergantungan petani sayur terhadap benih pabrik di
Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?
2. Bagaimana strategi pemberdayaan petani sayur dalam menciptakan
kemandirian benih di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sidoarjo?
C. Tujuan Riset Pendampingan
Adapun tujauan/ harapan dari pendampingan ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bentuk ketergantungan petani sayur terhadap benih pabrik di
Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo
2. Mengetahui strategi pemberdayaan petani sayur dalam menciptakan
kemandirian benih di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sidoarjo
D. Manfaat Pendampingan
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil riset pendampingan ini
antara lain adalah meliputi beberapa hal sebagaimana berikukut:
Untuk memberikan sumbangan pada khasanah keilmuan pemberdayaan
masyarakat melalui pengembangan pertanian sayur yang memiliki
kemandirian benih. Selain itu memberi kontribusi atau sumbangan pemikiran
bagi jurusan pengembangan masyarakat islam atau praktisi pemberdaya
masyarakat dalam menggali potensi yang dimiliki masyarakat atau komunitas
lokal.
2. Manfaat Praktis
Memberikan suatu kemanfaatan bagi para petani sayur khususnya yang
ada di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo
dalam membaca masalah sosial yang realistis, dalam hal ini menghilangkan
ketergantungan benih pabrik melalui kemandirian benih petani. Selain itu
Petani dapat memahami bagaimana masalah yang menjerat kehidupan
mereka, menemukan solusi hingga pelaksanaan solusi yang telah disepakati.
Sehingga dari setiap proses yang dilakukan dapat memberikan motivasi
kepada petani agar mampu meningkatkan partisipasi dalam pembangunan
Desa, Khususnya Dusun Lengki.
E. Definisi Konsep
Pada dasarnya konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian
dan konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau
gejala-gejala yang diamati maka dalam pembahasan ini peneliti memberikan
batasan-batasan konsep dari judul yang ada, sebagai berikut:
Pendampingan dapat dipahami sebagai kegiatan pemberdayaan
masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping sebagai fasilitator,
komunikator, motivator dan dinamisator. Pada dasarnya, pendampingan
merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan
berbagai potensi sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih
baik. Selain itu diarahkan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan
yang terkait dengan kebutuhan masyarakat, membangun kemampuan dalam
meningkatkan pendapatan, mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan partisipatif.12
2. Petani sayur
Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya
atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari
kegiatan itu.13 Petani sayur dalam penelitian dan proses pendampingan ini
adalah komunitas yang bertempat tinggal di desa yang menggantungkan
hidupnya melelui pertanian sayur dalam hal ini petani sayur yang berada di
Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.
3. Ketergantungan
ketergantungan adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang berada
dalam keadaan serba kekurangan sehingga memerlukan bantuan untuk
kelangsungan hidupnya secara normal. Dalam penadampingan ini yang
dimaksud ketergantungan ialah ketergantungan benih, dimana petani sayur
12
http://greenblue-phinisi.blogspot.co.id/2009/06/pendampingan-dalam pemberdayaan.html. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016
13
terpola oleh suatu kebijakan yang membuat mereka membutuhkan benih
untuk menanam sayur dengan asumsi benih pabrik menjaadi solusi pertanian
menuju hasil produksi yang tinggi dan berkualitas.
4. Benih
Dalam pertanian benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami
perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman.
5. Kemandirian
Kemandirian berarti hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa
bergantung pada orang lain.14 menurut Antonius seseorang yang mandiri
adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan
kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau
perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) demi
pemenuhan hidupnya dan sesamanya.15
6. Lengki
Lengki merupakan sebuah dusun yang terletak di Desa Suruh Kecamatan
Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Desa ini memiliki pertanian padi maupun
pertanian sayur yang membentang disekitar aliran sungai sub Brantas yakni
sungai Buntar.
F. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dalam pemberdayaan petani
untuk terlepas dari bayang-bayang produk pabrik yang membuat ketergantungan
14
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hal. 555
15
petani dalam alternaif pengembangan usaha tani melaui kemandirian petani
termasuk pengetahuan ilmu lokal petani dalam membangun kemandirian tersebut.
Adapun penelitian yang dimaksud antara lain
Pertama adalah skripsi Muslim Afandi, Merubah Belenggu Sistem
Pertanian Kimia Kepada Sistem Pertanian Ramah Lingkungan
(Pengorganisasian untuk Penguatan Petani Akibat Melemahnya Ketahanan
Pangan Melalui Sekolah Lapang Terpadu di Desa Polan Kecamatan Polanharjo
Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah) yang membahas Permasalahan
melemahnya ketahanan pangan yang diakibatkan dari sistem pertanian yang
masih menggunakan bahan kimia. Sehingga mengancam keberlanjutan dari
pertanian masa depan kemudian melakukan pengorganisasaian dengan mengubah
cara pandang petani untuk melakukan pertanian ramah lingkungan.
Kedua adalah skripsi dari Aisyatul Hana, Pembebasan Petani Jagung Dari
Ketergantungan Benih Hibrida Pabrik (Pemberdayaan Komunitas Petani Jagung
di Dusun Satu Desa Sudimoro Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten). Dalam
proses disebutkan peneliti bersama fasilitator ahli pertanian dan kelompok
tani Dadi Luhur Dusun Satu Sudimoro menjalin kerja sama untuk keluar
dari masalah yang membelitnya dalam penyediaan benih jagung. Akhirnya
diperoleh kesepakatan untuk melakukan penyilangan benih jagung. Karena
dari penyilangan ini akan memunculkan varietas baru jagung, dengan
munculnya varietas baru sedikit demi sedikit dapat membantu petani dalam
hal penyediaan benih dengan mandiri tanpa ada lagi ketergantungan dengan benih
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika adalah salah satu unsur penelitian yang sangat penting
agar penulisan hasil penelitian bisa terarah. Penulisan skripsi ini secara
keseluruan terdiri dari VII Bab, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pada bab I merupakan bab yang mengawali pembahasan tentang judul
skripsi yang diambil oleh pendampig antara lain: mengenai latar belakang
masalah yang terjadi di lokasi penulisan skripsi termasuk juga fokus riset
pendampingan, tujuan dan manfaat riset pendampingan, definisi konsep,
Penelitian terdahulu yang relevan dan juga sistematika pembahasan bab per
bab dari skripsi.
2. Pada bab II akan membahas tentang teori-teori, yaitu konsep dakwah Dalam
pemberdayaan, Revolusi hijau yang menjadikan ketergantungan melemahkan
kemandirian dan belajar bersama petani sebagai alternatif menuju perubahan.
3. Pada bab III membahas tentang metode riset aksi partisipatif. Dalam bab ini
berisi tentang metode pendekatan yang digunakan dalam riset, prosedur
dalam penelitian PAR (Participatory Action Research), subjek penelitian dan
penadmpingan, teknik-teknik pendampingan, teknik pengumpulan data,
teknik validasi data, teknik analisi data riset untuk pendampingan dan
jadwal operasional yang menjelaskan tentang waktu dan juga pihak-pihak
yang terkait dalam riset pendampingan yang dilakukan.
4. Pada Bab IV akan membahas tentang gambaran umum lokasi riset
dampingan. Dalam bab ini dijelaskan tentang profil Dusun Lengki secara
pertanian Dusun Lengki yang menjadi sektor utama Pertanian di Dusun
tersebut.
5. Pada Bab V membahas tentang analisa situasi problematik yang terjadi di
Dusun Lengki, meliputi perubahan pertanian di Dusun Lengki karena
masuknya benih sayur dari pabrik, kegiatan masyarakat, analisi pengeluaran
masyarakat serta sikap ketergantungan petani terhadap benih pabrik.
6. Pada bab VI pendamping akan menyajikan alternatif untuk memecahkan
problem yang terjadi yaitu pembenihan secara mandiri dan menerapkan
kemandirian pengendalian hama terpadu sehingga memberdayakan petani
sayur dalam peningkatan pertanian sayur.
7. Pada Bab VII yaitu refleksi teoritis dimana pendamping menguraikan refleksi
kemandirian melepas ketergantungan dan kedaulatan pangan perspektif islam
8. Pada Bab VIII membahas tentang kesimpulan dari proses riset dampingan
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “ Empowerment”, yang biasa
diartikan sebagai pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan
“kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung.16
Pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian upaya untuk menolong masyarakat
agar lebih berdaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan berusaha
mengoptimalkan sumber daya tersebut sehingga dapat meningkatkan kapasitas
dan kemampuannya dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya sekaligus
dapat meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatan - kegiatan
swadaya.
Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang
ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial: yaitu masyarakat yang berdaya,
memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial
seperti memiliki kepercayaan diri, maupun menyampaikan aspirasi, mempunyai
mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam
melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.17
16
Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan , (Bandung: Humaniora, 2008), hal. 82 17
Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai
penguatan diri untuk meraih keinginan yang dicapai. Pemberdayaan akan
melahirkan suatu kemandirian masyarakat, baik kemandirian berfikir, sikap,
maupun tindakan yang pada akhirnya mampu memunculkan sebuah kehidupan
yang lebih baik. Pemberdayaan masyarakat sendiri tidak bisa terpisah dari
kegiatan dakwah. Secara tidak langsung pemberdayaan merupakan serangkaian
daripada kegiatan dakwah.
Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dengan asal kata (ﻮ ﻴ ا- ) yang
dalam bentuk mashdarnya ﻮ mempunyai arti ajakan, seruan, panggilan, atau
undangan.18 Sedangkan menurut Istilah, dakwah ialah segala usaha dan kegiatan
yang sengaja berencana dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang
mengandung ajakan dan seruan baik langsung atau tidak langsung, ditujukan
kepada orang perorangan, masyarakat atau kelompok masyarakat agar tergugah
jiwanya, terketuk hatinya ketika mendengarkan perintah dan peringatan ajaran
Islam yang kemudian menghayati, menelaah dan mempelajari untuk diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Menurut Syeh Ali Mahfudz dalam Hidayat Al-Mursyidin,
sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Mih. Ali Aziz adalah19 :
ﺙﺤ
ا
ﺎﻨ
ا
ﻮﺮﻴﺧ
ا
ﻮ ﻬ
ا
ﻮﻒﻮﺮ ﻤ ﺎ ﺮﻤﻷ
ا
ﺎ اﻮﺰﻮﻔﻴ ﺮﻜﻨﻤ اﻦ ﻬﻨ
ا
ﻮ ﺠﺎ
ا
ﺠﻷ
“Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan petunjuk, meyeruh mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari berbuat mungkar agar mendapat kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat”
18
Zulkifli Mustan, Ilmu Dakwah , (Makassar: Pustaka Al-Zikra, 2005), hal. 2 19
Berdasarkan kajian konsep dasar pengembangan masyarakat yang
dilanjutkan dengan merekonstruksi konsep dakwah sebagai bagian dari upaya
membangun paradigma baru model dakwah maka dakwah pengembangan
masyarakat harus mengikuti beberapa prinsip dasar yaitu: Peratama, orientasi
pada kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Dakwah tidak dilaksanakan
sekadar merumuskan keinginan sebagian masyarakat saja, tetapi direncanakan
sebagai usaha membenahi kehidupan sosial bersama masyarakat agar penindasan,
ketidak adilan dan kesewenang wenangan tidak lagi hidup ditengah -tengah
mereka. Skala makro yang menjadi sasaran dakwah bukan berarti meninggalkan
skala mikro kepentingan individu anggota masyarakat.
Kedua, dakwah pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya
melakukan social engineering (rekayasa sosial) untuk mendapatkan suatu
perubahan tatana kehidupan sosial yang lebih baik. Disamping kedua prinsip
dasar tersebut, ada beberapa prinsip yang lain yangharus terpenuhi dalam dakwah
pengembangan masyarakat yaitu:
1. Prinsip Kebutuhan : Artinya, program dakwah harus didasarkan atas dan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik materil dan non materil.
2. Prinsip Partisipasi : Prinsip dakwah ini menekankan pada keterlibatan
masyarakat secara aktif dalam proses dakwah, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, penilaian, dan pengembangannya.
3. Prinsip Keterpaduan: Mencerminkan adanya upaya untuk memadukan seluruh
potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, bukan monopoli
4. Prinsip Berkelanjutan: Prinsip ini menekankan bahwa dakwah itu harus
sustainable . Artinya, dakwah harus berkelanjutan yang tidak dibatasi oleh
waktu. Prinsip Keserasian; Mengandung makna bahwa program dakwah
pengembangan masyarakat harus mepertimbangkan keserasian kebutuhan
jasmaniah dan ruhaniah masyarakat.
5. Prinsip Kemampuan Sendiri: Menegaskan bahwa kegiatan dakwah
pengembangan masyarakat disusun dan dilaksanakan berdasarkan kemampuan
dan sumbersumber (potensi) yang dimiliki masyarakat. Adapun keterlibatan
pihak lain hanyalah bersifat sementara yang berfungsi sebagai fasilitator dan
transformasi nilai keagamaan.20
Di era modern saat ini dakwah tidak hanya dibatasi ceramah atau khutbah
(dakwah bil-lisan) melainkan kegiatan nyata yang dapat mengangkat,
meningkatkan harkat dan martabat kehidupan masyarakat (dakwah bil-hal).
Karena dakwah dengan menggunakan metode ceramah saja dirasa kurang
mengena kepada masyarakat dan kurang mendapat perhatian masyarakat bila
tidak dibarengi dengan aksi nyata yang membuahkan hasil berupa peningkatan
kesejahteraan masyarakat dari keadaan sebelumnya.
Dengan uraian tersebut maka upaya pemberdayaan masyarakat Islam yang
dimaksud oleh peneliti adalah bagaimana sebenarnya masyarakat Islam yakni
memberdayakan dirinya melalui komunitas usaha petani sayur dalam upaya
kemandirian pembenihan sayur agar menurunkan tingkat ketergantungan petani
sayur Dusun Lengki akan benih yang diproduksi pabrik.
20
Karena pada dasarnya dalam islam para umatnya juga dianjurkan untuk
senantiasa melakukan pemberdayaan dan pengembangan baik dalam aspek
ekonomi, sosial, agama, ataupun sosial budaya. Disamping itu sebagai umat Islam
juga dianjurkan untuk terus berusaha dan menggali potensi yang dimiliki oleh
komunitas tersebut baik berupa sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam,
sebagaimana disinyalir dalam al -qur’ an Surat Ar-Ra'du ayat:1 dan sebagai
berikut :
Artinya : " Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.21
Selanjutnya gambaran ayat al-Quran dalam kaitannya manusia dengan
alam yang diterangkan dalam al-Quran surat Al-Hijr ayat:58
Artinya :"Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik".22
21
Al-Quran terjemahan, (Bandung:PT Sygma Examedia Arkendlema) 22
Dari dua ayat di atas, dapat dinyatakan bahwa sebenarnya sebagai umat
Islam, seharusnya senantiasa melakukan proses- proses pemberdayaan untuk
meningkatkan kualitas hidup mereka baik di dunia ataupun di akhirat. Aspek
penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah program sendiri yang disusun
oleh masyarakat, menjawab kebutuhan masyarakat, keterlibatan komunitas,
dibangun dari sumber daya lokal setempat, memperhatikan dampak lingkungan,
tidak menciptakan ketergantungan, dan berkelanjutan. Proses- proses
pemberdayaan tersebut bisa dilakukan melalui beberapa cara dan meliputi
beberapa aspek, termasuk juga di dalamnya aspek pengembangan ekonomi
sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas petani sayur dalam proses
kemandirian akan ketergantungan benih pabrik di Dusun Lengki.
B. Revolusi Hijau Menjadikan Ketergantungan Melemahkan Kemandirian Petani
Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian
untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya
menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan
teknologi lebih maju atau modern. Program pembangunan pertanian di Indonesia
tidak lepas dari konsep Revolusi Hijau. Pada permulaan tahun 1970-an,
pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian yang
dengan program BIMAS (Bimbingan Masyarakat). Program BIMAS baru diuji
coba dan ditinjau kembali dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.23
Di Indonesia, penggunaan benih unggul, pupuk dan pestisida kimia
merupakan bagian dari program Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius Orde
Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi
modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an. Di mana para petani dituntut untuk
menggunakan benih unggul hasi produksi pabrik pembenihan, sehingga dapat
dipastikan petani akan mengalami ketergantungan yang besar akan pruduk benih
hasil pabrik yang menjadikan kelemahan kemandirian proses pertanian yang
mereka miliki selama ini.
Petani yang merasa butuh akan benih unggul membeli kebutuhan benih
pada pabrik, padahal sebelumnya para petani memiliki kemandirian akan
pembenihan benih secara mandiri. Dikarenakan konsep yang telah terencana maka
petani digiring untuk tetap menggunakan benih pabrik tanpa mereka sadari. proses
ketergantungan petani akan benih luar maupun pabrik secara tidak langsung
membelenggu kebebasan petani yang tanpa mereka sadari, belenggu sendiri
menurut Gramsci merupakan hegemoni. Hegemoni adalah suatu kelas dan
anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan
cara kekerasan dan persuasi. Terkait dengan hal ini, Simon menyatakan bahwa
hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan,
23
melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik
dan ideologis.24
Teori di atas dapat diaplikasikan untuk membedah masalah terjadinya
yaitu petani sayur tidak terasa dikendalikan oleh para penguasa yang mempunyai
kebijakan dalam pembuatan keputusan melalui politik, mereka tertindas tidak
melalui kekerasan melainkan dengan kebijakan. Benih pabrik yang dipromosikan
memiliki nilai lebih sehingga secara halus petani sayur tergiring mengikutinya
untuk menanam bibit unggul hasil pabrik dan lambat laun keterampilan petani
dalam pembenihan bibit secara mandiri akan hilang.
Untuk itu perlu adanya kesadaran yang kritis dalam menyikapi masalah
sosial ekonomi petani tersebut, sehingga dengan pendampingan masyarakat
berbasis partisipatif akan membuka kesadaran mereka akan kemandirian yang
selama ini mereka tinggalkan. Hal ini mengacu pada pernyataan Alimanda dari
George Ritzer yang mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif
menciptakan kehidupannya sendiri yaitu kreatif, aktif dan evaluaitif dalam
memilih dari berbagai alternatif tindakan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Hal
ini sejalan dengan paradigma pembangunan pertanian yang menghargai petani
sebagai subjek yang mengelola dan mengambil keputusan dalam setiap usaha
taninya.
24
C. Belajar Bersama Petani Sebagai Alternatif Menuju Perubahan Sosial
Dalam proses pemberdayaan peran masyarakat adalah sebagai masukan
dan keluaran. konsep pemberdayaan sebagai suatu konsep alternatif
pembangunan, yang pada intinya memberikan tekanan otonomi pengambilan
keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya
pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokratis dan pembelajaran sosial
melalui pengalaman langsung. sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab “civil
society” akan merasa siap diberdayakan lewat isue-isue lokal.
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses siklus terus menerus. Proses
partisipasi dimana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal
maupun non formal. Untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta usaha
mencapai tujuan bersama. Proses partisipasi dapat diklasifikasi menjadi enam
tahapan, yaitu mulai dari penerimaan informasi, pemberian tanggapan terhadap
informasi, perancanaan, pelaksanaan, penilaian, dan akhirnya penilaian kembali
atas hasil pembangunan. Partisipasi masyarakat ini diharapkan dapat membawa
dampak yang baik magi masyarakat menuju kearah yang lebih baik dan mandiri.
Jadi pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses, ketimbang sebuah
pendekatan cetak biru.25
Program pendampingan masyarakat ini dapat mengantarkan masyarakat
menjadi komunitas belajar (learning Community), masyarakat menjadi komunitas
yang semakin aktif (active Community) dalam menolong dirinya sendiri (helping
themselves). Dalam proses inilah, usaha strategi pengembangan berbasis
25
masyarakat dalam rangka mengorganisir masyarakat di bagian akar rumput
menjadi bagian penting dari menciptakan program berkelanjutan. Berbagai
elemen dan unsur masyarakat didorong dan difasilitasi terus menerus, yang
akhirnya mengurangi angka kemiskinan, peningkatan sumberdaya manusia,
peluang dan pilihan kerja serta adanya peningkatan kualitas kelembagaan
pelayanan itu sendiri.
Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga memiliki dasar tujuan yang
harus dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, pemberian
kewenangan, dan kedua pemberian kapasitas pada masyarakat. Oleh karena itu,
proses yang saling berhubungan itu dititik beratkan pada pemberian wewenag dan
pengembangan kapasitas masyarakat agar terciptanya perubahan sosial yang
menyeluruh.26
Konsep pendidikan non formal yang diadakan dalam proses
pendampingan pemberdayaan sangat penting perannya. Tujuan dari pendidikan
non formal semacam sekolah lapang bersama petani ini akan banyak menyerap
partisipasi dari masyarakat atau petani. Sekolah lapang berkonsep non formal,
bagi petani dirasa lebih efektif karena tidak terpaku oleh waktu. tempat dan
suasana yang formal seperti di lakukan di sebuah gedung dengan menggunakan
pakaian yang disesuaikan. Selain itu, pendidikan non formal berguna agar lebih
dekat dengan lingkungan. Menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai,
mengidentifikasi dan memutuskan alternatif pilihan, evaluasi hasil proses, dan
dampak dari kegiatan. Dengan demikian manajemen strategis berupaya untuk
26
mendayagunakan berbagai peluang baru yang akan mungkin terjadi pada masa
yang akan datang untuk memberdayakan masyarakat.27
Wujud dari belajar bersama petani adalah mengajak petani untuk belajar
memahami kenyataan yang dihadapi dalam kehidupan. Petani akan belajar
menemukan sendiri ilmu dan rumus dalam realita kehidupan. Oleh karena itu
petani tidak hanya sekedar menerapkan pengalamannya untuk jadi pedoman
pembelajaran (learning by doing). Namun juga akan menciptakan ilmu baru yang
digunakan untuk menyelamatkan tanah dan aset sumber daya masyarakat. Proses
penemuan ilmu (discovery learning) yang dinamis sangat diharapkan dalam
menyongsong perubahan yang diinginkan.28 Sehingga dalam target yang muncul
adalah terbentuknya sosok petani ahli yang siap meneliti masalah dan tantangan
masa depan.
27
Adi, Fahrudin. Pemberdayaan Pasrtisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat, (Bandung: Humaniora, 2011), hal 76.
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF
A. Pendekatan Penelitian
Pada proses pendampingan di Dusun Lengki Desa Suruh ini peneliti
menggunakan pendekatan Participation Action Research (PAR). Penelitian PAR
merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang
terkait (stakeholders) dalam mengkaji sebuah masalah yang terjadi pada
kehidupan petani tambak dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke
arah yang lebih baik.
Secara bahasa PAR terdiri dari tiga kata yaitu partisipatory atau dalam
bahasa Indonesia partisipasi yang artinya peran serta, pengambilan bagian, atau
keikutsertaan. Kemudian Action yang artinya gerakan atau tindakan, dan Research
atau riset artinya penelitian atau penyelidikan.29 Metode PAR memiliki tiga kata
yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua
riset harus diimplementasikan dalam aksi. Sedangkan aksi tersebut bisa jadi
berbeda dengan situasi yang sebelumnya berdasarkan dengan riset yang dikaji.
Proses pendampingan ini merupakan sebagai upaya untuk
mengembangkan dan memperkuat kapasitas masyarakat. Penguatan ini
dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran petani tentang kekuatan potensi
yang ada pada diri mereka yang selama ini tetutup oleh masukan dari luar seperti
promosi yang baik atau pencitraan terhadap benih unggul produksi pabrik
29
sehingga kekuatan potensi yang ada pada tubuh petani sendiri kurang disadarai.
Sebagaimana yang telah diungkapkan Pyne yang dicuplik oleh Edi Suharto,
Bahwa prisnip utama pendampingan adalah memandang masyarakat dan
lingkungannya sebagai sisitem sosial yang memiliki kekuatan positif dan
bermanfaat bagi pemecahan masalah, karena bagian dari pendekatan
pendampingan adalah menemukan sesuatu yang baik dan membantu masyarakat
memanfaatkan kekuatan positif tersebut.30
Pendekatan PAR ini dirasa tepat untuk mendukung proses pemberdayaan
pada para petani. Terutama bagi para petani sayur yang ada di Dusun Lengki,
yang harus bangkit untuk melepaskan ketergantungan para petani pada belenggu
benih pabrik yang membuat petani semakin terdesak. Hal ini mengacu pada
pernyataan Alimanda dari George Ritzer yang mengungkapkan bahwa manusia
adalah makhluk yang aktif menciptakan kehidupannya sendiri yaitu kreatif, aktif
dan evaluaitif dalam memilih dari berbagai alternatif tindakan dalam mencapai
tujuan-tujuannya.31 Sehingga dengan keaktifan dan kreatifitas yang dimiliki petani
sayur Lengki mampu untuk merrubah keadaan, mampu bangkit untuk melepas
ketergantungan benih sayur dari pihak luar. Dengan pendekatan PAR yang
dilakukan ini diharapkan mampu untuk meningkatkan dukungan partisipatif yanf
bersumber dari kemauan keras para petani sayur itu sendiri untuk menuju
kemandirian dan terbebas dari ketergantungan benih tersebut.
30
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2005), hal 94.
31
Menurut Agusta partisipasi adalah proses bersama saling memahami,
menganalisis, merencanakan, dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota.32
Sedangkan menurut Hawort Hall, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian
yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari
penelitian. 33 Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan untuk
mendapatkan perubahan yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan
pendekatan PAR dalam penelitian ini, yaitu metode riset sekaligus pemetaan
bersama masyarakat. Metode yang mempelajari kondisi kehidupan di masyarakat
Lengki dan juga dapat menganalisis tentang masalah petani sayur yang ada di
Dusun Suruh.
Adapun beberapa prinsip-prinsip kerja PAR yang menjadi karakter utama
dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas. Adapun prinsip-prinsip dari
Participatory Action Research34 akan terurai sebagai berikut:
a. Masyarakat dipandang sebagai subyek bukan obyek
b. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku
c. Peneliti memposisikan dirinya sebagai insider bukan outsider
d. Focus pada topik utama permasalahan
e. Pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan indikator sosial
(indikator evaluasi partisipatif). Kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui
32
Brita, Mokelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan,
(Yogyakarta: Yayasan Obor, 2003), Hal. 45 33
Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Resertch (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal.93
34
proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan,
penilaian, dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan.
f. Keterlibatan semua anggota kelompok dan menghargai perbedaan.
g. Konsep triangulasi yaitu untuk mendapatkan informasi yang kedalamanya
dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk
pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck)
h. Optimalisasi hasil
i. Fleksibel dalam proses partisipasi
B. Prosedur Penelitian di lapangan
Metode PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain,
yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi.
Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan PAR dalam pendampingan ini,
berikut adalah cara kerja PAR untuk menggerakkan masyarakat atau komunitas
sebagai berikut:35
1. Pemetaan Awal (Preleminary Mapping)
Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami realitas problem dan
relasi sosial yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk dalam
komunitas baik melalui key people (kunci masyarakat) maupun komunitas
akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan, kelompok
kebudayaan, maupun kelompok ekonomi. khusunya dalam hal ini penadmping
bersama komunitas petani sayur melakukan pemetaan bersama-sama.
35
2. Membangun Hubungan Kemanusiaan
Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust
building) dengan petani sayur sehingga terjalin hubungan yang setara dan
saling mendukung. Yang kemudian menciptakan satu pemikiran antara
peneliti dan masyarakat. Dalam PAR yang biasa disebut meeting of mind.
3. Penentuan Agenda Riset
Bersama warga, peneliti mengagendakan program melalui teknik
Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk memahami persoalan para petani
sayur Dusun Lengki yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Dalam
melaksanakan penelitian ini peneliti hanya seorang diri sehingga
dimungkinkan kurang efektif dalam keberlanjutan kegiatan sehingga untuk
menambah kemamouan dilapangan peneliti mengajak beberapa warga lokal
yang aktif dalam proses pemberdayaan ini. Untuk membantu riset penelitian
ini peneliti mengajak dua orang yaitu Saidi (60) sebagai kepala dusun yang
sangat berpengaruh dikalangan masyarakat dan yang kedua adalah Tomo (58)
sebagai petani sayur ahli yang mampu untuk menularkan ilmu pembenihan
karena dialah yang memperakarsai awalnya pertanian sayur di Daerah Dusun
Lengki.
Setelah terbentuk tim maka akan ditindak lanjuti dalam kegiatan FGD
yang mengajak para petani sayur pada umumnya. Penentuan agenda riset
sendiri berangkat dari kegiatan FGD bersama petani sayur Lengki. peneliti
untuk memahami persoalan para petani sayur Dusun Lengki yang selanjutnya
menjadi alat perubahan sosial
4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)
Bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang
dialami. Khususnya pemetaan partisipatif ini memetakan wilayanh yang
berhubungan dengan pertanian sayur selain itu pemetaan ini bertujuan untuk
melihat karakteristik Dusun Lengki baik itu karakteristik manusianya maupun
karakteristik alamnya.
5. Merumuskan Masalah Kemanusiaan
Warga merumuskan masalah mendasar hajat hidup kemanusiaan yang
dialaminya. Seperti persoalan pangan, papan, kesehatan, pendidikan, energi,
lingkungan hidup, dan persoalan utama kemanusiaan lainnya. Seperti yang
dialami para petani yakni ketergantungan akan benih luar.
6. Menyusun Strategi Gerakan
Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem
kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik pihak
yang terlibat (Stakeholders), dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan
kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila
terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program.
7. Pengorganisasian Masyarakat
Warga didampingi peneliti bersama-sama mengorganisir untuk membuat
kalender musim, transect, trend and change sehingga mengetahui potensi yang
pabrik karena saat itu mereka memilik pengetahuan dan kemandirian
pembenihan.
8. Melancarkan Aksi Perubahan
Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan partisipatif.
Para petani sayur diajak untuk melakukan kemandirian pertanian sayur tanpa
menggantungkan sebagian besar proses pertanian pada komoditas produk
pabrik yang membuat mereka semakin terjepit. yang bermula dari seorang
petani bernama Sutomo (65) tahun, petani ahli yang tetap melestarikan
pembenihan secara mandiri nantinya akan merubah cara pandang petani
laiinya.
9. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat
Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan
kelompok-kelompok komunitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. pusat
belajar ini bukanlah kegiatan formal melainkan pembelajaran informal atau
biasa disebut sekolah lapang para petani yang dilakukan berada di kebun sayur
dimana para petani dapat bertukar pengalaman dan ilmu tentang pertanian
sayur atau pun ilmu dibidang lainnya.
10.Refleksi (Teorisasi Perubahan Sosial)
Mengukur keberhasilan suatu program bisa melalui bagaimana respon
masyarakat sebagai subyek perubahan. Dalam evaluasi program yang
dijalankan maka yang sangat diperlukan adalah mengukur sampai mana
kemajuan. Bahkan apabila terdapat hambatan dan tantangan kedepan perlu
perlu diperbaiki dan faktor apa saja yang perlu dikembangluaskan. target dari
kegiatan penadmpingan pemberdayaan adalah menciptakan petani ahli yang
mandiri untuk tidak terlalu bergantung dengan komoditas produk pabrik yang
sejauh ini malah membuat petani ketergantungan dan melemahkan
kemandirian patani sayur. Akan tetapi hal yang paling mendasar agar kegiatan
pemberdayaan dapat berjalan baik adalah kesadaran dari petani sayur itu
sendiri.
11.Meluaskan Skala Gerakan dan Dukungan
Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan
selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program
(sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya pengorganisir masyarakat
serta pemimpin lokal yang melanjutkan program untuk melakukan aksi
perubahan. Maka usaha yang harus dilakukan adalah menyebarluaskan
program yang sudah dilakukan. Cara yang dipilih adalah mengajak kerjasama
sesamapetani desa lain untuk bersama-sama belajar, menjalin kerjasama yang
baik dengan pemerintah setempat, dan membangun kelompok tani yang lebih
solid lagi.
C. Subyek Penelitian dan Pendampingan
Subjek pendampingan dalam proses pemberdayaan ini adalah masyarakat
Dusun Lengki khususnya para petani sayur yang berjumlah 10 KK meskipun
untuk keseluruhan petani sayur berjumlah 20. Pendampingan dilakukan pada 10
proses pendampingan . Umumnya para petani selama ini merasa nyaman dengan
benih pabrik yang mereka gunakan sebagai benih dalam proses pertanian sayur,
padahal secara tidak langsung mereka mengalami ketergantungan akan benih
pabrik tersebut yang mana mereka akan mnegeluarkan modal yang seharusnya
dengan kemendirian pembenihan sendiri dapat dilakukan oleh para petani
sehingga dapat menekan biaya pertanian mereka dan akan menambahkan
keuntungan dalam peratnian syur dengan kemandirian pemebnihan benih sayur
[image:49.595.108.555.283.577.2]secara mandiri.
Tabel 3.1
Data Subjek Pendampingan
NO NAMA Jenis
Kelamin
Alamat Umur Status
1. Tomo Laki RT.17 60 Tahun Lokalider/ Petani sayur
2. Kabol Laki RT. 18 56 Tahun Petani sayur
3. Saidi Laki RT.17 61 Tahun Kepal Dusun/ Petani sayur
4. Suharsono Laki RT. 18 51 Tahun Petani sayur
5. Mbah Seger Laki RT.17 65 Tahun Lokalider/ Petani sayur
6. Naim Laki RT. 18 56 Tahun Petani sayur
7. Said Laki RT.17 48 Tahun Petani sayur
8. Suparno Laki RT. 18 45 Tahun Petani sayur
9. Junaedi Laki RT. 18 43 Tahun Petani sayur
10. Senadi Laki RT.17 57 Tahun Petani sayur
D. Teknik-Teknik Pengumpulan data
Cara kerja PAR adalah segala tindakan pembelajaran bersama komunitas,
dengan mengagendakan program pendampingan melului pendekatan teknik
Participatory Rural Appraisal (PRA) selain itu PRA juga sebagai teknik dalam
dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.36 Adapun teknik
pengumpulan data dalam PRA yang digunakan dalam proses pendampingan
petani sayur di Dusun Lengki adalah sebagai berikut:
1. Pemetaan
Teknik Pemetaan ini digunakan untuk memetakan kondisi Dusun lengki serta
kegiatan yang berkaitan dengan kasus yang ada.
2. Transect
Transek secara terminologi adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim dan
narasumber untuk berjalan menelusuri wilayah untuk mengetahui kondisi
fisik seperti tanah, tumbuhan dll. Transect digunakan untuk memetakan
beberapa aset yang ada di wilayah terkait seperti tata guna lahan sawah, tegal
dan lain sebagaianya.
3. FGD
Sebuah forum diskusi kelompok sekitar 6-12 orang yang dipandu oleh
moderator untuk pengungkapan konsep,pandangan, penggalian data dan
keyakinan atau kepercayaan diantara para peserta diskusi.
4. Time Line
Adalah teknik penelusuran alur sejarah dengan kejadian penting yang pernah
dialami pada alur waktu tertentu. Dalam hal ini akan mengungkapkan waktu
mulai nya masyarakat petani sayur dalam memanfaatkan benih pabrik yang
selanjutlnya malah membuat candu bagi mereka, dan pada waktu kapan para
petani ahli mampu untuk melakukan kemandirian pemenihan secara mandiri.
36
5. Seasion calender/ Kalender Musim
Sebagai terminologi dalam teknik PRA arti seasonal calender adalah suatu
teknik yang digunakan untuk mengetahui kegaiatan utama, masalah, dan
kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram.37
6. Wawancara semi terstruktur
metode ini digunakan untuk menggali data secara langsung namun tidak
keluar dari konsep yang dibutuhkan.
7. Survey rumah tangga
Teknik ini digunakan untuk mengetahui gambaran kehidupan masyarakat
secara utuh, sehingga diketahui pengeluaran tingkat belanja sosial, kesehatan,
pangan dll.38
E. Teknik Validasi Data
Dalam prinsip metodologi PRA untuk meng crosh check data yang
diperoleh dapat melalui triangulasi. Triangulasi adalah suatu sistem crosh check
dalam pelaksaan teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat.
1. Triangulasi Komposisi Tim
Triangulasi komposisi Tim akan dilakukan oleh peneliti dengan para petani
sayur Dusun Lengki. Triangulasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang
37
Agus Afandi, Modul Participatory Action Resertch (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal.165
38
valid dan tidak sepihak karena semua pihak akan dilibatkan untuk
mendapatkan kesimpulan dan kesepakatan bersama.39
2. Triangulasi Alat dan Teknik
Di samping melakukan observasi langsung dengan lokasi, maka perlu juga
melakukan wawancara atau diskusi guna untuk penggalian data dengan para
petani sayur dan masyarakat Lengki melalui sebuah FGD (Focus Group
Discussion). Bentuknya sendiri berupa pencatatan dokumen maupun diagram.
40
3. Triangulasi Keragaman Sumber Informasi
Triangulasi ini diperoleh ketika peneliti, petani sayur dan masyarakat saling
memberikan informasi. Termasuk kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan
sebagai keberagaman sumber data.41
4. Tata Kuasa, Tata Kelola dan Tata Guna
Tata kuasa atas milik, tata kelola atas managemen dan tata guna untuk milik
semua ditekankan untuk mendapatkan keberlanjutan dari petani tambak di
Sumberrejo yang akan digagas.
F. Teknik Analisis Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka pendamping
dengan para petani sayur dan masyarakat akan melakukan sebuah analisis
39
Ibid. Hal 128 40
Ibid. Hal 129 41
bersama. Analisis ini digunakan untuk mengetahui permasalahan yang ada pada