• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI SAYUR DARI BENIH PABRIK : PENDAMPINGAN PETANI SAYUR MENUJU KEMANDIRIAN BENIH SAYUR DI DUSUN LENGKI DESA SURUH KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI SAYUR DARI BENIH PABRIK : PENDAMPINGAN PETANI SAYUR MENUJU KEMANDIRIAN BENIH SAYUR DI DUSUN LENGKI DESA SURUH KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SIDOARJO."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Mardian B02212005

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

TERHADAP BENIH PABRIK (Pendampingan Petani Sayur Menuju Kemandirian Benih Sayur di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo)

Kata Kunci : Pengorganisasian, Riset Pendampingan, kemandirian, pembenihan Skripsi ini membahas tentang upaya pendampingan petani untuk melepas ketergantungan mereka dari benih produksi pabrik. Selain itu dalam upaya pendampingan ini juga berupaya untuk meningkatkan kemandirian petani melalui kreatifitas pengetahuan lokal yang dimiliki dengan melakukan pembenihan secara mandiri dan penaggulangan hama terpadu yang ramah lingkungan.

Petani Lengki merupakan sebaian kecil dari petani di Indonesia yang mulai merasa candu dengan benih produksi pabrik. Sehingga mereka mengalami ketergantungan kepada pihak luar dalam hal ketersedian benih. Dalam hal ini benih pabrik menjadi acuan dalam kegiatan pertaniannya.

Dalam proses pendampingan ini, fasilitator bersama petani ahli pembenihan yang tetap melestarikan pengetahuan lokal menjalin kerjasama untuk keluar dari masalah ketergantungan benih pabrik ini. akhirnya diperoleh kesepakatan untuk menciptakan kesadaran petani bahwa mereka mampu melakukan pembenihan sendiri dengan pengetahuan yang dimilki dan mebuat alternatif pencegahan hama melalui konsep PHT (pengendalian hama terpadu). Karena dari kegiatan pembenihan mendiri ini nantinya sedikit demi sedikit akan mengurangi ketergantungan benih terhadap benih pabrik.

Riset pendampingan ini dilakukan dengan mengacu pada pendekatan penelitian menggunakan metode metode PAR (Particpatory Action Research). PAR memiliki tiga kata yang saling berhubungan satu sama lain. Ketiga kata tersebut adalah partisipatif, riset, dan aksi. PAR dirancang memang untuk mengkonsep suatu perubahan dan melakukan perubahan terhadapnya.

(7)

MOTTO

ا ّل ا ْ ْ ا ّلا ْ

"BERMARTABAT DAN BERMANFAAT BAGI MAKHLUK"

(HR. Ath Thabarani)

ْ ْ ْ ا ْإ ْ ّلا ْ ْا

“ Waktu itu bagaikan pedang, jika kamu tidak memanfaatkannya

menggunakan untuk memotong, ia akan memotongmu (menggilasmu)”

(8)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini ku sematkan untuk cucuran keringat dan iringan doa Bapak Samar,

Bapakku tercinta…

Dan ku persembahkan untuk tetesan air mata Sumarti, Ibunda tercinta,

yang rela meminjamkan Rahim dan seluruh hidupnya padaku, dan adik adikku…

Dan ku persembahkan untuk kedua kakakku Akhyar Rosisin dan Achmad

Musnaeni serta dua adik ku Mardani dan Tri Novita Handayani yang tak henti

memberikan motivasi ....

Karya kecil ini ku persembahkan pada sahabat-sahabat PMI, yang menemani

empat tahun kehidupanku dengan penuh suka cita…

Dan karya kecil ini, ku persembahkan dengan hormat kepada masyarakat Dusun

Lengki, Desa Suruh, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, yang

memberikan realitas kehidupan dan mampu berusaha bangkit dari ketergantungan

(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Tuhan yang memberikan

Rahman dan Rahim-Nya pada seluruh umat manusia. Sehingga pada detik ini pun

hembusan nafas masih melalui rongga hidung kita. Tuhan yang selalu mengiringi

setiap langkah untuk menjalani realitas kehidupan yang berkerikil.

Doa-doa keselamatan berwujud salam dan Shalawat selalu teriring

kepada Nabi Muhammad SAW. Yang membimbing dan mendidik kita dari

zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang penuh. Mendidiknya dengan

pendidikan yang memanusiakan dan membuang sisi kenabiannya didepan

jahiliyah.

Sebuah karya kecil dipersembahkan penulis dengan judul :

"MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI SAYUR TERHADAP

BENIH PABRIK: (Pendampingan Petani Sayur Menuju Kemandirian Benih Sayur di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo)". Karya yang tidak lepas dari campur tangan para pendidik dan doa yang tulus mengiringi. Terucap tanda terima kasih itu kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda, yang selalu mengiringi setiap nafas dengan doa-doa bagi putra putrinya.

2. Prof. Dr. H. Abdul A’la, M.Ag sebagai Nahkoda yang gagah memimpin UIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Dr. Hj. Rr. Suhartini, M.Si selaku pimpinan tertinggi Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

4. Dra. Pudji Rahmawati, M. Kes dengan kesabaran luar biasa membimbing penulis sehingga tertuang karya kecil ini.

5. Dosen dan Staff, yang mendedikasikan waktu dan tenaga untuk mencetak generasi-generasi yang humanis.

6. Keluarga Bapak Tomo dan Masyarakat Dusun Lengki, memberikan pelajaran hidup yang nyata dan kemauan keras untuk

berjuang menunjukkan kekuatan masyarakat untuk mewujudkan mimpi

(10)

Penulis sepenuhnya menyadari, bahwa karya ini jauh dari

kesempurnaan. Hanya proses lah yang memberikan kesempurnaan itu sedikit

demi sedikit. Melalui sebuah proses pula, manusia belajar dengan bebas

tanpa ada batasan-batasan yang mengekangnya. Tidak banyak yang bisa

diharapkan oleh Penulis, kecuali kumpulan koreksi yang terus menyempurnakan

hasil penelitian partisipatif ini. Dan semoga karya kecil ini mampu menjadikan

bahan pembuka pikiran, bahwa ketidakberdayaan dapat bangkit dengan

membangunkan pola pikir kritis masyarakat.

Surabaya, 2 Agustus 2016

Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

PENGESAHAN PENGUJI... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Riset Pendampingan ... 7

C. Tujuan Riset Pendampingan ... 8

D. Manfaat Pendampingan ... 8

E. Definisi Konsep ... 9

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 11

(12)

BAB II KERANGKA TEORI

A. Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat ... 15

B. Revolusi Hijau Menjadikan Ketergantungan Melemahkan Petani... 20

C. Belajar Bersama Petani Alternatif Menuju Perubahan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF A. Pendekatan Penelitian Aksi Partisipatif ... 26

B. Prosedur Penelitian Aksi Partisipatif ... 29

C. Subjek Penelitian dan Pendampingan ... 33

D. Teknik- Teknik Pengumpulan Data ... 34

E. Teknik Validasi Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

G. Anlisis Steakholder ... 39

H. Perencanaan Operasional ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENDAMPINGAN A. Profil Desa ... 44

B. Sejarah Dusun Lengki ... 49

C. Pertanian Dusun Lengki ... 51

D. Adat dan Kebudayaan ... 63

BAB V KETERGANTUNGAN PETANI SAYUR TERHADAP BENIH PABRIK A. Melihat Aktivitas Petani Sayur Dusun Lengki... 68

B. Masuknya Benih Sayur Produksi Pabrik ke Dusun Lengki... 73

C. Hilangnya Pengetahuan Lokal Petani Sayur ... 83

D. Mencari Akar Masalah ... 89

(13)

BAB VI MELESTARIKAN PENGETAHUAN LOKAL MENUJU KEMANDIRIAN PETANI

A. Membangun Kesadaran Petani Sayur untuk

Memecahkan Masalah ... 102

B. Budidaya Benih sebagai Wujud Kemandirian ... 105

C. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sebagai Pengganti

Pestisida Kimia ... 110

BAB VII REFLEKSI

A. Kemandirian Petani Terbebas dari Ketergantungan... 114

B. Kedaulatan Pangan Perspektif Islam... 115

C. Catatan Pendamping ... 117

BAB VIII PENUTUP

A. Kesimpulan ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 123

(14)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

DAFTAR KETERANGAN

Tabel 3.1 Data subjek pendampingan

Tabel 3.2 Analisa partisipasi steakholder

Tabel 3.3 Perencanaan kegiatan

Tabel 4.1 Pembagian Luas Wilayah

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Suruh

Tabel 4.3 Pembagian Wilayah Administratif

Bagan 4.1 Keanekaragaman Pekerjaan Masyarakat Lengki

Tabel 4.4 Transek Dusun Lengki-Desa Suruh

Tabel 4.5 Kalender Musim Dusun Lengki

Tabel 4.6 Luas Lahan Garapan Petani dan Status Kepemilikannya

Tabel 4.7 Daftar Harga Sayuran

Tabel 5.1 Kegiatan Keluarga Petani Sayur

Tabel 5.2 Pengeluaran dan Pendapatan Petani

Tabel 5.3 Daftar Harga Benih Sayuran

Tabel 5.4 Trand and Change Dusun Lengki

Bagan 5.1 Keterkaitan Pihak-pihak Dalam Penyebaran Benih Pabrik

Bagan 5.2 Analisis Pohon Masalah Ketergantungan Petani Sayur

pada Benih Pabrik

Bagan 5.3 Analisi pohon Harapan Hilangnya Ketergantungan Benih

Pabrik Sehingga Terbangun Kemandirian Petani Sayur

(15)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR KETERANGAN

Gambar 4.1 Peta Desa Suruh

Gambar 4.2 Peta Dusun Lengki

Gambar 4.3 Sawi Putih

Gambar 4.4 Kangkung Darat

Gambar 4.5 Bayam Cabut

Gambar 4.6 Daun Pepaya Sayur

Gambar 4.7 Daun Kemangi

Gambar 4.8 Kenikir

Gambar 4.9 Daun Ketala Rambat dan Singkong

Gambar 5.1 Kegiatan Petani Mempersiapakn Lahan

Gambar 5.2 Aktivitas Keluarga Petani Sayur

Gambar 5.3 Benih Produksi Pabrik

Gambar 5.4 Toko Pertanian di Sidoarjo

Gambar 5.5 Tanaman Pengendalian Hama Terpadu

Gambar 5.6 FGD (Focus group discussion) I

Gambar 5.7 FGD (Focus group discussion) II Merencanakan aksi lnjuan

Gambar 6.1 Aksi Membangun Kesadaran Petani Secara Persuasif

Gambar 6.2 Membersihkan Lahan sebelum Ditanam Benih

Gambar 6.3 Proses Persiapan Lahan Uji Coba

Gambar 6.4 Menyebar Benih Secara Tradisioanal

Gambar 6.5 Tanaman Bayam untuk Pembenihan Umur 50 Hari

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam termasuk

di sektor pertanian. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan

negara penghasil pertanian yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia

memiliki iklim tropis yaitu musim penghujan dan kemarau yang di dalamnya

banyak dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian baik pertanian irigasi maupun

tadah hujan.

Dengan adanya dua musim tersebut para petani dapat meningkatkan

pertanian mereka dan menyesuaikan tumbuhan atau jenis tanaman apa yang akan

ditanam baik pada musim penghujan maupun kemarau. Di musim penghujan

umumnya masyarakat petani lebih memilih untuk menanam padi dan musim

kemarau lebih dimanfaatkan untuk menanam pala wija atau jenis kacang

kacangan. Untuk kisaran musim penghujan ialah berada di bulan oktober sampai

maret, sedangkan musim kemarau kisaran bulan april sampai september. Tapi

diantara jenis tanaman yang telah disebutkan, terdapat beberapa tanaman yang

bisa ditanam dalam semua musim seperti tanaman sayur-sayuran yang dengan

keanekaragamannya dapat dipilh untuk ditanam di waktu-waktu tertentu dalam

masa kemarau maupun penghujan.

Petani yang bersentuhan langsung dengan kegiatan pertanian masih

(17)

kemiskinan terbanyak di Indonesia. Dengan keadaan seperti itu menandakan

bahwa pertanian Indonesia saat ini pengalami penurunan yang bertanda gagalnya

pembangunan pertanian di Indonesia. Beberapa faktor yang mempengaruhi

kelemahan pembangunan pertanian di Indonesia antara lain adalah: Pengelolaan

hasil pasca panen, sarana dan prasarana, kepemilikan tanah, akses modal, tingkat

pendidikan, penguasaan teknologi, tingkat keterampilan dan sikap mental petani.1

Berdasarkan data statistik yang ada, saat ini sekitar 75% penduduk

Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Lebih dari 45% diantaranya

menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, dengan pendapatan yang relatif

rendah dibanding dengan penduduk yang tinggal di perkotaan2. Salah satu

gambarannya adalah masyarakat Dusun Lengki yang masih menggantungkan

hidupnya melalui petanian sayur. Petani sayur di dusun tersebut hanya memiliki

lahan yang relatif kecil, umumnya satu keluarga memiliki lahan tidak lebih dari

0,5 H. Bahkan dari total 20 petak lahan sayur yang berjumlah total 7 Hektar

umumnya telah menjadi hak milik PT. Citra land, dengan sewa Rp.200.000-

Rp.500.000/tahun.3 Dalam sosiologi barat petani yang memiliki lahan sempit

disebut Peasant bukan farmers, Peasant sendiri adalah petani yang memiliki

lahan sempit dan memanfaatkan sebagian besar dari hasil pertanian untuk

dimanfaatkan sendiri dan dijual.4

1

Sukino, Membangun Pertanian Dengan Pemberdayaan Masyarakat Petani, (Yogyakarta: Pustaka Perss, 2013), Hal.20

2

Loekman soetrisno, Paradigma Baru pembangunan Pertanian Sebuah Tinjauan Sosiologis,

(Yogyakarta: Kanisius,2002), hal.3 3

hasil wawancara dengan Suyadi (55) pada tanggal12 Maret 2016 4

(18)

Pembangunan pertanian bertujuan meningkatkan produksi pertanian

tanaman pangan untuk mencapai swasembada pangan, meningkatkan produksi

tanaman industri dan tanaman ekspor, mewujudkan agroindustri dalam negeri,

menciptakan lapangan kerja, serta berusaha meningkatkan pendapatan petani.

Program pembangunan pertanian tersebut tidak tergambarkan pada

masyarakat petani sayur yang ada di Dusun Lengki. Dusun Lengki sendiri

merupakan salah satu dari tiga dusun yang ada di Desa Suruh Kecamatan

Sukodono Kabupaten Sidoarjo yang terkenal akan penghasil sayuran dataran

rendah. Akan tetapi semakin tahun petani sayur yang ada di dusun tersebut

semakin terjepit perekonomiannya, seperti yang telah diungkapkan Rubiah (57) :

"Saiki negal nandur sayuran iku kudu iso ngirit soale semakin tahun regane benih, pupuk, buruh nandur, ngerumat lan panen wes ora

kurup ambek hasil panen". (berkebun sayur sekarang itu harus bisa

hemat soalnya semakin tahun harga benih, pupuk, butuh tanam, merawat, dan proses panen tidak seimbang dengan hasil panen yang didapatkan)5

Meski demikian petani tetap berjuang mempertahankan hidupnya melalui

pertanian sayur. Dengan keadaan geografis yang rendah dan curah hujan yang

tidak terlalu tinggi para petani sayur menanam berbagai macam sayuran

diantaranya adalah sawi, kangkung, kenikir, daun pepaya, bayam, daun ketela dan

daun kemangi.

Kebutuhan benih pabrik petani sayur dari 20 petani di Dusun Lengki

sendiri mencapai 50-70 kg setiap bulannya meliputi setiap tanaman seperti

kangkung, bayam, sawi, kenikir. Sedangkan pada saat ini benih pabrik rata-rata

5

(19)

mencapai Rp.30.000- Rp. 50.000 perkilonya.6 Jika petani seluruhnya menanam

tiga macam sayuran (bayam, kangkung, sawi), maka total pengeluaran benih

setiap bulannya Rp.50.000 x 50 kg x 3 = Rp. 7.500.000 untuk keseluruhan petani

sayur yang ada di Dusun Lengki.

Petani sayur juga sangat bergntung pengairan, di Desa Suruh terdapat

aliran sungai yang cukup besar yaitu sungai Buntar yang dimanfaatkan untuk

pengairan sawah dan ladang petani termasuk bertanam sayur. Sungai Buntar

sendiri merupakan Sub DAS Brantas yang menjadi bagian terpenting dari

kehidupan masyarakat, terutama tujuh kabupaten / kota di Jawa Timur.

Setidaknya lebih dari 20 juta penduduk Jawa Timur atau 56% dari jumlah

penduduk keseluruhan memanfaatkan air dari aliran sungai Barantas ini.7

Pertanian sayur di daerah ini masih belum tersentuh bantuan dari

pemerintah, yang mana pemerintah memiliki program pembangunan pertanian.

Program pembangunan pertanian di Indonesia tidak lepas dari konsep Revolusi

Hijau. Pada permulaan tahun 1970-an, pemerintah Indonesia meluncurkan suatu

program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program

revolusi hijau, yang di masyarakat petani di kenal dengan program BIMAS

(bimbingan masyarakat). Program BIMAS (bimbingan masyarakat) baru diuji

coba dan ditinjau kembali dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.8

BIMAS (bimbingan masyarakat) sendiri merupakan program revolusi hijau yang

mana adalah untuk menaikkan produktivitas sektor pertanian, khususnya

6

hasil wawancara dengan Tomo (60) pada tanggal12 Maret 2016 7

Widianto, Suprayogo D, Sudarto, dan Lestariningsih ID. 2010. Implementasi Kaji Cepat Hidrologi (RHA) di Hulu DAS Brantas, Jawa Timur, Working Paper. Bogor : World

AgroforestryCentre. Hal. 1 8

(20)

sektor pertanian pangan, melalui penerapan paket teknologi pertanian modern.

Paket tersebut terdiri atas pupuk non -organik, obat - obatan pelindung tanaman,

dan benih tanaman unggul.

Meskipun revolusi hijau mampu mencapai tujuan makronya, yakni

meningkatkan produktivitas sub -sektor pertanian pangan, namun pada tingkat

mikro revolusi hijau tersebut telah menimbulkan berbagai masalah tersendiri.

Salah satu masalah yang sangat penting adalah terjadinya keseragaman bibit di

Indonesia. Revolusi hijau membuat petani Indonesia menjadi bodoh. Banyak

pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian telah banyak dilupakan oleh

petani. Para petani lebih menggantungkan diri pada paket-paket teknologi

pertanian produk industri. Ketergantungan tersebut menimbulkan suatu

kerentanan baru, yakni petani Inonesia menjadi obyek permainan harga produk-

produk tersebut.9

Berbagai macam jenis benih sayur dengan mudah dijumpai di pasaran

yang diperjual belikan dengan bebas. Jenis-jenis benih sayur yang beredar di

pasaran diantaranya: Benih Pertiwi, BISI, Panah Merah, Cia Tai dan lain

sebagainya, dengan berbagai keunggulan yang ditawarkan produsen dalam setiap

jenis benih sayur yang dihasilkan. Adanya berbagai jenis benih sayur tersebut

telah memberi kemudahan bagi petani untuk mendapatkan benih-benih

unggul untuk ditanam pada lahan pertanian mereka.

Petani sayur di Dusun lengki sendiri mengalami hal yang sama, mereka

seakan lebih bangga dan berharap lebih dengan benih yang disediakan oleh

9

(21)

pabrik. Padahal secara kualitas para petani sayur bisa membuat benih sayur secara

mandiri, tapi dengan pengaruh benih pabrik yang lebih unggul maka lambat laun

para petani meninggalkan benih lokal hasil budi daya secara mandiri. Benih

ciptaan petani mulai hilang karena adanya larangan petani untuk menanam benih

lokal, dengan alasan produktifitasnya rendah dan rentan akan terserang penyakit.

Dengan semakin meningkatnya minat masyarakat Lengki terhadap

benih sayur buatan pabrik tersebut, secara tidak langsung semakin membuat

masyarakat memiliki ketergantungan terhadap pabrik. Memang dalam

kenyataannya masyarakat akan lebih dimudahkan dengan adanya benih instan ini.

Namun, seiring berjalannya waktu hal tersebut kurang memberikan dampak

baik terhadap petani. Hal tersebut sudah mulai dirasakan salah satu petani Sayur

Lengki, Kabul (55), yang mengatakan bahwa benih pabrik sudah membawa

candu bagi petani, kesenangan terhadap benih buatan pabrik tersebut sudah mulai

dirasakan dampaknya, salah satunya harga yang tidak stabil serta mulai

memudarnya kemandirian pembenihan petani yang pernah mereka lakukan di

masa lalu.10

Selama ini petani hanya fokus kepada hasil pertanian sayur yakni ditanam

kemudian dipanen untuk dijual tanpa memikirkan hal lain yang bisa dilakukan

untuk melepaskan ketergantungan akan benih pabrik. Dalam Undang-Undang No.

12/1992 telah disebutkan bahwa “petani memiliki kebebasan untuk menentukan

pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya”, tetapi ayat tersebut dimentahkan

10

(22)

lagi oleh ayat berikutnya, yakni “petani berkewajiban berperan serta dalam mewujudkan rencana pengembangan dan produksi budidaya tanam”.11

Fenomena sosial yang terjadi di Dusun Lengki, yaitu mulai meningkatnya

rasa ketergantungan terhadap benih sayur produksi pabrik. Hal itu merupakan

suatu konsekuensi dari sistem pertanian yang mengacu pada kebijakan pada

masa pemerintahan orde baru dengan revolusi hijaunya. Sehingga mau tidak mau

untuk terus menjaga kestabilan usaha taninya, mereka harus membeli benih yang

disediakan pasar yang berasal dari perusahan-perusahaan benih. Sehingga

ketergantungan terhadap produk luar pun tidak dapat dihindarkan lagi.

Untuk itu peneliti tertarik untuk mengkaji dan terlibat aktif dalam proses

pemberdayaan yang berjudul " MENGURAI KETERGANTUNGAN PETANI

SAYUR TERHADAP BENIH PABRIK (Pendampingan Petani Sayur Menuju

Kemandirian Benih Sayur di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono

Kabupaten Sidoarjo)

B. Fokus Riset Pendampingan

Petani di Dusun Lengki merupakan sebagian kecil dari petani di

Indonesia yang mulai mengalami ketergantungan akibat sebuah sistem yang

tebentuk terhadap benih produksi pabrik. Sehingga menimbulkan adanya

ketergantungan mereka untuk selalu menggantungkan pihak luar dalam hal

penyedian beni hsayur. Sehingga kendali penyediaan benih bertumpu pada

pabrik-pabrik benih sayuran diantaranya: Bisi, panah merah, pertiwi, Cia Tai.

11

(23)

Sistem ketergantungan ini dapat menjebak petani untuk tidak bisa berbuat apa-apa

dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya dalam mewujudkan kemandirian

petani. Dari uraian diatas, maka permasalahan yang akan diteliti selama proses

pemberdayaan adalah :

1. Bagaimana bentuk ketergantungan petani sayur terhadap benih pabrik di

Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo?

2. Bagaimana strategi pemberdayaan petani sayur dalam menciptakan

kemandirian benih di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono

Kabupaten Sidoarjo?

C. Tujuan Riset Pendampingan

Adapun tujauan/ harapan dari pendampingan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bentuk ketergantungan petani sayur terhadap benih pabrik di

Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo

2. Mengetahui strategi pemberdayaan petani sayur dalam menciptakan

kemandirian benih di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono

Kabupaten Sidoarjo

D. Manfaat Pendampingan

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil riset pendampingan ini

antara lain adalah meliputi beberapa hal sebagaimana berikukut:

(24)

Untuk memberikan sumbangan pada khasanah keilmuan pemberdayaan

masyarakat melalui pengembangan pertanian sayur yang memiliki

kemandirian benih. Selain itu memberi kontribusi atau sumbangan pemikiran

bagi jurusan pengembangan masyarakat islam atau praktisi pemberdaya

masyarakat dalam menggali potensi yang dimiliki masyarakat atau komunitas

lokal.

2. Manfaat Praktis

Memberikan suatu kemanfaatan bagi para petani sayur khususnya yang

ada di Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo

dalam membaca masalah sosial yang realistis, dalam hal ini menghilangkan

ketergantungan benih pabrik melalui kemandirian benih petani. Selain itu

Petani dapat memahami bagaimana masalah yang menjerat kehidupan

mereka, menemukan solusi hingga pelaksanaan solusi yang telah disepakati.

Sehingga dari setiap proses yang dilakukan dapat memberikan motivasi

kepada petani agar mampu meningkatkan partisipasi dalam pembangunan

Desa, Khususnya Dusun Lengki.

E. Definisi Konsep

Pada dasarnya konsep merupakan unsur pokok dari suatu penelitian

dan konsep sebenarnya adalah definisi singkat dari sejumlah fakta atau

gejala-gejala yang diamati maka dalam pembahasan ini peneliti memberikan

batasan-batasan konsep dari judul yang ada, sebagai berikut:

(25)

Pendampingan dapat dipahami sebagai kegiatan pemberdayaan

masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping sebagai fasilitator,

komunikator, motivator dan dinamisator. Pada dasarnya, pendampingan

merupakan upaya untuk menyertakan masyarakat dalam mengembangkan

berbagai potensi sehingga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih

baik. Selain itu diarahkan untuk memfasilitasi proses pengambilan keputusan

yang terkait dengan kebutuhan masyarakat, membangun kemampuan dalam

meningkatkan pendapatan, mengembangkan perencanaan dan pelaksanaan

kegiatan partisipatif.12

2. Petani sayur

Petani adalah orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya

atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari

kegiatan itu.13 Petani sayur dalam penelitian dan proses pendampingan ini

adalah komunitas yang bertempat tinggal di desa yang menggantungkan

hidupnya melelui pertanian sayur dalam hal ini petani sayur yang berada di

Dusun Lengki Desa Suruh Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo.

3. Ketergantungan

ketergantungan adalah suatu kondisi yang dialami seseorang yang berada

dalam keadaan serba kekurangan sehingga memerlukan bantuan untuk

kelangsungan hidupnya secara normal. Dalam penadampingan ini yang

dimaksud ketergantungan ialah ketergantungan benih, dimana petani sayur

12

http://greenblue-phinisi.blogspot.co.id/2009/06/pendampingan-dalam pemberdayaan.html. Diakses pada tanggal 13 Maret 2016

13

(26)

terpola oleh suatu kebijakan yang membuat mereka membutuhkan benih

untuk menanam sayur dengan asumsi benih pabrik menjaadi solusi pertanian

menuju hasil produksi yang tinggi dan berkualitas.

4. Benih

Dalam pertanian benih merupakan biji tanaman yang telah mengalami

perlakuan sehingga dapat dijadikan sarana dalam memperbanyak tanaman.

5. Kemandirian

Kemandirian berarti hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa

bergantung pada orang lain.14 menurut Antonius seseorang yang mandiri

adalah suatu suasana dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan

kehendak atau keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan atau

perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang atau jasa) demi

pemenuhan hidupnya dan sesamanya.15

6. Lengki

Lengki merupakan sebuah dusun yang terletak di Desa Suruh Kecamatan

Sukodono Kabupaten Sidoarjo. Desa ini memiliki pertanian padi maupun

pertanian sayur yang membentang disekitar aliran sungai sub Brantas yakni

sungai Buntar.

F. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dalam pemberdayaan petani

untuk terlepas dari bayang-bayang produk pabrik yang membuat ketergantungan

14

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2004), hal. 555

15

(27)

petani dalam alternaif pengembangan usaha tani melaui kemandirian petani

termasuk pengetahuan ilmu lokal petani dalam membangun kemandirian tersebut.

Adapun penelitian yang dimaksud antara lain

Pertama adalah skripsi Muslim Afandi, Merubah Belenggu Sistem

Pertanian Kimia Kepada Sistem Pertanian Ramah Lingkungan

(Pengorganisasian untuk Penguatan Petani Akibat Melemahnya Ketahanan

Pangan Melalui Sekolah Lapang Terpadu di Desa Polan Kecamatan Polanharjo

Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah) yang membahas Permasalahan

melemahnya ketahanan pangan yang diakibatkan dari sistem pertanian yang

masih menggunakan bahan kimia. Sehingga mengancam keberlanjutan dari

pertanian masa depan kemudian melakukan pengorganisasaian dengan mengubah

cara pandang petani untuk melakukan pertanian ramah lingkungan.

Kedua adalah skripsi dari Aisyatul Hana, Pembebasan Petani Jagung Dari

Ketergantungan Benih Hibrida Pabrik (Pemberdayaan Komunitas Petani Jagung

di Dusun Satu Desa Sudimoro Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten). Dalam

proses disebutkan peneliti bersama fasilitator ahli pertanian dan kelompok

tani Dadi Luhur Dusun Satu Sudimoro menjalin kerja sama untuk keluar

dari masalah yang membelitnya dalam penyediaan benih jagung. Akhirnya

diperoleh kesepakatan untuk melakukan penyilangan benih jagung. Karena

dari penyilangan ini akan memunculkan varietas baru jagung, dengan

munculnya varietas baru sedikit demi sedikit dapat membantu petani dalam

hal penyediaan benih dengan mandiri tanpa ada lagi ketergantungan dengan benih

(28)

G. Sistematika Pembahasan

Sistematika adalah salah satu unsur penelitian yang sangat penting

agar penulisan hasil penelitian bisa terarah. Penulisan skripsi ini secara

keseluruan terdiri dari VII Bab, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pada bab I merupakan bab yang mengawali pembahasan tentang judul

skripsi yang diambil oleh pendampig antara lain: mengenai latar belakang

masalah yang terjadi di lokasi penulisan skripsi termasuk juga fokus riset

pendampingan, tujuan dan manfaat riset pendampingan, definisi konsep,

Penelitian terdahulu yang relevan dan juga sistematika pembahasan bab per

bab dari skripsi.

2. Pada bab II akan membahas tentang teori-teori, yaitu konsep dakwah Dalam

pemberdayaan, Revolusi hijau yang menjadikan ketergantungan melemahkan

kemandirian dan belajar bersama petani sebagai alternatif menuju perubahan.

3. Pada bab III membahas tentang metode riset aksi partisipatif. Dalam bab ini

berisi tentang metode pendekatan yang digunakan dalam riset, prosedur

dalam penelitian PAR (Participatory Action Research), subjek penelitian dan

penadmpingan, teknik-teknik pendampingan, teknik pengumpulan data,

teknik validasi data, teknik analisi data riset untuk pendampingan dan

jadwal operasional yang menjelaskan tentang waktu dan juga pihak-pihak

yang terkait dalam riset pendampingan yang dilakukan.

4. Pada Bab IV akan membahas tentang gambaran umum lokasi riset

dampingan. Dalam bab ini dijelaskan tentang profil Dusun Lengki secara

(29)

pertanian Dusun Lengki yang menjadi sektor utama Pertanian di Dusun

tersebut.

5. Pada Bab V membahas tentang analisa situasi problematik yang terjadi di

Dusun Lengki, meliputi perubahan pertanian di Dusun Lengki karena

masuknya benih sayur dari pabrik, kegiatan masyarakat, analisi pengeluaran

masyarakat serta sikap ketergantungan petani terhadap benih pabrik.

6. Pada bab VI pendamping akan menyajikan alternatif untuk memecahkan

problem yang terjadi yaitu pembenihan secara mandiri dan menerapkan

kemandirian pengendalian hama terpadu sehingga memberdayakan petani

sayur dalam peningkatan pertanian sayur.

7. Pada Bab VII yaitu refleksi teoritis dimana pendamping menguraikan refleksi

kemandirian melepas ketergantungan dan kedaulatan pangan perspektif islam

8. Pada Bab VIII membahas tentang kesimpulan dari proses riset dampingan

(30)

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Dakwah dan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “ Empowerment”, yang biasa

diartikan sebagai pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan

“kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak beruntung.16

Pemberdayaan masyarakat adalah serangkaian upaya untuk menolong masyarakat

agar lebih berdaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan berusaha

mengoptimalkan sumber daya tersebut sehingga dapat meningkatkan kapasitas

dan kemampuannya dengan memanfaatkan potensi yang dimilikinya sekaligus

dapat meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatan - kegiatan

swadaya.

Sebagai tujuan, pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang

ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial: yaitu masyarakat yang berdaya,

memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial

seperti memiliki kepercayaan diri, maupun menyampaikan aspirasi, mempunyai

mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.17

16

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Model dan Strategi Pembangunan yang Berbasis Kerakyatan , (Bandung: Humaniora, 2008), hal. 82 17

(31)

Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai

penguatan diri untuk meraih keinginan yang dicapai. Pemberdayaan akan

melahirkan suatu kemandirian masyarakat, baik kemandirian berfikir, sikap,

maupun tindakan yang pada akhirnya mampu memunculkan sebuah kehidupan

yang lebih baik. Pemberdayaan masyarakat sendiri tidak bisa terpisah dari

kegiatan dakwah. Secara tidak langsung pemberdayaan merupakan serangkaian

daripada kegiatan dakwah.

Kata dakwah berasal dari bahasa Arab dengan asal kata (ﻮ ﻴ ا- ) yang

dalam bentuk mashdarnya ﻮ mempunyai arti ajakan, seruan, panggilan, atau

undangan.18 Sedangkan menurut Istilah, dakwah ialah segala usaha dan kegiatan

yang sengaja berencana dalam bentuk sikap, ucapan dan perbuatan yang

mengandung ajakan dan seruan baik langsung atau tidak langsung, ditujukan

kepada orang perorangan, masyarakat atau kelompok masyarakat agar tergugah

jiwanya, terketuk hatinya ketika mendengarkan perintah dan peringatan ajaran

Islam yang kemudian menghayati, menelaah dan mempelajari untuk diamalkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan Menurut Syeh Ali Mahfudz dalam Hidayat Al-Mursyidin,

sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. Mih. Ali Aziz adalah19 :

ﺙﺤ

ا

ﺎﻨ

ا

ﻮﺮﻴﺧ

ا

ﻮ ﻬ

ا

ﻮﻒﻮﺮ ﻤ ﺎ ﺮﻤﻷ

ا

ﺎ اﻮﺰﻮﻔﻴ ﺮﻜﻨﻤ اﻦ ﻬﻨ

ا

ﻮ ﺠﺎ

ا

ﺠﻷ

“Mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan petunjuk, meyeruh mereka untuk berbuat kebaikan dan mencegah mereka dari berbuat mungkar agar mendapat kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat”

18

Zulkifli Mustan, Ilmu Dakwah , (Makassar: Pustaka Al-Zikra, 2005), hal. 2 19

(32)

Berdasarkan kajian konsep dasar pengembangan masyarakat yang

dilanjutkan dengan merekonstruksi konsep dakwah sebagai bagian dari upaya

membangun paradigma baru model dakwah maka dakwah pengembangan

masyarakat harus mengikuti beberapa prinsip dasar yaitu: Peratama, orientasi

pada kesejahteraan lahir dan batin masyarakat luas. Dakwah tidak dilaksanakan

sekadar merumuskan keinginan sebagian masyarakat saja, tetapi direncanakan

sebagai usaha membenahi kehidupan sosial bersama masyarakat agar penindasan,

ketidak adilan dan kesewenang wenangan tidak lagi hidup ditengah -tengah

mereka. Skala makro yang menjadi sasaran dakwah bukan berarti meninggalkan

skala mikro kepentingan individu anggota masyarakat.

Kedua, dakwah pengembangan masyarakat pada dasarnya adalah upaya

melakukan social engineering (rekayasa sosial) untuk mendapatkan suatu

perubahan tatana kehidupan sosial yang lebih baik. Disamping kedua prinsip

dasar tersebut, ada beberapa prinsip yang lain yangharus terpenuhi dalam dakwah

pengembangan masyarakat yaitu:

1. Prinsip Kebutuhan : Artinya, program dakwah harus didasarkan atas dan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik materil dan non materil.

2. Prinsip Partisipasi : Prinsip dakwah ini menekankan pada keterlibatan

masyarakat secara aktif dalam proses dakwah, mulai dari perencanaan,

pengorganisasian, penggerakan, penilaian, dan pengembangannya.

3. Prinsip Keterpaduan: Mencerminkan adanya upaya untuk memadukan seluruh

potensi dan sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat, bukan monopoli

(33)

4. Prinsip Berkelanjutan: Prinsip ini menekankan bahwa dakwah itu harus

sustainable . Artinya, dakwah harus berkelanjutan yang tidak dibatasi oleh

waktu. Prinsip Keserasian; Mengandung makna bahwa program dakwah

pengembangan masyarakat harus mepertimbangkan keserasian kebutuhan

jasmaniah dan ruhaniah masyarakat.

5. Prinsip Kemampuan Sendiri: Menegaskan bahwa kegiatan dakwah

pengembangan masyarakat disusun dan dilaksanakan berdasarkan kemampuan

dan sumbersumber (potensi) yang dimiliki masyarakat. Adapun keterlibatan

pihak lain hanyalah bersifat sementara yang berfungsi sebagai fasilitator dan

transformasi nilai keagamaan.20

Di era modern saat ini dakwah tidak hanya dibatasi ceramah atau khutbah

(dakwah bil-lisan) melainkan kegiatan nyata yang dapat mengangkat,

meningkatkan harkat dan martabat kehidupan masyarakat (dakwah bil-hal).

Karena dakwah dengan menggunakan metode ceramah saja dirasa kurang

mengena kepada masyarakat dan kurang mendapat perhatian masyarakat bila

tidak dibarengi dengan aksi nyata yang membuahkan hasil berupa peningkatan

kesejahteraan masyarakat dari keadaan sebelumnya.

Dengan uraian tersebut maka upaya pemberdayaan masyarakat Islam yang

dimaksud oleh peneliti adalah bagaimana sebenarnya masyarakat Islam yakni

memberdayakan dirinya melalui komunitas usaha petani sayur dalam upaya

kemandirian pembenihan sayur agar menurunkan tingkat ketergantungan petani

sayur Dusun Lengki akan benih yang diproduksi pabrik.

20

(34)

Karena pada dasarnya dalam islam para umatnya juga dianjurkan untuk

senantiasa melakukan pemberdayaan dan pengembangan baik dalam aspek

ekonomi, sosial, agama, ataupun sosial budaya. Disamping itu sebagai umat Islam

juga dianjurkan untuk terus berusaha dan menggali potensi yang dimiliki oleh

komunitas tersebut baik berupa sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam,

sebagaimana disinyalir dalam al -qur’ an Surat Ar-Ra'du ayat:1 dan sebagai

berikut :                                                              

Artinya : " Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.21

Selanjutnya gambaran ayat al-Quran dalam kaitannya manusia dengan

alam yang diterangkan dalam al-Quran surat Al-Hijr ayat:58

                           

Artinya :"Dan tidaklah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya, melainkan dengan benar. dan Sesungguhnya saat (kiamat) itu pasti akan datang, Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik".22

21

Al-Quran terjemahan, (Bandung:PT Sygma Examedia Arkendlema) 22

(35)

Dari dua ayat di atas, dapat dinyatakan bahwa sebenarnya sebagai umat

Islam, seharusnya senantiasa melakukan proses- proses pemberdayaan untuk

meningkatkan kualitas hidup mereka baik di dunia ataupun di akhirat. Aspek

penting dalam pemberdayaan masyarakat adalah program sendiri yang disusun

oleh masyarakat, menjawab kebutuhan masyarakat, keterlibatan komunitas,

dibangun dari sumber daya lokal setempat, memperhatikan dampak lingkungan,

tidak menciptakan ketergantungan, dan berkelanjutan. Proses- proses

pemberdayaan tersebut bisa dilakukan melalui beberapa cara dan meliputi

beberapa aspek, termasuk juga di dalamnya aspek pengembangan ekonomi

sebagaimana yang dilakukan oleh komunitas petani sayur dalam proses

kemandirian akan ketergantungan benih pabrik di Dusun Lengki.

B. Revolusi Hijau Menjadikan Ketergantungan Melemahkan Kemandirian Petani

Pengertian revolusi hijau adalah usaha pengembangan teknologi pertanian

untuk meningkatkan produksi pangan. Mengubah dari pertanian yang tadinya

menggunakan teknologi tradisional menjadi pertanian yang menggunakan

teknologi lebih maju atau modern. Program pembangunan pertanian di Indonesia

tidak lepas dari konsep Revolusi Hijau. Pada permulaan tahun 1970-an,

pemerintah Indonesia meluncurkan suatu program pembangunan pertanian yang

(36)

dengan program BIMAS (Bimbingan Masyarakat). Program BIMAS baru diuji

coba dan ditinjau kembali dalam upaya meningkatkan produksi pertanian.23

Di Indonesia, penggunaan benih unggul, pupuk dan pestisida kimia

merupakan bagian dari program Revolusi Hijau, sebuah proyek ambisius Orde

Baru untuk memacu hasil produksi pertanian dengan menggunakan teknologi

modern, yang dimulai sejak tahun 1970-an. Di mana para petani dituntut untuk

menggunakan benih unggul hasi produksi pabrik pembenihan, sehingga dapat

dipastikan petani akan mengalami ketergantungan yang besar akan pruduk benih

hasil pabrik yang menjadikan kelemahan kemandirian proses pertanian yang

mereka miliki selama ini.

Petani yang merasa butuh akan benih unggul membeli kebutuhan benih

pada pabrik, padahal sebelumnya para petani memiliki kemandirian akan

pembenihan benih secara mandiri. Dikarenakan konsep yang telah terencana maka

petani digiring untuk tetap menggunakan benih pabrik tanpa mereka sadari. proses

ketergantungan petani akan benih luar maupun pabrik secara tidak langsung

membelenggu kebebasan petani yang tanpa mereka sadari, belenggu sendiri

menurut Gramsci merupakan hegemoni. Hegemoni adalah suatu kelas dan

anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas di bawahnya dengan

cara kekerasan dan persuasi. Terkait dengan hal ini, Simon menyatakan bahwa

hegemoni bukanlah hubungan dominasi dengan menggunakan kekuasaan,

23

(37)

melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik

dan ideologis.24

Teori di atas dapat diaplikasikan untuk membedah masalah terjadinya

yaitu petani sayur tidak terasa dikendalikan oleh para penguasa yang mempunyai

kebijakan dalam pembuatan keputusan melalui politik, mereka tertindas tidak

melalui kekerasan melainkan dengan kebijakan. Benih pabrik yang dipromosikan

memiliki nilai lebih sehingga secara halus petani sayur tergiring mengikutinya

untuk menanam bibit unggul hasil pabrik dan lambat laun keterampilan petani

dalam pembenihan bibit secara mandiri akan hilang.

Untuk itu perlu adanya kesadaran yang kritis dalam menyikapi masalah

sosial ekonomi petani tersebut, sehingga dengan pendampingan masyarakat

berbasis partisipatif akan membuka kesadaran mereka akan kemandirian yang

selama ini mereka tinggalkan. Hal ini mengacu pada pernyataan Alimanda dari

George Ritzer yang mengungkapkan bahwa manusia adalah makhluk yang aktif

menciptakan kehidupannya sendiri yaitu kreatif, aktif dan evaluaitif dalam

memilih dari berbagai alternatif tindakan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Hal

ini sejalan dengan paradigma pembangunan pertanian yang menghargai petani

sebagai subjek yang mengelola dan mengambil keputusan dalam setiap usaha

taninya.

24

(38)

C. Belajar Bersama Petani Sebagai Alternatif Menuju Perubahan Sosial

Dalam proses pemberdayaan peran masyarakat adalah sebagai masukan

dan keluaran. konsep pemberdayaan sebagai suatu konsep alternatif

pembangunan, yang pada intinya memberikan tekanan otonomi pengambilan

keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya

pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokratis dan pembelajaran sosial

melalui pengalaman langsung. sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab “civil

society” akan merasa siap diberdayakan lewat isue-isue lokal.

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses siklus terus menerus. Proses

partisipasi dimana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal

maupun non formal. Untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta usaha

mencapai tujuan bersama. Proses partisipasi dapat diklasifikasi menjadi enam

tahapan, yaitu mulai dari penerimaan informasi, pemberian tanggapan terhadap

informasi, perancanaan, pelaksanaan, penilaian, dan akhirnya penilaian kembali

atas hasil pembangunan. Partisipasi masyarakat ini diharapkan dapat membawa

dampak yang baik magi masyarakat menuju kearah yang lebih baik dan mandiri.

Jadi pemberdayaan masyarakat lebih merupakan suatu proses, ketimbang sebuah

pendekatan cetak biru.25

Program pendampingan masyarakat ini dapat mengantarkan masyarakat

menjadi komunitas belajar (learning Community), masyarakat menjadi komunitas

yang semakin aktif (active Community) dalam menolong dirinya sendiri (helping

themselves). Dalam proses inilah, usaha strategi pengembangan berbasis

25

(39)

masyarakat dalam rangka mengorganisir masyarakat di bagian akar rumput

menjadi bagian penting dari menciptakan program berkelanjutan. Berbagai

elemen dan unsur masyarakat didorong dan difasilitasi terus menerus, yang

akhirnya mengurangi angka kemiskinan, peningkatan sumberdaya manusia,

peluang dan pilihan kerja serta adanya peningkatan kualitas kelembagaan

pelayanan itu sendiri.

Selain itu, pemberdayaan masyarakat juga memiliki dasar tujuan yang

harus dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat. Pertama, pemberian

kewenangan, dan kedua pemberian kapasitas pada masyarakat. Oleh karena itu,

proses yang saling berhubungan itu dititik beratkan pada pemberian wewenag dan

pengembangan kapasitas masyarakat agar terciptanya perubahan sosial yang

menyeluruh.26

Konsep pendidikan non formal yang diadakan dalam proses

pendampingan pemberdayaan sangat penting perannya. Tujuan dari pendidikan

non formal semacam sekolah lapang bersama petani ini akan banyak menyerap

partisipasi dari masyarakat atau petani. Sekolah lapang berkonsep non formal,

bagi petani dirasa lebih efektif karena tidak terpaku oleh waktu. tempat dan

suasana yang formal seperti di lakukan di sebuah gedung dengan menggunakan

pakaian yang disesuaikan. Selain itu, pendidikan non formal berguna agar lebih

dekat dengan lingkungan. Menentukan tujuan-tujuan yang ingin dicapai,

mengidentifikasi dan memutuskan alternatif pilihan, evaluasi hasil proses, dan

dampak dari kegiatan. Dengan demikian manajemen strategis berupaya untuk

26

(40)

mendayagunakan berbagai peluang baru yang akan mungkin terjadi pada masa

yang akan datang untuk memberdayakan masyarakat.27

Wujud dari belajar bersama petani adalah mengajak petani untuk belajar

memahami kenyataan yang dihadapi dalam kehidupan. Petani akan belajar

menemukan sendiri ilmu dan rumus dalam realita kehidupan. Oleh karena itu

petani tidak hanya sekedar menerapkan pengalamannya untuk jadi pedoman

pembelajaran (learning by doing). Namun juga akan menciptakan ilmu baru yang

digunakan untuk menyelamatkan tanah dan aset sumber daya masyarakat. Proses

penemuan ilmu (discovery learning) yang dinamis sangat diharapkan dalam

menyongsong perubahan yang diinginkan.28 Sehingga dalam target yang muncul

adalah terbentuknya sosok petani ahli yang siap meneliti masalah dan tantangan

masa depan.

27

Adi, Fahrudin. Pemberdayaan Pasrtisipasi & Penguatan Kapasitas Masyarakat, (Bandung: Humaniora, 2011), hal 76.

28

(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

A. Pendekatan Penelitian

Pada proses pendampingan di Dusun Lengki Desa Suruh ini peneliti

menggunakan pendekatan Participation Action Research (PAR). Penelitian PAR

merupakan penelitian yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang

terkait (stakeholders) dalam mengkaji sebuah masalah yang terjadi pada

kehidupan petani tambak dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke

arah yang lebih baik.

Secara bahasa PAR terdiri dari tiga kata yaitu partisipatory atau dalam

bahasa Indonesia partisipasi yang artinya peran serta, pengambilan bagian, atau

keikutsertaan. Kemudian Action yang artinya gerakan atau tindakan, dan Research

atau riset artinya penelitian atau penyelidikan.29 Metode PAR memiliki tiga kata

yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua

riset harus diimplementasikan dalam aksi. Sedangkan aksi tersebut bisa jadi

berbeda dengan situasi yang sebelumnya berdasarkan dengan riset yang dikaji.

Proses pendampingan ini merupakan sebagai upaya untuk

mengembangkan dan memperkuat kapasitas masyarakat. Penguatan ini

dimaksudkan untuk membangkitkan kesadaran petani tentang kekuatan potensi

yang ada pada diri mereka yang selama ini tetutup oleh masukan dari luar seperti

promosi yang baik atau pencitraan terhadap benih unggul produksi pabrik

29

(42)

sehingga kekuatan potensi yang ada pada tubuh petani sendiri kurang disadarai.

Sebagaimana yang telah diungkapkan Pyne yang dicuplik oleh Edi Suharto,

Bahwa prisnip utama pendampingan adalah memandang masyarakat dan

lingkungannya sebagai sisitem sosial yang memiliki kekuatan positif dan

bermanfaat bagi pemecahan masalah, karena bagian dari pendekatan

pendampingan adalah menemukan sesuatu yang baik dan membantu masyarakat

memanfaatkan kekuatan positif tersebut.30

Pendekatan PAR ini dirasa tepat untuk mendukung proses pemberdayaan

pada para petani. Terutama bagi para petani sayur yang ada di Dusun Lengki,

yang harus bangkit untuk melepaskan ketergantungan para petani pada belenggu

benih pabrik yang membuat petani semakin terdesak. Hal ini mengacu pada

pernyataan Alimanda dari George Ritzer yang mengungkapkan bahwa manusia

adalah makhluk yang aktif menciptakan kehidupannya sendiri yaitu kreatif, aktif

dan evaluaitif dalam memilih dari berbagai alternatif tindakan dalam mencapai

tujuan-tujuannya.31 Sehingga dengan keaktifan dan kreatifitas yang dimiliki petani

sayur Lengki mampu untuk merrubah keadaan, mampu bangkit untuk melepas

ketergantungan benih sayur dari pihak luar. Dengan pendekatan PAR yang

dilakukan ini diharapkan mampu untuk meningkatkan dukungan partisipatif yanf

bersumber dari kemauan keras para petani sayur itu sendiri untuk menuju

kemandirian dan terbebas dari ketergantungan benih tersebut.

30

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Refika Aditama, 2005), hal 94.

31

(43)

Menurut Agusta partisipasi adalah proses bersama saling memahami,

menganalisis, merencanakan, dan melakukan tindakan oleh sejumlah anggota.32

Sedangkan menurut Hawort Hall, PAR merupakan pendekatan dalam penelitian

yang mendorong peneliti dan orang-orang yang mengambil manfaat dari

penelitian. 33 Hal yang mendasari dilakukannya PAR adalah kebutuhan untuk

mendapatkan perubahan yang diinginkan. Oleh karena itu peneliti menggunakan

pendekatan PAR dalam penelitian ini, yaitu metode riset sekaligus pemetaan

bersama masyarakat. Metode yang mempelajari kondisi kehidupan di masyarakat

Lengki dan juga dapat menganalisis tentang masalah petani sayur yang ada di

Dusun Suruh.

Adapun beberapa prinsip-prinsip kerja PAR yang menjadi karakter utama

dalam implementasi kerja PAR bersama komunitas. Adapun prinsip-prinsip dari

Participatory Action Research34 akan terurai sebagai berikut:

a. Masyarakat dipandang sebagai subyek bukan obyek

b. Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku

c. Peneliti memposisikan dirinya sebagai insider bukan outsider

d. Focus pada topik utama permasalahan

e. Pemberdayaan dan partisipatif masyarakat dalam menentukan indikator sosial

(indikator evaluasi partisipatif). Kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui

32

Brita, Mokelsen, Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan,

(Yogyakarta: Yayasan Obor, 2003), Hal. 45 33

Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Resertch (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal.93

34

(44)

proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan,

penilaian, dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan.

f. Keterlibatan semua anggota kelompok dan menghargai perbedaan.

g. Konsep triangulasi yaitu untuk mendapatkan informasi yang kedalamanya

dapat diandalkan, bisa digunakan konsep triangulasi yang merupakan bentuk

pemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck)

h. Optimalisasi hasil

i. Fleksibel dalam proses partisipasi

B. Prosedur Penelitian di lapangan

Metode PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain,

yaitu partisipasi, riset dan aksi. Semua riset harus diimplementasikan dalam aksi.

Oleh karena itu peneliti menggunakan pendekatan PAR dalam pendampingan ini,

berikut adalah cara kerja PAR untuk menggerakkan masyarakat atau komunitas

sebagai berikut:35

1. Pemetaan Awal (Preleminary Mapping)

Pemetaan awal sebagai alat untuk memahami realitas problem dan

relasi sosial yang terjadi. Dengan demikian akan memudahkan masuk dalam

komunitas baik melalui key people (kunci masyarakat) maupun komunitas

akar rumput yang sudah terbangun, seperti kelompok keagamaan, kelompok

kebudayaan, maupun kelompok ekonomi. khusunya dalam hal ini penadmping

bersama komunitas petani sayur melakukan pemetaan bersama-sama.

35

(45)

2. Membangun Hubungan Kemanusiaan

Peneliti melakukan inkulturasi dan membangun kepercayaan (trust

building) dengan petani sayur sehingga terjalin hubungan yang setara dan

saling mendukung. Yang kemudian menciptakan satu pemikiran antara

peneliti dan masyarakat. Dalam PAR yang biasa disebut meeting of mind.

3. Penentuan Agenda Riset

Bersama warga, peneliti mengagendakan program melalui teknik

Participatory Rural Appraisal (PRA) untuk memahami persoalan para petani

sayur Dusun Lengki yang selanjutnya menjadi alat perubahan sosial. Dalam

melaksanakan penelitian ini peneliti hanya seorang diri sehingga

dimungkinkan kurang efektif dalam keberlanjutan kegiatan sehingga untuk

menambah kemamouan dilapangan peneliti mengajak beberapa warga lokal

yang aktif dalam proses pemberdayaan ini. Untuk membantu riset penelitian

ini peneliti mengajak dua orang yaitu Saidi (60) sebagai kepala dusun yang

sangat berpengaruh dikalangan masyarakat dan yang kedua adalah Tomo (58)

sebagai petani sayur ahli yang mampu untuk menularkan ilmu pembenihan

karena dialah yang memperakarsai awalnya pertanian sayur di Daerah Dusun

Lengki.

Setelah terbentuk tim maka akan ditindak lanjuti dalam kegiatan FGD

yang mengajak para petani sayur pada umumnya. Penentuan agenda riset

sendiri berangkat dari kegiatan FGD bersama petani sayur Lengki. peneliti

(46)

untuk memahami persoalan para petani sayur Dusun Lengki yang selanjutnya

menjadi alat perubahan sosial

4. Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)

Bersama komunitas melakukan pemetaan wilayah, maupun persoalan yang

dialami. Khususnya pemetaan partisipatif ini memetakan wilayanh yang

berhubungan dengan pertanian sayur selain itu pemetaan ini bertujuan untuk

melihat karakteristik Dusun Lengki baik itu karakteristik manusianya maupun

karakteristik alamnya.

5. Merumuskan Masalah Kemanusiaan

Warga merumuskan masalah mendasar hajat hidup kemanusiaan yang

dialaminya. Seperti persoalan pangan, papan, kesehatan, pendidikan, energi,

lingkungan hidup, dan persoalan utama kemanusiaan lainnya. Seperti yang

dialami para petani yakni ketergantungan akan benih luar.

6. Menyusun Strategi Gerakan

Komunitas menyusun strategi gerakan untuk memecahkan problem

kemanusiaan yang telah dirumuskan. Menentukan langkah sistematik pihak

yang terlibat (Stakeholders), dan merumuskan kemungkinan keberhasilan dan

kegagalan program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila

terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program.

7. Pengorganisasian Masyarakat

Warga didampingi peneliti bersama-sama mengorganisir untuk membuat

kalender musim, transect, trend and change sehingga mengetahui potensi yang

(47)

pabrik karena saat itu mereka memilik pengetahuan dan kemandirian

pembenihan.

8. Melancarkan Aksi Perubahan

Aksi memecahkan problem dilakukan secara simultan dan partisipatif.

Para petani sayur diajak untuk melakukan kemandirian pertanian sayur tanpa

menggantungkan sebagian besar proses pertanian pada komoditas produk

pabrik yang membuat mereka semakin terjepit. yang bermula dari seorang

petani bernama Sutomo (65) tahun, petani ahli yang tetap melestarikan

pembenihan secara mandiri nantinya akan merubah cara pandang petani

laiinya.

9. Membangun pusat-pusat belajar masyarakat

Pusat-pusat belajar dibangun atas dasar kebutuhan

kelompok-kelompok komunitas yang sudah bergerak melakukan aksi perubahan. pusat

belajar ini bukanlah kegiatan formal melainkan pembelajaran informal atau

biasa disebut sekolah lapang para petani yang dilakukan berada di kebun sayur

dimana para petani dapat bertukar pengalaman dan ilmu tentang pertanian

sayur atau pun ilmu dibidang lainnya.

10.Refleksi (Teorisasi Perubahan Sosial)

Mengukur keberhasilan suatu program bisa melalui bagaimana respon

masyarakat sebagai subyek perubahan. Dalam evaluasi program yang

dijalankan maka yang sangat diperlukan adalah mengukur sampai mana

kemajuan. Bahkan apabila terdapat hambatan dan tantangan kedepan perlu

(48)

perlu diperbaiki dan faktor apa saja yang perlu dikembangluaskan. target dari

kegiatan penadmpingan pemberdayaan adalah menciptakan petani ahli yang

mandiri untuk tidak terlalu bergantung dengan komoditas produk pabrik yang

sejauh ini malah membuat petani ketergantungan dan melemahkan

kemandirian patani sayur. Akan tetapi hal yang paling mendasar agar kegiatan

pemberdayaan dapat berjalan baik adalah kesadaran dari petani sayur itu

sendiri.

11.Meluaskan Skala Gerakan dan Dukungan

Keberhasilan program PAR tidak hanya diukur dari hasil kegiatan

selama proses, tetapi juga diukur dari tingkat keberlanjutan program

(sustainability) yang sudah berjalan dan munculnya pengorganisir masyarakat

serta pemimpin lokal yang melanjutkan program untuk melakukan aksi

perubahan. Maka usaha yang harus dilakukan adalah menyebarluaskan

program yang sudah dilakukan. Cara yang dipilih adalah mengajak kerjasama

sesamapetani desa lain untuk bersama-sama belajar, menjalin kerjasama yang

baik dengan pemerintah setempat, dan membangun kelompok tani yang lebih

solid lagi.

C. Subyek Penelitian dan Pendampingan

Subjek pendampingan dalam proses pemberdayaan ini adalah masyarakat

Dusun Lengki khususnya para petani sayur yang berjumlah 10 KK meskipun

untuk keseluruhan petani sayur berjumlah 20. Pendampingan dilakukan pada 10

(49)

proses pendampingan . Umumnya para petani selama ini merasa nyaman dengan

benih pabrik yang mereka gunakan sebagai benih dalam proses pertanian sayur,

padahal secara tidak langsung mereka mengalami ketergantungan akan benih

pabrik tersebut yang mana mereka akan mnegeluarkan modal yang seharusnya

dengan kemendirian pembenihan sendiri dapat dilakukan oleh para petani

sehingga dapat menekan biaya pertanian mereka dan akan menambahkan

keuntungan dalam peratnian syur dengan kemandirian pemebnihan benih sayur

[image:49.595.108.555.283.577.2]

secara mandiri.

Tabel 3.1

Data Subjek Pendampingan

NO NAMA Jenis

Kelamin

Alamat Umur Status

1. Tomo Laki RT.17 60 Tahun Lokalider/ Petani sayur

2. Kabol Laki RT. 18 56 Tahun Petani sayur

3. Saidi Laki RT.17 61 Tahun Kepal Dusun/ Petani sayur

4. Suharsono Laki RT. 18 51 Tahun Petani sayur

5. Mbah Seger Laki RT.17 65 Tahun Lokalider/ Petani sayur

6. Naim Laki RT. 18 56 Tahun Petani sayur

7. Said Laki RT.17 48 Tahun Petani sayur

8. Suparno Laki RT. 18 45 Tahun Petani sayur

9. Junaedi Laki RT. 18 43 Tahun Petani sayur

10. Senadi Laki RT.17 57 Tahun Petani sayur

D. Teknik-Teknik Pengumpulan data

Cara kerja PAR adalah segala tindakan pembelajaran bersama komunitas,

dengan mengagendakan program pendampingan melului pendekatan teknik

Participatory Rural Appraisal (PRA) selain itu PRA juga sebagai teknik dalam

(50)

dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.36 Adapun teknik

pengumpulan data dalam PRA yang digunakan dalam proses pendampingan

petani sayur di Dusun Lengki adalah sebagai berikut:

1. Pemetaan

Teknik Pemetaan ini digunakan untuk memetakan kondisi Dusun lengki serta

kegiatan yang berkaitan dengan kasus yang ada.

2. Transect

Transek secara terminologi adalah kegiatan yang dilakukan oleh tim dan

narasumber untuk berjalan menelusuri wilayah untuk mengetahui kondisi

fisik seperti tanah, tumbuhan dll. Transect digunakan untuk memetakan

beberapa aset yang ada di wilayah terkait seperti tata guna lahan sawah, tegal

dan lain sebagaianya.

3. FGD

Sebuah forum diskusi kelompok sekitar 6-12 orang yang dipandu oleh

moderator untuk pengungkapan konsep,pandangan, penggalian data dan

keyakinan atau kepercayaan diantara para peserta diskusi.

4. Time Line

Adalah teknik penelusuran alur sejarah dengan kejadian penting yang pernah

dialami pada alur waktu tertentu. Dalam hal ini akan mengungkapkan waktu

mulai nya masyarakat petani sayur dalam memanfaatkan benih pabrik yang

selanjutlnya malah membuat candu bagi mereka, dan pada waktu kapan para

petani ahli mampu untuk melakukan kemandirian pemenihan secara mandiri.

36

(51)

5. Seasion calender/ Kalender Musim

Sebagai terminologi dalam teknik PRA arti seasonal calender adalah suatu

teknik yang digunakan untuk mengetahui kegaiatan utama, masalah, dan

kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan dalam bentuk diagram.37

6. Wawancara semi terstruktur

metode ini digunakan untuk menggali data secara langsung namun tidak

keluar dari konsep yang dibutuhkan.

7. Survey rumah tangga

Teknik ini digunakan untuk mengetahui gambaran kehidupan masyarakat

secara utuh, sehingga diketahui pengeluaran tingkat belanja sosial, kesehatan,

pangan dll.38

E. Teknik Validasi Data

Dalam prinsip metodologi PRA untuk meng crosh check data yang

diperoleh dapat melalui triangulasi. Triangulasi adalah suatu sistem crosh check

dalam pelaksaan teknik PRA agar memperoleh informasi yang akurat.

1. Triangulasi Komposisi Tim

Triangulasi komposisi Tim akan dilakukan oleh peneliti dengan para petani

sayur Dusun Lengki. Triangulasi ini bertujuan untuk memperoleh data yang

37

Agus Afandi, Modul Participatory Action Resertch (PAR), (Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel, 2014), hal.165

38

(52)

valid dan tidak sepihak karena semua pihak akan dilibatkan untuk

mendapatkan kesimpulan dan kesepakatan bersama.39

2. Triangulasi Alat dan Teknik

Di samping melakukan observasi langsung dengan lokasi, maka perlu juga

melakukan wawancara atau diskusi guna untuk penggalian data dengan para

petani sayur dan masyarakat Lengki melalui sebuah FGD (Focus Group

Discussion). Bentuknya sendiri berupa pencatatan dokumen maupun diagram.

40

3. Triangulasi Keragaman Sumber Informasi

Triangulasi ini diperoleh ketika peneliti, petani sayur dan masyarakat saling

memberikan informasi. Termasuk kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan

sebagai keberagaman sumber data.41

4. Tata Kuasa, Tata Kelola dan Tata Guna

Tata kuasa atas milik, tata kelola atas managemen dan tata guna untuk milik

semua ditekankan untuk mendapatkan keberlanjutan dari petani tambak di

Sumberrejo yang akan digagas.

F. Teknik Analisis Data

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan lapangan maka pendamping

dengan para petani sayur dan masyarakat akan melakukan sebuah analisis

39

Ibid. Hal 128 40

Ibid. Hal 129 41

(53)

bersama. Analisis ini digunakan untuk mengetahui permasalahan yang ada pada

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Attribut cuaca dan temperatur mempunyai nilai yang sama dalam satu keputusan (berolah-raga), maka data ini adalah data yang konsisten...

Bisa ditempel ke lembar peraga dengan sistem lekat Ukuran Bahan Sistem Warna Ukuran Bahan Ukuran Bahan Ukuran Bahan Cover Bahan Isi Jilid Cetak Isi Cetak Cover Ukuran Bahan

Atas dasar kesadaran akan pentingnya persediaan tersebut dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan maka pihak manajemen harus memiliki pengendalian internal

Bagaimana hasil peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan dengan model Fuzzy Feed Forward Neural Network untuk Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan

Perubahan fasad bangunan di kawasan kampung Laweyan disebabkan oleh status kepemilikan, perpektif pewaris dan faktor ekonomi, pola berdagang dengan dukungan teknologi.

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Hasil penelitian yang diperoleh: bentuk tindak tutur direktif pada interaksi pembelajaran guru siswa MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten

(4) Penilaian ranah afektif dalam menulis cerpen berdasarkan pengalaman yang pernah dialami siswa dapat menggunakan angket atau koesioner untuk mengetahui minat