• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi interpersonal mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya dalam tinjauan teori fundamental internpersonal relations orientation William Schutz.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi interpersonal mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya dalam tinjauan teori fundamental internpersonal relations orientation William Schutz."

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA AKTIVIS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DI WARUNG KOPI DALAM TINJAUAN TEORI FUNDAMENTAL INTERPERSONAL RELATIONS ORIENTATION WILLIAM

SCHUTZ

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom.) Dalam

Bidang llmu Komunikasi

Oleh:

NINO GOFUR ERDIYANTI NIM. B06213034

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

JURUSAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Abstrak

Nino Gofur Erdiyanti, NIM.B06213034, 2017. Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya di Warung Kopi Dalam Tinjauan Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation William Schutz. Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Mahasiswa Aktivis, Warung Kopi, Komunikasi Interpersonal

Ada dua hal yang ingin dikaji oleh peneliti dalam skripsi ini, yaitu (1) Bagaimana komunikasi yang dilakukan Mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya di warung kopi (2) Bagaimana peran warung kopi sebagai sarana komunikasi para Mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya

Untuk mengetahui persoalan tersebut secara menyeluruh, maka peneliti melakukan pengkajian dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang digunakan untuk menjabarkan fakta dan data mengenai komunikasi efektif, teknik pengumpulan data observasi dan wawancara serta analisis data dikaji dengan menggunakan teori komunikasi antar pribadi: Fundamental Interpersonal Relations Orientation Theory.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa (1) Bagaimana komunikasi yang dilakukan Mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya di warung kopi adalah aktivis yang sering ngopi di warkop melakukan berbagai macam jenis komunikasi, seperti komunikasi terbuka (2) Bagaimana peran warung kopi sebagai sarana komunikasi para Mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya, warung kopi memberikan banyak fasilitas yang dibutuhkan aktivis ketika mereka sedang berkumpul.

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ………... .. iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ………... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ……….. v

KATA PENGANTAR ………... .. vi

ABSTRAK ……… vii

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR BAGAN ………... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ………. 1

B. Rumusan Penelitian……… 6

C. Tujuan Penelitian ……….…… …. 7

D. Manfaat Penelitian ………. 7

E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu ………. 7

F. Definisi Konsep ……….. 10

G. Kerangka Pikir Penelitian ……….. 13

H. Metode Penelitian ……….. 14

1.Pendekatan dan Jenis Penelitian ………... 14

2. Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian ………...17

3. Jenis dan Sumber Data ……… 17

4. Teknik Pengumpulan Data ……….. 19

5. Teknik Analisis Data ………...… 20

6. Sistematika Pembahasan ………. 21

BAB II : KAJIAN TEORITIS KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI dan FUNDAMENTAL INTERPERSONAL RELATIONS ORIENTATIONS THEORY A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Antar Pribadi ………... 22

a. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi ………. 22

b. Proses Komunikasi Antar Pribadi ……… 25

c. Fungsi Komunikasi Antar Pribadi ……… 28

d. Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi ………. 31

e. Hubungan Interpersonal Yang Efektif ……….. ….. 33

2. Aktivis Mahasiswa .……..………. 36

B. Kajian Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation William Schutz 1. Pengertian fundamental interpersonal relations orientation theory ……….. 40

2. Tiga kebutuhan dasar komunikasi interpersonal ……… 41

a. Kebutuhan pribadi untuk keikutsertaan / Inclusion…….. 41

b. Kebutuhan pribadi untuk control ………. 43

c. Kebutuhan pribadi untuk kasih sayang / Affection …….. 45

(8)

1. Deskripsi Mahasiswa, Komunikasi Interpersonal

dan Warung Kopi... 47 2. Deskripsi Data Penelitian Komunikasi Interpersonal Mahasiswa

Aktivis ………...……….. 56 a. Kumpulan di Warung Kopi untuk Kajian... 60 b. Musyawarah SambilCangkruk di Warung Kopi... 61 c. Warung Kopi Tempat yang Cocok Untuk Nongkrong.... 63 d. Basecamp Para Aktivis di Warung Kopi... 65 e. Ngobrol Pintar Menjadi Kebutuhan Kedua Mahasiswa

Selain Belajar... 66 BAB IV. INTREPETASI HASIL PENELITAN TENTANG KOMUNIKASI

INTERPERSONAL MAHASISWA AKTIVIS DI WARUNG KOPI 1. Analisis Data Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Aktivis Di

Warung Kopi ………. 68

1. Konfirmasi Temuan Dengan Teori Komunikasi

Interpersonal...……… 79 2. Komunikasi Interpersonal Dalam Perspektif Keislaman...88 BAB V. PENUTUP

1. Kesimpulan ……… 90

2. Saran ……….. 91

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa merupakan jenjang pendidikan yang memiliki status tertinggi, setelah seseorang berhasil menempuh jenjang pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas) yang kemudian memilih untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi yakni menjadi mahasiswa.

Didalam sejarah Indonesia tercatat bahwasannya mahasiswa memiliki kekuatan dan proses yang berpengaruh dalam suatu bangsa. Mahasiswa mampu mendesak Presiden Soekarno pada tahun 1966 dan Presiden Soeharto pada tahun 1998 untuk mengundurkan diri dari kursi kepresidenan dan menuntut beberapa tuntutan lain yang dikenal dengan Tritura.

(10)

Dalam prosesnya di berbagai universitas memiliki ragam bentuk organisasi, mulai dari organisasi kemahasiswaan yang dibawah garis kordinasi fakultas dan universitas, organisasi kedaerahan, organisasi berdasarkan bakat dan hobi.

Mahasiswa sudah mulai dikenalkan dengan bagaimana regulasi kampus dengan berbagai struktur. Bagaimana cara mahasiswa membawa organisasi yang keseluruhan sistem organisasi tersebut dipegang langsung oleh mahasiswa dan untuk menjadikan anggota mahasiswa memiliki prestasi dan ilmu baik berupa pengalaman, wawasan keilmuan, dan output yang lainnya.

Sesuai dengan pedoman umum organisasi kemahasiswaan PTAI point C tentang Tujuan Organisasi:

1. Mendorong mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau professional yang dapat menerapkan mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian yang bernuansa islami

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau bakat dan minat dan/atau mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan memperkaya kebudayaan nasional yang bernuansa islami dan berwawasan kebangsaan.1

(11)

Dalam suatu organisasi mahasiswa yangmana terdiri dari banyak perbedaan baik karakter maupun sifat, dan kepentingan sehingga tidak selalu dalam keadaan yang stabil, dalam artian suatu organisasi pasti akan dihadapkan dengan masalah baik secara internal maupun eksternal dengan berbagai sebab.

Konflik dapat terjadi antara individu-individu, antara kelompok-kelompok dan antara organisasi-organisasi. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada pandangan yang sama sekali bertentangan tanpa ada kompromi kemudian menarik kesimpulan yang berbeda dan cenderung bersifat tidak toleran, maka dapat dipastikan akan timbul konflik tertentu.2

Masalah atau konflik yang muncul dalam sebuah organisasipun bermacam macam, mulai dari masalah internal sampai konflik eksternal yang dialami, dari pihak internal seperti perselisihan pendapat antar anggota yang kemudian memicu konflik yang lebih besar jika tidak segera diselesaikan atau tidak ada salah satu yang mengalah atau menetralisir. Bisa juga karena masalah klasik yang selalu dihadapi organisasi mahasiswa pada umumnya yakni seperti keaktifan anggota yang bentrok dengan kuliah dan organisasi lain yang diikutinya, bagaimana membuat anggota betah di organisasi tersebut, karena yang nantinya akan menjadi penerus kepengurusan suatu organisasi tersebut.

(12)

Sedangkan konflik eksternal seperti masalah yang terkait dengan pihak rektorat seperti kemahasiswaan bagi organisasi mahasiswa yang dibawah naungan rektorat atau tingkat universitas, dengan senior atau alumni.

Dari berbagai masalah yang dialami oleh mahasiswa dalam organisasinya ada beberapa tipe organisasi yang memiliki cara tersendiri dalam menemukan cara bagaimana memecahkan masalah. Dimulai dari rapat non resmi didalam maupun diluar ruangan dengan situasi yang serius. Ada pula yang mereka memecahkan masalah dengan duduk bersantai sambil ngopi di sebuah warung kopi sekitar kampus.

Meski dalam kondisi sekitar yang tidak terlalu ramai dan tidak serius mereka mampu menyelesaikan dan menemukan cara bagaimana masalah tersebut dapat teratasi, bahkan mereka mampu memunculkan langkah berikutnya dalam mengembangkan organisasinya.

(13)

maupun kelompok. Disebutkan di majalah ara aita edisi 63 dijelaskan bahwasannya mahasiswa seringkali mengadakan pertemuan di warkop, seperti hanya sekedar ngobrol santai sampai dengan diskusi dan rapat.

Seperti yang kerap kali dialami oleh UKM UKPI, dimana pengurus inti organisasi tersebut memiliki intensitas yang lebih di warung kopi. Salah satu alasan kenapa mereka sering sekali ke warung kopi karena saat ini UKM tersebut tidak memiliki basecamp atau kantor yang bisa digunakan untuk segala aktivitas dari UKM UKPI. Sehingga untuk membicarakan hal penting semacam rapat atau agenda diskusi mereka harus pergi ke warung kopi. Sebelumnya UKM Universitas difasilitasi basecamp baik di dalam maupun di luar kampus, namun basecamp terakhir mereka di luar kampus yang letanya di gg. Benteng, Wonocolo. Namun karena sudah tidak diperpanjang lagi kontrak basecampnya pada tahun 2015, maka beberapa UKM yang menempati lokasi tersebut harus keluar dan mencari tempat lain. Namun sampai saat ini UKPI masih belum mendapatkan tempat baru dikarenakan biaya sewa yang cukup mahal dan lokasi jauh dari kampus, sehingga membuat mereka mengurungkan niat mencari basecamp baru dan memilih warkop sebagai tempat mereka berkumpul.

(14)

Namun berbeda dengan LPM Ara Aita, UKM naungan Fakultas itu memiliki basecamp di Margorejo. Meski demikian organisasi ini masih sering ke warkop. Tujuan mereka hampir sama dengan UKPI, untuk membahas agenda dan sesuatu mengenai urusan organisasinya. Namun motivasi lain dari tujuannya berkumpul di warkop adalah karena situasional yang ada di warkop membuat suasana menjadi lebih santai dan asik. Sehingga membuat mereka merasa betah untuk membicarakan masalah-masalah penerbitan, kaderisasi dan agenda kedepannya.

Karena UKM Ara Aita berbasis penerbitan, sehingga hampir setiap hari mereka selalu bertemu dan berkumpul, karena salah satu agenda UKM ini adalah penerbitan bulletin new news tiap minggu, sehingga dalam seminggu itu mereka ada kumpul untuk membahas tema bulletin untuk edisi minggu depan, kemudian proses pengumpulan fakta, proses wawancara, kemudian proses penulisan yang biasanya dilakukan saat weekend sekaligus proses evaluasi. Dengan intensitas yang lebih sehingga mereka juga sering ke warkop untuk sekedar santai sambil mengerjakan tulisan dan lain sebagainya.

Dari beberapa alasan diatas komunikasi secara interpersonal di warung kopi dapat menjadi sarana yang baik dalam sebuah organisasi, dengan memanfaatkan fasilitas di warung kopi yang memadai.

B. Rumusan Penelitian

(15)

2. Bagaimana peran warung kopi sebagai sarana komunikasi para Mahasiswa aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan organisasi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya di warung kopi

2. Untuk mengetahui mengapa warung kopi dijadikan sebagai sarana komunikasi para organisasi Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya D. Manfaat Penelitian

Secara teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu komunikasi.

Secara Praktis :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu komunikasi 2. Untuk membantu masyarakat mengetahui dan mengerti dari nilai dan

fungsi warung kopi bagi mahasiswa

3. Untuk memenuhi syarat memperoleh kelulusan strata S1 pada Program Studi Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

E. Penelitian Terdahulu

(16)

[image:16.595.136.513.185.700.2]

akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dengan hasil penelitian yang disusun oleh peneliti. Adapun penelitian terdahulu yang telah meneliti terkait warung kopi sebagai media komunikas effektif yakni:

Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu 1

Nama Peneliti M. Qomarudin

Judul Warung Kopi [Warkop] sebagai

media Komunikasi masyarakat Desa Gedongan Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Jenis Karya Skripsi

Tahun penelitian 2006

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif Hasil Temuan Penelitian Dalam penelitian ini

menghasilkan temuan bahwa warung kopi dapat dijadikan sebagai media komunikasi yang efektif bagi masyarakat Desa Gedongan, Kec. Waru, Kab. Sidoarjo

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan warung kopi sebagai media komunikasi masyarakat Desa Gedongan, Kec. Waru, Kab. Sidoarjo.

Persamaan Penelitian ini sama-sama

mengkaji mengenai ruang publik, karena warung kopi juga merupakan salah satu ruang publik.

(17)
[image:17.595.134.513.142.647.2]

Tabel 1.2 Penelitian terdahulu 2

Nama Peneliti Muhammad Hamka

Mudhowillah

Judul “Cangkrukan Sebagai Ruang

Publik Komunikasi (Studi Pada Kelompok Kopi Cangkrouk UIN Sunan Ampel Surabaya)

Jenis Karya Skripsi

Tahun penelitian 2014

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif Hasil Temuan Penelitian Dalam penelitian ini

menghasilkan temuan bahwa Kelompok Kopi Cangkrouk memaknai ruang publik sebagai ruang berkespresi yang bebas, terbuka, dan tidak ada aturan yang mengikat.

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan sifat cangkrukan sebagai ruang publik komunikasi

pada kelompok Kopi Cangkrouk UIN Sunan Ampel Surabaya dan Untuk mendeskripsikan motivasi kelompok Kopi Cangkrouk dalam

cangkrukan

Persamaan Penelitian ini sama-sama

mengkaji mengenai ruang publik, karena warung kopi juga merupakan salah satu ruang publik.

Perbedaan Subyek, tujuan temuan dan teori yang diguanakan peneliti berbeda

F. Definisi Konsep Penelitian

(18)

Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan perilaku non verbal3. Yang dimaksudkan komunikasi adalah adanya proses penyampaian pesan dan diterima oleh sesorang dengan maksud dan tujuan tertentu.

Joseph A. Devito mengartikan the process of sending andreceiving messages between two person, or among a small group of persons, with

some effect and some immediate feedback. (komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orangorang dengan beberapa umpan balik seketika)4

2. Organisasi

Ada beberapa macam pendapat megenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pemagaian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karakteristik tertentu yaitu mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung pada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisai tersebut5.

Menurut Siswanto “Organisasi dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang yang salingberinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama”. Berdasarkan pendapat Siswanto tersebut, bahwa organisasi adalah

3Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 3. 4Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bhakti,2003), hal. 59-60

(19)

interaksi antara sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam KBBI diterangkan bahwa organisasi adalah kelompok kerjasama antara orangorang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama6.

Menurut Paryati Sudarman tentang organisasi yang diikuti oleh mahasiswa atau yang biasa disebut dengan Ormawa atau organisasi kemahasiswaan mengemukakan: Pada dasarnya, ormawa di suatu perguruan tinggi, diselenggrakan atas dasar prinsip dari oleh dan untuk mahasiswa itu sendiri. Organisasi tersebut merupakan wahana dan sarana pengembangan mahasiswa kearah perluasan wawasan peningkatan ilmu dan pengetahuan serta integritas kepribadian mahasiswa. Ormawa juga sebagai wadah pengembangan kegiatan ekstrakulikuler mahasiswa di perguruan tinggi yang meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran mahasiswa itu sendiri7.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan organisasi kemahasiswaan meliputi pengembangan penalaran, keilmuan, minat, bakat dan kegemaran yang bisa diikuti oleh mahasiswa di tingkat jurusan, fakultas dan universitas yang bertujuan untuk memperluas wawasan, ilmu dan pengetahuan serta membentuk kepribadian mahasiswa.

3. Aktivis

6Siswanto, Pengantar Manajemen., (Jakarta: Bumi Aksara, 2007) hal. 73.

(20)

Aktivis merupakan mahasiswa yang mengikuti organisasi di suatu universitas. Bagi mahasiswa yang melek terhadap organisasi, masuk ke dalam suatu organisasi bagaikan mata kuliah yang wajib diambil. Berorganisasi bukan hanya sarana mencari teman dan pengalaman baru saja, tetapi juga mencari ilmu-ilmu dan pengetahuan baru yang yang mungkin tidak didapatkan dalam perkuliahan.

4. Warung Kopi

Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir diseluruh wilayah belahan dunia. Kebiasaan minum kopi menghabiskan waktu di warung kopi sambil menikmati berbagai fasilitas yang tersedia seakan telah menjadi gaya hidup bagi berbagai kalangan dari berbagai profesi dan generasi di dunia. Dewasa ini, warung kopi tidak hanya menyediakan minuman kopi dengan cita rasa yang nikmat, namun juga berbagai fasilitas seperti free Wi-Fi, TV satelit, layar lebar untuk menonton pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain sebagainya.

(21)

G. Kerangka pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dimaksudkan untuk dapat memberikan arahan kepada peneliti dalam membuat penelitian ini. Kerangka pikir dibuat sebagai bagan singkat dari isi maksud dari peneliti. Berikut skema kerangka pikir dengan judul “Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Aktivis UIN Sunan Ampel Surabaya di Warung Kopi Dalam Tinjauan Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation Theory”.

Bagan.1.1 Kerangka Pikir

Maksud dari bagan diatas adalah setiap organisasi memiliki masalah atau problemnya masing masing, mulai dari masalah administrasi, keanggotaan dan kesulitan dalam mencapa tujuan mereka. Kemudian langkah pasti yang akan dilakukan para pengurus organisai yakni melakukan rapat atau diskusi guna menyelesaikan dan mengambil keputusan bagaimana dan apa yang akan

Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO) Theory

Organisasi kap

Masalah / problem

Diskusi

Keikutsertaan Kontrol Kasih sayang

Problem solving

(22)

mereka lakukan dengan adanya masalah tersebut. Setelah melakukan rapat atau diskusi yangmana akan melahirkan keputusan yang bersifat problem solving.

Dalam Teori Komunikasi Antar Pribadi dijelaskan bahwasannya KAP dilakukan guna mendapatkan komunikasi yang effektif yangmana tujuan dari KAP adalah dapat merubah sikap dari komunikan, karena dengan KAP dapat memberikan keterbukaan masing-masing komunikator dan komunikan, kenyamanan satu sama lain, kesetaraan dan bersifat langsung face to face sehingga respon yang diberikan akan diserap secara langsung dan mendapatkan feed back langsung sehingga komunikasi yang terjalin akan menjadi komunikasi yng intim dan mudah dalam pemecahan masalah. Dan mereka sering kali melakukan proses demikian di sebuah warung kopi.

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti diwajibbkan dapat menyusun metodolgi yang digunakan dalam penelitiannya, yang akan membantunya dalam menyeesaikan dengan cara seperti apa yang diinginkan oleh peneliti. Maka dari itu peneliti kali ini menggunakan pendekatan dan jenis penelitian sebagai berikut.

Peneliti pada penelitian kali ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekataan fenomenologi ini diambil karena mengaca dari suatu fenomena yang terjadi di Wonocolo sekitar kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.

(23)

manusia akan memiliki arti apabila terdapat pemaknaan arti tindakan yang dilakukan. Ketika sudah ada pemberian arti suatu tindakan tersebut, maka akan mempengaruhi kelangsunga proses interaksi sosial. Konsep inter subyektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa kelompok-kelompok sosial saling menginterpretasikan tindakannya masing-masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang samaa seperti yang dialami dalam interaksi secara individual.8 Sehingga peneliti dapat menganalisis dari suatu interaksi sosial yang ada di warung kopi tersebut.

Namun menurut John W. Crresswell dalam bukunya yang berjudul Research Design menjelaskan bahwasannya fenomenologi merupakan strategi dimana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subyek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna. Dalam proses ini, peneliti mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman pribadinya agar ia dapat memahami partisipan yang ia teliti9.

Sehinggga dari dua sumber diatas yang menyatakan bahwasannya dengan menggunakan fenomenologi peneliti dapat memberikan interprestasi dari interaksi sosial dengan menggunakan pengamatan, pendekatan individual

8Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Paradigma Ganda (Jakarta: Rajawali pers, 2010), hal. 59.

(24)

dengan beberapa aktor masyarakat yang bersangkutan untuk mendapatkan data penelitian yang bersifat subyektif.

Pada umumnya sebuah penelitian menggunakan dua model metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif (qualitative research). Metode penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan John W.Creswell sebagai membangun makna tentang suatu fenomena berdasarkan pandangan pandangan dari partisipan.10

Dalam mengumpulkan, mengungkapkan berbagai masalah dan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini dilakukan dengan pendekatan studi analisis diskriptif. Menurut Sugiyono bahwa penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk meneliti pada kondisi objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen kunci.11

Sementara Nawawi dan Martini mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tertentu.12

10Ibid, 28.

11Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2008), hal. 15.

(25)

2. Pemilihan Subyek, Obyek dan Lokasi Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “socialsituation” atau situasi sosial yang terdiri atas

tiga elemen, yaitu tempat (palace), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi”

di dalamnya.13

Berdasarkan paparan diatas, subyek penelitian ini merupakan Mahasiswa UIN Sunan Ampel yang mengikuti UKM (unit kegiatan mahasiswa) LPM ARA AITA dan UKPI. Sedangkan obyek dari penelitian ini adalah Komunikasi Interpersonal, dan lokasi dari penelitian ini berlokasi di Warung Kopi Pondok Kopi dan Angkringan 96 Wonocolo, Surabaya.

3. Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis data yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, maka penulis memberikan informasi data sebagai berikut:

a. Jenis Data

Dalam penelitian ini data yang di gunakan berupa data kualitatif. Data kualitatif yaitu data yang tidak langsung terwujud dalam angka, tetapi dalam bentuk kategori-kategori. Dalam hal ini data yang dimaksud adalah obyek penelitian yang meliputi keefektifan komunikasi yang dilakukan mahasiswa di warung kopi. Penelitian ini dalam penelitiannya menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentsi. Dimana teknik observasi yaitu

(26)

peneliti dapat menjalin hubungan baik dengan orang-orang yang ada di tempat penelitian guna mendapatkan kemudahan dalam proses penelitian dan juga mendapatkan informasi yang valid. Dalam teknik wawancara peneliti menggali informasi yang berhubungan dengan alsan mahasiswa memilih warung kopi sebagai media dalam penyelesaian masalah beserta manfaat yang terjadi karenya.

Dan yang terahir dokumentasi. dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dengan cara mengumpulkan berbagai macam dokumen-dokumen seperti gambar atau audio visual yang mempunyai kaitan dengan fokus penelitian.

b. Sumber Data

Adapun yang dimaksud sumber data dalam penelitian, menurut Suharsimi Arikunto adalah subjek di mana data diperoleh.14 Sedangkan

menurut Lofland sebagaimana dikutip oleh Lexi J. Moleong, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.15

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam sebagai berikut:

1) Data Primer

Data Primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Atau data yang langsung dikimpulkan peneliti

14Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 107.

(27)

dari sumber pertamanya.16Data primer yang menjadi objek penelitian

dalam penelitian ini adalah beberapa mahasiswa yang mengikuti UKM atau organisasi.

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumntasi dan arsip-arsip resmi.17 Pendapat lain mengatakan

bahwa data sekunder adalah data yang biasanya telah tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen, misalnya data mengenai keadaan demografis suatu daerah, data mengenai produktivitas suatu perguruan tinggi, data mengenai persediaan pangan di suatu daerah dan sebagainya. Data sekunder yang diperoleh peneliti adalah data yang diperoleh langsung dari pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian penelitian ini dan berbagai literature yang relevan dengan pembahasan.

4. Teknik Pegumpulan data

Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

a. Metode Observasi (Pengamatan)

Pengumpulan data dengan menggunakan atau mengadakan pengamatan atau pencatatan dengan sistematis tentang fenomena yang diselidiki baik Secara langsung maupun tidak langsung18.

b. Dokumentasi

(28)

Teknik pengumpulan data yang dokumentasinya adalah pengambilan data penelitian yang diperoleh melalui dokumentasi baik dari pihak yang diteliti maupun dokumentasi yang peneliti ambil selama penelitian.

c. Wawancara

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara atau tanya jawab dengan pihak yang bersangkutan tentang masalah yang diteliti kepada responden.

5. Teknik analisis data

Teknik yang digunakan untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini digunakan metode:

a. Deskriptif, yaitu mengumpulkan data tentang proses organisasi kemahasiswaan menggunakan warung kopi sebagai media penyelesaian masalah atau mencapai problem solving didalam organisasi dan selanjutnya dianalisis, setelah itu ditarik kesimpulan.

b. Induktif yaitu merupakan metode yang digunakan untuk mengemukakan fakta-fakta atau kenyataan dari hasil penelitan di sekitar kampus Wonocolo dilihat dari perspektif Ilmu Komunikasi

6. Sistematika Pembahasan

Pada bab pertama akan dijelaskan mengenai (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) definisi konseptual, dan (f) sistematika pembahasan.

(29)

warung kopi sebagai media komunikasi efektif dalam mencapai problem solving mahasiswa UIN Sunan Ampel Mahasiswa

Bab tiga berisi penyajian data profil informan, deskripsi organisasi dan hasil wawancara.

Sedang bab empat yakni analisis data, temuan penelitian dan menganalisis data konfirmasi temuan dengan teori.

(30)

BAB II

KAJIAN TEORITIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA

AKTIVIS

A. Kajian Pustaka

1. Komunikasi Interpersonal /Antar Pribadi a) Pengertian Komunikasi antar pribadi

Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal dan perilaku non verbal1. Dapat disebut komunikasi antar pribadi atau komunikasi interpersonal jika melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respons pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik berbentuk verbal (kata- kata) atau bentuk non-verbal (non kata- kata).

Meskipun komunikasi antar pribadi merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, namun tidak mudah memberikan definisi yang dapat diterima semua pihak. Sebagaimana layaknya konsep-konsep dalam ilmu lainnya, komunikasi antar pribadi juga mempunyai banyak definisi sesuai dengan persepsi para ahli-ahli komunikasi yang memberikan batasan penelitian.

Menurut Barnlund, yang dikutip oleh Dasrun Hidayat, komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung2.

(31)

Pendapat senada dikemukakan oleh Deddy Mulyana bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal3.

Menurut Johnson, secara luas komunikasi adalah:

“Setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga juga merupakan bentuk komunikasi. Sedangkan secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima4. “

Joseph A. Devito mengartikan the process of sending andreceiving messages between two person, or among a small group of persons, with

some effect and some immediate feedback. (komunikasi interpersonal adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orangorang dengan beberapa umpan balik seketika )5.

Bochner, komunikasi antar pribadi merupakan proses penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera6.

3Suranto AW. Komunikasi Interpersonal (Yogjakarta: Graha Ilmu), hal. 3

4A. Supratiknya, Tinjauan Psikologis Komunikasi Antar Pribadi (Yogjakarta: Kanisius, 2009), hal. 30

5Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: Citra Aditya Bhakti,2003), hal. 59-60

(32)

Everett M. Rogers mengartikan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi7.

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung (tanpa medium) ataupun tidak langsung (melalui medium)8.

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antar pribadi dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan perilaku komunikan, sebab komunikasi berlangsung secara tatap muka. Oleh karena komunikator dengan komunikan itu saling bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi; pribadi komunikator menyentuh pribadi komunikan. Ketika komunikator menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate feedback). Komunikator dapat mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan yang dilontarkan komunikator. Apabila umpan baliknya positif, artinya tanggapan komunikan menunjukkan bahwa pesan yang disampaikan tadi bisa dimengerti oleh komunikan atau sesuai yang diinginkan komunikator, maka komunikator dapat mempertahankan gaya komunikasinya, sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, maka komunikator dapat mengubah gaya komunikasinya sampai komunikasi tersebut berhasil9.

7Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: Grasindo, 2008),hal. 35. 8M. Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), hal. 32.

(33)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian pesan antara dua orang atau kelompok kecil secara langsung baik itu pesan verbal maupun non verbal sehingga mendapatkan feedback secara langsung.

b) Proses komunikasi antar pribadi

Secara bahasa proses dapat diartikan sebagai sebuah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain dan biasanya menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya sehingga menghasilkan suatu hasil. Suatu proses dapat dikenali oleh perubahan yang diciptakan terdapat sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya10. Menurut Luncaid proses adalah suatu perubahan atau rangkaian tindakan suatu peristiwa selama beberapa waktu dan yang neuju suatu hasil tertentu. Proses merupakan rangkaian tindakan maupun pembuatan serta pengolahan yang menghasilkan sesuatu. Jadi apabila suatu perbuatan mulai dari awal sampai berakhirnya suatu tindakan sehingga membuahkan hasil.

Dalam komunikasi proses komunikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu proses komunikasi primer dan sekunder. Proses komunikasi primer adalah proses penyampaian fikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media11.

Biasanya proses komunikasi ini dilakukan dalam bentuk antar pribadi yang

10Danang Seta Kusuma “Komunikasi antar pribadi” dalam http://id.wikipedia.org/wiki/proses

(34)

melibatkan dua orang dalam situasi interaksi, komunikator mengirim pesan kepada komunikan.

Menurut Onong Uchayana disini komunikator menjadi Encoder (pengirim) dan komunikan menjadi Decoder (penerima). Akan tetapi komunikasi antar pribadi bersifat dialogisme, maka terjadilah pertukaran pesan, dimana komunikator menjadi Decoder (penerima) sementara komunikan menjadi Encoder (pengirim.). Dalam komunikasi antar pribadi, karena situasinya adalah tatap muka (face to face communication) berbeda dengan komunikasi bermedia, dimana umpan balik tertunda (delayedfeedback)12.

Menurut Djuarsa dalam komunikasi bahasa disebut lambang verbal (verbal symbol) sedangkan lambang-lambang yang bukan bahasa dinamakan lambang non verbal (non verbal symbol). Komunikasi verbal sendiri terdiri dari bahasa lisan (spoken word) dan bahsa tertulis (written word) sedangkan komunikasi non verbal diantaranya meliputi nada suara (tone of voice), desah (sighs), jeritan (screams), kualitas vocal (vocal qualities), isyarat (gesture), gerakan (movement), penampilan (appearance), dan ekspresi wajah (facial expression)13.

Proses komunikasi primer telah dipaparkan diatas. Kemudian proses komunikasi sekunder yang merupakan bagian kedua dari proses komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua

12Onong Uchjana Effendi, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 15.

(35)

[image:35.595.126.509.172.526.2]

setelah memakai lambang sebagai media pertama. Dalam hal ini biasanya lebih dikenal dengan sebutan komunikasi bermedia. Berikut merupakan gambar proses komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi:

Bagan 2.4 Model scram

Dalam model ini scramm menganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak yang menyandi, menafsirkan, menyandi balik, mentransmisikan, dan menerima sinyal. Melihat umpan balik dan lingkaran yang berkelanjutan untuk berbagi informasi14. Dimana dalam model tersebut terlihat jelas bahwa komunikasi interpersonal secara tatap muka karena terjadi saling sambung menyambung dan feedback secara langsung. Dalam model tersebut menyuratkan bahwasanya pemimpin diskusi bertindak sebagai decoder/encoder/interpreter yang kemudian mengirimkan message kepada anggota diskusi yang juga berperan sebagai decoder/encoder/interpreter, sehingga akan terjadi suatu kesinambungan yang bersifat terus menerus.

(36)

Dalam model tersebut menyuratkan bahwasanya pemimpin diskusi bertindak sebagai decoder/encoder/interpreter yang kemudian mengirimkan message kepada anggota yang juga berperan sebagai decoder/encoder/interpreter, sehingga akan terjadi suatu kesinambungan yang bersifat terus menerus.

c) Fungsi komunikasi antar pribadi

Alo liliweri menyebutkan bahwa fungsi komunikasi antar pribadi terdiri atas:

1) Fungsi sosial secara otomatis mempunyai fungsi sosial karena proses komunikasi beroperasi dalam konteks sosial yang orangorangnya berinteraksi satu sama lain. Adapun aspek-aspek yang terkandung dalam fungsi sosial komunikasi antar pribadi adalah:

a. Manusia berkomunikasi untuk mempertemukan kebutuhan biologis dan psikologis.

b. Manusia berkomunikasi untuk memenuhi kewajiban sosial.

c. Manusia berkomunikasi untuk mengembangkan hubungan timbal balik.

d. Manusia berkomunikasi untuk meningkatkan dan merawat mutu diri sendiri.

e. Manusia berkomunikasi untuk menangani konflik.

(37)

1. Manusia berkomunikasi untuk membagi informasi.

2. Manusia berkomunikasi untuk mempengaruhi orang lain15. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi merupakan suatu action oriented , ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuam tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal itu bermacam-macam diantaranya dipaparkan berikut ini:

a. Mengungkapkan perhatian kepada orang lain

Salah satu tujuan komunikasi adalah untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain. Dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukkan badan, menanyakan kabar kesehatan partner komunikasinya, dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukkan adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek.

b. Menemukan diri sendiri

Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang lain.

(38)

c. Menemukan dunia luar

Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual.

d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan yang baik dengan orang lain.

e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap. Pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung (dengan menggunakan media). Dalam prinsip komunikasi, ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya, komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia, termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinanterjadinya perubahan sikap.

(39)

Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan.

g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (mis communication) dan salah interpretasi (mis interpretation) yang terjadi antar sumber dan penerima pesan. Karena dengan komunikasi interpersonal dapat dilakukan pendekatan secara langsung, menjelaskan berbagai pesan yang rawan menimbulkan kesalahan interpretasi. h. Memberikan bantuan (konseling)

Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk mengarahkan kliennya.

d) Karakteristik Komunikasi Antar Pribadi

(40)

Sementara itu Judy C. Pearson menyebutkan enam karakteristik komunikasi interpersonal, yaitu:

1. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self). Artinya bahwa segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain, berangkat dari dirisendiri.

2. Komunikasi interpersonal bersifat transaksional. Ciri komunikasi seperti ini terlihat dari kenyataan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan.

3. Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya bahwa efektivitas komunikasi interpersonal tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga ditentukan kadar hubungan antar individu.

4. Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antar pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain, komunikasi interpersonal akan lebih efektif manakala antar pihak-pihak yang berkomunikasi itu saling bertatap muka.

5. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu sama lainnya (interdependensi). Hal ini mengindikasikan bahwa komunikasi interpersonal melibatkan ranah emosi, sehingga terdapat saling ketergantungan emosional diantara pihakpihak yang berkomunikasi.

(41)

lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan. Ibaratnya seperti anak panah yang sudah terlepas dari busurnya, sudah tidak dapat ditarik lagi. Memang kalau seseorang terlanjur melakukan salah ucap, orang tersebut dapat meminta maaf dan diberi maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang sudah diucapkan16.

e) Hubungan interpersonal yang efektif

Komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan , pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara sukarela oleh penerima pesan, dan dapat meningkatkan kualitas hubungan antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa komunikasi interpersonal dikatakan efektif , apabila memenuhi tiga persyaratan utama, yaitu: (1) pesan yang dapat diterima dan dipahami oleh komunikan sebagaimana dimaksud oleh komunikator (2) ditindak lanjuti dengan perbuatan secara sukarela (3) meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi.

Adapun menurut Komar efektifitas komunikasi antar pribadi mempunyai lima ciri, sebagai berikut:

1) Keterbukaan (Openess). Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antar pribadi. 2) Empaty (Empaty). Merasakan apa yang dirasakan orang lain.

(42)

3) Dukungan (Supportiveness). Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung secara efektif.

4) Rasa positif (Positiviness). Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. 5) Kesetaraan (Equality). Pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan17.

Keefektifan komunikasi interpersonal dapat pula dijelaskan dari perspektif The 5 Inevitable Laws of Effective Communication atau lima hukum komunikasi efektif . Lima hukum itu meliputi:

1) Respect

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif adalah respect, ialah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prisipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Bahkan jika harus mengkritik atau memarahi seseorang,lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaan seseorang. Jika komunikasi dibangun dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka akan terbangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan kualitas hubungan antar manusia.

(43)

2) Empathy

Empathy (empati) adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain.

3) Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima pesan.

4) Clarity

Selain bahwa pesan harus dimengerti dengan baik, maka hukum ke empat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparasi. 5) Humble

(44)

komunikan, akan menghasilkan komunikasi yang arogan, satu arah, dan seringkali menjengkelkan orang lain18.

2. Aktivis Mahasiswa

Saat mencoba mendefinisikan makna aktivis, maka setiap orang mempunyai subjektivitas dalam mendefinisikannya. Banyak orang menilai bahwa seorang aktivis adalah orang yang sangat aktif di banyak organisasi. Di sisi lain juga, banyak orang yang mendefinisikan aktivis sebagai mereka yang sering melakukan demonstrasi, mengkritik dan menghujat pemerintah.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi Aktivis adalah orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya. Dari definisi di atas bisa dijabarkan lebih lanjut bahwa aktivis adalah sang pelopor dan sang penggerak berbagai hal untuk kepentingan organisasinya atau masyarakat. Jadi aktivis bukan saja mereka yang aktif di satu organisasi, namun juga mereka yang mampu menjadi pelopor dan penggerak suatu perubahan.

Di dalam organisasi mereka melakukan sebuah gerakan-gerakan dengan tujuan mencapai visi dan misi organisasi mereka secara aktif. Baik itu mereka menempati posisi structural ataupun tidak, pengurus inti ataupun anggota biasa. Selama mereka aktif atau terlibat dalam gerakan-gerakan yang merujuk pada pencapaian misi dan visi, maka dia disebut sebagai aktivis

(45)

Hal ini juga dijelaskan oleh Kepmendikbud RI No 155/U/1998 pada bab I

pasal 1 ayat 1 dan 3 tentang pedoman umum organisasi kemahasiswaan di perguruan tinggi, yaitu:

Organisasi kemahasiswaan intra-perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa ke arah perluasan wawasan dan peningkatan kecendikiawanan serta integritas kepribadian untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi. (Ayat 1)

Organisasi kemahasiswaan antar perguruan tinggi adalah wahana dan sarana pengembangan diri mahasiswa untuk menanamkan sikap ilmiah, pemahaman tentang arah profesi dan sekaligus meningkatkan kerjasama, serta menumbuhkan rasa persatuan dan kesatuan. (Ayat 3)

Dalam proses pencapaian eksistensi tersebut berbagai macam cara mereka lakukan. Salah satu yang dominan yaitu dengan melakukan berbagai aktifitas diluar perkuliahan dan berkumpul dalam lingkungan atau komunitas yang mereka cipta dan mereka minati. Willy Ramadhan dalam bukunya kado untuk mahasiswa aktivis menyebut kumpulan atau komunitas dengan sebutan organisasi baik itu yang bergerak diluar kampus (eksternal) maupun didsalam kampus (internal).19

Di dalam organisasi mereka melakukan sebuah gerakan-gerakan dengan tujuan mencapai visi dan misi organisasi mereka secara aktif. Baik itu mereka menempati posisi struktural ataupun tidak, pengurus inti ataupun anggota biasa. Selama mereka aktif atau terlibat dalam gerakan-gerakan yang merujuk pada pencapaian misi dan visi, maka dia disebut sebagai aktivis.

Jadi, aktivis tidak hanya melekat pada mahasiswa saja, orang yang aktif dalam memperjuangkan lingkungan hidup bisa disebut sebagai aktivis lingkungan hidup dan begitu juga yang lainnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa

(46)

yang aktif berjuang pada skala dan lingkup kampus dalam mencapai visi dan misi sebuah organisasi bisa dikatakan sebagai aktivis mahasiswa.

Di setiap organisasi pasti memiliki budaya organisasi yang bermacam-macam. Veithzal Rivai menjelaskan bahwa budaya organisasi adalah apa yang anggota (karyawan) rasakan dan bagaimana persepsi ini menciptakan suatu pola teladan kepercayaan, nilai-nilai dan harapan.20

Berikut merupakan beberapa karakteristik dari seorang aktivis: 1. Loyal.

Aktivis adalah orang yang sangat loyal kepada organisasi yang mereka ikuti. Hal ini terbukti dari keikhlasan mereka untuk mencurahkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam mewujudkan cita-cita bersama. Sehingga, tidak sedikit dari mereka yang merelakan waktu kuliah demi memastikan bahwa organisasi yang diikutinya berjalan dengan baik. Tak hanya itu, dalam kehidupan aktivis tidak hanya waktu, tenaga dan pikiran saja yang rela ia bagikan bersama dengan annggotanya, namun kebutuhan terkait finansialpun tak segan untuk ikut serta dicurahkan.

2. Peduli.

Hal lain yang tidak lepas dari aktivis adalah sebuah pengabdian terhadap bangsa dan negaranya. Mereka berjuang mati-matian di sebuah lembaga bukan untuk mencari kedudukan ataupun pujian. Namun mereka melakukan itu sebagai wujud pengabdian kepada bangsa dan negara. Maka tidak heran, setiap orang dapat melihat semangat mereka yang tidak kenal lelah untuk menyelesaikan permasalahan bangsa ini. Para aktivis ini yakin,

(47)

apa yang mereka perjuangkan di lembaga akan memberikan perubahan dan bisa menjadi inspirasi orang-orang di sekitarnya. Mereka hadir untuk menginspirasi

3. Penganut idealisme tertinggi.

Tak heran banyak orang menggambarkan sosok mahasiswa berkarakter dan mempunyai idealisme tinggi sebagai aktivis mahasiswa. Bukan suatu yang berlebihan karena memang mereka adalah orang yang mempunyai ketulusan hati untuk mengabdi, dedikasi yang tinggi, dan mampu menjadi sang pelopor perubahan.

Orang-orang yang berada di sekelilingnya akan terasa terpantik semangatnya untuk berkontribusi menyelesaikan permasalahan yang ada. Mereka akan senantiasa optimistis meskipun lingkungannya di sekitarnya membentenginya. Ibaratnya, para aktivis adalah nyala api yang tidak pernah padam. Dan mereka lebih memilih menjadi lilin yang hidup di antara lilin yang mati. Karena mereka ada dan hadir untuk menginspirasi orang-orang yang ada di sekitarnya. Karena aktivis kampus yang sesungguhnya adalah mahasiswa yang mempunyai intelektual tinggi,

4. Mempunyai Prinsip

Salah satu karakteristik aktivis adalah mereka yang berorientasi terhadap masa depan, sehingga demi mewujudkan prinsipnya mereka mau dan mampu memperjuangkan nasib rakyat yang tidak sesuai dengan prinsip yang dipegang. Selalu mengedepankan kemaslahatan rakyat demi mendapatkan yang lebih baik21. Karena idealism yang telah didoktrinkan

(48)

sejak awal terhadap aktivis, sehingga membangun karakter yang tangguh sebagai aktivis.

B. Kajian Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO)

William Schutz

1. Pengertian Fundamental Interpersonal Relations Orientation (FIRO)

Fundamental interpersonal relationship orientation mengasumsikan bahwa ada tiga kebutuhan penting yang menyebabkan (orientasi) adanya interaksi dalam satu kelompok. Ketiga aspek itu adalah keikutsertaan (inclusion), pengendali (control) dan kasih sayang (affection).

Teori ini diutarakan oleh William Schutz (1958) dengan Postulat Schutz-nya yang berbunyi bahwa setiap manusia memiliki tiga kebutuhan antarpribadi yang disebut dengan inklusif, kontrol dan afeksi. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa manusia dalam hidupnya membutuhkan manusia lain (manusia sebagai makhluk sosial).

“Setiap manusia memiliki tiga kebutuhan antarpribadi yang disebut dengan inklusi, kontrol dan afeksi. Dari kebutuhan untuk saling berhubungan antara manusia satu dengan yang lainnya, seseorang dapat memenuhi kebutuhannya seperti medapatkan pengakuan, diterima oleh orang lain, diterima kelompoknya dan lain-lain. Kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain ini didasari atas keinginan individu untuk mendapatkan: inklusi, kontrol serta afeksi22”

Konsep antarpribadi menjelaskan tentang adanya suatu hubungan yang terjadi antara manusia. Sedangkan konsep kebutuhan menjelaskan tentang suatu keadaan atau kondisi dari individu, apabila tidak dihadirkan atau ditampilkan akan menghasilkan suatu akibat yang tidak menyenangkan bagi

(49)

individu. Ada tiga macam kebutuhan antarpribadi, yaitu kebutuhan antarpribadi untuk inklusi, kebutuhan antarpribadi untuk kontrol, dan kebutuhan antarpribadi untuk afeksi.

Sebagaimana telah dikemukakan diatas dalam postulatnya, Schutz mengemukakan adanya tiga kebutuhan antarpribadi pada setiap individu, inklusi, kontrol, serta afeksi. Penjelasan Schutz mengenai kebutuhan antarpribadi ini selanjutnya akan diartikan dalam konteks tingkahlaku. Menurut Schutz kebutuhan antarpribadi ini hanya akan dimengerti melalui perwujudan tingkah laku manusia itu sendiri. Dalam hal ini disebut sebagai tingkahlaku antarpribadi. Oleh karena itu dalam mendefinisikan kebutuhan antarpribadi, Schutz selalu mengkaitkan dalam pengertian penampilan tingkah laku.

2. Tiga Kebutuhan Dasar Komunikasi Interpersonal

a. Kebutuhan Antar Pribadi dalam Inclusion/ Keikutsertaan

Kebutuhan Inklusi adalah kebutuhan yang berdasarkan pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan dengan cara berkontribusi penuh/berguna bagi kelompok atas dasar kesadaran sendiri setelah berinteraksi dalam kelompok. Kebutuhan inklusi berorientasi pada keinginan untuk pengakuan sebagai seseorang yang berkemampuan dalam suatu kondisi. Pada dimensi ini ada kecenderungan orang untuk ingin dijadikan “sandaran” untuk berkonsultasi, bertanya dan dimintai pendapat

(50)

inklusi yang terlalu rendah mengakibatkan seseorang dikategorikan dalam kelompok undersocial.

Tingkah laku inklusi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai kepuasan individu. Misalnya keinginan untuk asosiasi, bergabung dengan sesama manusia, berkelompok. Tingkah laku inklusi yang positif memiliki ciri-ciri: ada persamaan dengan orang lain, saling berhubungan dengan orang lain, ada rasa menjadi satu bagian kelompok dimana ia berada, berkelompok atau bergabung. Tingkah laku inklusi yang negatif misalnya menyendiri dan menarik diri. Beberapa tipe dari Inklusi, yaitu:

1) Tipe social adalah seseorang yang mendapatkan pemuasan kebutuhan antarpribadi secara ideal. Orang ini akan selalu senang dalam situasi apapun, tidak peduli apakah ia dalam keadaan sendiri atau bersama orang lain. 2) Tipe undersocial adalah tipe yang dimiliki oleh seseorang yang mengalami kekurangan dalam pemuasan kebutuhan antarpribadinya. Karakteristiknya adalah selalu menghindar dari situasi antar kesempatan berkelompok atau bergabung dengan orang lain. Ia kurang suka berhubungan atau bersama dengan orang lain

3) Tipe oversocial adalah seseorang mengalami derajat pemuasan kebutuhan antarpribadinya cenderung berlebihan dalam hal inklusi, ia cenderung ekstrovert. Orang dengan tipe ini selalu ingin menghubungi orang lain dan berharap orang lain juga menghubunginya

(51)

usahanya untuk dapat terlibat dalam suatu (to be included) kelompok. Ia banyak diliputi rasa cemas apabila berhubungan dengan orang lain23.

b. Kebutuhan Antar Pribadi Untuk Kontrol

Kebutuhan Kontrol adalah kebutuhan yang berdasarkan pada kesadaran pribadi yang ingin mendapatkan kepuasan dengan cara mengendalikan dalam arti memimpin interaksi dalam kelompok. Kontrol pada dasarnya merepresentasikan keinginan pribadi untuk mempengaruhi dan memiliki “suara” dalam penentuan sikap/keputusan dalam kelompok.

Ketika gagasan individu diterima, dan individu tersebut merasa berpengaruh dalam kelompok disanalah kebutuhan kontrol seorang individu terpenuhi. Kepuasan yang dihasilkan terwujud karena individu yang berkompetensi dalam kepemimpinan bisa mengasah kemampuannya dengan bergabung dalam pengambilan keputusan kelompok.

Kebutuhan antarpribadi untuk kontrol adalah kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi yang memuaskan dengan orang lain berhubungan dengan kontrol dan kekuasaan. Proses pengambilan keputusan menyangkut boleh atau tidaknya seseorang untuk melakukan sesuatu perlu ada suatu kontrol dan kekuasaan. Tingkah laku kontrol yang positif, yaitu: mempengaruhi, mendominasi, memimpin, mengatur. Sedangkan tingkah laku kontrol yang negatif, yaitu: memberontak, mengikut, menurut.

1) Tipe kontrol yang ideal (democrat) adalah seseorang akan mengalami pemuasan secara ideal dari kebutuhan antarpribadi

(52)

kontrolnya. Ia mampu memberi perintah maupun diperintah oleh orang lain serta mampu bertanggung jawab dan memberikan tanggung jawab kepada orang lain.

2) Tipe kontrol yang kekurangan (abdicrat) adalah seseorang memiliki kecenderungan untuk bersikap merendahkan diri dalam tingkah laku antarpribadinya. Seseorang dengan tipe ini cenderung untuk selalu mengambil posisi sebagai bawahan (terlepas dari tanggungjawab untuk membuat keputusan).

3) Tipe kontrol yang berlebihan (authocrat) adalah seseorang menunjukkan kecenderungan untuk bersikap dominan terhadap orang lain dalam tingkah laku antarpribadinya. Karakteristiknya adalah seseorang selalu mencoba untuk mendominasi orang lain dan berkeras hati untuk mendudukkan dirinya dalam suatu hirarki yang tinggi.

4) Tipe kontrol yang patologis adalah seseorang yang tidak mampu atau tidak dapat menerima control dalam bentuk apapun dari orang lain24.

c. Kebutuhan Antar pribadi Untuk Afeksi

Kebutuhan ini disefinisikan sebagai kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain sehubungan dengan (untuk memperoleh) cinta, kasih sayang, serta afeksi.

(53)

Kebutuhan afeksi pada posisi paling dasar merupakan kebutuhan untuk disukai, kesempatan untuk membangun hubungan pribadi yang dekat (intim) dengan individu lain.

Kebutuhan ini adalah bagian dari keinginan untuk dekat dengan orang lain dan juga bagian dari keinginan individu lain untuk dekat dengan seorang individu. Kedua pribadi sangat membutuhkan pengakuan dan keramahan emosional dengan individu lainnya. Kebutuhan Antarpribadi untuk Afeksi adalah kebutuhan untuk mengadakan serta mempertahankan komunikasi antarpribadi yang memuaskan dengan orang lain sehubungan dengan cinta dan kasih sayang. Afeksi selalu menunjukkan hubungan antara dua orang atau dua pihak. Tingkah laku afeksi adalah tingkah laku yang ditujukan untuk mencapai kebutuhan antarpribadi akan afeksi. Tingkah laku afeksi menunjukkan akan adanya hubungan yang intim antara dua orang dan saling melibatkan diri secara emosional. Afeksi hanya akan terjadi dalam hubungan antara dua orang (diadic). Tingkah laku afeksi yang positif adalah cinta, intim/akrab, persahabatan, saling menyukai. Tingkah laku afeksi yang negatif adalah kebencian, dingin/tidak akrab, tidak menyukai, mengambil mengambil jarak emosional. Beberapa tipe dari Afeksi:

1) Tipe afeksi yang ideal (personal) adalah seseorang yang mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan antarpribadi untuk afeksinya. 2) Tipe afeksi yang kekurangan (underpersonal) adalah seseorang dengan

(54)

3) Tipe afeksi yang berlebihan (overpersonal) adalah seseorang yang cenderung berhubungan erat dengan orang lain dalam tingkah laku antarpribadinya

4) Tipe afeksi yang patologis adalah seseorang yaang mengalami kesukaran

dan hambatan dalam memenuhi kebutuhan antarpribadi afeksinya, besar

kemungkinan akan jatuh dalam keadaan neorosis25.

(55)

BAB III

DATA PENELITIAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA

AKTIVIS DI WARUNG KOPI

A. Deskripsi Mahasiswa, Komunikasi Interpersonal, Warung Kopi,

1. Deskripsi Mahasiswa

[image:55.595.136.516.274.648.2]

Dalam penelitian ini, subyek penelitian merupakan Mahasiswa Uin Sunan Ampel yang mengikuti UKM Kemahasiswaan. Sampel berjumlah 5 orang masing masing dari dua UKM kemahasiswaan. Berikut tabel daftar informan

Tabel 3.1 Daftar Narasumber

No Nama Jabatan Keterangan

1 Faris Pimpinan umum LPM ARA AITA 2016-2017

Mahasiswa aktif smt.6

2 Luluk Pengurus LPM ARA AITA 2016-2017

Mahasiswa aktif smt.6

3 Rici Nugraha Anggota Aktif UKPI periode 2013-2016

Mahasiswa aktif smt.8

4 Jualita Masruroh

Ketua umum UKPI periode 2015-2016

Mahasiswa aktif smt.8

5 Muhammad Imron

Anggota Aktif UKPI periode 2013-2016

Mahasiswa aktif smt.8

1. Faris

(56)

ini usianya yang ke 21 ia telah banyak berpartisipasi dibeberapa organisasi, diantaranya seperti HMJ, PMII, dan Komunitas KPI se Indonesia.

2. Luluk

Luluk Rohmatun merupakan salah satu anggota LPM ARA AITA yang sekaligus teman kelas dari Faris. Luluk mahasiswa asal lamongan tersebut juga sering mengikuti perkumpulan arta (ARA AITA). Ia mahasiswa yang juga sambil kerja sampingan jaga permainan anak di Giant Margorejo. Sekaligus sebagai wakil bendahara di ARA AITA

3. Rici Nugraha

Rici adalah mahasiswa Fakultas Ushuluddin yang rambutnya agak gondrong. Ia aktivis di fakultasnya, karena ia mengikuti beberapa organisasi di dalamnya, seperti DEMA F, LPM Forma, PMII. Ia juga merangkap sebagai ketua umum di LPM nya. Selain itu ia juga kuliah di universitas 17 Agustus jurusan Psikologi semester 6.

4. Jualita Masruroh

Sama seperti sepak terjang Rofiqi, Jualita dari Fakultas Adab dan Humaniora juga akttif di lima organisasi diantaranya organisasi daerah Jember, PMII, UKPI, ukm seni di fakultas (Moesad), dan DEMA F. Meski ia sebagai perempuan tidak menutupkan niatnya untuk ikut diberbagai organisasi. Mahasiswa asal Jember tersebut saat ini merambah di DEMA Universitas yang baru dilantik bulan Mei kemarin.

5. Muhammad Imron

(57)

Berikut merupakan deskripsi terkait organisasi yang akan diteliti: a. Ukm LPM ARA AITA

1) Sekilas tentang LPM ARA AITA

Lembaga Pers Mahasiswa Ara Aita Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya lahir dari kancah idealisme mahasiswa untuk mencapai dan mewujudkan suatu tujuan yakni dinamisasi alam intelektual di kalangan mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya khusunya, dan seluruh mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya pada umumnya.

Lembaga Pers Mahasiswa Ara Aita Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya hadir untuk mengamodir, memberikan ruang, atau wahana yang bertujuan untuk menyalurkan aspirasi dan kreasi mahasiswa dengan relevansi interdisipliner keilmuan yang ada.

(58)

2) Keanggotaan

Anggota Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ara Aita Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya terdidri dari:

1) Anggota biasa adalah Mahasiswa Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya yang telah disahkan atau di-Ara Aita-kan oleh pengurus Lembaga Pers Mahasiswa Ara Aita Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya sesuai dengan hasil rapat pengurus. 2) Anggota istimewa terdidiri dari:

a. Mahasiswa di luar struktur kepengurusan Lembaga Pers Mahasiswa Ara Aita Fakultas Dakwah Dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya yang menjadi reporter yang tidak tetap (free lance)

b. Orang yang diangkat oleh Lembaga Pers Mahasiswa Ara Aita Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya untuk keperluan tertentu.

c. Anggota kehormatan yang terdiri dari para alumni Lembaga Pers Mahasiswa Ara Aita Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Ampel Surabaya.

3) Kegiatan

(59)

jurnal. Selain itu kegiatan lain yang bersifat pengembangan keanggotaan seperti diskusi ilmiah, pembekalan terkait kepenulisan seperti berita, fotografi, layout dan lain-lain.

Selain kegiatan rutin dan kegiatan pengembangan keanggotaan, kegiatan lain yang bersifat kekeluargaan seperti makan bersama, ngopi bareng, khataman dan lain-lain. Kemudian di setiap divisi juga mengadakan kegiatan yang sifatnya untuk umum seperti lomba essay, seminar atau workshop, dan sebagainya.

b. Ukm UKPI

1) Sekilas tentang UKPI

Unit Kegiatan Pengembanagn Intelektual (UKPI) adalah sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UIN Sunan Ampel Surabaya, bergerak dibidang kajian intelektual dan penelitian yang merupakan satu-satunya UKM penalaran yang dapat memproses sekaligus menciptakan mahasiswa menjadi orang yang paling pintar se-UINSA. Selain itu mahasiswa akan dibekali sebuah kreatifitas metode berfikir kritis dengan mengadakan kajian rutin untuk menambah keilmuan mahasiswa.

(60)

terjadi di sekitar kita. Mahasiswa juga diberikan suatu konsep analisis sosial yang mampu memberikan suatu paradigma dalam memandang suatu fenomena-fenomena yang sedang terejasdi dalam kehidupan sosial.

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
gambar proses komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi:
Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

berkembangnya ekonomi kelas menengah, konsumerisme muncul melalui semangat dan upaya untuk menandai diri dengan barang-barang produksi sehingga orang terkesan berbeda dari yang

3 Penelitian yang dilakukan oleh Evardina (2013) yang berjudul Perbedaan hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran langsung dengan menggunkan dan tanpa

Adapun personil inti minimal yang diperlukan untuk Pekerjaan Peningkatan Kualitas Prasarana Lingkungan Permukiman Perkotaan (Dumai), Lokasi Kota Dumai ini adalah

Penggunaan media online dalam dunia bisnis dapat memudahkan produsen untuk memasarkan produk atau jasa yang ditawarkan serta membangun komunikasi dengan konsumen

Namun, model Newton mampu menunjukkan kesesuaiannya untuk digunakan memodelkan proses pengeringan rebung bamboo tabah pada suhu 60 dan 70 dengan nilai r2 dan

Berdasarkan wawancara dengan AKP I Made Karsa, Kanit II Unit Ekonomi Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Denpasar dijelaskan bahwa, dalam upaya

Ucapan performatif tidak dapat ditentukan benar dan salah berdasarkan pada peristiwa atau fakta yang telah lampau, melainkan suatu ucapan yang memiliki konsekuensi

Setelah dilakukan analisis terhadap lima teks berita asusila di Suaramerdeka.com, diketahui bahwa berita blaming the victim terjadi karena korban kekerasan seksual