• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 462009016 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 462009016 BAB III"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Tylor dalam Moleong (2010) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus retrospektif. Pendekatan retrospektif (penelusuran ke belakang) digunakan untuk mengetahui kejadian-kejadian yang dialami oleh partisipan pada masa lalu. Dengan kata lain, efek berupa penyakit atau status kesehatan tertentu diidentifikasi pada masa kini, sementara faktor risiko (kausa) diidentifikasi dengan pertanyaan terkait masa lalu (Pratiknya, 1993).

Alasan penulis menggunakan pendekatan studi kasus

(2)

kekerasan dalam rumah tangga pada anak usia 0-6 tahun yang ketika masih janin ibunya mengalami KDRT.

Data hasil wawancara dan penilaian DDST II pada bagian pembahasan, digeneralisasikan sesuai dengan konteks yang akan diteliti tanpa mengabaikan uniknya pengalaman, budaya dan latar belakang masing-masing (Moleong, 2010).

3.2 Unit Analisa

[image:2.516.87.469.187.654.2]

Fokus yang ingin dipahami dalam penelitian ini yakni KDRT pada ibu hamil berupa pelaku, penyebab, frekuensi, usia kehamilan saat terjadinya KDRT, jenis-jenis KDRT, respon ibu terhadap KDRT dan dampak KDRT terhadap ibu dan perkembangan anak usia 0-6 tahun di Kab. TTS.

Tabel 3.1 Definisi dari Indikator Lapangan

No. Indikator Definisi

1. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang mengakibatkan penderitaan fisik, seksual, psikologis dan penelantaran rumah tangga termasuk ancaman, pemaksaan, perampasan kebebasan yang terjadi dalam lingkungan keluarga atau rumah tangga.

(3)

3. Penyebab KDRT Penyebab KDRT yaitu faktor yang memicu atau mengakibatkan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

4. Frekuensi KDRT Frekuensi KDRT adalah jumlah ulang terjadinya peristiwa kekerasan dalam rumah tangga dalam satu bulan. 5. Usia kehamilan

saat terjadinya KDRT

Usia kehamilan saat terjadinya KDRT yaitu waktu keberadaan janin di perut ibu dalam hitungan bulan ketika peristiwa kekerasan dalam rumah tangga terjadi.

6. Jenis-jenis KDRT Jenis-jenis KDRT yaitu rupa, macam atau bentuk tindak kekerasan dalam rumah tangga.

7. Respon ibu terhadap KDRT

Respon ibu yaitu setiap reaksi atau tingkah laku yang pada hakekatnya merupakan tanggapan atau balasan dari tindak kekerasan dalam rumah tangga.

8. Dampak KDRT terhadap ibu

Dampak KDRT yaitu akibat atau efek negatif yang timbul, baik efek fisik maupun psikologis dari KDRT terhadap ibu hamil.

9. Perkembangan anak

Perkembangan anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) anak dalam struktur dan fungsi tubuhnya yang meliputi kemampuan personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.

10. Personal Sosial Personal sosial adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. 11. Motorik Halus Motorik halus adalah aspek yang

berhubungan dengan kemampuan anak dalam mengamati dan melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil.

12. Bahasa Kemampuan bahasa adalah

(4)

13. Motorik Kasar Motorik kasar yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh.

3.3 Partisipan Penelitian/Sumber Data

Penelitian ini dilakukan di Kab. TTS. Pemilihan riset partisipan dilakukan dengan melihat karakateristik yang telah dibuat oleh peneliti. Adapun karakteristik partisipan yaitu sebagai berikut:

1) Ibu yang pernah mengalami KDRT saat hamil;

2) Anak usia 0-6 tahun yang ketika masih janin ibunya mengalami KDRT;

3) Bertempat tinggal di Kab. TTS; dan 4) Bersedia menjadi riset partispan.

Berdasarkan karakteristik tersebut, dengan pertimbangan riset partisipan mampu melakukan komunikasi interpersonal secara langsung, maka peneliti mengambil lima orang ibu sebagai partisipan. Satu orang partisipan diambil atas rekomendasi dari salah satu LSM yang bergerak dalam membantu korban-korban KDRT (Sanggar Suara Perempuan/SSP) karena menurut informasi, partisipan ini mampu menceritakan masalah KDRT yang ia alami sedangkan empat orang lainnya dipilih dengan cara pendekatan

(5)

menceritakan kejadian KDRT yang mereka alami layaknya bercerita kepada keluarga.

Dalam tahap pemilihan partisipan atau sumber data, hanya lima kasus yang diambil dengan alasan sebagai berikut:

a. Ibu SL (36 tahun) dari desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Tengah. Ibu SL mengalami KDRT ketika sedang mengandung anak keduanya. Diketahui ibu SL sering mendapatkan perilaku kekerasan seperti dipukul, ditendang, ditampar oleh suami selama hamil. Informasi awal ini didapat melalui pendekatan dengan ibu AL yang merupakan ibu kandung dari ibu SL.

b. Ibu NN (38 tahun) dari desa Nobi Nobi, Kecamatan Amanuban Selatan. Ibu NN mengalami KDRT sejak kelahiran anak pertamanya dan berlangsung sampai ia melahirkan anak ketiganya. Diketahui saat mengandung anak ketiga, ibu NN mendapatkan perilaku kekerasan dari suaminya seperti dipukul, ditendang dan ditampar. Informasi awal ini didapat ketika peneliti melakukan pengambilan data di SSP dan atas rekomendasi dari SSP, peneliti kemudian mengambil ibu NN sebagai riset partisipan.

(6)

sendiri. Saat itu ibu YA dipaksa untuk berhubungan dengan bapak PM (kakak ipar) sehingga ibu YA hamil di luar nikah. Saat bulan pertama kehamilannya, ibu YA pun tidak mengetahui kondisinya bahwa ia sedang hamil. Ia pun mendapatkan kekerasan dari kakak kandung perempuannya karena perasaan cemburu. Informasi awal ini didapat melalui pendekatan dengan ibu YS yang merupakan kakak ipar perempuan dari ibu YA.

d. Ibu SS (36 tahun) dari desa Oepliki, Kecamatan Noebeba. Ibu SS mengalami KDRT ketika sedang mengandung anak kelimannya. Diketahui ibu SS sering mendapatkan perilaku kekerasan seperti dipukul, ditendang oleh suami selama hamil karena suami menginginkan anak laki-laki namun ibu SS belum memberikan anak laki-laki kepadanya. Informasi awal ini didapat melalui pendekatan dengan bapak DS yang merupakan kakak kandung dari ibu SS.

(7)

awal ini didapat melalu pendekatan dengan bapak TS yang merupakan adik ipar dari ibu HT.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilaksanakan selama 3 bulan, dari tanggal 04 Agustus 2012 sampai 30 Oktober 2012. Sebelum mengambil data penelitian, peneliti meminta izin kepeda Pemerintah Kab. TTS melalui Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Persandian (Badan Kesbangpol). Peneliti diizinkan dengan diberikan surat izin penelitian ke beberapa instansi yang dijadikan sebagai tempat pengambilan data penelitian yaitu Bagian Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Kab. TTS, SSP Kab. TTS, Dinas Kesehatan Kab. TTS, dan RSUD Kota SoE.

(8)

sedangkan empat orang lainnya dipilih dengan cara pendekatan kekeluargaan.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam, pengukuran antropometri, observasi, studi literatur dan penilaian DDST II yang dilakukan bersama-sama dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara mendalam, lembar penilaian DDST II, kamera digital, tape recorder dan buku catatan penelitian.

Pengumpulan data diawali dengan melakukan observasi umum dan wawancara pendahuluan untuk mengambil data mengenai identitas ibu dan anak, riwayat keluarga, riwayat tumbuh kembang anak, pola aktivitas ibu dan anak, status kesehatan ibu dan anak, status gizi ibu dan anak, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan serta kesehatan lingkungan pada lima orang riset partisipan.

3.4.1 Wawancara Mendalam

Setelah melakukan wawancara pendahuluan, peneliti kemudian melakukan wawancara mendalam (In-depth Interview). Wawancara mendalam dilakukan

(9)

data-data mengenai pelaku KDRT pada ibu hamil, faktor-faktor penyebab KDRT pada ibu hamil, frekuensi kejadian KDRT pada ibu hamil, umur kehamilan saat ibu mengalami KDRT, jenis-jenis KDRT pada ibu hamil, dampak KDRT pada ibu hamil serta respon ibu hamil saat mendapatkan KDRT.

3.4.2 Pengukuran Antropometri

(10)
[image:10.516.85.467.99.579.2]

Tabel 3.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri Menurut WHO, 2005

Indikator Status Gizi Keterangan Berat Badan menurut Umur (BB/U) Gizi Lebih Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk

> +2 SD < -3 SD

<-2 SD s/d ≥ - SD < -3 SD

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

Normal Pendek

≥ 2 SD < -2 SD

Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk Normal Kurus Sangat Kurus

> +2 SD

< -2 SD s/d ≥ -2 SD -2 SD s/d ≥ -3 SD < -3 SD

Sumber : Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, 2001. Sementara itu, untuk status gizi ibu saat hamil, peneliti mengkaji berat badan dan tinggi badan ibu selama trimester satu, dua dan tiga dengan melihat kembali buku kehamilan ibu ataupun melakukan pengambilan data di posyandu atau bidan tempat ibu melakukan pemeriksaan selama kehamilannya. Status gizi ibu ditentukan menggunakan rumus berat badan ideal ibu hamil yang dikembangkan oleh Ali (2009) yakni:

Keterangan:

BBIH : Berat badan ideal ibu hamil yang akan dicari BBI : Berat badan ibu sebelum hamil

(11)

0,35 (kg) : Tambahan berat badan dalam kilogram per minggu

Selain digunakan untuk menilai status gizi pada ibu dan anak, pengukuran antropometri juga digunakan untuk menentukan angka kecukupan gizi pada ibu dan anak. Perhitungan angka kecukupan gizi (1) serta tingkat kecukupan gizi (2) menggunakan rumus sebagai berikut:

(1)

Keterangan:

AKGi : Angka kecukupan gizi energi atau

protein pada individu

Ba : Berat badan individu yang ditimbang Bs : Berat badan rata-rata berdasarkan umur

tertentu dan tercantum dalam DKG (Daftar Kecukupan Gizi)

(2)

AKGi : Ba x AKG Bs

(12)

Keterangan:

TKGi : Tingkat kecukupan gizi individu

AKGi : Angka kecukupan gizi energi atau protein pada individu

AKG : Angka kecukupan gizi menurut DKG

(3)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal, dengan kategori:

Tingkat konsumsi baik : > 100% Tingkat konsumsi kurang : 60% - 99% Tingkat konsumsi buruk : < 59%

3.4.3 Penilaian DDST II (Denver Development Screening Test)

Penilaian dilakukan dengan mengunakan formulir DDST II. Penilaian DDST II dilakukan pada anak yang ketika janin ibunya mengalami KDRT. Sebelum melakukan penilaian DDST II, peneliti melakukan tahap perkenalan dengan anak. Tahap perkenalan meliputi menanyakan nama, umur, ataupun aktivitas yang dilakukan setiap hari. Peneliti kemudian melakukan TKG rata-rata: TKG1 + TKG2 + TKG3 + TKG3 + TKG5

(13)

pendekatan dengan anak sekitar 3 kali untuk masing-masing anak. Hal ini dilakukan agar anak mengenal peneliti dan merasa nyaman dengan peneliti.

Pada saat melakukan pendekatan, peneliti mengajak anak untuk bermain bersama. Permainan yang dilakukan adalah beberapa item yang akan diujikan pada saat penilaian DDST II. Setelah anak merasa nyaman dengan peneliti, peneliti kemudian melakukan kontrak waktu dengan ibu atau pengasuh agar menyediakan waktu untuk dilakukan penilaian DDST II.

Penilaian DDST II dimulai dengan menyiapakan alat-alat yang dibutuhkan yakni 1) alat peraga berupa: benang woll, kismis atau manik-manik, mainan yang berbunyi, balok kayu (kubus) yang berwarna, botol kecil, bell kecil, bola tenis, pensil warna, cangkir plastik dan kertas kosong, 2) lembar formulir DDST II, 3) panduan cara melakukan dan menilai perkembangan anak (Lampiran 10 dan 11).

(14)

Anak dengan kelahiran normal Contoh 1:

Th bln hari

Tanggal test 08 7 15

Tanggal lahir 06 3 10

Umur anak 2 4 5

Contoh 2:

Th bln hari

Tanggal test 08 6 12

Tanggal lahir 05 8 28

Umur anak 2 9 14

Anak dengan kelahiran prematur

(15)

Contoh:

1) Anak lahir prematur enam minggu sebelum taksiran partus,

Th bln hari

Tanggal test 08 8 20

Tanggal lahir 08 6 1

Umur anak 2 19

6 minggu prematur 1 14

Umur anak 1 5

2) Apabila umur anak lebih dari dua tahun maka cara penilaian seperti anak kelahiran normal.

Setelah menentukan umur anak, peneliti membuat garis dari atas ke bawah sesuai umur kronologis untuk memotong garis horizontal tugas perkembangan anak pada formulir DDST II.

(16)

sehat, tidak merasa takut dan bersedia mengikuti penilaian DDST II maka kegiatan penilaian dapat dilanjutkan.

Penilaian dilakukan dalam keadaan santai serta memberikan posisi yang aman dan nyaman bagi anak. Dengan membuat suasana tes menyenangkan bagi anak, penilaian dimulai dari item yang telah dicapai oleh anak kemudian dilanjutkan ke item lain terutama yang

mendekati garis umur sampai semua item pada batas umur selesai. Ketika melakukan penilaian, peneliti memberikan nilai sesaat setelah anak melakukan item

pada lembar formulir DDST II. Pemberian nilai yang dilakukan yaitu:

a. “P” untuk Pass = Lulus

Anak sukses melakukan item tersebut atau

pengasuh melaporkan bahwa anak dapat melakukan item tersebut (khusus item yang bertanda L).

b. “F” untuk Fail = Gagal

(17)

c. “NO” untuk No Opportunity = Tidak ada kesempatan Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan item karena ada hambatan (khusus item yang

bertanda L).

d. “R” untuk Refusal = Menolak

Anak menolak untuk mencoba item tersebut. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan pada anak apa yang harus dilakukan (khusus item

tanpa tanda L).

e. “B” untuk By Report = Dengan bantuan orang tua

Anak melakukan tes dengan bantuan orang tua. Apabila anak dapat melakukan berarti lulus (P) sedangkan apabila anak tidak dapat melakukannya berarti gagal (F).

Langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan penilaian per item. Penilaian per item meliputi:

a. Penilaian item “lebih” (advance). Nilai lebih tidak perlu diperhatikan dalam penilaian tes secara keseluruhan karena item biasanya hanya dapat dilakukan oleh anak yang lebih tua.

(18)

1) Anak “gagal” atau “menolak” melakukan tugas untuk item di sebelah kanan garis usia. Kondisi ini wajar karena item di sebelah kanan garis usia pada dasarnya merupakan tugas untuk anak yang lebih tua.

2) Anak “lulus”, “gagal”, atau “menolak” melakukan tugas untuk item di daerah putih kotak (daerah 25% - 75%). Jika anak lulus, hal ini dianggap normal. Sementara itu, jika anak tidak lulus maka anak dianggap normal karena masih ada rentang usia untuk belajar.

c. Penilaian item P = peringatan (C=caution)

Nilai “Peringatan” diberikan jika anak “gagal” atau “menolak” melakukan tugas untuk item yang dilalui oleh garis usia pada daerah gelap kotak (daerah 75%-90%). Hal ini karena hasil riset menunjukkan bahwa sebanyak 75%-90% anak di usia tersebut sudah berhasil (lulus) melakukan tugas tersebut. Dengan kata lain, mayoritas anak sudah bisa melaksanakan tugas dengan baik.

d. Penilaian item T = “Terlambat” (D = Delayed)

(19)

dengan hasil penilaian “terlambat”. Perlu diperhatikan bahwa ada dua macam T. Pertama, terlambat karena anak mengalami kegagalan (G). T jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “suspek/gangguan perkembangan”. Kedua, terlambat karena anak menolak melaksanakan tugas (M). T jenis ini memungkinkan anak mendapat interpretasi penilaian akhir “Tak dapat diuji”.

e. Penilaian item “Tak ada kesempatan” (No Opportunity). Nilai “NO” ini tidak perlu diperhatikan

dalam penilaian tes secara keseluruhan. Nilai “tak ada kesempatan” diberikan jika anak mendapat skor “NO” atau tidak ada kesempatan untuk mencoba atau melakukan item.

Contoh penilaian per item: a. Advance

P

b. OK/Normal

F

c. Caution

F

P

(20)

d. Delayed

F

Langkah terakhir dari penilaian DDST II yaitu peneliti melakukan intepretasi hasil penilaian per item. Interpretasi hasil hasil penilaian per item yang dilakukan yaitu:

a. Normal

1) Tidak ada “delayed” dan maksimal satu “caution”. 2) Tingkah laku baik pada saat dilakukan skrining. b. Abnormal (Gangguan Perkembangan)

1) Bila didapati 2 atau lebih “delayed” pada 2 sektor atau lebih.

2) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapati 2 atau lebih “delayed” plus satu sektor atau lebih dengan satu “delayed” dan pada sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

(21)

c. Questionable (Meragukan)

1) Bila pada 1 sektor didapati 2 “delayed” atau lebih. 2) Bila pada 1 sektor didapati 1 “delayed” dan pada

sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal.

d. Untestable

1) Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau meragukan. 2) Satu atau lebih skor “refusal” ada pada sebelah

kiri garis umur atau lebih satu item “refusal” yang

menyentuh garis umur pada daerah 75%-90%. 3) Reascreaning dilakukan dalam 1-2 minggu untuk

mengesampingkan faktor-faktor yang memengaruhi penilaian seperti lemah, sakit dan takut (Soetjiningsih, 1995).

3.4.4 Observasi

(22)

menemukan hal-hal yang sedianya tidak terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama keluarga (Sugiyono, 2009).

3.4.5 Studi Literatur

Peneliti mengumpulkan data sekunder berupa data-data dari Komisi Nasional Perempuan, Biro Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Nusa Tenggara Timur, Bagian Pemberdayaan Perempuan Sekretariat Daerah Kabupaten Timor Tengah Selatan dan SSP Kab. TTS melalui laporan tahunan tentang angka kejadian kekerasan terhadap perempuan di Indonesia khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Selain itu peneliti juga mengumpulkan data-data sekunder dari Dinas Kesehatan Kab. TTS dan RSUD Kota SoE tentang data gangguan perkembangan anak usia 0-6 tahun di Kab. TTS.

3.5 Analisa Data

(23)

dan anak, pola asuh makan dan pola asuh kesehatan serta kesehatan lingkungan pada lima orang riset partisipan. Data yang telah disusun kemudian diketik dikomputer agar hasil dokumentasi mudah dibaca oleh peneliti.

Hasil wawancara mendalam dengan kelima orang riset partisipan dalam tape recorder kemudian diketik dalam transkrip wawancara. Untuk memudahkan pembuatan transkrip wawancara peneliti menggunakan istilah riset partisipan 1 (RP01) sampai riset partisipan 5 (RP05) untuk subjek penelitian. Dengan menggunakan teknik coding, peneliti membuat code untuk setiap hasil wawancara mendalam dari setiap riset partisipan. Code menggunakan angka Arab diikuti

(24)

mengalami KDRT, jenis-jenis KDRT pada ibu hamil, dampak KDRT pada ibu hamil, dan respon ibu hamil ketika mengalami KDRT.

Selain pembuatan tema, peneliti juga melakukan skoring pada lembar DDST II dan melakukan interpretasi dari hasil skoring tersebut. Hasil interpretasi DDST II kemudian di kelompokan dan disajikan dalam bentuk tabel untuk masing-masing anak. Data hasil dokumentasi, pembuatan tema, interpretasi hasil penilaian DDST II dan observasi kemudian dilihat, dibaca dan dideskripsikan dalam bentuk narasi.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Triangluasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data yang telah didapat untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang akan digunakan ialah pemeriksaan sumber lainnya (Moleong, 2005).

(25)

Pada penelitian ini, triangulasi data dilakukan pada keluarga dalam hal ini kepada orang tua/mertua, kakak/adik, dan saudara ipar yang mengetahui kejadian KDRT yang dialami oleh riset partisipan. Triangulasi ini dilakukan pada waktu yang berbeda dengan menggunakan indikator pertanyaan yang sama dengan riset partisipan.

3.7 Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude)

serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian (Jacob, 2004). Prinsip-prinsip etika penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

a. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak dari riset partisipan untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).

(26)

peneliti mempersiapkan formulir persetujuan riset partisipan (informed consent) yang terdiri dari:

1) Penjelasan manfaat penelitian,

2) Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan, 3) Penjelasan manfaat yang akan didapatkan, 4) Persetujuan riset partisipan dapat menjawab

setiap pertanyaan yang diajukan peneliti berkaitan dengan prosedur penelitian,

5) Persetujuan riset partisipan dapat mengundurkan diri,

6) Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.

b. Menghormati privasi dan kerahasiaan riset partisipan (respect for privacy and confidentiality)

(27)

lengkap riset partisipan untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas riset partisipan. Sebagai pengganti identitas, peneliti menggunakan inisial untuk nama dan nama Desa atau Kecamatan sebagai alamat riset partisipan.

c. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk memenuhi prinsip keterbukaan, penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius riset partisipan. d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang

ditimbulkan (balancing harms and benefits) (Milton,

Gambar

Tabel 3.1 Definisi dari Indikator Lapangan
Tabel 3.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Antropometri Menurut WHO, 2005

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

dikeluarkan oleh guru Negeri Sipil di SD Negeri 2 Rejo Katon sebesar Rp 5000 yang dipotong setiap bulanya. Hal tersebut dibenarkan oleh bapak Azhar selaku bendahara Dinas

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan soal obyektif yang digunakan dalam tes hasil belajar untuk mengetahui kemampuan siswa di

Pada tahapan ini anak berpartisipasi melalui sumbangan pemikirannya yaitu anak dengan daya pikirnya memutuskan kegiatan pengelolaan lingkungan apa saja yang akan

Dana Pelatihan Kursus Wajib dibayarkan sesuai dengan nominal yang tercantum di dalam faktur/invoice. Biaya administrasi bank/transfer atau biaya kirim dokumen yang dilakukan

Puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala anugerah dan berkat yang melimpah bagi penulis sehingga penulisan karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Skor IPSS dengan

Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui pendidikan karakter terpadu, yaitu memadukan dan mengoptimalkan kegiatan pendidikan

Variabel keputusan yang akan digunakan pada optimasi ini, yaitu variabel keputusan untuk mencari waktu yang optimal untuk melakukan replenishment pada sistem

[r]