• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbub Nomor 16 Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbub Nomor 16 Tahun 2013"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BIMA

Menimbang :  a.  bahwa   untuk   melaksanakan  ketentuan  Pasal   66  Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor  2  Tahun 2011 tentang  Pajak Daerah  dan untuk terarahnya pelaksanaan pemungutan atas Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan,   perlu ditetapkan petunjuk teknis pelaksanaannya;

      b. bahwa   berdasarkan   pertimbangan   sebagaimana   dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Teknis   Pelaksanaan  Pemungutan  Pajak  Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Bima;

Mengingat :  1. Undang­Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang  Pembentukan Daerah­daerah   Tingkat   II   dalam   Wilayah   Daerah­daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 2. Undang­Undang   Nomor   19   Tahun   1997   tentang   Penagihan

Pajak   Dengan   Surat   Paksa   (Lembaran   Negara   Tahun   1997 Nomor   54   Tambahan   Lembaran   Negara   Nomor   3091) sebagaimana telah diubah dengan Undang­Undang Nomor 19 Tahun   2000   (Lembaran   Negara   Tahun   2000   Nomor   129 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048); 

3. Undang­Undang   Nomor   14   Tahun   2002   tentang   Pengadilan Pajak   (Lembaran   Negara   Tahun   2002   Nomor   27   Tambahan Lembaran Negara Nomor 4189);

4. Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung   (Lembaran   Negara   Repulik   Indonesia  Tahun   2002 Nomor 4247);

5. Undang­Undang Nomor 10 Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan   Perundang­Undangan   (Lembaran   Negara   Republik Indonesai Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

(2)

Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan   Undang­Undang   Nomor   12   Tahun   2008   Tentang Perubahan Kedua atas Undang­Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang   Pemerintahan   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Kependudukan   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun 2006   Nomor   124,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 4674);

9. Undang­undang  Nomor  28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan  Retribusi  Daerah   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);

10. Peraturan   Pemerintah   Nomor   27   Tahun   1983   tentang Pelaksanaan   Kitab   Undang­Undang   Hukum   Acara   Pidana (Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 

11. Peraturan   Pemerintah   Nomor     58   Tahun   2005   tentang Pengelolaan   Keuangan   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   2005   Nomor   140,   Tambahan   Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

12. Peraturan   Pemerintah   Nomor   79   tahun   2005   Tentang Pedoman,   Pembinaan   dan   Pengawasan   Penyelenggaraan Pemerintah   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

13. Peraturan   Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor   135 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4049); 

14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan   dan   Pengawasan   Penyelenggaraan   Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

(3)

16. Peraturan   Menteri   Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59   Tahun   2007   Tentang   Perubahan   atas   Peraturan   Menteri Dalam   Negeri   Nomor   13   Tahun   2006   Tentang   Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah; 18. Peraturan   Daerah   Kabupaten   Bima   Nomor   2   Tahun   2008

tentang   Urusan   Pemerintahan   Daerah   Kabupaten   Bima (Lembaran   Daerah   Kabupaten   Bima   Tahun   2008   Nomor   2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 25);

19. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pembentukan Susunan,  Kedudukan,  Tugas   Pokok   dan   Fungsi   Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 26);

20. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pokok – Pokok Pengelolaan   Keuangan  Daerah  (Lembaran  Daerah  Kabupaten Bima   Tahun   2008   Nomor   6,   Tambahan   Lembaran   Daerah Kabupaten Bima Nomor 29);

21. Peraturan   Daerah   Kabupaten   Bima   Nomor   2   Tahun   2011 tentang   Pajak   Daerah   (lembaran   Daerah   Kabupaten   Bima Tahun  2011  Nomor 02,  Tambahan  Lembaran  Daerah Nomor 40);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan  : PERATURAN   BUPATI   TENTANG   PETUNJUK   TEKNIS PELAKSANAAN  PEMUNGUTAN  PAJAK   BUMI   DAN   BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN KABUPATEN BIMA.

4. Dinas   Pendapatan  Daerah  adalah   Dinas   Pendapatan  Daerah  Kabupaten Bima.

5. Kepala Dinas Pendapatan  Daerah  yang selanjutnya disebut Kepala   Dinas adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima.

(4)

7. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah. 

8. Desa   adalah   kesatuan   masyarakat   khusus   yang   memiliki   batas­batas wilayah   yang   berwenang   untuk   mengatur   dan   mengurus   kepentingan masyarakat   setempat,   berdasarkan   asal   usul   dan   adat   istiadat   setempat yang  di  akui dan   dihormati  dalam  sistem   Pemerintahan  Negara  Kesatuan Republik Indonesia.

9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui   bersama   oleh   pemerintah   daerah   dan   DPRD,   dan   ditetapkan dengan peraturan daerah. 

10. Pajak   Daerah,   yang   selanjutnya   disebut   Pajak,   adalah   kontribusi   wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang­Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara   langsung   dan   digunakan   untuk   keperluan   Daerah   bagi   sebesar­ besarnya kemakmuran rakyat. 

11. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau   bangunan   yang   dimiliki,   dikuasai,   dan/atau   dimanfaatkan   oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk  kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan.  

12. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah  dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupaten. 

13. Bangunan adalah konstruksi   teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan pedalaman dan/atau laut.

14. Nilai Jual Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat NJOP, adalah harga  rata­ rata  yang diperoleh  dari transaksi  jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana   tidak   terdapat   transaksi   jual   beli,   NJOP   ditentukan   melalui perbandingan   harga   dengan   objek   lain   yang   sejenis,   atau   nilai   perolehan baru, atau NJOP pengganti.  perpajakan   sesuai   dengan   ketentuan  peraturan   perundang­undangan perpajakan daerah.

18. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun  kalender. 19. Pajak   yang   terutang   adalah   pajak   yang   harus   dibayar   pada   suatu   saat,

dalam   Tahun   Pajak,   atau   dalam   Bagian   Tahun   Pajak   sesuai   dengan ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan daerah. 

20. Pendekatan   data   pasar   adalah   pendekatan   penilaian   dengan   cara membandingkan objek pajak yang akan dinilai dengan objek pajak lain yang sejenis yang nilai jualnya sudah diketahui dengan melakukan penyesuaian yang dipandang perlu.

21. Pendekatan   biaya   adalah   pendekatan   penilaian   dengan   cara memperhitungkan biaya­biaya yang dikeluarkan untuk membuat bangunan baru objek yang dinilai dan dikurangi penyusutan.

(5)

dalam   satu   tahun   dari   objek   pajak   yang   dinilai   dikurangi   dengan kekosongan, biaya operasi dan/atau hak pengusaha.  

23. Penilaian   Individual   adalah   Penilaian   terhadap   objek   pajak   dengan   cara memperhitungkan semua karakteristik dari setiap objek pajak.

24. Penilaian   Massal   adalah   penilaian   yang   sistematis   untuk   sejumlah   objek pajak   yang   dilakukan   pada   saat   tertentu   secara   bersamaan   dengan menggunakan suatu prosedur standar yang dalam hal ini disebut Computer Assisted Valuation (CAV).

25. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SISMIOP  adalah   sistem   yang   terintegrasi   untuk   mengolah   informasi/data objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan bantuan komputer,   sejak   dari   pengumpulan   data   (melalui   pendaftaran,   pendataan dan   penilaian),   pemberian   identitas   objek   pajak   (Nomor   objek   pajak), perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran (antara lain berupa Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan   dan   Perkotaan,   Surat   Setoran   Pajak   Daerah   Pajak   Bumi   dan Bangunan   Pedesaan   dan   Perkotaan   dan   Daftar   Himpunan   Ketetapan   dan Pembayaran,   pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai   dengan   pelayanan   kepada   wajib   pajak   melalui   pelayanan   satu tempat. 

26. Pemeliharaan Basis Data SISMIOP pasif adalah kegiatan pemeliharaan basis data   yang   dilakukan   oleh   Dinas   berdasarkan   laporan   yang   diterima   dari wajib pajak dan/atau pejabat/instansi terkait;

27. Pemeliharaan Basis Data SISMIOP aktif adalah kegiatan pemeliharaan basis data   yang   dilakukan   oleh   Dinas   dengan   cara   mencocokkan   dan menyesuaikan   data   obyek   dan   subyek   pajak   yang   ada   dengan   keadaan sebenarnya   di   lapangan   atau   mencocokkan   dan   menyesuaikan   nilai   jual obyek   pajak   dengan   rata­rata   nilai   pasar   yang   terjadi   di   lapangan, pelaksanaannya sesuai dengan prosedur pembentukan basis data;

28. Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah,   yang   selanjutnya   disingkat   SKPD,   adalah surat  ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang. 

29. Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Kurang   Bayar,   yang   selanjutnya   disingkat SKPDKB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok   pajak,  jumlah kredit  pajak,  jumlah kekurangan pembayaran  pokok pajak, besarnya sanksi administratif, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 

30. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat   SKPDKBT,   adalah   surat   ketetapan  pajak   yang   menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

31. Surat Pemberitahuan Objek Pajak, yang selanjutnya disingkat SPOP, adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data subjek dan objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan daerah. 

32. Lampiran   Surat   Pemberitahuan   Objek   Pajak,   yang   selanjutnya   disingkat LSPOP adalah formulir yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan data rinci objek Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang­undangan perpajakan daerah.

(6)

34. Daftar   Himpunan   Ketetapan  dan  Pembayaran  yang   selanjutnya   disingkat DHKP, adalah daftar himpunan yang memuat data nama wajib pajak, letak objek pajak, nomor objek pajak, besar serta pembayaran pajak terutang yang dibuat perdesa. 

35. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya  disingkat SSPD, adalah  bukti pembayaran   atau   penyetoran   pajak   yang   telah   dilakukan   dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain  ke  kas umum daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. 

36. Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Lebih   Bayar,   yang   selanjutnya   disingkat SKPDLB, adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang  terutang atau seharusnya tidak terutang. 

37. Surat   Keputusan   Pembetulan   adalah   surat   keputusan   yang   membetulkan kesalahan   tulis,   kesalahan   hitung,   dan/atau  kekeliruan   dalam  penerapan ketentuan   tertentu   dalam   peraturan   perundang­undangan   perpajakan daerah yang   terdapat dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan   Pajak   Daerah,   Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Kurang   Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang  Bayar Tambahan,  Surat  Ketetapan Pajak   Daerah   Nihil,   Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Lebih   Bayar,   Surat Tagihan Pajak Daerah, Surat Keputusan Pembetulan, atau Surat Keputusan Keberatan.

38. Surat   Keputusan   Keberatan   adalah   surat   keputusan   atas   keberatan terhadap   Surat   Pemberitahuan   Pajak   Terutang,   Surat   Ketetapan   Pajak Daerah,   Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Kurang   Bayar,   Surat   Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan,  Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

39. Putusan   Banding   adalah   Putusan   Badan   Peradilan   Pajak   atas   Banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

40. Pemungutan   adalah   suatu   rangkaian   kegiatan   mulai   dari   penghimpunan data   objek   dan   subjek   pajak,   penentuan   besarnya   pajak   yang   terutang sampai   kegiatan   penagihan   pajak   kepada   Wajib   Pajak   serta   pengawasan penyetorannya.  

41. Petugas   pemungut   adalah   petugas   yang   ditunjuk   untuk   memungut   Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dan menyetorkan ketempat pembayaran.

42. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah  data, keterangan,   dan/atau   bukti   yang   dilaksanakan   secara   objektif   dan profesional   berdasarkan   suatu   standar   pemeriksaan   untuk   menguji kepatuhan   pemenuhan   kewajiban   perpajakan   daerah   dan/atau   untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang­ undangan perpajakan daerah. 

43. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Bima.

44. Tempat Pembayaran,  selanjutnya disingkat TP adalah tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah.

(7)

Pasal 2

(1) Ruang   lingkup   pemungutan   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan Perkotaan meliputi:

(4) SISMIOP   sebagaimana   dimaksud   ayat   (1)   huruf   c   meliputi   pengolahan informasi/data objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan   bantuan   komputer,   pengumpulan   data,   pemberian   identitas   objek pajak, perekaman data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran,

(6) Penyelesaian   pengaduan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   huruf   e adalah tahapan penyelesaian dari laporan atau informasi yang disampaikan oleh Wajib  Pajak mengenai  dugaan  pelayanan  Pajak Bumi  dan  Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pasal 3

(1) Kepala Dinas melakukan langkah­langkah sebagai berikut :

a. pendaftaran   dan   pendataan,   penilaian,   pengelolaan   basis   data, pemungutan dan penyelesaian pengaduan; dan

b. pembukuan dan pelaporan.

(2) Pendaftaran dan pendataan, penilaian, pengelolaan basis data, pemungutan, penyelesaian   pengaduan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   huruf   a bertugas   melakukan   interaksi   dengan   wajib   Pajak   dalam   setiap   tahapan pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(3) Pembukuan   dan   pelaporan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   huruf   b bertugas   untuk   menyiapkan   laporan   realisasi   Pajak   Bumi   dan   Bangunan Perdesaan dan Perkotaan berdasarkan data dan laporan dari pihak terkait.

BAB III 

(8)

Bagian Kesatu  Pendaftaran 

Pasal 4

(1) Pendaftaran    Objek   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan dilakukan oleh Subyek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dengan  cara   mengisi  SPOP  dan/atau  LSPOP   Pajak   Bumi   dan   Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. 

(2) Dalam   melakukan   pendaftaran   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1) Dinas/UPTD   dapat   dibantu   petugas  kecamatan,  desa,  rukun   warga,   dan rukun tetangga. 

(3) Dinas/UPTD   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   menyampaikan   SPOP dan/atau  LSPOP   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan kepada Subjek Pajak.

(4) Subjek   Pajak   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3)   harus   mengisi   SPOP dan/atau   LSPOP   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan dengan jelas, benar, dan lengkap serta   ditandatangani oleh Subjek Pajak atau kuasanya. 

(5) Wajib Pajak Bumi dan Bangunan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak  pada kolom yang tersedia dalam SPOP dan/atau LSPOP.

(6) Formulir SPOP  dan/atau  LSPOP disediakan  oleh  Dinas  Pendapatan Daerah atau UPTD. 

(7) Bentuk dan tata cara pengisian formulir SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (1)   tercantum   dalam   Lampiran   I   yang   merupakan bagian tidak terpisahkan dari  Peraturan ini.

(9)

Penyampaian dan Pengembalian SPOP dan/atau LSPOP 

Pasal 6

(1) Pendataan   dengan   penyampaian   dan   pengembalian   SPOP   dan/atau   LSOP dilakukan   dengan   menyebarkan   SPOP   dan/atau   LSPOP   langsung   kepada subyek pajak atau kuasanya.

(2) Pendataan   dengan   penyampaian   dan   pengembalian   SPOP   dan/atau   LSOP sebagaimana   dimaksud   ayat   (1)  dilakukan   pada   daerah   yang   potensi pajaknya relatif kecil  dengan cakupan wilayah dan obyek pajak yang luas.

Paragraf 3 Identifikasi Objek

Pasal 7

Pendataan   dengan   identifikasi   obyek   pajak   dilaksanakan   pada   wilayah   yang sudah mempunyai peta garis atau peta foto yang dapat menentukan posisi relatif objek pajak tetapi tidak mempunyai data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Paragraf 4 Verifikasi Data Objek

Pasal 8

Pendataan dengan verifikasi data obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah   mempunyai   peta   garis   atau   peta   foto   yang   sudah   mempunyai   data administrasi pembukuan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

Paragraf 5

Pengukuran Bidang Objek

Pasal 9

Pendataan dengan pengukuran bidang obyek pajak dilaksanakan pada wilayah yang sudah mempunyai sket peta desa dan/atau peta garis atau peta foto tetapi belum dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif objek pajak.

Paragraf 6

Jangka Waktu Pengembalian SPOP/LSOP

Pasal 10

(1) Penyampaian SPOP dan/atau LSPOP Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan oleh Dinas Pendapatan atau UPTD untuk diisi oleh wajib pajak atau kuasanya.

(10)

(3) Dinas  Pendapatan   atau  UPTD   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) membuat laporan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP. 

(4) Laporan pengembalian SPOP dan/atau LSPOP sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bupati.

Pasal 11

(1) Apabila  SPOP  dan/atau  LSPOP  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan  yang   disampaikan   kepada   wajib   pajak  sebagaimana   dimaksud dalam Pasal 10 tidak dikembalikan oleh wajib pajak atau kuasanya, Bupati atau pejabat yang ditunjuk harus mengeluarkan teguran secara  tertulis.

(2) Apabila   Bupati   atau   Pejabat   yang   ditunjuk   telah   mengeluarkan   teguran tertulis sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) namun wajib pajak tetap tidak melaksanakan kewajibannya mengisi  SPOP  dan/atau  LSPOP, maka Bupati atau Pejabat yang ditunjuk mengeluarkan SKPD.

(3) SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikeluarkan berdasarkan hasil   pemeriksaan   atau   keterangan   lain  yang memuat   jumlah   pajak terutang  yang lebih besar dari jumlah  pajak  yang  dihitung  berdasarkan

(1) Penilaian   obyek  Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan dilakukan dengan :

a. pendekatan data pasar; b. pendekatan biaya; dan/atau c. pendekatan pendapatan.

(2) Cara penilaian obyek  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dilakukan dengan  :

a. penilaian massal; dan/atau b. penilaian individual.

(11)

Pasal 13

(1) Klasifikasi dan besarnya NJOP Bumi ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (2) Klasifikasi   dan   besarnya   NJOP  Bangunan   ditetapkan  dengan  Keputusan

Bupati.

Pasal 14

(1) SPPT  dan   DHKP  Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan dijadikan   dasar   oleh  Dinas  Pendapatan  untuk   memberitahukan   besarnya Pajak terutang kepada Wajib Pajak.

(2) SPPT dan DHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan formulir kertas dan ditanda tangani oleh Kepala Dinas Pendapatan. 

(3)  Bentuk dan format  SPPT  dan DHKP  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan   Perkotaan  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)  tercantum  dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.  

Pasal 15

(1) SPPT  dan   DHKP  Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan disampaikan  oleh  Dinas   Pendapatan  kepada   Wajib   Pajak   melalui  Camat pada setiap awal Tahun Pajak. 

(2) Penyampaian   kepada   camat   sebagaimana   dimaksud   ayat   (1)   dilakukan paling   lambat   7   (tujuh)   hari   sebelum   tanggal   penyampaian   kepada   Wajib Pajak. 

(3) Dalam   waktu   paling   lambat   30   (tiga   puluh)   hari   terhitung   sejak   tanggal diterimanya SPPT dan DHKP sebagaimana dimaksud ayat (2), camat wajib menyampaikan SPPT dan DHKP kepada Wajib Pajak.

(4) Dinas menyiapkan berita acara penyerahan SPPT dan DHKP kepada Camat. (5) Berita   Acara  Penyerahan  SPPT  dan   DHKP  Pajak   Bumi   dan   Bangunan

Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dibuat dalam rangkap 2 (dua) : 

a. lembar 1 (satu) untuk Dinas Pendapatan;  b. lembar 2 (dua) untuk UPTD dan/atau Camat.  

(6) Bentuk dan format berita acara  sebagaimana dimaksud pada ayat (6) serta alur penyampaian SPPT  dan DHKP  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)  termuat dalam bentuk dan bagan alur yang  tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 16

SPPT  Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan  sebagaimana dimaksud   dalam   Pasal  15  yang  tidak  diterimakan   atau  disampaikan  kepada Wajib Pajak oleh Camat  akan dikembalikan  kepada Dinas  Pendapatan  dengan Berita Acara Pengembalian.

 

Pasal 17

(12)

(2) Struk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat  nama  wajib pajak  dan tanggal   diterimanya   SPPT  Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan Perkotaan dimaksud.

(3) UPTD   dan/atau   Camat  menghimpun   struk   SPPT  Wajib   Pajak  untuk direkapitulasi yang selanjutnya disampaikan kepada Dinas Pendapatan. tidak   berubah/tetap   berlaku   meskipun   tidak   diambil/diterima  oleh   Wajib Pajak pada saat penetapan SPPT.

BAB V SISMIOP

Pasal 19

Basis   Data  SISMIOP  Pajak   Bumi  dan   Bangunan   Perdesaan  dan   Perkotaan dilakukan melalui kegiatan: 

a.  pendaftaran objek dan subyek Pajak;  b.  pendataan objek dan subyek Pajak; dan c.  penilaian objek dan subyek Pajak. 

Pasal 20

Pemeliharaan Basis Data  SISMIOP  Pajak Bumi  dan Bangunan Perdesaan  dan Perkotaan dilakukan dengan cara : 

a.  pasif; dan  b.  aktif. 

Pasal 21

(13)

(2)Pendataan   dan   penilaian   obyek   dan   subyek   Pajak   Bumi  dan   Bangunan Perdesaan  dan   Perkotaan   dalam   rangka   pembentukan   dan/atau pemeliharaan basis  data  SISMIOP  dapat dilakukan oleh  pihak  ketiga yang memenuhi   syarat   teknis   sesuai   dengan  ketentuan  peraturan   perundang ­undangan.

Pasal 23

Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Obyek dan Subyek Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan   dalam   rangka pembentukan dan/atau pemeliharaan Basis Data SISMIOP diatur lebih lanjut

(1) Pajak yang terutang berdasarkan SPPT sebagaimana dimaksud   dalam Pasal 24 ayat (2) harus dilunasi selambat­lambatnya 6 (enam) bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. 

(2) SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan  dan   Putusan   Banding,   yang   menyebabkan   jumlah   pajak   yang harus   dibayar   bertambah   merupakan   dasar   penagihan   pajak   dan   harus dilunasi   dalam   jangka   waktu   paling   lama   1   (satu)   bulan   sejak   tanggal diterbitkan. 

(3) Pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar ke tempat­ tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati.

(4) Pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), pada saat   jatuh   tempo   pembayarannya   tidak   dibayar   atau   kurang   dibayar, dikenakan   sanksi   administratif   berupa   bunga   sebesar   2%   (dua   persen) sebulan,   yang   dihitung   dari   saat   jatuh   tempo   sampai   dengan   hari pembayaran untuk jangka waktu selama 6 (enam) bulan.

(5) Apabila  jangka waktu  selama  6  (enam) bulan  sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dilunasi, seluruh bentuk pelayanan administrasi pada tingkat Desa, Kecamatan dan Kabupaten tidak dapat dilayani sampai dengan seluruh kewajiban tunggakan Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan diselesaikan.

(14)

(7) Tata cara pengisian SKPD, SKPDKB, SKPDKBT sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)  tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 26  

(1) Hak   untuk   melakukan   penagihan   Pajak   menjadi   kadaluwarsa   setelah melampaui waktu  5 (lima) tahun  terhitung sejak   saat    terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. 

(2) Kadaluwarsa   Penagihan   Pajak   sebagaimana   dimaksud   pada  ayat  (1)  dapat ditangguhkan apabila: 

(2) Keberatan   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   dapat   diajukan   secara perorangan atau secara kolektif.

Pasal 28

(1) Pengajuan keberatan secara perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27  ayat   (2)  diajukan   secara   tertulis   kepada   Bupati  melalui   Kepala   Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :

  a. asli SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan  dan Perkotaan,  Identitas Wajib Pajak, Surat Kuasa; dan

(15)

(2)  Pengajuan keberatan secara kolektif sebagaimana dimaksud dalam  Pasal 27 ayat (2) diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala Dinas dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :  

a.  asli   SPPT   Pajak   Bumi  dan   Bangunan   Perdesaan  dan   Perkotaan  yang diajukan keberatan; 

b. penghitungan   jumlah   Pajak   Bumi  dan   Bangunan   Perdesaan  dan Perkotaan   yang   terutang   menurut   Wajib   Pajak   disertai   dengan   alasan yang mendukung pengajuan keberatannya; 

c.  fotocopy identitas Wajib Pajak dan fotocopy identitas kuasa Wajib Pajak dalam hal dikuasakan; 

d. fotocopy   bukti   kepemilikan   tanah   dan/atau   keterangan   kepemilikan tanah dari desa setempat. 

Pasal 29

(1) Wajib   Pajak  Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan  dapat mengajukan   keberatan hanya kepada  Bupati  atau pejabat yang ditunjuk atas suatu SPPT, SKPD,SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDLB. 

(2) Keberatan  harus diajukan dalam  jangka waktu paling lama 3  (tiga) bulan sejak tanggal surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila Wajib Pajak atau kuasanya dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

(3) Keberatan  sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)  diajukan   secara   tertulis dengan disertai alasan­alasan yang jelas. 

(4) Keberatan   dapat   diajukan   apabila   Wajib  Pajak  telah   membayar   paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.  

(8) Tanda  penerimaan  Surat  Keberatan  yang  diberikan  oleh   Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiriman Surat Keberatan melalui surat pos tercatat sebagai tanda bukti penerimaan  Surat  Keberatan.

(9) Tanggal  penerimaan   surat   keberatan   yang   dijadikan   dasar   untuk memproses surat keberatan adalah tanggal terima surat keberatan, dalam hal   disampaikan   secara   langsung   oleh   Wajib   Pajak   atau   kuasanya,  atau tanggal tanda pengiriman surat keberatan, dalam hal disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

(16)

Pasal 30 dan   Bupati  tidak  memberi   suatu  keputusan, keberatan   yang   diajukan tersebut  dianggap dikabulkan. 

Pasal 31

(1) Keputusan  atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak  ditetapkan  oleh Bupati  berdasarkan   hasil   penelitian   Dinas  Pendapatan  dan   dapat dilanjutkan dengan penelitian di lapangan.  

(2) Penelitian   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   dilakukan   berdasarkan surat tugas dan hasilnya dituangkan dalam laporan hasil penelitian.

(3)  Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) dilaksanakan oleh : 

a.  Dinas   atau   UPTD,   dalam   hal   letak   objek   pajak   berada   dalam     satu Kecamatan   dengan   tempat   kedudukan   di   wilayah   UPTD   yang bersangkutan, letak objek pajak berada   tidak   dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan   di wilayah UPTD yang bersangkutan   dan keberatan diajukan secara perseorangan. 

b.  UPTD, dalam hal letak objek pajak berada dan berkedudukan dalam satu Kecamatan dengan tempat kedudukan di wilayah UPTD. 

(4) Kepala UPTD meneruskan berkas pengajuan Keberatan kepada Kepala Dinas dalam jangka waktu paling lama : 

a.  10   (sepuluh)   hari   kerja   sejak   tanggal   penerimaan   surat   keberatan sebagaimana   dimaksud   dalam   ayat   (3),   dalam   hal   penelitian dilaksanakan oleh Dinas dan/atau UPTD; atau 

b.   2   (dua)   bulan   sejak   tanggal   penerimaan   surat   keberatan   sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), dalam hal penelitian dilaksanakan oleh Dinas

(1) Pembayaran   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan   harus dilakukan sekaligus atau lunas.

(17)

(3) Setiap   pembayaran   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   Dan   Perkotaan sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   diberikan   Bukti   Pembayaran   dan dicatat dalam buku penerimaan. 

(4) Bukti pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berupa TTS atau STTS dan bukti pembayaran lain yang sah.

(5) Bentuk   dan   format   TTS   dan   STTS   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (4), tercantum   dalam   Lampiran   VIII   yang   merupakan   bagian   yang   tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 33

(1) Petugas Pemungut menyetorkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ke TP yang ditunjuk melalui BKP.

(2) Setiap   penyetoran   Pajak   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1),   diberikan bukti   pembayaran   berupa   STTS   untuk   setiap   Wajib   Pajak   yang   telah melunasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan pada petugas pemungut.

(3) Penyetoran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan Surat Bukti  Setoran dan Laporan Mingguan Penerimaan.

(4) Bentuk, isi dan cara pengisian Surat Bukti  Setoran atau Laporan Mingguan Penerimaan   tercantum   dalam   Lampiran   IX   yang   merupakan   bagian   yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(5) Tata cara pembayaran  dan  penyetoran  sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 dan 33 tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 34

Bupati   dapat   memberikan   persetujuan   kepada   wajib   pajak   untuk   menunda pembayaran   pajak   terutang   sampai   batas   waktu   yang   ditentukan,   dengan dikenakan   biaya   administrasi   berupa   bunga   2   %   (dua   persen)   sebulan   dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar, dengan memenuhi persyaratan :

a. wajib pajak mengajukan surat permohonan penundaan pajak kepada Kepala Daerah melalui Kepala Dinas, dan

b. wajib pajak dalam usahanya mengalami kerugian yang dibuktikan dengan laporan laba/rugi.

BAB IX

PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN   PENGHAPUSAN  ATAU  PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 35

(18)

kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang­undangan perpajakan daerah. 

Pasal 36

(1) Selain  dapat membetulkan SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT  dan  SKPDLB sebagaimana dimaksud Pasal 35, Bupati juga dapat :

a.membatalkan atau mengurangkan  SPPT, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT  dan SKPDLB yang tidak benar; dan/atau

b.membatalkan   hasil   pemeriksaan   atau  ketetapan   pajak  terutang   yang dilaksanakan   atau   diterbitkan   tidak   sesuai   dengan   tata   cara   yang ditentukan.

(2) Pembatalan   atau   pengurangan   ketetapan   pajak   terutang   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pertimbangan kemampuan membayar wajib pajak atau kondisi tertentu obyek pajak.

Pasal 37 

(1) Bupati   atas   permohonan   Wajib   Pajak   dapat   memberikan   pengurangan, penghapusan sanksi administratif.

(2) Pemberian   pengurangan,   penghapusan   sanksi   administratif,   dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila : 

a. terjadi   kekeliruan   dalam   penerapan   peraturan   Perundang   ­   undangan perpajakan daerah; 

b. mengurangkan   atau  membatalkan  ketetapan   pajak   terutang  dalam  hal objek   pajak   terkena   bencana   alam   atau   sebab   lain   yang   luar   biasa; dan/atau

c. mengurangkan   ketetapan   pajak   terutang   berdasarkan   pertimbangan kemampuan membayar Wajib Pajak atau kondisi tertentu obyek pajak.

(3) Permohonan   pemberian   pengurangan,   penghapusan   sanksi   administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (3)   diterima,   Bupati   atau   pejabat   yang ditunjuk harus memberikan keputusan.

(5) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)   Bupati   atau   pejabat   yang   ditunjuk   tidak   memberikan   keputusan, permohonan   pemberian   Pengurangan,   penghapusan   sanksi   administratif, dan pengurangan/pembatalan ketetapan pajak dianggap dikabulkan.

(19)

ayat (4) dalam Lampiran XI, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

BAB X

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK YANG KEDALUWARSA

Bagian Kesatu

Pengembalian kelebihan Pembayaran

Pasal 38  

Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan terjadi apabila :

a. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang dibayar ternyata lebih besar dari yang seharusnya terutang;

b. dilakukan pembayaran  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang tidak seharusnya terutang.

Pasal 39

(1) Wajib   pajak   dapat   mengajukan   permohonan   pengembalian   kelebihan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan  dan Perkotaan kepada Bupati   atau   Pejabat   yang   ditunjuk   secara   tertulis   dengan   menyebut sekurang­kurangnya :

a. nama dan alamat wajib pajak; b. masa pajak;

c. besarnya kelebiahan pajak; dan d. surat keputusan keberatan.

(2) Dalam   jangka   waktu   paling   lama   2   (dua)   bulan   sejak   diterimanya permohonan   pengembalian   kelebihan   pembayaran   pajak   sebagaimana dimaksud   pada   ayat   (1)   Bupati   atau   pejabat   yang   ditunjuk   harus memberikan keputusan.

(3) Apabila   jangka   waktu   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   Bupati   atau pejabat   yang   ditunjuk   tidak   memberikan   keputusan,   permohonan pengembalian   pembayaran   kelebihan   pajak   dianggap   dikabulkan   dan SKPDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak tersebut.

(5) Pengembalian   kelebihan   pembayaran   pajak   sebagaimana   dimaksud   pada ayat   (1)   dilakukan   dalam   jangka   waktu   paling   lama   2   (dua)   bulan   sejak diterbitkannya SKPDLB.

(20)

(1) Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan pajak lainnya sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   39   ayat   (4),   pembayaran   dilakukan dengan cara pemindah bukuan.

(2) Bukti pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

Bagian Kedua

Penghapusan Piutang Pajak Kedaluwarsa

Pasal 41

(1) Bupati  atas   persetujuan  DPRD  dapat  menghapuskan  piutang  Pajak  Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dikarenakan tidak bisa tertagih dan sudah kadaluwarsa.

(2) Penghapusan Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Bupati   berdasarkan permohonan   penghapusan   piutang   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan dan Perkotaan oleh Kepala Dinas Pendapatan.

(3) Permohonan   penghapusan   piutang   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2) paling sedikit memuat: SKPDKB,   SKPDKBT,   Surat   Keputusan   Pembetulan,   Surat   Keputusan Keberatan   dan   Putusan   Banding,   yang   menyebabkan   jumlah   pajak   yang harus dibayar bertambah atau objek pajak yang berdasarkan penelitian tidak termasuk kriteria Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(5) Piutang  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang menurut data tunggakan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena:

a. wajib   pajak   dan/atau   Penanggung   Pajak   tidak   dapat   ditemukan   atau meninggal   dunia   dengan   tidak   meninggalkan   harta   warisan   dan   tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan;

(21)

(6) Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Wajib Pajak Badan yang menurut data tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi disebabkan karena :

a. wajib pajak bubar, likuidasi atau pailit dan pengurus, direksi, komisaris, pemegang   saham,   pemilik   modal   atau   pihak   lain   yang   dibebani   untuk melakukan   pemberesan   atau   likuidator   atau   kurator   tidak   dapat ditemukan;

b. wajib pajak dan/atau Penanggung Pajak tidak memiliki harta kekayaan lagi;

c. penagihan   pajak   secara   aktif   telah   dilaksanakan   dengan   penyampaian Salinan   Surat   Paksa   kepada   pengurus,   direksi,   likuidator,   kurator, pengadilan   negeri,   pengadilan   niaga,   baik   secara   langsung   maupun dengan menempelkan pada papan pengumuman atau media massa;

d. hak untuk melakukan penagihan pajak sudah kedaluwarsa.

Pasal 42

(1) Untuk memastikan keadaan wajib pajak atau piutang pajak yang tidak dapat atau   tidak   mungkin   ditagih   lagi   sebagaimana   dimaksud   dalam   Pasal   41, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Dinas dan/atau UPTD yang hasilnya dilaporkan dalam Laporan Hasil Penelitian.  (2) Laporan   Hasil   Penelitian   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   harus

menggambarkan keadaan wajib pajak atau piutang pajak yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besarnya piutang pajak yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapus.

Pasal 43

(1) Dinas  dan/atau   UPTD   setiap   akhir  tahun  pajak   menyusun  daftar   usulan penghapusan   piutang   pajak   berdasarkan   Laporan   Hasil   Penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42.

(2) Petugas   pemungut   dan   BKP   wajib   melaksanakan   pembukuan/pencatatan penerimaan pembayaran pajak kedalam catatan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.

(22)

Bagian Kedua Pemeriksaan

Pasal 45

(1) Bupati atau  Pejabat yang ditunjuk melakukan pemeriksaan untuk menguji keputusan memenuhi kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan   dalam   rangka   melaksanakan   peraturan   perundang­undangan perpajakan daerah.

(2) Tata cara pemeriksaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) berikut:

a. wajib   pajak,   petugas   pemungut   dan   BKP   yang   diperiksa   harus memperlihatkan   dan/atau   meminjamkan   dokumen   yang   berhubungan dengan obyek pajak terhutang;

b. wajib   pajak,   petugas   pemungut,   BKP   harus   memberikan   kesempatan kepada petugas untuk memasuki tempat atau ruang yang dianggap perlu

(1) Dinas   Pendapatan   diberikan   insentif   pemungutan   Pajak   Bumi   dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dari Kas Daerah berdasarkan alokasi yang tercantum dalam APBD tahun berjalan. 

(2) Besarnya  insentif pemungutan  Pajak Bumi  dan Bangunan Perdesaan  dan Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar  5  % (lima persen). 

(3) Insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) dan (2)  tercantum dalam DPA Dinas Pendapatan.

Pasal 47

(1) Insentif pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan diberikan atas pencapaian target penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan   dan   Perkotaan   yang   ditetapkan   pada   APBD   tahun   berkenaan yang dijabarkan secara triwulan.

(2) Target  penerimaan   Pajak   Bumi  dan   Bangunan  Perdesaan   dan  Perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:

a. Sampai dengan triwulan I      :  15 %   (lima belas persen); b. Sampai dengan triwulan II     :  40 %   (empat puluh persen); c. Sampai dengan triwulan III    :  75 %   (tujuh puluh lima persen); d. Sampai dengan triwulan IV    :  100 % (seratus persen).

(23)

(4) Akhir triwulan I realisasi kurang dari 15 % (lima belas persen) insentif tidak

(7) Akhir  triwulan  III  realisasi  kurang  dari  75   %  (tujuh  puluh  lima  persen), insentif tidak diberikan pada awal triwulan IV. pada pos belanja tidak langsung. 

(2) Pembagian insentif  pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sebagai berikut :  a. Bupati sebesar 8 % (delapan persen); 

b. Wakil Bupati sebesar 5 % (lima persen); c. Sekretaris Daerah sebesar 2 % (dua persen); 

d. Tim intensifikasi  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan  dan Perkotaan sebesar 5 % (lima persen).  

e. Pejabat dan   pegawai   instansi   pelaksana   pemungutan   Pajak   Bumi   dan Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan   sebesar   80   %   (delapan   puluh persen). 

(3) Pembagian  insentif    Pajak Bumi  dan Bangunan Perdesaan  dan Perkotaan sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   huruf   e   diatur   lebih   lanjut   dengan Keputusan Bupati.

Pasal 49

(24)

(2) Pembayaran upah puntung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 50

Pencairan insentif  Pemungutan dan upah puntung  Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan  dan Perkotaan  diajukan oleh  Dinas  Pendapatan  sesuai   ketentuan peraturan perundang­undangan.

BAB XII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51 

Dengan   ditetapkan   Peraturan   Bupati   Bima   tentang   Petunjuk   Teknis Pelaksanaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kabupaten Bima ini, maka semua ketentuan yang mengatur Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan dinyatakan tidak berlaku lagi. 

Pasal 52

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.

Agar   setiap   orang   dapat   mengetahuinya,   memerintahkan   Pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bima.

  Ditetapkan di Raba ­ Bima       Pada tanggal, 4 Juni 2013

 BUPATI BIMA,

ttd

    H. FERRY ZULKARNAIN 

Diundangkan di Raba­Bima Pada tanggal 4 Juni 2013

PLT Sekretaris Daerah Kabupaten Bima,

(25)

 Drs. H. ABDUL WAHAB

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA TAHUN 2013 NOMOR16

Lampiran I : Bentuk dan tata cara pengisian formulir SPOP/LSPOP :

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Tata Cara Pengisian SPOP dan LSPOP

PERHATIAN  ­     Isilah formulir ini dengan benar, lengkap dan gunakan huruf balok. - Pengisian ‘huruf’ dimulai dari kotak awal.

- Pengisian  ‘angka’  dimulai dari kotak akhir secara berurutan dengan angka terakhir dari kanan ke kiri. 

No. Formulir : Diisi oleh petugas

DINAS : Diisi oleh petugas

JENIS TRANSAKSI : Diisi oleh petugas NOP : Diisi oleh petugas NOP BERSAMA : Diisi oleh petugas

A. INFORMASI TAMBAHAN UNTUK DATA BARU

NOP ASAL : Diisi oleh petugas NO SPPT LAMA : Diisi oleh petugas

B. DATA LETAK OBJEK PAJAK

NAMA  JALAN  : Isilah dengan nama alamat objek pajak.

Gunakan singkatan sebagai berikut :

JL untuk Jalan KAV untuk Kaveling GG untuk Gang BJ untuk Banjar KO untuk Komplek KP untuk Kampung DS untuk Dusun SB untuk Subak LK untuk Lingkungan BLK  untuk Belakang DLM untuk Dalam UJ untuk Ujung

BLOK/KAV/NOMOR : Isilah dengan Nomor, Blok, Kaveling.

Contoh Pengisian NAMA JALAN – BLOK/KAV/NOMOR

NAMA JALAN BLOK/KAV/NOMOR

JL SOEKARNO HATTA KAV B7

JL SULTAN SALAHUDDIN IV 10 JL  SULTAN KAHARUDDIN III 15

GGAYUB 28

KP RAMBUTAN BLOK C1­22

JL CEMPAKA PUTIH ELOK BLK BLOK D1­15

KELURAHAN/DESA :Isilah dengan nama Kelurahan/Desa dimana objek pajak berada.  RW/RT : Isilah dengan nomor RW/RT dimana objek pajak berada.

C. DATA SUBJEK PAJAK

STATUS : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada saat formulir diisi.

(31)

NAMA SUBJEK PAJAK     : Isilah dengan lengkap. milik   perorangan   maka   NPWP   yang   dicantumkan   adalah   NPWP Perseorangan.

NAMA JALAN       :  Isilah   dengan   nama   jalan/alamat   subjek   pajak   sesuai   petunjuk huruf B.

KELURAHAN/DESA        : Isilah   dengan   nama   kelurahan/desa   dimana   subjek   pajak bertempat tinggal.

RW/RT      : Isilah   dengan   nama   RW/RT   dimana   subjek   pajak   bertempat tinggal.

KABUPATEN/KOTA

MADYA – KODE POS :  Isilah   dengan   nama   Kabupaten   /kodya   dan   nomor   kode   pos dimana subjek pajak bertempat tinggal.

NOMOR KTP : Isilah dengan Nomor KTP dari subjek pajak perseorangan.

D. DATA TANAH

LUAS TANAH : Isilah dengan luas tanah objek pajak yang dimiliki/dimanfaatkan (dalam meter persegi) sesuai dengan petunjuk pengisian angka. ZONA NILAI TANAH : Diisi oleh petugas.

JENIS TANAH : Berilah tanda silang (X) sesuai dengan pemanfaatan tanah, pada Kolom yang tersedia.

E. DATA BANGUNAN

JUMLAH BANGUNAN : Isilah   dengan   jumlah   bangunan   yang   ada   pada   objek   pajak (bidang   tanah)   yang   bersangkutan.   Setiap   bangunan,   adanya harus dirinci ke dalam satu lampiran SPOP.

F. PERNYATAAN SUBJEK PAJAK

NAMA SUBJEK PAJAK /KUASANYA, TANGGAL,

TANDA TANGAN : Isilah diatas masing­masing garis yang disediakan.

(32)

PETUNJUK  PENGISIAN LAMPIRAN SPOP UNTUK SUBJEK  PAJAK 1. Jenis Transaksi : Diisi oleh petugas

2. NOP        : Diisi oleh petugas 3. Jumlah Bangunan   : Diisi oleh petugas 4. Bangunan Ke : Diisi oleh petugas

A. RINCIAN DATA BANGUNAN

5. Jenis Penggunaan Bangunan

(JPB) : Berilah   tanda   silang   (x)   sesuai   dengan pemanfaatan   bangunan   saat   ini.   Apabila penggunaan satu bangunan lebih dari satu jenis, masing­masing   penggunaan   bangunan menggunakan   1   (satu)   lembar   lampiran   SPOP sesuai dengan JPB­nya.

Contoh: 

- Lantai basement untuk parkir   (JPB=12) - Lantai 1­6 untuk perkantoran   (JPB=2)

- Lantai   7   dan   seterusnya   untuk   apartemen (JPB=13)

6. Luas Bangunan : Isilah   jumlah   luas   lantai   bangunan termasuk   teras,   balkon   dan   bangunan tambahan lainnya.

7. Jumlah Lantai :  Isilah jumlah lantai yang ada. 8. Tahun Dibangun :  Cukup jelas.

9. Tahun Direnovasi : Isilah   dengan   tahun   terakhir   yang direnovasi.

10. Daya Listrik Terpasang/watt :   Isilah   daya   listrik   sesuai   yang   tertera dalam rekening.

11. Kondisi Pada Umumnya : Cukup jelas. 12. Kontruksi : Cukup jelas.

13. Atap : Berilah   tanda   silang   (x)   sesuai   dengan   bahan yang   digunakan.   Jika   bahan   yang   digunakan lebih   dari   satu   jenis,   pilih/cantumkan   bahan yang utama/dominan.

14. Dinding : Berilah   tanda   silang   (x)   sesuai   dengan   bahan yang   digunakan.   Jika   bahan   yang   digunakan lebih   dari   satu   jenis,   pilih/cantumkan   bahan yang utama/dominan.

(33)

lebih   dari   satu   jenis,   pilih/cantumkan   bahan yang utama/dominan.

16. Langit­langit : Berilah   tanda   silang   (x)   sesuai   dengan   bahan yang   digunakan.   Jika   bahan   yang   digunakan lebih   dari   satu   jenis,   pilih/cantumkan   bahan yang utama/dominan.

B. FASILITAS

17. Jumlah AC : Cukup jelas. 18. AC Central : Cukup jelas. 19. Luas kolam renang : Cukup jelas.

20. Luas perkerasan halaman : Isilah   luas   perkerasan   halaman   sesuai dengan typenya.

- Kontruksi ringan :

Tebal   rata­rata   6   cm,   biasanya   menggunakan beton ringan.

- Kontruksi sedang  :

Tebal   rata­rata   10   cm,   untuk   parkir   mobil pribadi,   biasanya   menggunakan   beton,   aspal atau paving block.

- Kontruksi berat  :

Tebal rata­rata lebih dari 10 cm, menggunakan beton   dilapis   aspal   ,   untuk   halaman   pabrik /industri.

- Penutup lantai misalnya : dengan keramik dll.

21. Jumlah lapangan tennis : Cukup jelas.

22. Jumlah lift  : Cukup jelas.

23. Jumlah tangga berjalan : Cukup jelas. 24. Panjang pagar, bahan pagar : Cukup jelas. 25. Pemadam kebakaran : Cukup jelas.

26. Jumlah/sal. pesawat PABX : Isilah sesuai dengan jumlah saluran telepon   (extension)   yang dihubungkan dengan PABX.

(34)

PETUNJUK PENGISIAN LAMPIRAN SPOP

      (UNTUK PETUGAS)

A. RINCIAN DATA BANGUNAN : diisi wajib pajak.

B. FASILITAS : diisi wajib pajak

C. DATA TAMBAHAN UNTUK JPB = 3/8

28. Tinggi kolom : diisi dengan tinggi kolom bangunan 29. Lebar bentang : diisi dengan lebar bentang bangunan

Contoh  :

       

       tinggi kolom      

      

       lebar  bentang       lebar bentang

30. Daya dukung lantai   : diisi daya dukung lantai

31. Keliling dinding         : keliling dinding = 2 x (panjang + lebar)

32. Luas Mezzanine         : Mezzanine   atau   lantai   antara,   adalah   lantai tambahan   yang   terletak   di   dalam   bangunan dengan   ketinggian   2   –   3   m   dari   lantai,   dan biasanya digunakasn untuk kantor atau tempat penyimpanan barang.

      

Mezzanine

       D. DATA TAMBAHAN UNTUK BANGUNAN NON­STANDARD

PERKANTORAN SWASTA/GEDUNG PEMERINTAH (JPB=2/9)

33. Kelas bangunan          : diisi kelas bangunan TOKO/APOTIK/PASAR/RUKO (JPB = 4)

34. Kelas bangunan      : diisi kelas bangunan

(35)

35. Kelas Bangunan         : diisi kelas bangunan 36. Luas Kamar dengan

AC Central  : Untuk   mendapatkan   luas,   caranya   dengan mengalikan   jumlah   umumnya   kamar   dengan luas sesuai type masing­masing.

37. Luas Ruangan Lain 

dengan AC sentral   : Diisi   dengan   luas   ruangan   selain   kamar, termasuk ruang kantor dan ruangan ­ ruangan yang lain.

OLAH RAGA/REKREASI (JPB = 6)

38. Kelas bangunan  : diisi kelas bangunan

HOTEL/RESTORAN/WISMA (JPB = 7)

39. Jenis hotel : Non   Resort   adalah   jenis   hotel   yang   biasanya terdapat  di  dalam  kota dan   aktivitas  penghuni umumnya dalam rangka bisnis.

Contoh : Hotel Indonesia – Jakarta, Hotel Simpang – Surabaya, Hotel Tiara – Medan.

Resort adalah jenis hotel yang lokasinya di daerah­ daerah   tempat   wisata   dan   aktivitas   penghuninya adalah dalam rangka liburan.

Contoh : Hotel Kalaki Beach – Bima, Hotel Parapat – Danau Toba, Hotel Senggigi – Lombok.

40. Jumlah Bintang : Diisi sesuai dengan klasifikasi hotel.

41. Jumlah Kamar : Diisi dengan jumlah seluruh kamar dari semua type.

42. Luas Kamar Dengan

AC Sentral       : Untuk   mendapatkan   luas   caranya   dengan mengalikan jumlah  kamar dengan luas sesuai type   masing­masing.   Ukuran   kamar   umumnya standard.

43. Luas Ruangan Lain

Dengan AC Sentral        : Diisi   dengan   ruangan   lain   selain   kamar, termasuk   ruan   pertemuan,   lobby   dan restaurant.

BANGUNAN PARKIR (JPB = 12)

44. Type Bangunan : diisi type bangunan APARTEMEN/KONDOMINIUM (JPB = 13)

45. Kelas Bangunan      : diisi kelas bangunan

46. Jumlah Apartemen        : Diisi sesuai dengan jumlah unit­unit apartemen yang ada (bukan jumlah gedung).

47. Luas Apartemen

Dengan AC Sentral        : Untuk   mendapatkan   luas,   caranya   dengan mengalikan jumlah  unit   apartemen   dengan luas   sesuai   type   masing­masing.   Ukuran   unit apartemen umumnya standard.

48. Luas Ruangan Lain

(36)

TANGKI MINYAK (JPB=15)

49. Kapasitas Tangki : Diisi sesuai dengan kapasitas tangki yang ada. (pengisian   kapasitas   agar   disesuaikan   dengan keadaan di lapangan).

50. Letak Tangki : Cukup jelas

GEDUNG SEKOLAH (JPB=16)

51. Kelas Bangunan : diisi kelas bangunan

E. PENILAIAN INDIVIDUAL

 52. Nilai Sistem : Nilai hasil perhitungan komputer

53. Nilai Individual : Kolom ini diisi untuk objek pajak yang dinilainya dihitung   dengan   menggunakan   penilaian individual.

F. IDENTITAS PENDATA/PEJABAT YANG BERWENANG

Nomor 54 s/d 62 : Cukup jelas

BUPATI BIMA

(37)

Lampiran II  : Bagan alur penyampaian SPOP/LSPOP­PBB.

BAGAN   ALUR   PENYAMPAIAN   SPOP/LSOP   PAJAK   BUMI   DAN   BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Keterangan :

: Penyampaian SPOP / LSPOP : Koordinasi

: Berita Acara Penyampaian

      

BUPATI BIMA

H. FERRY ZULKARNAIN

DINAS

UPTD /

DESA

(38)
(39)

Lampiran IV  : Bagan alur penyampaian SPPT dan DHKP PAJAK BUMI DAN  BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN.

BUPATI BIMA

(40)

BAGAN ALUR PENYAMPAIAN SPPT DAN DHKP PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Keterangan :

: Penyampaian SPPT dan DHKP : Koordinasi

: Berita Acara Penyampaian

Lampiran IV  : Bentuk dan Format Berita Acara Penyerahan SPPT dan DHKP. 

DINAS

UPTD/

DESA

WAJIB

BUPATI BIMA

(41)

dari   PIHAK   PERTAMA   Surat   Pemberitahuan   Pajak   Terhutang   (SPPT)   dan   Daftar Himpunan Ketetapan dan Pembayaran (DHKP).

1. SPPT   perubahan   harus   disampaikan   kepada   wajib   pajak   selambat­lambatnya tanggal ...

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

DINAS PENDAPATAN DAERAH

(42)

Lampiran V  : Bentuk Struk SPPT. 

BUPATI BIMA

H. FERRY ZULKARNAIN

BUPATI BIMA

(43)

Lampiran VI  : Bentuk dan Format SKPD, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDKLB, Surat  Keputusan Pembetulan dan Surat Keputusan Keberatan. 

A. Bentuk dan isi SKPD.

PERHITUNGAN PAJAK ………..

No OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN LUAS

(M2)

KELAS NJOP PER M2

(Rp.)

TOTAL NJOP (Rp.)

1 2 3 4 5 6 = (3 x 5)

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA

DINAS PENDAPATAN DAERAH Jln, Soekarno Hatta Telp.

42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH (SKPD)

TAHUN:………..

NOMOR SKPD

1. NAMA JENIS PAJAK 2. NAMA WAJIB PAJAK 3. ALAMAT

4. NPWPD

(44)

JUMLAH TOTAL………..………..RP………. TARIF PAJAK ………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = ...% x Rp. Rp………. DENGAN HURUF

(……….)

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

B. Bentuk dan isi SKPDKB.

PERHITUNGAN PAJAK ………..

No OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN Jln, Soekarno Hatta Telp.

42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

KURANG BAYAR (SKPDKB)

TAHUN:………..

NOMOR SKPDKB

5. NAMA JENIS PAJAK 6. NAMA WAJIB PAJAK 7. ALAMAT

(45)

JUMLAH TOTAL………..………..RP………. TARIF PAJAK ………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = ...% x Rp. Rp……….

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

C. Bentuk dan isi SKPDKBT.

PERHITUNGAN PAJAK ………..

No OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN Jln, Soekarno Hatta Telp.

42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

9. NAMA JENIS PAJAK 10.NAMA WAJIB PAJAK 11.ALAMAT

(46)

JUMLAH TOTAL………..………..RP………. TARIF PAJAK ………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = ...% x Rp. Rp……….

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

D. Bentuk dan isi SKPDLB.

PERHITUNGAN PAJAK ………..

No OBJEK PAJAK

PERHITUNGAN Jln, Soekarno Hatta Telp.

42413

SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

LEBIH BAYAR (SKPDLB)

TAHUN:………..

NOMOR SKPDLB

13.NAMA JENIS PAJAK 14.NAMA WAJIB PAJAK 15.ALAMAT

(47)

JUMLAH TOTAL………..………..RP………. TARIF PAJAK ………..%

JUMLAH PAJAK TERUTANG = ...% x Rp. Rp………. JUMLAH PEMBAYARAN SEBELUMNYA Rp……….

( - )

JUMLAH PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR Rp………. DENGAN HURUF

(……….)

TANGGAL PEMBAYARAN SELAMBAT-LAMBATNYA TGL : TEMPAT PEMBAYARAN :

Lembar 1 : Untuk Wajib Pajak

Lembar 2 : Untuk Petugas Pemungut

Lembar 3 : Untuk Dispenda

Lembar 4 : Untuk Arsip

(*) diisi sesuai keperluan

E. Bentuk Surat Keputusan Pembetulan.

KEPUTUSAN BUPATI BIMA NOMOR :………

TENTANG 

KEBERATAN SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG  PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN 

TAHUN PAJAK...

DESA……….KECAMATAN……….KABUPATEN BIMA TAHUN………

BUPATI BIMA

Menimbang : a. bahwa   sehubungan   dengan   pengajuan   keberatan   atas   Surat Pemberitahuan   Pajak   Terutang   Pajak   Bumi   dan   Bangunan Perdesaan   dan   Perkotaan   Tahun   Pajak   ………yang   diajukan secara kolektif melalui kepala Desa…… sebagaimana dimaksud dalam   surat   Nomor   …..tanggal,   maka   telah   melakukan pemeriksaan   kantor   dan   lapangan   oleh   Dinas   Pendapatan

…..., ………

(48)

Daerah Kabupaten Bima sebagaimana tertuang dalam laporan Hasil   Pemeriksaan   Kantor   dan   Pemeriksaan   Lapangan Keberatan   Surat   Pemberitahuan   Pajak   Terutang   Pajak   Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No…….

b. bahwa   berdasarkan   hasil   laporan   Hasil   Pemeriksaan   Kantor dan   Pemeriksaan   lapangan   Keberatan   Surat   Pemberitahuan Pajak   Terutang   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan Perkotaan,   sebagaimana   tertuang   dalam   huruf   a,   maka terhadap   keberatan   tersebut   dapat   diterima seluruhnya/diterima   sebagian/ditolak/perlu   dilakukan penambahan   besarnya   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan dan Perkotaan yang terutang;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana tertuang dalam huruf   a  dan   b,   perlu   menetapkan   Keputusan  Bupati   tentang keberatan   atas   Surat   Pemberitahuan   Pajak   Terutang   Pajak Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan   tahun   pajak Desa………..Kecamatan …………..Kabupaten Bima.

Mengingat : 1. ……….. 2. .……….

MEMUTUSKAN

Menetapkan  : KEPUTUSAN BUPATI BIMA TENTANG KEBERATAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN   PAJAK   TERUTANG   PAJAK   BUMI   DAN BANGUNAN   PERDESAAN   DAN   PERKOTAAN   TAHUN   PAJAK ………

KESATU : Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan atas pengajuan keberatan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan   yang diajukan secara kolektif sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Bupati Bima.

(49)

F. Bentuk Surat Keputusan Keberatan.

KEPUTUSAN BUPATI BIMA NOMOR : ………. 

TENTANG 

KEBERATAN ATAS SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK TERUTANG,  SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH

KURANG BAYAR, SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH KURANG BAYAR TAMBAHAN ATAU SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DESA……….KECAMATAN……….KABUPATEN BIMA

BUPATI BIMA

(50)

Pajak   Daerah   Lebih   Bayar   Pajak   Bumi   dan   Bangunan Perdesaan   dan   Perkotaan   Nomor………..tanggal……….. Tahun   Pajak   oleh   Wajib   Pajak/Kuasa   dari   Wajib   Pajak ………..   sebagaimana   dimaksud   dalam   surat   Nomor   ….., ….tanggal………….., maka telah dilakukan pemeriksaan kantor dan lapangan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bima sebagaimana   dituangkan   dalam   laporan   Hasil   Pemeriksaan Kantor   dan   Pemeriksaan   lapangan   Keberatan   Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak   Daerah   Lebih   Bayar   Pajak   Bumi   dan   Bangunan Perdesaan dan Perkotaan No………...tanggal………

b. bahwa   berdasarkan   hasil   laporan   Hasil   Pemeriksaan   Kantor dan   Pemeriksaan   lapangan   Keberatan   Surat   Pemberitahuan Pajak Terutang, Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak   Daerah   Kurang   Bayar,   Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah Kurang Bayar Tambahan Atau Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih   Bayar   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan Perkotaan,   sebagaimana   tertuang   dalam   huruf   a,   maka terhadap   keberatan   tersebut   dapat   diterima   seluruhnya/ diterima   sebagian/ditolak/perlu   dilakukan   penambahan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Kurang   Bayar,   Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Kurang   Bayar Tambahan   Atau   Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Lebih   Bayar Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan   dan   Perkotaan No………...tanggal………..

Mengingat : 1. .……… 2.   ……….

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN   BUPATI   BIMA   TENTANG   KEBERATAN   ATAS SURAT   PEMBERITAHUAN   PAJAK   TERUTANG,   SURAT KETETAPAN   PAJAK   DAERAH,   SURAT   KETETAPAN   PAJAK DAERAH   KURANG   BAYAR,   SURAT   KETETAPAN   PAJAK DAERAH   KURANG   BAYAR   TAMBAHAN   ATAU   SURAT KETETAPAN PAJAK DAERAH LEBIH BAYAR PAJAK BUMI DAN

BANGUNAN   PERDESAAN   DAN   PERKOTAAN

NOMOR……….TANGGAL………

(51)

Atau   Surat   Ketetapan   Pajak   Daerah   Lebih   Bayar   Pajak   Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan.

a. Wajib pajak

Nama : ………..

NPWP : ………..

Alamat : ………..

b. NOP

Tahun Pajak : ………..

Pajak yang terutang :  Rp.………..

(………) c. Obyek pajak

Alamat : ………..

Desa : ………..

Kecamatan : ………..

Kabupaten : Bima.

KEDUA       : Perhitungan besarnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan   yang   terutang   sebagaimana   dimaksud   pada   diktum kesatu adalah sebagai berikut :

Uraian Luas (M2) NJOP/M2 (Rp.) PajakTerutang Bumi Bangunan Bumi Bangunan

1 2 3 4 5 6(2x4)+(3x5)

Semula      

Menjadi      

KETIGA      : Berdasarkan perhitungan sebagaimana dimaksud pada diktum kedua,   maka   besarnya   Pajak   Bumi   dan   Bangunan   Perdesaan dan Perkotaan yang terutang menjadi sebesar Rp……….…… (………..)

KEEMPAT   : Apabila   dikemudian   hari   diketahui   terdapat   kekeliruan   dalam Keputusan   Bupati   Bima   ini,   maka   kekeliruan   tersebut   akan dibetulkan sebagaimana mestinya.

KELIMA      : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Raba­Bima Pada tanggal :……….

BUPATI BIMA,

 ­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­

Tembusan :

Yth. Sdr. Kepala UPTD Dinas Pendapatan Kecamatan…….di Tempat

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi Metode Operasi wanita diperoleh, dari 8 responden yang memiliki pendidikan rendah, sebanyak 4 orang (50,0%)

Strategi ini menyadari bahwa membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan adalah suatu strategi yang bagus, karena mempertahankan pelanggan yang sudah ada biasanya

Produksi lateks pada perlakuan pupuk hayati Bacillus lebih tinggi karena pupuk hayati Bacillus yang digunakan mengandung 10 tipe bakteri Bacillus yang dapat menjadi

Dengan demikian penelitian tentang kualitas layanan dengan dimensi yang berbeda dengan servqual sangat diperlukan untuk memperluas pengukuran kualitas layanan

dikemukakan oleh Golighly (1978) merupakan acuan penelitian geologi yang diketahui dari kenampakan lapangan pada endapan nikel laterit di Daerah Konawe Selatan

Volume perdagangan Surat Utang Negara pada perdagangan kemarin mengalami penurunan dibandingkan dengan volume perdagangan sebelumnya dengan volume perdagangan yang dilaporkan

syariah di Propinsi Jambi serta mendeteksi permasalahan yang dihadapi, penelitian menggunakan tipe penelitian empiris dengan cara mewawancari secara langsung direktur

Skripsi yang berjudul Hubungan Keaktifan Berorganisasi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Islam di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan