• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS II DI SD KALIBENING KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS II DI SD KALIBENING KECAMATAN DUKUN KABUPATEN MAGELANG."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberlakuan kurikulum merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional terutama pendidikan dasar. Oleh karena itu berbagai lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta selalu memberikan alokasi waktu, dana pemikiran yang cukup signifikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan generasi penerus bangsa khususnya anak-anak sekolah dasar.

(2)

2

dalam mengelola proses pembelajaran yang mampu memberikan rangsangan kepada siswa agar semangat dalam belajar.

Menurut (Samana,1992:128-134), dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru adalah kunci pokok tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus peka terhadap keadaan dan kondisi siswa mengingat siswa memiliki daya serap, kondisi dan minat yang berbeda.

(3)

3

mempertanyakan segala sesuatu; senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru; tidak takut menjajaki bidang-bidang baru; ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian; dan ingin bereksperimen dengan benda-benda peraga. Berikut tabel hasil konversi skor yang pernah dilakukan oleh guru kelas.

Tabel 1. Hasil Skor

Aspek Indikator Skor

Rasa ingin tahu

1. Mempertanyakan segala sesuatu 1

2. Senang menjajagi buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru.

1

3. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajagi atau mencoba sesuatu yang belum kenal

1 4. Menggunakan panca inderanya untuk mengenal 2 5. Tidak takut menjajagi bidang-bidang baru 1 6. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari

hal-hal atau kejadian-kejadian

1 7. Ingin bereksperimen dengan benda-benda

mekanik

1

Total Skor 8

(4)

4

Metode eksperimen pada umumnya mengajak siswa mengeksplorasi dari sebuah materi untuk dapat mengenal secara lebih mendalam. Adanya kegiatan eksplorasi ini peneliti meyakini bahwa siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu untuk memahami materi-materi yang terdapat pada mata pelajaran IPA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kondisi yang ditemukan di lapangan, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Rasa ingin tahu siswa pada aspek rasa ingin tahu bidang IPA masih rendah.

2. Seringnya penggunaan metode ceramah dalam mata pelajaran IPA menyebabkan siswa kurang kurang memiliki keterampilan ilmiah. 3. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang efektif dalam

menyampaikan materi pelajaran IPA sehingga tidak mengembangkan rasa ingin tahu siswa.

C. Batasan Masalah

(5)

5

ingin tahu siswa kelas II di SD Kalibening Kecamatan Dukun pada pembelajaran IPA.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas II di SD Kalibening kecamatan Dukun melalui penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA?”

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

“Untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa kelas II di SD Kalibening kecamatan Dukun melalui penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA.”

F. Manfaat Penelitian

(6)

6 1. Guru atau peneliti:

a. Mendapat pengalaman menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan target pembelajaran.

b. Mendapat pengalaman melaksanakan pembelajaran siswa aktif yang sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajar IPA.

2. Siswa:

a. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar IPA b. Membantu memahami konsep yang dipalajarinya.

c. Terjadi perubahan minat dan motivasi siswa dalam belajar IPA d. Terjadi peningkatan prestasi belajar.

3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

(7)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar

Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sitem pendidikan nasional mempunyai peran amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

Tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah agar peserta didik: 1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

(8)

8

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturanya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS. (Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran SD 2006)

Pembelajaran IPA hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara ilmiah. Hal ini akan membantu mereka mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban atas fenomena alam berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berfikir saintifik (ilmiah). Menurut Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis, dalam pengajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat mengajak anak didiknya memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajarnya (2005: 2). Merajuk kepada pengertian IPA diatas, maka dapat disimpulkan bahwa IPA meliputi empat unsur yaitu: 1) sikap : rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk sosial, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, IPA bersifat open ended. 2) Proses: Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. 3) Produk : berupa fakta, prinsip, teori dan hukum, 4) Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2007: 6).

(9)

9

Dalam upaya mengembangkan kemampuan dan rasa ingin tahu siswa dalam belajar IPA, maka harus dikembangkan pembelajaran yang tidak hanya mengkondisikan para siswa sebagai penerima saja pengetahuan dari guru. Tetapi suatu kondisi dimana guru dapat menjadi motivator siswa dalam kegiatan memahami dan mengkonstruksi pengetahuannya, dan sebagai fasilitator dalam menumbuhkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

B. Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA 1. Pengertian Metode Eksperimen

Proses belajar dan mengajar yang efektif memerlukan penggunaan strategi, metode dan media pembelajaran yang tepat. “metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara yang dilaksanakan untuk mengadakan interaksi belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Suharjo, 2006 :89).

(10)

10

Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil penemuan Dr. Umar Fauzi, metode eksperimen dalam pembelajaran IPA mempunyai 3 manfaat, antara lain: 1) mendorong siswa untuk berfikir kritis, kreatif, dan inovatif dengan bekal konsep yang sudah diajarkan. 2) menuntun siswa melakukan pengamatan, melakukan penafsiran dan dugaan terhadap data. 3) memandu siswa menemukan sendiri suatu kaidah, aturan atau hukum alam yang sering dipakai dalam pembahasan IPA (Herawati, 2006 : 11-12).

Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen (percobaan) ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan, proses sesuatu. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari tahu suatu kebenaran, atau mencoba mencari data baru yang diperlukannya. Mengolah sendiri, membuktikan suatu hukum atau adil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya.

Ditinjau dari teori kognitif Piaget, siswa kelas II SDN Kalibening berada pada tahap operasional konkret, yaitu pada rentan umur 7 sampai 12 tahun (Sugihartono, et.al, 2007: 109). Oleh karena itu siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep melalui peristiwa nyata.

(11)

11

pengalaman langsung dan objek nyata mempersiapkan siswa berpikir ke tahap yang lebih tinggi yakni tahap simbol (Karlin dan Margareta, 2002: 42).

Penggunaan metode ini bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan eksperimen sendiri dan juga dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking). Metode eksperimen dapat diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan keaktifan peserta didik mengalami dan membuktikan sendiri hasil percobaan itu (Mulyani dan Permana, 1999 : 157).

Dalam melakukan eksperimen dalam pembelajaran IPA, bahan-bahan yang digunakan tidak harus bahan yang terbuat dari bahan mahal, sebab IPA dipelajari dengan menggunakan bahan-bahan yang sederhana yang biasa dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan alat dan bahan sederhana yang sudah mereka kenal, pusat perhatian siswa akan lebih terpusat pada obyek yang diselidiki. Dengan demikian penggunaan alat dan bahan sederhana dalam kegiatan eksperimen dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berfikir dalam memecahkan suatu masalah.

(12)

12

sehingga anak terbiasa untuk berfikir dan memecahkan masalahnya sendiri melalui kegiatan eksperimen sehingga pada akhirnya tingkat kecerdasan anak dapat terlatih dan berkembang secara optimal.

2. Langkah-Langkah penerapan metode eksperimen

Pada umumnya, penelitian eksperirnental dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti berikut, yaitu:

a. Melakukan kajian secara induktif yang berkait erat dengan permasalahan yang hendak dipecahkan.

b. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah.

c. Melakukan studi literatur dan beberapa sumber yang relevan, memformulasikan hipotesis penelitian, menentukan variabel, dan merumuskan definisi operasional dan definisi istilah.

d. Membuat rencana penelitian: e. Melaksanakan eksperimen.

f. Mengumpulkan data kasar dan proses eksperimen.

g. Mengorganisasikan dan mendeskripsikan data sesuai dengan vaniabel yang telah ditentukan.

h. Menganalisis data dan melakukan tes signifikansi dengan teknik statistika yang relevan untuk menentukan tahap signifikasi hasilnya. i. Menginterpretasikan basil, perumusan kesimpulan, pembahasan, dan

(13)

13

Pada penelitian ini, penerapan langkah-langkah eksperimen ditempuh dengan cara sebagai berikut:

a. Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi yang digunakan,

b. Menyiapkan peralatan atau alat peraga, c. Mengidentifikasi masalah,

d. Melaksanakan eksperimen, e. Mengumpulkan literatur,

f. Menganalisis hasil eksperimen, dan

g. Menginterpretasikan hasil eksperimen dan menyimpulkan.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Metode eksperimen lebih cocok untuk menyajikan pembelajaran IPA, namun seperti metode lainnya, metode eksperimen juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode eksperimen:

a. Membuat peserta didik percaya pada kebenaran kesimpulan percobaanya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau dari buku. b. Peserta didik aktif dalam mengumpulkan fakta, informasi atau data

yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.

c. Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berfikir ilmiah.

(14)

14

Selain kelebihan tersebut, metode eksperimen juga mempunya kelemahan. Sebagai berikut:

a. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang IPA dan tehnologi.

b. Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.

c. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan d. Dalam kehidupan tidak semua hal dapat dijadikan materi eksperimen.

a. Pelaksanaan Metode Eksperimen

Meskipun metode eksperimen memiliki beberapa kekurangan, tetap baik digunakan guru asalkan dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan dilaksanakan secara efektif. Sehingga menggunakan metode ini berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan. Terdapat beberapa langkah-langkah yang harus diperhatikan yaitu:

1) Persiapan Eksperimen

Persiapan eksperimen yang matang mutlak diperlukan untuk mengadakan suatu eksperimen. Hal-hal yang harus dipersiapkan antara lain:

a) Menetapkan tujuan eksperimen.

b) Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan. c) Mempersiapkan tempat eksperimen.

(15)

15

e) Mempersiapkan soal keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindarkan resiko berbahaya atau merugikan.

f) Memperhatikan soal disiplin atau tata tertib, terutama dalam menjaga peralatan dan bahan yang akan digunakan.

g) Memberikan penjelasan tentang apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang mesti dilakukan siswa, termasuk yang dilarang atau yang membahayakan (Rusyam, 1991: 166).

2) Pelaksanaan Eksperimen

Setelah semua dipersiapkan, termasuk apa yang seharusnya dilakukan siswa dalam mengadakan eksperimen, kegiatan selanjutnya ialah: a) Siswa memulai percobaan.

b) Pada waktu percobaan yang dilakukan siswa, guru memperhatikan apabila perlu, mendekati untuk mengamati proses percobaan yang dilakukan siswa atau mendiskusikan gejala-gejala yang dikemukakan siswa serta memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.

c) Selama proses berjalan, guru hendaknya memperhatikan situasi secara keseluruhan (Rusyam, 1991: 166-167).

3) Tindakan Lanjut Eksperimen

Setelah eksperimen dilakukan siswa , kegiatan-kegiatan selanjutnya antara lain:

(16)

16

b) Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen c) Memeriksa dan menyimpan kembalisegala peralatan yang digunakan

dengan membersihkannya terlebih dahulu (Rusyam, 1991: 167).

Metode eksperimen adalah alat yang penting untuk mendapatkan data yang baik (Rusyam, 1991:167). Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003: 82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1) Percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan oleh guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2) Pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan mengamati dan mencatat peristiwa tersebut.

3) Hipotesis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya.

4) Verifikasi, kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awalyang telah dirumuskan dan telah dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dilaporkan hasilnya.

5) Aplikasi konsep, ssetelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupan. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang dipelajari.

(17)

17

Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep akan diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain, siswa memiliki kemampuan menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait materi pembelajaran.

Roestiyah (2001: 81) menyatakan tentang prosedur eksperimen adalah sebagai berikut: (1) perlu dilaksanakan kepada siswa tentang tujuan eksperimen mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen. (2) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol ketat, urutan eksperimen dan hal-hal yang perlu dicatat, (3) selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa, bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaa jalannya ekperimen, (4) setelah eksperimen selesai, guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa , berdiskusi di kelas atau mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

C. Pengertian Rasa Ingin Tahu

(18)

18

ingin mengetahui melalui penelitian. Siswa dikatakan ingin tahu apabila memiliki kebiasaan untuk selalu penasaran terhadap suatu hal. Keingintahuan mendorongnya untuk berusaha mencari tahu terhadap masalah yang ada sehingga mendorongnya selalu belajar dan belajar (Utami Munandar, 1992: 91).

Ciri-ciri anak yang memiliki rasa ingin tahu: a. Mempertanyakan segala sesuatu

b. Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru

c. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal

d. Menggunakan panca inderanya untuk mengenal e. Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru

f. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian

g. Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik (Utami Munandar, 1992: 92).

D. Kerangka Pikir

(19)

19

juga sukar. Apalagi bila dalam proses pembelajarannya hanya dengan menggunakan metode ceramah saja, hal ini mengakibatkan rasa ingin tahu belajar siswa menjadi rendah.

Di dalam proses pembelajaran, jika siswa kurang memiliki rasa ingin tahu maka gurulah yang bertugas untuk membangkitkan rasa ingin tahu siswa tersebut, cara meningkatkan prestasi belajar tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA.

(20)

20 E. Hipotesis Tindakan

(21)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini berjenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom action research). Model penelitian yang dipilih adalah model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral), artinya proses pembelajaran yang semakin lama semakin meningkat hasilnya. Model action research spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Robin Mc. Taggart (Sujati, 2009: 7) dilaksanakan dengan setiap siklusnya meliputi tahapan planning (perencanaan), action (pelaksanaan) dan observation (observasi), dan reflection (refleksi). Penelitian tindakan kelas pada penelitian ini, digunakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, yaitu menerapkan metode eksperimen, yang dirasa memiliki kelebihan dan pengaruh positif pada proses pembelajaran. Secara umum tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengetahui dan meningkatkan mutu hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui penerapan metode eksperimen.

B. Subjek Penelitian

(22)

22 C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas II SDN Kalibening Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013, tepatnya bulan Februari tahun 2013. Penelitian ini dilaksanakan secara berkala untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Peneliti memfokuskan pada materi cahaya dan sifat-sifatnya.

D. Desain Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model action research spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Robin Mc. Taggart (Sujati, 2009: 7). Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, dengan setiap siklusnya meliputi tahapan planning (perencanaan), action (pelaksanaan) dan observation (observasi), dan reflection (refleksi). Bentuk desain dari Kemmis dan Taggrat terlihat sebagai berikut.

3 1 2

3 2 1

Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Taggart (Sujati, 2009: 7) Keterangan :

Siklus I : 1. Perencanaan I 2. Tindakan I dan Observasi I 3. Refleksi I Siklus II : 1. Revisi rencana I

(23)

23

Adapun rincian tindakan yang disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap Refleksi Awal

a. Identifikasi permasalahan pembelajaran Permasalahan yang ada dilapangan antara lain:

1) Pembelajaran lebih banyak dilakukan dengan metode ceramah

2) Siswa tidak pernah dihadapkan pada objek dan persoalaan IPA secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

3) Siswa tidak terbiasa dengan kegiatan percobaan (eksperimen) 4) Kreativitas belajar rendah

b. Identifikasi kesulitan-kesulitan yang masih dihadapi guru.

Dalam pembelajaran, guru menginginkan agar proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Kesulitan yang sering dirasakan guru adalah menentukan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

c. Membahas bantuan-bantuan yang diperlukan guru, menyangkut perluasan materi dan media pembelajaran.

1) Menentukan materi pokok yang dibahas pada kegiatan pembelajaran yaitu Energi dalam kehidupan sehari-hari

2) Menentukan media pembelajaran untuk kepentingan siswa belajar objek dan persoalan IPA pada materi pokok.

2. Tahap Perencanaan Tindakan

(24)

24

aktivitas siswa, aktifitas guru, hal-hal yang akan diobservasi dan evaluasi kegiatan. Secara terinci persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adal sebagai berikut:

a. Menyusun skenario pembelajaran (RPP) yang memuat seragkaian kegiatan dengan menggunakan metode eksperimen. Langkah-langkah eksperimen yang direncanakan secara garis besar anatara lain memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi yang digunakan, menyiapkan peralatan atau alat peraga, mengidentifikasi masalah, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan literatur, menganalisis hasil eksperimen, dan menginterpretasikan hasil eksperimen dan menyimpulkan.

b. Menyusun lembar observasi yang memuat aspek-aspek pembelajaran model eksperimen yang ditargetkan muncul pada tiap langkah proses pembelajaran.

c. Mempersiapkan alat dan bahan yang dipergunakan pada kegiatan pembelajaran.

d. Menyusun soal evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur kreativitas siswa.

3. Tahap Implementasi Tindakan Kelas dan monitoring

a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai rencana pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.

(25)

25

c. melakukan evaluasi terhadap Hasil belajar siswa dengan menggunakan instrumen tes yang telah disusun sebelumnya.

4. Tahap Evaluasi dan Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan hasil evaluasi belajar sains, peneliti bersama kolaborator

a. Mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan pada siklus pertama dan melakukan refleksi untuk merumuskan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya bila diperlukan.

b. Menyusun rencana tindakan untuk siklus II bila diperlukan.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (siklus tindakan kelas). Pada setiap siklus dilakukan 3 kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar pada siklus pertama mendasari penentuan kegiatan belajar kedua dan seterusnya. Siklus pertama mendasari penentuan dan pengembangan siklus kedua bila siklus kedua diperlukan. Pada akhir kegiatan belajar pada siklus pertama dilakukan evaluasi dan refleksi dengan teman sejawat untuk mengetahui efektivitas pembelajaran, peningkatan kretivitas siswa, dan kemungkinan berbagai kesulitan atau kendala yang dijumpai.

(26)

26

melaksanakan planning (perencanaan), action (pelaksanaan), observation (observasi), dan reflection (refleksi).

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan observasi dan evaluasi pemantauan dilakukan dengan metode observasi.

1. Observasi

Menurut Suharsimi Arikunto, observasi adalah sesuatu yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis (1990: 27). Peneliti melakukan pengamatan pada saat poses belajar berlangsung untuk melihat kreativitas siswa dalam kategori rasa ingin tahu kelas II SD N Kalibening pada mata pelajaran IPA. Kemudian hasil observasi yang diperoleh, dicatat dalam lembar observasi aktifitas siswa yang telah peneliti persiapkan untuk dikonversikan dalam lembar observasi hasil belajar siswa. Berikut kisi-kisi lembar observasi aktifitas siswa.

Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa untuk Guru

No Indikator YA TIDAK

1 Mempertanyakan segala sesuatu

2 Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan baru

3 Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum kenal

(27)

27

6 Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian

7 Ingin bereksperimen dengan benda-benda peraga 2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen penilaian, lembar observasi hasil belajar siswa aspek rasa ingin tahu pada mata pelajaran IPA. Pengukuran instrumen menggunakan skor penilaian, jika terdapat 1-3 anak mendapat skor 1, jika 4-6 anak mendapat skor 2, jika 7-9 anak mendapat skor 3, dan jika 10-12 anak mendapat skor 4. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian, observasi hasil belajar siswa, sebagai berikut.

Tabel 3. Kisi-kisi Observasi Hasil Belajar untuk Guru

Aspek Indikator Skor

1 2 3 4 Rasa ingin

tahu

1. Mempertanyakan segala sesuatu

2. Senang menjajagi buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru. 3. Tidak membutuhkan dorongan untuk

menjajagi atau mencoba sesuatu yang belum kenal

4. Menggunakan panca inderanya untuk mengenal

5. Tidak takut menjajagi bidang-bidang baru 6. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari

hal-hal atau kejadian-kejadian

7. Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik

G. Teknis Analisis Data

(28)

28

tindakan, akan diperoleh wawasan otentik yang berguna untuk menafsirkan data. Hasil refleksi siklus I menjadi dasar acuan untuk menilai keberhasilan siklus I atau akan dilanjutkan pada siklus kedua sehingga aspek-aspek eksperimen pada mata pelajaran IPA yang belum dicapai serta kreativitas belajar yang masih rendah pada siklus I dapat dikembangakan atau ditingkatkan pada siklus II dan seterusnya.

H. Kriteria Keberhasilan

Penelitian ini dinyatakan berhasil jika aspek rasa ingin tahu siswa minimal berada dalam kategori baik. Kriteria yang digunakan pada penenlitian ini adalah dari konversi skor minimal 7 hingga konversi skor maksimal adalah 28. Berikut adalah tabel untuk mengategorikan kriteria penelitian ini.

Tabel 4. Pedoman Kriteria Skor

Perolehan Skor Keterangan

7 – 14 Kurang

15 – 21 Cukup

22 – 28 Baik

(29)

29

Baik jika skor yang diperoleh adalah 22 – 28 utuk semua indikator yang diamati.

Aspek rasa ingin tahu yang ditingkatkan yaitu, sebagai berikut: 1. Mempertanyakan segala sesuatu

2. Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru

3. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal

4. Menggunakan panca inderanya untuk mengenal 5. Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru

6. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian

(30)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

SD Kalibening terletak di Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Jumlah siswa kelas II di SD Kalibening sebanyak 12 siswa yang terdiri dari 7 putra dan 5 putri. Peneliti menggunakan penerpan metode eksperimen untuk mengembangkan model pembelajaran siswa demi meningkatkan kualitas pemahaman dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa pada mata pelajaran IPA pada khususnya, dan mata pelajaran yang lain pada umumnya.

Pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan sebuah rencana untuk mengurutkan langkah-langkah sebuah metode pembelajaran dengan isi materi. Rencana pembelajaran dirangkum pada RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP adalah perangkat yang menjadi patokan bagi peneliti untuk melaksanakan metode eksperimen dalam pembelajaran mata pelajaran IPA di SD Kalibening kelas II sebagai tindakan dalam penelitian ini.

(31)

31

pemahaman awal mereka dengan bereksperimen. Sebagai penutup untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran, kegiatan konfirmasi bertujuan untuk merefleksikan hasil dari eksperimen yang telah dilakukan bersama.

Peneliti menggunakan metode eksperimen terhadap proses pembelajaran siswa untuk mengetahui tingkat rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran IPA pada siswa kelas II SD Kalibening. Hendro Darmojo dan Jenny Kaligis mengungkapkan, bahwa dalam pembelajaran IPA memiliki empat unsur, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi (1992: 2). Salah satu unsur IPA yang disebutkan adalah sikap, yang mencakup rasa ingin tahu terhadap benda, fenomena alam, makhluk sosial, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. Metode eksperimen pada penelitian ini bertujuan untuk pemenuhan unsur sikap yang melingkupi rasa ingin tahu, untuk mengamati secara langsung suatu objek benda, fenomena, dan sebab akibat yang ditimbulkannya.

(32)

32

Umar Fauzi, salah satu manfaat dari metode eksperimen adalah mengingkatkan kreativitas siswa dalam memahami pembelajaran IPA.

Peneliti menggunakan metode eksperimen terhadap proses pembelajaran siswa untuk mengetahui tingkat rasa ingin tahu siswa terhadap mata pelajaran IPA pada siswa kelas II SD Kalibening. Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Hal ini dikarenakan, hasil siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang direncanakan. Setelah dilaksanakan siklus II hasilnya telah mencapai indikator keberhasilan. Pada pelaksanaan proses siklus tersebut, penulis menggunakan instrument yang telah penulis persiapkan sebelumnya. Instrument yang digunakan peneliti sesuai dengan lembar pedoman observasi yang telah penulis persiapkan dari awal.

1. Deskripsi Pra Tindakan a. Hasil Pra-tindakan

[image:32.595.176.447.607.742.2]

Sebelum peneliti melakukan tindakan Siklus I, maka terlebih dahulu peneliti melakukan pra tindakan. Pra tindakan dilaksanakan untuk mengetahui kreativitas kategori aspek rasa ingin tahu sebelum dikenakan tindakan. Hasil pra tindakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu melalui Penerapan Metode Eksperimen Siswa pada Pra Tindakan

No Indikator Observasi Pra Tindakan

Ya Tidak Skor

1 I 2 10 1

2 II 3 9 1

3 III 1 11 1

4 IV 10 2 4

5 V 3 9 1

6 VI 3 9 1

7 VII 4 8 2

(33)

33

Berikut akan disajikan diagram untuk lebih memperjelas gambaran pada pra tindakan.

Diagram 1. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu melalui Penerapan Metode Eksperimen Siswa Pada Pra Tindakan

Berdasarkan hasil observasi rasa ingin tahu melalui penerapan metode eksperimen siswa pada pra tindakan rata-rata skor diperoleh 11 sehingga pada pra tindakan memperoleh kriteria kurang.

b. Refleksi

[image:33.595.127.501.148.316.2]

Indikator-indikator aspek rasa ingin tahu pada pra tindakan pada umumnya masih memiliki kelemahan. Kelemahan dan rencana tindakan sebagai refleksi pra tindakan akan ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil refleksi dalam pembelajaran IPA melalui penerapan metode eksperimen pada Pra-tindakan

No Indikator Kekurangan

Pra-Tindakan

Rencana Tindakan Siklus I 1 Mempertanyakan

segala sesuatu

10 anak belum antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui.

Memberikan stimulan berupa pertanyaan.

2 Senang menjajaki buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan sebagainya untuk mencari gagasan baru

8 anak masih terlihat kurang tertarik pada buku-buku yang disediakan

untuk proses

pembelajaran.

Guru menyediakan buku, gambar dan benda-benda untuk mencari gagasan-gasan baru. 0 1 2 3 4

[image:33.595.103.522.589.759.2]
(34)

34 3 Tidak membutuhkan

dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum kenal

11 anak masih

membutuhkan dorongan untuk menjajaki dan mencoba sesuatu yang baru.

Guru memberi

bimbingan kepada siswa

4 Menggunakan

pancainderanya untuk mengenal

- -

5 Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru

8 anak masIh takut untuk menjajaki bidang baru.

Guru memberi

bimbingan kepada siswa

6 Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian

7 anak tidak ada minat

untuk mengamati

perubahan-perubahan dari hal atau kejadian-kejadian.

Guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan-percobaan. 7 Ingin bereksperimen

dengan benda-benda peraga

6 anak belum ingin bereksperimen dengan alat peraga.

Guru akan

menyediakan alat peraga.

2. Deskripsi Hasil Siklus I a. Hasil Penelitian pada Siklus I

Pembelajaran pada siklus I terdiri dari dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada tiap pertemuan.

1) Pelaksanaan Pembelajaran a) Pertemuan 1

(35)

35

Kegiatan eksplorasi di pertemuan 1 berlangsung 10 menit, yaitu guru menjelaskan kegunaan panas dan cahaya matahari, siswa bersama dengan guru keluar ruangan menjemur kain yang basah dan mempelajari tentang panas dan cahaya matahari, dan guru mengajak siswa untuk masuk ke dalam ruangan tanpa yang gelap sambil menanyakan kepada siswa tentang keadaan ruangan tanpa ada cahaya. Kegiatan kedua adalah elaborasi yang dilaksanakan selama 20 menit, yaitu siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4 siswa, setiap kelompok mendiskusikan tentang energi yang mereka gunakan setiap hari, setiap kelompok mencatat kegunaan cahaya matahari, dan Siswa mengkomunikasikan hasil eksperimen. Pada kegiatan konfirmasi berlangsung selama 10 menit, yaitu guru memberi umpan balik dan pengantar, memberi konfirmasi terhadap hasil eksplorasi, membantu menyelesaikan masalah, dan memberi penguatan dan motivasi.

Langkah-langkah penerapan metode eksperimen pada pertemuan 1, pertama, guru mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan adalah dua kain yang sama atau sejenis, dan air. Langkah-langkah kegiatan berikutnya adalah: i. Masing-masing kelompok menyiapkan dua kain yang dibasahi (jenis

(36)

36

Gambar 2. Siswa sedang mempraktekkan menjemur kain basah di tempat yang teduh atau tidak terkena sinar matahari dalam waktu 10-15 menit

(sumber: dokumentasi pribadi).

ii. Kain 1 dijemur ditempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari.

Gambar 3. Siswa sedang mempraktekkan menjemur kain basah di tempat yang panas atau tidak terkena sinar matahari dengan pengarahan guru dalam waktu

[image:36.595.127.499.114.376.2] [image:36.595.124.503.458.713.2]
(37)

37

iii. Kain 2 dijemur ditempat yang panas atau terkena sinar matahai.

Sebagai penutup kegiatan pada pertemuan 1, guru bersama sisiwa membuat kesimpulan dan memberikan penilaian atau refleksi terhadap kelompok yang berhasil baik.

b) Pertemuan 2

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 19 Februari 2013 waktu pelaksanaan pembelajaran adalah 2 x 35 menit. Metode pembelajaran yang digunakan adalah eksperimen.

Bentuk kegiatan eksplorasi pada pertemuan ini dilakukan dalam waktu 10 menit dengan kegiatan guru mengajukan permasalahan, “jika kita mencari sesuatu yang hilang ditempat yang gelap, apa yang kita butuhkan dan apa yang harus dilakukan”. Kegiatan kedua, yaitu kegiatan elaborasi yang berlangsung 20 menit, yaitu siswa berkumpul menurut ketua kelompok masing-masing, siswa bereksperimen untuk mencoba mencari sesuatu ditempat yang gelap degan menggunakan lampu senter, dan Siswa menceritakan cara mencari sesuatu di tempat yang gelap. Kemudian pada kegiatan konfirmasi, dilaksanakan selama 10 menit, yaitu guru memberikan penguatan dan motivasi, dan guru bersama siswa membuat kesimpulan.

Langkah-langkah penerapan metode eksperimen pada pertemuan 2, pertama, guru memperisiapkan alat dan bahan, yaitu senter, lampu, lilin, beberapa benda kecil yang berbeda warna. Langkah-langkah selanjutnya sebagai berikut.

(38)

38

[image:38.595.148.476.138.385.2]

ii. Guru menyiapkan benda kecil yang berwarna-warni.

Gambar 4. Siswa mengelompokkan benda yang sama warnanya di ruangan yang terang dalam waktu 5-10 menit

(sumber: dokumentasi pribadi)

iii. Siswa disuruh mengelompokkan benda yang sama warnanya.

Gambar 5. Siswa mengelompokkan benda yang sama warnanya di ruangan yang gelap dalam waktu beberapa saat

[image:38.595.148.476.461.710.2]
(39)

39

iv. Benda itu dikumpulkan lagi dan dicampur. Siswa memasuki ruangan yang gelap dan disuruh mencari dan mengelompokkan benda yang sama warnanya.

2) Observasi

[image:39.595.153.473.442.604.2]

Observasi pada Siklus I dilakukan guna mengamati kreativitas siswa kelas II SD Kalibening dalam menerapkan metode eksperimen pada mata pelajaran IPA. Seperti yang telah diungkapkan di atas, pada setiap siklus terdapat 2 pertemuan. pada Siklus I sendiri terdapat dua pertemuan, yaitu Pertemuan 1 dan Pertemuan 2. Berdasarkan hasil Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 sebagai gambaran awal maka dapat ditransformasikan ke dalam tabel Siklus I, sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu Pada Penerapan Metode Eksperimen Siklus I

No Indikator

Siklus I

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ya Skor Ya Skor

1 I 4 2 6 2

2 II 5 2 9 3

3 III 5 2 5 2

4 IV 12 4 12 4

5 V 6 2 11 4

6 VI 5 2 9 3

7 VII 7 3 8 3

Jumlah 44 17 60 21

(40)

40

Diagram 2. Jumlah Perolehan Indikator Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu Pada Penerapan Metode Eksperimen Siklus I

Berikut diagram yang menggambarkan perolehan total skor pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 Siklus I.

Diagram 3. Total Skor Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu Pada Penerapan Metode Eksperimen Siklus I

Berdasarkan diagram di atas, maka dapat terlihat adanya peningkatan ketercapaian dengan total skor indikator pada pertemuan 1 ke pertemuan 2 dalam kategori rasa ingin tahu siswa sebesar 4.

a) Pertemuan 1

Berdasarkan observasi yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan lembar observasi yang telah peneliti persiapkan, maka didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

0 12 24 36 48 60 72 84

Pertemuan 1 Pertemuan 2

0 7 14 21 28

(41)
[image:41.595.114.512.153.388.2]

41

Tabel 8. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus I Pertemuan 1

No Nama

Siswa

Indikator yang diamati

Σ

I II III IV V VI VII

1 LN √ √ √ √ √ √ √ 7

2 SH √ √ √ √ √ 5

3 BA √ √ √ 3

4 KM √ √ √ √ 4

5 DP √ √ √ 3

6 MA √ √ √ √ 4

7 ZH √ √ √ √ 4

8 AR √ 1

9 AF √ √ √ √ 4

10 RA √ √ √ √ 4

11 AN √ √ √ 3

12 RR √ √ 2

Jumlah Siswa 4 5 5 12 6 5 7 44

Total Skor 2 2 2 4 2 2 3 17

Berdasarkan tabel di atas total skor pada aspek rasa ingin tahu kelas II SD Kalibening diperoleh 17 dari jumlah konversi pada setiap indikator. Penjelasan penilaian konversi skor kelas II SD Kalibening pada Pertemuan 1 Siklus I dalam kategori aspek rasa ingin tahu, maka akan peneliti gambarkan pada diagram berikut.

Diagram 4. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus I Pertemuan 1

Pada Siklus I Pertemuan 1 Metode Eksperimen mata pelajaran IPA di Kelas II SD Kalibening mendapatkan total skor 17 dengan penilaian Cukup.

0 1 2 3 4

[image:41.595.171.456.529.646.2]
(42)

42 b) Pertemuan 2

[image:42.595.166.460.568.693.2]

Pada observasi Pertemuan 2 Siklus I, dengan menggunakan materi yang berbeda namun instrument penelitian yang diguakan sama memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus I Pertemuan 2

No Nama

Siswa

Indikator yang diamati

Σ

I II III IV V VI VII

1 LN √ √ √ √ √ √ √ 7

2 SH √ √ √ √ √ √ 6

3 BA √ √ √ √ 4

4 KM √ √ √ √ √ √ √ 7

5 DP √ √ 2

6 MA √ √ √ √ 5

7 ZH √ √ √ √ √ √ √ 7

8 AR √ √ 2

9 AF √ √ √ √ √ √ 6

10 RA √ √ √ √ √ √ 6

11 AN √ √ √ √ √ √ 6

12 RR √ √ 2

Jumlah Siswa 6 9 5 12 11 9 8 60

Total Skor 2 3 2 4 4 3 3 21

Berdasarkan Tabel 7 total skor pada aspek rasa ingin tahu kelas II SD Kalibening diperoleh 21 dari jumlah skor pada setiap indikator. Lebih lanjut akan digambarkan dengan diagram, sebagai berikut.

Diagram 5. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus I Pertemuan 1 dan Pertemuan 2

0 1 2 3 4

(43)

43

Pada Siklus I Pertemuan 2 Metode Eksperimen mata pelajaran IPA di Kelas II SD Kalibening mendapatkan total skor 21 dengan penilaian Cukup.

b. Refleksi Siklus I

Indikator yang meningkat pada aspek rasa ingin tahu pertemuan 1 ke pertemuan 2 adalah indikator 2 yaitu senang menjajagi buku-buku, peta-peta, gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru, indikator 5 yaitu tidak takut menjajagi bidang-bidang baru, dan indikator 6 yaitu Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian. Berikut adalah diagram untuk menggambarkan perkembangan penilaian indicator dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Perolehan konversi skor pada pertemuan 1 adalah 17 dan pada pertemuan 2 adalah 21. Rata-rata dari siklus I adalah 18. Konversi skor 18 ternyata masuk ke dalam kriteria cukup sedangkan untuk mencapai keberhasilan harus mencapai kriteria baik sehingga dibutuhkan siklus lanjutan, yaitu siklus II.

Agar kriteria keberhasilan pada siklus II dapat tercapai maka dibutuhkan evaluasi dan rencana tindakan untuk dilaksanakan di siklus II. Adapun evaluasi yang peneliti peroleh berdasarkan Pertemuan 1 dan Pertemuan 2 pada Siklus I dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut:

Diagram 6. Perbandingan Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus I Pertemuan 1

dan Pertemuan 2 0

1 2 3 4

I II III IV V VI VII

Pertemuan 1

(44)

44

Berdasarkan diagram perbandingan di atas, hasil penilaian pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalah yang terjadi dalam penerapan metode eksperimen. Adanya permasalahan yang masih muncul, peneliti gunakan sebagai refleksi Siklus I. Permasalahan muncul hampir pada setiap indikator, kecuali pada indikator 4. Berikut evaluasi yang peneliti peroleh berdasarkan pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Refleksi dalam Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen pada Siklus I

No Indikator Kekurangan Tindakan Siklus I

Rencana Tindakan Siklus II

1 Mempertanyakan

segala sesuatu

6 anak belum antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang ingin mereka ketahui.

Memberikan penjelasan yang lebih mudah dimengerti anak serta memberikan stimulan berupa pertanyaan.

2 Senang menjajaki

buku-buku, peta-peta, gambar-gambar, dan

sebagainya untuk

mencari gagasan baru

3 anak masih terlihat kurang tertarik pada buku-buku yang disediakan untuk proses pembelajaran.

[image:44.595.110.514.341.736.2]

Guru menyediakan buku,

gambar dan benda-benda

menarik agar anak

bersemangat untuk mencari gagasan-gasan baru.

3 Tidak membutuhkan

dorongan untuk

menjajaki atau

mencoba sesuatu

yang belum kenal

8 anak masih membutuhkan dorongan untuk menjajaki dan mencoba sesuatu yang baru.

Guru memberikan stimulus

dengan memberikan

penghargaan kepada siswa yang berani mencoba sesuatu yang baru.

4 Menggunakan

pancainderanya untuk mengenal

- -

5 Tidak takut menjajaki bidang-bidang baru

1 anak masih takut untuk menjajaki bidang baru.

Memberikan bimbingan dan meminta teman sejawat untuk memberikan semangat dan belajar bersama.

6 Ingin mengamati

perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian

3 anak tidak ada minat untuk

mengamati

perubahan-perubahan dari hal atau kejadian-kejadian.

Guru mengajak siswa untuk

melakukan

percobaan-percobaan yang lain.

7 Ingin bereksperimen dengan benda-benda peraga

4 anak belum ingin

bereksperimen dengan alat peraga.

(45)

45 1) Evaluasi Siklus I

Berdasarkan evaluasi terhadap pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I, masih dijumpainya masalah. Permasalahan pada Siklus I muncul hampir pada setiap indikator.

2) Perencanaan Tidakan Siklus II

Sedangkan, tindakan yang diambil untuk Siklus II pada intinya adalah guru atau peneliti lebih mempersiapkan bahan dan alat peraga yang lebih menarik yang menstimulus atau merangsang anak untuk aktif dalam pembelajaran IPA dengan metode eksperimen.

3. Deskripsi Hasil Siklus II a. Hasil Penelitian pada Siklus II 1) Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II terdiri dari dua pertemuan, yaitu pertemuan 1 dan pertemuan 2. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran pada tiap pertemuan.

a) Pertemuan 1

Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 25 Februari 2013 waktu pelaksanaan pembelajaran adalah 2 x 35 menit. Metode pembelajaran yang digunakan adalah eksperimen.

(46)

46

elaborasi yang berlangsung selama 20 menit, yaitu siswa membemtuk kelompok kecil, setiap kelompok mendiskusikan tentang pengaruh panas matahari, dan siswa mendiskusikan cara melindungi tubuh dari pengaruh panas matahari. Kemudian pada kegiatan konfirmasi dilaksanakan selama 10 menit, yaitu Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan Guru memberikan penguatan materi dan motivasi.

Langkah-langkah penerapan metode eksperimen pada pertemuan 1, pertama, guru mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan yaitu bibit cabai segar, bibit cabai yang layu, air, dan alat penyiram bibit. Langkah-langkah kegiatan berikutnya adalah:

i. Siswa membawa dua pot bibit cabai.

[image:46.595.134.492.406.697.2]
(47)

47

ii. Dua pot cabai itu diletakkan di tempat yang berbeda, pot 1 diletakkan ditempat yang panas sekali tanpa perlindungan dan pot 2 diletakkan ditempat yang terlindungi oleh stimin di atasnya.

Gambar 7. Guru mengajak siswa melihat bibit cabai yang diletakkan di tempat yang panas tanpa terlindungi selama 5-10 menit (sumber: dokumentasi pribadi)

iii. Siswa mencatat keadaan kedua pot bibit cabai.

Sebagai penutup kegiatan pembelajar guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan, guru memberikan refleksi terhadap kelompok yang berhasil baik, dan guru memberikan motivasi kepada kelompok yang belum berhasil dengan baik.

b) Pertemuan 2

[image:47.595.125.500.219.511.2]
(48)

48

x 35 menit. Metode pembelajaran yang digunakan adalah presentasi. Metode presentasi ini tidak lain adalah kelanjutan dari eksperimen.

Bentuk kegiatan eksplorasi pada pertemuan 2 siklus II dilaksanakan selama 10 menit yaitu Siswa menyiapkan laporan sederhana mengenai pengamatan yang dilakukan pada eksperimen pertemuan 1 dan 2 di siklus I, dan pertemuan 1 di siklus II. Kegiatan kedua yaitu elaborasi yang berlangsung selama 20 menit yaitu guru menyiapkan pertanyaan yang digunakan menjadi pokok bahasan setiap kelompok, guru membagi pokok bahasan menjadi 3, dan setiap kelompok mendapatkan satu pokok bahasan, dan setelah selesai berdiskusi, setiap kelompok maju ke dapan kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok. Kemudain pada kegiatan konfirmasi yang dilaksanakan selama 10 menit yaitu Guru memberikan penguatan materi dan motivasi.

Langkah-langkah penerapan metode presentasi dalam penerapan metode eksperimen pada pertemuan 1, pertama, guru menyiapkan pertanyaan pokok untuk didiskusikan. Langkah-langkah kegiatan berikutnya adalah:

i. Guru membagi kelas ke dalam 3 kelompok.

ii. Setiap kelompok mendapatkan satu tema. Tema-tema tersebut antara lain, pengamatan pada pertemuan 1 siklus I, pertemuan 2 siklus I, dan pertemuan 2 siklus II.

iii. Siswa berdiskusi dalam kelompok selama 10 menit. iv. Siswa mempresentasikan hasil diskusi.

(49)

49

Sebagai penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil presentasi, dan guru memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa.

2) Observasi

[image:49.595.142.482.518.734.2]

Siklus II memiliki sistem dan metode yang sama pada dasarnya dengan Siklus I. Persiapan pada Siklus II yang berbeda dengan Siklus I. Persiapan ini dikhususkan kepada peneliti, dimana persiapan peneliti dalam merencanakan kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen sehingga para siswa dapat tertarik kepada mata pelajaran dan termotivasi untuk memunculkan rasa ingin tahu mereka. Pemantapan pada tahap persiapan untuk Siklus II didapatkan dari hasil Evaluasi dan rencana tindakan yang telah dirumuskan dari refleksi Siklus I. Seperti halnya pada Siklus I, pada Siklus II juga terdapat dua pertemuan, yaitu Pertemuan 1 dan Pertemuan 2. Sebagai gambaran awal, tabel berikut akan menjelaskan pelaksanaan Siklus II.

Tabel 11. Hasil Observasi Kreativitas Kategori Rasa Ingin Tahu melalui Penerapan Metode Eksperimen Siswa Pada Siklus II

No Indikator

Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Ya Skor Ya Slor

1 I 9 3 10 4

2 II 10 4 12 4

3 III 7 3 9 3

4 IV 12 4 12 4

5 V 11 4 12 4

6 VI 10 4 12 4

7 VII 10 4 12 4

(50)

50

Berdasarkan tabel di atas, terdapat peningkatan rata-rata rasa ingin tahu siswa pada mata pelajaran IPA dengan metode eksperimen, yaitu dari jumlah perolehan indikator 69 menjadi 79 dan total skor pertemuan 1 diperoleh 26 dan di pertemuan 2 meningkat menjadi 27. Apabila ditampilkan pada diagram maka akan tampak sebagai berikut.

Diagram 7. Jumlah Perolehan Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu melalui Penerapan Metode Eksperimen Siswa Pada Siklus II

Berikut diagram yang menggambarkan perolehan total skor pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 Siklus II.

Diagram 8. Jumlah Perolehan Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu melalui Penerapan Metode Eksperimen Siswa Pada Siklus II

0 12 24 36 48 60 72 84

Pertemuan 1 Pertemuan 2

0 7 14 21 28

(51)

51

Berdasarkan diagram di atas, maka dapat terlihat adanya peningkatan ketercapaian dengan total skor indikator pada pertemuan 1 ke pertemuan 2 dalam kategori rasa ingin tahu siswa sebesar 1, yang diperoleh dari selisih 26-27.

a) Pertemuan 1

[image:51.595.113.514.380.677.2]

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan, pada Pertemuan 1 Siklus II ini didapatkan hasil yang telah peneliti sajikan ke dalam tabel berikut.

Tabel 12. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus II Pertemuan 1

No Nama

Siswa

Indikator yang diamati

Σ

I II III IV V VI VII

1 LN √ √ √ √ √ √ √ 7

2 SH √ √ √ √ √ √ √ 7

3 BA √ √ √ √ 4

4 KM √ √ √ √ √ √ √ 7

5 DP √ √ √ 3

6 MA √ √ √ √ √ √ 6

7 ZH √ √ √ √ √ √ √ 7

8 AR √ √ √ √ √ √ 6

9 AF √ √ √ √ √ √ √ 7

10 RA √ √ √ √ √ √ √ 7

11 AN √ √ √ √ √ √ 6

12 RR √ √ 2

Jumlah Siswa 9 10 7 12 11 10 10 69

(52)

52

Berdasarkan tabel di atas total skor pada aspek rasa ingin tahu kelas II SD Kalibening diperoleh 26 dari jumlah konversi pada setiap indikator. Untuk memperjelas penilaian dari kelas II SD Kalibening pada Pertemuan 1 Siklus II, maka akan peneliti gambarkan pada diagram berikut.

Diagram 9. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus II Pertemuan 1

Pada Siklus II Pertemuan 1 Metode Eksperimen mata pelajaran IPA di Kelas II SD Kalibening mendapatkan total skor 26 dengan penilaian Baik.

Jika dibandingkan pada Siklus I Pertemuan 2, penilaian rasa ingin tahu pada mata pelajaran IPA dengan metode Eksperimen siswa masih dalam taraf cukup, maka pada Siklus II Pertemuan 1 ini mengalami peningkatan menjadi baik.

b) Pertemuan 2

Berdasarkan hasil observasi pada Siklus II Pertemuan 2, didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

0 1 2 3 4

(53)
[image:53.595.152.472.562.699.2]

53

Tabel 13. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus II Pertemuan 2

No Nama

Siswa

Indikator yang diamati

Σ

I II III IV V VI VII

1 LN √ √ √ √ √ √ √ 7

2 SH √ √ √ √ √ √ √ 7

3 BA √ √ √ √ √ 5

4 KM √ √ √ √ √ √ √ 7

5 DP √ √ √ √ √ √ √ 7

6 MA √ √ √ √ √ √ √ 7

7 ZH √ √ √ √ √ √ √ 7

8 AR √ √ √ √ √ √ √ 7

9 AF √ √ √ √ √ √ √ 7

10 RA √ √ √ √ √ √ √ 7

11 AN √ √ √ √ √ √ 6

12 RR √ √ √ √ √ 5

Jumlah Siswa 10 12 9 12 12 12 12 79

Total Skor 4 4 3 4 4 4 4 27

Berdasarkan tabel di atas total skor pada aspek rasa ingin tahu kelas II SD Kalibening diperoleh 27 dari jumlah konversi pada setiap indikator. Untuk memperjelas penilaian dari kelas II SD Kalibening pada Pertemuan 1 Siklus II, maka akan peneliti gambarkan pada diagram berikut.

Diagram 10. Perbandingan Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus II Pertemuan 2

0 1 2 3 4

(54)

54

Pada Siklus II Pertemuan 2 Metode Eksperimen mata pelajaran IPA di Kelas II SD Kalibening mendapatkan total skor 27 dengan penilaian Baik. b. Refleksi Siklus II

Terdapat peningkatan dari Siklus II pertemuan 1 ke siklus II pertemuan 2. Peningkatan ini memanglah tidak cukup signifikan namun taraf baik tetap dipertahankan sehingga peningkatan ini tidak lain yaitu berasal dari evaluasi yang telah peneliti lakukan di pertemuan-pertemuan sebelumnya dan peneliti kembangkan pada pertemuan selanjutnya.

Indikator yang meningkat pada aspek rasa ingin tahu pertemuan 1 ke pertemuan 2 adalah indikator 1 yaitu . Berikut adalah diagram untuk menggambarkan perkembangan penilaian indikator dari pertemuan 1 ke pertemuan 2.

Diagram 11. Perbandingan Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan

Metode Eksperimen Siklus II Pertemuan 2

Perolehan konversi skor pada pertemuan 1 adalah 26 dan pada pertemuan 2 adalah 27. Rata-rata dari siklus I adalah 26,5. Konversi skor 0

1 2 3 4

I II III IV V VI VII

(55)

55

26,5 telah masuk ke dalam kriteria bai sehingga tidak dibutuhkan siklus lanjutan.

B. Pembahasan

Umar Fauzi mengemukakan manfaat eksperimen pada pembelajaran IPA antara lain: mendorong siswa untuk berpikir kritis, kreatif dan inovatif dengan bekal konsep yang sudah diajarkan; menuntun siswa melakukan pengamatan, melakukan penafsiran dan dugaan terhadap data; dan memandu siswa menemukan sendiri suatu kaidah, aturan atau hukum alam yang sering dipakai dalam pembahasan IPA (Herawati, 2006 : 11-12). Seperti yang telah dipaparkan oleh Umar Fauzi, salah satu manfaat dari metode eksperimen adalah mengingkatkan rasa ingin tahu siswa dalam memahami pembelajaran IPA.

(56)
[image:56.595.144.482.505.672.2]

56

Tabel 14. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Metode Eksperimen Siklus I dan Siklus II

Indikator

Siklus

Siklus I Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

Σ Skor Σ Skor Σ Skor Σ Skor

I 4 2 6 2 9 3 10 4

II 5 2 9 3 10 4 12 4

III 5 2 5 2 7 3 9 3

IV 12 4 12 4 12 4 12 4

V 6 2 11 4 11 4 12 4

VI 5 2 9 3 10 4 12 4

VII 7 3 8 3 10 4 12 4

Jumlah Skor 17 21 26 27

Berdasarkan tabel di atas, terjadi peningkatan skor nilai secara linier pada pertemuan 1 dan pertemuan Siklus I dan Siklus II, yaitu pada pertemuan 1 siklus I diperoleh skor 17, meningkat pada pertemuan 2 yang memperoleh skor 21, meningkat kembali pada pertemuan 1 siklus II sebesar 26, dan padan pertemuan 2 siklus II meningkat menjadi 27. Berikut diagram perbandingan rata-rata hasil observasi pada siklus I dan siklus II.

Diagram 12. Perbandingan Hasil Skor Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA melalui Penerapan Metode Eksperimen

per-Pertemuan pada Siklus I dan Siklus II 0

7 14 21 28

Siklus I Siklus II

(57)

57

[image:57.595.172.451.250.338.2]

Berdasarkan diagram di atas, dapat dilihat terdapat peningkatan jumlah skor dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 pada siklus I ke pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus II. Rata-rata total skor akan dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 15. Hasil Observasi Rasa Ingin Tahu dalam Proses Pembelajaran IPA Melalui Penerapan Metode Eksperimen

Siklus Pertemuan Σ Skor Rata-rata Skor

1 2

I 17 21 38 18

II 26 27 53 26,5

Berdasarkan tabel di atas, maka pada siklus I dengan skor 18 belum mencapai keberhasilan yaitu masih dalam kriteria Cukup sedangkan pada siklus II telah mencapai 26,5 dengan kriteria Baik. Pencapaian kriteria baik pada siklus II maka penggunaan metode eksperimen pada aspek rasa ingin tahu dinyatakan berhasil. Keberhasilan penggunaan ini berdasarkan telah tercapaian kriteria baik pada rata-rata konversi skor pada siklus II.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian merupakan proses mendapatkan dan mengumpulkan data. Namun, selama proses penelitian ini menemukan keterbatasan.

(58)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan

bahwa melalui penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kreativitas

siswa, khususnya pada aspek rasa ingin tahu, pada siswa kelas II SD

Kalibening. Penilaian konversi skor indikator pada rasa ingin tahu dengan

menggunakan penerapan metode eksperimen dalam siklus I menunjukkan

peningkatan dari perolehan skor rasa ingin tahu siswa melalui penerapan

metode eksperimen dalam pembelajaran IPA meningkat yaitu dari skor 11

(kategori kurang) pada pra tindakan, meningkat menjadi 18 (kategori cukup)

pada siklus I, dan menjadi 26,5 (kategori baik) pada siklus II.

Cara meningkatkan rasa ingin tahu melalui prosedur sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan kepada siswa mengenai materi yang digunakan

dengan penjelasan yang lebih mudah dimengerti anak serta memberikan stimulan

berupa pertanyaan.

2. Menyiapkan peralatan atau alat peraga yang lebih menarik sehingga

diharapkan seluruh siswa akan lebih semangat melakukan eksperimen.

3. Mengidentifikasi masalah dengan mengajak siswa untuk melakukan

(59)

59

4. Melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru dan meminta teman sejawat

untuk memberikan semangat dan belajar bersama.

5. Menganalisis hasil eksperimen dengan bimbingan guru.

6. Menginterpretasikan hasil eksperimen dan menyimpulkan dengan

memberikan stimulus dan penghargaan kepada siswa yang berani mencoba

sesuatu yang baru.

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi penelitian ini dijelaskan

berdasarkan indikator penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Kemampuan guru dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan

diberikan dan diajarkan kepada siswa semakin meningkat. Guru dapat

dengan baik mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya dalam hal

ilmu yang dimiliki karena akan menentukan hasil belajar yang dicapai oleh

siswa. Guru membantu perkembangan siswa dalam belajar mengenal,

menerima, dan memahami berbagai sumber energi yang sering digunakan

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kemampuan guru dalam mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta

aspek dari lingkungan sekolah dapat diorganisasikan dengan baik. Guru

mampu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk

bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik serta

(60)

60

Untuk meningkatkan prestasi siswa, guru mempergunakan bahan referensi

yang cukup banyak dalam proses kegiatan belajar dan mengajar, baik yang

berupa nama sumber, buku teks, majalah, surat kabar, atau benda-benda

sebagai alat peraga. Guru memiliki peran memfasilitasi siswa-siswi untuk

belajar secara maksimal dengan menggunakan berbagai strategi, metode,

media, dan sumber belajar. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai titik

sentral belajar.

3. Siswa semakin percaya diri dan memiliki keberanian untuk

mengembangkan pembelajaran IPA secara mandiri tanpa meminta bantuan

guru atau bahkan keluarga. Kreatifitas siswa juga semakin meningkat, yaitu

mampu mempraktekkan sendiri terhadap materi yang telah diajarkan oleh

guru di sekolah.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan beberapa saran untuk

guru, siswa, dan sekolah, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan aktifitas dan

prestasi belajar siswa pada pembelajaran IPA, guru hendaknya dalam

menyampaikan materi tidak hanya menggunakan metode ceramah saja,

(61)

61

b. Guru hendaknya menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan

mengasikkan bagi sisiwa, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman

tanpa adanya tekanan yang berlebihan.

c. Guru hendaknya memilih modal pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan pembelajaran di kelas, dan tidak perlu mendewakan salah

satu model pembelajaran karena setiap model pembelajaran pasti

memiliki kelemahan dan kelebihan.

2. Bagi Siswa

a. Untuk mendapatkan prestasi yang baik perlu adanya ketekunan dan

kerja keras, serta latihan dan belajar.

b. Kuantitas dan kualitas belajar perlu diingatkan dan tentu saja

keyakinan siswa akan kemampuan diri sendiri untuk dapat menguasai

materi merupakan hal yang sangat penting.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah disarankan untuk melengkapi sarana dan prasarana bagi guru

dan siswa dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar sehingga guru

dapat mengembangkan metode pembelajaran untuk mendorong prestasi

siswa dan siswa dapat meningkatkan keterampilan siswa secara

(62)

62

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2007). Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Puskur, Balitbang Depdiknas.

Hendro Darmojo dan Jenny R.E. Kaligis. (2005). Pendidikan IPA. Jakarta: Depdikbud.

Herawati. (2006). Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Reciprocal

teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.

Skripsi UPI. (online). Tersedia: http://digilib.upi.edu. Diunggah pada Minggu 10 Maret 2013.

Karlin, Hilda dan Margaretha. (2002). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi

II. Bandung: Bina Media Informasi.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana. (1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dikti.

Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan

Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Palendeng. (2003). Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta.

Roestiyah. (2001). Stratergi Belajar Mengajar: Salah Satu Unsur Pelaksanaan

Strategi Belajar Mengajar Teknik. Jakarta : Rineka cipta.

Rusyam. A. Tabrani. (1991). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.

Samana. (1992). Sistem Pengajaran: Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional

(PPSI) Dan Pertimbangan Metodologi.

(63)

63

Suharsimi Arikunto. (1990). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan SD dan Teori Praktek. Jakarta: Rineka cipta.

Sujati. (2009). Kumpulan Materi Perkuliahan Penelitian Hasil Belajar Sekolah

Dasar. Program studi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Yogyakarta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Suwarsih Madya. (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Utami Munandar. (1992). Mengembangkan Bakat Dan Kreatifitas Anak Sekolah

Gambar

gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajagi
Gambar 1. Model Spiral Kemmis dan Taggart (Sujati, 2009: 7)
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa untuk Guru
gambar-gambar dan sebagainya untuk mencari gagasan-gagasan baru. Tidak membutuhkan dorongan untuk
+7

Referensi

Dokumen terkait

ICE atau Intensive Community Empowerment adalah sebuah program yang dapat membantu masyarakat Kelurahan Bangetayu untuk berdaya dan mandiri dalam memelihara kesehatan

Refisi Pelaksanaan Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/ tugas dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta

respon siswa terhadap model pembelajaran yang telah digunakan model pembelajaran kooperatif tipe take and give yaitu siswa lebih termotivasi dalam melakukan

Untuk mengetahui adanya perbedaan tingkat penerimaan aroma, rasa, intensitas rasa (manis), tekstur, warna dan overall sampel kwetiau kering instan yang tanpa substitusi tepung

Pendidik menjelaskan penerapan hukum II newton dalam kehidupan sehari-hari dan dapat mengetahui percobaan mengenai hubungan antara gaya, massa , percepatan ( karakter yang

Puji dan syukur tak lupa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas lindungan dan bimbingan roh kudus-Nya sehingga skripsi dengan judul PENGARUH MEKANISME

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sintesis C-dots berbahan dasar limbah kulit nanas madu dengan metode pemanasan oven , (2) mengetahui

Di dalam permasalahan yang ada pada Gereja Kristen Tiberias peneliti mengambil sebuah gambaran dari permasalahan pengumunan, jadwal, dan renungan harian untuk