• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01406

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01406"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Pene

ra

pan

Method of Exhaustion

untuk Me

n

ghitung

Ke

tersediaan Laha

n

Sagu Terhadap Kebutuhan

Pangan dan Papan di Kabupaten Halmahera Barat,

Maluku Utara

Klara Rosina Bawolo

1

, Andeka Rocky Tanaamah

2

, Alz Danny Wowor

3

Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia

1

[email protected]

2[email protected]

3

[email protected]

Abstract — The coverage of sago forest which grows in

different growing phases causes difficulties to predict the land size of the sago forest, the number of trees that are ready to be cut down, and the amount of production. This following research uses the Method of Exhaustion to analyze the supplication of sago land area so that we can identify how much source of crops and housing that can be produced to sustain the life of the society in West Halmahera. The result of this research indicates that there is a coverage land size of sago forest as much as 6.440.000 m2, and thus can built as many as 2.707-6.317 houses of 5m x 6m in size, 2.503-5.842 houses as big as 6m x 6m, and also 1.502-3.505 houses that have a size of 10m x 10m. Apart from it, the coverage of sago forest can sustain food supply as long as 6-10 years.

Keywords— Method of Exhaustion, The Wide Sago Land, West

Halmahera.

I. PENDAHULUAN

Pertumbuhan penduduk pada suatu daerah akan terus mengalami peningkatan secara eksponensial, peningkatan ini harus diimbangi dengan ketersediaan tiga kebutuhan pokok yaitu sandang, pangan, dan papan. Ketiga kebutuhan pokok tersebut yang menjadi isu disetiap daerah berkembang, karena ketersediaan akan makanan, pakaian dan tempat berlindung dapat menjadi tolak ukur tingkat kemiskinan suatu daerah. Suatu Negara akan mengalami masalah apabila ketersediaan kebutuhan dasar tidak berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk.

Zaman sekarang ini, usaha masyarakat Indonesia dalam mencukupi kebutuhan tidak lagi dilakukan secara tradisional tetapi cenderung dilakukan dengan lebih modern. Perubahan ini dapat dilihat dari cara membangun rumah yang lebih mewah dan kebutuhan mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan pokok.

Pola hidup demikian membuat masyarakat tidak lagi melihat bahan lain dalam membangun rumah maupun

tanaman lain untuk dijadikan bahan makanan, sedangkan banyak tumbuhan pangan yang dapat dijadikan alternatif sebagai pengganti beras, salah satunya adalah tumbuhan sagu (Metroxylon). Tumbuhan sagu banyak tumbuh di daerah Indonesia bagian timur, seperti Propinsi Maluku Utara, Maluku dan Papua. Halmahera Barat adalah salah satu Kabupaten dari Maluku Utara yang masyarakatnya menggunakan sagu sebagai bahan baku makanan. Sagu adalah tumbuhan yang mempunyai komposisi karbohidrat lebih tinggi dari beras, dan juga mengandung kadar gula yang lebih rendah dari beras.

Halmahera Barat merupakan daerah yang beriklim tropis dengan suhu rata-rata musim panas 28,05°C, mempunyai kelembaban rata-rata 84,3%-90,2%, dan rata-rata kecepatan angin mencapai 11-13,5 km/jam [1]. Iklim yang tropis dan berada dibawah garis katulistiwa membuat suhu udara menjadi panas. Kondisi ini mengakibatkan rumah yang didesain perlu untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dalam artian rumah yang sejuk dan tidak membuat gerah. Terkait dengan kondisi alam kearifan lokal dalam membangun rumah tinggal, masyarakat Halmahera Barat sudah mempunyai desain rumah yang bahan bakunya berasal dari tumbuhan sagu (Ruma Gaba). Daun sagu yang dibuat menjadi atap rumah, pelepah atau kulit pohon sagu dibuat menjadi dinding rumah.

(2)

tumbuhan sagu sebagai sumber protein dan bahan baku untuk membuat rumah.

Method of Exhaustion atau kadang disebut sebagai

metode penghabis, merupakan teknik perhitungan luas yang digunakan apabila bidang luasan mempunyai bentuk yang tidak standart. Penelitian ini menggunakan metode penghabis untuk menghitung luas karena lahan sagu mempunyai bentuk yang tidak seperti bidang geometris pada umumnya.

Landasan dari penelitian ini merujuk pada penelitian berjudul “Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian Kearifan Lokal Suku Sahu di Desa Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat”, hasil dari penelitian ini menujukkan kearifan masyarakat desa Balisoan sebagai salah satu desa di Halmahera Barat perlu untuk melastarikan hutan sagu sebagai bahan baku makanan [2]. Penelitian lainnya dengan topik “Konversi Hutan Sagu ke Lahan Sawah; Kasus Hutan Sagu Masyarakat Adat Suku Sahu Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara”, membahas tentang kesalahan pemerintah dalam mengambil kebijakan terkait konversi lahan sagu ke lahan sawah, karena tanpa memperhatikan fungsi dari hutan sagu secara keberlanjutan. Seperti fungsi dari hutan sagu adalah menjaga kestabilan air tawar dan air laut [3].

Tujuan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui luas lahan sagu di Halmahera Barat sehingga dapat diketahui seberapa banyak sumber bahan pangan dan papan yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Halmahera Barat. Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi untuk pemerintah terkait aturan maupun kebijakan yang diambil, selain itu juga bagi masyarakat sebagai pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya alam khususnya tumbuhan sagu di Kabupaten Halmahera barat.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Sagu

Sagu adalah tanaman penghasil karbohidrat yang digunakan untuk kebutuhan pangan dan sumber energi dimana karbohidrat yang terkandung dalam pati sagu sebanyak 84,7g-100gr [4]. Pati sagu digunakan untuk bahan makanan pokok, tepung terigu, serta sebagai bahan baku industri pangan seperti mie, soun, penyedap makanan, gula cair sarbitol, dan sirop fluktosa [5]. Komposisi kimia pati sagu terdiri dari karbohidrat 82,80-84,96%, kelembaban 12,80-17,28%, lemak 0,11-0,28%, protein 0,03%, abu 0,15-0,28%, dan senyawa lain 1,18-1,64%, sagu memiliki potensi besar sebagai energi alternatif [5].

B. Method of Exhaustion

Method of Exhaustion (Metode Penghabis) adalah metode yang digunakan untuk mencari luas bidang. Cara “Metode Penghabis” ini adalah meletakkan poligon didalam gambar tersebut dan menggambarkan poligon-poligon disekitar gambar tersebut, kemudian membiarkan sisi poligon bertambah banyak. Persamaan yang dapat dituliskan utnuk limit dari luas poligon sebelah dalam yaitu [6]:

A=lim

n→∞

A

n (1)

III.METODE PENELITIAN

A. Data, Asumsi, dan Batasan Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari tempat penelitian dan data sekunder yang diambil dari BPS Kabupaten Halmahera Barat dan pustaka terkait.

Setiap lahan sagu memiliki kepadatan yang berbeda, oleh karena itu diasumsikan jumlah pohon sagu memiliki kategori padat, sedang dan jarang dalam luasan 100m2. Selain itu juga, sagu merupakan tanaman yang hidup berumpun yang terdiri dari induk dan sejumlah anakan yang mempunyai umur yang berbeda. Tabel 1 dibawah ini adalah jumlah pohon dalam satu hektar untuk masing-masing kategori dengan kelompok umur tertentu.

TABELI

Batasan penelitian digunakan untuk membatasi dan lebih mengarahkan proses dalam penelitian adalah sebagai berikut:

• Penelitian dilakukan hanya pada 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Jailolo, Sahu dan Sahu Timur.

• Metode yang digunakan adalah Method of

Exhaustion untuk mengukur luas lahan sagu.

• Pada Metode Exhaustion ini menggunakan bangun geometri bujur sangkar.

B. Tahapan Penelitian

Tahapan atau proses penelitian yang dilakukan, secara umum ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan penelitian.

(3)

sagu. Data sekunder diambil dari BPD Halmahera barat. Selanjutnya dilakukan batasan untuk lokasi penelitian yang kemudian dapat dipakai membangun model menggunakan metode exhaustion. Tahapan implementasi adalah penggunaan model sehingga dapat mengetahui jumlah pohon, jumlah rumah dan jumlah pati sagu yang dapat dikonsumsikan untuk masyarakat Halmahera Barat.

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini menjelaskan proses bagaimana mendapatkan kebutuhan pangan dan papan berdasarkan lahan sagu yang tersedia. Untuk mengetahui kebutuhan pangan dan papan masyarakat Halmahera barat, maka langkah pertama yang perlu diselesaikan adalah perhitungan luas lahan sagu.

A. Luas Lahan Sagu

Perhitungan luas lahan sagu di Kab. Halmahera Barat digunakan metode penghabis. Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya bahwa luasan ditemukan dengan menempatkan bidang geometris dengan luasan yang tetap, kemudian menjumlahkan bidang-bidang geometris tersebut.

Penelitian ini menggunakan 5 bidang bujur sangkar dengan luasan berbeda yaitu persegi A = 900m2, persegi B = 600m2, persegi C = 200m2, persegi D = 200m2, dan persegi E = 100m2. Gambar 2 menunjukkan proses perhitungan luas lahan sagu dengan menempatkan bujur sangkar pada lahan sagu. Perhitungan dilakukan dengan menempatkan bujur sangkar terbesar yaitu A kemudian dilanjutkan dengan menempatkan persegi B, dilakukan seterusnya sampai paling terkecil, persegi E.

Variasi kepadatan pohon sagu pada lahan sangat beragam, selain itu sagu merupakan tumbuhan berumpun. Sehingga untuk menghitung banyaknya pohon sagu berdasarkan luas lahan perlu untuk melihat kepadatan pohon secara menyeluruh. Berdasarkan observasi yang dilakukan di lokasi penelitian, maka perhitungan luas dibedakan berdasarkan kategori jarang, sedang, dan padat seperti yang telah diasumsikan pada Tabel 1. Populasi pohon sagu yang agak jarang biasanya berada disekitar pemukiman masyarakat. Hal ini terjadi karena banyak pohon yang sudah di panen untuk dijadikan bahan baku pangan dan papan. Selain itu juga, lahan sagu sudah dijadikan lahan untuk jenis tanaman yang lain. Pada Gambar 2 untuk setiap kategori dibedakan berdasarkan warna. Kategori jarang ditunjukkan dengan warna biru, kategori sedang warna ungu, sedangkan kategori padat diwakilkan dengan bujur sangkar dengan warna hijau.

Untuk kategori jarang, secara keseluruhan perhitungan luas lahan sagu dapat diberikan dalam model yang ditunjukkan pada Persamaan (2).

Luas jarang = 1C + 1D + 50E (2)

Luas lahan sagu untuk kategori wilayah jarang di Kabupaten Halmahera Barat sebesar 630.000m2. Selanjutnya perhitungan luas lahan sagu untuk kategori sedang ditunjukkan pada Persamaan (3).

Luas sedang = 7C + 13D + 41E (3)

Luas lahan pohon sagu untuk kategori sedang diperoleh seluas seluas 1.560.000m2. Perhitungan luas lahan sagu ketegori padat diperoleh dari Persamaan (4)

Luas padat = 1A + 6B + 5C + 13D + 31E (4)

Gambar 2. Peta perhitungan luas lahan sagu.

Luas lahan sagu untuk kategori padat diperoleh sebanyak 4.250.000m2. Dari hasil yang diperoleh untuk ketiga kategori maka diperoleh total luas lahan sagu secara keseluruhan yang tersedia di Kabupaten Halmahera Barat seluas 6.440.000m2.

TABELIII JUMLAH POHON SAGU

Umur (Tahun)

Kategori (Luas Lahan) Jarang

(63ha)

Sedang (153ha)

Padat (427ha)

(4)

Setelah mendapatkan luas lahan sagu, maka tahap berikutnya mencari banyaknya ketersediaan pohon sagu. Dengan asumsi pada yang telah diberikan pada Tabel 1 kemudian dikalikan dengan banyak luasan, maka dapat diperoleh jumlah pohon sagu di Kabupaten Halmahera Barat. Hasil perhitungan jumlah pohon sagu berdasarkan kategori diberikan pada Tabel 2.

B. Ketersediaan Papan

Ketersediaan papan adalah membuat perbandingan rasional untuk jumlah pohon sagu yang dibutuhkan untuk membangun sebuah Ruma Gaba. Pelepah pohon yang digunakan untuk membuat dinding rumah dan daun untuk atap rumah. Perlu diketahui bahwa pelepah yang digunakan harus dari pohon yang sudah berumur 5 tahun ke atas, sehingga yang dapat digunakan sebanyak 688589 pohon.

Jumlah pelepah yang dibutuhkan untuk pembuatan 1 meter dinding rumah sebanyak 25 pelepah. Jumlah pelepah dalam satu pohon sagu sekitar 10 – 20 pelepah, dan untuk kebutuhan dinding biasanya hanya diambil 3 – 7 pelepah yang disesuaikan dengan panjang dan besar dari pelepah tersebut. Sehingga untuk mendapatkan jumlah pelepah yang dapat diambil untuk membuat dinding rumah sebanyak 2065767 – 4820123.

Berdasarkan pada jumlah pelepah, maka dapat disesuaikan dengan luasan rumah. Terkait dengan luasan disesuaikan dengan ukuran rumah standart ukuran 5m×6m yang biasanya dibuat di Halmahera, dan juga ukuran untuk rumah sangat sederhana (RSS) dengan ukuran 6m×6m, dan ukuran 10m×10m. Asumsi yang dibangun untuk dapat menghasilkan 1m dinding dibutuhkan rata-rata pelepah sebanyak 25 potong. Dengan hitungan luasan rumah sesuai dengan ukuran yang telah diberikan dan setiap rumah terdapat dua kamar tidur dan satu ruang tamu, maka dapat dihitung banyak rumah yang dapat dibangun. Hasil dari banyak rumah ditunjukkan pada Tabel 3.

TABELIIIII terbuat dengan setengah beton dan setengah pelepah sagu. Kebiasaan masyarakat seperti ini untuk menghindari kelembaban yang tinggi. Jika rumah yang dibangun dengan kombinasi beton maka akan menghasilkan rumah yang lebih banyak lagi karena bahan baku untuk satu rumah full gaba bisa menjadi dua rumah apabila dikombinasikan dengan beton. rumah. Rata-rata kebutuhan banyak daun yang digunakan untuk membuat satu buah atap dengan panjang 1,5 meter membutuhkan 2 dahan sagu. Sehingga dapat diperoleh banyak atap yang dapat dihasilkan yaitu sebanyak 1032883 – 2410061 buah. Tabel 5 menujukkan banyak atap yang diperoleh apabila disesuaikan dengan luasan rumah yang akan dibangun maka di peroleh banyak rumah yang dapat dibangun.

TABELV

JUMLAH RUMAH YANG DIHASILKAN MENGGUNAKAN ATAP

Rumah Sangat

Ketersediaan pangan berdasarkan tumbuhan sagu dilihat dari rata-rata pati yang dihasilkan oleh sebuah pohon. Untuk menghasilkan pati yang baik biasanya umur pohon sagu berada di atas 10 tahun. Berdasarkan penelitian, bahwa rata-rata pohon sagu di Halmahera barat menghasilkan 300kg pati. Dengan banyak pohon sagu yang berumur di atas 10 pohon maka banyak pati yang diperoleh 75.744.000kg pati yang tersedia.

(5)

Tacim 1 Susupu 60 Jumlah ( 1 bulan ) 77 – 85

Hasil dari Tabel 6 menunjukkan desa Susupu yang mengkonsumsi pohon sagu sebanyak 60 pohon atau sebanding dengan 18000kg. Kebutuhan ini terjadi karena pada desa ini terdapat banyak industri kecil, yang menggunakan tepung sagu sebagai bahan baku. Secara sampling diliat kebutuhan pati sagu mencapai 77-85 pohon dalam satu bulan atau setara dengan 23100-25500kg. Apabila dibandingkan dengan jumlah pohon yang tersedia, maka ketersediaan makanan selama 18213-16.499 bulan atau sebanding dengan 247 sampai 273 tahun.

Sedangkan bila ketersediaan pohon sagu untuk penduduk halmahera secara keseluruhan sebanyak 103.128 jiwa (data tahun 2012) dan dengan asumsi setiap penduduk makan tiga kali sehari, maka ketersediaan bahan pangan dapat mencukupi selama 6-10 tahun.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah Method of Exhaustion dapat digunakan untuk menghitung luas lahan sagu di Kabupaten Halmahera Barat. Luas lahan sagu yang diperoleh sebanyak 6.440.000m2. Banyaknya rumah yang dapat dihasilkan berjumlah 2.707 – 6.317 rumah berukuran 5m×6m, 2.503 – 5.842 rumah berukuran 6m×6m, dan 1.502 – 3.505 rumah berukuran 10ms×10m. Selain itu juga ketersediaan pangan bagi masyarakat Halmahera Barat selama 6 – 10 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Buku Putih Sanitasi Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara, 2012. Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). [2] Alus, Christeward, 2014. Peran Lembaga Adat dalam Pelestarian

Kearifan Lokal Suku Sahu di Desa Balisoan Kecamatan Sahu Kabupaten Halmahera Barat, JournalActa Diurna” volume III. No.4.

[3] Tjanu, 2012. Konversi Hutan Sagu ke Lahan Sawah; Kasus Hutan Sagu Masyarakat Adat Suku Sahu Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. [4] H. Bambang dan P. Philipus, 1992. Potensi dan Pemanfaatan sagu,

Penerbit: Kanisius.

[5] Numberi, Freddy, 2011. Sagu Potensi yang Masih Terabaikan, PT. Bhuana Ilmu Populer: Jakarta.

Gambar

Gambar 1. Tahapan penelitian.
TABEL V

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan dan perhitungan biaya spesifik transfer depo sampah dilakukan dengan simulasi berdasarkan harga perolehan dan standar kapasitas cakupan pelayanan rata-rata

Dengan demikian, pandangan dunia, bagi strukturalisme-genetik, tidak hanya seperangkat gagasan abstrak dari suatu kelas mengenai kehidupan manusia dan dunia tempat

Bogdan dan Taylor, dalam Moleong (2007:248) menyebutkan bahwa “analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan bekerja dengan data, mengorganisasi data,

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Mwamburi (2003) menyatakan bahwa kontaminasi logam Hg sebagian besar berasal dari buangan limbah industri, emisi atmosfer, dan pelindihan bahan kimia dari lahan

sangat pendek dan sederhana, terkait orang, binatang, dan benda, dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan, secara..

Berdasarkan Peraturan Bupati Sijunjung Nomor 42 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sijunjung Tahun 2011-2015 serta telahaan dari