• Tidak ada hasil yang ditemukan

M01445

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " M01445"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SELEKSI KETAHANAN 10 GENOTIPE GANDUM (Triticum aestivum L.) DENGAN

PROLINE SEBAGAI PENANDA TERHADAP CEKAMAN SUHU TINGGI DAN

KEKERINGAN

*

Theresa Dwi Kurnia

1)

, Djoko Murdono

2)

, Nugraheni Widyawati

3)

, Sony Heru Priyanto

4)

1) Magister Agroekoteknologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga, 50711, Indonesia

Kebutuhan makanan pokok di Indonesia yang telah beralih dari padi menjadi gandum kini memaksa kita untuk melakukan usaha pengembangan varietas gandum yang mampu tumbuh pada kondisi umum di Indonesia, dimana lahan yang tersedia sebagian besar merupakan lahan marginal. Kegiatan seleksi 10 genotipe gandum ini dilakukan di Desa Telogoweru, Kecamatan Guntur, Demak yang wilayahnya ekstrim dengan suhu tinggi dan cekaman kekeringan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman gandum sekaligus mengetahui genotipe tanaman gandum yang mampu beradaptasi serta melakukan seleksi 10 genotipe gandum untuk menghasilkan varietas gandum tropis dataran rendah. Seleksi dilakukan terhadap tanaman yang menunjukkan kemampuan bertahan hidup yang baik, seperti laju peningkatan tinggi tanaman yang tertinggi, jumlah daun terbanyak, persentase kemampuan tanaman bertahan hidup serta kemampuan tanaman menghasilkan biji. Untuk memastikan hasil seleksi berdasarkan fenotipe di lapangan, pengamatan juga dilakukan berdasarkan senyawa proline yang dihasilkan tanaman. Banyaknya proline yang dihasilkan dianggap dapat menunjukkan kemampuan bertahan oleh tanaman terhadap cekaman suhu tinggi maupun kekeringan. Dari pengamatan fenotipe di lapangan, daya adaptasi 5 genotipe terbaik ditunjukkan oleh genotipe LAJ3302, OASIS, MENEMEN dan ALTAR, serta dibuktikan dengan hasil analisis proline yaitu genotipe BASRIBEY, ALTAR, MENEMEN, LAJ3302 menunjukkan jumlah proline tertinggi dibandingkan genotipe yang lain. Dapat diambil kesimpulan bahwa genotipe yang berpotensi mampu dikembangkan di wilayah dataran rendah adalah ALTAR, BASRIBEY, MENEMEN dan LAJ3302.

Kata kunci:Cekaman kekeringan, Cekaman suhu tinggi, Gandum dataran rendah.

PENDAHULUAN

Budaya sarapan roti dan konsumsi mie instan yang sudah sangat akrab dalam keseharian

masyarakat, menjadikan gandum sebagai makanan pokok kedua setelah padi, untuk itu produksi

gandum dalam negeri harus makin dikembangkan yaitu gandum tropika yang dapat diproduksi di

Indonesia, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada impor.

Pusat Studi Gandum UKSW, yang dibentuk tahun 2003, telah menjadi salah satu pelopor

pengembangan gandum tropika dan satu-satunya produsen benih gandum tropika bersertifikat di Indonesia.

Permasalahan yang dihadapi, jenis gandum yang dikembangkan masih terbatas pada satu varietas untuk dataran

*

Diseminarkan pada Seminar Nasional Bioteknologi 2014 – Fakultas Teknobiologi Universitas Surabaya tanggal

(2)

tinggi, produksinya belum optimal dan daya serap masyarakat masih rendah, selain itu di dataran tinggi masih

banyak komoditas budidaya yang nilai kompetitifnya lebih tinggi daripada gandum, sehingga sasaran

pengembangan varietas adalah untuk gandum dataran rendah.

Kendala utama dalam pengembangan gandum di dataran rendah adalah lingkungan yang

kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman gandum, khususnya cekaman suhu tinggi

(Samosir, 2011). Setiap tanaman mempunyai kemampuan tersendiri untuk tumbuh dan bertahan

hidup di lingkungan yang kurang menguntungkan, karena adanya faktor genotipe (Tjitrosomo, 1984).

Salah satu upaya untuk mendapatkan varietas gandum dataran rendah tropis dilakukan pengujian

beberapa genotipe gandum, dimana faktor genetik suatu genotipe gandum yang ditanam berbeda

dengan faktor genetik yang dimiliki genotipe gandum yang lain. Genotipe-genotipe gandum yang

akan ditanam merupakan keturunan dari genotipe gandum yang sebelumya pernah ditanam di

dataran rendah, maka diharapkan ada kemungkinan terdapat genotipe gandum yang memiliki faktor

genetik mampu beradaptasi di dataran rendah, sehingga akan mendapatkan genotipe gandum yang

berpotensi untuk dijadikan varietas gandum dataran rendah, maka penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pertumbuhan dan hasil tanaman gandum sekaligus mengetahui genotipe tanaman

gandum yang mampu beradaptasi serta melakukan seleksi 10 genotipe gandum untuk menghasilkan

varietas gandum tropis dataran rendah.

Hasil seleksi akan dibuktikan dengan kandungan senyawa proline pada tanaman gandum. Daya

adaptasi tanaman terhadap cekaman kekeringan dan suhu tinggi dapat ditunjukkan dengan jumlah

senyawa proline yang disintesis saat mengalami cekaman. Proline adalah salah satu asam amino

yang dihasilkan oleh tanaman saat mengalami stress abiotik (Barnet dan Naylor, 1966). Stress abiotik

yang dimaksudkan adalah saat tanaman mengalami cekaman kekeringan, salinitas tinggi, chilling,

freezing dan temperatur yang tinggi.

METODE PENELITIAN

Bahan

Dalam kegiatan penelitian ini bahan utama yang diperlukan adalah 10 genotipe gandum yang

sudah ada dan merupakan koleksi dari Pusat Studi Gandum, Fakultas Pertanian dan Bisnis, UKSW

yaitu: OASIS, HP1744, LAJ3302/2*MO88, RABE/2*MO88, H-21, G-21, ALTAR 84, MENEMEN,

BASRIBEY, SELAYAR. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk urea dan pupuk kandang serta air

yang diberikan saat proses penanaman.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat bercocok tanam seperti cangkul

untuk mengolah tanah dan pompa air untuk mempermudah pengairan saat proses penanaman

berlangsung

Prosedur

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 diawali dengan persiapan lahan dan berakhir

pada bulan Oktober 2013. Tempat penelitian adalah di Desa Telogoweru, Kecamatan Guntur,

(3)

hidup yang baik, seperti laju peningkatan tinggi tanaman yang tertinggi, jumlah daun terbanyak,

persentase kemampuan tanaman bertahan hidup serta kemampuan tanaman menghasilkan biji.

Tahap selanjutnya adalah pengujian kandungan proline yang akan dianalisis dengan

menggunakan metode Bates (1973). Bagian tanaman yang dianalisis adalah seluruh bagian shoot (1

inchi dari permukaan tanah) saat tahap pertumbuhan vegetatif tanaman berumur 2 minggu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Laju Peningkatan Tinggi Tanaman

Pengamatan laju peningkatan tinggi tanaman dilakukan untuk melihat kemampuan

bertumbuh secara vegetatif. Pada umumnya tanaman yang kondisi lingkungannya mendukung untuk

pertumbuhan akan memacu tanaman melakukan pertumbuhan vegetative lebih baik seperti laju

peningkatan tinggi tanaman yang cukup baik. Lain halnya dengan tanaman yang mengalami

cekaman lingkungan seperti kekeringan atau suhu tinggi maka laju peningkatan tinggi tanaman akan

terhambat. Dari pengamatan laju peningkatan tinggi tanaman, genotipe yang tumbuh paling tinggi

pada awal pengamatan adalah LAJ3302, Selayar dan Basribey, tetapi pada akhir pengamatan,

tanaman tertinggi ditunjukkan oleh genotipe Menemen, Altar dan LAJ3302. Pada penelitian yang

telah dilakukan ini, kondisi lingkungan tempat tumbuh 10 genotipe sama-sama mengalami cekaman

kekeringan dan suhu tinggi tetapi beberapa tanaman mampu menunjukkan respon yang lebih baik

dibandingkan tanaman lain. Hal ini dapat menunjukkan bahwa masing-masing tanaman memiliki

ketahanan yang berbeda-beda terhadap kondisi cekaman lingkungan.

Gambar 1. Grafik laju peningkatan tinggi tanaman

Jumlah Daun

Pengamatan jumlah daun juga dilakukan untuk melihat kemampuan tanaman tumbuh pada

tahap vegetatif. Diharapkan tanaman dengan jumlah daun yang banyak mampu berfotosintesis

dengan baik sehingga menghasilkan fotosintat yang dapat dimanfaatkan tanaman untuk membentuk

anakan dan malai. Berdasarkan jumlah daun, kemampuan tanaman membentuk daun terbanyak

adalah dari genotipe OASIS, LAJ3302 dan Selayar. Hampir sama pada pengamatan laju peningkatan

tinggi tanaman, genotipe LAJ3302 dan Selayar memberikan hasil yang tertinggi, sedangkan genotipe

(4)

mengalami cekaman dapat menunjukkan gejala siklus pertumbuhan yang pendek, hal ini

berhubungan dengan terhambatnya pembentukan daun atau masa fase vegetative tanaman

berkurang. Selain jumlah daun yang rendah, luas permukaan daun pun akan mengalami penurunan,

seperti yang dijelaskan Kramer (1983) menjelaskan lebih lanjut bahwa pengaruh cekaman kekeringan

pada pertumbuhan vegetatif terutama pada perluasan area daun dan pertumbuhan tunas baru dan

nisbah akar-tajuk. Jumlah daun yang rendah akan sangat berpengaruh terhadap besarnya kegiatan

fotosintesis yang dilakukan, semakin rendah jumlah daun, besarnya fotosintat yang dihasilkan

tanaman juga akan rendah dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap penurunan kemampuan

tanaman bertahan hidup.

Gambar 2. Jumlah daun

Kemampuan Bertahan Hidup

Berdasarkan pengamatan kemampuan bertahan hidup dari tanaman, dapat dilihat

kemungkinan dari beberapa genotipe gandum yang dicobakan mampu menghasilkan keturunan

berikutnya yang sudah beradaptasi pada kondisi lingkungan dengan suhu tinggi dan cekaman

kekeringan. Toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan dapat terjadi jika tanaman dapat

bertahan terhadap cekaman yang terjadi dan adanya toleransi atau mekanisme yang memungkinkan

menghindari dampak buruk dari situasi cekaman tersebut. Persentase tanaman yang bertahan hidup

tertinggi adalah pada genotipe Altar, diikuti OASIS dan LAJ3302, sehingga ketiga genotipe tersebut

diduga memiliki kemampuan toleransi yang tinggi terhadap cekaman kekeringan dan suhu tinggi

dibandingkan genotipe yang lain sehingga dengan kondisi dalam cekaman pun, ketiga genotipe tetap

dapat bertahan hidup bahkan menghasilkan benih.

Mekanisme toleransi terhadap cekaman kekeringan dan suhu tinggi dapat terjadi karena

tanaman mampu mempertahankan tekanan turgor yang tinggi juga pada potensial air yang agak

rendah dengan cara meningkatkan potensial osmotik melalui akumulasi zat terlarut yang meningkat di

dalam sel. Proses ini disebut penyesuaian osmotik atau regulasi osmotik. Adanya penyesuaian

osmotik, berarti menjaga turgor sel sehingga berarti pula menjaga integritas dan proses fisiologi

sitoplasma. Penyesuaian osmotik berpotensi menjaga proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman

(Riduan, dkk. 2007).

0 1 2 3 4 5

Jumlah Daun

20 HST

30 HST

(5)

Tabel 1. Persentase tanaman bertahan hidup

Data Hasil Panen

Tabel dibawah menunjukkan data hasil panen dari 10 genotipe yang diuji pada daerah

dengan cekaman suhu tinggi dan kekeringan. Data hasil panen dapat menunjukkan kemampuan

produksi tanaman pada kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Pada fase perkembangan

reproduktif, tanaman akan sangat peka terhadap cekaman kekeringan. Kondisi cekaman kekeringan

dapat menyebabkan gugurnya bunga atau sterilitas serbuk sari. Hal ini berhubungan dengan

penurunan kecepatan fotosintesis akibat keterbatasan ketersediaan air.

Genotipe yang mampu menghasilkan persentase malai tertinggi adalah ALTAR, G-21 dan

RABE/2*MO88, nilai yang lebih dari 100% menunjukkan bahwa tanaman mampi menghasilkan

anakan yang juga produktif, dibandingkan genotipe lain yang tetap mampu bertahan hidup tetapi tidak

mampu membentuk malai. Untuk memperoleh produksi maksimal tidak hanya cukup pada malai yang

dihasilkan tetapi juga jumlah biji tiap malai. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa

kondisi kekeringan dan suhu tinggi menyebabkan sterilitas pada serbuk sari hal ini dapat

menghambat pembentukan biji, sehingga banyak juga diperoleh malai yang hampa. Tabel 2.

Menunjukkan bahwa rata-rata jumlah biji per malai tertinggi hanya 2,24 pada genotipe BASRIBEY

dan 2,17 dari genotipe LAJ3302. Meskipun nilai tersebut sangat rendah, kedua genotipe tersebut

dapat dianggap sebagai genotipe yang mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan cekaman

suhu tinggi dan kekeringan dibandingkan dengan genotipe lainnya. Selain menyebabkan sterilitas

pada serbuk sari, cekaman suhu tinggi dan kekeringan juga menghambat translokasi dari daun dalam

proses pengisian biji sehingga biji yang terbentuk pun tidak akan mentes atau terisi maksimal. Hal ini

akan berpengaruh pada berat 1000 butir biji dimana nantinya akan mempengaruhi hasil panen.

Genotipe HP 1744 menunjukkan berat 1000 butir tertinggi diikuti ALTAR, RABE/2*MO88, OASIS dan

LAJ3302.

Hasil penelitian Nur, dkk, (2010) menunjukkan bahwa perubahan lingkungan tumbuh dari

dataran tinggi ke dataran rendah pada lingkungan tropika basah menyebabkan terjadinya penurunan

daya berkecambah benih, penurunan tinggi tanaman dan penurunan jumlah anakan produktif dari

setiap genotipe, sehingga tidak heran jika hasil pertumbuhan dan hasil panen dari beberapa genotipe

yang dicobakan kurang memuaskan. Data pertumbuhan dan kemampuan bertahan hidup

Genotipe % tanaman

bertahan

ALTAR 84 23,10

OASIS 15,73

LAJ3302/2*MO88 15,32

MENEMEN 14,32

RABE/2*MO88 14,30

G-21 14,26

BASRIBEY 11,92

SELAYAR 10,72

H-21 9,67

(6)

menunjukkan bahwa genotipe LAJ3302, OASIS dan ALTAR merupakan 3 genotipe yang lebih baik

dibandingkan genotipe lainnya, termasuk yang mampu menghasilkan malai, jumlah biji per malai dan

berat 1000 butir tertinggi. Beberapa genotipe yang mampu memberi hasil terbaik diduga memiliki

kemampuan ketahanan terhadap cekaman suhu tinggi dan kekeringan. Seperti pada penelitian

Marcia dan Muslimah, 2011 dimana sejumlah 15 genotipe gandum yang pernah dicoba untuk

dikembangkan di dataran rendah (<15 m dpl) di daerah Merauke, Papua memberi hasil 1,3-2,4

ton/ha, dengan asil tertinggi yaitu 2,4 ton/ha diperoleh pada genotipe OASIS/SKAUZ//4*BCN, dimana

nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan varietas unggul Nasional (Selayar, Nias dan Dewata) dengan

hasil masing-masing 1,9; 1,6; 1,3 ton/ha.

Analisis kandungan proline yang merupakan salah satu asam amino yang dihasilkan oleh

tanaman saat mengalami stress abiotik dapat digunakan sebagai penanda ketahanan tanaman

terhadap cekaman suhu tinggi dan kekeringan pada tanaman gandum. Tanaman yang tahan

terhadap cekaman kekeringan, mampu memanfaatkan air yang sedikit untuk menghasilkan berat

kering tanaman maksimal. Changhai, dkk. 2010 juga melakukan pengamatan terhadap berat kering

tanaman gandum dilihat dari efisiensi transpirasinya. Hasil menunjukkan pada varietas dengan

efisiensi transpirasi tinggi, berat kering tanaman yang mengalami cekaman hanya turun 10,2 %

sedangkan tanaman yang efisiensi rendah, berat kering turun hingga 26,6%. Disini peran dari proline

sebagai osmoprotektan terlihat sebagai penjaga sel stomata dalam mencegah transpirasi terlalu

tinggi. Pada penelitian Maralian dkk, (2010), membuktikan bahwa keberadaan proline pada tanaman

gandum dapat mengikat air dalam sel sehingga sulit di transpirasikan, proline juga tetap menjaga

turgor stomata sehingga CO2 tetap dapat diserap oleh tanaman untuk melakukan fotosintesis

sehingga akumulasi fotosintat tetap dapat dilakukan tanaman.

Kesepuluh genotipe gandum yang dianalisis kandungan proline menunjukkan hasil yang

berbeda-beda (Tabel 3.). Nilai proline tinggi dihasilkan oleh genotipe BASRIBEY diikuti ALTAR,

(7)

tersebut juga tertinggi dibandingkan genotipe yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan

proline mampu membantu tanaman untuk bertumbuh pada fase vegetatif dengan lebih baik. Genotipe

BASRIBEY dan LAJ3302 juga membentuk biji per malai lebih banyak dibandingkan genotipe yang

lain sehingga peran proline selain membantu tanaman untuk tumbuh maksimal pada fase vegetatif

juga berperan pada saat fase generatif terutama saat proses pembungaan dalam rangka

menghasilkan biji.

Tabel 3. Analisis Proline

Nama Genotipe Proline µg/g

Berat segar

OASIS 32,11

HP1744 27,54

LAJ3302/2*MO88 39,30

RABE/2*MO88 28,25

H-21 37,19

G-21 35,79

ALTAR 84 76,84

MENEMEN 42,28

BASRIBEY 111,93

SELAYAR 34,21

KESIMPULAN

Kesimpulan dari kegiatan seleksi 10 genotipe gandum adalah pertumbuhan tanaman gandum pada

dataran rendah tropis menunjukkan hasil yang kurang baik dibandingkan dengan penanaman

gandum di wilayah dataran tinggi dengan kecukupan air, seleksi yang dilakukan menunjukkan dari

pengamatan fenotipe di lapangan, daya adaptasi 5 genotipeterbaik ditunjukkan oleh genotipe

LAJ3302, OASIS, MENEMEN dan ALTAR, serta dibuktikan dengan hasil analisis proline yaitu

genotipe BASRIBEY, ALTAR, MENEMEN, LAJ3302 menunjukkan jumlah proline tertinggi

dibandingkan genotipe yang lain. Dapat diambil kesimpulan bahwa genotipe yang berpotensi mampu

dikembangkan di wilayah dataran rendah adalah ALTAR, BASRIBEY, MENEMEN dan LAJ3302.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pada setiap pihak yang sudah membantu terutama kepada

Dikti yang memberikan dana penelitian, juga kepada dosen pembimbing, Ibu Dr. Nugraheni

Widyawati dan Bpk Ir. Djoko Murdono, MS. yang telah memberi masukkan dan pengarahan selama

penelitian dilaksanakan. Peneliti juga menyampaikan terimakasih kepada Dr. Endang Pudjihartati

selaku ketua Program Studi Magister Agroekoteknologi yang selama ini juga sudah menjadi wali studi

dan memberi bimbingan dalam perkuliahan, terimakasih kepada Prof. Sony H. Priyanto sebagai

dekan yang tidak pernah berhenti mendorong dan menyemangati dalam banyak hal. Juga kepada

(8)

sampaikan terimakasih kepada panitia SNB 2014 yang telah bekerja sama dan mau menerima hasil

penelitian ini untuk diseminarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Barnet N.M. dan Naylor A. W. 1966. Amino Acid and Protein Metabolism in Bermuda Grass During Water stress. Plant Physiol. 41:1222-30

Bates, L.S. 1973. Rapid Determination Of Free Proline For Water-Stress Studies. Plant and soil. 39: 205-207.

Changhai S., Baodi1 D., Yunzhou Q., Yuxin L., Lei S., Mengyu L., Haipei. 2010. Physiological regulation of high transpiration efficiency in winter wheat under drought conditions. Plant Soil Environ. Vol. 56, 2010 (7): 340–347.

Jones HG, Corlett JE. 1992. Current Topics In Drought Physiology. Journal of Agric Science. 49: 291-296.

Kramer PJ. 1983. Water Relations Of Plants. Academic Press, Inc.

Maralian H., Ebadi A., Didar T. R dan Eghrari B. 2010. Influence of water deficit stress on wheat grain yield and proline accumulation rate. African Journal of Agricultural Research, Vol. 5 (4) pp. 286-289, 18 February, 2010.

Marcia M. Aqil dan Muslimah H. 2011. Inovasi Gandum Adaptif Dataran Rendah. Badan Litbang Pertanian. Edisi 26 Januari – 1 Februari 2011 No. 3390 Tahun XLI.

Nur Amin, Trikoesoemaningtyas, Khumaida Nurul dan Sujiprihati Sriani. 2010. Phenologi Pertumbuhan dan Produksi Gandum pada Lingkungan Tropika Basah. Prosiding Pekan Serealia Nasional. ISSN: 978-979-8940-29-3. hal 188-189.

Riduan A, Santoso J, Utomo SD, Sudarsono. 2007. Hubungan Antara Ekspresi Gen P5CS Dengan Pertumbuhan Dan Hasil Biomasa Tembakau Transgenik Dalam Kondisi Non-Stres. Agrotropika 12: 1-9

Samosir, Aditya Permana. 2011. Adaptabilitas Varietas Gandum Introduksi di Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Gambar 1. Grafik laju peningkatan tinggi tanaman
Gambar 2. Jumlah daun
Tabel 1. Persentase tanaman bertahan hidup
Tabel 2. Data hasil panen
+2

Referensi

Dokumen terkait

- Peserta didik mampu menguji hasil konfigurasi VLAN pada cisco dengan terampil.. Alat,Media dan

Disamping itu, karbamazepin tablet atau kapsul hasil racikan dari tablet akan kehilangan sepertiga dari efektivitasnya bila disimpan pada tempat dengan kelembaban 97% pada

data dan menentukan diagnose keperawatan, menentukan outcome keperawatan, menyusun rencana keperawatan, mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi hasil asuhan keperawatan

Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah peneliti itu sendiri.. Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia

 Volume darah serebral 7% dari volume intrakranial (invivo pada manusia) Jika taksiran ini benar, pengembangan massa di kepala bisa mencapai ukuran sedang tanpa meningkatkan TIK

Pada cara bulu domba, sampel diikat oleh bulu domba yang telah dibebas lemakkan lalu zat warna yang telah diikat oleh bulu domba dibebaskan lagi oleh penambahan

Berdasarkan penjelasan tersebut maka tidak berwenangnya KPK mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) dapat dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, yang

1) Penelitian berguna dalam memberikan wacana terhadap penulis tentang bimbingan konseling Islam terhadap terwujudnya keluarga sakinah. 2) Dapat digunakan untuk bahan