• Tidak ada hasil yang ditemukan

20559 24589 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " 20559 24589 1 PB"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN :2301-9085

IDENTIFIKASI TAHAP PEMAHAMAN GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER PADA MATERI PERSGIPANJANG KELAS VII

SMP

Malikatun Ngilman Nafiah

Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya e-mail: ngilmannafiah@gmail.com

Endah Budi Rahaju

Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya e-mail: endahrahaju@unesa.ac.id

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesulitan yang dialami siswa pada materi geometri karena kurang memahami konsepnya. Kesulitan siswa tersebut dapat diketahui guru melalui identifikasi tahap pemahaman geometri siswa. Identifikasi tahap pemahaman geometri siswa merupakan penentuan pencapaian tentang tahap pemahaman siswa dalam mengartikan dan memberikan penjelasan tentang materi geometri yang pernah diterimanya menggunakan bahasanya sendiri ditinjau dari perbedaan gender. Teori yang digunakan untuk mengidentifikasi tahap pemahaman geometri siswa adalah teori Van Hiele yang memiliki 5 tahap pemahaman yaitu tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (pengurutan), tahap 3 (deduksi), dan tahap 4 (keakuratan).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tahap pemahaman geometri siswa berdasarkan teori Van Hiele ditinjau dari perbedaan gender kelas VII SMP pada materi persegipanjang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-1 SMPN 1 Prambon Nganjuk. Subjek yang dipilih adalah satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan, masing-masing pada tahap 1, 2, dan 4. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes dan wawancara yang digunakan untuk memperoleh data tahap pemahaman geometri siswa berdasarkan teori Van Hiele.

Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pencapaian subjek laki-laki dan perempuan adalah sama berdasarkan teori Van Hiele yaitu pada tahap 1, 2, dan 4, (2) pada subjek laki-laki dan perempuan yang dapat mencapai tahap 1, dalam mengerjakan soal-soal pada tahap 0, masing-masing subjek kurang teliti dalam menunjukkan bentuk persegipanjang dan membedakan persegipanjang dengan bangun lain dalam segiempat, dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap analisis, masing-masing subjek mampu menyebutkan sifat-sifat persegipanjang dengan mengukur/melipat dan dapat menganalisa sifat-sifat persegipanjang, (3) pada subjek laki-laki dan perempuan yang dapat mencapai tahap 2, dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 0 dan 1 memiliki kesamaan dengan subjek pada tahap 1, dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap pengurutan, subjek laki-laki tidak dapat mendefinisikan persegipanjang secara singkat dan dapat menentukan hubungan antar bidang datar dalam segiempat sedangkan subjek perempuan dapat mendefinisikan persegipanjang secara singkat dan dapat menentukan hubungan antar bidang datar dalam segiempat, (4) pada subjek laki-laki dan perempuan yang dapat mencapai tahap 4, subjek laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 0, 1, dan 2, memiliki kesamaan dengan subjek pada tahap 2, masing-masing subjek dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 3 dapat mengerjakan soal pembuktian menggunakan sifat dari persegipanjang tetapi hal tersebut bukan merupakan pembuktian secara deduktif. Namun, pada saat wawancara subjek laki-laki dapat menjelaskan pembuktian secara deduktif, sedangkan subjek perempuan tidak dapat menjelaskan pembuktian.

Kata kunci: tahap pemahaman geometri, teori Van Hiele, perbedaan gender, persegipanjang.

Abstract

(2)

The purpose of this research wass to describe the students’ understanding level of geometry based on the Van Hiele’s theory reviewed by gender differences of 7th grade junior high school.

This research was a qualitative research. This research was held at grade VII-1 of 1 Prambon Nganjuk Junior High School. The subjects chosen were one male and one female student at level 1, 2, and 4. The data were collected by giving test and interviews to obtain the understanding level of geometry based on Van Hiele’s theory.

Based on the analysis of the test an interview results indicated that: (1) the achievement of male and female subjects were equal at level 1, 2, and 4, (2) the subject of male and female who can reach the level 1, on solving problems at the level 0, each of the subject haven’t careful in choosing and showing the shape of a rectangle and distinguishing the rectangle to others square, on solving questions that indicate the level of analysis, each of the subject being able to mention the properties of a rectangle by measuring/folding and can analyze the properties of the rectangle, (3) on the subject of male and female who can reach level 2, on solving problems on level 0 and 1, have the similarity with the subject on stage 1, in solving problems that indicate the sorting level, the male subject cannot define a rectangle by short definition and can determine the relationship between a square with the other square. While the female subject can define a rectangle by short definition and can determine the relationship between a square with the other square, (4) on the subject of male and female who can reach stage 4, each of the subject on solving problems on level 0, 1, and 2, have the similarity with the subject on level 2, on solving problems on level 3 can solve the proof question using properties of a rectangle but it is not a deductive proofs. However, when interviewing the male subject can explain in deductive proofs, while the female subject could not explain the deductive proofs.

Keywords: understanding level of geometry, Van Hiele’s theory, gender differences, rectangle.

PENDAHULUAN

Salah satu cabang materi matematika adalah geometri. Menurut Susanah dan Hartono (2011), geometri mempelajari hubungan antara titik-titik, garis-garis, sudut-sudut, bidang-bidang serta bidang datar dan bangun ruang. Budiarto (dalam Abdussakir, 2010) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran geometri adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis, mengembangkan intuisi keruangan, menanamkan pengetahuan untuk menunjang materi yang lain, dan dapat membaca serta menginterpretasikan argumen-argumen matematik. Menurut Usiskin (dalam Sulaiha, 2016: 1), terdapat 3 alasan tentang pentingnya geometri: pertama, geometri merupakan satu-satunya ilmu yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata. Kedua, geometri satu-satunya yang memungkinkan ide-ide dari bidang matematika yang lain untuk digambar. Ketiga, geometri dapat memberi contoh yang tak tunggal tentang sistem matematika. Namun, masih banyak siswa yang berasumsi bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Menurut Freedman (dalam Hatip, 2008), kesulitan siswa dalam geometri karena kesalahan-kesalahan dalam menyelesaikan masalah geometri. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Basuki (2012), bagi kebanyakan siswa, kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan sebuah pertanyaan tentang bidang datar adalah kurang memahami konsepnya.

Geometri memiliki beberapa sub materi salah satunya yaitu bidang datar. Dalam sub materi bidang datar terdapat beberapa sub bahasan, seperti segiempat dan segitiga. Pada materi segiempat SMP membahas mengenai persegi, persegipanjang, jajargenjang, belahketupat, layang-layang, dan trapesium. Dari beberapa macam segiempat, persegipanjang dapat digunakan sebagai dasar mempelajari bidang datar lain, seperti jajargenjang. Menurut Hudojo (dalam Chairani,

2013) bahwa jika seseorang ingin mempelajari materi B yang mendasarkan pada materi A, maka ia harus mempelajari materi A terlebih dahulu sebelum mempelajari materi B. Dalam penelitian ini, peneliti memilih materi persegipanjang karena menurut Nurmalasari (2016) bahwa persegipanjang salah satu materi yang aplikatif dalam kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu persegipanjang juga digunakan sebagai materi prasyarat untuk materi selanjutnya yaitu segitiga dan bangun ruang.

(3)

Dalam menyelesaikan sebuah pertanyaan, perbedaan gender berpengaruh pada hasil penyelesaiannya. “Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu “genus”, berarti tipe atau jenis” (Pramono, 2006). Menurut Juhaevah (2016), konteks gender pada penelitian dengan subjek siswa SMP belum mempertimbangkan konstruksi sosial lebih jauh karena pada umumnya siswa SMP berada pada peran sosial yang masih rendah atau bahkan belum memiliki peran sosial. Zhu (dalam Afandi, 2015) menyatakan bahwa perbedaan gender dan kemampuan turut berpengaruh dalam cara berpikir untuk menyelesaikan masalah matematika. Hal itu sejalan dengan pernyataan Utomo (2013) bahwa siswa laki-laki lebih mudah memahami masalah geometri dibandingkan siswa perempuan. Tetapi siswa perempuan lebih teliti dalam memeriksa kembali penyelesaian. Sedangkan dalam tahap merencanakan dan menyelesaikan, siswa laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh pemahaman dan cara mereka mengolah informasi yang diperoleh sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Identifikasi Tahap Pemahaman Geometri Siswa Berdasarkan Teori Van Hiele Ditinjau dari Perbedaan Gender pada Materi Persegipanjang Kelas VII SMP”.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, pertanyaan penelitian yang diajukan peneliti adalah Bagaimana tahap pemahaman geometri siswa kelas VII SMP pada materi persegipanjang berdasarkan teori Van Hiele ditinjau dari perbedaan gender?

Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti memerlukan pengetahuan mengenai beberapa teori yang mendukung penelitian ini, yaitu: tahap pemahaman pernah diterimanya menggunakan bahasanya sendiri dalam menyelesaikan sebuah pertanyaan.

Teori Van Hiele merupakan suatu teori yang berisi tahap-tahap pemahaman geometri meliputi tahap 0 (visualisasi), tahap 1 (analisis), tahap 2 (pengurutan), tahap 3 (deduksi), tahap 4 (keakuratan).

Perbedaan gender adalah perbedaan sifat dan perilaku pada laki-laki dan perempuan yang dapat dibentuk secara sosial dan budaya.

Untuk menentukan tahap pemahaman geometri siswa berdasarkan gender, peneliti menggunakan teori Van Hiele. Hubungan antara perbedaan gender dan teori Van Hiele sebagai berikut.

Tahap pemahaman geometri yang ditinjau dari perbedaan gender akan memberikan hasil yang berbeda. Karena menurut Kartono (dalam Ningrum, 2013) menyatakan bahwa perempuan pada umumnya lebih detail dalam memperhatikan sesuatu dibandingkan laki-laki. Namun, perempuan cenderung kurang kritis sehingga umum, laki-laki memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengerjakan tugas-tugas yang berupa visual-spasial dari pada perempuan. Menurut Zhu (dalam Sunarya, 2013), secara umum siswa laki-laki cenderung memiliki pencapaian lebih baik di bidang matematika dibanding dengan siswa perempuan. Namun pada penelitian yang dilakukan oleh Alifah (2012), tingkat berpikir geometri siswa laki-laki menurut teori Van Hiele pada materi pokok segiempat adalah berada pada tingkat 1 (analisis), tingkat berpikir geometri laki-laki dan perempuan berada pada tahap yang sama yaitu berada pada pencapaian tinggi pada tahap 0 visualisasi, pencapaian sedang pada tahap 1 analisis, dan pencapaian sangat rendah (tidak mencapai) pada tahap 2 pengurutan dan tahap 3 deduksi.

Berdasarkan urain di atas, tahap pemahaman geometri yang dapat dicapai siswa laki-laki dan perempuan akan berebeda karena masing-masing memiliki keunggulan dalam menyelesaikan suatu pertanyaan. Namun, berdasarkan kedua penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa tahap pemahaman geometri yang dapat dicapai siswa laki-laki dan perempuan berada pada level yang sama.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan mendeskripsikan pencapaian tahap pemahaman geometri siswa berdasarkan teori Van Hiele ditinjau dari perbedaan gender. Untuk mendeskripsikannya, siswa dalam satu kelas dikelompokkan sesuai tahap pemahaman geometri berdasarkan teori Van Hiele menggunakan tes tulis. Pada masing-masing tahap, peneliti memilih satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan pada setiap tahap dan memiliki pencapaian yang sama.

(4)

pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada tahap-tahap pemahaman teori Van Hiele. Berikut indikator soal tes.

Tahap persegipanjang yang telah dipilih pada nomor 1 dengan gambar-gambar segiempat yang lain.

Tahap 1

Analisis 3 Menyebutkanpersegipanjang. 3 sifat 4 Menyebutkan bidang datar segiempat berdasarkan sifat-sifat yang telah diketahui. 5 Menganalisa sifat

persegipanjang yaitu jumlah sudutnya 360°.

Tahap 2

Pengurutan 6 Mendefinisikan persegipanjangberdasarkan sifat-sifatnya. 7 Menyederhanakan definisi yang

telah dibuat pada nomor 6. 8 Menjustifikasi benar atau salah

pernyataan “persegipanjang termasuk jajargenjang” beserta penjelasannya.

Tahap 3 Deduksi

9 Membuktikan tiga sudut siku-siku yang lain pada pergesipanjang jika diketahui salah satu sudutnya siku-siku.

Keakuratan 12 Membandingkan dua definisipersegipanjang yang telah diberikan.

Analisis data dilakukan berdasarkan analisis hasil tes dan transkrip wawancara. Dari hasil tes dan transkrip wawancara akan dideskripsikan tahap pemahaman geometri berdasarkan teori Van Hiele ditinjau dari perbedaan gender.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data yang dilakukan peneliti, berikut adalah hasil dan pembahasan pada penelitian ini. a. Tahap 1 (Analisis)

Dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap visualisasi, subjek MDR dan AAPK melakukan kesalahan yang sama yaitu terletak pada tingkat ketelitian. Jadi, dari subjek MDR dan AAPK tidak ada yang dapat memilih dan menunjukkan bentuk persegipanjang dan dapat membedakan persegipanjang dengan bangun lain dalam segiempat dengan benar.

Dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap analisis, subjek MDR dan AAPK mampu mengerjakan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya dapat menyebutkan sifat-sifat persegipanjang dengan mengukur/melipat dan dapat menganalisa sifat-sifat persegipanjang.

Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kartono (dalam Ningrum, 2013) yang menyatakan bahwa perempuan pada umumnya lebih detail dalam memperhatikan sesuatu dibandingkan laki-laki. Tetapi hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang relevan, yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa laki-laki dan perempuan dalam tes tahap pemahaman geometri berdasarkan teori Van Hiele adalah sama (Sudarmanto, 2012 dan Alifah, 2012).

b. Tahap 2 (Pengurutan)

Dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan pada tahap visualisasi, subjek MYF dan KM memiliki kesamaan yaitu tidak dapat menyelesaikan soal-soal pada tahap 0 (visualisasi). Namun subjek dapat mengerjakan soal-soal pada tahap 1.

Dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan tahap 2, terdapat perbedaan antara subjek MYF dan KM yaitu pada indikator mendefinisikan persegipanjang berdasarkan sifat-sifatnya. Subjek MYF tidak dapat mendefinisikan secara singkat, sedangkan subjek KM mendefinisikan dengan menggunakan sifat yang dianggap penting. Hal ini bertentangan dengan pendapat Kartono (dalam Ningrum, 2013) karena subjek MYF kurang mampu membedakan antara bagian-bagian yang penting dan bagian yang kurang penting.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa subjek perempuan mampu membedakan antara bagian-bagian yang penting dan bagian yang kurang penting sehingga hal ini bertentangan dengan pendapat Kartono (dalam Ningrum, 2013) yaitu perempuan cenderung kurang kritis sehingga kurang mampu membedakan antara bagian-bagian yang penting dan bagian yang kurang penting.

c. Tahap 4 (Keakuratan)

(5)

dilihat berdasarkan transkrip wawancara, subjek BBS lebih unggul dalam menalar dibandingkan subjek perempuan.

Dalam menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan pada tahap keakuratan, hanya ada beberapa subjek yang dapat mengerjakannya, mayoritas subjek laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa subjek laki-laki lebih unggul dalam menalar dibandingkan subjek perempuan.

Dari uraian di atas, subjek laki-laki lebih unggul dalam menalar dibandingkan subjek perempuan tapi terkadang subjek laki-laki kurang teliti dan kurang detail dibandingkan subjek perempuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ormrod (dalam Alifah, 2012), secara umum, laki-laki memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengerjakan tugas-tugas yang berupa visual-spasial dari pada perempuan dan pendapat Kartono (dalam Ningrum, 2013), perempuan pada umumnya lebih detail dalam memperhatikan sesuatu dibandingkan laki-laki.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi tahap pemahaman geometri siswa berdasarkan Teori Van Hiele ditinjau dari perbedaan gender pada materi persegipanjang sebagai berikut.

1. Subjek Laki-laki

Tahap yang dapat dicapai subjek laki-laki meliputi tahap 1, 2, dan 4.

a. Tahap 1

Dalam mengerjakan soal-soal pada tahap 0, subjek laki-laki tidak dapat menyelesaikan dengan benar. Hal ini terjadi karena subjek laki-laki kurang teliti dalam memilih dan menunjukkan bentuk persegipanjang dan membedakan persegipanjang dengan bangun lain dalam segiempat.

Dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap analisis, subjek laki-laki mampu mengerjakan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa subjek laki-laki dapat menyebutkan sifat-sifat persegipanjang dengan mengukur/melipat dan dapat menganalisa sifat-sifat persegipanjang.

b. Tahap 2

Dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 0 dan 1, subjek laki-laki pada tahap 2 memiliki kesamaan dengan subjek pada tahap 1.

Dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap pengurutan, subjek laki-laki tidak dapat mendefinisikan persegipanjang secara singkat. Subjek laki-laki dapat menentukan hubungan antar bidang datar dalam segiempat c. Tahap 4

Dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 0, 1, dan 2, subjek laki-laki pada tahap 4 memiliki kesamaan dengan subjek pada tahap 2.

Subjek laki-laki dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 3 dapat mengerjakan soal-soal pembuktian menggunakan sifat dari persegipanjang tetapi hal tersebut bukan merupakan pembuktian secara deduktif. Hal tersebut berbeda ketika wawancara berlangsung, subjek laki-laki dapat menjelaskan pembuktian secara deduktif.

Dalam menyelesaikan pertanyaan pada tahap keakuratan, hanya ada beberapa subjek yang dapat mengerjakannya, mayoritas subjek laki-laki. Hal ini menunjukkan bahwa subjek laki-laki lebih unggul dalam menalar dibandingkan subjek perempuan.

2. Subjek Perempuan

Tahap yang dapat dicapai subjek perempuan meliputi tahap 1, 2, dan 4.

a. Tahap 1

Dalam mengerjakan soal-soal pada tahap 0, subjek perempuan tidak dapat menyelesaikan dengan benar. Hal ini terjadi karena subjek kurang teliti dalam memilih dan menunjukkan bentuk persegipanjang dan membedakan persegipanjang dengan bangun lain dalam segiempat.

Dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap analisis, subjek perempuan mampu mengerjakan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dapat menyebutkan sifat-sifat persegipanjang dengan mengukur/melipat dan dapat menganalisa sifat-sifat persegipanjang.

b. Tahap 2

Dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 0 dan 1, subjek perempuan pada tahap 2 memiliki kesamaan dengan subjek pada tahap 1.

Dalam menyelesaikan pertanyaan yang menunjukkan tahap pengurutan, subjek perempuan dapat mendefinisikan persegipanjang secara singkat. Subjek perempuan dapat menentukan hubungan antar bidang datar dalam segiempat

c. Tahap 4

Dalam menyelesaikan soal-soal pada tahap 0, 1, dan 2, subjek perempuan pada tahap 4 memiliki kesamaan dengan subjek pada tahap 2.

(6)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan merupakan gambar persegipanjang. Guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk selalu membawa penggaris dan busur derajat ketika materi geometri karena alat tersebut digunakan untuk membuktikan secara empiris.

2. Berdasarkan hasil penelitian, subjek laki-laki kurang teliti dibandingkan subjek perempuan sehingga guru sebaiknya mengingatkan untuk memeriksa kembali hasil pekerjaan mereka. Selain itu, penalaran subjek perempuan lebih rendah dibandingkan subjek laki-laki sehingga perlu diberikan latihan-latihan untuk melatih penalarannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2010. “Pembelajaran Geometri Sesuai Teori van Hiele”. El-Hikmah: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan. Vol. 7 (2): ISSN 1693-1499.

Afandi, Ahmad. 2015. Profil Penalaran Deduktif Siswa SMP Dalam Menyelesaikan Masalah Geometri Berdasarkan Perbedaan Gender. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Surabaya.

Aisyah, Nyimas, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas.

Alifah, Siti Kurotul. 2012. Identifikasi Tingkat Berpikir Geometri Siswa Menurut Teori Van Hiele Ditinjau dari Perbedaan Gender pada Materi Pokok Segiempat (Studi Kasus Kelas VII SMPN 2 Gedangan). Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Basuki, Novila Rahmad. 2012. “Analisis Kesulitan Siswa SMK pada Materi Pokok Geometri dan Alternatif Pemecahannya”. Makalah disajikan dalam

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan

Matematika universitas Muhamadiyah Surakarta,

Surakarta, 9 Mei.

Chairani, Zahra. 2013. “Implikasi Teori Van Hiele Dalam Pembelajaran Geometri”. Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol. 8 (1): 20-29.

Hatip, Ahmad. 2008. Proses Berpikir Kreatif Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal-soal Faktorisasi Suku Aljabar Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan

Matematika dan Perbedaan Gender. Tesis tidak

dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Surabaya.

Juhaevah, Fahruh. 2016. Profil Kemampuan Berpikir Reflektif Siswa dalam Memecahkan Masalah

Matematika Standar PISA Ditinjau darI

Perbedaan Gender. Tesis tidak dipublikasikan.

Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Surabaya.

Ningrum, Retno Kusuma. 2013. Profil Penalaran Analogi Siswa Sekolah Menengah Pertama Ditinjau dari Perbedaan Gender. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Nurmalasari. 2016. PERBANDINGAN PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DITINJAU DARI KETERBUKAAN DAN KEKONTEKSTUALAN MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATERI PENYELESAIAN MASALAH BANGUN DATAR (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Citimun II dan SDN Cibeureum II di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang). Bandung: Universitas Pendidikan Indinesia.

Pramono, Bagus. 2006. Hakekat Perempuan. (http://artikel.sabda.org/hakekat_perempuan

diakses pada tanggal 7 Desember 2016).

Purwanti, Indah. 2012. Studi Kasus Tentang Pemahaman Orang Tua yang Memiliki Anak Berkebutuhan Khususdi SDN Kembangan Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Shoimah, Retno Nuzilatus. 2014. Peningkatan Pemahaman Mata Pelajaran PKn Materi Globalisasi Melalui Strategi Critical Incident pada Siswa Kelas IV MI Ma’arif NU Sukodad. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sudarmanto. 2012. Tahap Berpikir Siswa Berdasarkan Teori van Hiele dalam Belajar Geometri di Kelas VII SMP Negeri 1 Sumbergempol Tulungagung Tahun Ajaran 2011/2012. Tulungagung: IAIN Tulungagung.

Sugiono, Dendy, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sulaiha. 2016. Profil Berpikir Geometri Siswa MTs pada

Materi Bangun Segiempat Ditinjau dari Gaya Kognitif. Tesis tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana (PPs) Universitas Negeri Surabaya.

Sunarya, Linda; Tri Atmojo Kusmayadi; dan Gatut Iswahyudi. 2013. “Profil Tingkat Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII SMP Negeri 16 Surakarta dalam Pemecahan Masalah Aritmatika Sosial Ditinjau dari Motivasi dan Gender”. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 1 (7): hal. 712-720.

(7)

Gambar

gambar  persegipanjangdi antara gambar-gambar

Referensi

Dokumen terkait

Pada kromatografi kolom didapatkan 7 fraksi hasil pemisahan dengan fase gerak etanol-air (70:30) dan pada kromatografi lapis tipis, fraksi yang menunjukkan

Pada dasarnya, perencanaan pendidikan yang ditawarkan oleh nabi muhammad berdasarkan Al-Qur’an dan hadits-haditsnya adalah perencanaan secara global. Dalam hal ini yang

(2) Materi LPPD dan LKPJ Kepala Desa disampaikan oleh pejabat pengganti atau pelaksana tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini,

Linoff, (2004) dalam buku Data Mining Technique for Marketing, Sales, and Customer Support mendefinisikan data mining merupakan proses penggalihan data dengan melakukan

Memperlihatkan bahwa pada kecepatan aliran udara 4,1 m/s laju pelepasan kalor kondensor sebesar 4,918 kW, sehingga mengalami kenaikan pada kecepatan aliran udara

Setelah melakukan analisa hasil pengujian, hasil penelitian Pengaruh Penambahan Tumbukan Kulit Kerang Jenis Anadara Granosa Sebagai Agregat Halus Terhadap Kuat Tekan Beton Mutu

Telur itik mempunyai reputasi sulit untuk ditetaskan dibanding dengan telur ayam karena waktu untuk menetas 28 hari sedangkan pada ayam hanya 21 hari, sehingga lebih banyak waktu

Analisis hidrologi digunakan untuk menghitung debit banjir rencana dengan menggunakan metode rasional, dimana debit rencana yang digunakan adalah periode ulang 10