PERENCANAAN POLA ALIRAN SALURAN DRAINASE SEKUNDER PADA SISTEM I DI KOTA DENPASAR
Siti Nur Indah Sari¹, I Gusti Ngurah Kerta Arsana2, I Pt. Gustave Suryantara P.²
1Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
2Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Denpasar
E-mail: iinnairasari@gmail.com
Abstrak: Banjir merupakan salah satu problema yang sering terjadi di kota-kota besar. Masalah banjir juga tidak lepas dari Kota Denpasar akibat pertambahan penduduk yang meningkat setiap tahun. Berdasarkan data dari BPS kepadatan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2012 telah mencapai 6.526
jiwa per-km2. Laju pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar pada tahun 2013 mencapai 2,09%. Dari tahun
ke tahun luas lahan pertanian di Kota Denpasar terus mengalami penurunan. Sebagai sebuah kota besar dengan perkembangan ekonomi yang sudah maju, sebagian besar lahan di Kota Denpasar tidak diperuntukkan sebagai lahan pertanian. Pada tahun 2012, lahan pertanian di Denpasar hanya meliputi 19,71 persen dari total wilayah Denpasar. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 total industri yang ada di Denpasar meningkat dari 1.337 menjadi 1.563 atau meningkat sebesar 16,90 persen. Akibatnya daerah resapan berkurang dan pada saat musim hujan tiba banjir melanda.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu solusi yang ditawarkan adalah perencanaan pola aliran saluran drinase sekunder. Perencanaan dilakukan dengan melakukan penataan pola aliran saluran drainase sekunder baru, analisis hidrologi dan analisis hidrolika. Analisis hidrologi digunakan untuk menghitung debit banjir rencana dengan menggunakan metode rasional, dimana debit rencana yang digunakan adalah periode ulang 10 tahun. Analisis hidrolika diperlukan untuk mengetahui kapasitas eksisting sudah mampu menampung debit banjir rencana atau tidak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kapasitas eksisting tidak mampu menampung debit banjir rencana periode ulang 10 tahun, sehingga perlu perencanaan dimensi saluran. Berdasarkan kondisi wilayah studi, maka direncanakan saluran drainase sekunder dengan menggunakan box culvert.
Kata kunci : sistem drainase, drainase sekunder, banjir, pola aliran
PLANNING SECONDARY DRAINAGE CHANNELS FLOW PATTERN ON SYSTEM I IN DENPASAR
Abstract: Flood is one of the problems that often occur in large cities. Flooding problems are also not free from Denpasar due to population growth increasing every year. Based on data from BPS population density in Denpasar in 2012 has reached 6,526 people per km2. The rate of population growth in Denpasar in 2013 reached 2.09%. From year to year the agricultural land area in Denpasar continue to decline. As a large city with economic development that have been developed, most of the land in Denpasar are not designated as agricultural land. In 2012, agricultural land in Denpasar only covers 19.71 percent of the total area of Denpasar. Conversion of agricultural land into non-agricultural land each year has increased. In 2013 the total industry in Denpasar increased from 1,337 becomes 1,563 or an increase of 16.90 percent. Catchment areas and consequently reduced during the rainy season flooding.
To overcome these problems, one solution offered is planning a secondary flow pattern drinase channel. Planning is done by making the arrangement pattern of the new secondary drainage channel flow, analysis of hydrologic and hydraulic analysis. Hydrological analysis is used to calculate the flood discharge plan using the rational method, where the discharge plan used was 10-year return period. Hydraulics analysis is needed to determine the existing capacity has been able to accommodate the flood discharge plan or not.
The analysis shows that the existing capacity can not accommodate the flood discharge plans return period of 10 years, so it needs planning channel dimensions. Under the conditions of the study area, it is planned to use a secondary drainage box culvert.
PENDAHULUAN
Pada dasarnya sistem drainase dalam suatu wilayah sudah tersedia di alam atau disediakan oleh alam berupa sungai beserta saluran alami lainnya yang mengarah ke sungai induk. Peningkatan
pertambahan penduduk yang membutuhkan
permukiman sebagai tempat tinggal maka
penggunaan lahan semakin meningkat pula. Sehingga mengakibatkan terganggunya aliran air yang berlebih dan bertambahnya air yang harus dibuang melalui saluran pembuang. Saluran yang telah adapun sudah tidak memadai lagi untuk menampung buangan air berlebih, maka perlu memperbesar dimensi atau
menambah saluran drainase. Hal ini untuk
menghindari terjadinya genangan-genangan air yang dapat mengganggu aktifitas manusia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Denpasar, penduduk Kota Denpasar pada tahun 2013 berjumlah 846.200 jiwa yang terdiri dari 432.000 penduduk laki-laki (51,05%) dan 414.200 penduduk perempuan (48,95%). Kepadatan penduduk pada tahun 2012 telah mencapai 6.526 jiwa per-km2.
Angka ini merupakan angka tertinggi di Propinsi Bali.
Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2013
mencapai 2,09%. Dari tahun ke tahun luas lahan pertanian terus mengalami penurunan. Sebagai sebuah kota besar dengan perkembangan ekonomi yang sudah maju, sebagian besar lahan di Kota Denpasar tidak diperuntukkan sebagai lahan pertanian. Pada tahun 2012, lahan pertanian hanya meliputi 19,71 persen dari total wilayah Denpasar yang meliputi sawah, tegalan, dan perkebunan. Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan bukan pertanian setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 total industri yang ada di Denpasar meningkat dari 1.337 menjadi 1.563 atau meningkat sebesar 16,90 persen.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, Kota Denpasar juga tidak terlepas dari masalah kelebihan air atau banjir. Salah satunya yang terjadi di daerah tangkapan sistem I di bagian kanan dan kiri sempadan sungai banyak terdapat permukiman penduduk yang cukup padat. Pada saat musim hujan tiba aliran di saluran sekunder mengalami luapan
yang mengkhawatirkan. Secara umum faktor
penyebab banjir pada saluran drainase sekunder di Denpasar adalah sebagai berikut :
a. Adanya sedimen dan sampah sehingga
menyumbat saluran dan air tidak dapat mengalir dengan lancar.
b. Kurangnya pemeliharaan sehingga beberapa saluran rusak dan tidak berfungsi dengan baik. c. Adanya perubahan tata guna lahan sehingga
berkurangnya daerah resapan.
d. Dimensi saluran yang tidak mencukupi sehingga tidak mampu menampung debit air berlebih saat hujan.
Dalam perencanaan ini dilakukan penataan ulang pola aliran saluran drainase sekunder. Perencanaan berdasarkan pada kondisi aliran di lapangan dan analisis hidrologi. Kapasitas eksisiting dihitung dengan menggunakan analisis hidrolika.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir pada tingkat saluran drainase sekunder pada sistem I (Tukad Badung).
2. Untuk merencanakan pola aliran saluran drainase sekunder pada sistem I (Tukad Badung) dengan analisis hidrologi dan hidrolika.
MATERI DAN METODE
Sistem Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya).
Menurut Suripin (2004), drainase mempunyai
arti mengalirkan, menguras, membuang atau
mengalihkan air. Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.
Bila ditinjau dari segi fisik (hirarki susunan saluran) sistem drainase diklasifikasikan atas saluran drainase primer, saluran drainase sekunder, saluran drainase tersier dan saluran drainase kwarter.
Analisis Hidrologi
Untuk menyelesaikan persoalan drainase
sangat berhubungan dengan aspek hidrologi
khususnya masalah hujan sebagai sumber air yang akan dialirkan pada sistem drainase dan limpasan sebagai akibat tidak mempunyai sistem drainase mengalirkan ke tempat pembuangan akhir. Desain
hidrologi diperlukan untuk mengetahui debit
pengaliran.
Analisis Curah Hujan Daerah
Curah hujan yang diperlukan untuk
penyusunan suatu rencangan pemanfaatan air dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Curah hujan ini disebut curah hujan daerah (areal rainfall) dan dinyatakan dalam mm. Ada 3 macam cara yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata pada areal tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos penakar atau pencatat (Soemarto, 1999).
Uji Konsistensi Data
Sebelum data hujan digunakan terlebih dahulu harus diuji untuk konsistensi data tersebut, karena hal
ini dapat mempengaruhi ketelitian hasil analisis. Cara
pengujian sederhana dapat dilakukan untuk
mendeteksi penyimpangan ini adalah dengan
menggunkan metode Rescaled Adjuster Partial Sums (RAPS) yaitu pengujian dengan menggunakan data hujan tahunan rata-rata dari stasiun itu sendiri yaitu dengan pengujian kumulatif penyimpangan kuadrat terhadar nilai reratanya (Sri Harto, 1993).
Analisis Frekuensi dan Probabilitas Curah Hujan
Distribusi frekuensi digunakan untuk
memperoleh probabilitas besaran curah hujan rencana dalam berbagai periode ulang. Dasar perhitungan distribusi frekuensi adalah parameter yang berkaitan dengan analisis data yang meliputi rata-rata, simpangan baku, koefisien variasi dan koefisien skewness (kecondongan atau kemencengan).
Analisis Intensitas Hujan
Intensitas hujan adalah tinggi atau kedalaman air hujan per satuan waktu. Hubungan antara intensitas, lama hujan dan frekuensi hujan biasanya
dinyatakan dalam lengkung Intensitas – Durasi –
Frekuensi (IDF). Diperlukan data hujan jangka pendek, misalnya 5 menit, 10 menit, 30 menit, 60 menit dan jam-jaman untuk membentuk lengkung IDF. Untuk menghitung intensitas curah hujan tersebut maka digunakan rumus Mononobe yaitu :
= 2424 24 2 3
dimana I adalah Intensitas hujan (mm/jam),t adalah lamanya hujan (jam) dan R24 adalah curah hujan maksimum harian (selama 24 jam)(mm).
Selanjutnya, berdasarkan data hujan jangka pendek tersebut lengkung IDF dapat dibuat dengan salah satu dari persamaan empiris berikut :
1. Menurut Sherman
2. Menurut Talbot
= ( + )
3. Menurut Ishiguro
dimana, I adalah intensitas curah hujan (mm/jam), t adalah lamanya curah hujan (jam) dan a,b adalah konstanta yang tergantung pada lama curah hujan yang terjadi di daerah aliran.
Analisis Debit Banjir Rencana (Q)
Debit rencana adalah debit maksimum yang akan dialirkan oleh saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan. Umumnya untuk menentukan debit aliran akibat air hujan diperoleh dari hubungan rasional antara air hujan dengan limpasannya (Metode Rasional). Metode rasional dapat dipakai apabila wilayah < 500 ha. Adapun rumusan perhitungan debit
rencana metode rasional adalah sebagai berikut (suripin, 2004).
Q = 0,278.C.I.A
dimana, Q adalah debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/dtk), C adalah koefisien aliran permukaan, I adalah intensitas hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam), A adalah luas daerah pengaliran (km2).
Koefisien Pengaliran (C)
Koefisien pengaliran (runoff coefficien) adalah perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir atau melimpas di atas permukaan tanah (surface run-off) dengan jumlah air hujan yang jatuh dari atmosfir (hujan total yang terjadi).
Waktu Konsentrasi (tc)
Waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh dan depresi-depresi kecil terpenuhi. Salah satu metode untuk memperkirakan konsentrasi adalah rumus yang dikembangkan oleh Hathway.
dimana, tc adalah waktu konsentrasi, L adalah panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau, S adalah kemiringan rata-rata saluran utama dalam m/m.
Analisis Hidrolika
Penentuan dimensi saluran baik eksisting atau yang direncanakan, berdasarkan debit maksimum yang akan dialirkan. Rumus yang digunakan adalah :
Qs=As.V
Dimana, Qs adalah debit maksimum yang dialirkan (m3/dt), As adalah luas penampang saluran (m2), V
adalah kecepatanrata-rata alirandi dalam saluran (m/det).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Survey Lapangan
Survey dilakukan dengan melakukan
pengamatan di lapangan dan karena pada saat survey kondisi cuaca cerah maka untuk mengetahui daerah-daerah genangan dilakukan dengan interview kepada
penduduk sekitar. Berdasarkan hasil survey,
didapatkan beberapa daerah genangan di sekitar wilayah studi seperti di bawah ini.
1. Jl. Gatot Subroto VI (di depan perum Graha
Mulia)
Saluran tersumbat oleh sampah dan sedimen
Saluran hanya ada di sisi kiri
Tinggi genangan 20-40 cm
2. Jl. Sutomo & sekitarnya (8) (1) (2) (3) (4) (5) (6)
Penyumbatan saluran akibat sampah dan saluran rusak
Tinggi genangan 10-20 cm
3. Jl. Gajah Mada
Tidak adanya daerah resapan
Tinggi genangan 10-20 cm
Analisis Hidrologi
Data curah hujan yang digunakan untuk perhitungan adalah curah hujan harian maksimum yang diperoleh dari BMKG selama 20 tahun dengan metode rata-rata aljabar.
Tabel 1. Analisis hujan harian maksimum
No. Tahun
Hujan Maksimum (mm) Hujan Harian Max Rata-rata (mm) Sta. Sumerta Sta. Sanglah 1 1994 154.00 60.00 107.00 2 1995 150.00 176.90 163.45 3 1996 137.00 159.60 148.30 4 1997 148.00 155.00 151.50 5 1998 93.00 77.50 85.25 6 1999 145.00 147.50 146.25 7 2000 110.00 227.80 168.90 8 2001 175.00 135.70 155.35 9 2002 129.00 80.00 104.50 10 2003 169.50 123.70 146.60 11 2004 163.00 112.10 137.55 12 2005 152.00 147.80 149.90 13 2006 131.00 106.00 118.50 14 2007 200.00 189.70 194.85 15 2008 130.00 106.00 118.00 16 2009 219.50 189.60 204.55 17 2010 134.70 89.00 111.85 18 2011 122.50 106.30 114.40 19 2012 98.90 92.90 95.90 20 2013 128.00 140.00 134.00 Rata - rata 144.51 131.16 137.83 Sumber : Hasil Analisis (2014)
Uji Konsistensi Data
Berdasarkan perhitungan dengan metode RAPS diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Untuk stasiun Sumerta
Dengan taraf signifikan 90 %, maka : (Q/n)0,5 = 0.555 < 1,10 ---> Ok !
(R/n)0,5 = 0.936 < 1,34 ---> Ok !
Data hujan Sta. Sumerta konsisten, berarti tidak perlu perbaikan data.
2. Untuk stasiun Sanglah
Dengan taraf signifikan 90 %, maka : (Q/n)0,5 = 0.507 < 1,10 ---> Ok !
(R/n)0,5 = 0.880 < 1,34 ---> Ok !
Data hujan Sta. Sanglah konsisten, berarti tidak perlu perbaikan data.
Analisis Hujan Rancangan
Analisis dilakukan dengan menggunakan distribusi Log Pearson Type III berdasarkan persyaratan yang ada. Dari hasil analisis didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Hasil analisis curah hujan rancangan metode Log Pearson Type III
Period
Tr Log Pearson Type III
(Tahun) Method 1 1.01 77.253 2 2 135.025 3 5 163.432 4 10 180.109 5 25 199.410 6 50 212.777 7 100 225.311 8 200 237.440 9 500 247.002 10 1000 263.801 No Design Rainfall (mm)
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Analisis Intensitas Hujan
Untuk mendapatkan grafik IDF, maka perlu dilakukan perbandingan hasil dari rumus-rumus yang digunakan dalam mencari intensitas curah hujan untuk mendapatkan perbandingan paling kecil. Berikut ini hasil analisis perbandingan rumus-rumus intensitas curah hujan.
Tabel 3. Perbandingan kecocokan rumus-rumus
intensitas curah hujan 10 tahun
Talbot Sherman Ishiguro Talbot Sherman Ishiguro
1 5 327.28 258.2914 325.53 391.28 68.99 1.75 64.00 2 10 206.173 212.3712 204.60 198.77 6.20 1.58 7.41 3 15 157.34 180.3141 155.93 144.29 22.97 1.41 13.05 4 20 129.881 156.6657 128.59 117.21 26.78 1.29 12.67 5 30 99.1178 124.1111 98.00 89.15 24.99 1.12 9.97 6 45 75.6411 94.61883 74.69 68.93 18.98 0.95 6.71 7 60 62.4403 76.45176 61.59 57.87 14.01 0.85 4.57 8 120 39.3349 43.24169 38.71 38.68 3.91 0.62 0.66 9 180 30.0182 30.14635 29.50 30.83 0.13 0.52 0.81 10 240 24.7795 23.13893 24.33 26.33 1.64 0.45 1.55 11 360 18.9103 15.79565 18.54 21.15 3.11 0.37 2.24 12 720 11.9127 8.091748 11.65 14.64 3.82 0.26 2.73 195.54 11.16 126.37 16.29 0.93 10.53 (s M (s
No. t I Intensitas hujan (I) Deviasi M (s
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Tabel 4. Rekapitulasi Kurva Intensity – Duration –
Frequency (IDF) 2 5 10 25 50 100 200 1 5 245.36 296.98 325.53 362.35 386.64 409.42 431.46 2 10 154.56 187.08 204.60 228.27 243.57 257.92 271.80 3 15 117.95 142.77 155.93 174.20 185.88 196.83 207.42 4 20 97.37 117.85 128.59 143.80 153.44 162.48 171.22 5 30 74.31 89.94 98.00 109.74 117.10 123.99 130.67 6 45 56.71 68.64 74.69 83.75 89.36 94.62 99.72 7 60 46.81 56.66 61.59 69.13 73.77 78.11 82.32 8 120 29.49 35.69 38.71 43.55 46.47 49.21 51.86 9 180 22.50 27.24 29.50 33.24 35.46 37.55 39.57 10 240 18.58 22.48 24.33 27.43 29.27 31.00 32.67 11 360 14.18 17.16 18.54 20.94 22.34 23.66 24.93 12 720 8.93 10.81 11.65 13.19 14.07 14.90 15.70 No. Waktu (menit)
Periode Ulang (tahun)
Gambaar 1. Kurva Intensity–Duration–Frequency (IDF)
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Dari hasil analisis di atas, nilai intensitas dengan simpangan paling kecil adalah metode
Sherman, maka perhitungan intensitas hujan
menggunakan metode Sherman.
Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana dihitung menggunakan metode rasional dengan periode ulang 10 tahun untuk saluran sekunder di wilayah studi perencanaan.
Tabel 5. Rekapitulasi debit rencana 10 tahun
No. Nama Jalan/ Ruas Saluran
Drainase Sekunder t (jam)
I10 (mm/jam) A (km 2 ) C Q10 (m3 /detik) 1. SJT1 (01) - SJT1 (02) 0.505 98.402 0.051 0.600 0.844 SJT1 (02) - SJT1 (03) 0.323 132.668 0.119 0.600 2.631 SJT1 (03) - SJT1 (04) 0.405 114.142 0.184 0.600 3.503 SJT1 (04) - SJT1 (05) 0.500 99.140 0.256 0.600 4.237 2. SJT2 (01) - SJT2 (02) 0.560 91.895 0.034 0.700 0.613 SJT2 (02) - SJT2 (03) 0.491 100.266 0.152 0.700 2.968 SJT2 (03) - SJT2 (04) 0.582 89.524 0.160 0.700 2.791 3. SJT3 (01) - SJT3 (02) 0.493 100.071 0.222 0.600 3.706 SJT3 (02) - SJT3 (03) 0.527 95.653 0.337 0.600 5.383 4. SJT4 (01) - SJT4 (02) 0.272 148.676 0.090 0.600 2.222 SJT4 (02) - SJT4 (03) 0.367 121.894 0.111 0.600 2.247 5. SBT1 (01) - SBT1 (02) 0.378 119.521 0.166 0.600 3.317 SBT1 (02) - SBT1 (03) 0.430 109.683 0.290 0.600 5.313 SBT1 (03) - SBT1 (04) 0.474 102.680 0.343 0.600 5.873 6. SBT2 (01) - SBT2 (02) 0.502 98.829 0.078 0.900 1.919 SBT2 (02) - SBT2 (03) 0.394 116.148 0.160 0.900 4.635 7. SJB1 (01) - SJB1 (02) 0.157 214.802 0.013 0.700 0.543 8. SJB2 (01) - SJB2 (02) 0.152 219.027 0.015 0.750 0.699 9. SJB3 (01) - SJB3 (02) 0.190 188.633 0.019 0.750 0.763 10. SJB4 (01) - SJB4 (02) 0.089 313.998 0.014 0.750 0.903 SJB4 (02) - SJB4 (03) 0.211 176.449 0.025 0.750 0.905 SJB4 (03) - SJB4 (04) 0.336 129.131 0.031 0.750 0.821 11. SJS (01) - (SJS (02) 0.307 137.153 0.025 0.750 0.723 12. SBT3 (01) - SBT3 (02) 0.307 137.153 0.042 0.750 1.192 SBT3 (02) - SBT3 (03) 0.216 173.452 0.061 0.750 2.221 SBT3 (03) - SBT3 (04) 0.321 133.159 0.083 0.750 2.315 13. SBB1 (01) - SBB1 (02) 0.157 214.281 0.033 0.900 1.759 14. SBB2 (01) - SBB2 (02) 0.210 176.625 0.029 0.900 1.268 SBB2 (02) - SBB2 (03) 0.358 123.831 0.075 0.900 2.327 15. SBB3 (01) - SBB3 (02) 0.214 174.377 0.015 0.900 0.668 SBB3 (02) - SBB3 (03) 0.264 151.898 0.019 0.900 0.730 SBB3 (03) - SBB3 (04) 0.263 152.150 0.043 0.900 1.641 SBB3 (04) - SBB3 (05) 0.303 138.421 0.060 0.900 2.085 Jl. Gajah Mada
Jl. Gatot Subroto II - Jl. Gatot Subroto VI L
Gg. Kenari Jl. Nangka - Jl. Gatot Subroto VI Q
Gg. XI Jl. Nangka - Gg. IV Jl. Salya
Gg. V Jl. Nangka - Jl. Kartini
Jl. Gatotkaca - Jl. Kumbakarna
Jl. Mataram
Jl. Ahmad Yani (ruas kiri I) Jl. Ahmad Yani (ruas kiri II) Jl. Ahmad Yani (ruas kiri III)
Jl. Kartini
Jl. Ahmad Yani (ruas kanan)
Jl. Cokroaminoto Jl. Cokroaminoto - Jl. Maruti
Jl. Cokroaminoto - Gg. Merak
Tabel 5. Rekapitulasi debit rencana 10 tahun
(Lanjutan)
No. Nama Jalan/ Ruas Saluran
Drainase Sekunder t (jam)
I10 (mm/jam) A (km 2 ) C Q10 (m3 /detik) 16. SBB4 (01) - SBB4 (02) 0.561 91.807 0.114 0.900 2.616 SBB4 (02) - SBB4 (03) 0.573 90.498 0.155 0.900 3.514 17. SBB5 (01) - SBB5 (02) 0.872 68.432 0.114 0.900 1.950 18. SBB6 (01) - SBB6 (02) 0.211 176.449 0.022 0.900 0.984
Jl. Sutomo - Jl. Gajah Mada Jl. Gambuh - Jl. Kumbakarna
Jl. Sutomo
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Evaluasi Kapasitas Eksisting
Berdasarkan debit banjir rencana, maka kapasitas yang dibtuhkan masing-masing saluran drainase sekunder dapat dicari.
Tabel 6. Evaluasi kapasitas periode ulang 10 tahun
Aeks v Qeks Q10
(m2) (m/dt) (m3/dt) (m3/dt) 1. Jl. Gatot Subroto II - Jl. Gatot Subroto VI L
SJT1 (01) - SJT1 (02) 0.36 2.17 0.78 0.84 TM SJT1 (02) - SJT1 (03) 0.36 2.17 0.78 2.63 TM SJT1 (03) - SJT1 (04) 0.36 2.17 0.78 3.50 TM SJT1 (04) - SJT1 (05) 0.36 2.17 0.78 4.24 TM 2. Gg. Kenari Jl. Nangka - Jl. Gatot Subroto VI Q
SJT2 (01) - SJT2 (02) 0.2 2.42 0.48 0.61 TM SJT2 (02) - SJT2 (03) 0.36 2.42 0.87 2.97 TM SJT2 (03) - SJT2 (04) 1 2.42 2.42 2.79 TM 3. Gg. XI Jl. Nangka - Gg. IV Jl. Salya SJT3 (01) - SJT3 (02) 0.2 3.06 0.61 3.71 TM SJT3 (02) - SJT3 (03) 0.2 2.65 0.53 5.38 TM 4. Gg. V Jl. Nangka - Jl. Kartini SJT4 (01) - SJT4 (02) 0.36 3.43 1.23 2.22 TM SJT4 (02) - SJT4 (03) 0.64 3.43 2.19 2.25 TM 5. Jl. Gatotkaca - Jl. Kumbakarna SBT1 (01) - SBT1 (02) 0.64 2.65 1.70 3.32 TM SBT1 (02) - SBT1 (03) 0.64 2.17 1.39 5.31 TM SBT1 (03) - SBT1 (04) 0.64 2.17 1.39 5.87 TM 6. Jl. Gajah Mada SBT2 (01) - SBT2 (02) 1 2.02 2.02 1.92 TM SBT2 (02) - SBT2 (03) 1 3.43 3.43 4.64 TM 7. Jl. Mataram SJB1 (01) - SJB1 (02) 0.36 5.71 2.06 0.54 M 8. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri I)
SJB2 (01) - SJB2 (02) 0.64 4.33 2.77 0.70 M 9. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri II)
SJB3 (01) - SJB3 (02) 0.64 3.43 2.19 0.76 M 10. Jl. Ahmad Yani (ruas kiri III)
SJB4 (01) - SJB4 (02) 0.64 4.33 2.77 0.90 M SJB4 (02) - SJB4 (03) 0.64 4.24 2.71 0.91 M SJB4 (03) - SJB4 (04) 0.64 3.46 2.22 0.82 M 11. Jl. Kartini
SJS (01) - (SJS (02) 0.64 2.50 1.60 0.72 M 12. Jl. Ahmad Yani (ruas kanan)
SBT3 (01) - SBT3 (02) 0.64 4.60 2.94 1.19 M SBT3 (02) - SBT3 (03) 0.64 3.75 2.40 2.22 M SBT3 (03) - SBT3 (04) 0.64 3.75 2.40 2.32 M 13. Jl. Cokroaminoto SBB1 (01) - SBB1 (02) 0.64 4.33 2.77 1.76 M 14. Jl. Cokroaminoto - Jl. Maruti SBB2 (01) - SBB2 (02) 0.64 3.71 2.37 1.27 M SBB2 (02) - SBB2 (03) 0.64 4.05 2.59 2.33 M 15. Jl. Cokroaminoto - Gg. Merak SBB3 (01) - SBB3 (02) 0.64 2.92 1.87 0.67 M SBB3 (02) - SBB3 (03) 0.48 3.36 1.61 0.73 M SBB3 (03) - SBB3 (04) 0.48 4.24 2.03 1.64 M SBB3 (04) - SBB3 (05) 0.48 4.29 2.06 2.08 TM 16. Jl. Gambuh - Jl. Kumbakarna SBB4 (01) - SBB4 (02) 0.64 2.42 1.55 2.62 TM SBB4 (02) - SBB4 (03) 0.64 2.75 1.76 3.51 TM 17. Jl. Sutomo SBB5 (01) - SBB5 (02) 0.64 1.59 1.02 1.95 TM 18. Jl. Sutomo - Jl. Gajah Mada
SBB6 (01) - SBB6 (02) 0.64 4.24 2.71 0.98 M Ket. No. Section
Sumber : Hasil Analisis (2014) *Ket : TM = Tidak Memenuhi
Dari Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa beberapa kapasitas saluran eksisting tidak memenuhi untuk menampung debit banjir rencana periode ulang 10 tahun, maka perlu pembesaran dimensi.
Tabel 7. Rekapitulasi analisis kebutuhan dimensi
B H B h B H 1 1 - 2 0.60 0.60 1.40 0.38 1.40 1.40 2 - 3 0.60 0.60 1.40 0.87 1.40 1.40 3 - 4 0.60 0.60 1.40 1.09 1.40 1.40 4 - 5 0.60 0.60 1.40 1.27 1.40 1.40 2 1 - 2 0.40 0.50 1.40 0.28 1.40 1.40 2 - 3 0.60 0.60 1.40 0.87 1.40 1.40 3 - 4 1.00 1.00 1.40 0.83 1.40 1.40 3 1 - 2 0.40 0.50 1.40 0.87 1.40 1.40 2 - 3 0.40 0.50 1.40 1.30 1.40 1.40 4 1 - 2 0.60 0.60 1.00 0.77 1.00 1.00 2 - 3 0.80 0.80 1.00 0.77 1.00 1.00 5 1 - 2 0.80 0.80 1.60 0.78 1.60 1.60 2 - 3 0.80 0.80 1.60 1.30 1.60 1.60 3 - 4 0.80 0.80 1.60 1.41 1.60 1.60 6 1 - 2 1.00 1.00 1.40 0.72 1.40 1.40 2 - 3 1.00 1.00 1.40 0.95 1.40 1.40 7 1 - 2 0.60 0.60 0.60 0.30 0.60 0.60 8 1 - 2 0.80 0.80 0.80 0.33 0.80 0.80 9 1 - 2 0.80 0.80 0.80 0.43 0.80 0.80 10 1 - 2 0.80 0.80 0.80 0.40 0.80 0.80 2 - 3 0.80 0.80 0.80 0.41 0.80 0.80 3 - 4 0.80 0.80 0.80 0.45 0.80 0.80 11 1 - 2 0.80 0.80 1.00 0.38 1.00 1.00 2 - 3 0.80 0.80 1.00 0.71 1.00 1.00 3 - 4 0.80 0.80 1.00 0.74 1.00 1.00 12 1 - 2 0.80 0.80 0.80 0.52 0.80 0.80 13 1 - 2 0.80 0.80 0.80 0.68 0.80 0.80 14 1 - 2 0.80 0.80 1.00 0.47 1.00 1.00 2 - 3 0.80 0.80 1.00 0.70 1.00 1.00 15 1 - 2 0.80 0.80 0.80 0.43 0.80 0.80 2 - 3 0.60 0.80 0.80 0.42 0.80 0.80 3 - 4 0.60 0.80 0.80 0.65 0.80 0.80 4 - 5 0.60 0.80 0.80 0.78 0.80 0.80 16 1 - 2 0.80 0.80 1.40 0.79 1.40 1.40 2 - 3 0.80 0.80 1.40 0.91 1.40 1.40 17 1 - 2 0.80 0.80 1.40 0.88 1.40 1.40 18 1 - 2 0.80 0.80 1.00 0.35 1.00 1.00 Jl. Sutomo - Jl. Gajah Mada
Jl. Ahmad Yani (ruas kanan)
Jl. Kartini Jl. Cokroaminoto Jl. Cokroaminoto - Jl. Maruti Jl. Cokroaminoto - Gg. Merak Jl. Gajah Mada Jl. Mataram
Jl. Ahmad Yani (ruas kiri I) Jl. Ahmad Yani (ruas kiri II) Jl. Ahmad Yani (ruas kiri III) Gg. XI Jl. Nangka - Gg. IV Jl. Salya Gg. V Jl. Nangka - Jl. Kartini Jl. Gatotkaca - Jl. Kumbakarna
Jl. Gambuh - Jl. Kumbakarna Jl. Sutomo
No Section Eksisting Hasil Analisa Rencana Jl. Gatot Subroto II - Jl. Gatot Subroto VI L
Gg. Kenari Jl. Nangka - Jl. Gatot Subroto VI Q
Sumber : Hasil Analisis (2014)
LEGENDA : Jalan Sungai Arah Aliran Tirisan U T S B Jl. H OS C ok ro am in ot o Jl. Maruti Jl . D r. Setia B udi Jl. Sut omo Jl. Kumbakarna Jl. W erkudar a Jl. Kar tin i Jl. Arjuna Jl. Karna Jl. Nan gka Jl. V et er an Jl. Kresna Jl. Nakula Jl. Pattimura Puri Bunda RSUD Wangaya Jl. Durian Jl . T ham rin Jl. S ul aw esi Jl. Udayan a Jl. Mawar Jl. Gatotkaca SKALA 1:100 0 20 40 60 80 100
PETA RENCANA POLA ALIRAN SALURAN DRAINASE SEKUNDER Jl. Gatot Su
broto
Gambar 2. Rencana Pola aliran saluran drainase sekunder
Sumber : Hasil Analisis (2014)
Tabel 8. Rencana pola aliran saluran drainase
sekunder pada sistem I di Kota Denpasar
B (m) H (m)
1 Gg. Merpati Jl. Nangka Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto II
2 Jl. Gatot Subroto II Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto IV
3 Jl. Gatot Subroto IV Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto VI L
4 Jl. Gatot Subrot VI L Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Jurang
5 Gg. Kenari Jl. Nangka Ka 1.40 1.40 Box Culvert Gg. Kenari VIII
6 Gg. Kenari VIII Ka 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Gatot Subroto VI Q
7 Jl. Gatot Subroto VI Q Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Jurang
8 Gg. XI Jl. Nangka Ka 1.40 1.40 Box Culvert Gg. IV Jl. Salya
9 Gg. IV Jl. Salya Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Jurang
10 Gg. V Jl. Nangka Ka 1.00 1.00 Box Culvert Jl. Salya
11 Jl. Salya Ka 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Jurang
12 Jl. Gatotkaca Ka 1.60 1.60 Box Culvert Jl. Shadewa
13 Jl. Shadewa Ka 1.60 1.60 Box Culvert Jl. Kumbakarna
14 Jl. Kumbakarna Ka 1.60 1.60 Box Culvert Tukad Badung
15 Jl. Gajah Mada Ka 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Badung
16 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ka 1.00 1.00 Box Culvert Jl. Maruti
17 Jl. Maruti Ka 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Badung
18 Jl. Kartini Ka 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang
19 Jl. Mataram Ki 0.60 0.60 Box Culvert Tukad Jurang
20 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang
(ruas I)
Bentuk
Penampang Arah Aliran (menuju) Sistem Drainase Sekunder Kanan
Sistem Drainase Sekunder Kiri No. Nama Jalan/Saluran
Sekunder Sisi Dimensi
Tabel 8. Rencana pola aliran saluran drainase sekunder pada sistem I di Kota Denpasar (Lanjutan)
B (m) H (m)
21 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang
(ruas II)
22 Jl. Ahmad Yani (Selatan) Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Jurang
(ruas III)
23 Jl. Cokroaminoto Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Badung
(ruas I)
24 Jl. Cokroaminoto Ki 1.00 1.00 Box Culvert Jl. Maruti
(ruas II)
25 Jl. Maruti Ki 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Badung
26 Jl. Cokroaminoto Ki 0.80 0.80 Box Culvert Gg. Merak
(ruas III)
27 Gg. Merak Ki 0.80 0.80 Box Culvert Gg. III Jl. Sutomo
28 Gg. III Jl. Sutmo Ki 0.80 0.80 Box Culvert Tukad Badung
29 Jl. Gambuh Ki 1.40 1.40 Box Culvert Jl. Kumbakarna
30 Jl. Kumbakarna Ki 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Badung
31 Jl. Sutomo Ki 1.40 1.40 Box Culvert Tukad Badung
32 Jl. Gajahmada Ki 1.00 1.00 Box Culvert Tukad Badung
Bentuk
Penampang Arah Aliran (menuju) Sistem Drainase Sekunder Kiri
No. Nama Jalan/Saluran Sekunder Sisi
Dimensi
Sumber : Hasil Analisis (2014)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan analisa di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari hasil survey diketahui bahwa sebab terjadinya banjir di wilayah studi adalah sebagai berikut :
a) Adanya perubahan tata guna lahan sehingga
merubah pola aliran yang sudah ada dan berkurangnya daerah resapan air.
b) Adanya sampah dan sedimen yang
menyumbat saluran drainase sekunder
sehingga air tidak mengalir dengan lancar hingga pada pembuangan terakhir.
c) Kurangnya pemeliharaan sehingga saluran
rusak dan tidak berfungsi dengan baik.
d) Kapasitas eksisting tidak mampu menampung
debit banjir dan perlu pembesaran dimensi. 2. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir di Sistem I
Kota Denpasar perlu dilakukan perencanaan pola aliran secara menyeluruh dan ditindak lanjuti dengan pembangunan fisik saluran drainase sekunder Kota Denpasar. Berdasarkan hasil analisis dari 18 rencana saluran drainase sekunder terdapat beberapa saluran yang perlu pembesaran dimensi diantaranya adalah Gg. Merpati, Jl. Gatot Subroto II, Jl. Gatot Subroto IV, Jl. Gatot Subroto VI L, Gg. Kenari, Jl. Gatot Subroto VI Q, Gg. XI Jl. Nangka, Gg. IV Jl. Salya, Gg. V Jl. Nangka, Jl. Salya, Jl. Shadewa, Jl. Kumbakarna, Jl. Gajah Mada, Jl. Maruti, Jl. Gambuh, Gg. Merak, dan Jl. Sutomo.
Saran
Pembangunan sistem jaringan drainase
sekunder terutama di Kota Denpasar perlu penataan secara menyeluruh dan terintegrasi seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perubahan tata guna lahan. Kepadatan penduduk menuntut pelayanan
sarana dan prasarana yang memadai khususnya saluran drainase kota untuk menanggulangi terjadinya bencana banjir pada saat musim hujan tiba. Penggunaan precast pada saluran drainase di Kota
Denpasar perlu ditingkatkan dan hendaknya
pembangunan dilakukan secara merata baik saluran drainase primer, sekunder dan tersier
.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya Penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Jurnal
ilmiah dengan judul “Perencanaan Pola Aliran
Saluran Drainase Sekunder Pada Sistem I Di Kota Denpasar” ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak IGN Kerta Arsana, MT. dan IP Gustave Suryantara P., ST., M. Eng., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayana, kepada kedua orang tua, sahabat dan seluruh keluarga atas dorongan semangat dan doa yang diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Indarto, 2010, Hidrologi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum, 2008, Masterplan Drainase Dan Irigasi Kota Denpasar, PT. Kencana Adhi Karma, Denpasar.
Pemerintah Propinsi Dati I Bali, 1994/1995,
Perencanaan Masterplan Drainase Di Kota
madya Denpasar, CV Veygasi Disain,
Denpasar.
Saragi, Tiurma Elita, 2007, Tinjauan Manajemen Sistem Drainase Kota Pematang Siantar, (Tugas Akhir yang dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, 2007).
Soemarto, 1999, Hidrologi Teknik Edisi Ke-2, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sri Harto, 1993, Analisis Hidrologi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Standar Perencanaan Irigasi, 2010, Kriteria
Perencanaan Bagian Saluran KP – 03,
Republik Indonesia Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Jakarta
Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Sukarto Haryono, 1999, Drainase Perkotaan, PT
Mediatama Saptakarya, Jakarta.
Triatmodjo Bambang, 2009, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo Bambang, 2010, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.