• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Usaha Kecil (Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Usaha Kecil (Studi Deskriptif Pada Usaha Kecil Tempe Kedelai di JL. Flamboyan 2 No.1 Medan)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Strategi

2.1.1. Pengertian Strategi

(2)

Dari beberapa pendapat mengenai definisi strategi di atas maka dapat dikatakan bahwa strategi merupakan rencana-rencana yang dibuat oleh perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan yaitu agar mampu mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi dan memiliki keunggulan kompetitif. Suatu perusahaan untuk mempertahankan dan sekaligus meningkatkan usahanya dengan cara merencanakan strategi-strategi yang mantap dan terarah di mana perusahaan harus mampu memanfaatkan peluang usahanya dengan sebaik-baiknya.

2.1.2. Jenis-Jenis Strategi

Menurut Jatmiko (2003: 115) Pada dasarnya strategi dapat dikelompokkan berdasarkan empat (4) jenis strategi yaitu :

1. Strategi Pertumbuhan atau Ekspansi

Perusahaan harus tumbuh untuk memuaskan pemiliknya. Pertumbuhan suatu perusahaan merupakan hasil dari variabel-variabel produk atau jasa yang dihasilkan, kondisi lingkungan eksternalnya, kemampuan dan skill manajemennya. Pertumbuhan menjamin kelangsungan organisasi dalam jangka panjang, atau dengan kata lain perusahaan/organisasi harus tumbuh jika ingin survive.

Terdapat beberapa jenis strategi yang dikategorikan dalam strategi pertumbuhan, yaitu:

a. Pertumbuhan Konsentrasi

(3)

Strategi konsentrasi merupakan strategi untuk meningkatkan penggunaan produk-produk yang telah ada di dalam pasar yang ada. Terdapat tiga pendekatan dasar untuk menerapkan strategi konsentrasi, yaitu:

1. Pengembangan Pasar (Market Development)

Pengembangan pasar adalah memperluas pasar dari bisnis produk/jasa semula atau produk yang sudah ada. Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan memperluas bagian pasar dari pasar semula, memperluas wilayah pasar, atau memasuki segmen pasar baru.

2. Pengembangan Produk (Poduct Development)

Pengembangan produk adalah memilih produk/jasa dasar menambahkan produk/jasa yang sangat berkaitan yang dapat dijual pada pasar semula, atau dengan kata lain mengembangkan produk-produk baru untuk melayani pasar yang sudah ada.

3. Integrasi Horizontal (Horizontal Integration)

Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan menambah satu atau lebih bisnisnya yang memproduksi produk/jasa yang sejenis dioperasikan pada pasar produk yang sama.

b. Strategi Integrasi Vertikal

(4)

sebaliknya, bila suatu bisnis bergerak ke arah yang melayani pelanggan atau pemakai akhir suatu produk maka disebut integrasi vertikal ke depan.

c. Strategi diversifikasi

Diversifikasi terjadi apabila suatu organisasi bergerak ke arah bidang usaha yang menghasilkan produk yang secara jelas berbeda dari jenis semula. 2. Strategi Stabilitas

Strategi stabilitas berarti organsasi tetap melanjutkan pekerjaan atau aktivitas yang sama dengan yang sebelumnya. Asumsi strategi stabilitas adalah bahwa lingkungan eksternal tidak akan mengalami perubahan yang signifikan pada jangka pendek. Kunci keberhasilan strategi stabilitas adalah pada sistem monitoring lingkungan eksternal dan pengalaman manajemen dalam menentukan waktu yang tepat untuk merespon perubahan kondisi pasar.

3. Strategi Penciutan

Strategi penciutan (Retrenchment) disebut juga strategi bertahan (Defensive), atau strategi penyehatan. Perusahaan yang menerapkan strategi ini merasa bahwa strateginya tidak sesuai dengan sasaran atau misi dasarnya. Sehingga perusahaan merasa perlu mengurangi skala operasinya.

Adapun jenis-jenis strategi penciutan adalah : a. Cutback dan Turnaround

Cutback dan Turnaround adalah strategi penyehatan perusahaan yang

(5)

b. Divestasi (Divestment)

Divesment adalah strategi penyehatan atau penciutan perusahaan yang

bertujuan mengeliminasi kerugian dan memotong biaya-biaya tetap yang ditanggung perusahaan dengan cara menjual sebagian asset atau kekayaan yang dimiliki organisasi perusahaan.

c. Likuidasi (Liquidation)

Likuidasi adalah strategi penciutan atau penyehatan perusahaan dengan menjual seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Terdapat dua jenis likuidasi, yaitu liquidation by choice yaitu likuidasi yang dilakukan karena memang pilihan yang diambil oleh pihak perusahaan dan liquidation by force yaitu likuidasi yang dilakukan karena memang kondisi keuangan perusahaan sudah tidak sehat dan sangat buruk.

d. Kebangkrutan (Bankcruptcy)

Suatu perusahaan dikatakan bangkrut jika pemilik perusahaan tidak dapat lagi menjalankan usahanya.

4. Strategi kombinasi

(6)

2.2. Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi

Sebuah perusahaan dapat menggunakan analisis situasionalnya untuk memulai proses perumusan strategi. Manajemen menganalisis baik lingkungan internal maupun eksternal sampai tingkat tertentu untuk menemukan tingkat kompetensi yang akan memungkinkan perusahaan untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang baru berkembang. Perumusan strategi untuk perencanaan jangka panjang. Dan pembuat strategi harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan yaitu apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada situasi sekarang. Analisis SWOT (Strength,Weakness, Opportunity dan Threat) harus mengidentifikasikan kompetensi keahlian tertentu

dari sumber-sumber yang dimiliki dan cara yang unggul yang digunakan sehingga membuat perusahaan berbeda.

Analisis ini didasarkan kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) suatu pasar. Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis itu disebut perencanaan strategis yang tujuan utamanya adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.

2.2.1. Analisis Lingkungan Internal

(7)

organisasi lemah. Menurut Hunger (2003: 159) Para manajer strategis harus dapat mengenali variabel-variabel dalam perusahaan yang merupakan kekuatan atau kelemahan yang penting. Sebuah variabel merupakan kekuatan apabila menyediakan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang dilakukan perusahaan atau berpotensi untuk dilakukan dengan lebih baik secara relatif terhadap kecakapan pesaing lain yang sudah ada atau potensial.

Sebuah variabel merupakan kelemahan apabila berupa sesuatu yang tidak dilakukan dengan baik oleh perusahaan atau perusahaan tidak memiliki kapasitas untuk melakukannya, sementara pesaingnya memiliki kapasitas tersebut. Untuk mengevaluasi pentingnya variabel-variabel tersebut, manajemen harus mengetahui apakah variabel-variabel tersebut merupakan faktor strategis internal (Strategic Internal factors) yaitu kekuatan dan kelemahan khusus perusahaan yang akan

membantu menentukan masa depan. Menurut Jatmiko (2003) Faktor-faktor kunci internal di bidang-bidang fungsional pada perusahaan umumnya mencakup aspek-aspek yaitu :

1. Aspek Pemasaran

Pemasaran adalah proses penentuan, pengantisipasian, penciptaan, dan pemenuhan keinginan dalam kebutuhan pelanggan atas produk dan jasa.

2. Aspek Keuangan dan Akuntansi

(8)

3. Aspek Produksi/ Operasi dan Penelitian Pengembangan

Aktivitas-aktivitas produksi dan operasi biasanya menggambarkan bagian terbesar dari sumber daya manusia dan modal suatu organisasi. Penelitian dan pengembangan secara spesifik juga mempengaruhi kekuatan dan kelemahan perusahaan. Perusahaan yang sedang menerapkan strategi pengembangan produk membutuhkan fungsi R&D yang kuat.

4. Aspek Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan suatu istilah yang berhubungan dengan mekanisme formal dan informal dimana setiap organisasi sebaiknya menggunakan sistem informasi untuk memperoleh informasi tentang lingkungan eksternal yang relevan dan tentang kapabilitas internal organisasi itu sendiri. Fokus dari sistem informasi ditentukan oleh karakteristik misi organisasi, karena itu setiap sistem informasi sebaiknya mempunyai karakteristik tersendiri yang unik.

2.2.2. Analisis Lingkungan Eksternal

(9)

perusahaan tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi secara langsung.

Lingkungan eksternal mikro biasanya juga disebut lingkungan tugas, atau lingkungan kompetitif, atau lingkungan industri, yaitu lingkungan eksternal dimana perusahaan mempunyai sedikit kemampuan untuk mengendalikan atau mempengaruhi.

2.2.2.1Faktor – Faktor Lingkungan Eksternal Makro

Adapun faktor-faktor lingkungan Eksternal makro terdiri dari : 1. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik merupakan hubungan timbal balik antara perusahaan dengan lingkungan hidupnya atau ekologinya. Ekologi adalah hubungan antara kehidupan manusia dan kehidupan lainnya seperti udara, tanah, dan air.

2. Lingkungan Ekonomi

Faktor ekonomi berhubungan dengan sifat dan arah ekonomi dimana suatu perusahaan beroperasi. Sebab pola konsumsi masyarakat secara relatif dipengaruhi oleh tren sektor ekonomi dan pasar, sehingga dalam perencanaan stratejiknya setiap organisasi/ perusahaan harus mempertimbangkan arah tren ekonomi dari setiap sektor pasar yang mempengaruhi industri atau pasarnya. 3. Lingkungan politik dan Hukum

(10)

4. Lingkungan Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi aktivitas dan kinerja perusahaan mencakup keyakinan, nilai-nilai, sikap, pandangan, serta gaya hidup manusia sebagai akibat perkembangan dan perubahan kondisi kebudayaan, bahasa, ekologi, demografi, keberagaman, pendidikan, suku bangsa dan ras, serta mobilitas penduduk, lembaga-lembaga sosial, simbol status, dan keyakinan agama.

5. Lingkungan Teknologi

Teknologi merupakan pendorong utama dibalik pengembangan berbagai produk dan pasar baru, tetapi kadang juga menjadi alasan utama menurunnya berbagai produk dan pasar.

6. Faktor Demografi

Evolusi atau perubahan populasi penduduk merupakan faktor kunci lingkungan bagi perusahaan. Penduduk secara langsung berdampak pada pasar konsumen dan mempengaruhi kekuatan – kekuatan ekonomi lainnya.

2.2.2.2Faktor – Faktor Lingkungan Industri (Lingkungan Tugas)

(11)

Gambar 2. 1

Kekuatan Persaingan Industri

Ancaman Pendatang Baru Kekuatan Tawar Menawar Pemasok

Kekuatan Tawar Menawar Pembeli

Ancaman Produk Pengganti

Sumber : Jatmiko (2003 : 46)

a. Pendatang Baru Potensial

d. Produk Pengganti

c. Pembeli/ pelanggan b. Pemasok

e. Persaingan Industri Rivalry (Persaingan

diantara perusahaan

(12)

Dari gambar 2.1 di atas adapun penjelasan karakteristik unsur-unsur lingkungan industri, yaitu :

a. Ancaman Pendatang Baru

Pendatang baru dalam suatu industri biasanya membawa dan menambah kapasitas baru, keinginan mendapatkan pangsa pasar (market share), dan juga sumber daya baru. Berat ringannya ancaman pendatang baru tergantung pada hambatan masuk dan reaksi dari pesaing yang telah ada dimana pendatang baru akan memasuki industri atau pasar tersebut. Jika hambatan masuk ke industri tinggi dan pendatang baru dapat dikalahkan oleh para pesaing yang telah ada, maka perusahaan secara nyata tidak akan mendapatkan ancaman serius dari pendatang baru.

b. Kekuatan Pemasok (Powerful of suppliers)

Pemasok menyediakan dan menawarkan input yang diperlukan untuk memproduksi barang atau menyediakan jasa oleh industri atau perusahaan. Apabila pemasok mampu mengendalikan perusahaan dalam hal penyediaan input, sedang industri tidak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pemasok maka posisi tawar industri menjadi lemah dan sebaliknya posisi tawar pemasok menjadi kuat.

c. Kekuatan Pembeli / Pelanggan (Powerful of buyers)

(13)

d. Ancaman Produk Pengganti

Produk pengganti dapat memberikan pilihan bagi pelanggan pembeli dan akan mengurangi keuntungan perusahaan. Sebenarnya semua perusahaan dalam industri bersaing dengan industri lain yang memproduksi produk pengganti. Produk pengganti muncul dalam produk yang berbeda, tetapi dapat memuaskan kebutuhan yang sama dari produk lain.

e. Pesaing dalam Industri yang Sama

Profil pesaing dalam industri yang sama dibandingkan dengan profil organisasi sendiri untuk mengidentifikasikan bidang-bidang yang secara relatif mempunyai kelemahan atau kekuatan dibanding pesaing. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan kemudian dapat digunakan untuk menilai alternatif strategi kompetitif yang dapat ditetapkan oleh organisasi atau perusahaan. 2.3. Usaha Kecil dan Pengembangan Usaha

2.3.1. Definisi UKM atau Usaha Kecil

Di Indonesia terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai UKM (termasuk usaha kecil) berdasarkan kepentingan lembaga yang memberi definisi. 1. Badan Pusat Statistik (BPS) : UKM adalah perusahaan atau industri dengan

pekerja antara 5-19 orang.

(14)

3. Departemen koperasi dan usaha kecil Menengah (UU No. 9 Tahun 1995) : UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional, dengan kekayaan bersih Rp 50 juta- Rp 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) omset tahunan ≤ Rp 1 miliar; dalam UU UMKM/2008 dengan kekayaan bersih tahunan Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar.

4. Keppres No. 16/1994: UKM adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih maksimum Rp 400 juta.

5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan :

a. Perusahaan memiliki asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan (Departemen Perindustrian sebelum digabung)

b. Perusahaan memilki modal kerja di bawah Rp 25 juta (Departemen Perdagangan sebelum digabung)

6. Departemen keuangan: UKM adalah perusahaan yang memiliki omset maksimum Rp 600 juta per tahun dan atau asset maksimum Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan.

7. Departemen kesehatan: perusahaan yang memiliki penandaan standar mutu berupa Sertifikat Penyuluhan (SP), Merek Dalam Negeri (MD), dan Merek Luar Negeri (ML).

2.3.2. Kategori Usaha Kecil

Dalam Hubeis (2009: 18), usaha kecil secara kriteria dapat dikelompokkan atas dua pemahaman sebagai berikut.

(15)

perorangan; (2) Self-employment kelompok; dan (3) Industri rumah tangga, yang berdasarkan jumlah tenaga kerja dan modal usaha. Dari tahap pengembangan usahanya, usaha kecil dapat dilihat dari aspek pertumbuhan menurut pendekatan efisiensi dan produktivitas, yaitu (1) tingkat survival menurut ukurannya (self-employment perorangan hingga industri rumah tangga); (2) tingkat konsolidasi menurut penggunaan teknologi modern; serta (3) tingkat akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti dengan keterkaitannya dengan struktur ekonomi maupun industri.

2. Tingkat penggunaan teknologi

Usaha kecil terdiri atas (1) usaha kecil yang menggunakan teknologi tradisional yang nantinya meningkat menjadi modern dan (2) usaha kecil yang menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguat keterkaitannya dengan struktur ekonomi secara umum dan struktur industri secara khusus.

Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dapat dikelompokkan atas pengertian:

(16)

2.3.3. Pengembangan Usaha

UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil Pasal 14 merumuskan, bahwa pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengelolaan, pemasaran, SDM, kewirausahaan, teknologi dan pelayanan. Menurut Hubeis (2009:11) Pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi (UKMK) tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

a. Kemampuan UKMK dijadikan kekuatan utama pengembangan ekonomi berbasis lokal yang mengandalkan sumber daya lokal.

b. Kemampuan UKMK dalam peningkatan produktivitas, efisiensi dan daya saing.

c. Menghasilkan produk yang bermutu dan berorientasi pasar (domestik maupun ekspor)

d. Berbasis bahan baku lokal e. Substitusi impor.

Langkah-langkah operasional pengembangan UKMK secara bertahap adalah sebagai berikut:

a. Tahap Awal

1. Penumbuhan usaha kondusif, agar UKMK dapat tumbuh dan berkembang. 2. Kebijakan persaingan sehat dan pengurangan distorsi pasar agar UKMK

(17)

3. Kebijakan ekonomi yang memberikan peluang bagi UKMK untuk mengurangi beban biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi, sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan, serta menciptakan berbagai bentuk kerja sama dalam meningkatkan daya kompetisi.

4. Kebijakan penumbuhan kemitraan dengan prinsip saling memerlukan, memperkuat dan saling menguntungkan, serta keselarasan.

b. Tahap Akhir

(1) dukungan penguatan, (2) peningkatan mutu SDM, (3) peningkatan penguasaan teknologi, (4) peningkatan penguasaan informasi, (5) peningkatan penguasaan modal, (6) peningkatan penguasaan pasar, (7) perbaikan organisasi dan manajemen, (8) pencadangan tempat usaha, (9) pencadangan bidang-bidang usaha beserta hal-hal relevan lainnya.

(18)

2.4. Tempe

Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang mengunakan beberapa jenis kapang rhizopus atau ragi tempe. Kapang yang tumbuh pada kedelai menghidrolisis senyawa-senyawa komples menjadi senyawa sederhana yang mudah dicerna oleh manusia. Tempe kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B dan zat besi. Berbagai macam kandungan dalam tempe mempunyai nilai obat, seperti antibiotika untuk menyembuhkan infeksi dan antioksidan pencegah penyakit degenerative. Secara umum, tempe bewarna putih karena pertumbuhan miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang memadat. Degradasi komponen-komponen kedelai pada fermentasi membuat tempe memiliki rasa dan aroma yang khas.

2.4.1. Sejarah Tempe

(19)

Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa kuno. Pada zaman Jawa kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan pembuatan tempe diawali semasa era tanaman paksa di Jawa.

Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula terdapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkanalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu kojil kedelai yang dipermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi keseluruh penjuru tanah air. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai tersebar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu dan 10% dalam bentuk produk lain (tauco, kecap,dll)

2.4.2. Jenis-Jenis Tempe

(20)

1. Tempe kedelai, sekitar 85-90 persen tempe dibuat dari kedelai. Kedelai yang umum digunakan adalah kedelai kuning. Di Jawa Tengah sekitar Purwokero dan Magelang dikenal pula tempe dari kedelai hitam.

2. Tempe benguk, dibuat dari koro benguk banyak dikembangkan di Jawa Tengah terutama Yogya dan Solo.

3. Tempe kecipir, dibuat dari biji kecipir berasal dari Papua.

4. Tempe Lamtoro dibuat dari biji Leucaena Leucocephala, namun tempe ini mengandung mimosin yang dapat menyebabkan kerontokan rambut. 5. Tempe kacang hijau popular di Yogya.

6. Tempe turi, terkenal di daerah Wonosari Yogya. 7. Tempe kacang merah.

8. Tempe kara Beoog.

9. Tempe campuran gandum dan kedelai. 10. Tempe ampas tahu

11. Tempe bongkrek, dari ampas kelapa 12. Tempe jagung.

13. Tempe papaya.

2.5 Kerangka Pemikiran Konseptual

(21)

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran Konseptual

Sumber: diolah oleh peneliti (2014)

Gambar 2.2 merupakan kerangka pemikiran konseptual dari penelitian yang dilakukan pada usaha kecil tempe kedelai dengan menganalisis lingkungan yang ada pada usaha kecil tempe yaitu lingkungan internal yang terdiri dari

Matriks IFAS

Usaha kecil Tempe Kedelai

Lingkungan Internal Kekuatan Kelemahan

Lingkungan Eksternal Peluang

Ancaman

Matriks EFAS Lingkungan Usaha

Matriks SWOT

(22)

Gambar

Gambar 2. 1
 Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Muhammad (2008) strategi pertumbuhan dapat dibedakan, yaitu pengembangan pasar, penetrasi pasar, pengembangan produk, integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi

Dengan strategi alternatif yaitu : (1) Strategi pertumbuhan konsentrasi (penetrasi pasar) adalah strategi perusahaan yang memfokuskan pada bisnis produk/ jasa tunggal,

Strategi dengan menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan.. untuk pelanggan yang

masalah, yaitu: ”Bagaimana Strategi Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Pasar Pajak USU Karona

Strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan Doorsmeer Pianggu yaitu strategi pengembangan produk seperti melakukan inovasi jasa yang dihasilkan agar pasar tidak

Aspek sosial yang ada di masyarakat yang dapat menjadi ancaman bagi pengembangan sektor Usaha Kecil di Kota Medan adalah faktor pandangan skeptic terhadap produk buatan PIK

Strategi ini memperluas pasar dari bisnis produk/jasa semula atau produk yang.. sudah ada.Pengembangan pasar dapat dilakukan dengan memperluas

Intan Alami No Peluang Kriteria 1 Lingkungan usaha yang kondusif Karyawan yang sudah bekerja sejak perusahaan berdiri 2 Permintaan pasar terhadap produk diversifikasi