• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Rentenir dan Ibu Rumah Tangga Pedagang di Pancuran Salatiga T1 222010026 BAB I"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

I.

PENDAHULUAN

Latar belakang masalah

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat

di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mardana. 2013). Unit

kecil ini melakukan aktifitas berdasarkan fungsinya yaitu fungsi pendidikan, fungsi

rekreasi, fungsi pusat pemenuhan kebutuhan lahiriyah dan batiniyah, fungsi pusat

kasih saying dan fungsi pusat ekonomi (Muslich. 2013). Fungsi ekonomi yang

diharapkan adalah kemampuan suatu keluarga untuk mencukupi kebutuhan

ekonominya seperti papan, pangan, sandang, kesehatan, pendidikan. Dalam hal ini

yang berkewajiban untuk memenuhi fungsi ekonomi adalah seorang kepala rumah

tangga yaitu ayah yang bekerja.

Di dalam sebuah keluarga, seorang ayah adalah tulang punggung utama

keluarga yang membiayai segala keperluan. Namun tidak selamanya hanya kepala

keluarga yang bekerja sebagai tulang punggung keluarga, istri juga bertanggung

untuk membantu suami. Hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yang

menyebabkan istri/ibu rumah tangga turut bekerja, antara lain, kepala keluarga tidak

bekerja karena terbatasnya keterampilan dan lapangan pekerjaan yang dapat diakses,

kepala keluarga bekerja namun di PHK karena adanya pengurangan pegawai atau

tempat ia bekerja mengalami kebangkrutan. Alasan berikutnya karena kepala

(2)

keluarganya (Fredlina. 2009). Ketiga alasan tersebut yang mendasari mengapa

banyak ibu rumah tangga bekerja dan juga karena lemahnya kondisi keuangan

keluarga yang mendesak demi kelangsungan hidup.

Beberapa jalan yang akan ditempuh oleh para ibu rumah tangga untuk dapat

mengupayakan pendapatan bagi keluarganya antara lain dengan:

a. Bekerja sebagai pekerja rumah tangga dengan tenaga dan keterampilan yang

terbatas dan tingkat upah yang rendah (Sukesi. 2008).

b. Bekerja sebagai buruh yang dituntut keahlian dan kepercayaan dengan gaji

rata-rata UMK daerah setempat (Sumanto. 2009)

c. Melamar sebagai pegawai negeri namun peluangnya sangat terbatas.

d. Membuka usaha dengan berjualan (Handayani dan Artini. 2009).

Berjualan dianggap sebagai alternatif utama yang akan dipilih oleh para ibu

rumah tangga dengan modal yang minim untuk memulainya (Anonim. 2014).

Alternatif ini di pilih karena keuntungan dari berjualan lebih menjanjikan dan dapat

dilihat hasilnya setelah barang dagangannya ia jual-belikan. Namun tidak selamanya

usaha dagang menemui jalan baik, terkadang mereka juga menghadapi masalah

dalam menjalankan usahanya. Beberapa masalah yang sering dialami oleh pedagang

yaitu modal, keterampilan berdagang dan rendahnya jaringan yang dibangun (Riyadi.

2013).

Dari ketiga hal tersebut yang sering menjadi masalah utama dalam berdagang

adalah masalah permodalan (Riyadi. 2013). Dengan alasan ini maka banyak ibu

(3)

dagangnya. Namun sebagai rakyat yang lemah kondisi ekonominya akan sulit untuk

mengakses dana ke perbankan karena rumitnya persyaratan yang tidak mampu

dipenuhi oleh para ibu rumah tangga yang berpenghasilan rendah.

Pihak yang sering meminjamkan dananya adalah pihak perbankan dan

lembaga keuangan informal. Perbankan yang ada sekarang sangat sulit untuk

mencairkan dana pinjaman hutang untuk orang-orang kalangan bawah. Perbankan

memberikan persyaratan yang rumit sehingga tidak semua orang kalangan bawah

mampu mengakses dana dari perbankan. Pihak kedua yang mampu memberikan

bantuan dana adalah lembaga keuangan informal. Lembaga keuangan informal adalah

lembaga yang menjalankan fungsi lembaga keuangan namun tidak berlandaskan

kekuatan hukum. Lembaga keuangan informal ada 2 jenis yaitu arisan dan rentenir

(Ashari, 2006).

Lembaga keuangan informal biasa beroperasi di pedesaan ataupun di sekitar

masyarakat kalangan bawah. Arisan adalah perkumpulan dari sekelompok orang yang

menempati satu wilayah dan tergabung dalam satu ikatan kerjasama untuk memenuhi

kebutuhan meraka dalam segi materiil secara bergantian (Widjajati, L. 2011).

Lembaga ini menjalankan sistem menabung dan pinjaman hutang namun arisan

memiliki kelemahan untuk menyalurkan dananya yaitu adanya batasan pengembalian

yang waktunya sangat singkat, maksimal 6 bulan. Sehingga, hanya orang-orang

tertentu yang akan memilih alternatif ini. Selain terbatasnya jangka waktu pinjaman,

arisan juga memiliki batas jumlah pinjaman karena dana yang diputarkan berasal dari

(4)

Lembaga yang kedua adalah rentenir, yaitu usaha yang dibangun oleh

seseorang yang memiliki kelebihan uang dan meminjamkannya pada orang yang

butuh dengan menerapkan bunga dan denda yang berlipat jika terlambat melunasi

pinjamannya (Uzdah. 2013). Melalui rentenir nasabah dapat meminjam dana dalam

jumlah besar layaknya meminjam pada perbankan. Rentenir memberikan syarat yang

mudah dan tidak berbelit-belit seperti layaknya perbankan, hal ini yang menyebabkan

rentenir lebih di minati oleh masyarakat kalangan bawah. Rentenirpun mudah untuk

membangun jaringan mulai dari cara mulut ke mulut sampai iklan yang beredar di

jalan-jalan untuk mempromosikan usahanya sehingga memiliki banyak nasabah

dengan persyaratan mudah dan pencairan yang cepat melebihi lembaga perbankan

lainnya (Nasar. 2013). Jumlah pinjamanpun tidak terbatas, mulai dari 1 juta sampai

15 juta dan beban bunga yang di terapkan berkisar 20% sampai 40% dengan lama

pinjaman tertentu (Andalas, 2012). Nasabah rentenir ada 2 yaitu kaum perempuan

dan kaum laki-laki (Anonim. 2014). Kaum perempuan yang sering berinteraksi

dengan rentenir adalah ibu rumah tangga tak berpenghasilan, ibu rumah tangga

pedagang, buruh perempuan (Anonim. 2013).

Ibu rumah tangga berpeluang untuk menjadi nasabah rentenir karena ibu

rumah rumah tangga butuh uang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang

mendesak, namun peluangnya sangat kecil karena ibu rumah tangga tidak memiliki

penghasilan sehingga rentenir tidak berani memberikan banyak pinjaman kepada ibu

rumah tangga (Anonim. 2014). Nasabah kedua adalah pedagang. Nasabah ketiga

(5)

mengakses dana dari rentenir karena para ibu rumah tangga bekerja sebagai pedagang

dan memiliki penghasilan yang dapat digunakan sebagai jaminan untuk mengakses

dana kepada rentenir (Rini. 2009). Nasabah selanjutnya adalah buruh. Buruh

berpeluang menjadi nasabah rentenir karena upah mereka minim sehingga tidak

mampu untuk mencukupi kebutuhan hidupnya (Komala. 2011).

Nasabah kedua adalah kaum laki-laki, dari kaum ini yang sering meminjam

adalah kalangan pedagang, karena pedagang membutuhkan dana untuk memperkuat

modal usahanya (Anonim. 2013). Namun dari kedua kaum tersebut, yang menjadi

nasabah rentenir adalah dari kalangan ibu rumah tangga pedagang yang memiliki

usaha. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya, ibu rumah tangga sebagai pedagang

memiliki kendala dalam permodalannya sehingga ia memutuskan untuk meminjam

ke rentenir yang aksesnya lebih mudah. Dari interaksi keduanya menimbulkan

pandangan seseorang terhadap rentenir yang mampu memberikan pinjaman dana

sehingga akan dapat dirasa dampak positif ataupun dampak negatif adanya dana

rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga pedagang.

Keberadaaan rentenir yang memberikan pinjaman kepada orang yang

membutuhkan pinjaman sudah banyak terjadi, baik itu untuk memenuhi kebutuhan

ataupun untuk penambahan modal pada usaha dagang pedagang kecil. Umumnya

proses pencairan dana rentenir adalah dengan adanya kesepakatan antara peminjam

(nasabah) dengan rentenir mengenai jumlah pinjaman, bunga pinjaman dan jangka

(6)

Namun seringkali ibu rumah tangga pedagang masih kekurangan modal,

sehingga ibu rumah tangga pedagang mengupayakan sumber modal lain untuk

menambah modal usaha dagangnya. Upaya yang dilakukan yakni dengan

memanfaatkan lembaga keuangan mikro lain yang mudah diakses atau dikembangkan

oleh warga di sekitar tempat tinggal ibu rumah tangga pedagang ataupun disekitar

lingkungan tempat ia berjualan (Siregar. 2012).

Identifikasi masalah

Setiap orang membutuhkan dana untuk mencukupi kebutuhannya, baik itu

untuk pendidikan, biaya hidup ataupun modal usaha. Kebutuhan ini tidak hanya

diperlukan untuk orang yang berpenghasilan tinggi, namun juga orang-orang yang

berpenghasilan rendah. Rendahnya penghasilan yang dimiliki menyebabkan

orang-orang akan melakukan kredit hutang sebagai jalan pintasnya. Namun dengan

rendahnya penghasilan dimiliki menyebabkan banyak orang berpenghasilan rendah

sulit untuk mengakses dana dari bank formal yang memiliki syarat rumit.

Keterbatasan ini menyebabkan orang-orang terutama para ibu rumah tangga

yang memiliki usaha dagang melakukan pinjaman kepada rentenir. Berdasarkan

alasan tersebut, peneliti ingin meneliti lebih dalam mengenai dampak positif-negatif

adanya dana rentenir dalam menunjang permodalan usaha ibu rumah tangga.

Selain itu peneliti juga ingin mengetahui bagaimana ibu rumah tangga

pedagang menyikapi dampak positif-negatif mengakses dana rentenir terhadap usaha

(7)

modal usaha dagang agar ibu rumah tangga pedagang tidak selalu bergantung pada

dana rentenir.

Batasan masalah

Usaha rentenir termasuk usaha ilegal karena menerapkan sistem bunga yang sangat

tinggi dibandingkan dengan bunga bank. Namun keberadaanya sangat dibutuhkan

oleh para ibu rumah tangga yang memiliki usaha dagang dalam skala kecil dan

memiliki keterbatasan dalam mengakses dana pinjaman dari bank. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini peneliti hanya ingin melihat dampak positif-negatif adanya dana

rentenir dalam menunjang usaha dagang ibu rumah tangga. Dan upaya apa yang

dilakukan oleh ibu rumah tangga pedagang untuk menambah modal usaha dagangnya

selain bergantung pada dana rentenir.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai :

Terbatasnya akses ibu rumah tangga yang memiliki usaha dagang ke perbankan resmi

menyebabkan para ibu rumah tangga untuk meminjam dana kepada rentenir.

Sedangkan mekanisme kerja rentenir itu merugikan ibu rumah tangga yang menjadi

nasabah karena besarnya bunga yang diterapkan. Oleh karena itu, peneliti ingin

meneliti lebih dalam mengenai dampak positif-negatif adanya dana rentenir dalam

(8)

ibu rumah tangga pedagang untuk menambah modal usaha dagangnya selain

bergantung pada dana rentenir.

Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini meliputi :

1. Menganalisis dampak positif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha

dagang ibu rumah tangga

2. Menganalisis dampak negatif adanya dana rentenir dalam menunjang usaha

dagang ibu rumah tangga

3. Menganalisis upaya ibu rumah tangga pedagang menambah modal dagang

dari berbagai sumber selain sumber modal dari rentenir

Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti dan masyarakat umum, penelitian ini akan menambah wawasan

mengenai dampak positif dan negatif adanya dana rentenir yang beroperasi di

sekitar kita.

Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pentingnya

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Setelah negara-negara anggota sudah menerima preferensi heritage yang diberikan UNESCO, sitem birokrasi di dalam rezim World Heritage memiliki jalan untuk mengaplikasikan

Sesuai dokumen penawaran Saudara untuk pekerjaan Peningkatan Jalan Poros Desa Pamriyan - Penerusan (Wonosobo), bersama ini kami mengundang Saudara pada :. Tempat : DPU

Harga Penaw aran Terk or ek si.. Raya

Maka sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan jasa transportasi seperti bus yang bersaing dengan memberikan pelayanan yang cukup baik misalnya dengan memberikan fasilitas yang

- Pembangunan Penahan Badan Jalan Dusun Glowong dan Dusun Sumberjo Desa Wringinagung Perencanaan pembangunan jaringan irigasi. P10 Memperlancar pengairan Dinas

4/670/HPPB/PbB tanggal 24 Januari 1972, ditentukan bahwa Bilyet Giro adalah surat perintah nasabah yang telah distandardisir bentuknya kepada penyimpan dana untuk

Angkasa Pura II (Persero) pada tahun 2012 dan 2013 semester 1, (2) mengklasifikasikan skor masing-masing indikator pada aspek keuangan, aspek operasional, dan