• Tidak ada hasil yang ditemukan

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa

Asri Widowati, Putri Anjarsari, dan Laila Katriani FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

ABSTRACT

The aims of this activity are to: (1) disseminating the results of research from a team of stewards on the development of integrated science worksheets guided inquiry based to develop thinking skills and scientific attitude in order to support the implementation of ‘kurikulum 2013’; (2) improving the skills of teachers in guiding students to form a concept (concept formation); (3) improving the skills of teachers in inquiry approach in worksheet; (4) improving the creativity of teachers in developing worksheet.

The target participant of this activity is 34 teacher members of MGMP IPA SMP / MTs Magelang regency. This activity is done in three stages, including the stage of theoretical training, practical training phase and the evaluation phase. The methods used are: modeling (simulation), lectures, discussions, and workshops.

The results showed that the overall activity of PPM activity has been successful in reaching the target activity. Most of the participants are already skilled in guiding students to form a concept (concept formation) IPA. Most participants also been able to apply the guided inquiry approach in student worksheet. In addition, the final product student worksheet also shows most of the participants have been creative in developing worksheets with student worksheet develop their own (not copy and paste) and includes the development of higher order thinking skills in student worksheet.

Keywords: science, student worksheet, guided inquiry, thinking skill, scientific attitude

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Orientasi tujuan pendidikan untuk pengembangan keterampilan berpikir

merupakan isu vital pada pendidikan abad 21. Cubukcu (2006: 22 ) mengemukakan

“The aim of education should not only cover the transfer of knowledge but also the

organization of high-disposition thinking strategies and their improvement”. Kurikulum 2013 merupakan antisipasi adanya pergeseran paradigma belajar abad

21, bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif,

dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu

bagaimana), dan pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi. Sebagaimana

dikemukakan. Kerangka kompetensi abad 21 yang menjadi dasar dalam

pengembangan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang

(2)

kemampuan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA).

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki arti penting dalam

membangun bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam pergaulan internasional

ditentukan oleh beberapa paramater, tiga diantaranya adalah science literacy,

mathematic literacy, serta language literacy. Program-program seperti Programme for International Student Assessment (PISA), Trends in Mathematics and science Study (TIMS) dirancang untuk menilai literasi sains dan kemampuan berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di Indonesia selalu berada pada ranking rendah

dalam perolehan sains di dunia. Namun kondisi yang terjadi saat ini, Keterampilan

berpikir tingkat tinggi khususnya dalam bidang IPA yang dimiliki siswa di

Indonesia belum berkembang secara optimal. Hal ini berdasarkan data hasil studi

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Programme

for International Student Assessment (PISA). Unttuk hasil studi TIMSS tahun

2007, rata rata skor prestasi sains posisis Indonesia berada pada peringkat 35 dari

49 negara. Survey PISA tahun 2009 menempatkan Indonesia pada posisi ke 60 dari

65 negara (Balitbang, 2011). Tentunya hasil tersebut, menuntut adanya upaya

perbaikan kualitas pendidikan Indonesia. Salah satunya upayanya adalah

menerapkan kurikulum 2013 yang berorientasi kepada keterampilan berpikir

tingkat tinggi.

Hal penting untuk mempersiapkan guru dalam mengimplementasikan

kurikulum 2013 yakni salah satunya dengan mengembangkan kreativitas guru

dalam mengembangkan LKS IPA SMP dengan pendekatan guided inquiry sebagai

upaya pengembangan thinking skills dan sikap ilmiah dalam mendukung

implementasi kurikulum 2013. Sebagaimana hasil penelitian Asri Widowati dan

Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang

dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan

berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir serta scientific attitude

siswa SMP.

(3)

pembelajaran IPA yang berlangsung di sekolah ternyata masih kurang

membelajarkan siswa dengan inkuiri. Hal tersebut sebagaimana hasil wawancara

dengan guru IPA Kabupaten Magelang yang mengakui bahwa pembelajaran IPA

yang berlangsung berorientasi terhadap produk IPA yang berupa konsep-konsep

ataupun bersifat membuktikan suatu teori (verifikatif) dan masih kurang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan guna

menemukan konsep. Pembelajaran yang demikian menyebabkan kemampuan

berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk

mengingat (Ratno Harsanto, 2005). Selain itu, hal tersebut juga berakibat siswa

terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut

pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif (Iwan Sugiarto, 2004: 14).

Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran, khususnya pembelajaran

IPA tidak bermakna dan terkesan ‘kering’.

Berdasarkan hasil diskusi dengan rekan guru IPA SMP Magelang diperoleh

informasi bahwa (1) guru masih belum siap melaksanakan kurikulum 2013; (2)

pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah-sekolah belum terpadu; (3) 80%

guru belum mampu mengembangkan LKS yang dapat membelajarkan siswa secara

aktif untuk berinkuiri; (4) 85% LKS IPA SMP masih berupa latihan soal dan bukan

penuntun kegiatan; (5) 80% LKS yang beredar di SMP masih terdapat

lompatan-lompatan rantai kognitif dalam pembentukan konsep (concept formation); (6) LKS

yang tersedia di pasaran yang tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah

maupun karakteristik siswa. Hal tersebut masih diperparah dengan kenyataan

buku-buku dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) saat ini sangat kaku dan

menjenuhkan bagi siswa sehingga siswa kurang tertarik terhadap IPA (Asa, 2011).

Tentunya gambaran tersebut menunjukkan secara real adanya masalah ketersediaan

LKS IPA terpadu yang berpendekatan guided inquiry agar siswa dapat aktif, baik

hands on maupun minds on. Guru harus dibekali kemampuan mengembangkan dan mengimplementasikan LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry agar

dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan

scientific, termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri.

Mengingat masalah tersebut penting untuk segera diatasi maka perlu

(4)

inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skill dan sikap ilmiah siswa untuk mendukung implementasi kurikulum 2013. Adapun tujuan kegiatan pengabdian

pada masyarakat berbasis penelitian ini untuk:

a.Menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS

IPA terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan thinking skill

dan sikap ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013.

b.Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk

konsep (concept formation) IPA Terpadu.

c.Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam

LKS.

d.Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS.

2.Kajian Teori

IPA bukanlah suatu badan ilmu pengetahuan (body of knowledge) dan cara untuk

mengetahui (way of knowing) yang sederhana, tetapi IPA merupakan suatu cara untuk

melakukan (way of doing), yang dapat meliputi berbagai aktivitas, contohnya

menginterpretasi, mengkomunikasikan, memprediksi, bereksperimen dan observasi,

dengan tujuan untuk memahami alam dan mencari lebih dalam tentang hal tersebut.

Oleh karena itu, objek-objek tersebut dipelajari melalui metode ilmiah yang

disederhanakan (baca: pendekatan saintifik). Sejalan dengan pemikiran tersebut,

pembelajaran sains (IPA) merupakan sesuatu yang harus “dilakukan” oleh siswa bukan

sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang dikemukakan National

Research Council (1996: 20) bahwa ”Learning science is an active process. Learning science is something student to do, not something that is done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar aktif yang

terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya mencakup

aktivitas hands-on tetapi juga minds-on.

Untuk belajar IPA, sangat penting agar guru melatih peserta didik melakukan

“penyelidikan” terhadap berbagai fenomena alam. Observasi dan eksperimentasi

melalui proses inquiry untuk menemukan konsep-konsep IPA. Untuk memandu peserta

didik melakukan proses inkuiri sains digunakanlah Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS

didefinisikan sebagai bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi,

(5)

dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang dicapai (Andi

Prastowo, 2011: 204). LKS merupakan lembaran di mana siswa mengerjakan kegiatan

terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Untuk LKS IPA maka kegiatan yang

dimaksud berupa kegiatan ilmiah (observasi, eksperimen ataupun diskusi).

Lembar Kerja Siswa (LKS) biasanya digunakan untuk tiap mata pelajaran sebagai

alat bantu bagi guru dalam menyediakan materi ringkas beserta soal-soal yang dapat

dikerjakan siswa. Hal tersebut kemudian menjadi salah kaprah dalam pembelajaran IPA,

bahwa LKS IPA yang digunakan di sekolah-sekolah berupa latihan-latihan soal.

Padahal tidaklah demikian. LKS yang baik harus mencerminkan karakteristik mata

pelajaran yang dikembangkan. Karena itu perlu rambu-rambu penyusunan LKS yang

benar atau perlu menetapkan kriteria LKS untuk menunjang pembelajaran IPA.

LKS yang dapat mewujudkan pembelajaran IPA yang berorientasi pada proses

harus menerapkan pendekatan yang dapat membelajarkan siswa secara aktif baik hands

on maupun minds on. Salah satu pendekatan yang dapat dipilih adalah pendekatan

guided inquiry.

Pendekatan guided inquiry merupakan salah satu tipe pendekatan inquiry.

Adapun pendekatan inquiry didefinisikan sebagai Kubicek (2005)“...an approach which

engages students in activities which mirror methods of scientific investigation, with content interwoven with or addressed in the context of inquiry”. Pembelajaran inquiry membelajarkan siswa sebagaimana ilmuwan bekerja untuk memecahkan masalah

ilmiah. Untuk tipe guided inquiry, maka siswa dalam melakukan inquiry masih

dibimbing oleh guru. Hal tersebut menjadi pilihan karena siswa belum terlatih untuk

berikuiri.

Adapun tahapan inquiry beserta kemampuan yang dapat dikembangkan sebagai

berikut.

Tabel 1. Kemampuan pada Setiap Tahap Inquiry

Tahap Inkuiri Kemampuan yang dikembangkan 1. Merumuskan masalah 1. Kesadaran terhadap masalah

2. Melihat pentingnya masalah 3. Merumuskan masalah 2. Merumuskan jawaban

sementara (hipotesis)

1. Menguji dan menggolongkan jenis data yang diperoleh

2. Melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis

(6)

Tahap Inkuiri Kemampuan yang dikembangkan

tentatif a. mengidentifikasikan peristiwa yang dibutuhkan b. Mengumpulkan data

c. Mengevaluasi data 2. Menyusun data

a. Mentranslasikan data b. Menginterpretasikan data c. Mengklasifikasikan 3. Analisis data

a. Melihat hubungan

b. Mencatat persamaan dan perbedaan c. Mengidentifikasikan tren, sekuensi, dan keteraturan

4. Menarik Kesimpulan 1. Mencari pola dan makna hubungan 2. Merumuskan kesimpulan

5. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

(Sumber: Adopsi dari W. Gulo, 2002:96)

Tabel 1 menunjukkan bahwa inquiry dapat melatihkan keterampilan berpikir

tingkat tinggi. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Uno bahwa pendekatan inkuiri

memfasilitasi siswa berpikir tingkat tinggi untuk mengembangkan suatu proses

pemahaman prinsip dan konsep (Friedel, et.al, 2008: 72). Pratt & Hackett

menambahkan bahwa “...teaching science by inquiry involves teaching students science

process skills, critical thinking, scientific reasoning skills used by scientists (Ergul, et.al, 2011: 48). Selain itu, inquiry dapat menumbuhkan scientific attitude. Yager & Akçay

mengindikasikan bahwa pembelajaran inquiry dapat mengasah keterampilan proses dan

pemahaman konsep yang lebih baik, dan sekaligus mengembangkan sikap ilmiah siswa

(Ergul, et.al: 63).

B. METODE PELAKSANAAN PPM

Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh tim pengabdi yang merupakan dosen Prodi

Pendidikan IPA. Ketua tim pengabdi pernah mendapatkan pelatihan kurikulum 2013

selaku asesor PLPG. Tim pengabdi sudah melakukan penelitian tentang ” Pengembangan

Worksheet of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan

Keterampilan Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP Dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” yang didanai DIPA UNY dan menghasilkan tiga LKS yang berhasil dikembangkan bersama mahasiswa.

Khalayak sasaran kegiatan ini adalah direncanakan diikuti oleh 34 (tiga puluh

(7)

kegiatan yang akan dilakukan adalah pelatihan intensif dengan rincian materi

sebagaimana Tabel 2.

Tabel 2. Metode Kegiatan PPM Hari I 1 Inventarisasi kendala-kendala yang dialami

guru terkait dengan implementasi kurikulum 20013 dan pengembangan LKS IPA Terpadu berbasis guided inquiry.

Kertas, Pin Up,

2 (a) Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatan guided inquiry;

LCD,Laptop, slide Power Point materi

Ceramah Interaktif

6 JP

II 3 Simulasi Pembelajaran dengan LKS berbasis Guided inquiry

Kurikulum 2013

4 Menginventarisasi Kebutuhan LKS (Kompetensi Inti & Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013)

4 JP

III 5 Workshop dan pendampingan Pengembangan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry

Alat & Bahan untuk

mengembangkan LKS

Workshop 16 JP

TOTAL JUMLAH JAM PERTEMUAN (JP) 32 JP

Kegiatan PPM ini secara garis besar dilaksanakan dengan tahapan sebagai

berikut.

1.Tahap Pelatihan Teori

Tahap pelatihan teori ditujukan agar peserta memperoleh pemahaman

tentang: (a) Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b)

Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatan guided inquiry. Untuk

mendukung tahap ini, narasumber memberikan makalah dan menggunakan slide

power point serta contoh lembar kerja siswa berbasis guided inquiry yang dapat

digunakan dalam pembelajaran IPA. 2.Kegiatan Pelatihan Praktik

Tahap pelatihan praktik meliputi:

a.Praktik simulasi pembelajaran yang diperuntukkan agar peserta memperoleh

gambaran dan pengalaman pembelajaran dengan pendekatan guided inquiry.

(8)

pembelajaran IPA berbasis guided inquiry dengan materi “Pencemaran

Lingkungan Perairan”. Peserta diminta berperan sebagai siswa.

b.Praktik analisis kebutuhan bahan ajar untuk memberikan kesempatan kepada

peserta untuk melakukan analisis bahan ajar.

c.Praktik pengembangan LKS berbasis guided inquiry dengan orientasi

mengembangkan keterampilan berpikir siswa.

3. Tahap Evaluasi

Pada tahap ini diberi penilaian terhadap: portfolio terhadap hasil karya berupa

LKS yang dihasilkan oleh peserta, dan kaidah keberterapan guided inquiry untuk

menuntun siswa belajar IPA dengan kegiatan penyelidikan (inkuiri) dalam LKS.

Instrumen yang digunakan dalam kegiatan evaluasi hasil kegiatan yakni dengan

menggunakan lembar penilaian karya portofolio LKS ditinjau dari aspek kreativitas,

kelayakan materi, kebahasaan, dan penyajian Adapun rincian indikator evaluasi

masing-masing tujuan adalah sebagaimana Tabel 3.

Tabel 3. Tujuan, Indikator, dan Luaran Kegiatan PPM

NO TUJUAN INDIKATOR INSTRUMEN

1 Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA

LKS memuat langkah-langkah kegiatan ilmiah.

Lembar penilaian LKS

LKS mengembangkan keterampilan berpikir

Lembar penilaian LKS

2. Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS

Menggunakan pendekatan inquiry secara efektif dan efisien dalam LKS

Lembar penilaian LKS

3 Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS

Variasi hasil pengembangan LKS yang dikembangkan peserta

Lembar observasi

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan PPM ini berbasis pada penelitian “Pengembangan Worksheet of

Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan Keterampilan Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP dalam Rangka Menyongsong

Kurikulum 2013” oleh Asri Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran

kurikulum 2013 dan berpotensi untuk mengembangkan keterampilan berpikir serta

(9)

tepat untuk maksud ini. Latihan berpikir kritis dan kreatif, latihan mengembangkan keingintahuan (curiosity), berpikir analitis dan juga latihan menggunakan indera dan alat bantu indera serta alat-alat lain, sangat diperlukan untuk keterampilan melakukan kerja ilmiah tersebut. Dalam posisi yang sedemikian, Kuhlthau & Todd (2007), melihat penggunaan guided inquiry dalam pembelajaran IPA sangat tepat. Guided inquiry melatih siswa dengan bimbingan guru dalam membangun pengetahuan dan pemahaman mengenai objek dan persoalan IPA dan secara perlahan guru membekali mereka untuk mampu melakukan investigasi secara mandiri. Tentunya kegiatan pembelajaran yang demikian sangat sesuai dengan amanat kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini yakni kurikulum 2013. Kurikulum 2013 mengamanatkan agar pembelajaran, termasuk pembelajaran IPA diorientasikan ke berpikir tingkat tinggi (higher order thinking) dan sikap.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan mitra serta hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka tim pelaksana melaksanakan kegiatan PPM “Optimalisasi

Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA

Berpendekatan Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah

Siswa”. Kegiatan PPM ini dilaksanakan pada tanggal 23, 31 Agustus 2014 dan 6, 13

September 2014 di Pengurus Cabang NU Kabupaten Magelang. Kegiatan diikuti oleh

34 anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Berdasar metode yang telah

direncanakan untuk memecahkan persoalan meliputi ceramah, diskusi, simulasi, dan

workshop. Secara garis besar, kegiatan dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu: tahap

pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi.

1. Hasil Evaluasi Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar

Analisis kebutuhan bahan ajar dilakukan secara berkelompok dengan

pembagian KD dalam kurikulum 2013 dikerjakan satu kelompok (2-3 peserta) untuk

mata pelajaran IPA jenjang kelas VII, VIII dan IX dalam kurikulum 2013. Hasil

workshop analisis kebutuhan bahan ajar berupa data kebutuhan bahan ajar, yang

dikumpulkan sebanyak 18 buah. Analisis kebutuhan bahan ajar tersebut memuat

beberapa komponen, yaitu identitas (mata pelajaran, kelas, semester), kompetensi

(Kompetensi inti/KI dan Kompetensi Dasar/KD), materi pokok, indikator, kegiatan,

macam sumber belajar dan bahan ajar yang diperlukan . Adapun hasil penilaian

terhadap 18 produk hasil analisis kebutuhan bahan ajar yang terkumpul

(10)

Kurikulum 2013 (N=18)

Nilai Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik (<60) 2 11,11

Baik (60-80) 6 33,33

Sangat Baik (>80) 10 55,55

Kriteria:

Sangat baik = jika lengkap komponen analisis kebutuhan bahan ajar (identitas, kompetensi, materi pokok, indikator, kegiatan, kebutuhan sumber belaar dan bahan ajar) ,kesesuaian antara KD-indikator-kegiatan-bahan ajar.

Baik =jika salah satu komponen tidak terpenuhi Kurang Baik =jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta (55%) sudah sangat

baik dan 33,33% sudah baik dalam melakukan analisis kebutuhan bahan ajar.

Sebagian kecil (11,11%) peserta melakukan analisis kebutuhan bahan ajar secara

kurang baik karena belum mencantumkan kompetensi dan indikator pencapaian

serta ketidaksesuaian antara penentuan kegiatan pembelajaran dengan kompetensi

yang akan dicapai. Hal tersebut mencerminkan bahwa sebagian kecil peserta masih

mengalami kesulitan dalam memahami kompetensi dalam kurikulum 2013.

Kegiatan workshop analisis kebutuhan ajar menghasilkan produk berupa peta

kebutuhan bahan ajar dalam kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPA jenjang

kelas VII, VIII, dan IX.

2. Hasil Evaluasi Produk LKS IPA

Berdasarkan hasil analisis kebutuhan bahan ajar tersebut, peserta

mendapatkan data pemetaan kompetensi dasar IPA dalam kurikulum 2013 yang

membutuhkan bahan ajar berupa LKS beserta macam kegiatan pembelajaran. Hasil

pemetaan tersebut kemudian didistribusikan kepada tiap-tiap peserta untuk dapat

ditindaklanjuti dengan mengembangkan LKS yang dibutuhkan. Adapun LKS yang

dikembangkan diharapkan dapat berbasis guided inquiry dengan berorientasi pada

pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan sikap ilmiah.

Peserta mengembangkan LKS secara individu, dan dilakukan dengan

workshop. Workshop pengembangan LKS tahap 1 dihasilkan draf awal LKS.

Produk draf awal LKS yang terkumpul sebanyak 34 buah. Narasumber melayani

(11)

fasilitator, antar peserta diharapkan dapat saling sharing jika mengalami kesulitan

dalam pengembangan LKS. Berdasarkan hasil umpan balik dari narasumber,

peserta melakukan revisi draf awal untuk ditindaklanjuti menjadi draf final LKS.

Untuk umpan balik dan tindak lanjut sebagaimana dalam Tabel 5.

Tabel 5. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya

Catatan pada Draf Awal Saran Perbaikan Keterangan

Tujuan yang kurang operasional dan kurang sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Contohnya: tujuan mengetahui/memahami....

Kata “mengetahui” ataupun “memahami” bukanlah kata kerja operasional, sebagiknya diganti dengan kata kerja yang operasional dan sesuai dengan bentuk kegiatan. Jika kegiatan berupa eksperimen maka contoh tujuan LKS adalah “menyelidiki pengaruh..”, jika pengamatan maka tujuan LKSnya adalah “mengidentifikasi...”

Saran ditindaklanjuti

Sebagian kecil LKS memuat alat dan bahan kegiatan belum lengkap

Alat dan bahan dapat ditentukan dan disesuikan dengan kebutuhan dalam melakukan kegiatan ilmiah menggunakan LKS tersebut.

Saran ditindaklanjuti

Langkah kerja yang belum sistematis, ada sebagian kecil yang menggunakan kalimat aktif.

Langkah kerja dibuat sistematis dan dalam bentuk kalimat instruksi (tanpa tanda seru). Agar langkah dapat sistematis maka fasilitator menyarankan agar peserta guru ketika menuliskan langkah kerja LKS sembari membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya.

Saran ditindaklanjuti

Bahasa yang digunakan di langkah kerja ada yang masih ambigu, sebaiknya langkah dibuat sistematis dan bahasa yang lugas dan tidak bermakna ganda.

Bahasa dibuat lugas dan tidak ambigu. Sebaiknya peserta guru sembari membayangkan posisi sebagai siswa yang sedang melakukan atau bahkan guru mencoba praktik menggunakan langkah yang tersaji dalam LKS yang dikembangkannya.

Saran ditindaklanjuti

Sebagian kecil tabel hasil kegiatan masih belum tepat karena kurang komunikatif (belum menampakkan variabel yang diamati).

Tabel dibuat lebih komunikatif dengan konsisten dengan apa yang tertera dalam langkah kerja, mencantumkan variabel yang diamati beserta satuannya.

Saran ditindaklanjuti

Pertanyaan diskusi masih terlalu mudah dan kurang sinkron dengan kegiatan

Pertanyaan tidak hanya sekedar pertanyaan hafalan yang dapat dijawab dengan melihat buku, namun pertanyaan bersifat analisis data kegiatan dan berdasarkan data kegiatan.

Saran ditindaklanjuti

Sebagian besar peserta menindaklanjuti umpan balik yang diberikan fasilitator pada

draf awal mereka. Hal tersebut menjadikan produk LKS hasil revisi (LKS final) lebih

(12)

Adapun aspek penilaian LKS final berdasarkan kriteria sebagaimana menilai

bahan ajar text dengan memperhatikan aspek materi (kesesuaian kompetensi: berbasis

guided inquiry, mengembangkan keterampilan berpikir, kejelasan langkah atau prosedur kerja, keruntutan langkah). Untuk penilaian kualitas LKS dengan kriteria

sebagaimana Tabel 6.

Tabel 6. Kriteria Penilaian Kualitas LKS

Kriteria Keterangan

Sangat baik jika komponen materi, penyajjian, tampilan, dan bahasa sudah sesuai dengan kriteria.

Baik jika salah satu komponen tidak terpenuhi Kurang Baik jika lebih dari satu komponen tidak terpenuhi

Penilaian LKS dengan menggunakan lembar penilaian kualitas LKS menunjukkan

hasil sebagaimana Gambar 1.

Gambar 1. Hasil Penilaian Kualitas LKS

Penilaian produk LKS final sebagai produk kegiatan PPM ini maka dapat

diperoleh gambaran bahwa produk LKS yang dihasilkan peserta dapat membelajarkan

siswa secara aktif karena sebagian besar (lebih dari 70%) sudah berbasis guided inquiry.

LKS tersebut mendukung berlangsungnya pembelajaran IPA yang berpusat pada siswa,

yang berpotensi melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan

masalah melalui kegiatan ilmiah baik ekperimen maupun observasi. Selain itu,

pembelajaran yang berpusat pada siswa juga memungkinkan terjadinya diskusi yang

merupakan cara efektif untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir. Hal

ini disebabkan karena melalui diskusi, siswa dapat berbagi pendapat, berpikir

perspektif, dan mendapatkan pengalaman. Melalui diskusi, siswa juga dapat belajar

(13)

Pembelajaran yang menggunakan LKS demikian akan membelajarkan siswa dengan

orientasi proses (process-oriented) bukan hanya produk pengetahuan (konsep, teori,

prinsip, hukum) semata.

Langkah kerja dalam LKS yang disajikan secara sistematis dan menerapkan

pendekatan guided inquiry melibatkan siswa secara aktif mengkonstruksi

pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, atas

bantuan dan bimbingan guru. Hal tersebut menuntun siswa dalam membentuk konsep

(concept formation) yang akan ditemukan melalui kegiatan ilmiah, dan bukan sekedar

mendengarkan penjelasan guru.

3. Evaluasi Kreativitas Guru dalam Mengembangkan LKS

Kreativitas guru berdasarkan hasil observasi selama kegiatan workshop

pengembangan LKS tahap awal dan akhir, diperoleh hasil bahwa bentuk LKS yang

dikembangkan antar peserta bervariasi dalam hal macam kegiatan pembelajaran IPA

(observasi, eksperimen, project, diskusi), tampilan atau lay out LKS juga bervariasi.

Hampir keseluruhan peserta berusaha mengembangkan produk LKS berbasis guided

inquiry. Hasil produk akhir berupa draf final LKS yang dikumpulkan ada 34 produk. Sebanyak 33 produk (97,06%) merupakan hasil karya peserta (bukan copy paste).

Sebagian besar produk LKS final (70,59%) sudah melatih siswa untuk

mengembangkan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut tercermin dari pemberian

kesempatan kepada siswa untuk memiliki kebebasan berpikir dan bertindak dalam

memahami pengetahuan dan memecahkan masalah. Siswa diminta melakukan

penurunan ide-ide dengan mengemukakan pertanyaan-pertanyaan terbuka serta

kesempatan berdiskusi, merelasikan (menganalisis keterhubungan suatu kejadian baik

alat maupun proses dengan konsep IPA), mensintesis (membuat kombinasi unsur-unsur

materi pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk laporan tertulis atau gambar) dan

menginferensi (membuat kesimpulan dari materi-materi dan kegiatan yang telah siswa

pelajari dan lakukan).

Secara umum kegiatan PPM ini dapat dikatakan berhasil dikarenakan semua

target kegiatan dapat tercapai dengan baik. Kegiatan PPM ini dapat terlaksana dengan

baik untuk ketiga tahapan, yang meliputi tahap pelatihan teori , pelatihan praktik dan

(14)

Inquiry”

Menyebarluaskan hasil penelitian terkait pembelajaran IPA berbasis guided inquiry

100 100 Target

tercapai Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa

untuk membentuk konsep (concept formation) IPA

75 75 Target

tercapai Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan

pendekatan inquiry dalam LKS

80 75 Target

tercapai Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS 25 25 Target

tercapai

Tabel 7 menunjukkan bahwa secara umum kegiatan PPM ini dapat dikatakan

berhasil dikarenakan semua target kegiatan dapat tercapai dengan baik. Hanya saja

ada beberapa hambatan yang dialami antara lain: alokasi waktu yang cukup sulit

untuk mempertemukan semua guru dari banyak SMP/MTs, tagihan final berupa LKS

jadi masih dirasa sulit oleh peserta, melakukan perubahan paradigma LKS berupa

latihan soal IPA ke LKS yang berpendekatan guided inquiry bukanlah hal yang

mudah.

Untuk mengatasi hambatan tersebut maka tim pengabdi melakukan hal-hal

sebagai berikut: alokasi waktu disesuaikan dengan jam pertemuan MGMP (waktu

luang guru IPA), penyusunan draft dan finalisasi produk LKS dapat berkonsultasi

dengan narasumber secara online, dan dilakukan pemodelan pembelajaran guided

inquiry menggunakan LKS (produk penelitian) agar peserta memperoleh gambaran dan pengalaman pembelajaran IPA dengan LKS berpendekatan guided inquiry di

kelas serta termotivasi untuk mengimplementasikannya.

D. PENUTUP

Berdasarkan hasil dan pembahasan kegiatan di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa:

a. Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA.

b. Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

menerapkan pendekatan guided inquiry dalam LKS

c. Kegiatan pengabdian ini sudah dapat meningkatkan kreativitas guru dalam

mengembangkan LKS.

Ucapan Terimakasih

(15)

kegiatan ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ketua MGMP IPA MTs Kabupaten Magelang dan MGMP IPA SMP Kabupaten Magelang yang telah bekerjasama untuk kelangsungan kegiatan PPM, dan guru-guru IPA SMP dan MTs Kabupaten Magelang yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan PPM ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Prastowo. 2011. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif: menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.

Asa. (2011). Sains dan Matematika Kurang Diminati. Yogyakarta: Kedaulatan Rakyat.

Balitbang. 2011. Survey Internasional TIMSS. Diunduh dari

http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/survei-internasional-timss, pada tanggal 1 November 2014.

Cubukcu, Zuhal. 2006. Critical Thinkking Dispositions of the Turkish Teacher Candidates. The Turkish Online Journal of Educational Technology, Vol.5 Issue 4 Article 4. p 22-36.

Ergul, R., Yeter S.., Sevgül Çalu, Zehra Özd Leku G., Meral A.. 2011. The Effect of Inquiry-Based Science Teaching on Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes [versi elektronik]. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 5, Number 1. Diunduh dari http://bjsep.org/getfile.php?id=88, pada tanggal 11 November 2014. p..48

Friedel, C., Tracy Irani, Rick Rudd, Maria Gallo, Erin Eckhardt, & John Ricketts. 2008. Overtly Teaching Critical Thinking and Inquiry-Based Learning: a Comparison of Two Undergraduate Biotechnology Class. Journal of Agricultural Education [versi elektronik]. Volume 49, Number 1, pp. 72 - 84 , DOI: 10.5032/jae.2008.01072. Iwan Sugiarto. (2004). Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berpikir Holistik & Kreatif. Jakarta: Gramedia Utama.

Insih Wilujeng. (2012). Core Pedadogi untuk SMP. Yogyakarta:Prodi IPA UNY

Kubicek, John P. 2005. Inquiry-based learning, the nature of science, and computer technology: New possibilities in science education [versi elektronik]. Canadian Journal of Learning and Technology. Volume 31 winter. Diunduh dari http://www.cjlt.ca/index.php/cjlt/article/view/149/142, tanggal 10 November 014.

Lawson, Anton E. (1995). Science Teaching anf The Development of Thinking. Califronia: Wadsworth Publishing Company.

National Research Council. (1996). National science education standards. Washington, DC: National academic Press.

(16)

Indonesia

Biodata singkat Penulis Utama

(17)

ARTIKEL INOTEKS PROGRAM PPM

JUDUL KEGIATAN PPM

Diusulkan Oleh:

Asri Widowati, M.Pd /NIP 19830816 200604 2 002 Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd /NIP 19860225 201212 2 001 Laila Katriani, M.Si /NIP 19850415 201212 2 001

Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2014 sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM)

Berbasis Penelitian Nomor:51 a/PM-RT/UN34.21/2014, Tanggal 28 Mei 2014 Universitas Negeri Yogyakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LEMBAGA PENELITAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER 2014

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

(18)

i

LAPORAN AKHIR

PROGRAM PPM BERBASIS PENELITIAN

Tahun 1 dari rencana 1 tahun

Diusulkan oleh:

Asri Widowati, M.Pd /NIP 19830816 200604 2 002 Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd /NIP19860225 201212 2 001 Laila Katriani, M.Si /NIP19850415 201212 2 001

Dibiayai oleh Dana DIPA UNY Tahun Anggaran 2014 sesuai Surat Perjanjian Pelaksanaan Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM)

Berbasis Penelitian Nomor:51 a/PM-RT/UN34.21/2014, Tanggal 28 Mei 2014 Universitas Negeri Yogyakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER 2014

Judul:

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

dengan Workshop Pengembangan LKS IPA BerpendekatanGuided-Inquiry

(19)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013 dengan Workshop

Pengembangan LKS IPA Berpendekatan Guided-Inquiry untuk MengembangkanThinking Skilldan Sikap Ilmiah Siswa

Pelaksana :

Nama Lengkap : Asri Widowati, M.Pd

NIDN : 0016088301

Jabatan Fungsional : Lektor

Program Studi : Pendidikan IPA

Nomor HP : 081804758907

Alamat surel (email) : [email protected]

Anggota (1) :

Nama Lengkap : Putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

NIDN :

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta

Anggota (2) :

Nama Lengkap : Laila Katriani, M.Si

NIDN :

Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Yogyakarta Institusi Mitra : SMP dan MTs Kabupaten Magelang

Alamat : Kabupaten Magelang

Penanggung Jawab : Evi Hikmah dan Taufik P.

Tahun Pelaksanaan : 2014

Tahun Pelaksanaan : Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Biaya Tahun Berjalan : Rp 15.000.000;

Biaya Keseluruhan : Rp 15.000.000;

Mengetahui, Dekan FMIPA UNY

Dr. Hartono

NIP19620329 198702 1 002

Yogyakarta, 11 November 2014 Ketua Tim Peneliti,

Asri Widowati, M.Pd. NIP 19830816 200604 2 002

Menyetujui, Ketua LPPM UNY

(20)

iii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat allah subhanahu wata’ala, karena atas

rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kegiatan PPM yang berjudul “Optimalisasi Implementasi

Kurikulum 2013 dengan Workshop Pengembangan LKS IPA Berpendekatan

Guided-Inquiry untuk Mengembangkan Thinking Skill dan Sikap Ilmiah Siswa ” dapat diselesaikan

dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Yogyakarta dan Ketua

Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada tim

pengabdi untuk melaksanakan kegiatan ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Ketua

MGMP IPA SMP dan Ketua MGMP IPA MTs Kabupaten Magelang yang telah bekerjasama

dengan tim pengabdi, dan anggota MGMP IPA SMP & MTs Kabupaten Magelang yang telah

berpartisipasi aktif dalam kegiatan PPM ini.

Semoga hasil PPM ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa masih

terdapat kekurangan dalam PPM ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun

demi keberlanjutan kegiatan ini.

Yogyakarta, November 2014

(21)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

RINGKASAN viii

BAB I. PENDAHULUAN 1

BAB II.KAJIAN PUSTAKA 5

BAB III.TUJUAN DAN MANFAAT 11

BAB IV. METODE KEGIATAN PPM 12

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 16

BAB VI. PENUTUP 24

DAFTAR PUSTAKA 25

(22)

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.Six Principles of Guided Inquiry 8

Tabel 2. Kualifikasi, Skill dan Tugas tiap Personel Tim Pelaksana 13

Tabel 3. Metode Kegiatan PPM 13

Tabel 4. Tujuan, Indikator dan Luaran Kegiatan PPM 15

Tabel 5. Hasil Penilaian Produk Analisis Kebutuhan Bahan Ajar dalam Kurikulum 2013 (N=18)

16

Tabel 6. Penilaian Kualitas LKS (N=34) 18

Tabel 7. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya 20

Tabel 8.Hasil Evaluasi Kegiatan PPM “Pengembangan LKS BerbasisGuided Inquiry”

(23)

DAFTAR GAMBAR

(24)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Kegiatan

Lampiran 2. Biodata Tim Pelaksana

Lampiran 3. Contoh Produk-produk Kegiatan

(25)

RINGKASAN

Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013

dengan Workshop Pengembangan LKS IPA BerpendekatanGuided-Inquiry

untuk MengembangkanThinking Skilldan Sikap Ilmiah Siswa

Oleh: Asri Widowati, Putri Anjarsari, Laila Katriani

Tujuan kegiatan ini adalah untuk: (1) menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS IPA terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan

thinking skill dan sikap ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013; (2) meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA Terpadu; (3) meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan

inquirydalam LKS; (4) meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS.

Khalayak sasaran kegiatan ini adalah 34 guru anggota MGMP IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang. Kegiatan ini dilakukan dengan tiga tahap, meliputi tahap pelatihan teori, tahap pelatihan praktik, dan tahap evaluasi. Metode yang digunakan yakni: pemodelan (simulasi), ceramah, diskusi, dan workshop.

Hasil kegiatan menunjukkan bahwa secara umum kegiatan PPM ini sudah berhasil dalam mencapai semua target kegiatan. Sebagian besar peserta sudah terampil dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep (concept formation) IPA. Sebagian besar peserta juga sudah mampu menerapkan pendekatan guided inquiry dalam LKS. Selain itu, produk LKS final juga menunjukkan sebagian besar peserta sudah kreatif dalam mengembangkan LKS dengan mengembangkan LKS sendiri (tidak copy paste) dan memuat pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam produk LKS final.

(26)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi

Kurikulum 2013 merupakan antisipasi adanya pergeseran paradigma belajar abad 21,

bertujuan untuk menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan pengetahuan

(tahu apa) yang terintegrasi. Kerangka kompetensi abad 21 yang menjadi dasar dalam

pengembangan kurikulum 2013 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA yang membekali

pengetahuan saja tidak cukup, sehingga harus dilengkapi dengan kemampuan berpikir kritis

dan kreatif, berkarakter, serta didukung dengan kemampuan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki arti penting dalam

membangun bangsa. Maju mundurnya suatu bangsa dalam pergaulan internasional

ditentukan oleh beberapa paramater, tiga diantaranya adalah science literacy, mathematic

literacy, serta language literacy. Program-program seperti Programme for International

Student Assessment (PISA), Trends in Mathematics and science Study (TIMS) dirancang

untuk menilai literasi sains dan kemampuan berpikir siswa. Sampai saat ini, anak-anak di

Indonesia selalu berada pada rangking rendah dalam perolehan sains di dunia. Berdasarkan

hasil PISA, hampir 25% dari siswa di Indonesia belum mampu menggunakan keterampilan

sains, sedangkan berdasarkan hasil TIMS, kemampuan berpikir siswa Indonesia belum

mencapai level tertinggi (kemampuan reasoning with incomplete information), hanya 3%

yang memiliki kemampuan reasoning, 10% kemampuan appliying, 23% kemampuan low

(knowing), dan sisanya memiliki kemampuanvery low.

Kebutuhan akan pembelajaran yang berorientasi life skills, khususnya thinking skill

sangat nyata. Hal tersebut karena pada kenyataannya, pendidikan seringkali masih

menciptakan penganggur terpelajar. Data Badan Pusat Statistik, menunjukan hingga

Februari 2007, jumlah sarjana yang menganggur sebanyak 409.890 orang. Belum lagi

lulusan diploma III yang belum mendapatkan pekerjaan sebanyak 179.231 orang serta

(27)

keluaran institusi pendidikan tinggi berjumlah 740.206 orang (Kompas - Rabu, 6

Februari 2008 dalam Erwin 2008).

Darmaningtyas melakukan studi kasus pada iklan lowongan kerja di harian Kompas

Minggu, 6 Januari 2008. Ada 405 lowongan pekerjaan, 4,19% mensyaratkan indeks prestasi

minimum, yang lainnya menekankan pada kemampuan kerja individu dan tim, kemampuan

berbahasa asing, terutama Inggris, kemampuan mengoperasikan program komputer,

kemampuan berkomunikasi, dan pengalaman kerja. Persyaratan tersebut justru tidak

diperoleh secara formal di bangku sekolah, sebaliknya didapat dari inisiatif dan kreativitas

individu. Individu kreatif cenderung memiliki tingkat keberhasilan tinggi.

Karakter Bangsa Indonesia semakin lama semakin terpuruk. Hal ini ditunjukan

dengan berbagai permasalahan moral yang ada mulai dari level pemerintahan pusat hingga

ke pemerintahan desa. Selain itu, permasalahan juga sangat luas dari permasalahan non

formal hingga bidang akademik. Mencontek, kekerasan, tawuran antar pelajar, hingga

narkoba, prostitusi dan plagiasi karya ilmiah merupakan contoh permasalahan yang ada

dibidang pendidikan. Berita-berita di media massa menginformasikan banyak terjadi

tawuran antar pelajar dan perjokian dalam seleksi masuk ke perguruan tinggi dan ujian

nasional terjadi dalam dunia pendidikan. Sementara itu, Kompas (2012) menyatakan bahwa

plagiasi terjadi pada karya ilmiah mahasiswa maupun dosen. Hal ini menunjukkan

rendahnya karakter bangsa Indonesia. Rendahnya karakter bangsa itu merupakan

tanggungjawab bersama, termasuk dalam dunia pendidikan. Untuk itu, perlu dikembangkan

pendidikan yang dapat meningkatkan karakter bangsa Indonesia.

Oleh karena persoalan dan latar belakang tersebut maka penting untuk

mempersiapkan guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 yakni salah satunya

dengan mengembangkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS IPA SMP dengan

pendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skills dan sikap ilmiah

dalam mendukung implementasi kurikulum 2013. Sebagaimana hasil penelitian Asri

Widowati dan Putri Anjarsari (2013) yang menunjukkan bahwa LKS IPA terpadu yang

dikembangkan layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 dan berpotensi untuk

mengembangkan keterampilan berpikir sertascientific attitudesiswa SMP.

Guided inquiry merupakan salah satu tipe inquiry yang sebaiknya dikembangkan

(28)

3

berlangsung di sekolah ternyata masih kurang membelajarkan siswa dengan inkuiri. Hal

tersebut sebagaimana hasil wawancara dengan guru IPA Kabupaten Magelang yang

mengakui bahwa pembelajaran IPA yang berlangsung berorientasi terhadap produk IPA

yang berupa konsep-konsep ataupun bersifat membuktikan suatu teori (verifikatif) dan

masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan guna

menemukan konsep. Pembelajaran yang demikian menyebabkan kemampuan berpikir siswa

direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat (Ratno Harsanto,

2005). Selain itu, hal tersebut juga berakibat siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi

masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif (Iwan

Sugiarto, 2004: 14). Tentunya hal tersebut dapat menyebabkan pembelajaran, khususnya

pembelajaran IPA tidak bermakna dan terkesan ‘kering’.

Guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang

berorientasi pada siswa aktif belajar. Salah satu cara untuk membelajarkan siswa secara aktif

yaitu melalui pendekatan inkuiri, namun apabila siswa belum terbiasa melakukan

pembelajaran menggunakan inkuiri, maka dapat digunakan pendekatan guided inquiry yaitu

suatu pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri yang lebih terbimbing. Pembelajaran

inkuiri berusaha membantu siswa belajar dan memperoleh pengetahuan serta membangun

konsep-konsep mereka sendiri. Melalui pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri

siswa belajar cara mengorganisasikan dan mengadakan penelitian secara mandiri sehingga

konsep yang didapatkan mudah diingat. Oleh karena itu, penting untuk membelajarkan IPA

menggunakan pendekatan inkuiri.

Pemerintah pada tahun ini sedang mempersiapkan buku sebagai bahan ajar dan

sumber belajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. Namun, ketersediaan buku saja dalam

kegiatan pembelajaran belum cukup untuk menunjang keberhasilan pembelajaran. Dalam

kegiatan eksplorasi yang berupa penyelidikan, diperlukan adanya Lembar Kegiatan Siswa

(LKS). LKS yang saat ini beredar di lapangan belum sesuai dengan kurikulum 2013 yang

akan diterapkan. Selain karena materi yang disajikan masih dalam satu disiplin ilmu saja,

kegiatan dalam LKS juga masih belum menekankan kegiatan inkuiri ilmiah. Untuk itu,

dirasa sangat perlu diadakan workshop untuk mengembangkan LKS IPA terpadu (worksheet

(29)

keterampilan berpikir (kritis, kreatif dan pemecahan masalah) serta sikap ilmiah (scientific

attitude)untuk mendukung implementasi kurikulum 2013.

Berdasarkan hasil diskusi dengan rekan guru IPA SMP Magelang diperoleh

informasi bahwa (1) guru masih belum siap melaksanakan kurikulum 2013; (2)

pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah-sekolah belum terpadu; (3) 80% guru

belum mampu mengembangkan LKS yang dapat membelajarkan siswa secara aktif untuk

berinkuiri; (4) 85% LKS IPA SMP masih berupa latihan soal dan bukan penuntun kegiatan;

(5) 80% LKS yang beredar di SMP masih terdapat lompatan-lompatan rantai kognitif dalam

pembentukan konsep (concept formation); (6) LKS yang tersedia di pasaran yang tidak

cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa. Hal tersebut masih

diperparah dengan kenyataan buku-buku dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) saat ini sangat

kaku dan menjenuhkan bagi siswa sehingga siswa kurang tertarik terhadap IPA (Asa, 2011).

Tentunya gambaran tersebut menunjukkan secara real adanya masalah ketersediaan LKS

IPA terpadu yang berpendekatan guided inquiry agar siswa dapat aktif, baik hands on

maupun minds on. Guru harus dibekali kemampuan mengembangkan dan

mengimplementasikan LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry agar dapat

mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatan scientific,

termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri. Mengingat masalah tersebut penting untuk

segera diatasi maka perlu dilaksanakan workshop pengembangan LKS IPA SMP

berpendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skilldan sikap ilmiah

(30)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran IPA

Pembelajaran merupakan kegiatan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan

sikap pada diri seseorang ketika berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Rezba

(2006 :4) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran IPA dalam era baru menekankan pada

“science as a ways of thinking and investigating, as well as a body knowledge”. Sejalan

dengan pemikiran tersebut, pembelajaran sains (IPA) merupakan sesuatu yang harus

“dilakukan” oleh siswa bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa sebagaimana yang

dikemukakanNational Science Educational Standart(1996: 20) bahwa ”Learning science

is an active process. Learning science is something student to do, not something that is

done to them”. Dengan demikian, dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk belajar

aktif yang terimplikasikan dalam kegiatan secara fisik ataupun mental, tidak hanya

mencakup aktivitashands-ontetapi jugaminds-on.

Pembelajaran sains semestinya memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi

aktif. Guru hendaknya dapat mengembangkan proses pembelajaran aktif sehingga

partisipasi siswa dalam pembelajaran dapat meningkat. Hal tersebut dikarenakan kegiatan

aktif siswa merupakan titik awal dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan

kegiatan pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pada diri seseorang ketika

berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Dengan adanya partisipasi yang optimal

maka pengalaman belajar yang diperoleh akan semakin mantap dan pencapaian tujuan

belajar lebih efektif dan efisien.

Pembelajaran yang berpusat pada guru sudah saatnya beralih menjadi berpusat

pada siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa memandang siswa sebagai komponen

terpenting dalam sistem dan proses pengajaran sehingga siswa dapat mengembangkan dan

menentukan cara-cara belajarnya. Proses keterlibatan siswa dalam pembelajaran akan

memungkinkan terjadinya asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian

pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung terhadap balikannya dalam

pembentukan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam

(31)

bermakna. Pembelajaran yang lebih bermakna tersebut dapat dilakukan melalui

pembelajaran dengan pendekatan inkuiri.

Pembelajaran IPA hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pengertian terpadu

dalam penelitian ini lebih merujuk pada makna yang dianjurkan Depdiknas (2011: 3)

yaitu pembelajaran IPA terpadu dilaksanakan sebagai upaya agar peserta didik dapat

memahami obyek secara utuh (holistik) dan dapat memecahkan permasalahan dalam

kehidupan sehari-hari secara kontekstual. Materi diajarkan dengan memadukan beberapa

bidang kajian dalam IPA agar peserta didik dapat berpikir holistik.

Pembelajaran IPA terpadu untuk mengoptimalkan keterampilan dan sikap dalam

IPA lebih ditekankan dalam kurikulum 2013 yang sebentar lagi akan diterapkan.,

kompetensi inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait yaitu berkenaan

dengan sikap keagamaan (kompetensi 1), sikap sosial (kompetensi 2), pengetahuan

(kompetensi 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi 4). Keempat kelompok itu

menjadi acuan dari Kompetensi Dasar (KD) dan harus dikembangkan dalam setiap

peristiwa pembelajaran secara integratif.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang biasanya berupa

petunjuk atau langkah-langah untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan oleh

siswa. LKS termasuk dalam bahan ajar. Iif Khoiru Ahmadi,dkk. (2011: 208) menyatakan

bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu

guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Azhar Arsyad (2009:

87) menyatakan bahwa LKS termasuk media pembelajaran berbasis cetakan. Teks

berbasis cetakan menuntut perhatian saat perancangan yaitu: (1) konsistensi, (2) format, (3)

organisasi, (4) daya tarik, (5) ukuran huruf, serta (6) penggunaan spasi kosong.

Poppy Kamalia Devi, dkk. (2009: 36), menyebutkan hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam pembuatan LKS dari segi penyajian dan segi tampilan. Dari segi

penyajian terdiri dari: (1) judul LKS harus sesuai degan materinya, (2) materi sesuai

dengan perkembangan anak, (3) materi disajikan secara sistematis dan logis, (4) materi

disajikan secara sederhana dan jelas, seta (5) menunjang keterlibatan dan kemauan peserta

(32)

7

penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami, (2) gambar dan grafik sesuai dengan

konsepnya, (3) tata letak gambar, tabel dan pertanyaan harus tepat, (4) judul, keterangan,

instruksi, pertanyaan harus jelas, serta (5) mengembangkan minat dan mengajak peserta

didik untuk berpikir.

Langkah-langkah menyiapkan LKS menurut Depdiknas (2005:5) adalah sebagai

berikut: (1) analisis kurikulum; (2) menyusun kebutuhan LKS; (c) menentukan

judul-judul LKS; (4) penulisan LKS yang meliputi perumusan kompetensi dasar, menentukan

alat penilaian, penyusunan materi, dan menentukan struktur LKS.

3. PendekatanGuided Inquiry

Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha

meletakkan dasar dan mengembangkan cara berpikir ilmiah. Menurut Martin et al (2005:

184-185), inkuiri adalah penggunaan proses-proses sains, pengetahuan ilmiah, dan

sikap-sikap ilmiah untuk menganalisa suatu permasalahan dan berpikir kritis. Sedangkan

menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, & Caspari, A.K (2007:2),Inquiry is an approach

to learning whereby students find and use a variety sources of information and ideas to

increase their understanding of a problem, topic, or issue. Jadi, pendekatan inkuiri adalah

suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk pemahaman

konsep-konsep sains, belajar bagaimana mempelajari sesuatu, menjadi seseorang pembelajar yang

mandiri untuk meningkatkan kemampuan berpikir secara ilmiah. Hasil dari pembelajaran

inkuiri, siswa dapat memahami cara menemukan sendiri konsep-konsep dan melakukan

eksperimennya sendiri atau menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh pada

lingkungannya.

Trowbridge dan Bybee (1986: 185-186) menyatakan bahwa apabila peserta didik

tidak memiliki cukup pengalaman dalam pembelajaran menggunakan inkuiri, maka

pembelajaran dilakukan secara tersusun terlebih dahulu. Setelah mereka memiliki

pengalaman dalam penyelidikan, penyusunan tersebut harus dikurangi. Guided Inquiry

merupakan istilah dengan kondisi pembelajaran pada awalnya dilakukan dengan sangat

tersusun. Prinsip-prinsip dalam guided inquiry menurut Kuhlthau, C.C, Maniotes, L.K, &

(33)

Tabel 1.Six Principles of Guided Inquiry The Six Principles of Guided Inquiry

Children learn by being actively engaged in and reflecting on an experience Children learn by building on what they already know

Children develop higher-order thingking through guidance at critical points in the learning process

Children have different ways and modes of learning Children learn through social interaction with others

Children learn through social interaction and experience in accord with their cognitive

Berdasarkan prinsip-prinsip dari pendekatan guided inquiry seperti pada Tabel 1,

dapat disimpulkan bahwa melalui guided inquiry siswa dapat mengembangkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi selama proses pembelajaran. Berpikir kritis, kreatif

dan pemecahan masalah termasuk dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi.

4. Keterampilan Berpikir

Keterampilan berpikir merupakan keterampilan dalam menggabungkan

sikap-sikap, pngetahuan-pengetahuan, dan keterampilan-keterampilan yang memungkinkan

seseorang untuk dapat membentuk lingkungannya agar lebih efektif. Keterampilan

berpikir dapat dibedakan menjadi berpikir kritis dan berpikir kreatif.

Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk menganalisis situasi yang

kompleks dengan menggunakan objektifitas dan konsistensi sebagai standar. Berpikir

kritis berbeda dengan berpikir “unreflective”, yaitu mengambil keputusan, menerima

suatu pernyataan, membuat keputusan tanpa pertimbangan lebih matang. Berpikir kritis

membutuhkan intepretasi dan evaluasi dari suatu pengamatan, komunikasi dan sumber

informasi lainnya. Berpikir kritis juga membutuhkan kemampuan dalam membuat asumsi,

membuat suatu hubungan, dan dalam mengambil kesimpulan (Fisher, 13-14).

Berdasarkan beberapa definisi dan karakteristik berpikir kritis dapat diamati

bahwa terdapat kemiripan sifat pengembangan berpikir kritis dengan karakteristik inkuiri.

Peserta didik dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui pembelajaran

menggunakan pendekatan inkuiri.

Berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara

langsung memberikan peluang bagi siswa untuk berpikir terbuka dan fleksibel tanpa

(34)

9

memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk mengungkapkan ide atau

gagasan. Carin & Sund (1975: 307) mengemukakan untuk menimbulkan kreativitas dalam

pembelajaran perlu memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut: (1) mengembangkan

kepercayaan yang tinggi dan meminimalisir ketakutan; (2) mendorong terjadinya

komunikasi secara bebas; (3) mengadakan pembatasan tujuan dan penilaian secara

individu oleh siswa; (4) pengendalian tidak terlalu ketat

5. Sikap Ilmiah

Salah satu aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA di sekolah adalah

aspek sikap. Martin (2005: 12) mengemukakan bahwa “attitudes are mental

predispositions towards people, objects, subjects, events, and so on”, yang berarti bahwa

sikap merupakan kecenderungan mental terhadap orang, objek, subjek, kejadian, dan

sebagainya.

Sikap yang dikembangkan dalam IPA merupakan sikap ilmiah yang biasa disebut

dengan scientific attitude. Harlen (2000:73) menyatakan bahwa sikap ilmiah merupakan

komponen dalam kegiatan inkuiri. Sikap ilmiah menurut Carin dan Sund (1970: 2) adalah

certain beliefs, values, opinions, for example, suspending judgement until enough data

has been collected relative to the problem. Constantly endeavoring to be objective.” Sikap

ilmiah berkaitan dengan kepercayaan tertentu, nilai-nilai, opini-opini, misalnya,

melakukan penilaian setelah semua data terkumpul, berusaha untuk bersikap objektif.

Pengelompokan/dimensi sikap ilmiah yang dikembangkan oleh Harlen (2000: 150)

meliputi : (1) sikap ingin tahu, (2) sikap respek terhadap fakta, (3) sikap fleksibel dalam

cara berpikir, (4) sikap berpikir kritis, dan (5) sikap peka terhadap lingkungan sekitar.

C. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Kualitas pembelajaran IPA ditentukan salah satunya oleh kualitas guru yang

membelajarkan IPA. Sebagaimana kita tahu, guru merupakan sebuah profesi. Hal ini berarti

bahwa ada keterampilan unik yang hanya dimiliki oleh seorang guru. Pengetahuan tentang

bagaimana membelajarkan IPA dengan menggunakan LKS yang menuntun siswa melakukan

penyelidikan (inquiry)merupakan hal yang harus guru pahami dan penting untuk diterapkan

dalam pembelajaran IPA untuk mendukung implementasi kurikulum 2013 yang

(35)

siswa aktif (student centered) dan berorientasikan keterampilan berpikir tingkat tinggi

(Higher Order Thinking).

Dari kenyataan tersebut maka permasalahan yang kemudian diidentifikasi di

sebagian besar SMP/MTs Kabupaten Magelang antara lain:

a. Pembelajaran yang ada di lapangan masih kurang sesuai dengan arahan dari

kurikulum 2013 yang mengamanatkan pembelajaran IPA secara terpadu.

b. LKS yang dipergunakan oleh guru masih tipecook book(resep) sehingga siswa hanya

melakukan apa yang ada di LKS, dan ada juga yang hanya sekedar menyampaikan

tugas apa yang dikerjakan secara lisan.

c. Guru masih mengalami kebingungan dalaam mengimplementasikan pendekatan

ilmiah dalam pembelajaran IPA.

d. Sebagian besar Lembar Kegiatan Siswa (LKS) masih berupa latihan soal, bukan

penuntun penemuan konsep melalui kegiatan penyelidikan atau inkuiri.

e. Sebagian besar guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang belum terampil dalam

mengembangkan LKS sebagai pendukung pembelajaran dengan penuntun

pembentukan konsep dengan berproses ilmiah.

f. Kreativitas sebagian besar guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang masih belum

dikembangkan dalam hal pengembangan ataupun pembuatan LKS penggunaannya

dalam pembelajaran IPA.

g. Sebagian besar guru merasa kesulitan dalam mengembangkan LKS IPA Terpadu.

Berdasarkan uraian di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana

upaya peningkatan kemampuan guru IPA SMP/MTs Kabupaten Magelang melalui workshop

pengembangan dan pengimplementasian LKS IPA SMP yang berpendekatan guided inquiry

agar dapat mendukung implementasi kurikulum 2013 yang menerapkan pendekatanscientific,

termasuk membelajarkan IPA dengan berinkuiri. Mengingat masalah tersebut penting untuk

segera diatasi maka perlu dilaksanakan workshop pengembangan LKS IPA SMP

berpendekatan guided inquiry sebagai upaya pengembangan thinking skill dan sikap ilmiah

(36)

11

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT

A. Tujuan Kegiatan

Kegiatan pengabdian pada masyarakat berbasis penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menyebarluaskan hasil penelitian dari tim pengabdi tentang pengembangan LKS IPA

terpadu berpendekatan guided inquiry untuk mengembangkan thinking skill dan sikap

ilmiah dalam rangka mendukung implementasi kurikulum 2013.

2. Meningkatkan keterampilan guru dalam menuntun siswa untuk membentuk konsep

(concept formation)IPA Terpadu, dengan target ketercapaian 75%.

3. Meningkatkan keterampilan guru dalam menerapkan pendekatan inquiry dalam LKS,

dengan target ketercapaian 75%.

4. Meningkatkan kreativitas guru dalam mengembangkan LKS, dengan target ketercapaian

25%.

B. Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat yang dapat diperoleh setelah berlangsungnya kegiatan pelatihan ini adalah:

1. Bagi peserta pelatihan

a. Membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan menyelenggarakan pembelajaran IPA yang berpendekatan ilmiah sebagai implementasi kurikulum 2013. b. Memotivasi peserta untuk mengembangkan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided

inquiry.

c. Memotivasi peserta untuk mengembangkan kreativitas dalam penyelenggaraan pembelajaran IPA terpadu.

2. Bagi sekolah

Kegiatan ini dapat digunakan sebagai sarana meningkatkan sumber daya insani. 3. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

a. Kegiatan ini dapat menjadi sarana UNY untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang potensi dan layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat.

b. Kegiatan ini dapat menunjukkan bahwa UNY dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA.

4. Bagi sekolah dan UNY

(37)

BAB IV

METODE KEGIATAN

A. Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil survey pra-kegiatan PPM diperoleh informasi bahwa: (1) Sebagian

besar (85%) LKS IPA SMP/MTs masih berupa latihan soal dan bukan penuntun kegiatan; (2)

jikapun ada penuntun pembentukan konsep, masih terdapat lompatan-lompatan rantai

kognitif sehingga siswa bingung atau kurang paham dalam belajar konsep IPA; (3)

Guru-guru IPA belum banyak berkarya untuk mengembangkan LKS IPA Terpadu ; (4) Guru

masih banyak menggunakan sumber belajar maupun LKS yang tersedia di pasaran yang

tidak cocok dengan kondisi/potensi sekolah maupun karakteristik siswa. .

Pemecahan masalah untuk menjawab masalah adalah dengan menyelenggarakan

workshop secara intensif yang mencakup bagaimana cara mengembangkan LKS

berpendekatan guided inquiry dan sekaligus pengimplementasiannya. Hal tersebut ditujukan

agar dapat mengoptimalkan implementasi kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan

ilmiah sehingga dapat mewujudkan pembelajaran IPA yang meaningful, yang dapat

melibatkan siswa secara aktif, baik hands-onmaupunminds-on.Adapun diagram air kegiatan

PPM dapat digambarkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka Pemecahan Masalah

(38)

13

B. Khalayak Sasaran

Kegiatan ini akan dilaksanakan oleh tim pengabdi yang merupakan dosen Prodi

Pendidikan IPA. Ketua tim pengabdi pernah mendapatkan pelatihan kurikulum 2013 selaku

asesor PLPG. Tim pengabdi sudah melakukan penelitian tentang ” Pengembangan Worksheet

of Integrated Science Berbasis Guided Inquiry Learning Guna Mengembangkan Keterampilan

Berpikir dan Scientific Attitude Siswa SMP Dalam Rangka Menyongsong Kurikulum 2013” yang

didanai DIPA UNY dan menghasilkan 3 LKS yang berhasil dikembangkan bersama mahasiswa.

Selain itu, tim pengabdi juga melakukan penelitian tentang pendekataninquirysebagai karya tesis.

Tabel 2. Kualifikasi, Skill dan Tugas tiap Personel Tim Pelaksana

No Nama Kualifikasi Skill Tugas dalam

kegiatan

1. Asri Widowati, M.Pd. Magister Pendidikan Sains

- Pendidikan IPA - Strategi Pembelajaran - Bahan Ajar

- Pelatih guru

- Pemateri IPA aspek biologi

-Pendekatan

2. Putri Anjarsari, M.Pd Magister Pendidikan Sains

- Pendidikan IPA - Bahan Ajar - Pelatih guru

- Pemateri IPA aspek kimia

Orientasi 3. Laila Katriani, M.Sc Magister Fisika - Pemateri IPA aspek fisika Pembelajaran sains

SMP dan potensi keterpaduannya

Kegiatan ini direncanakan diikuti oleh minimal 35 (tiga puluh lima) orang guru IPA

SMP/MTs Kabupaten Magelang. Peserta pelatihan ditargetkan berjumlah maksimal 40 (empat

puluh) orang, di mana masing-masing sekolah diharapkan mengirimkan satu atau dua wakilnya

yang merupakan perwakilan guru IPA dari sekolah masing-masing.

C. Metode Kegiatan

Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan adalah pelatihan intensif

(39)

Tabel 3. Metode Kegiatan PPM

Materi Media dan Alat Metode Jam

Pertemuan (JP)

I 1 Inventarisasi kendala-kendala yang dialami guru terkait dengan implementasi kurikulum 20013 dan pengembangan LKS IPA Terpadu berbasisguided inquiry.

Kertas, Pin Up,

2 (a) Scientific approach dalam

implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA berpendekatanguided inquiry;

LCD,Laptop,

II 3 Simulasi Pembelajaran dengan LKS

berbasis Guided inquiry

4 Menginventarisasi Kebutuhan LKS

(Kompetensi Inti & Kompetensi Dasar dalam Kurikulum 2013)

4 JP

III 5 Workshop dan pendampingan

Pengembangan LKS IPA Terpadu berpendekatan guided inquiry

TOTAL JUMLAH JAM PERTEMUAN (JP) 32 JP

D. Langkah-langkah Kegiatan

Kegiatan PPM ini secara garis besar dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut.

1. Tahap Pelatihan Teori

Tahap pelatihan teori ditujukan agar peserta memperoleh pemahaman tentang: (a)

Scientific approach dalam implementasi kurikulum 2013; (b) Pendekatan guided-inquiry

dalam pembelajaran IPA; (c) Metode Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) IPA

berpendekatan guided inquiry. Untuk mendukung tahap ini, narasumber memberikan

makalah dan menggunakan slide power point serta contoh lembar kerja siswa berbasis

guided inquiry yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA.

2. Kegiatan Pelatihan Praktik

Tahap pelatihan praktik meliputi:

a. Praktik simulasi pembelajaran yang diperuntukkan agar peserta memperoleh gambaran

Gambar

Tabel 1 menunjukkan bahwa inquiry dapat melatihkan keterampilan berpikir
Tabel 2. Metode Kegiatan PPM Tatap Materi
Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta (55%) sudah sangat
Tabel 5. Umpan Balik Fasilitator dan Tindak Lanjutnya Saran Perbaikan Kata “mengetahui” ataupun “memahami”
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ketentuan pajak di Amerika Serikat terdapat aturan mengenai wash sale rule, bagaimana pendapat bapak terkait dengan keuntungan dan kerugian yang timbul dari

Praktek perhitungan awal waktu salat yang digunakan selama ini di Indonesia antara lain; awal waktu zuhur saat tergelincir matahari dengan rumus 12-e; awal waktu asar ketika

Untuk mempercepat adopsi varietas unggul kacang hijau, diperlukan beberapa langkah antara lain: (1) varietas yang akan diintroduksikan selain memiliki keunggulan hasil atau

Abstrak: Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam menggunakan media konkrit kelas V Sekolah Dasar Negeri 19 Periji. Penelitian ini bertujuan untuk

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) berlokasi di SDN 007 Kunto Darussalam, yang ditujukan pada guru-guru. Adapun alasan utamanya adalah

Secara keseluruhan hasil penelitian ini mengindikasi bahwa dalam setting adopsi teknologi informasi, TAM memiliki konsistensi yang tinggi dalam prediksian hubungan antar variabel

Sasaran kegiatan ini adalah pengelola desa wisata dan ketua-ketua kelompok yang terkait serta masyarakat sekitar. Setelah peserta mendapatkan materi pelatihan, diharapkan

Salah satu faktor yang menjadi pendukung dari upaya pemberdayaan adalah komitmen pemerintah dalam melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat UMKM (Usaha Mikro Kecil