ABSTRAK
BENTUK KOMUNIKASI GURU TERHADAP SISWATUNARUNGU
DI SEKOLAH
(Studi pada Guru dan Siswa Setara SMALB PKK Provinsi Lampung)
Oleh Adrian Isha
Terdapat beragam fenomena interaksi yang dilakukan antara orang yang memiliki keterbatasan fisik dengan mereka yang mempunyai fisik normal seperti pada umumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara dan proses komunikasi dalam pembelajaran antara guru dan siswa tunarungu di SMALB PKK Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi. Teori interaksi simbolik digunakan sebagai teori analisis penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah bentuk komunikasi yang digunakan yaitu dengan komunikasi verbal dan nonverbal, menciptakan persamaan makna, memberikan demonstrasi atau contoh dalam bentuk komunikasi, memberikan demonstrasi dalam materi pelajaran, dan menunjukkan empati pada siswa tunarungu. Faktor-faktor pendukung dalam proses pembelajaran diantaranya adalah siswa, guru, orang tua, masyarakat, serta lingkungan. Faktor-faktor penghambat dalam proses pembelajaran diantaranya adalah keterbatasan pendengaran siswa, kurangnya kemampuan siswa memahami materi yang disampaikan, serta keterbatasan sarana untuk melakukan demonstrasi.
ABSTRACT
COMMUNICATION FORM OF TEACHERS TO DEAF STUDENTS
IN SCHOOL
(Study on The Teachers and Students in SMALB PKK Lampung Province)
By Adrian Isha
There are many variety phenomena of interaction that counducted between the people with disabilities and those who had normal physical as in general. The objectives of this research are to determine way and process of communication in learning activities between teachers and deaf students in SMALB PKK Lampung Province. This research uses the descriptive qualitative methods. Indepth interview and documentation are used as the data collection technique. Interaction symbolic theory used as the analysis theory for this research. The results of this study show communication form that used are verbal and nonverbal communication, provide a demonstrations or sample in communication form and the subject matter, and show empathy to the students. Supporting factors in the learning process are students, teachers, parents, society, and the environment. The resistor factors in the learning activities are hearing impairment of students, inability of student to understand the material, and the limited of demonstration tools.
BENTUK KOMUNIKASI GURU TERHADAP SISWA TUNARUNGU DI SEKOLAH (Studi pada Guru dan Siswa Setara SMA SLB PKK Provinsi Lampung)
Oleh ADRIAN ISHA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 1988. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Drs.H. Imam Muhajir(alm) dan Ibu Hj. Rien
Athria Palwani pendidikan formal penulis diawali dari pendidikan di Sekolah Dasar Negri 1 Liwa, Lampung Barat dan
selesai pada tahun 2001. Pasca dari pendidikan Sekolah Dasar penulis melanjutkan jenjang pendidikan ke MTs N 1 Liwa, Lampung Barat dan selesai tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di SMA 1 Liwa, Lampung Barat
dan penulis pun selesai tepat waktu pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa S1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosisal dan
Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur PKAB.
PERSEMBAHAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT serta
dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, saya persembahkan
karya kecil sederhana ini kepada :
“
Ibu saya Hj. Rien Athria Palwani, yang tak pernah lelah mendidik,
mendoakan dan melindungi saya. Ayah saya Drs, H. Imam Muhajir
(alm), adik-adik saya Fajar Pamungkas S.Sos, Firhant Imam
Putra, dan Sekar Salsabilla, yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan motivasi dengan caranya masing-masing.
Eyang Mama, Prigle Febiana, Didiet Yudhistira, Radhian Basunondo
Bapak Drs. H. Lukman Zaini beserta Cik Betty Anasari M.IP. dan
Eri Budi Santoso M.IP terima kasih sudah membimbing saya
sehingga dapat menyelesaikan tugas saya.
Kekasihku Indriyani, S.ST yang selalu memberikan pengertian, sabar
dan motivasi nya.
Teman-teman Jurusan Ilmu Komunikasi, khususnya 2007.
Dosen Pembimbing dan Pembahas, yang selalu memberikan
bimbingan dengan baik.”
&
Jangan Terlalu Cepat Sampai Tangga Teratas, Karena Jalan
Satu-satunya adalah Turun Kebawah (Alm Papa H. Imam
Muhajir)
Wisuda setelah 16 semester adalah kesuksesan yang tertunda
Lebih baik terlambat dari pada tidak wisuda sama sekali
Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya
menang.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan curahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta penulis haturkan shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW.
Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul“Bentuk Komunikasi Siswa Tunarungu dengan Guru Di Sekolah.(Studi Pada Siswa dan Guru SLB PKK Provinsi Lampung).
” merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar (S.I.Kom) Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1.
Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.2.
Bapak Drs. Teguh Budi Rahardjo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Lampung terima kasih atas nasehat, saran, waktu dan kesediaannya untuk membimbing proses penyusunan skripsi ini.3.
Bapak Drs. Cahyono Eko Sugiharto. Selaku dosen pembimbing, yang telah mendidik hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Lampung dengan baik. Terimakasih telah meluangkan banyak waktu dalam proses bimbingan dengan penuh kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini.Terima kasih untuk masukan, nasehat, motivasi dan saran yang telah diberikan yang sangat bermanfaat bagi masa depan penulis.
5.
Seluruh dosen FISIP Unila, terutama dosen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan bantuan kepada penulis atas semua didikan, pelajaran dan bimbingan serta ilmu yang diberikan semoga dengan bekal yang diberikan, penulis dapat menjadi lebih berarti dan lebih berguna untuk orang banyak dikemudian hari.6.
Guru dan Siswa SLB PKK Provinsi Lampung yang telah bersedia memberikan pelajaran cara berbahasa dengan menggnakan gerak tubuh atau nonverbal.7.
Kedua orang tuaku tercinta, Drs.H. Imam Muhajir(alm) dan Hj. Rien Athria Palwani yang telah mendidik, membesarkan, dan membiayai pendidikan demi masa depan dan kebahagianku. Terimakasih untuk setiap doa yang luar biasa dan semua dukungannya.8.
Adikku Fajar Pamungkas S.Sos, Firhant Imam Putra dan Sekar Salsabilla. Terima kasih untuk doa, semangat, bantuan, dan motivasi yang diberikan.9.
Bapak Drs. H. Lukman Zaini dan Cik Betty Anasari dan Eri Budi Santosoyang sudah memberikan semangat dan motivasi penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas penulis.
10.
Buat kekasihku Indriyani S.ST yang sudah memberikan motivasi, pengertian dan kasih sayangnya selama penulis menegerjakan Skripsi ini. Love u11.
Teman-teman yang kusayangi, Habib, Ade, Rima, Satria, Ali Blacko, Barni, Oji, Nanda, Anita Bocil, Astrid, Arif Bule, Akbar, Metal, Togar, Pandu, Bayu, Gepeng, Aji, Jaya, Oby, Jesrian, Tozogeking, Ricky, Reza, Panji, Imam, Akbar, Neng Diah, Azul, Jelmi, Ganda, Hestu, Mbak Memoi, Sule, Xendrong, Gawir, Lidya, terima kasih untuk keceriaan dan kebersamaan yang kalian ciptakan selama ini.13.
Teman-teman Komunikasi antar angkatan, Rexa, Herwin, Robby, Almukalis,Ucus, Domba Febry & Uwi, Teman-teman Triiipod Studio Teddy Cikol, Ahmad, Gradien, Reno Terima kasih untuk berbagi cerita seru dan bikin heboh.14.
Legion Pesawaran YVC-LP Surya MT, Nando, Ade S, Papski Eko, Aris, Ferdy, Reza, Mamang Topik, Arif, Mbew, Yudhi, agus ahonk, aji, sangkut, Earlan ST, Acil, Raya dan Teman-teman semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima Kasih Motivasi yang selalu diberikan kepada saya selama pengerjaan skripsi ini.15.
Seluruh teman-teman yang membantu dalam kelancaran skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta kakak-kakak dan adik-adik tingkat. Terima kasih untuk bantuan dan motivasi yang telah diberikan.16.
Sekali lagi, terima kasih untuk semua pihak yang terkait dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.17.
Almamater tercinta, Universitas Lampung.Semoga semua pihak yang membantu tersebut diatas senantiasa mendapat Taufik dan Hidayah-NYA. Akhirnya dengan mengucap syukur, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1. Penggunaan Pesan Verbal dan Pesan Nonverbal. ... 60
Tabel 2. Cara menciptakan persamaan makna ... 63
Tabel 3. Cara pemberian demonstrasi atau contoh pada siswa tunarungu ... 66
Tabel 4. Pemberian demonstrasi dalam materi pelajaran ... 68
Tabel 5. Cara Menunjukkan Empati Pada Siswa Tunarungu ... 70
Tabel 6. Situasi dan kondisi di mana empati perlu ditunjukkan. ... 72
Tabel 7. Memberikan Motivasi dalam Proses Komunikasi. ... 74
Tabel 8. Hambatan dalam Proses Pembelajaran Hambatan dalam Proses Pembelajaran... ... 77
DAFTAR ISI
1.4. Kegunaan Penelitian... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Tentang Komunikasi ... 5
2.1.1 Penelitian Terdahulu ... 5
2.1.2. Pengertian Komunikasi ... 7
2.1.3. Fungsi Komunikasi ... 9
2.1.4. Tujuan Komunikasi ... 10
2.1.5. Komponen-komponen dalam komunikasi ... 11
2.2Bentuk Komunikasi ... 12
2.2.1. Komunikasi Nonverbal ... 12
2.2.2. Komunikasi Verbal ... 12
2.2.3. Komunikasi Persuasif ... 13
2.2.4. Komunikasi Formal... 13
2.2.5 Komunikasi Kelompok ... 13
2.3Tinjauan Tentang Cara Komunikasi ... 14
2.4Tinjauan Tentang Proses Komunikasi ... 14
2.5Tinjauan Tentang Interaksi ... 14
2.6Tinjauan Tentang Teori Interaksi Simbolik ... 15
2.7Tinjauan Tentang Bentuk Komunikasi Tekstual Pada Tunarungu ... 20
2.7.1 Pengertian Tunarungu ... 20
Secara Verbal ... 22
2.7.4 Bentuk-bentuk Komunikasi Tekstual pada Tunarungu ... 23
2.8Tinjauan Tekstual Sekolah Luar Biasa (SLB) ... 24
2.8.1.Pengertian Sekolah Luar Biasa ... 24
2.8.2. Klasifikasi Sekolah Luar Biasa ... 26
2.8.3. Proses Pembelajaran Tunarungu ... 27
2.8.4. Cara yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran ... 28
2.9Landasan Teori ... 30
2.10 Kerangka Pikir ... 32
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 35
3.1.1. Asusmsi dalam pendekatan kualitatif ... 36
3.2 Definisi Konsep ... 37
3.2.6. Komunikasi Siswa Tunarungu dengan Guru didalam kelas ... 40
3.3 Fokus Peneltian... 40
4.1.2 Lokasi dan Organisasi ... 45
4.1.3 Visi dan Misi SLB PKK Provinsi Lampung ... 45
4.1.4 Tujuan ... 46
4.1.5 Struktur Organisasi SLB PKK Provinsi Lampung ... 47
4.1.6 Profil SLB PKK Provinsi Lampung ... 48
4.2 Guru dan Siswa SLB PKK Provinsi Lampung ... 49
4.2.1. Jumlah Guru dan Murid SLB PKK Provinsi Lampung ... 49
4.3 Proses Pembelajaran SLB PKK Provinsi Lampung ... 49
4.4 Hasil Observasi ... 51
4.4.1 Laporan Ringkas Hasil Pelaksanaan Observasi Selama Delapan Belas kali Pengamatan ... 52
4.4.2 Observasi dilakukan langsung dengan cara mengamati Guru dan Siswa Tunarungu Di SLB PKK Provinsi Lampung ... 54
4.4.3 Mengamati Proses Komunikasi didalam Pembelajaran antar Guru dan Siswa Tunarungu SLB PKK Provinsi Lampung ... 54
4.5 Hasil Wawancara Pada Siswa dan Guru ... 55
4.5.1 Siswa... 55
4.5.2 Guru ... 56
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian ... 58
5.1.1 Karakteristik Informan ... 58
5.1.2 Pengguna Pesan Verbal dan Nonverbal ... 60
5.1.3 Memberikan Demonstrasi atau contoh dalam Bentuk Kommunikasi ... 67
5.1.4 Menunjukan Empati dalam Berkomunikasi ... 73
5.1.5 Memberikan Motivasi dalam Bahasa Nonverbal ... 78
5.1.6 Hambatan dalam Proses Pembelajaran ... 81
5.1.7 Faktor-faktor Pendukung dalam Proses Pembelajaran... 84
5.1.8 Rangkuman Hasil Penelitian ... 86
5.2Cara Berkomunikasi Guru dengan Siswa Tunarungu ... 90
5.3Pembahasan Hasil Penelitian ... 92
Secara Teoritis ... 96 5.3.3 Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan Kegunaan Penelitian
Secara Praktis ... 97
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan ... 100 6.2Saran... 102
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada
komunikan agar terjadi kebersamaan dan persamaan makna. Komunikasi bisa menggunakan bahasa, gerak tubuh, isyarat serta simbol-simbol. Menurut Rogers
dan Kincaid (1981) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. (Cangara, 2006
: 1, 19).
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada pengertian (Ruben dan Steward
1998: 16) mengenai komunikasi manusia yaitu ”Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies-respond to and create messages to adapt to the environment and one another”. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
Pada awalnya, manusia dilahirkan seorang diri. Tetapi, untuk memenuhi
kebutuhan hidup, manusia tidak dapat hidup sendiri. Seorang manusia membutuhkan manusia lain. Pada saat itu, manusia akan mulai berinteraksi
dengan manusia lain. Menurut Kimball Young dan W. Mack Raymond, interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. (Soerjono Soekanto, 2001: 67)
Saat manusia mulai saling berinteraksi, akan terjadi berbagai hubungan seperti tolong-menolong, saling mempengaruhi pemikiran, tukar-menukar pengalaman, dan sebagainya. Ketika hubungan antarmanusia tersebut memiliki faktor
persamaan seperti tujuan, kepentingan, nasib atau ideologi, maka dengan sendirinya akan timbul kelompok-kelompok sosial atau social group di dalam kehidupan manusia ini. Kelompok-kelompok sosial tersebut merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. (Soerjono Soekanto, 2001: 125)
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi kehidupan
manusia. Manusia sangat di pengaruhi oleh komunikasi yang dilakukannya dengan manusia dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun yang
belum dikenal sama sekali (Stephen W, Little John,& Karem A.Foss 2008:2). Pada dasarnya komunikasi adalah sebuah interaksi yang dilakukan oleh setiap khalayak maupun kelompok terhadap lingkungan sekitarnya, baik dengan
khalayak pada dasarnya komunikasi adalah sebuah interaksi yang dilakukan oleh setiap khalayak maupun kelompok terhadap lingkungan sekitarnya, baik dengan
3
komunikasi merupakan cara berprilaku berkomunikasi yang saling memberikan
tanggapan yang bersifat sangat dinamis (Stephen W, Little John,& Karen A.Foss 2008 & 2005:8).
Penelitian ini dilakukan pada Guru di SMA (Sekolah Luar Biasa PKK Bandar Lampung) , karena beragamnya fenomena interaksi yang dilakukan saat berinteraksi antara murid yang memiliki keterbatasan fisik (Tuna Rungu) dengan
khalayak yang mempunyai fisik normal pada umumnya. Sehingga pada saat berinteraksi menggunakan komunikasi antarpribadi cenderung mengalami perbedaan makna dalam menyampaikan suatu pesan. Namun demikian, dengan
dibantu menggunakan bahasa isyarat yang disampaikan melalui komunikasi antarpribadi dan juga gerakan tangan, dapat membantu menyampaikan pesan agar
mudah dimengerti.
Berdasarkan bentuk komunikasi yang digunakan oleh guru dan murid adalah bahasa tunarungu / bahasa gerak tubuh. Berbahasa tunarungu dapat di lakukan oleh siswa yang mempunyai keterbatasan cara berbicara dengan lawan bicaranya,
salah satunya adalah guru yang mempunyai kemampuan khusus untuk berbahasa tubuh / tunarungu.
Dari keadaan tersebut peneliti ingin megupas lebih dalam lagi, tentang bagaimana
Bahasa Tubuh Siswa Tuna Rungu SLB PKK Provinsi Lampung dalam Proses Interaksi dengan Gurunya. Apakah mereka mengalami kesulitan dalam
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk komunikasi siswa tunarungu
dengan guru SLB PKK Provinsi Lampung ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara dan proses komunikasi
dalam pembelajaran anatara guru dengan siswa tunarungu (Sekolah Luar Biasa
Pembina Kesejahteraan Keluarga) SLB PKK Provinsi Lampung.
1.4 Kegunaan Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu komunikasi dan juga diharapkan dapat menjadi referensi
bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan bentuk komunikasi siswa tunarungu dengan guru sekolah luar biasa
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah ilmu yang dalam cara berpikir menghasilkan kesimpulan berupa ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan, dalam proses
berfikir menurut langkah-langkah tertentu yang logis dan didukung oleh fakta empiris. Penelitian terdahulu yang juga menyerupai permasalahan dalam penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian dengan tema. Di bawah ini
merupakan tabel penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Nessia puji maha lestari, yang penulis jabarkan seperti berikut ini :
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Siswa Tunarungu
No
- a. Bentuk komunikasi yang diterapkan dalam proses b. Pada penerapan strategi –
2
7
c.Makna komunikasi nonverbal ada anak tuna rungu sangat di perlukan pada kehidupan sehari-hari agar para siswa dapat berkomunikasi dengan
Istilah komunikasi dalam Bahasa Inggris „communication‟, mengadopsi kata
dalam Bahasa Latin yaitu „communicatio‟, yang berasal dari kata „communis‟ berarti „sama‟. Maksud „sama‟ dalam pengertian ini adalah kesamaan makna.
Dengan demikian, komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain menggunakan lambang bermakna sama bagi kedua pihak (Effendy, 1995 : 13).
Menurut H.H. Elbers dalam Soewarno (1995:95), komunikasi adalah perpindahan
informasi dari seseorang kepada orang lain melalui isyarat-isyarat, tanda-tanda atau simbol-simbol dengan bahasa yang dipahami dan dapat dimengerti. Menurut
Abdurahman (1980 : 139), komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan ide atau message sehingga si penerima komunikasi mengerti akan maksud berita tersebut, apabila tidak mengerti maka komunikasi itu tidak akan berjalan dengan
baik akibatnya salah mengerti.
(seseorang/tempat) kepada pihak (seseorang/tempat) lain, dalam usaha
mendapatkan saling pengertian. Carl I. Hovland dalam Effendy (1995 : 14), mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata), dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain, dengan perubahan ini akan diperoleh persamaan persepsi dan tujuan. Menurut Siahaan (1994 : 4),
komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan) dari komunikator untuk merubah serta membentuk perilaku komunikan (pola, sikap, pandangan dan
pemahamannya) ke pola pemahaman yang dikehendaki oleh komunikator. Jadi proses penyampaian informasi tersebut berdaya guna (berefek) terhadap
komunikan maupun komunikator.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah pertukaran pikiran atau penyampaian ide atau berita yang mempunyai kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan. Apabila tidak terjadi
kesamaan makna dan tidak saling mengerti, maka komunikasi tidak akan berjalan efektif. Dengan demikian komunikasi dapat berlangsung apabila lawan bicara mengerti dan memahami apa yang dimaksud dalam pembicaraan.
Komunikasi adalah sebuah proses interaksi untuk berhubungan dari satu pihak ke pihak lainnya, yang pada awalnya berlangsung sangat sederhana dimulai dengan pikiran seseorang untuk menyampaikan informasi yang kemudian dikemas
menjadi sebentuk pesan untuk kemudian disampaikan secara langsung maupun tidak langsung menggunakan bahasa berbentuk kode visual, kode suara, atau kode
9
2.1.3Fungsi Komunikasi
Komunikasi sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi-fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan informasi (To inform)
Komunikasi berfungsi dalam menyampaikan informasi, tidak hanya informasi
tetapi juga pesan, ide, gagasan, opini maupun komentar. Sehingga masyarakat bisa mengetahui keadaan yang terjadi dimanapun.
2. Mendidik (To educate)
Komunikasi sebagai sarana informasi yang mendidik, menyebarluaskan kreativitas, tidak hanya sekedar memberi hiburan, tetapi juga memberi
pendidikan untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun untuk di luar sekolah, serta memberikan berbagai informasi tidak lain agar
masyarakat menjadi lebih baik lebih maju, dan lebih berkembang. 3. Menghibur (To entertain)
Komunikasi juga memberikan warna dalam kehidupan, tidak hanya informasi tetapi juga hiburan. Semua golongan menikmatinya sebagai alat hiburan dalam bersosialisasi. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan bunyi
4. Mempengaruhi (To influence)
Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk memberi motivasi, mendorong untuk mengikuti kemajuan orang lain
melalui apa yang dilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kearah yang baik dan modernisasi.
2.1.4 Tujuan Komunikasi
Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dan lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan
komunikasi (Effendy, 2004) yaitu: 1. Perubahan sikap
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi mengenai bahaya menggunakan obat-obatan terlarang dan tujuannya adalah
agar masyarakat tidak menggunakan obat-obatan terlarang. 2. Perubahan pendapat
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar
masyarakat mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang disampaikan. Misalnya informasi mengenai kebijakan baru pemerintah
yang biasanya selalu mendapat tantangan dari masyarakat maka harus disertai penyampaian informasi yang lengkap supaya pendapat masyarakat dapat
11
3. Perubahan perilaku
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya informasi tentang kerugian
dari tawuran agar siswa dan mahasiswa jangan ikut dalam kegiatan tawuran. 4. Perubahan social
Memberikan berbagai informasi pada masyarakat, yang pada akhirnya
bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.
2.1.5 Komponen-Komponen dalam Komunikasi
Menurut Lasswel, cara yang terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: “Who says what in which channel to whom with what
effect?”, yang berarti “siapa mengatakan apa dengan menggunakan saluran apa
pada siapa dengan efek apa?”. Sehingga, berdasarkan paradigma ini, menurut
Effendy (1995 : 15), terdapat lima komponen dalam komunikasi yaitu :
1) Siapa mengatakan ? (komunikator, pengirim atau sumber) 2) Apa ? (message, pesan, ide atau gagasan).
3) Dengan saluran mana ? (media, channel atau saluran). 4) Kepada siapa ? (komunikan penerima atau alamat).
5) Dengan hasil atau dampak apa ? (effect, hasil komunikasi).
Selanjutnya Effendy (1995 : 16-19), lima komponen dalam komunikasi meliputi:
komunikator dalam melalui lambang-lambang, pembicaraan, gerakan dan
sebagainya.
2) Media/saluran (channel) adalah sarana penyampaian pesan dalam kegiatan komunikasi. Saluran tersebut meliputi:
a) pendengaran (lambang berupa suara)
b) penglihatan (lambang berupa sinar, pantulan sinar dan gambar)
c) penciuman (lambang berupa bau-bauan)
d) rabaan (lambang-lambang yang berupa rangsangan rabaan)
3) Komunikan (communicant) adalah objek sasaran dari kegiatan komunikasi atau orang yang menerima berita atau lambang.
4) umpan balik (feedback) adalah arus umpan balik dalam rangka proses berlangsungnya komunikasi. Umpan balik dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana pencapaian pesan yang telah disampaikan.
2.2Bentuk-Bentuk Komunikasi
2.2.1 Komunikasi Non Verbal
Non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak
isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbol-simbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara.
2.2.2 Komunikasi Verbal
Komunikasi yang mempunyai karakteristik jelas dan ringkas. Pembendaharaan
13
mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang di miliki tempo dan jeda yang
tepat, kemudian disertai unsur humor.
Contohnya : Komunikasi verbal melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media. Contoh sesorang yang bercakap-cakap melalui telepon.
Sedangkan komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan cara tidak langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian informasi
dilakukan menggunakan berupa media surat, lukisan, gambar, grafik dan lain-lain.
2.2.3 Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau
mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator
2.2.4 Komunikasi Formal
Komunikasi resmi yang menempuh jaringan organisasi struktur formal dimana,
informasi ini tampaknya mengalir dengan arah yang tidak dapat diduga dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan informasi yang mengalir sepanjang jaringan kerja selentingan terlihat berubah-ubah dan tersembunyi. Komunikasi
informal ialah komunikasi yang menempuh saluran yang sering disebut “selentingan”, yaitu suatu jaringan yang biasanya jauh lebih cepat dibandingkan
dengan saluran-saluran resmi.
2.2.5 Komunikasi Kelompok
rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Michael
Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
2.3Tinjauan Tentang Cara Komunikasi
Cara komunikasi adalah pilihan dan kombinasi teknik komunikasi. Berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat di mengerti dan mencapai tujuan yang
diharapkan didalam komunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang di percakapkan.
2.4Tinjauan tentang Proses Komunikasi
Komunikasi tidak pernah dari suatu proses, oleh karena itu apakah pesan dapat tersampaikan atau tidak tergantung dari proses komunikasi yang terjadi. Rosandy Ruslan dalam bukunya metode penelitian publik relations dan komunikasi, menyatakan bahwa: Proses komunikasi dapat diartikan sebagai transfer informasi atau pesan-pesan (message) dari pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikandalam proses komunikasi tersebut bertujuan (Feed back)
untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) atau kedua belah pihak.
(Ruslan, 2004:69).
2.5Tinjauan Tentang Interaksi
Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi ada aksi
15
versus kelompok. Kelompok versus kelompok dan lain-lain. Contoh guru
mengajar merupakan contoh interaksi sosial antara individu dengan
kelompok. Interaksi sosial memerlukan syarat yaitu kontak sosial dan komunikasi
sosial. Kontak sosial dapat berupa kontak primer dan kontak sekunder. Sedangkan
komunikasi sosial dapat secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi sosial
secara langsung apabila tanpa melalui perantara. Misalnya A dan B
bercakap-cakap termasuk contoh interaksi sosial secara langsung. Sedangkan kalau A titip
salam ke C lewat B dan B meneruskan kembali ke A, ini termasuk contoh
interaksi sosial tidak langsung (Hermawan, 2007: 20).
2.6Tinjauan Tentang Teori Interaksi Simbolik
Sejarah Teori Interaksionisme Simbolik tidak bisa dilepaskan dari pemikiran
George Herbert Mead (1863-1931). Mead membuat pemikiran orisinal yaitu “The Theoretical Perspective” yangmerupakan cikal bakal “Teori Interaksi Simbolik”.
Dikarenakan Mead tinggal di Chicago selama lebih kurang 37 tahun, maka
perspektifnya seringkali disebut sebagai Mahzab Chicago. Dalam terminologi yang dipikirkan Mead, setiap isyarat non verbal dan pesan verbal yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang terlibat dalam suatu
interaksi merupakan satu bentuk simbol yang mempunyai arti yang sangat penting.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh simbol yang diberikan oleh orang lain,
demikian pula perilaku orang tersebut. Melalui pemberian isyarat berupa simbol, maka kita dapat mengutarakan perasaan, pikiran, maksud, dan sebaliknya dengan
pemikiran-pemikiran Mead, definisi singkat dari tiga ide dasar dari interaksi
simbolik adalah :
2.6.1 Mind (Pikiran)
Kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai makna sosial yang
sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka melalui interaksi dengan individu lain.
2.6.2 Self (Diri Pribadi)
Kemampuan untuk merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain, dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu
cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the-self) dan dunia luarnya.
2.6.3 Society (Masyarakat)
Hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap
individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam proses pengambilan peran di tengah
masyarakatnya.
Generasi setelah Mead merupakan awal perkembangan interaksi simbolik, dimana pada saat itu dasar pemikiran Mead terpecah menjadi dua Mahzab, dimana kedua
mahzab tersebut berbeda dalam hal metodologi, yaitu :
1) Mahzab Chicago yang dipelopori oleh Herbert Blummer. Blummer
17
asumsi yang mempelopori pergerakan mazhab Chicago baru. Tujuh asumsi
tersebut adalah Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, Makna diciptakan dalam interaksi
antar manusia, Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif, Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku,
Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial.
2) Mahzab Iowa yang dipelopori oleh Manfred Kuhn dan Kimball Young Mahzab Iowa dipelopori oleh Manford kuhn dan mahasiswanya,dengan
melakukan pendekatan kuantitatif, dimana kalangan ini banyak menganut tradisi epistemologi dan metodologi post-positivis yang mengambil dua langkah cara pandang baru yang tidak terdapat pada teori sebelumnya, yaitu
memperjelas konsep diri menjadi bentuk yang lebih kongkrit.
Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend,Herbert Blumer, Wiliam James, Charles Horton Cooley. Teori interaksi simbolik menyatakan bahwa interaksi sosial adalah interaksi symbol. Manusia berinteraksi
dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut. Asumsi-asumsi : 1. Masyarakat terdiri dari manusia yang
berinteraksi melalui tindakan bersama dan membentuk organisasi. 2. Interaksi simbolik mencangkup pernafsiran tindakan. Interaksi non simbolik hanyalah
Pelapisan sosial adalah perbedaan tinggi rendah kedudukan individu atau
kelompok orang dibandingkan dengan seorang atau sekelompok orang lain dalam masyarakat. Pelapisan sosial dapat terjadi karena pengaruh berbagai kriteria,
antara lain ekonomi, politik, sosial. 1) Sistem Pelapisan Sosial
Menurut status kependudukan asli atau pendatang misalnya, di daerah Jawa
dengan adanya cikal bakal yaitu orang yang merintis tinggal didaerah tersebut dan mempunyai keturunan di daerah tersebut, wong baku yaitu orang yang
mempunyai saudara, tanah, dan lahir di daerah tersebut, pendatang yaitu orang yang membeli tanah dan membangun didaerah tersebut. Sedangkan di
Sumatra Utara ada yang disebut dengan Sipunta huta/bangsa taneh yaitu keturunan nenek moyang dan penduduk pendatang.
2) Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ialah perbedaan sosial dalam masyarakat secara horizontal. Bentuk diferensiasi sosial yaitu diferensiasi jenis kelamin, diferensiasi agama, diferensiasi profesi dsb.
3) Interaksi Simbolik
Teori ini menyatakan bahwa Interaksi sosial pada hakekatnya adalah Interaksi
simbolik. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol, yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
4) Stratifikasi Sosial/Pelapisan Sosial
19
masyarakat. Pelapisan Sosial dapat terjadi karena pengaruh berbagai kriteria,
antara lain:
a) Ekonomi (Kekayaan)
b) Politik (Kekuasaan) c) Sosial (Martabat)
Pengertian Berfikir adalah proses memahami natalitas dalam rangka mengambil
kesimpulan dan menghasilkan masalah baru. Cara orang berfikir yaitu dengan menggunakan Austik (melamun, fantasi, berkaca dll) dan dengan realiustik(nalar, sesuai dengan dunia nyata). Persepsi : Adalah proses memberi makna pada sensasi
sehingga memperoleh pengetahuan sesuai dengan yang di inginkan atau dengan kata lain adalah proses memberi makna pada stimuli inderawi. Adapun faktor
personal yang mempengaruhi persepsi adalah : 1) Perhatian (Attention)
2) Faktor biologis
3) Faktor Psikologis
Pengertian Memori : Adalah sistem ingatan yang sanggup merekam fakta dan dapat di gunakan untuk membimbing perilaku manusia. Proses memori yaitu :
1) Perekaman (Encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera 2) Penyimpanan (Storage) menentukan berapa lama informasi tersebut bersama
kita.
Prespektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus dipahami dari sudut
pandang subyek. Dimana teoritis interaksi simbolik ini memandang bahwa kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan
simbol-simbol. (D.Mulyana, 2001:70). Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesama.
Penggunaan simbol yang dapat menunjukkan sebuah makna tertentu, bukanlah sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui sebuah persetujuan resmi,
melainkan hasil dari proses interaksi sosial.
2.7 Tinjauan Tentang Bentuk komunikasi Tekstual pada Tunarungu 2.7.1 Pengertian Tunarungu
Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Batasan pengertian anak tunarungu telah banyak
dikemukakan oleh para ahli yang semuanya itu pada dasarnya mengandung pengertian yang sama (Sutjihati Somantri, 2007: 93).
Terdapat beberapa definisi mengenai tunarungu yang dikutip Somantri,
diantaranya : (Dwidjosumarto di dalam Sutjihati Soemantri 2007:93) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori,
yaitu :
21
2. Kurang dengar (low of hearing) adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids).
Dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami
kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran
sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.
Berdasarkan batasan-batasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa tunarungu adalah anak-anak usia sekolah yang kehilangan pendengaran baik sebagian (hard of hearing) maupun seluruhnya (deaf) yang menyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di dalam kehidupan sehari-hari.
2.7.2 Faktor Penyebab Tunarungu
Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarunguan
ada beberapa faktor, yaitu:
2.7.2.1 Pada saat sebelum dilahirkan
1) Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai
gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive, dan lain-lain.
2) Karena penyakit; sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit, terutama
yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu ialah rubella, morbili, dan lain-lain.
3) Karena keracunan obat-obatan; pada suatu kehamilan, ibu meminum obat -
obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya sehingga ia meminum obat penggugur kandungan, hal ini akan menyebabkan ketunarunguan pada anak yang
dilahirkan.
2.7.2.2 Pada Saat Kelahiran
Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu
dengan penyedotan (tang). Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya.
2.7.2.3 Pada saat kelahiran (Post Natal)
1) Ketulian yang terjadi karena infeksi, misal infeksi pada otak (meningitis) atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lain-lain.
2) Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak.
3) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan kerusakan alat pendengaran bagian dalam, misalnya seperti jatuh.
2.7.3 Pengaruh Pendengaran Terhadap Kemampuan Berkomunikasi secara Verbal
Kemampuan berkomunkasi secara verbal yang berkaitan dengan bahasa dan
bicara terkait erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan
23
meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya
pada perkembangan bicara dan bahasa, anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya
2.7.4 Bentuk-bentuk Komunikasi Tekstual pada Tunarugu
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Hal ini berarti bila sekelompok
manusia memiliki bahasa yang sama, maka mereka akan dapat saling bertukar pikiran mengenai segala sesuatu yang dialami secara konkret maupun yang abstrak. Tanpa mengenal bahasa yang digunakan suatu masyarakat, kita akan
sukar mengambil bagian dalam kehidupan sosial mereka, sebab hal tersebut terutama dilakukan dengan media bahasa. Dengan demikian, bila kita memiliki
kemampuan berbahasa berarti kita memiliki media untuk berkomunikasi. Bahasa mempunyai fungsi dan peranan pokok sebagai media untuk berkomunikasi. Dalam fungsinya dapat pula dibedakan berbagai peran lain dari bahasa seperti :
1. Bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontak/hubungan. 2. Untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan keinginan. 3. Untuk mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain.
4. Untuk pemberian informasi. 5. Untuk memperoleh pengetahuan.
Dengan demikian bila seorang anak memiliki kemampuan berbahasa mereka memiliki sarana untuk mengembangkan segi sosial, emosional, maupun
Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasai anak tunarungu terutama
yang tergolong tunarungu total tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan bahasa melalui pendengarannya, melainkan harus melaui penglihatan
dan memanfaatkan sisa pendengarannya. Oleh sebab itu, komunikasi bagi anak tunarungu mempergunakan segala aspek yang ada pada dirinya (Cangara, 2006:97). Adapun berbagai media komunikasi yang dapat digunakan sebagai
berikut :
1. Bagi anak tunarungu yang mampu bicara tetap menggunakan bicara sebagai
media dan membaca ujaran sebagai sarana penerimaan dari pihak anak tunarungu.
2. Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai sarana penerimaannya. 3. Menggunakan isyarat sebagai media.
4. Isyarat
1) Media 2) Tulisan 3) Hufuf Brile 4) Aksara
2.8 Tinjauan Tekstual Sekolah Luar Biasa (SLB) 2.8.1 Pengertian Sekolah Luar Biasa (SLB)
Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
25
pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Oleh karena itu setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tercantum didalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan
Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warganegara mempunyai kesempatan yang sama
memperoleh pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak lainnya (anak normal) dalam pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan pendidikan bagi anak berkelainan / berkebutuhan khusus.
Pada penjelasan pasal 15 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan
khusus merupakan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan
menengah. Tujuan dari pendidikan luar biasa adalah suatu pendidikan yang diberikan kepada warga negara yang memiliki kelainan fisik atau mental agar
nantinya bisa kembali bersosialisasi ke masyarakat.
Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan wadah anak – anak penderita tunarungu untuk mendapatkan pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun
Sekolah luar biasa sebagian besar berbentuk terpadu yaitu dari jenjang dan satuan
pendidikan mulai dari tingkat taman kanak-kanak luar biasa, sekolah dasar luar biasa, sekolah menengah pertaman luar biasa, dan sekolah menengah umum luar
biasa berada dan dikelola oleh pihak yang sama dengan dilengkapi oleh fasilitas penunjang artinya dengan terpadunya tiap jenjang dan satuan pendidikan maka para siswa tidak akan terputus dalam hal pendidikannya sesudah selesai melalui
satu jenjang pendidikan. Siswa yang telah selesai atau melalui sekolah dasar luar biasa misalnya tidak perlu repot untuk mendaftar ke sekolah sekolah lain,
malainkan langsung terdaftar pada sekolah menengah pertama luar biasa yang terpadu dengan sekolah dasar luar biasa tersebut.
Tujuan Pendidikan Luar Biasa dalam Sekolah Luar Biasa (SLB) yaitu membantu
peserta didik yang menyandang kelainan fisik atau mental agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi, maupun sebagai anggota masyarakat dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan
sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan dalam dunia kerja atau dapat mengikuti pendidikan lanjutan.
2.8.2 Klasifikasi Sekolah Luar Biasa (SLB)
Dalam penyelengaran pendidikan luar biasa yang dikutip oleh sebuah situs internet, Direktorat Pembinaan Pendidikan Luar Biasa mengklasifikasikan pendidikan ke dalam lima bidang, yaitu :
a. SLB/A, untuk para tunanetra (buta)
b. SLB/B, untuk para tunarungu – wicara (tuli-bisu)
27
d. SLB/D, untuk para tunadaksa (cacat tubuh)
e. SLB/E, untuk para tunalaras (kenakalan anak-anak).
Berdasakan klasifikasi tersebut, penanganan terhadap anak – anak yang memiliki keterbatasan fisik tersebut mampu ditangani dengan penanganan yang lebih spesifik dan professional.
2.8.3 Proses Pembelajaran Tunarungu
Pembelajaran ini berasal dari kata belajar, Belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis, untuk mencapai
suatu tujuan. Tujuan belajar secara umum ialah untuk mencapai perubahan dalam tingkah laku orang yang belajar. Perubahan yang dimaksud tentu yang bersifat positif yang membantu proses perkembangan. Pembelajaran pada hakikatnya
adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Berkaitan dengan hal
tersebut, seorang guru dituntut mampu mengorganisasikan lingkungan, siswa dan faktor lainnya agar terjadi proses belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang berlangsung pada dunia
pendidikan. Proses pembelajaran yang terjadi pada SLB berbeda dengan proses pembelajaran pada sekolah lainnya karena siswa SLB memiliki keterbartasan dalam berkomunikasi. Oleh karena itu diperlukan metode atau cara yang dapat
2.8.4Cara yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran: 1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pelajaran dengan
memberi penjelasan atau deskripsi secara sepihak oleh seorang guru yang bertujuan agar siswa memahami kesatuan bahan pelajaran tersebut. Apabila penggunaannya disertai dengan metode yang lain
misalnya metode tanya jawab, maka metode ini disebut metode ceramah bervariasi.
2. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa dan menjawab pertanyaan dari siswa. Metode tanya jawab memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai kesulitan yang dihadapi
sehingga guru secara langsung memberikan jawaban yang dimaksud. 3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah penyajian bahan pelajaran dengan
menggunakan contoh berupa tingkah laku oleh guru. Dalam hal ini guru mendemonstrasikan cara pengerjaan yang benar dalam suatu
pelajaran dan siswa memperhatikan. 4. Metode Kerja Kelompok.
Metode kerja kelompok yaitu cara penyajian bahan pelajaran dengan
memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok. Metode ini berfungsi untuk membuat siswa mampu
29
5. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan tugas-tugas kepada siswa secara kelompok atau
individual. Setelah tugas selesai, siswa harus bertanggung jawab atas pekerjaannya.
6. Metode Keterampilan dan Latihan
Yang dimaksud dengan metode keterampilan dan latihan adalah cara penyajian materi pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengerjakan tugas sesuai dengan contoh yang diberikan oleh guru berupa tingkah laku terutama dalam materi seni. Dalam
metode ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mengenai materi yang disampaikan secara berulang-ulang, sehingga siswa akan menguasai materi tersebut tersebut.
7. Metode Isyarat
Metode isyarat adalah bahasa satu-satunya yang digunakan bagi anak tunarungu. Pada metode ini, guru harus menguasai bahasa isyarat
yang ada agar tidak ada salah pemaknaan antara guru dan siswa
Penerapan metode pembelajaran harus disesuaikan dengan komponen
komunikasi yang ada dalam proses komunikasi (proses pembelajaran) yang berlangsung. Komponen komunikasi tersebut antara lain adalah sumber (source), pesan (massage), saluran / media (channel), penerima
2.9 Landasan Teori
Prespektif interaksi simbolik, perilaku manusia harus di pahami dari sudut pandang subyek. Dimana teoritis interaksi simbolik ini memandang bahwa
kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol, (D.Mulyana, 2001: 70). Inti pada penelitian ini adalah mengungkap bagaimana cara manusia menggunakan simbol-simbol yang
merepresentasikan apa yang akan mereka sampaikan dalam proses komunikasi dengan sesama.
Penggunaan simbol yang dapat menunjukkan sebuah makna tertentu, bukanlah
sebuah proses yang interpretasi yang diadakan melalui sebuah persetujuan resmi, melainkan hasil dari proses interaksi sosial. Makna adalah produk interaksi sosial,
karena itu makna tidak melekat pada objek, melainkan dinegosiasikan dalam penggunaan bahasa. Negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu menamai segala sesuatu, bukan hanya objek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan
tanpa kehadiran objek fisik, tindakan atau peristiwa itu). (Arnold M Rose 1974:143 dalam D.Mulyana 2001:72).
Terbentuknya makna dari sebuah simbol tak lepas karena peranan individu yang
melakukan respon terhadap simbol tersebut. Individu dalam kehidupan sosial selalu merespon lingkungan termasuk objek fisik (benda) dan objek sosial (perilaku manusia) yang kemudian memunculkan sebuah pemaknaan . Respon
yang mereka hasilkan bukan berasal dari faktor eksternal ataupun didapat dari proses mekanis, namun lebih bergantung dari bagaimana individu tersebut
31
yang dapat memberikan pemaknaan dan melakukan respon dalam kehidupan
sosialnya. Bagi Mead, kesadaran akan “diri” berarti menjadi suatu “diri” dalam pengalaman seseorang sejauh “suatu sikap yang dimilikinya sendiri
membangkitkan sikap serupa dalam upaya social . kesadaran akan konsep “diri” akan muncul ketika individu memasuki pengalaman dirinya sendiri sebagai suatu obyek.
Teori Interaksi Simbolik yang masih merupakan pendatang baru dalam studi ilmu komunikasi, yaitu sekitar awal abad ke-19 yang lalu. Sampai akhirnya teori interaksi simbolik terus berkembang sampai saat ini, dimana secara tidak
langsung simbolik merupakan cabang sosiologi dari perspektif interaksional (Ardianto,2007:40). Interaksi simbolik menurut perspektif interaksional,
dimana merupakan salah satu perspektif yang ada dalam studi komunikasi, yang barangkali paling bersifat ”humanis” (Ardianto.2007:40). Dimana, perspektif ini sangat menonjolkan keangungan dan maha karya nilai individu
diatas pengaruh nilai-nilai yang ada selama ini. Perspektif ini menganggap setiap individu di dalam dirinya memiliki esensi kebudayaan, berinteraksi di tengah sosial masyarakatnya, dan menghasilkan makna ”buah pikiran” yang disepakati
secara kolektif. Dan pada akhirnya, dapat dikatakan bahwa setiap bentuk interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap individu, akan mempertimbangkan sisi individu
tersebut, inilah salah satu ciri dari perspektif interaksional yang beraliran interaksionisme simbolik.
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi,
Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu
merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis
melalui interaksinya dengan individu yang lain. Menurut Ralph Larossa dan Donald C. Reitzes (1993) dalam West- Turner (2008: 96), interaksi simbolik pada intinya menjelaskan tentang kerangka referensi untuk memahami bagaimana
manusia, bersama dengan orang lain, menciptakan dunia simbolik dan bagaimana cara dunia membentuk perilaku manusia.
2.10 Kerangka Pikir
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan agar terjadi kebersamaan dan persamaan makna. Komunikasi bisa
menggunakan bahasa, gerak tubuh, isyarat serta simbol-simbol. Menurut Rogers dan Kincaid (1981) komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang
pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. (Cangara, 2006:1, 19)
Proses komunikasi dapat dimulai dari komunikator sebagai pemberi pesan untuk
disampaikan pada komunikan. Agar pesan tersebut dapat disampaikan maka terlebih dahulu harus diberi bentuk melalui bahasa, sikap, atau perilaku dengan
menggunakan lambang-lambang atau simbol yang dapat dilontarkan secara langsung. Pernyataan itu nantinya dapat diterima oleh komunikan dengan terlebih
33
Teori interaksi simbolik menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi,
serta inti dari pandangan pendekatan ini adalah individu (Soeprapto,2007). Banyak ahli di belakang perspektif ini yang mengatakan bahwa individu
merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi. Mereka mengatakan bahwa individu adalah objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Penelitian ini dilakukan pada Guru di SMA SLB PKK Provinsi Lampung, karena beragamnya fenomena interaksi yang dilakukan oleh sesama khalayak, ada perbedaan saat berinteraksi antara khalayak yang memiliki keterbatasan fisik
(Tuna Rungu) dengan khalayak yang mempunyai fisik normal pada umumnya, sehingga pada saat berinteraksi menggunakan komunikasi antarpribadi cenderung
mengalami perbedaan makna dalam menyampaikan suatu pesan, namun demikian, dengan dibantu menggunakan bahasa isyarat yang disampaikan melalui komunikasi antar pribadi dan juga gerakan tangan, dapat membantu
Gambar 1 Bagan Kerangka Fikir
Interaksi Simbolik
Siswa Tunarungu Guru SLB
Teori Interaksi Simbolik
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael
menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat.
Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat. (Rakhmat, 1995: 22, 27).
Metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya, perilaku, persepsi,
motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik (utuh), dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2004:6). Menurut
Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2004:4)
Desain penelitian deskriptif lebih banyak digunakan untuk penelitian dengan menggunakan teori konvensional dalam komunikasi, untuk menjelaskan
menjelaskan hubungan antara sumber berita, media, dan masyarakat dengan hanya
melihat problem statement-nya sebagai hal yang dapat dideskripsikan. (Bungin, 2006:311)
Penelitian deskriptif bertujuan melukiskan secara tepat sifat-sifat suatu individu,
keadaan, gejala, dan sebagainya yang merupakan obyek penelitian. Pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan data saja melainkan juga
analisis dan interpretasi dari data tersebut. Pendekatan kualitatif dalam komunikasi menekankan pada bagaimana sebuah pendekatan dapat mengungkapkan makna–makna dari konten komunikasi yang ada sehingga hasil -
hasil penelitian yang diperoleh berhubungan pemaknaan dari sebuah proses komunikasi yang terjadi.
3.1.1 Asumsi dalam pendekatan kualitatif yaitu:
1) Peneliti kualitatif lebih memperhatikan proses daripada daripada hasil. 2) Peneliti kualitatif lebih memperhatikan interpretasi.
3) Peneliti kualitatif merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dan analisis data serta peneliti kualitatif harus terjun langsung ke lapangan, melakukan observasi partisipasi di lapangan.
4) Peneliti kualitatif menggambarkan bahwa peneliti terlibat dalam proses penelitian, interpretasi data, dan pencapaian pemahaman melalui kata atau gambar.
37
Peneliti bertujuan untuk memahami bentuk dan cara berkomunikasi antara guru
dengan siswa nya,agar peneliti mengetahui apa dan bagaimana komunikasi guru dengan siswa tunarungu berbicara dengan bahasa tubuh yang mereka gunakan.
Dengan demikian peneliti yang bertujuan untuk memahami bentuk komunikasi
dari siwa tuna rungu dengan Guru SLB akan di laksakan dalam bentuk tipe penelitian dan deskriptif kualitatif yaitu bagaimanakah bentuk komunikasi siswa
tunarungu dengan guru SLB PKK Bandar Lampung ?
Dalam penelitian ini yang akan dijadikan informan adalah Guru dan Murid yang ada di SLB PKK Provinsi Lampung.
3.2 Definisi Konsep
Untuk menghindari penyimpangan dan memberi arah dalam menafsirkan konsep-konsep yang ada, maka dalam penelitian ini dirumuskan definisi konsep-konseptual
sebagai berikut:
3.2.1 Bentuk Komunikasi
Menurut Deni Darmawan (2007) komunikasi itu sendiri dapat terjadi dalam beberapa
bentuk, diantaranya dalam bentuk komunikasi personal (personal communiaction) dan
komunikasi kelompok (group communication). Selain itu komunikasi juga dapat bersifat
tatap muka (face–to–face) dan melalui perantara media lain (mediated). Menurut Tono
Kartono (2008), dalam prosesnya komunikasi itu terbagai dalam dua macam komunikasi,
yaitu komunikasi aktif dan komunikasi pasif. Komunikasi aktif merupakan suatu proses
komunikasi yang berlangsung dengan aktif antara komunikator dengan komunikan, di
mana antara keduanya sama-sama aktif berkomunikasi, sehingga terjadi timbal balik di antara keduanya. Sedangkan komunikasi pasif terjadi di mana komunikator
penerima informasi, akan tetapi komunikan tidak mempunyai kesempatan untuk
memberikan respon atau timbal balik dari proses komunikasi Sedangkan dalam konteks
pendidikan, teori dan fakta diatas membuat komunikasi menjadi bagian yang tidak
terpisahkan. Hal ini disebabkan karena dalam pendidikan terjadi proses transfer informasi
berupa ilmu pengetahuan dan pengalaman antara guru dan peserta didik atau siswa.
Proses komunikasi dalam pendidikan sebagian besar terjadi secara tatap muka (face–to–
face communication) dan berkelompok (group communication), walaupun juga sangat
memungkinkan terjadi dengan perantara media (mediated communication) ataupun secara
personal (personal communiaction).
3.2.2 Peserta Didik
Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu. Siswa / Siswi istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu
komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.
3.2.3 Tunarungu
Tuli, tunarungu, atau gangguan dengar dalam kedokteran adalah kondisi fisik
yang ditandai dengan penurunan atau ketidakmampuan seseorang untuk mendengarkan suara. Tuli dalam kedokteran dibagi atas 3 jenis:
1. Tuli / gangguan dengar konduktif adalah gangguan dengar yang disebabkan
39
pendengarannya masih baik, dapat terjadi pada orang dengan infeksi telinga
tengah, infeksi telinga luar atau adanya serumen di liang telinga.
2. Tuli / gangguan dengar saraf atau Sensorineural yaitu gangguan dengar akibat
kerusakan saraf pendengaran, meskipun tidak ada gangguan di telinga bagian luar atau tengah.
3. Tuli / gangguan dengar campuran yaitu gangguan yang merupakan campuran
kedua jenis gangguan dengar di atas, selain mengalami kelainan di telinga bagian luar dan tengah juga mengalami gangguan pada saraf pendengaran.
3.2.4 Guru
Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
3.2.5 Sekolah Luar Biasa
Sekolah luar biasa adalah tempat penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan yang diselenggarakan secara khusus pada tingkat pendidikan
3.2.6 Komunikasi Guru dengan Siswa Tuna Rungu di Dalam Kelas
Banyak komunikasi yang terjadi di dalam kelas apabila guru SLB mempunyai keahlian lebih dari guru-guru pada umumnya, Guru SLB ini sangat pandai dalam
mengartikan sebuah gerakan tubuh yang nantinya akan di mengerti oleh siswa tuna rungu.
3.3 Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimanakah bentuk komunikasi guru terhadap siswa tunarungu SLB pada jam belajar di dalam kelas.
3.4 Penentuan Informan
Teknik pemilihan informan adalah teknik purposive (disengaja). Menurut Singarimbun dan Effendi (2000: 35) teknik purposive bersifat tidak acak, dimana subjek penelitian dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan yang digunakan dalam penentuan informan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Subjek yang telah lama dan intensitas dengan satu kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi sasaran perhatian peneliti.
2. Subjek yang mempunyai cukup informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk diminta keterangan dan data yang dibutuhkan terkait masalah penelitian. 3. Teknik dengan penelitian ini yaitu subjek yang memenuhi kriteria memiliki
41
Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas dan prariset yang dilakukan penulis,
maka informan dalam penelitian ini berjumlah empat orang guru tunarungu SMA Sekolah Luar Biasa PKK Bandar Lampung. Bagian metode penelitian Jenis
bahasa yang dipakai adalah memakai bahasa isyarat di lingkungan tuna rungu.
3.5 Sumber Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2004:157) sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan cara menggali dan mengumpulkan informasi dari informan yang dianggap
mengetahui segala permasalahan yang akan diteliti. 2) Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi Observasi dan
Dokumentasi yang di dapat peneliti ke lokasi SLB PKK, Bandar Lampung.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah : 1) Wawancara mendalam
Proses pengumpulan data dengan mengajukan berbagai pertanyaan secara
langsung dengan informan yang dianggap mengetahui secara rinci permasalahan penelitian berkaitan bagaimanakah bentuk kominukasi antar