SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 12
S
S
K
BAB 2PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1. Gambaran Wilayah
Kabupaten Manggarai Barat merupakan daerah Kabupaten pemekaran baru yang terletak pada bagian paling Barat pulau Flores provinsi Nusa Tenggara Timur, yaitu berada diantara 08°.14’ - 09°.00’ Lintang Selatan, dan 119°.21’ - 120.20’ Bujur Timur. Secara administrasitif wilayah, Kabupaten Manggarai Barat berbatasan dengan:
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Manggarai; - Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sape, Provinsi NTB - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Flores
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Sawu
Kabupaten Manggarai Barat memiliki luas wilayah sebesar 9.450,00 km2. Dari total luas wilayah tersebut, luas daratan yang terdiri dari daratan di Pulau Flores, Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Longos, dan beberapa pulau kecil lainnya adalah 2.947,50 km2 sisanya sebesar 6.052,50 km2 adalah wilayah lautan1.
Kondisi Topografi Manggarai Barat didominasi wilayah berketinggian sedang antara 100–500 m di atas permukaan laut. Rincian wilayah berdasarkan ketinggian dari permukaan laut yaitu Kabupaten Manggarai Barat terdiri dari daerah datar sampai bergelombang, dengan klasifikasi kurang lebih 80% luas daerahnya merupakan daerah perbukitan dan sisanya daerah datar dengan ketinggian 25-500 meter diatas permukaan laut (mdpl), dengan dataran tinggi bergelombang dan berbukit (88,96%) dengan fungsi dominan untuk lahan perkebunan (18,56%), kehutanan (43,04%), dan daerah permukiman (1,57%), serta sebagaian kecil merupakan dataran rendah yang rata hingga landai (11,04%) dengan fungsi permukiman (2,80%), pertanian (9,40%) dan perikanan (0,24%).
Luas wilayah Manggarai Barat menurut jenis penggunaan tanah sebagai berikut: 1. Permukiman = 787 Ha = (0,27%)
2. Sawah = 11.411 Ha = (3,38%) 3. Tegalan/lading = 25.344 Ha = (8,60%) 4. Perkebunan = 2.199 Ha = (0,75%)
Dari total luas wilayah Manggarai Barat untuk jenis penggunaan tanah seluas 261.036 Ha, yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk pemukiman, sawah, ladang dan perkebunan sebesar 39.741 hektar atau 13,49%, sedangkan yang belum dimanfaatkan seluas 221.295 Ha. (Lihat Peta 2.1. Peta Wilayah Kajian SSK Kabupaten Manggarai Barat dan Tabel 2.1.
1
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 13
S
S
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 14
S
S
K
Kondisi Demografi Kabupaten Manggarai Barat menunjukkan jumlah penduduk Kabupaten Manggarai Barat pada Tahun 2015 sebanyak 254.198 jiwa yang tersebar pada 10 kecamatan. Kecamatan Komodo merupakan wilayah dengan jumlah penduduk tertinggi, yakni mencapai 50.297 jiwa dengan jumlah rumah tangga yang tercatat sebanyak 10.134 KK.
Secara umum Penyebaran penduduk pada setiap kacamatan maupun Desa dipengaruhi oleh kondisi fungsional wilayah. Wilayah perkotaan memiliki tingkat sebaran dan kepadatan yang tinggi dibandingkan pada wilayah pedesaan.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Manggarai Barat setiap tahun mengalami peningkatan, baik yang disebabkan oleh adanya pertumbuhan penduduk Kabupaten Manggarai Barat sendiri maupun migrasi dari daerah sekitar Kabupaten Manggarai Barat. Pada dasarnya tingkat perkembangan jumlah penduduk, dapat digunakan untuk mengestimasi perkiraan jumlah penduduk dimasa yang akan datang. Proyeksi jumlah penduduk dimasa yang akan datang dilakukan dengan pendekatan matematik dan menggunakan kecenderungan pertumbuhan penduduk 5 tahun terakhir.
Tabel 2.1.
Nama dan Luas Wilayah per-Kecamatan serta Jumlah Desa
Nama Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan Luas Wilayah Administrasi Terbangun (Ha) (%) Terhadap Total Administrasi (Ha) (%) Terhadap Luas Adminitrasi Komodo 19 24,627 9.43 3,034 12.19 Boleng 11 33,094 12.68 1,818 7.30 Sano Nggoang 15 36,103 13.83 2,333 9.37 Mbeliling 15 34,961 13.39 1,484 5.96 Lembor 15 24,517 9.39 1,945 7.81 Welak 16 17,390 6.66 2,027 8.14 Lembor Selatan 15 16,269 6.23 2,488 9.99 Kuwus 22 13,167 5.04 3,109 12.49 Ndoso 15 15,606 5.98 2,439 9.80 Macang Pacar 26 45,302 17.35 4,221 16.95 Total 169 261,036 100 24,898 100
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 15
S
S
K
Metode proyeksi yang digunakan adalah metode matematik dengan rumus geometri. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Keterangan:
Po = jumlah penduduk tahun dasar
Pt = jumlah penduduk akhir (tahun proyeksi) r = laju pertumbuhan penduduk (%)
t = waktu (tahun)
Kabupaten Manggarai Barat yang merupakan daerah Pariwisata dengan rata-rata pertumbuhan penduduk lima tahun terakhir dari tahun 2013 menunjukkan angka 2.00% pertahun. Proyeksi penduduk untuk 5 Tahun kedepan tahun 2019 diprediksikan penduduk Kabupaten Manggarai Barat mencapai 236.560 jiwa dengan jumlah rumah tangga sebanyak 59.140 KK, dimana setiap keluarga rata-rata memiliki anggota keluarga sebanyak 4 sampai 5 orang. Kecamatan Komodo memiliki jumlah KK terbesar di tahun 2019 yaitu 11.660 kk/jiwa sedangkan Kecamatan Mbeliling dengan jumlah penduduk terendah yaitu 3085 kk/jiwa. (Lihat Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun dan Tabel 2.3. Jumlah Kepala Keluarga Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun)
Pt = Po (1 + r)t Pt/Po = (1 + r)t log Pt/Po = log (1+r)t log Pt/Po = t log (1+r) 1/t log Pt/Po = log (1+r) antilog 1/t log Pt/Po = (1+r) antilog 1/t log Pt/Po -1 = r
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 16
S
S
K
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk KK Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun
No
Nama Jumlah KK
Kecamatan Wilayah Perkotaan Wilayah Pedesaan Total
Tahun Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 1 Komodo 5,368 5,476 5,585 5,697 5,811 5,404 5,512 5,623 5,735 5,850 10,772 10,988 11,208 11,432 11,660 2 Boleng 609 621 634 646 659 4,005 4,085 4,166 4,250 4,335 4,614 4,706 4,800 4,896 4,994 3 Sano Nggoang 302 308 314 320 327 2,939 2,998 3,058 3,119 3,182 3,241 3,306 3,372 3,440 3,509 4 Mbeliling 245 250 255 260 265 2,605 2,657 2,711 2,765 2,820 2,850 2,907 2,965 3,025 3,085 5 Lembor 1,265 1,290 1,316 1,342 1,369 6,109 6,232 6,356 6,483 6,613 7,374 7,522 7,672 7,826 7,982 6 Welak 309 315 321 328 334 3,911 3,989 4,069 4,150 4,233 4,220 4,304 4,390 4,478 4,568 7 Lembor Selatan 537 548 559 570 581 4,624 4,716 4,811 4,907 5,005 5,161 5,264 5,369 5,477 5,586 8 Kuwus 435 444 453 462 471 4,817 4,913 5,012 5,112 5,214 5,252 5,357 5,464 5,574 5,685 9 Ndoso 596 608 620 632 645 3,845 3,922 4,000 4,080 4,162 4,441 4,530 4,620 4,713 4,807 10 Macang Pacar 462 471 481 490 500 6,248 6,373 6,501 6,631 6,763 6,710 6,845 6,982 7,121 7,264 Total 10,128 10,331 10,537 10,748 10,963 44,508 45,398 46,306 47,232 48,177 54,636 55,729 56,843 57,980 59,140
Sumber: Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Manggarai
Barat Tahun 2015
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 17
S
S
K
Ditinjau dari tingkat kepadatan, penduduk terpadat berada di Kecamatan Mbeliling, yakni 154 jiwa/ha dan yang paling rendah tingkat kepadatannya adalah Kecamatan Sano Nggoang, yakni hanya 6.1 jiwa/ha. Kepadatan penduduk didasarkan atas kondisi distribusi penduduk yang berkaitan dengan jumlah penduduk yang menghuni suatu wilayah berdasarkan batasan wilayah terbangun. Jumlah penduduk yang terdistribusi pada suatu wilayah akan mempengaruhi tingkat konsentrasi pelayanan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. (Lihat Tabel 2.4. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun)
Tabel 2.3.
Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan Saat Ini dan Proyeksinya Untuk 5 Tahun
Menurunnya angka kemiskinan di Kabupaten Manggarai Barat adalah salah satu barometer penegakan komitmen pemerintah daerah, pelaku usaha dan segenap unsur masyarakat yang peduli dalam upaya-upaya penanggulangan kemiskinan. Hal tersebut sesungguhnya merupakan implementasi amanat konstitusi bagi pencapaian tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam Batang Tubuh UUD 1945, Pasal 27 yakni setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan data dari TNP2K, angka
No Nama
Kecamatan
Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk
(Orang/Ha) Tahun Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 1 Komodo 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 16.6 16.9 17.2 17.6 17.9 2 Sano Nggoang 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 6.1 6.2 6.3 6.4 6.6 3 Boleng 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 10.4 10.7 10.9 11.1 11.3 4 Mbeliling 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 9.0 9.2 9.4 9.6 9.8 5 Lembor 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 17.3 17.6 18.0 18.3 18.7 6 Welak 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 10.4 10.6 10.8 11.0 11.3 7 Lembor Selatan 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 9.6 9.8 10.0 10.2 10.4 8 Kuwus 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 8.0 8.1 8.3 8.4 8.6 9 Ndoso 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 8.4 8.6 8.7 8.9 9.1 10 Macang Pacar 2.50 2.50 2.50 2.50 2.50 7.9 8.1 8.3 8.4 8.6 Sumber: Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Manggarai Barat
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 18
S
S
K
kemiskinan pada tahun 2014 sebesar 4.965 rumah tangga di Kabupaten Manggarai Barat. (Lihat Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Miskin Per-Kecamatan)
Dalam konteks tata ruang, secara umum penataan ruang di Kabupaten Manggarai Barat bertujuan untuk :
1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional;
2. Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya; dan
3. Tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas.
Tabel 2.4.
Jumlah Penduduk Miskin Per-Kecamatan
No Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (Rumah Tangga) 1 Komodo 672 2 Boleng 1031 3 Sano Nggoang 863 4 Mbeliling 547 5 Lembor 1400 6 Welak 1057 7 Lembor Selatan 913 8 Kuwus 1247 9 Ndoso 1669 10 Macang Pacar 2077 Total 4.965
Sumber : Kabupaten Manggarai Barat dalam angka Tahun 2014
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 19
S
S
K
2.2. Kebijakan Tata Ruang Terkait SanitasiKebijakan Terkait Sanitasi yang tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Manggarai Barat meliputi Rencana struktur ruang, Rencana kawasan Perkotaan dan pedesaaan, Rencana pola ruang, rencana system jaringan Utilitas.
2.2.1. Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai Barat
Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat merupakan rencana pembentukan dari berbagai elemen kegiatan serta jaringan sarana dan prasarana yang mendukung pusat-pusat pelayanan.
Penetapan Rencana Struktur Ruang ini diharapkan menjadi acuan dalam pengembangan Sistem Sanitasi di wilayah Kabupaten Manggarai Barat kedepannya. Adapun Rencana Struktur Ruang yang berkaitan langsung dengan Pengembangan Sistem Sanitasi yaitu Rencana Sistem Perkotaan, Rencana Sistem Jaringan Air Bersih, Persampahan, Air Limbah dan Sistem Drainase.
(Lihat Peta 2.2. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Manggarai Barat)
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 20
S
S
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 21
S
S
K
2.2.2. Rencana Penetapan Kawasan Perkotaan dan Pedesaan Kawasan Perkotaan
Selain kawasan pertanian dan pariwisata, seluruh aktifitas kawasan perkotaan diusahakan berlokasi di kawasan budidaya, Semua peruntukan merupakan konsekuensi logis dari kebutuhan ruang sampai tahun 2014 dan merupakan untuk penjabaran lebih lanjut dari struktur tata ruang yang dituju serta konsepsi peruntukan lahan.
Pembangunan diarahkan ke lokasi-lokasi potensial (wilayah yang relatif tidak mempunyai kendala fisik) untuk pengembangan permukiman yaitu : 1. Pada lahan dengan kemiringan 0-15%, ketersediaan air terjamin, terkait
dengan kawasan permukiman yang telah ada, tidak terletak di kawasan pertanian lahan basah dan tidak berada di kawasan lindung.
2. Pada kawasan dengan kemiringan 15-40% yang masih memungkinkan untuk dikembangkan hanya mempunyai kendala fisik (kelerengan) dengan penerapan BCR/KDB yang lebih kecil yaitu sekitar 10-30%
Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengembangkan kawasan permukiman yaitu kegiatan :
1. Perbaikan kawasan perumahan melalui perbaikan kampong (KIP). Lokasinya di Kota Labuhan Bajo dan We Nakeng.
2. Pengembangan Kasiba (Kapling Siap Bangun) dan Lisiba (Lingkungan Siap Bangun) dikembangkan pada kawasan-kawasan potensial bagi pengembangan permukiman
3. Pembatasan pengembangan permukiman secara linear. Kawasan Pedesaan
Dasar dari rencana pengembangan kawasan perdesaan adalah atas pertimbangan bahwa umumnya desa-desa yang ada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah kawasan permukiman yang tidak mengelompok. Pengelompokan terjadi dalam skala yang kecil dengan jaringan jalan tanah, atau jalan lainnya yang berfungsi untuk mencapai area pertanian. Rencana pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Manggarai Barat dititik beratkan pada upaya-upaya penataan kawasan permukiman penduduk yang lebih teratur dan mengelompok. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah perambahan penduduk pada kawasan-kawasan yang telah ditetapkan menjadi hutan lindung atau fungsi lindung lainnya.
Dengan dilakukannya pengelompokkan kawasan perdesaan. akan lebih memudahkan dalam mengembangkan jaringan jalan, penempatan berbagai fasilitas sosial. ekonomi dan budaya bagi kepentingan masyarakat. sehingga mengurangi kesenjangan pertumbuhan antara perkotaan dengan perdesaan.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 22
S
S
K
Sejalan dengan perkembangannya, maka kawasan perdesaanpun diharapkan mampu mempunyai pusat-pusat jasa kolektivitas untuk pelayanan lokal
untuk penetapan wilayah perkotaan dan pedesaan, pembagian kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Manggarai Barat sesuai dengan kondisi dan karakteristik kegiatan dibedakan menjadi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan perdesaan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan jenis kegiatan yang akan ditentukan sehingga sesuai dengan peruntukkan tanah dan ruangnya.
Kriteria penetapan batas kota di wilayah Kabupaten Manggarai Barat ditetapkan atas dasar status kawasan sebagai kawasan perkotaan ibukota kecamatan, aktivitas ekonomi, pengelompokan jenis budaya adan adat setempat, maupun kelengkapan sarana dan prasarana wilayah. Adapun rencana kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Manggarai Barat dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5
Kawasan Perdesaan dan Perkotaan di Kabupaten Manggarai Barat
No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/Desa
1. Komodo Perkotaan Desa Labuhan Bajo
Desa Waeklambo Desa Gorontalo Desa Batu cermin
Perdesaan Desa Golo Bilas
Desa Macang Tanggar Desa Warloka
Desa Golomuri Desa Nggorang Desa Watu Nggelek Desa Pasir Panjang Desa Tiwu Nampar Desa Golopongkor Desa Pasir Putih Desa Papagarang Desa Komodo
2. Sano Nggoang Perkotaan Desa Golo Mbu
Desa Golo Ndaring Desa Matowae Desa Wae Sano
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 23
S
S
K
No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/Desa
Desa Golo Kempo Desa Kempo
Desa Nampar Macing Desa Sano Nggoang Desa Golo Sengang Desa Golo Leleng Desa Wae Lolos
3. Mbeliling Perkotaan Desa Cunca Wulang
Perdesaan Desa Liang Dara
Desa Cuncalolos Desa Golo Sembea Desa Tiwuriwung Desa Golo Ndoal Desa Watu Wangka Desa Golo Tantong Desa Kempo Desa Wae Jare
Desa Tondong Belang Desa Golo Damu Desa Golo Desat
4. Lembor Perkotaan Desa Tangge
Perdesaan Desa Siru
Desa Waewako Desa Poco Rutang Desa Ngancar Desa Pondo Desa Pontoara Desa Daleng Desa Pongmajok Desa Waebangka Desa Waekanta 5. Lembor Selatan Perkotaan Desa Nanga Lili
Perdesaan Desa Repi
Desa Watu Waja Desa Suru Numbeng Desa Munting Desa Kakor Desa Lalong
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 24
S
S
K
No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/Desa
Desa Wae Mose Desa Nanga Bere Desa Benteng Dewa
6. Welak Perkotaan Desa Orong
Perdesaan Desa Gurung
Desa Golo Ronggot Desa Semang Desa Dunta Desa Pongwelak Desa Rehak Desa Watu Umpu Desa Pengka Desa Galang Desa Lale
7. Kuwus Perkotaan Desa Nantal
Desa Golo Ruu
Perdesaan Desa Lewur
Desa Coa Desa Kolang Desa Lawi Desa Golo Lewe Desa Ranggu Desa Tueng Desa Golo Riwu Desa Golo Wedong Desa Benteng Curu Desa Compang Suka Desa Sama
Desa Tengku
Desa Compang Kules Desa Pangga
8. Ndoso Perkotaan Desa Tentang
Perdesaan Desa Golo Poleng
Desa Raka Desa Kasong Desa Ndoso Desa Waning Desa Wae Buka
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 25
S
S
K
No Kecamatan Perkotaan/Perdesaan Desa/Desa
Desa Momol Desa Lumut Desa Pong Narang
9. Boleng Perkotaan Desa Tanjung Boleng
Perdesaan Desa Golo Sepang
Desa Pota Wangka Desa Golo Ketak Desa Mbuit Desa Golo Lujang Desa Sepang
Desa Tanjung Pontianak Desa Batu Tiga
10. Macang Pacar Perkotaan Desa Bari
Perdesaan Desa Nanga Kantor
Desa Kombo Desa Loha Desa Nggilat Desa Pacar
Desa Golo Lajang Desa Wontong Desa Rego Desa Mbakung Desa Raba Desa Rokap Desa Compang
Berdasarkan tabel di atas, untuk wilayah dengan karakteristik perkotaan dimiliki oleh setiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Manggarai Barat. Total rencana wilayah perkotaan di Kabupaten Manggarai Barat sebanyak 14 wilayah dengan pembagian sebagai berikut :
1. Untuk Kecamatan Komodo, pada kondisi eksisting total wilayah perkotaan yang terdapat di kecamatan ini sebanyak 2 wilayah yaitu Desa Labuhan Bajo dan Desa Waeklambo. Seiring dengan perkembangan daerah sekitar dan melihat karakter perkotaan yang mulai terbentuk, maka wilayah perkotaan di Kecamatan Komodo diarahkan menjadi empat wilayah yang terdiri atas Desa Labuhan Bejo, Desa Waeklambo, Desa Gorontalo, dan Desa Batu Cermin. Sedangkan wilayah pedesaan yang terdapat di kecamatan ini sebanyak 10 wilayah.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 26
S
S
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 27
S
S
K
2. Untuk Kecamatan Sano Nggoang, wilayah perkotaan pada kondisi eksisting di kecamatan ini berjumlah satu daerah yaitu Desa Golo Mbu. Mengingat sebaran dan kondisi sarana dan prasarana penunjang serta system kegiatan yang belum menunjukkan perubahan karakter menjadi karakter perkotaan, maka diarahkan wilayah perkotaan tetap berada di Desa Golo Mpu. Sedangkan untuk wilayah pedesaan di kecamatan ini diarahkan sebanyak 10 daerah.
3. Untuk Kecamatan Mbeliling yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Sano Nggoang, wilayah perkotaan eksisting kecamatan ini berjumlah satu daerah yaitu Desa Cunca Wulang. Sedangkan daerah lainnya tetap menjadi wilayah pedesaan dengan total wilayah pedesaan sebanyak 12 daerah.
4. Untuk Kecamatan Lembor, berdasarkan kondisi eksisting total wilayah perkotaan yang terdapat di kecamatan ini sebanyak satu daerah yaitu Desa Tangge. Namun seiring dengan perkembangan daerah yang mulai menunjukkan perubahan karakter menjadi karakter perkotaan maka diarahkan jumlah wilayah perkotaan yang terdapat di Kecamatan Lembor sebanyak dua daerah yaitu Desa Tangge dan Desa Nanga Lele. Sedangkan untuk wilayah pedesaan berjumlah 10 daerah.
5. Kecamatan Lembor Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Lembor. berdasarkan kondisi eksisting total wilayah perkotaan yang terdapat di kecamatan ini sebanyak satu daerah yaitu Desa Nanga Lili. Sedangkan daerah lainnya tetap menjadi wilayah pedesaan dengan total wilayah pedesaan sebanyak 9 daerah.
6. Untuk Kecamatan Welak, berdasarkan kondisi eksisting total wilayah perkotaan yang terdapat di kecamatan ini sebanyak satu daerah yaitu Desa Orong. Melihat perkembangan tiap tahunnya yang tidak terlalu signifikan dan tidak menunjukkan perubahan kegiatan menuju karakter perkotaan, maka jumlah wilayah perkotaan yang diarahkan tetap berjumlah satu daerah yaitu Desa Orong dan daerah lainnya tetap menjadi wilayah pedesaan dengan total wilayah pedesaan sebanyak tujuh daerah.
7. Untuk Kecamatan Kuwus, berdasarkan kondisi eksisting total wilayah perkotaan yang terdapat di kecamatan ini sebanyak dua daerah yaitu Desa Nantal dan Desa Golo Ruu. Melihat perkembangan yang belum menunjukkan perubahan menuju karakter perkotaan, maka diarahkan wilayah perkotaan tetap mengacu pada kondisi eksisting yaitu berjumlah dua daerah. Sedangkan untuk daerah lainnya yang termasuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Kuwus diarahkan tetap sebagai wilayah pedesaan dimana terdiri atas 15 daerah.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 28
S
S
K
8. Kecamatan Ndoso jjuga merupakan wilayah hasil pemekaran, yaitu pemekaran dari Kecamatan Kuwus. Wilayah perkotaan yang terdapat di daerah ini sebanyak satu daerah yaitu Desa Tentang. Untuk arahannya jumlah wilayah perkotaan di kecamatan ini sebanyak satu daerah dan daerah lainnya tetap sebagai wilayah dengan system kegiatan karakter pedesaan sebanyak 9 daerah.
9. Kecamatan Boleng karena merupakan wilayah pemekaran, maka wilayah perkotaan yang terdapat di daerah ini sebanyak satu daerah yaitu Desa Tanjung Boleng. Untuk arahannya jumlah wilayah perkotaan di kecamatan ini sebanyak satu daerah dan daerah lainnya tetap sebagai wilayah dengan system kegiatan karakter pedesaan.
10. Untuk Kecamatan Macang Pacar, berdasarkan kondisi eksisting total wilayah perkotaan yang terdapat di kecamatan ini sebanyak satu daerah yaitu Desa Bari. Sama halnya dengan beberapa kecamatan lain dimana perkembangannya yang belum menunjukkan karakter perkotaan maka diarahkan jumlah wilayah perkotaan sama dengan kondisi eksisting yaitu sebanyak satu daerah. Daerah lainnya tetap sebagai wilayah dengan karakter pedesaan.
2.2.3. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air
Sebagian besar (80 %) rumah tangga di Kabupaten Manggarai Barat dalam memenuhi kebutuhan air bersih masih menggunakan system non perpipaan , yaitu menggunakan air tanah dan memanfaatkan sumber mata air. Jadi baru 20 % saja yang sudah dapat dilayani oleh system perpipaan baik yang dilayani oleh PDAM maupun oleh bantuan proyek lain seperti PPK, PU, LSM dan institusai lainnya.
Untuk air minum perpipaan di Kabupaten Manggarai Barat dilayani oleh PDAM Kabupaten Manggarai Barat. Cakupan area pelayanan mencapai 2.066 pelanggan, termasuk di dalamnya 1.837 pelanggan rumah tangga atau sekitar 8.773 jiwa. Jumlah pelayanan eksisting dari PDAM terhitung sangat kecil, dimana hanya 5% jumlah penduduk yang terlayani oleh air bersih perpipaan.
Pokok-pokok rencana system air bersih di Kabupaten Manggarai Barat antara lain :
1. Peningkatan system air bersih pedesaan yang ada dan pembangunan system baru untuk melayani daerah-daerah yang sampai saat ini belum mendapat pelayanan air bersih. Pengelolaannya dilakukan oleh badan pengelola air bersih
2. Penambahan/menyediakan kran umum dengan prioritas pelayanan daerah permukiman yang relative padat
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 29
S
S
K
3. Meningkatkan produksi pada system air bersih (PDAM) yang sudah ada dengan upaya memperkecil kehilangan/kebocoran air serta merehabilitasi system transmisi dan system distribusinya.
4. Pengembangan system penyediaan air bersih regional untuk beberapa kecamatan yang masih menggunakan system local. System regional yang dikembangkan antara lain:
- Labuhan Bajo-Wae Nakeng-Sano Nggoang - Kuwus-Macang Pacar
2.2.4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Rencana system jarigan prasarana lainnya meliputi rencana system pengelolaan persampahan, rencana jaringan drainase, dan rencana system air limbah (sanitasi)
Rencana Sistem Pengelolaan Sampah
Dengan meningkatnya aktivitas dan kebutuhan masyarakat di Kabupaten Manggarai Barat, maka jumlah sampah yang dihasilkan juga terus meningkat.Sistem pengelolaan sampah yang dikelola di wilayah Kabupaten Manggarai Barat selama ini penanganannya belum memperlihatkan penanganan yang baik. Untuk penanganan persampahan kedepannya, maka sistem pengelolaan persampahan di Kabupaten Manggarai Barat dibedakan berdasarkan perwilayahan.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 30
S
S
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 31
S
S
K
Untuk Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Perkotaan Penanganan
persampahan direncanakan dikelola oleh kota atau kecamatan. Timbunan sampah yang tiap tahunnya semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk, maka diperlukan adanya system pengelolaan sampah yang terkoordinir secara baik karea selama ini sampah dari kegiatan rumah tangga dibuang di pinggiran jalan karena tidak adanya TPS disekitar lingkungan hunian warga. Sampah tesbut kemudian diangkut menuju TPA yang berlokasi di Desa Golo Bilas. Namun sayangnya di TPA tersebut juga tidaka ada pengolahan sampah lebih lanjut
sehingga sampah-sampah tersebut hanya dibaka dan dilakukan oleh warga sekitar. Melihat kondisi tersebut, maka arahan bagi sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Manggarai Barat adalah sebagai berikut :
1. Adanya pemilahan jenis sampah ditingkat rumah tangga
2. Pembangunan TPS di sekitar hunian warga yang telah sesuai dengan syarat teknis dalam penentuan lokasi dan kebutuhan ruangnya.
3. Mempertimbangkan lokasi TPA saat ini karena berada di daerah pusat kota. Seharusnya lokasi TPA berada di daerah pinggiran agar tidak mengganggu masyrakat sekitar
4. Penyediaan fasilitas penunjang kebersihan.
5. Perlu adanya pengolahan sampah lebih lanjut di TPA agar sampah yang dihasilkan dapat memberikan manfaat.
Sistem pengelolaan sampah di kawasan perdesaan dapat dilakukan dengan cara menimbun dan membakar, mengingat kawasan perdesaan kecenderungannya masih tersedia cukup luas lahan pekarangan. Pada sisi lain di kawasan perdesaan kecenderungannya didukung dengan lahan budidaya pertanian yang cukup luas, maka keberadaan sampah tersebut dapat diolah menjadi kompos (pupuk organik) yaitu dengan cara memisahkan jenis sampah yang dapat diuraikan bakteri (dimanfaatkan untuk kompos) dan sampah yang tidak dapat diuraikan bakteri (proses dibakar).
Rencana Sistem Air Limbah
Rencana penyaluan air limbah untuk tiap kecamatan berbeda sesuai dengan tingkat perkmbangannya. Pada dasarnya sebagian besar air limbah di wilayah Kabupaten Manggarai Barat adalah air limbah rumah tangga.
System saluran air limbah yang berasal dari rumah tangga diarahkan menggunakan saluran tertutup. Idealnya saluran air limbah yang berasal dari rumah tangga terpisah dengan saluran air hujan, namun dengan cara ini konsekuensinya membutuhkan biaya pembangunan yang relative besar. Untuk itu keduanya dapat disatukan dalam system saluran primer. Untuk menangani masalah penyaluran air limbah, maka dapat digunakan beberapa alternative yaitu :
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 32
S
S
K
1. System septic tank kolektif dimana satu septic tank akan digunakan oleh beberapa keluarga (6-10KK) yang disalurkan melalui saluran tertutup dari setiap rumah. Besarnya rumah tangga yang akan menggunakan fasilitas ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti jarak rumah, kelandaian tanah, dan lainnya. Dikhususkan pada kawasan pusat kota dengan intensitas kegiatan yang cukup tinggi.
2. System septic tank individu, penanganan penyaluran air kotor dengn cara membuat septic tank di setiap rumah. Dikhususkan bagi kawasan kota yang memiliki penduduk yang relative jarang.
Rencana Sistem Drainase
Bentuk penanganan drainase lebih ditekankan dalam upaya pengendalian rutin yang terjadi tiap tahunnya. Kurangnya jaringan serta kondisi saluran primer dan sekunder merupakan salah satu sebab genangan air pada beberapa desa. Untuk memenuhi kebutuhan dasar jaringan dan penanganan genangan maka diprogramkan penanganan drainase terutama pada daerah banjir yakni desa-desa yang berada di sepanjang sungai dan tepi pantai yaitu Kecamatan Kuwus, Komodo, Macang Pacar, dan Lembor.
Untuk menunjang prasarana jaringan drainase tersebut perlu dilakukan pengawasan terhadap DAS yang berada di Kabupaten Manggarai Barat. Selain itu perlu adanya penataan system drainase yaitu dengan melakukan normalisasi sungai besar seperti Wae Mese, Wae Jamal, Wae Jare, Wae Nangke, dan Wae Raho yang banyak mengalami pendangkalan. Normalisasi ini dilakukan secara rutin.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 33
S
S
K
2.2.5. Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai BaratSubstansi dari rencana pola pemanfaatan ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan lainnya (kawasan lindung dan kawasan budidaya). Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan. Sedangkan kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya buatan, dan sumberdaya manusia. Kawasan budidaya yang dimaksudkan meliputi kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan kawasan perumahan, kawasan perdagangan/jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri dan perdagangan, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan ruang evakuasi bencana, kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan peruntukan ruang sektor informal, kawasan pertahanan dan keamanan serta kawasan pelayanan umum. (Lihat Peta 2.3. Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Manggarai Barat)
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 34
S
S
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 35
S
S
K
2.3 Kemajuan Pelaksanaan SSK2.3.1. Air Limbah Domestik
Melihat kemajuan pelaksanaan pembangunan sanitasi dengan mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi, memantau dampak, hasil dan keluaran dari kegiatan sektor sanitasi kota dan memastikan bahwa tujuan dan sasaran sanitasi, rencana pengembangan dan target tertentu sanitasi kota, serta kepatuhan pada standar pelayanan minimum yang ada sudah dilaksanakan secara efektif. Perkembangan pelaksanaan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang tertuang dalam dokumen strategi sanitasi kota tahun 2015 penanganan BABs tidak terlalu besar memberikan dampak, berdasarkan hasil studi EHRA praktik BABs masih menunjukkan angka 56%. (Lihat Tabel 2.6.& 2.7 Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik)
Tabel 2.6.
Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Air Limbah Domestik
SSK Tahun 2015 - Tahun 2016 SSK Tahun 2016
Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelolaan air limbah - 100 % Rumah Tangga menggunakan sistem pengelolaan air limbah yang layak pada tahun 2020. 48.51% (17620 KK) masih Melakukan BABS - 100% Rumah tangga memiliki tangki Septic yang Layak Hingga Tahun 2020 24.02% (12.230 KK) tidak memiliki pembuangan/Penampungan yang Layak) Peningkatan dan pengembangan alternatif sumber pendanaan Meningkatkan anggaran Anggaran Rutin APBD untuk pembangunan air limbah sebesar 1.5% pada tiap
Tangki septik suspek aman sebesar 41,37% (20.538 kk) Pencemaran karena SPAL masih cukup tinggi yaitu 49,30%
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 36
S
S
K
2.3.2. Persampahan
Dalam rangka untuk mencapai tujuan dan sasaran pengelolaan persampahan di Kabupaten Manggarai Barat, perlu ada keselarasan dan kesesuain antara pelaksanaan dan perencanaan yang telah dibuat. Tingkat cakupan layanan persampahan di Kabupaten Manggarai Barat masih terpusat pada wilayah perkotaan yaitu pada kecamatan Komodo. (Lihat Tabel 2.7. Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Persampahan)
pembangunan prasarana dan sarana air limbah pemukiman. tahunnya Peningkatan system pengelolaan air limbah melalui pemanfatan sumber daya Pendanaan pembangunan dalam penguatan ekonomi masyarakat
Pihak swasta belum teridentifikasi secara maksimal
Keterlibatan pihak swasta masih sangat rendah dalam pengelolaan air limbah
Sumber : Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kabupaten Manggarai Barat tahun 2015, analisa Pokja Sanitasi 2016
Tabel 2.7.
Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Persampahan
SSK Tahun 2015 SSK Tahun 2016
Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
Meningkatkan layanan persampahan
Sampah perkotaan yang dapat
terangkut saat ini baru mencapai 38,5 % dan akan ditingkatkan hingga 75 % pada tahun 2020; 8.4 % Pemilahan sampah setempat berdasarkan studi EHRA
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 37
S
S
K
Meningkatkan peran masyarakat dan dunia usaha serta berkaitan dengan program kerja/proyek Kabupaten Manggarai Barat Bersahaja menuju Kota Bandar Madani. Meningkatnya keterlibatan masyarakat dan terbentuknya pola kemitraan pengelolaan persampahan dengan pihak swasta. Meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat berkaitan dengan hak dan kewajiban selaku warga negara yaitu dalam hal pelunasan membayar retribusi kebersihan. Terbentuknya unit pengelola teknis operasional persampahan dan terbitnya regulasi pengelolaan persampahan. Pengalokasian anggaran pengelolaan persampahan dan terbitnya pedoman penyusunan rencana biaya, pengelolaan keuangan serta penyusunan tarif retribusi. Meningkatkan kerjasama dengan pihak swasta dalam pengolahansampah, yang telah di gagas maupun yang direncanakan secara realistik. Meningkatkan potensi investasi dunia usaha/swasta
Sumber : Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kabupaten Manggarai Barat tahun 2015
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 38
S
S
K
2.3.3. DrainasePencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun dengan melakukan analisis terhadap kondisi wilayah saat ini serta arah pengembangan secara menyeluruh. Penanganan drainase perkotaan di Kabupaten Manggarai Barat merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dengan kondisi topografi kurang lebih 80% merupakan daerah perbukitan dan selebihnya daerah datar yang sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut. (Lihat Tabel 2.8. Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Drainase Perkotaan)
Tabel 2.8.
Tabel Kemajuan Pelaksanaan SSK Untuk Drainase Perkotaan
SSK Tahun 2012 - Tahun 2016 SSK Tahun 2015
Tujuan Sasaran Data Dasar Status Saat Ini
1 2 3 4
Tersedianya sarana dan prasarana
drainase lingkungan.
Tidak ada lagi yang memakai saluran drainase untuk
berfungsi selain untuk pembuangan limpahan air hujan pada tahun 2020
Master plan drainase belum ada
Master plan drainase sudah ada
Mengoptimalkan system yang ada
Tidak ada lagi yang memakai saluran drainase untuk
berfungsi selain untuk pembuangan limpahan air hujan pada tahun 2020 Terdapat daerah Genangan sebesar 21 Ha Memastikan pengutamaan penerapan teknologi drainase lingkungan berbiaya rendah dan sensistif jender. Memastikan
Tersedianya Regulasi drainase lingkungan pada tahun 2018
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 39
S
S
K
2.4. Profil Sanitasi Saat Ini
Penilaian Profil Sanitasi merupakan gambaran lengkap dan menyeluruh baik teknis maupun nonteknis dan mencakup berbagai aspek tentang sanitasi di Kabupaten Manggarai Barat baik yang bersumber dari data primer maupun data sekunder. Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Manggarai Barat masih belum memadai.
pengutamaan penerapan teknologi drainase lingkungan berbiaya rendah dan sensistif jender. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan peraaturan perundanga-undangan mengenai Drainase Lingkungan Adannya peraturan perundang-undangan mengenai drainase Diterapkannya SPM untuk layanan drainase lingkunngan. Terwujudnya pembangunan drainase lingkungan yang partisipatif dan tanggap kebutuhan. Meningkatnya
intensitas upaya penyadaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat secara terus menerus di sub drainase lingkungan.
Meningkatnya peran media dan masyarakat dalam penyadaran perilaku hidup bersih dan sehat pada akhir tahun 2018.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 40
S
S
K
2.4.1. Air Limbah DomestikKondisi eksisting Air Limbah Domestik di Kabupaten Manggarai Barat menunjukan bawah pengelolaan air limbah domestik masih bersifat konvensional tanpa melalui pengolahan lebih lanjut sehingga air limbah domestik langsung dibuang ke kali atau sungai dan drainase yang tentunya berdampak pada menurunnya kualitas lingkungan. Limbah di Kabupaten Manggarai Barat dikelola secara on site (Setempat), dimana sistem pembuangan limbahnya dilakukan secara individual, diolah dan dibuang di tempat. Sejauh ini pengolahan black water (air limbah yang berasal dari jamban atau wc ditampuang pada lubang yang sudah digali pada umuran tertentu. Tempat yang digunakan untuk pembuangan air besar antara lain berupa jamban leher angsa, jamban plengsengan, jamban umum/MCK, jamban cemplung dan sebagian belum memiliki jamban. Input dari limbah juga berasal dari air limbah yang berasal dari kegiatan mandi, cuci dan dapur. Semua produk input limbah baik grey water maupun black water dibuang begitu saja tanpa melalui pengolahan dan tidak adanya proses daur ulang.
Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa pada saat ini sistem pengelolaan limbah secara off-site belum dimiliki oleh Kabupaten Manggarai Barat. Secara umum masih dikelola oleh masyarakat sendiri dari masing-masing rumah tangga dengan cara yang sangat minim bahkan sebagaian besar belum dilakukan pengelolaan dengan kaidah-kaidah yang sehat.
Sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM) dan Program SANIMAS difasilitasi pendaan oleh pemerintah Pusat sumber pendanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Sanitasi Provinsi Bidang Kecipta Karyaan. Membangun 37 Unit fasilitas Air Limbah MCK, MCK ++ dan 2 unit IPAL Komunal untuk sekelompok permukiman penduduk dibeberapa Kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat antara lain :
Pada tahun 2011 pembangunan MCK 10 Unit yang yang tersebar di Kecamatan Komodo Desa wae Kelambu, Desa Labuan Bajo dan Desa Gorontalo, Kecamatan Boleng Desa Golo Sepang, Kecamatan San Ngang Desa Golombu, Kecamatan Lembor Desa Tangge, Kecamatan Welak Desa Rehak, Kecamatan Kuwus Desa Nantaldan Kecamatan Macang Pacar Desa Bari dan Desa Compang.
Tahun 2012 Pembangunan MCK + Di Kecamatan Komodo Desa Labuan Bajo dan Kecamatan Lembr Desa Kakor.
Tahun 2013 Pembangunan MCK + dan IPAL Komunal di Kecamatan Komodo Desa Pasir Panjang, Desa Pasir Putih 2 unit dan Desa Warloka, program Sanimas pembangunan IPAL di Kampung Baru Desa Gorontalo RT 03, Kampung Air RT 13 Kelurahan Labuan Bajo dan pembanguna MCK + di 3 Kawasan di Kecamatan Lembr Selatan Dusun Nanga Nae Desa Macang Tanggar RT 03 dan RW 04 dan Desa Nangalili Dusun Mange Maci.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 41
S
S
K
Tahun 2014 pembangunan MCK ++ 10 Unit yang tersebar di Kecamatan Komodo 1 unit Desa Gorontalo, Kecamatan Welak 1 unit Desa Orong, Kecamatan Ndoso 2 unit Desa lewur dan Desa Tentang , Kecamatan Mbeliling 2 unit Desa Mata Wae dan Desa Liang dara dan Kecamatan Lembor 1 unit Desa surunumbeng.
Program SLBM tahun 2015 pembangunan MCK ++ 10 unit dan sambungan rumah tersebar di Kecamatan Komodo Desa Golo Mori 1 unit untuk melayani 200 jiwa, Kecamatan Mbeliling Desa Cunca wulang 1 unit melayani 200 jiwa, Kecamatan Macang Pacar Desa Lewat melayani 200 jiwa, Kecamatan Kuwus desa Suka King melayani 200 jiwa, Kecanatan sano Ngoang Desa Golo Mbu melayani 200 jiwa, Kecamatan Boleng Desa Pontianak melayani 200 jiwa, Kecamatan Welak Desa Robo melayani 200 jiwa, Kecamatan Lembor Desa Waewako melayani 200 jiwa dan Kecamatan Lembor selatan Desa Watu Tiri melayani 200 jiwa, total jiwa yang terlayani 1.800 jiwa.
Secara umum SLBM ini baru mencakup areal yang sangat kecil dari Seluruh Wilayah Kabupaten Manggarai Barat. Peta Lokasi septictank komunal pada program SLBM dan Sanimas dapat dilihat pada gambar 3.2. di bawah.
Berdasarkan dari Dinas Kesehatan kepemilikan jamban dikabupaten Manggarai Barat
Berdasarkan hasi studi EHRA diketahi bawah walaupun masyarakat sudah mempunyai jamban dan fasilitas MCK yang sudah terbangun tetapi sebagian besar masyarakat di Kabupan Mangarai barat masih menyalurkan tinja tidak ke tangki septik hanya 33% saja yang menyalurkan tinja ke tengki septik selebihnya ke Cubluk/lubang tanah sebesar 50%, kolam/sawah sebasar 0% sungai/danau sebesar 0% langsung ke drainase 1% dan lain – lain sebsar 16% seperti pada garafi 3.6 tempat penyaluran akhir tinja dibawah ini.
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 42
S
S
K
Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa tidak semua tangki septik yang dimiliki masyarakat aman masih ada 14 % merupakan tengki septik suspek tidak aman. Hal ini dikarenakan tangki septik sudah dibangun lebih dari 5 tahun atau belum pernah dikuras.
Gambar 3.7 Grafik Prosentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
Sistem pengolahan air limbah domestik yang terdiri atas black water yang berasal dari tinja, urine, air pembersih dan air penggelontor. Umumnya menggunakan jamban leher angsa dengan kontruksi penampungan dan pengumpulan berupa tangki septik, pipa sewer dan cubluk. Pada umumnya sistem pembuangan limbah non tinja ini dialirkan melalui lubang resapan yang disalurkan melalui saluran terbuka yang dialirkan ke sistem drainase atau ke sungai. (Lihat Peta 2.4. Peta Cakupan Layanan Air Limbah Domestik, Gambar 2.1. Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik dan Tabel 2.9. Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini Di Kabupaten Manggarai Barat)
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 43
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 44
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 45
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 46
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 47
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 48
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 49
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 50
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 51
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 52
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 53
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 54
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 55
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 56
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 57
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 58
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 59
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 60
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 61
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 62
S
S
K
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 62
S
S
K
Gambar 2.1.Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Diagram Sistem Sanitasi Air Limbah Domestik
Produk Input (A)
User Interface
(B)
Pengumpulan dan Penampungan / Pengolahan Awal
(C)
Pengangkutan / Pengaliran
(D)
(Semi) Pengolahan Akhir Terpusat
(E) Daur Ulang dan/atau
Pembuangan Akhir Black Water dan Grey Water Bidang Resapan Tanah Tanah
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 63
S
S
K
Tabel 2.9.Cakupan Layanan Air Limbah Domestik Saat Ini di Kabupaten Manggarai Barat
Kecamatan Jml Pdd (KK)
Sistem Setempat (ON-SITE) Sistem Komunal Sistem Off Site (Terpusat) Masih BABS
Layak Tidak Layak Layak Tidak Layak Layak Tidak Layak
KK % KK % KK % KK % KK % KK % KK % Komodo 10,772 7,880 73 907 8 87 0.81 0 0 0 0 0 0 1,898 17.62 Sanonggoang 3,241 1,542 48 1,498 46 54 1.67 0 0 0 0 0 0 147 4.54 Boleng 4,614 976 21 19 0 53 1.15 0 0 0 0 0 0 3,566 77.29 Mbeliling 2,850 779 27 131 5 58 2.03 0 0 0 0 0 0 1,882 66.04 Lembor 7,374 2,097 28 660 9 57 0.77 0 0 0 0 0 0 4,560 61.84 Welak 4,220 178 4 1,150 27 57 1.35 0 0 0 0 0 0 2,835 67.18 Lembor Selatan 5,161 963 19 1,796 35 59 1.14 0 0 0 0 0 0 2,343 45.40 Kuwus 5,252 666 13 985 19 54 1.03 0 0 0 0 0 0 3,547 67.54 Ndoso 4,441 945 21 215 5 58 1.31 0 0 0 0 0 0 3,223 72.57 Macang Pacar 6,710 1,842 27 2,305 34 58 0.86 0 0 0 0 0 0 2,505 37.33 Jumlah 54,636 17,869 33 9,666 18 595 1.09 0 0 0 0 0 0 26,507 48.51
Sumber: Analisa Pokja Sanitasi Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2016
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 64
S
S
K
Sistem pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Manggarai Barat belum berjalan efektif sebagaimana diharapkan dan itupun hanya diprakarsai oleh pemerintah, belum dilakukan oleh dunia usaha ataupun masyarakat. Dari pihak pemerintah daerah menyediakan 1 unit mobil pengangkut tinja dengan kapasitas 6 m3 yang melayani Kabupaten Manggarai Barat dimana sekarang dalam kondisi tidak beroperasi lagi. Faktor utama adalah masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah dimana hal tersebut didasari oleh ketidaktahuan masyarakat kapan perlu dilakukan penyedotan lumpur tinja. (Lihat Tabel 2.10. Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik)
Tabel 2.10.
Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik
No Jenis Satuan Jumlah/
Kapasitas
Kondisi
Keterangan Berfungsi Tidak
Berfungsi
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii)
SPAL Setempat (Sistem Onsite)
1 Berbasis Komunal
MCK Komunal Unit 37 37 0
2 Truk Tinja Unit - - - Tidak ada
3 IPLT : Kapasitas Unit - - - Tidak ada
SPAL Terpusat (Sistem Offsite)
1 Berbasis Komunal
Tangki Saptik
Komunal > 10 KK Unit - - -
IPAL Komunal Unit 2 1 1
2 IPAL
Kawasan/Terpusat -
Kapasitas M3/hari 1.500 - -
Sistim SR - - - Sambungan
Rumah Sumber : Dinas PU Cipta Karya Tahun 2014
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, maka koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 65
S
S
K
Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota
Di Kabupaten Manggarai Barat pengelolaan air limbah domestik menjadi tupoksi lintas SKPD yang mana secara teknis menjadi kewenangan Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan. Pengelolaan air limbah domestik juga berkaitan erat dengan tupoksi SKPD Badan Lingkungan Hidup Daerah dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terutama dalam hal perumusan kebijakan, pengawasan maupun pembinaan.
Institusi pemerintahan tersebut memiliki korelasi yang kuat, dimana Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Tata Ruang dan Pengawasan Bangunan berperan sebagai operator karena lebih bersifat teknis dan Badan Lingkungan Hidup Daerah serta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah lebih memainkan peran sebagai regulator. Upaya-upaya preventif dan promotif menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari rangkaian kegiatan pengelolaan air limbah domestik sehingga peran dari Dinas Kesehatan juga sangat penting.
Ditingkat masyarakat dan swasta belum ada upaya yang terfokus terhadap sistem pengelolaan air limbah domestik yang memenuhi standar pelayanan penyehatan lingkungan. Dengan kedudukan kelembagaan yang masih lemah baik ditingkat masyarakat, swasta dan pemerintah maka upaya pencapaian target pengelolaan air limbah belum ada langkah-langkah nyata, sehingga berpengaruh pada belum tersedianya perangkat peraturan terkait pengelolaan air limbah di tingkat daerah.
2.4.2. Persampahan
Kota Labuan Bajo sebagai Ibukota Kabupaten Manggarai Barat merupakan pusat kegiatan pemerintahan, kegiatan ekonomi, perdagangan, pusat pendidikan dan daerah pariwsata yang pada kenyataannnya terus mengalami perkembangan baik ekonomi maupun sosial budaya yang tentunya akan berdampak terhadap permasalahan sosial kemasyarakatan seperti masalah sanitasi lingkungan. Salah satu masalah sanitasi lingkungan yang menjadi perhatian adalah timbulan sampah di kawasan ibukota kabupaten.
Upaya untuk mengatasi adanya timbulan sampah di kawasan ibukota kabupaten, pemerintah telah menyiapkan sarana dan prasarana pengelolaan sampah melalui program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD terkait.
Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan target Pembangunan Nasional adalah 70% sampah domestik dan 100% sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan umum. Dalam memaksimalkan pelayanan pengelolaan persampahan perkotaan dibutuhkan arahan yang tepat, bukan hanya pada kebutuhan akan pendanaan tetapi juga adalah bagaimana pengelolaan kegiatan pelayanan yang terdiri atas beberapa
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 66
S
S
K
kegiatan utama, antara lain adalah pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemerosesan akhir sampah. Disamping itu, tak bisa dipungkiri bahwa peranan masyarakat sangat besar dalam pelayanan pengelolaan persampahan dimana perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat bebas dari sampah karena sebaik apapun sarana maupun sistem pengelolaan persampahan apabila masyarakat tidak memiliki kesadaran akan tetap menjadi masalah yang tak bisa diselesaikan.
Penanganan sampah dengan cara membakar secara terbuka (open burning) masih menjadi pilihan yang dilakukan masyarakat. Padahal dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Juknis SPM Bidang Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa selain kegiatan transportasi dan industri, kegiatan pembakaran terbuka dan kawasan permukiman juga memiliki pengaruh terhadap kualitas udara.
Pelayanan persampahan dikawasan ibukota Kabupaten Manggarai Barat berawal dari unit terkecil yaitu rumah tangga. Pada tataran rumah tangga masing-masing rumah tangga mengumpulkan sampah untuk selanjutnya ditempatkan pada TPS yang tersedia. Pengangkutan sampah dari TPS selanjutnya diselenggarakan oleh petugas kebersihan Badan Lingkungan Hidup Daerah untuk diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir. Kegiatan ini tanpa melalui proses pemilahan baik pada tataran rumah tangga maupun pada TPS-TPS yang tersedia. Secara operasional pengelolaan sampah di kawasan ibukota kabupaten meliputi beberapa aspek yaitu :
1. Aspek teknik Operasional
Teknik operasional pengelolaan sampah secara umum di Kota La b uan Ba jo meliputi : timbulan sampah, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir
a. Pengumpulan
Pola pengumpulan pada masing-masing sumber sampah adalah sebagai berikut :
o Daerah Permukiman
Pola Komunal Langsung
Pola ini diterapkan pada warga yang tinggal di kompleks-kompleks perumahan dan non perumahan yang terletak agak jauh dari jalan arteri/utama dimana warga langsung membuang sampahnya ke TPS komunal yang telah disediakan.
Pola Individual Langsung
Pelaksanaan sistem ini dilakukan dengan dump truck, untuk perumahan yang tidak mendapatkan fasilitas TPS. Sampah diletakkan dipinggir jalan atau di depan rumah masing-masing dengan menggunakan kantong-kantong plastik maupun kardus atau karung dan kendaraan pengangkut sampah berjalan perlahan diikuti
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 67
S
S
K
petugas untuk melakukan pengumpulan dan memasukannya ke armada pengangkut untuk diteruskan ke TPA.
o Daerah Perkantoran dan Lembaga Pendidikan
Pada daerah perkantoran dan Lembaga Pendidikan dilakukan dengan menggunakan pola komunal langsung, dimana sampah dikumpulkan oleh petugas kantor/sekolah dan dimasukan kedalam tomng sampah, kemudian kendaraan roda tiga mengambilnya dari tong dan diteruskan ke TPS/Kontainer untuk diangkut ke dengan menggunakan Dump Truck TPA.
o Daerah Pasar pertokoan dan Terminal
Pada daerah pasar, pertokoan dan terminal, pengumpulan sampah dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu komunal langsung dan individual langsung, dimana sampah dikumpulkan oleh pemilik toko ke TPS atau diletakan dipinggir jalan kemudian dijemput oleh kendaraan pengangkut sampah untuk selanjutnya dibawa ke TPA.
o Jalan dan fasilitas umum
Pada lokasi jalan dan fasilitas umum dilaksanakan dengan penyapuan jalan oleh petugas kebersihan dan diangkut dengan menggunakan kendaraan roda tiga untuk diangkut ke TPS dan selanjutnya dijemput oleh kendaraan pengangkut sampah ke TPA. Fasilitas pendukung untuk kegiatan pengumpulan adalah : motor roda tiga berjumlah 3 unit berkapasitas 1,5 m3, tong sampah 50 buah, kontainer yang berfungsi sebagai TPS berkapasitas 6 m3 berjumlah 9 unit, dari jumlah kontainer tersebut yang rusak berat berjumlah 6 buah dan yang masih baik 4 buah. Semua fasilitas umum baik itu kesehatan, pendidikan, perkantoran memilki tempat penampungan sementara baik berupa tong sampah, gerobak sampah atau bak sampah. Sedangkan untuk fasilitas pemukiman semuanya juga demikian baik dikumpul dalam bak sampah/tong sampah/atau dikumpul dalam karung atau kardus.
b. Pemilahan
Untuk pengelolaan sampah di Kota Labuan Bajo kegiatan pemilahan ini tidak dilakukan, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat tentang daur ulang sampah, sumber daya masyarakat dibidang persampahan masih rendah serta kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan sampah menjadi pupuk atau kegunaan lainnya. Pemilahan hanya dilakukan secara perorangan di lokasi TPA dan dari hasil wawancara langsung yang dilakukan oleh surveyor diketahui bahwa hasil pemilahannya akan di jual pada kelompok pengusaha daerah lain.
c. Pengangkutan
Fasilitas pengangkut sampah yang ada di Kota Labuan Bajo adalah :
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 68
S
S
K
o Truck Amroll berkapasitas M3 berjumlah 2 unit
o Kendaraan roda tiga berkapasitas 1,5 M3 berjumlah 3 unit o Mobil Pick Up 1 unit
Produksi sampah pada tahun 2014 berdasarkan hasil perhitungan Badan Lingkungan Hidup Daerah jumlah produksi sampah per hari dikota Labuan Bajo ( Desa Labuan Bajo, Desa Wae Kelambu, Desa Batu Cermin dan Desa Gorontalo) sebanyak 164 M3/hari. Daya tampung sesuai dengan kondisi yang ada sebesar 54 M3/hari, sampah yang tidak tertampung sebesar 166,4 M3 – 54 M3 = 112,4 M3. Volume sampah yang terangkut dalam sehari yaitu sebesar 64 M3,
Dari perhitungan diatas diketahui bahwa dalam sehari masih ada sampah yang belum terangkut hal ini dapat dihitung jumlah produksi sampah sehari untuk Kota Labuan bajo dikurangi sampah terangkut sehari 166,4 M3/hari – 64 M3/hari = 102,4 M3/hari
d. Pengolahan
Dalam pengelolaan sampah di Kota La b u a n B a j o , sampah-sampah yang diangkut dari TPS dibuang begitu saja ke TPA tanpa melakukan pengolahan, hal ini terjadi karena :
o Kurangnya sumber daya masyarakat dalam mengolah sampah o Kurangnya anggaran yang disiapkan oleh pemerintah
o Kurangnya SDM dibidang Persampahan
o Tidak adanya keterlibatan masyarakat dalam mengelola sampah. e. Tempat Pembuangan Akhir
Tempat Pembuangan Akhir sampah terletak di Desa Golo Bilas Kecamatan Komodo dengan jarak ± 5 Km dari pusat kota dengan luas la han TPA 3.5 00 M 2 sejak tahun 2005. Penanganan pembuangan akhir sampah masih memakai sistem open dumping yaitu sampah dibuang dan ditumpuk pada suatu lahan terbuka tanpa adanya perlakuan lain. Kelompok pemulung tidak ditemukan di Kabupaten Manggarai Barat, karena tidak adanya pihak swasta atau usaha pendaur ulangan sampah.
Grafik dibawah ini memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan hasil studi EHRA hanya 8,4 % saja yang dinilai cukup baik antara lain :
1. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 8,2 %
2. Dibuang ke lubang dan di tutup dengan tanah sebesar 0,2 % Sebagian besar belum mengelola sampahnya dengan baik antara lain
1. Di buang kelahan kosong/kebun 8,9 % 2. Di bakar sebesar 72,3 %
3. Di buang ke sungai/kali sebesar 2,9 %
4. Di buang ke lubang tetapi tudak di tutup dengan tanah sebesar 7,1% 5. Di biarkan begitu saja sampai membusuk sebesar 0,4 %
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 69
S
S
K
Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Sampah
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 70
S
S
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 71
S
S
K
Gambar 2.2.Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Persampahan
Diagram Sistem Sanitasi Persampahan
Produk Input (A)
User Interface (B) Pengumpulan Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) (D) Pengangkutan (E) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (F) Daur Ulang / Pembuangan Akhir Sampah Organik dan Anorganik 41
SSK Kab. Manggarai Barat, 2016 | 72
S
S
K
Tabel 2.11.Timbunan Sampah per Kecamatan
Kecamatan Penduduk Jml (Jiwa) Timbunan Sampah Sampah dikelola pada sumber Sampah Terproses 3R Sampah Terangkut ke TPA Sampah Tidak Terproses Total (%) m3/hr (%) m3/hr (%) m3/hr (%) m3/hr (%) m3/hr
Ii iii iv V Vi vii viii ix x Xi xii xiii
Komodo 50297 44.5 74.0 0 0 38.5 64 17.05 28.36 100 166.4 Sanonggoang 14150 72.3 34 0 0 0 0 27.7 12.97 100 46.8 Boleng 18998 72.3 45 0 0 0 0 27.7 17.42 100 62.9 Mbeliling 13405 72.3 32 0 0 0 0 27.7 12.29 100 44.4 Lembor 33570 72.3 80 0 0 0 0 27.7 30.78 100 111.1 Welak 21068 72.3 50 0 0 0 0 27.7 19.32 100 69.7 Lembor Selatan 23989 72.3 57 0 0 0 0 27.7 21.99 100 79.4 Kuwus 24724 72.3 59 0 0 0 0 27.7 22.67 100 81.8 Ndoso 20460 72.3 49 0 0 0 0 27.7 18.76 100 67.7 Macang Pacar 33537 72.3 80 0 0 0 0 27.7 30.75 100 111.0 Jumlah : 254198 66.8 562 0 0 7.6 64 26 215 100 841.3
Sumber : Studi Ehra 2015
Tabel 2.12
Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan
No Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah/ Luas Total Terpakai Kapasitas / Daya Tampung m3 Ritasi /hari Kondisi Ket. Baik Rusak Ringan Rusak Berat
(i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x)
1 Pengumpulan Setempat
- Gerobak Unit
- Motor Sampah Unit
- Kendaraan Pick Up Unit 1 2.5 m3
2 Tempat Penampungan Sementara (TPS) - Bak Sampah (beton/kayu/fiber) Unit - Container Unit 9 6 m3
- Transfer Stasiun Unit - SPA (Stasiun
Peralihan Antara Unit
3 Pengangkutan