• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Teknologi Budidaya Anggrek Dendrobium di Esties s Orchid, Depok-Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Kasus Teknologi Budidaya Anggrek Dendrobium di Esties s Orchid, Depok-Jawa Barat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

235 Makalah Pendukung 16

Studi Kasus Teknologi Budidaya Anggrek Dendrobium di

Esties’s Orchid, Depok-Jawa Barat

Ika Rahmawati, Herni Shintiavira, dan M. Prama Yufdy

Balai Penelitian Tanaman Hias,

Jln. Raya Ciherang, Pacet-Cianjur 43253 Jawa Barat

ABSTRAK. Dendrobium merupakan anggrek yang digemari oleh konsumen dan petani-pengusaha bunga karena warna dan bentuknya yang sangat bervariasi dan menarik. Sebagai komoditas hortikultura unggulan, anggrek ini juga menjadi produk unggulan pada beberapa nursery, salah satunya Esties’s orchid. Selanjutnya untuk mendapatkan anggrek yang berkualitas, teknologi budidaya yang efektif dan efisien juga diterapkan oleh nursery ini. Studi kasus di Esties’s orchid ini bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi teknologi budidaya anggrek yang diterapkan di Esties’s orchid. Metode yang digunakan adalah metode survei. Hasil studi mengungkapkan bahwa budidaya Dendrobium di Esties’s orchid dimulai dari pembelian bibit, aklimatisasi, pembesaran bibit hingga pembungaan, pemupukan, pemeliharaan, pengendalian hama penyakit hingga pasca panennya. Aklimatisasi dilakukan dengan menanam bibit di media sabut kelapa pada tray plastik, media tanam menggunakan campuran pakis dan daun kaliandra yang diwadahi dalam pot-pot tanah. Pemupukan menggunakan NPK seimbang, seminggu 2 kali dengan dosis ¼ kali dosis anjuran. Secara bertahap dosis pemupukan ditingkatkan. Pada stadia remaja- jelang berbunga, diberikan pupuk NPK dengan unsur phosphor dan kalium yang lebih banyak daripada unsur nitrogennya. Pupuk-pupuk ini diberikan dengan cara dicairkan dan disemprot ke daun. Pestisida yang digunakan untuk pengendalian tungau bahan aktif abamectin, untuk siput berbahan aktif metaldehida dan untuk serangga berbahan aktif imidakloprid. Penjualan bibit dilakukan baik saat stadia seedling, remaja mapun individu berbunga.

Kata-kata kunci: Dendrobium, Teknologi Budidaya, Esties’s orchid

ABSTRACT. Ika Rahmawati, Herni Shintiavira dan M. Prama Yufdy (2013) Case Study on Agronomical Technology of Dendrobium in Esties’s Orchid, Depok, West Java.

Dendrobium is an orchid favored by consumers, farmer and grower due to varied-colors and

shapes and interesting. As a horticulture superior product, the orchid is also developed by several orchid nurseries, such as Esties’s orchid. Furthermore to obtain qualified-orchid products, effective and efficient agronomical technology has to be applied. Case study in Esties’s orchid was aimed to explore and get information of agronomical technology applied in Esties’s orchid. Survey method was utilized in this study. Result of the study revealed that agronomical technology applied in Esties’s orchid was started from buying orchid seedlings, acclimatizing, growing up seedlings till their flowering, fertilizing, maintaining, controlling pests and diseases until harvesting. Acclimatization of seedlings was carried out by planting them in plastic tray containing coco-peat, planting medium using mixture of Cycas rumphii bulk and Calliandra calothrysus leaves placed in soil pots. Fertilizing used balance NPK, twice a week with one-fourth dosage of suggestion. The fertilizer dosage would increase gradually fit with growth of seedlings. In young stage till initial flowering, the orchid plants were fertilized using NPK with higher phospor and potassium concentration than nitrogen. Fertilizing was applied by preparing the NPK fertilizer in liquid condition and sprayed on orchid leaves. Pesticides applied for controlling trips were pesticide with abamectin as active ingradience,

(2)

236

metaldehide for trips and imidachloprid for pests. The orchid were sold in seedling, young and individual flowered-plant stages

Keywords: Dendrobium, Agronomical Technology, Esties’s orchid

PENDAHULUAN

Anggrek dendrobium banyak disukai masyarakat karena rajin berbunga dengan warna dan bentuk bunga yang bervariasi dan menarik. Sering digunakan dalam rangkaian bunga karena memiliki kesegaran yang relatif lama, warna dan bentuk bunganya yang bervariasi, tangkai bunga lentur sehingga mudah di rangkai dan produktivitasnya tinggi (Widiastoety et. al, 2010).

Produksi anggrek dari tahun ke tahun cenderung meningkat, hal ini dapat dilihat pada BPS/Badan Pusat Statistik, yang mengatakan bahwa produksi komoditas anggrek pada tahun 2011 sejumlah 15.490.256 tangkai, meningkat 10,24% dari tahun sebelumnya yaitu 14.050.445 tangkai. Dengan minat masyarakat yang besar terhadap komoditas ini, maka dibutuhkan teknologi budidaya yang tepat dan efisien guna meningkatkan daya saing komoditas baik pada tingkat nasional maupun internasional. Santi et.al (1998) mengatakan bahwa berbagai faktor yang menjadi kendala dalam produksi bunga anggrek diantaranya adalah budidaya tanaman yang belum tepat dan tingginya biaya produksi, sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas bunga.

Banyak sekali nursery anggrek bergerak pada bidang per-anggrek-an, salah satunya adalah Esties’s Orchid

yang berlokasi di daerah Limo Kotamadya Depok, merupakan salah satu nursery yang telah berdiri sejak tahun 1998. Bapak Wagiman adalah pemilik nursery ini, mengatakan bahwa awal mula bibit diperoleh dari Bangkok dan sampai awal tahun 2013 telah dapat mengkoleksi sebanyak 20 jenis anggrek Dendrobium, antara lain Srikandi Beauty, Red Bull, Arindang Green, Sonia, Black Shine, Pasific White, Kaisri, WonLeng Thailand White, Mainil Uraiwan, Candi Street, Won Leng, Lee Kim Yu, Burana Pink, Burana Jade, Suzana Nil, Izumi Halava Beauty, Izuzizumi, Red Compac. Nursery ini terletak pada ketinggian 100 m dpl. Sama seperti yang dikatakan Dirjenhorti, (2008) bahwa Anggrek Dendrobium merupakan salah satu genus yang dapat tumbuh di dataran rendah-medium dan mempunyai sifat mudah berbunga dibandingkan dengan anggrek jenis lain

TEKNOLOGI BUDIDAYA Teknologi perbanyakan yang dilakukan oleh nursery pada umumnya adalah perbanyakan dengan kultur jaringan dan memperbanyak bibit seedling yang dibeli dari nursery lain. Tidak setiap nursery memperbanyak dengan kultur jaringan karena kultur jaringan membutuhkan biaya input yang besar. Perbanyakan tanaman yang dilakukan oleh Estie’s orchid adalah

(3)

237 secara vegetatif melalui metode kultur

jaringan dan keiki pada tanaman anggrek yang sudah tua. Pembahasan tentang perbanyakan secara kultur jaringan di Estie’s Orchid akan di bahas tersendiri pada topik bahasan yang lain. Penggalian informasi ini difokuskan pada budidaya anggrek secara in vivo atau di lapangan. 1) Persiapan bibit anggrek dari bibit

botolan

Awal mula bibit anggrek dibeli dari importir bunga yang berada di Jakarta. Bibit tersebut berasal dari Bangkok-Thailand. Petani melakukan aklimatisasi bibit botolan hasil kultur jaringan. Pertama yang dilakukan adalah mengeluarkan bibit yang masih muda sangat rentan putus dan terluka dari dalam botol secara hati-hati. Penggunaan pinset sangat membantu dalam mengeluarkan bibit. Dalam SOP anggrek dendrobium (Dirjenhorti, 2008), mengeluarkan planlet satu persatu dengan kawat pengait pada bagian akar dan usahakan akar menghadap ke mulut botol. Setelah dikeluarkan dari botol kultur, bibit dibersihkan dari media kultur jaringan yang masih menempel dan dilakukan pula dengan hati-hati. Letakkan planlet pada baskom berisi air bersih, seleksi menurut keseragaman ukuran, cuci tanaman satu persatu di bawah kran yang mengalir hingga tidak ada lagi agar-agar yang melekat (Dirjenhorti, 2008). Bibit yang sudah berbentuk planlet (mempunyai daun dan berakar) sudah dapat disemai pada media sabut kelapa. Keringanginkan bibit dengan mengangin-anginkan di atas kertas koran, kurang lebih 15 menit, bibit siap ditanam (Dirjenhorti, 2008).

2) Proses penanaman bibit

Setelah dicelup fungisida dan ditiriskan, bibit anggrek dapat ditanam dengan cara dimasukkan ditengah sabut kelapa, lalu sabut kelapa diikat sederhana. Satu persatu ikatan sabut kelapa yang sudah berisi bibit diletakkan di tray semai berukuran 7 x 14 lubang. Satu lubang tray berisi 1 bibit (gambar berikut). Dalam penelitiannya, Andriyani et.al (2005) mengatakan bahwa sebelum planlet ditanam, media sabut kelapa disterilkan terlebih dahulu dengan cara merendamnya di dalam larutan Dithane M-45 selama 10 menit. Media siap dipakai setelah kering. Planlet ditanam secara hati-hati pada sabut kelapa.

Keterangan : cara menanam bibit anggrek pada media sabut kelapa (bawah), sabut kelapa yang sudah diletakkan di tray (atas).

(4)

238

3) Media Tanam

Media yang digunakan di Estie’s orchid adalah kaliandra (Calliandra calothrysus), sabut kelapa dan pakis. Syarat media menurut SOP anggrek (Dirjenhorti,2008) adalah bersifat porus, mudah menyerap air, tidak mudah lapuk, tidak cepat asam, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri.

Media untuk bibit yang baru dikeluarkan dari botol kultur dan media compot adalah sabut kelapa. Mula-mula sabut kelapa direndam dengan air bersih semalam, kemudian dipres supaya pipih dan berkurang airnya, lalu dipotong sesuai dengan tinggi tray semai. Kriteria sabut kelapa yang baik menurut Dirjenhorti (2008) adalah warna coklat, bersih dari serbuk, hama, jamur, kotoran lain, bersih dari tanin/ getah sabut kelapa (direndam dulu minimal 3 hari), sabut kelapa yang telah lama dan tua.

Di Estie’s Orchid, stadia seedling, menggunakan media campuran pakis dan kaliandra. Terlebih dahulu pada dasar pot diberi pecahan styroform. Styroform digunakan untuk memberikan ruang drainase atau sirkulasi udara yang lebih besar di dasar pot. Seperti pada penelitian Ginting et.al (2001), dasar pot anggrek diisi dengan pecahan batu bata merah, yang berfungsi untuk memberi aerasi dan drainase setebal kurang lebih 2 cm. Kesamaan penggunaan styroform dan pecahan batu bata adalah keduanya menmberikan ruang drainase yang baik. Hal ini sesuai dengan SOP anggrek dendrobium yang dikeluarkan oleh Dirjenhorti (2008) bahwa pecahan batu bata atau genteng sedikit menyerap air, drainase dan aerasi baik, mudah

ditumbuhi lumut dan miskin unsur hara, sedangkan sifat styroform mempunyai drainase yang baik dan tidak mudah lapuk. Media pakis menurut SOP anggrek (Dirjenhorti,2008), memiliki kemampuan menyerap air tinggi, aerasi dan drainasi cukup baik, melapuk secara perlahan-lahan, dan sedikit mengandung unsur hara yang dibutuhkan anggrek, sedangkan daun dan ranting kaliandra, sifatnya mudah menyerap air, sulit melepas air, menyediakan unsur hara N tinggi, cepat masam, mudah lapuk, mudah ditumbuhi jamur, sebagai sarang serangga.

Estie’s Orchid melakukan pengujian beberapa media tanam, antara sabut kelapa, pakis dan kaliandra, ada yang sendiri-sendiri, ada yang campuran media-media tersebut. Pengujian bertujuan untuk mencari media dan komposisi media yang tepat sehingga menghasilkan pertumbuhan anggrek yang optimal. Faktor ekonomi media juga menjadi bahan pertimbangan, maka dari itu dicari pula media yang murah harganya dan baik untuk pertumbuhan anggrek. Campuran media tanam telah diteliti oleh Ginting et.al (2001), dalam penelitiannya, pada media arang dan campuran arang dan sabut kelapa menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan generatif yang sama baiknya. Sedangkan Tirta (2006) mengatakan bahwa penggunaan media pakis dan kadaka (paku sarang burung) memberikan pertumbuhan vegetatif anggrek yang terbaik, karena sifat kadaka bisa menyimpan air dan unsur hara cukup lama serta tidak lekas melapuk.

(5)

239 Komposisi media yang tepat

menurut Estie’s Orchid adalah pecahan styroform pada dasar pot, lalu ditambah pakis sampai setengah pot. Bibit anggrek atau seedling ditanam pada pakis tersebut. Beberapa minggu kemudian, setelah akar anggrek sudah menempel erat pada pakis, ruangan pot diberi kaliandra. Kaliandra adalah sejenis Legum atau kacang-kacangan yang mengandung protein yang tinggi. Penggunaan ranting dan daun tanaman kaliandra dimaksudkan untuk memberikan tambahan unsur Nitrogen bagi pertumbuhan bibit. Tetapi sifat kaliandra yang mudah lapuk, menyebabkan media harus dibongkar (repotting) setiap 3 bulan sekali untuk diganti dengan kaliandra yang baru. 4) Wadah Tanam

Pemilihan pot tanam harus memperhatikan suhu, kelembaban dan jenis anggrek yang ditanam. Pot yang digunakan pada seedling sampai berbunga menggunakan pot dari tanah karena bisa menyerap air dan menjaga kelembaban lingkungan. Dalam SOP anggrek Dendrobium (Dirjenhorti, 2008), di daerah panas dan kelembaban udara rendah digunakan pot tanah. Tidak dipilihnya pot plastik karena sifatnya sangat ringan, sehingga anggrek yang ditanam di pot plastik mudah roboh dan sifat pot plastik adalah tidak bisa menyerap air dan tidak dapat menjaga kelembaban lingkungan. Pot pastik ideal digunakan di daerah dingin, curah hujan dan kelembaban tinggi, karena air yang tertangkap lebih cepat menguap (Dirjenhorti, 2008).

Estie’s orchid melakukan sterilisasi pot tanah dengan cara dibakar ulang. Bekas pot yang masih bagus setelah melalui proses atau daur ulang dapat digunakan kembali Untuk pot tanah dapat dicuci bersih dengan air bersih, deterjen dan disterilisasi (Dirjenhorti, 2008). Sterilisasi pot ini bertujuan untuk membunuh telur hama dan penyakit yang mungkin menempel pada pot.

5) Pembesaran bibit

Setelah 3 bulan di tray sabut kelapa, bibit anggrek semakin besar dan saatnya untuk di pindahkan ke pot yang lebih lebar. Bibit anggrek tidak dicabut dari media, tetapi hanya memindahkan media beserta bibit tersebut ke pot yang lebih besar. Satu pot berisi 30 bibit, inilah yang disebut compot (community pot). Kurang lebih 5 bulan kemudian, bibit anggrek sudah besar dan daunnya saling berjejal satu sama lain, sehingga membutuhkan ruang yang lebih besar. Bibit-bibit ini segera dipindah ke pot-pot individu berdiameter 8 cm. Bibit anggrek pada stadia ini disebut seedling. Menurut SOP anggrek dendrobium oleh Dirjenhorti (2008), repoting harus disesuaikan dengan ukuran tanaman, jumlah bulb/ batang dan padatnya akar. Bila media tanam sudah lapuk/ hancur dan sudah terlalu asam, bibit dari kompot berumur 5 bulan, tinggi sekitar 8 cm dapat direpoting ke pot individu ukuran 8-12 cm. seedling dari pot 8-12 cm, tinggi tanaman 15-20 cm dapat direpoting ke pot ukuran 15 cm. bibit remaja dari pot ukuran 15 cm, tinggi bibit sekitar 35 cm, dapat di repoting ke pot ukuran 18 cm dan tanaman dari pot 18 cm dapat dipindahkan ke pot 24 cm.

(6)

240

Keterangan : Compot (gambar atas dan tengah) berisi 30 bibit pada

media sabut kelapa.

Pertumbuhan bibit secara

individu atau seedling

menggunakan media pakis dan kaliandra (bawah).

Keterangan: tanaman remaja (kiri), sudah berbunga (kanan)

6) Pemupukan

Dalam usaha budidaya tanaman anggrek, habitatnya tidak cukup mampu menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan. Untuk mengatasi hal tersebut, tanaman diberi pupuk organik maupun an organik (Tirta, 2006). Salah satu usaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan adalah dengan pemupukan melalui daun (Sukma dan Ary, 2010). Pupuk daun disemprotkan ke seluruh permukaan daun, karena anggrek lebih banyak memanfaatkan penyerapan pupuk melalui daun daripada melalui akar (Santi, A

(7)

241 et.al, 1998). Di Estie’s Orchid, perawatan

saat seedling menggunakan pupuk daun yang mengandung vitamin B dan pupuk yang mengandung NPK seimbang, seminggu 2 kali dengan dosis ¼ kali dosis anjuran. Secara bertahap dosis pemupukan ditingkatkan. Setelah 5 bulan, bibit berubah menjadi tanaman remaja dan siap dipindahkan ke pot berdiameter 15 cm. Dosis pemupukan sesuai dengan anjuran hingga tanaman berbunga. Pada stadia remaja- jelang berbunga, diberikan pupuk NPK dengan unsur Phosphor dan Kalium yang lebih banyak daripada unsur Nitrogennya. Pupuk-pupuk ini diberikan dengan cara dicairkan dan disemprot ke daun. Dalam penelitiannya, Sukma dan Ary (2010), menggunakan pupuk NPK (15-15-15), Gandasil D (14-12-14) dan Hyponex biru (10-40-15) masing-masing konentrasi 1 g/ L, yang diaplikasikan tiap 3 hari sekali, dapat mempercepat pertumbuhsn daun pertama teratas (daun muda).

Estie’s Orchid juga menggunakan pupuk alternatif atau pupuk organik, bertujuan untuk memperkaya nutrisi yang diberikan pada tanaman. Pupuk organik dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti rebung, air cucian beras, gula merah, dan penyedap makanan yang difermentasi dahulu selama seminggu. Pupuk organik dibuat sekaligus 10 liter, dapat digunakan selama 2 bulan.

7) Sirkulasi udara

Dalam pertumbuhannya, anggrek memerlukan sirkulasi udara yang baik. Tempat yang tertutup sangat tidak cocok bagi anggrek Dendrobium. Penggunaan

paranet disekeliling saung (ketiga sisi saung) juga sangat baik bagi sirkulasi udara. Dirjenhorti (2008), tempat penanaman anggrek harus aliran udara bebas atau sirkulasi udara baik. Jika sirkulasi udara tidak ada atau kurang lancar, anggrek akan mudah terserang penyakit, begitu pula sebaliknya, jika sirkulasi udara terlalu kencang, akan menyebabkan anggrek mengalami kekeringan (dehidrasi), dan akibatnya tanaman menjadi kurus dan daunnya lemas. Fungsi paranet selain mencegah masuknya hama, juga untuk mengurangi percikan air hujan yang mengenai tanaman pada barisan paling pinggir. 8) Intensitas Cahaya Matahari

Rumah plastik atau rumah kaca, merupakan salah satu bentuk modifikasi

iklim mikro pada tanaman

(www.ipb.ac.id). Di nursery ini, rumah naungan terbuat dari rangka besi dengan atap plastik UV transparan bening. Karena Dendrobium tidak dapat menerima intensitas cahaya matahari penuh, dan hanya membutuhkan sinar matahari dengan kisaran cahaya 40-65%, oleh sebab itu penggunaan paranet di bawah atap plastic UV sangat dianjurkan, terutama saat stadia seedling dan kompot. Sinar matahari pagi sangat bagus untuk tanaman. Seperti yang tercantum pada SOP anggrek dendrobium oleh Dirjenhorti (2008), bahwa rumah lindung adalah rumah tempat tumbuhnya anggrek yang atapnya terdiri dari paranet atau plastik UV. Net/jaring untuk kompot s/d seedling 70%, remaja s/d dewasa 55-65%.

(8)

242

9) Penyiraman

Anggrek Dendrobium termasuk anggrek epifit. Kebutuhan air bagi anggrek tidak begitu banyak. Sebenarnya anggrek ini cenderung menyukai kondisi kering, tetapi media tetap lembab. Media yang terlalu basah bisa menyebabkan akar membusuk. Menurut Ginting et.al (2001), anggrek epifit tidak membutuhkan terlalu banyak air tetapi menghendaki kelembaban yang tinggi. Kelembaban yang tinggi berfungsi untuk mengurangi penguapan agar tanaman tidak mengalami kekurangan air yang diperlukan untuk translokasi zat-zat hara ke seluruh jaringan tanaman.

Penyiraman memperhatikan media dan lingkungan mikro sekitar tempat tumbuh. Lingkungan mikro yang sangat lembab, tidak diperlukan penyiraman yang rutin, hanya sering dipantau agar media jangan sampai kering. Penyiraman anggrek pada media sabut kelapa yang bersifat menyerap air, bisa dilakukan sehari sekali. Pada lingkungan yang cukup lembab, maka penyiraman dapat sehari sekali, sekitar jam 10.00 pagi, sedangkan pada lingkungan yang cukup kering, bisa dua kali sekali. Pada saat hujan turun berhari-hari, penyiraman bisa seminggu sekali.

Secara umum tanaman anggrek membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi disertai dengan sirkulasi udara yang lancar. Kelembaban nisbi yang dibutuhkan tanaman anggrek berkisar 60-80%. Kelembaban tinggi ini diperlukan untuk mengantisipasi penguapan yang terlalu tinggi. Peningkatan kelembaban dapat diupayakan dengan penyiraman

dan pengabutan

(Wiryanta-books.google.co.id).

10) Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang sering menyerang tanaman anggrek adalah siput dan tungau. Pengendaliannya berdasarkan ada tidaknya serangan. Dalam hal ini pemantauan rutin sangat diperlukan. Pestisida yang digunakan adalah yang mengandung bahan aktif abamectin, untuk mengendaikan tungau. Untuk membasmi siput, digunakan pestisida dengan bahan aktif metaldehida. Serangga dikendalikan dengan pestisida dengan bahan aktif imidakloprid. Konsentrasi yang digunakan sesuai anjuran yaitu 1 cc/Liter. Aplikasi pestisida seminggu sekali dengan cara bergantian pemakaian. Estie’s orchid juga pernah mencoba pengendalian hama secara hayati, yaitu dengan menggunakan campuran buah genuk, deterjen bubuk dan dan deterjen cair, yang terlebih dahulu difermentasi selama seminggu.

PASCAPANEN

Bunga anggrek Dendrobium muncul pada tunas ujung, pada tanaman dewasa, bunga muncul di ketiak daun. Mulai berbunga pada umur 1,5 tahun terhitung dari awal semai. Dengan budidaya intensif, penanaman seedling Dendrobium dapat berbunga pada umur 8 bulan. (Dirjenhorti,2008).

Anggrek Dendrobium di nursery ini dipanen dan dijual dalam berbagai fase pertumbuhan antara lain stadia botol, compot, seedling, remaja, dan tanaman berbunga. Pada tahun 2012 beberapa

(9)

243 varietas yang telah terjual di Estie’s

Orchid pada stadia botol, seedling, remaja, dan bunga. Stadia botolan hasil kultur jaringan, penjualan ke petani anggrek langsung di seputar Jabodetabek, terjual sekitar 1700 botol. Stadia seedling terjual hampir 12.000 tanaman dengan tujuan Kalimantan, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Stadia remaja sekitar 2800 tanaman dengan tujuan Sulawesi dan Jawa Timur, sedangkan anggrek yang berbunga 1900 tanaman,di pesan oleh pengusaha tanaman hias di Sulawesi dan Bengkulu.

Penjualan bibit saat stadia seedling, remaja dan individu berbunga, dengan cara, tanaman/ bibit dikeluarkan dari pot, dilepaskan dari media yang menempel, tanaman / bibit berakar tanpa media tersebut di keringanginkan seharian, besoknya bisa dikemas dengan cara dibungkus koran. (Dirjenhorti 2008) menjelaskan bahwa tanaman harus dalam kondisi kering dari air, sebelum dibungkus atau packing.

TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Bapak Wagiman selaku pemilik nursery ESTIE’S ORCHID atas waktu dan kesediaannya menjadi narasumber.

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani LY, Buhaira dan Nancy. 2005. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Penyemprotan Pupuk Daun trehadap

Pertumbuhan Planlet Anggrek

Dendrobium (Dendrobium Jade Gold)

Pada Tahap Aklimatisasi. Jurnal

Agronomi 10 (1):51-54. BPS. 2011. Produksi Tanaman Hias

Indonesia-anggrek tahun 2011. bps.go.id. 16/2/13.

Direktorat Jendral Hortikultura, 2008.

Standar Operasional Prosedur Anggrek Dendrobium. Departemen Pertanian. Ginting, B. Waspodo Prasetio dan Toto

Sutater, 2001. Pengaruh Cara

Pemberian Air, Media dan Pemupukan

terhadap Pertumbuhan Anggrek

Dendrobium. J.Hort 11(1):22-29,

2001.

Santi, A. Suciantini dan Jaka Prasetya, 1998. Pengaruh Pupuk Daun dan Asam Humik terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek Dendrobium

White Candy. Risalah Seminar

Tanaman Hias.

Sukma, D dan Ary Setiawati, 2010. Pengaruh Waktu dan Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Anggrek Dendrobium ‘Tong Chai Gold’. J. Hort Indonesia 1(2): 97-104. Agustus 2010.

Tirta, I.G., 2006. Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun

terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Anggrek Jamrud (Dendrobium

macrophyllum A.Rich.). Biodiversitas

volume 7, nomor 1 Hal: 81-84.

Widiastoety, D, Nina Solvia dan Moehdar Sudardjo. 2010. Potensi Anggrek

Dendrobium dalam Meningkatkan

Variasi dan Kualitas Anggrek Bunga Potong. Jurnal Litbang Pertanian, 29 (3), 2010.

Wiryanta, BTW. Media Tanaman untuk Tanaman Hias. AgroMedia. Diakses dari books.google.co.id. tanggal 18 Februari 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implikasi kawin paksa terhadap keluarga di Desa Pandak adalah menimbulkan implikasi- implikasi seperti munculnya dampak sosial,

Menurut Undang – undang Nomor 8 tahun 1992 tentang Perfilman, yang dimaksud dengan Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang –

Seperti tampak pada Gambar 8, setelah diketahui hasil dari BER saat hanya terkena AWGN maka dapat dibandingkan dengan saat citra terletak pada kanal transmisi

Penyelia atau gada madya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf b bertujuan untuk menghasilkan anggota Satpam yang memiliki sikap mental kepribadian,

kawasan andalan dan kawasan budidaya lainnya, kota-kota dan pusat- pusat kegiatan di dalamnya, dengan kawasan-kawasan dan pusat- pusat pertumbuhan antar pulau di wilayah

Secara khusus, identitas gender merupakan hasil dari faktor-faktor penentu yaitu seks genetik, jenis kelamin gonad, genitalia interna, genetalia eksterna, karakteristik

Profil Kesehatan Kabupaten Tabalong berisi data, informasi gambaran umum dan perilaku penduduk, menggambarkan situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan dan

Hasil pengamatan pada satu bulan setelah inokulasi menunjukkan semua lubang (100%) yang diinokulasi dengan Fusarium F1 maupun F2 memperlihatkan gejala infeksi di sekitar