• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ARTIKEL

TEMA WANITA DALAM LUKISAN IMPRESIONISME BARAT

Oleh : AIDA FITRI LUBIS

208151038

[

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

WANITA DALAM LUKISAN IMPRESIONIS BARAT Aida fitri Lubis dan Agus Priyatno

Jurusan Seni Rupa FBS Universitas Negeri Medan, Jl. Williem Iskandar Psr. V Sumatra Utara Indonesia

ABSTRAK

Impressionisme merupakan gerakan seni pada abad ke- 19 di Paris. Pameran – pameran independen mereka menjadikan mereka dikenal sepanjang tahun 1870-1880an. Lukisan kaum impresionis berlawanan dari komunitas seni konvensional di Prancis Impresionisme berusaha menampilkan kesan-kesan pencahayaan yang kuat, dengan penekanan pada tampilan warna dan bukan bentuk. Impresionisme sebenarnya adalah seni pergerakan, pose, dan komposisi dari permainan kesan cahaya yang dituangkan dalam warna-warna cerah dan bervariasi.Tema lukisan impresionisme berbeda dengan tema lukisan yang menjadi trend waktu itu. Tema keagamaan dan keluarga bangsawan sangat dihargai. Sedangkan tema pemandangan dan still life tidak. Tema lukisan impresionimse mendobrak cara pandang waktu itu. Lukisan impresionisme melukiskan apa saja. Termasuk tema wanita dari keluarga bangsawan maupun bukan.Tema lukisan impresionisme mendeskripsikan kehidupan wanita pada masa itu di Eropa secara visual dan artistik. Kehidupan kaum wanita dari keluarga petani, hingga wanita dari kelas borjuis dilukiskan sangat menarik berdasarkan paradigma artistik kaum impresionis.Lukisan impressionime bertema wanita memperkuat pemahaman kita tentang kehidupan sehari-hari dari abad kesembilan belas Paris. Para pelukis menyaksikan perkembangan pesat dari konsumsi massa, dan mengetahui perkembangan ini sangat penting untuk memahami rangsangan visual dari dunia modern dengan para pelukis impresionis yang terlibat.

Kata kunci : Lukisan, Impresionisme, Wanita

PENDAHULUAN

Pada abad ke 19 muncul aliran impressionisme dalam seni lukis yang bertentangan dengan mahzab seni akademi di Perancis. Impressionisme telah diterima secara luas sebagai gaya yang pertama kali memperkenalkan modernisme dalam seni. Modernisme diperkenalkan oleh seniman melalui subyek yang menggambarkan munculnya kehidupan kota industri. Modernitas sebagai kenyataan dan sebagai subjek dalam seni merupakan bagian yang sangat penting dari Impresionisme. Impressionisme adalah suatu gerakan

seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada

tahun 1874. Nama ini awalnya dikutip dari

lukisan Claude Monet,"Impression, Sunrise" ("Fajar Menyingsing").

Kaum impressionis menentang aliran akademisi yang hanya melukis di studio. Tempat cahaya adalah di luar, maka kaum impressionis banyak melukis di luar. Oleh karena itulah mereka disebut “out -door

painters(an Plan air)”. Karena cahaya diluar tidak

abadi setiap saat berganti maka kaum impressionis memilih jalan untuk menangkapnya dengan cepat, selesai dlam waktu itu juga sekalipun menanggung resiko bahwa bahwa lukisannya tidak akan mendetail Akibatnya bentuk objek menjadi lebih sederhana, tidak

seperti lukisan naturalisme atau realisme yang

dilukiskan detil. Hal ini tidak menjadi soal karena mereka tidak menghendaki detail. Maka tangkapan

sesaat dan menghilangkan detail, menjadi ciri khas dari seni lukis impressionisme.i

Sebagi konsekwensi dari teori cahaya, maka garis ( seperti yang dimiliki oleh kaum akademis) betul – betul menghilang dalam impressionisme. Lukisan – lukisan impressionisme selalu menerangi sudut – sudut museum dengan warnanya yang cerah. Sebagi ahli waris Manet yang progresif mereka betul – betul tidak mengkehendaki under painting yang gelap. Sapuan kuas impressionisme pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan kemudahan pelukis menangkap esensi subjek daripada detailnya.Warna didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan karena warna tercampur secara optis oleh retina. Kaum impressionis membuat bayangan dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak digunakan sebagai bayangan). Mereka tidak menunggu cat kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.

Selain dari ciri khas lukisan impressionisme, masih banyak hal lain yang menarik untuk dibahas,diantaranya tema dalam lukisan impressionis. Pelukis impressionis banyak mengangkat kehidupan

keseharian ke dalam lukisan. Selain lukisan

pemandangan, lukisan figur manusia sangat berperan dalam mempelopori aliran modern ini terutama figur wanita. Modernisme Paris sangat menarik perhatian para pelukis impressionis baik pelukis pria maupun pelukis wanita.

(3)

Pelukis – pelukis Perancis dimasa lampau banyak yang tertarik pada pernyataan wanita sebagai objek

kenikmatan, sebagai makhluk yang memiliki

perwujudan yang mengasyikan. Oleh pelukis Renoir, figur wanita menunjukkan pencapaian kecakapan teknik melukisnya. Lukisannya yang berjudul “Orang – orang Mandi” (1884-1887) yang dikerjakannya pada waktu yang cukup lama ( Soedarso, 1971: 43)

Sedangkan figur wanita dimata Monet digunakan

untuk menginterpretasikan tokoh – tokoh di

lingkungannya khususnya cahaya di luar ruangan. Monet tidak terlalu mengistimewakan figur manusia dalam lukisannya. Dia membuat hubungan antara tokoh dengan alam sealami mungkin seperti dalam lukisan “Women in the Garden” (1866) (Soedarso, 42). Jika dalam pandangan pelukis pria, wanita adalah makhluk yang mengasyikkan karena keindahannnya, maka bagi Mary Casatt bukan hanya keindahan tubuh wanita yang bisa di eksploitasi kedalam lukisan. Pengalaman sebagai wanita juga bisa menjadi hal yang estetis jika dilukiskan.

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis Tema Wanita yang pada pelukis Impresionis Barat, untuk mengungkapkan lukisan impresionis dengan tema wanita, mendeskripsikan dan mendokumentasikan lukisan bertema wanita pada abad ke-19 karya pelukis impresionis barat, dan memperbaiki pemahaman kita tentang perempuan Impresionisme dan perwakilan di abad kesembilan belas di Paris.

1. Teknik Impresionisme

Lukisan impresionisme cenderung memiliki

goresan kuas yang pendek - pendek, sapuan cat yang tebal digunakan untuk menangkap esensi dari subjek, bukan rinciannya. Kemudian cat sering diterapkan dengan teknik impasto. Warna diterapkan pada setiap langkah dengan sesedikit mungkin pencampuran, dan

menciptakan tampilan yang bersemangat.

Pencampuran warna optik terjadi di mata pengamat. Abu - abu dan warna gelap diciptakan dengan mencampur warna komplementer.

Dalam Impresionisme penggunaan cat hitam dihindari. Cat basah ditimpa ke dalam cat basah tanpa menunggu kering, untuk menghasilkan batas lembut dan pembauran warna. Lukisan di malam hari untuk mendapatkan effets de soir atau efek bayangan cahaya di malam atau senja. lukisan impresionis tidak mengeksploitasi transparansi cat tipis (glasir) yang sebelumnya dibangun seniman dengan hati-hati untuk menghasilkan efek.

Permukaan dari lukisan impresionis biasanya buram. Permainan cahaya alami ditekankan. Perhatian yang dipusatkan pada pantulan warna dari objek ke objek. Dalam lukisan yang dibuat en plein air (luar

ruangan), bayangan yang berani dilukis dengan warna biru langit seperti yang tercermin ke permukaan, untuk memberikan rasa kesegaran dan keterbukaan yang tidak ditangkap dalam lukisan sebelumnya.

Pelukis kadang-kadang menggunakan metode ini, namun seniman Impresionis adalah yang pertama untuk menggunakan semuanya bersama-sama dengan keberanian. Sebelumnya seniman yang karya-karyanya menampilkan teknik ini meliputi Frans Hals, Diego Velázquez, Peter Paul Rubens, John Constable, dan JMW Turner. Pelukis Perancis yang mempersiapkan

jalan bagi Impresionisme termasuk seniman

romantisme Eugène Delacroix, pelopor realis Gustave Courbet, dan pelukis dari sekolah Barbizon seperti Théodore Rousseau. Impresionis belajar banyak dari karya Jean-Baptiste Camille Corot-Eugène Boudin dan, yang dilukis dari alam dalam gaya yang dekat dengan impresionisme, dan yang berteman dan menyarankan para seniman muda.

Impresionis mengambil keuntungan dari

pengenalan abad pertengahan untuk mencampur cat dalam tabung timbal (menyerupai tabung pasta gigi modern) yang memungkinkan seniman untuk bekerja lebih spontan, baik di luar maupun di dalam ruangan. Sebelumnya, pelukis membuat cat mereka sendiri secara individual, dengan menggiling dan mencampur bubuk pigmen kering dengan minyak biji rami, yang kemudian disimpan dalam kandung kemih hewan.

2. Tema Lukisan Impressionisme

Tema lukisan impressionisme tidak berbeda dengan tema lukisan realis dan naturalis. Cara melukiskannya saja yang berbeda. Lukisan realisme dan naturalisme dilukiskan denagn cara senyata mungkin. Seperti yang terlihat oleh mata kita, tidak ditambah atau dikurangi. Lukisan impressionisme dilukiskan berbeda, dengan cara seimpresif mungkin. Hanya kesan – kesan yang tampak oleh pandangan kita. Tidak seperti lukisan realisme dan naturalisme

yang sangat detail, lukisan impressionisme

mengabaikan detail (Priyatno, Analisa:2012).

Tema manusia dan lingkungannya adalah objek –

objek lukisan impresionime. Ada lukisan

pemandangan, kehidupan kaum wanita, dan still life

dalam corak lukisan impresionisme. Tema

pemandangan meliputi laut, pantai, pegunungan, pemandangan pedesaan dan perkotaan. Tema wanita meliputi wanita bangsawan, ibu dan anak, wanita petani, wanita penari dan sebagainya. Tema lainnya seperti lukisan still life juga terdiri dari berbagai tema. Pada dasarnya tema – tema lukisan impressionisme mempresentasikan seputar kehidupan manusia dan

(4)

mengungkapkan suasana hati (emotion), pribadi pelukisnya (personality), dan teknik bekerjanya.

Sebelum masa impresionis, pelukis lainnya, terutama seperti pada abad ke-17 Pelukis Belanda Jan Steen, telah difokuskan pada mata pelajaran umum, tetapi untuk komposisi yang tradisional. Mereka mengatur komposisi sedemikian rupa sehingga objek utama mengarahkan perhatian pengamat. Impresionis membatasi antara objek dan latar belakang sehingga efek dari lukisan impresionis sering menyerupai

snapshot, sebuah bagian dari realitas yang ditangkap

lebih besar seolah-olah mendapatkan kesempatan fotografi. Sebagai kamera. menjadi lebih portabel, foto menjadi lebih jujur. Fotografi terinspirasi oleh Impresionis untuk mengabadikan momen, tidak hanya sekilas dalam cahaya lukisan pemandangan, tetapi pada kehidupan sehari-hari manusia. Munculnya gerakan impresionis dapat dilihat sebagai reaksi oleh seniman pada media yang baru dibentuk yaitu fotografi. Pengambilan gambar tetap atau masih ditantang pelukis dengan menyediakan gaya baru yang dapat digunakan untuk menangkap realitas. Awalnya kehadiran fotografi tampaknya merusak pelukis pemandangan alam dan kemampuan realitas mereka. Potret dan lukisan pemandangan yang dianggap ada kekurangan dan kurang nyata sebagai fotografi, tetapi lukisan impressionisme menghasilkan gambar manusia hidup yang ebih efisien.

3. Wanita Eropa pada Awal Abad ke- 19

Ketika pertumbuhan kapitalisme dan

industrialisasi, terjadi pergeseran zaman yang meningkatkan peran perempuan dalam sosial dan ekonomi. Peran kelas menengah perempuan sebagai istri dan ibu, dan peluang kerja baru yang terbuka bagi kelas pekerja perempuan di daerah perkotaan. Modernitas dan partisipasi perempuan dalam ranah

publik melalui budaya konsumen, proliferasi

(berkembang dengan cepat) pada gambar iklan dan menampilkan produk, dan implikasi dari semua elemen untuk lukisan impresionis dan perwakilan di abad kesembilan belas di Paris.

Para wanita dalam lukisan impresionis mewakili spektrum penuh wajah wanita abad ke-19, dari potret elit dan aktifitas wanita kelas pekerja. Wanita dan

Impresionisme memiliki posisi pelopor dari

Impresionis, lukisan yang menggambarkan

serangkaian perubahan konseptual dan sejarah dengan menggambarkan tradisional, skema visual dengan makna baru, memberikan kontribusi secara visual dengan terobosan yang modern. Konsep "wanita modern" muncul dalam serangkaian konflik.

Pada periode impresionis, wanita memiliki wajah yang berbeda: wanita sebagai ibu terpenting

dari keluarga dan wanita kelas pekerja, wanita terhormat dari kaum borjuis dan wanita penghibur. Namun tema wanita juga bertindak sebagai kaca pembesar dalam rangka untuk lebih mengamati peran Impresionisme sebagai gerakan pelopor artistik dan

menganalisis perbedaan timbal balik dalam

penanganan gambaran dari subjek yang sama. Seorang wanita kelas atas di Paris di akhir abad 19 tunduk pada aturan sosial. Seorang wanita yang belum menikah, misalnya, tidak bisa meninggalkan rumahnya tanpa pendamping, juga tidak bisa sering kafe atau teater sendirian karena risiko reputasinya.

4. Tema wanita

Tema lukisan impresionisme berbeda dengan tema lukisan yang menjadi trend waktu itu. Tema keagamaan dan keluarga bangsawan sangat dihargai. Sedangkan tema pemandangan dan still life tidak. Tema lukisan impresionimse mendobrak cara pandang waktu itu. Lukisan impresionisme melukiskan apa saja. Termasuk tema wanita dari keluarga bangsawan maupun bukan (priyatno, Analisa: 2012).

Tema lukisan impresionisme mendeskripsikan kehidupan wanita pada masa itu di Eropa secara visual dan artistik. Kehidupan kaum wanita dari keluarga petani, hingga wanita dari kelas borjuis dilukiskan sangat menarik berdasarkan paradigma artistik kaum

impresionis. Tema wanita dalam lukisan

impressionisme dapat dibagi menjadi beberapa kategori yakni:

a). Tema Wanita Telanjang

Gambar 2.1 Edgar Degas, La Toilette, (1884– 1886).Sumber: Kelder, The Great Book of French

(5)

Gambar 2.2 Pierre Auguste Renoir, The

Bathers,(1875).

Sumber: Derek Fell, Renoirs’s Garden, Simon& Schuter, New York, 1991. h.42

Gambar. 2.3 Edouard Manet, Olympia, (1863). Sumber: Kelder, The Great Book of French

Impressionism, Abbeville Press, New York, 1980.

b). Tema Wanita Borjuis

Gambar 2.3 Pierre-Auguste Renoir, La Loge (The

Theater Box), (1874) .

Sumber: Zeidler, Claude Monet, Life and Work, Konemann, Italy, 2005. h. 42

Gambar.2.4 Pierre Auguste Renoir, La Balançoire (The

Swing), (1876) .

Sumber: Kelder, The Great Book of French

Impressionism, Abbeville Press, New York, 1980.

Gambar .2.5 Mary Casatt, Young Woman in Green, (1914).

Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Mary_Casatt)

Gambar.2.6 Berthe Morisot, Reading, (1873) Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Berthe_Morisot)

(6)

c). Tema Ibu dan Anak

Gambar .2.7 Berthe Morisot, On the Balcony, (1872) Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Berthe_Morisot)

Gambar. 2.8 Mary Casatt, The Child's Bath (The

Bath), (1893).

Sumber: Kelder, The Great Book of French

Impressionism, Abbeville Press, New York, 1980.

Gambar .2.9 Mary Cassatt, The Boating Party, (1898). Sumber: Kelder, The Great Book of French

Impressionism, Abbeville Press, New York, 1980.

Gambar.2.10 Berthe Morisot, The Cradle, (1872). Sumber: Kelder, The Great Book of French

Impressionism, Abbeville Press, New York, 1980.

d). Tema Wanita Petani

Gambar.2.11 Camille Pissarro, Haying at

Eragny, (1889)

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Camille_Pissarro. 2012

Gambar.2.12 Zinaida Serebriakova, Harvest. (1915) Sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Zinaida_Serebriakova. 2012.

(7)

e. Tema Wanita Penari

Gambar.2.13 Edgar Degas, Dancers at The Bar, (1888).

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Edgar_Degas. 2012.

Gambar.2.14 Pierre- Auguste Renoir, The Dancer (1874).

Sumber: Kelder, The Great Book of French

Impressionism, Abbeville Press, New York, 1980

.

5. Pengaruh Terhadap Seni Rupa Modern

Impresionisme telah diterima secara luas sebagai gaya yang pertama kali memperkenalkan modernisme dalam seni. Modernisme diwakili melalui subyek terutama munculnya kehidupan kota industri. Ada banyak hal yang menyebabkan impresionisme bisa dianggap sebagai pelopor gerakan seni rupa modern lain. Antara lain berhasil mendobrak keterpakuan seni terhadap subjek yang akan dilukis. Hal ini bisa dilihat dari contoh karya Manet yang menganggap moral bukanlah sesuatu yang harus terlalu dipertimbangkan di dalam seni rupa, sebab inti dari lukisan adalah lukisan itu sendiri, bukan pesan yang akan disampaikannya. tetapi bukan berarti hal itu membuat dunia lukis menjadi dunia yang cabul, sebab kevulgaran itu sendiri bukanlah tujuan pelukis

impresionisme, hanya saja jika ketelanjangan

diperlukan, katakanlah untuk membantu komposisi, maka hal itu memang harus dilukiskan.

Selain itu impresionisme juga mempelopori penerapan kembali teori-teori sains terbaru dalam dunia seni lukis. Antara lain pencampuran warna secara optis yang pada masa itu diperkenalkan oleh Chevreul.

Hampir seluruh contoh karya impresionisme

memperlihatkan kesadaran pelukisnya bahwa warna-warna, meskipun tidak dicampurkan dengan palet, namun saat didekatkan akan menghasilkan ilusi warna tertentu. Misalnya kuning yang didekatkan dengan hijau akan membuat warna kuning tersebut seolah mendekati warna hijau. Sebaliknya warna kuning jika didekatkan dengan warna ungu akan membuat warna tersebut semakin menyala dan memperlihatkan identitas kuningnya secara optis.

Impresionisme juga membuat penggunaaan warna hitam di dalam lukisan berkurang jauh. Sebab seniman kemudian menyadari bahwa bagaimanapun hitam bukanlah warna. Secara visual adalah mustahil bagi seseorang untuk mendapatkan suasana dengan warna hitam. Pada masa keemasan impresionisme, ditemukan penggunaan teknik fotografi. Pada awalnya fotografi dianggap bisa memusnahkan keberadaan seni lukis. Namun tujuan utama impresionisme yang menangkap kesan sesaat justru membuat fotografi menjadi alat bantu utama yang sangat bermanfaat. Pelukis menjadi bisa mengeksplorasi hal-hal yang biasanya hanya terjadi sesaat, seperti langkah kuda saat berlari,dan suasana kota yang dinamis.

Meskipun masyarakat pada mulanya menentang

impressionisme, tetapi secara bertahap mulai

mempercayai bahwa Impresionis telah membawa visi segar dan jujur bahkan jika para kritikus tidak menerimanya. Dengan kembali menciptakan sensasi yang diciptakan melalui objek yang ada, bukannya menciptakan objek sendiri, dan dengan menciptakan campuran teknik dan bentuk, Impresionisme menjadi pelopor seni kontemporer.

Puncak gerakan seni impresionisme

di prancis terjadi hampir bersamaan dengan di negara lain, antara lain di Italia dengan pelukis Macchiaioli, dan Amerika Serikat dengan pelukis Winslow Homer. Impresionisme menjadi pelopor berkembangnya

aliran-aliran seni modern lain seperti

Post-Impresionisme, Fauvisme, and Kubisme.

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian di Studio lukis Griya Nabila I, Jl. Perhubungan No. C I, Kampung Kolam Tembung Deli Serdang. Lokasi ini tempat tinggal dan studio Andi untuk berkarya yang terdapat di sebelah kiri rumahnya. Waktu pelaksanaan penelitian selama delapan bulan dari bulan Juni2011-Januari 2012 sampai tahap analisis

(8)

data dan penulisan laporan. Populasi penelitian yakni seluruh lukisan realis, tidak dapat dipastikan karena banyak yang sudah terjual. Ini membuktikan bahwa karyanya diminati masyarakat. Populasi terdiri dari 13 lukisan realis dengan objek dan tema yang berbeda, serta dianggap representative (mewakili), keseluruhan lukisan dari tahun 2010 sampai 2012.

Metode penelitian menggunakan pendekatan

kualitatif, diantaranya : 1.Metode observasi yakni mengadakan pengamatan secara langsung terhadap karya lukisan dengan teknik pembuatannya untuk mendapatkan data yang terpercaya dengan mengamati keseluruhan objek. 2.Metode dokumentasi yakni melalui data dokumentasi karya lukisnya yang terdapat dalam bentuk data visual berupa foto maupun

literature (bacaan). HASIL PENELITIAN

Data penelitian ini merupakan lukisan karya pelukis impressionis barat yang bertema wanita, diperoleh dengan menggunakan teknik dokumentasi atau

documentation dari beberapa sumber (membuktikan

kebenaran lukisan dengan foto dari berbagai literatur) yang memfokuskan pada pelukis impressionis Eduard Manet, Claude Monet, Edgar Degas, Pierre-Auguste Renoir, Camille Pisarro, Mary casatt, dan Berthe Morisot.

Data penelitian ini dianalisis berdasarkan metode deskriftif kualitatif data dan dokumentasi karya lukisan impressionis Barat yang bertema wanita saja, melalui media foto lukisan dari berbagai literatur sebanyak 16 karya yang telah dipilih dengan objek wanita dalam berbagai aktifitas dan dianggap cukup mewakili keseluruhan lukisan impressionis bertema wanita. Penelitian ini dipilih berdasarkan tema pembuatan lukisan impressionis, khususnya tema wanita sesuai objek yang telah dipilih sebelumnya.

1. Tema Wanita Telanjang

Beberapa tahun sebelum l’impression soleil

levant ( impression, sunrise ) dipamerkan dan

mengundang ‘keributan’ di kalangan kritikus, Edouard Manet telah membuat sebuah karya yang dapat dikatakan cukup revolusioner pada masa itu. Le

déjeuner sur l’herbe ( Luncheon on the Grass ) ( lih.

Gambar 4.1) merontokkan sendi-sendi norma dan konvensi-konvensi baku dalam dunia seni lukis Perancis.

Sebuah karya awal utama adalah The Luncheon

di Grass (Le déjeuner sur l'herbe). Salon Paris

menolak untuk dipamerkan pada tahun 1863 namun Manet memamerkannya di Salon des refuses (Yang Ditolak Salon) di akhir tahun. Model dalam lukisan ini adalah Model Victorine Meurent, istrinya Suzanne, adik iparnya Ferdinand Leenhoff, dan salah satu

saudaranya untuk berpose. Meurent juga berpose untuk beberapa lukisan penting Manet termasuk Olympia, dan pada pertengahan 1870-an dia menjadi seorang pelukis. Penjajaran lukisan itu dengan dua orang pria berpakaian lengkap dan seorang wanita telanjang sangat kontroversial. Pada saat yang sama, komposisi Manet mengungkapkan studi tentang pendahulu.

Dua tambahan karya yang dikutip oleh para ahli sebagai preseden penting bagi Le déjeuner sur l'herbe adalah Konser Pastoral (1510, The Louvre) dan The

Tempest (Gallerie dell'Accademia, Venice), yang

keduanya dikaitkan dengan i gaya master Renaissans Italia Giorgione atau Titian. Tempest adalah lukisan misterius yang menampilkan seorang pria berpakaian

lengkap dan seorang wanita telanjang dalam

pengaturan pedesaan. Pria itu berdiri ke kiri dan menatap ke samping, ternyata pada wanita, yang duduk dan menyusui bayi. Hubungan antara dua tokoh jelas

In Concert Pastoral, dua pria berpakaian dan seorang

wanita telanjang duduk di rumput, terlibat dalam pembuatan musik, sementara seorang wanita telanjang kedua berdiri di samping mereka.

Seperti dia di Luncheon on the Grass, Manet diparafrasekan lagi karyanya yang dihormati oleh seniman Renaissance dalam lukisan Olympia (1863), sosok telanjang digambarkan dalam mengingatkan gaya foto studio awal, tetapi didasarkan pada Titian

Venus of Urbino (1538). Lukisan ini juga

mengingatkan lukisan The Maja Nude (1800) karya Francisco Goya. Manet memulai kanvas setelah ditantang untuk memberikan Salon lukisan telanjang untuk ditampilkan. Penggambaran unik seorang pelacur yang percaya diri diterima oleh Salon Paris pada tahun 1865, di mana dia menciptakan skandal.

Tubuh Olympia serta tatapannya tanpa malu-malu konfrontatif. Dia terlihat menantang kepada pelayannya yang menawarkan bunga dari salah satu pelanggan laki-lakinya. Meskipun tangannya bertumpu pada kakinya, menyembunyikan daerah kemaluannya, merupakan referensi ironis untuk kebajikan perempuan tradisional, sebuah anggapan tentang kesederhanaan ini sangat dirasakan dalam karya ini. Seorang kritikus kontemporer mengecam tangan kiri Olympia yang tanpa malu - malu, baginya merupakan ejekan dari tangan Venus of Urbino, karya Titian. Demikian juga, kucing hitam di kaki tempat tidur kontras dengan anjing yang tidur di penggambaran Titian tentang dewi dalam bukunya Venus of Urbino.

"Olympia" adalah subyek karikatur dalam pers populer, tetapi diperjuangkan oleh komunitas

avant-garde Perancis, dan signifikansi lukisan itu dihargai

oleh seniman seperti Gustave Courbet, Paul Cézanne, Claude Monet, dan kemudian Paul Gauguin. Seperti

(9)

prostitusi di Perancis kontemporer dan peran perempuan dalam masyarakat.

Gaya kasar dan pencahayaan fotografi dalam karya-karya ini dipandang sebagai modernisme, dan sebagai tantangan bagi karya Renaissance yang disalin atau digunakan sebagai sumber bahan. Karyanya dianggap ' awal dari modernisme Untuk pertama kalinya ‘ketelanjangan’ ditampilkan dalam cara yang baru. Seorang wanita telanjang tanpa sehelai benang pun di tubuhnya yang ranum duduk menemani dua orang pria yang tampak begitu terhormat (nobel) dengan setelan jas hitamnya. Mereka duduk-duduk beralaskan rumput dan menikmati ketenangan dibawah pepohonan yang rindang. Sementara di belakang mereka seorang wanita setengah telanjang dengan gaun putihnya yang menerawang sedang berjongkok di atas tanah, seolah mencari-cari sesuatu. Wanita yang telanjang bulat itu tersenyum ke arah kita (penatap, penikmat lukisan) dengan tangan memegang dagu, seperti ikut terlibat dalam diskusi atau perbincangan serius antara kedua pria. Ketelanjangannya seolah

bukanlah sesuatu yang membebani, justru

membebaskan. Sementara itu, di sudut kiri lukisan, seperangkat peralatan makan siang (keranjang lengkap dengan makanannya: roti, buah-buahan) dibiarkan begitu saja berserakan. Seluruh isi keranjang tumpah ruah di atas rumput. Sebentuk ‘kekacauan’ kecil yang dibiarkan.

Le déjeuner sur l’herbe ( Luncheon on the Grass ) memang masih menampakkan pengaruh realisme

yang cukup kuat melalui detail - detail lekuk tubuh manusia, dedaunan, pepohonan, permainan cahaya dan bayangan, serta teknik lukis yang memiliki tingkat presisi yang tinggi (ciri khas romantisme). Tetapi bukan disitu pemberontakan yang ingin disampaikan. Edouard Manet berteriak melalui objek lukisannya. Ia

melemparkan gagasan yang brutal tentang

ketelanjangan perempuan yang amat menusuk mata. Ketelanjangan perempuan di tengah taman, di tengah peradaban, di antara dua pria yang tengah berbincang.

Gambar 4.1 Eduard Manet, Le déjeuner sur

l’herbe,(1863)

Sumber: The Great Book of French

Impressionism. 1980

Meskipun Le déjeuner sur l'herbe memicu kontroversi pada tahun 1863, Olympia ( lih. gambar 4.2 ) membuat kegemparan yang lebih besar ketika pertama kali dipamerkan di pameran Salon de Paris pada tahun 1865. Kritikus mengutuk l ukisan ini "tidak bermoral" dan "vulgar". Namun itu dipuji oleh kritikus seperti Emile Zola, seorang penulis Perancis. Tidak seperti Venus de Urbino atau Sleeping Venus, yang keduanya merupakan sumber inspirasi bagi

Olympia, karya Manet adalah terang-terangan

mengumbar seksualitas. Potongan-potongan kecil dari pakaian, seperti anggrek di rambutnya, perhiasan, dan sandal keledai, di samping hamba berpakaian lengkap, tampaknya membuat gambar tampak lebih telanjang. Tatapan konfrontatifnya menjadi penghinaan terhadap kesopanan sebagaimana seharusnya perilaku seorang wanita.

Gambar 4.2 Eduard Manet, Olympia (1863), Gambar 4.3. Titian, Venus of Urbino, (1538), Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Olympia_%28painting%2 9,Sumber: Kelder, The Great Book of French

Impressionism,Abbeville Press, New York, 1980.

Lukisan ini adalah refleksi dari Venus of Urbino dari tahun 1538, yang menunjukkan 'Venus' sedang bersantai. Perbedaannya dalam Olympia bahwa Olympia bukanlah dewi, namun gambaran dari seorang pelacur dan wanita dari dunia nyata. Manet mengolok-olok seni tradisional dengan penyajian ketelanjangan yang menyebabkan kemarahan publik.

Masyarakat kontemporer terkejut dengan

ketelanjangan Olympia, atau bahkan kehadiran pelayannya yang berpakaian lengkap, namun tatapan konfrontatif dan sejumlah detail mengidentifikasi dirinya sebagai demi-mondaine atau pelacur. Termasuk anggrek di rambutnya, gelangnya, anting-anting mutiara dan selendang oriental di mana dia berada, simbol kekayaan dan sensualitas. Pita hitam di lehernya, kontras dengan kulitnya yang pucat, dan sandalnya menggaris bawahi suasana menggairahkan. Sedangkan Venus menyentuh halus vulvanya, tetapi tangan Olympia tegas melindungi miliknya, seolah-olah untuk menekankan kemandirian dan dominasi seksual atas laki-laki. Manet menggantikan anjing kecil (simbol kesetiaan) dalam lukisan Titian dengan seekor kucing hitam, yang melambangkan prostitusi. Olympia jijik mengabaikan bunga yang disajikan kepadanya oleh pelayannya, mungkin hadiah dari klien.

(10)

Dengan Olympia, Manet mengulang tema tradisional wanita telanjang, menggunakan teknik, yang kuat tanpa kompromi. Baik materi objek yang menyebabkan skandal lukisan di Salon 1865. Meskipun Manet mengutip referensi formal dan banyak ikonografi, seperti Venus of Urbino, Goya

Maja desnuda, dan tema Odalisque dengan budak

hitamnya, yang sudah ditangani oleh Ingres antara lain, menggambarkan realitas dingin dan menjemukan dari subjek kontemporer yang nyata. Venus telah menjadi pelacur, Ini menjadi pencemaran bagi lukisan telanjang

tradisional, dalam seni tradisional akademik,

memancing reaksi kekerasan. Kritik menyerang modernitas yang tetap dipertahankan oleh sekelompok kecil seniman sezaman Manet dan Zola.

Manet berhasil mendobrak keterpakuan seni terhadap subjek yang akan dilukis. Manet menganggap

moral bukanlah sesuatu yang harus terlalu

dipertimbangkan di dalam seni rupa, sebab inti dari lukisan adalah lukisan itu sendiri, bukan pesan yang akan disampaikannya. tetapi bukan berarti hal itu membuat dunia lukis menjadi dunia yang cabul, sebab kevulgaran itu sendiri bukanlah tujuan pelukis

impresionisme, hanya saja jika ketelanjangan

diperlukan untuk membantu komposisi, maka hal itu memang harus dilukiskan.

Pelukis impresionis Eduard Manet telah

mengejutkan publik seni Prancis yang beradab itu dengan seri lukisannya yang bertema ketelanjangan. memaksa kita untuk menjadi seorang pengintip. Penatap berubah menjadi seorang pengintip yang dengan malu-malu, gentar, melihat sang subjek yang terpapar di depannya. Pengintip yang terhipnotis. Kita melihat objek (manusia) yang bebas dan telanjang tanpa beban. Manet membiarkan subjeknya tetap merayakan kebebasan dalam ruangnya sendiri dan menjebak kita dalam semacam voyeurism. Di kota modern, tubuh wanita yang dipamerkan. Secara ekonomi, ini menegaskan bahwa peran wanita dalam perekonomian modern bukan sebagai konsumen atau reproducer, tetapi sebagai seorang penjual yang menjajakan seksualitas non-reproduksi.

2. Tema Wanita di Bar dan Cafe

Èdouard Manet dalam karya Bar at the

Folies-Bergére (1882) ( lih. gambar 4.4) menjadikan wanita

pelayan bar sebagai objek utama lukisannya. Manet menekankan peran tokoh sentral sebagai pramuniaga makanan dan minuman. Dia berfokus pada item yang diatur di sepanjang meja, menunjikkan bahwa mereka mulai membangkitkan seni étalage, pementasan produk dalam abad kesembilan belas di departemen store dan pameran dunia. Penulis berpendapat bahwa

modernitas dari lukisan ini terwujud melalui beberapa

tatapan gambaran pelanggan. Meskipun abad

kesembilan belas kesopanan menuntut bahwa

perempuan borjuis menghindari kontak mata dengan orang asing, budaya konsumen mendorong mereka untuk melihat iklan, jendela toko, dan di pentas hiburan.

Penulis bisa mempelajari penggambaran industri

fashion dalam lukisan Folies-Bergère, Penulis

menggeser jauh interpretasi dari ajakan seksual dan asumsi bahwa wanita tersebut adalah pelacur, tidak seperti dalam lukisan Degas tentang balet, tidak ada laki-laki dengan topi tinggi yang menilai wanita

sebagai pasangan. Manet malah menekankan

penggambaran menampilkan produk dan yang

diciptakan dan orang-orang membeli produk tersebut. \

Gambar 4.4. A Bar at the Folies-Bergère Sumber: The Great Book of French Impressionism

Edgar Degas juga menjadikan kehidupan perempuan dalam dunia prostitusi sebagai objek

lukisannya. Lukisan Edgar Degas lainnya

menggambarkan seorang artis bernama Ellen Andrée dengan ekspresi sendu di sebelah pria seorang perupa bernama Marcellin Desboutin dengan penampilan kusut setelah meneguk minuman keras dalam karya berjudul L’Absinthe (In the Café) (1875-76) ( lih. gambar 4.5 ).

Gambar.4.5 Edgar Degas, L'Absinthe, (1976) Sumber: Impressionism and Fin de Siècle.2012

(11)

Dari bahu yang membungkuk dan mata wanita itu tertunduk menceritakan tidak ada lagi kisah yang diperlukan. Ini adalah lukisan indah dan lebih bermakna daripada balerinanya. Dari karakter yang tergambar, gambar ini dapat dianggap sebagai contoh potret Degas atau, sebagai sekilas karakteristik dari kafe.

Lukisan ini menentang hukum-hukum moralitas dan kesopanan di Prancis, masalah diperbesar dengan penyalahgunaan Absinthe. Pelukis dengan cara realis, menggambarkan saat-saat yang keras yang menimpa budaya Paris selama abad ke-19. Degas memfokuskan perhatian pada rincian wajah dan ekspresi objek. Degas tidak mengabaikan hubungan ruang dengan tokoh dalam lukisan itu, tepi meja digunakan untuk memimpin mata pengamat langsung ke wanita itu. Selain itu, dia sengaja menempatkan sosok gelap tepat di sampingnya, menjaga kita dari melihat masa lalunya dan keluar dari lukisan itu. Pria perupa pada saat itu mengekspos unsur keindahan tubuh wanita saja dan penggambaran perempuan yang terlibat dalam dunia malam maupun prostitusi.

3. Tema Wanita Kelas Pekerja

Penulis membahas lukisan impressionis karya Edgar Degas Repausses (Woman ironing) (lih. gambar

4.6). Degas melukis tokoh tunggal untuk

menggemakan keprihatinan sosial dari banyaknya kesengsaraan dari orang miskin di Paris. Juga merupakan sisi gelap dibalik megahnya kota Paris.

Gambar 4.6 Edgar Degas, Repausess (Woman Ironing),

(1882)

Sumber: The Great Book of French Impressionism, Abbeville Press, New York. 1980

Wanita di tempat kerja menjadi inspirasi bagi Degas. Selain penari balet dan penyanyi kabaret, Degas juga melukis penjahit, tukang cuci seperti wanita muda ini. Degas tertarik pada gerakan dan postur, pola dan ritme kerja mereka. Woman Ironing memunculkan karakter tukang cuci pada zaman itu yang terlihat sangat merincikan kehidupan sulit wanita ini. Mereka

bekerja lama dengan upah yang rendah, dan karena mereka mengenakan pakaian longgar dan membuat pengiriman ke apartemen pria, moral mereka sering dipertanyakan. Degas bagaimanapun tampaknya telah tertarik dalam situasi sosial mereka yang begitu beragam seperti tergambar dalam karakteristik gerakan mereka dari garis tubuh ironer nya saat ia terfokus pada pekerjaannya, diwarnai tirai lembut yang berasal dari pakaian yang menggantung disekelilingnya,dan di kemeja renyah yang dilipat di atas meja.

4. Tema Wanita Borjuis

Pada abad kesembilan belas wanita mengalami budaya konsumen di Paris dan menjadi objek potensial dari lukisan impresionis. Penulis mempertimbangkan karya Renoir yang mewakili wanita baik sebagai penonton aktif dan koreografer dari tampilan publik mereka sendiri. Dalam La Loge (lih. gambar 4.7 ) dengan kalung mutiaranya.

Lukisan Pierre-Auguste Renoir La Loge adalah contoh yang baik dari pelukis seperti Renoir dan Edgar Degas yang mengejar subjek kehidupan modern dengan menggambarkan kehidupan malam di kota Paris. Berikut Pierre-Auguste Renoir menyajikan beberapa kemodisan di opera. Dalam lukisan La Loge, aksesoris wanita seperti bunga segar ditempelkan ke gaunnya, dan kacamata opera emas serta seorang pria melihat melalui teropong pada penonton di balkon atas menunjukkan ketajaman mata Renoir untuk detail dari kehidupan kontemporer.

Karya ini dilukis ketika Renoir berumur tiga puluh tiga tahun dan ditampilkan dalam pameran impresionis pertama pada tahun 1874, dapat dianggap hanya sebagai sekilas potret kehidupan kontemporer. Saudara Renoir, Edmond berpose sebagai pria, dan gadis itu model terkenal yang dijuluki `Nini gueule en raie.

Gambar 4.7 Pierre Auguste Renoir, La Loge (The

Theater Box), (1874)

Sumber: Claude Monet. Leben und Werk. Konemann, Italy, 2005.

(12)

Renoir tidak memiliki keraguan apapun untuk menggunakan warna hitam, yang bertentangan dengan teori impresionis, yang berasal dari kepadatan maksimal pakaian Edmond, dari kacamata opera dan gaun Nini. Semua apresiasi dari fitur pesona feminin muncul dari mata, bibir dan kulit halus model wanitanya kontras dengan wajah Edmond dalam bayangan. Terlepas dari keindahan dan karakter mewah, lukisan itu tidak menemukan pembeli dan Renoir dengan account sendiri hanya terlalu senang untuk membuangnya ke dealer yang dikenal sebagai le père Martin untuk 425 franc. Dia bersikukuh untuk tidak kurang karena ini adalah jumlah tepat yang dibutuhkan untuk membayar sewa yang jatuh tempo dan Renoir tidak punya sumber dana lainnya. Tapi Nini dalam La Loge adalah yang pertama dari seri panjang lukisan potret Renoir yang mampu berinvestasi dengan pesonanya. Dalam La loge, jelas tergambar bahwa wanita membantu membentuk kota modern dengan dunia fashion.

5. Tema Wanita Penari

Pierre Auguste Renoir sangat tertarik dengan tema wanita. Hampir semua lukisannya bertema wanita. Renoir pada umumnya mengambil objek kehidupan wanita sehari - hari. Mulai dari wanita telanjang, wanita borjuis wanita dan musik juga wanita penari. Renoir menunjukkan The Dancer (1874) dalam pameran Impresionis pertama tahun 1874. Kita bisa melihat kecantikan bersahaja balerina muda ini, walaupun bayang-bayang hijau di kaki-kakinya dan cat biru menegaskan pundaknya. Ada satu cahaya basah pada goresan di mana dia menggambarkan tumit dan ujung sepatu balet kain satinnya. Dia berdiri di dalam

fifth position, dengan dada datarnya dan wajah dengan make up menonjolkan kebanggaan.

Gambar.4.8 Pierre- Auguste Renoir, The Dancer (1874).

Sumber: The Great Book of French Impressionism, Abbeville Press, New York. 1980

Penari muda berdiri memandang dengan bahu menghadap kedepan dan memegang sebuah sapu tangan. Renoir menggambarkan balerina pada fifth

Position yaitu posisi dasar balet. Pose ini merupakan

posisi pundamental dari semua gerakan balet klasik. Semua balet klasik berawal dari posisi ini. Semua penari dahulu dan sekarang mencoba posisi ini dengan sempurna. Ballerina ini sedang bercermin untuk memeriksa apakah posisi dasarnya sudah sempurna. Kita tidak tahu apakah Renoir’s Dancer sedang berada dalam kelas, dalam perjalanan menuju kelas atau menuju pertunjukan balet atau memandang seorang ballerina seperti dirinya dan menunjukkan kemajuan posisi baletnya.

Balerina ini terlihat sangat gemulai, ini terlihat dari posisi tangan dan lekuk posisi kaki yang berbeda dari biasanya. Untuk mendapatkan karakteristik tentang wanita penari balet, Renoir menggunakan warna yang halus pada busana penarinya, transparansi pada gaun penari sangat terasa, dengan detail yang tepat dia berhasil menjadikan roknya benar-benar berbiku dan berbahan halus yang tegang. Dengan menggunakan sapuan dramatis dari tangan penari dan kesan dari lekuk yang tepat, Renoir benar-benar menyampaikan arti serta menggabungkan gerakan kegemulaian secara bersamaan.

Menyakitkan jika membayangkan pose kaki ballerina. Namun keterbatasan teknis seperti itu tidak mengurangi keindahan lukisan. Penguasaan Renoir terletak melalui tekstur dan campuran karakteristik kain. Nuansa Renoir tentang cahaya dan bayangan datang bersama-sama untuk menciptakan sebuah lukisan yang hangat. Terkenal karena warna cerah cahayanya, Renoir menggambarkan ballerina di The

Dancer dengan jujur. Dalam gaya impresionis yang

benar, Renoir menunjukkan rincian adegan ini melalui sentuhan bebas dari goresan warna.

6. Tema Suasana Piknik

Kegiatan diluar rumah yang dilakukan oleh perempuan pada saat itu khususnya untuk kelas sosial atas adalah menonton opera maupun mengadakan piknik bersama keluarga. Pada tahun 1875 Claude Monet melukis Woman with a Parasol—Madame

Monet with Her Son untuk mendokumentasikan

munculnya liburan kelas menengah di Eropa pada abad kesembilan belas. Meskipun Monet sendiri adalah salah satu pelukis Impresionis yang termiskin, ia tetap menyaksikan terungkapnya kehidupan modern dalam

segala kemuliaan dan keindahannya. Sejumlah

penemuan teknologi memungkinkan lukisan

(13)

di luar ruangan. Kereta uap mulai mengangkut penduduk perkotaan ke taman kota dan pinggiran kota terpencil.

Model dalam lukisan Woman With a Parasol oleh Claude Monet adalah istri pertama Monet, Camille, dan putra mereka. Berdiri di bukit lembut dengan angin mendera rok tebal disekeliling kakinya, Camille menggambarkan musim panas. Meskipun Jean ada di sisinya, tapi warna dan gerakan Camille adalah objek sejati dari lukisan ini. Nuansa pink dan kuning membuat gaun putih Camille berkilau, dan nuansa ungu dan coklat yang mengintai dalam bayang-bayang pada tanah hijau yang subur. Gerakan payung dan bunga liar bergoyang mengekspresikan gerak angin.

Menggunakan figur manusia sebagai objek jarang dalam karya Monet, mungkin karena obsesinya dengan efek cahaya alami mengharuskan dia untuk melukis adegan yang sama berulang-ulang. Bunga liar ini juga terlihat dalam refleksi cahaya, yang dikenal sebagai

highlights, di sisi kanan dari gaun wanita itu. Meskipun

diterapkan hati-hati, sapuan kuas yang sepenuhnya bebas dapat terlihat dengan jelas. Demikian pula, goresan cat kuning di rumput dimaksudkan untuk

menjadi refleksi dari cahaya daripada untuk

menangkap bentuk aktual dari rumput atau bunga.

Kecenderungan ini merupakan ciri khas dari

Impresionisme.

Pengamat mungkin melihatnya tampak tidak beraturan, sapuan kuas nyaris sembarangan dalam awan di sebelah kiri lukisan itu. Itu adalah bukti keterampilan Monet bahwa sapuan kuas yang tidak terlalu mengganggu. Juga lebih banyak bukti bahwa Monet sangat mengkaitkan dengan cahaya dan warna sebagai lawan garis atau bentuk.

Gambar 4.9 Claude Monet, Woman with a

parasol, 1875

Sumber: http://ristiantopututarts.blogspot.com. 2012 Pada tahun 1866, Claude Monet mulai melukis sebuah gambar besar di taman. Dia memilih lokasi di

pinggiran kota Paris. Dia menghadapi tantangan ganda: pertama, bekerja di udara terbuka, yang berarti menurunkan kanvas ke parit dengan menggunakan katrol sehingga ia bisa bekerja pada bagian atas tanpa mengubah sudut pandangnya, dan kedua, bekerja pada format besar biasanya digunakan untuk komposisi sejarah. Tapi tujuan sebenarnya adalah menemukan cara untuk menyesuaikan angka dalam pemandangan dan memberikan kesan bahwa udara dan cahaya bergerak di sekitar mereka.

Monet menemukan solusi dengan melukis

bayangan, cahaya yang berwarna, bercak sinar matahari yang menerobos melalui dedaunan, dan pantulan putih bersinar dalam kegelapan. Matahari jatuh langsung ke rok putih menyilaukan, bayangan hangat pohon memotong dengan seberkas goresan abu-abu besar dari jalan dan gaun diterangi efek matahari.

Gambar. 4.10 Claude Monet, Woman in the Garden, (1866-67)

Sumber: Claude Monet, Leben und Werk. 2005 Wajah-wajah yang kabur tidak dapat dianggap sebagai potret. Camille, berpose untuk tiga figur di sebelah kiri. Selesai di studio, lukisan itu ditolak oleh juri pada tahun 1867 di pameran Salon de Paris, terlepas dari kurangnya subjek dan narasi, juri menyesalkan sapuan kuas yang terlihat yang dianggap sebagai tanda kecerobohan dan ketidaklengkapan.

7. Tema Pertunjukan Opera

Pada akhir abad kesembilan belas di Paris, semua orang pergi ke Opera. Opera adalah tempat untuk melihat dan dilihat. Wanita Paris, mengetahui bahwa mereka ada di sana untuk dilihat, oleh karena itu mereka akan memakai banyak perhiasan dan gaun yang menunjukkan status social masing - masing. Pria akan memakai pakaian hitam agar menghilang dalam

loge (opera box) sehingga mereka bisa melihat tanpa

terlihat. Sudut pandang panggung dari loge yang benar-benar tidak baik karena orang-orang datang untuk melihat satu sama lain dan sering diabaikan kinerja sepenuhnya. Karena Opera adalah simbol Modernitas,

(14)

maka sering menjadi objek dari sejumlah lukisan impresionis. Opera adalah ruang yang penting bagi seniman wanita seperti Mary Cassatt karena mereka mampu untuk mendapatkan akses ke ruang ini sedangkan tempat umum lainnya tidak tersedia bagi mereka.

Kebanyakan lukisan opera menawarkan tubuh wanita sebagai tontonan, dengan berpakaian yang menantang mata laki-laki. Karena pandangan mereka non-konfrontatif, pasif dan tenang, memungkinkan pengunjung untuk memandangnya. Woman in Black at

the Opera mengambil representasi berbeda yang khas

dari wanita di loge tersebut. Dilihat dari lukisan ini, wanita tersebut terlihat sungguh-sungguh dan sangat memperhatikan opera di panggung melalui teropong.

Tubuhnya tidak ditawarkan dengan pakaian yang terbuka, penonton tidak dapat melihat bentuk tubuhnya dibalik gaun hitamnya dan tidak ada kulit terbuka yang terlihat. Karena memegang teropong ke wajahnya, penonton tidak bisa nmemperhatika wajahnya dengan baik. Alih-alih menampilkan kipas anggunnya, dia memegangnya dengan tegas seperti senjata. Dia di sini untuk melihat opera dan ingin dibiarkan sendiri. Di belakangnya, pria dan wanita yang menggunakan teropong opera mereka untuk menatap satu sama lain. Untuk mengolok-olok peran pria di opera, Casatt memilih seorang pria bersandar jauh di atas balkon, lucu menatap wanita berpakaian hitam melalui teropongnya.

Gambar 4.11 Mary Casatt, Woman in Black at the

Opera. (1880)Sumber: Studi Komparatif Lukisan

Perempuan Perupa dengan Pria PerupaImpresionis dalam Tema Kehidupan Keseharian. 2008 Untuk Cassatt, melukis di opera merupakan melukis di lingkungan yang akrab di mana dia merasa nyaman dan bahagia. Dia biasanya melukis kerabat,

terutama adiknya Lydia, yang merupakan subjek dari beberapa gambar opera yang cukup indah. Cassatt telah menangkap gambar dari kehidupan nyata di saat yang tepat. Dua model utama menggunakan mata mereka sendiri di depan mata kita, dan tidak sedang mengamati apa yang terjadi di atas panggung.

Komposisi menjelaskan dua segitiga siku-siku saling melengkapi. Pakaian gelap wanita yang mendominasi bagian kanan bawah gambar, sebaliknya, di kiri atas gambar yang sebagian besar ruang terbuka yang dibatasi oleh warna putih dan warna emas dari

loges dan partisi mereka. Cassatt menggambarkan

dekorasi pita emas dan putih dari loges serta tokoh-tokoh dari anggota lain dari penonton dengan cara impresionis.Woman in Black at The Opera merupakan situasi yang mungkin sering terjadi, tetapi tentu tidak menjadi perhatian pelukis pria karena mereka hanya akan memperhatikan keindahan fisik wanita, bukan bercerita tentang pengalaman hidup wanita.

8. Tema Pesta

Seorang pria muda dilihat dari belakang sedang berbicara dengan seorang wanita muda yang berdiri di ayunan, disaksikan oleh seorang gadis kecil dan seorang pria lain, bersandar pada batang pohon. Renoir

memberi kita kesan mengejutkan seolah-olah

percakapan di snapshot. Wanita muda ini berpaling seolah-olah dia malu. Renoir mencoba menangkap efek sinar matahari belang-belang oleh dedaunan. Cahaya dihasilkan dari bercak cat berwarna kuning muda, terutama pada pakaian dan tanah. Sementara di belakang mereka tampak pemandangan suasana pesta.

Gambar 4.13 Pierre Auguste Renoir, The Swing (La

Balançoire),(1876)

Sumber: Claude Monet, Leben und werk. Konemann, Italy, 2005

(15)

Penulis bisa melihat dalam lukisan ini orang dari segala usia dan dari semua kelas sosial datang bersama-sama: orang borjuis dengan cerutu dan cambang, pria di topi tinggi, seorang anak dengan topi, wanita muda dengan gaun indah dan wajah malu – malu tetapi tidak ada jejak kegembiraan, tidak ada senyum terlihat, tawa pun tidak. Cahaya menerangi melalui celah dedaunan dan sangat impresionistik pada pakaian model dan permukaan tanah. Orang-orang ini hampir tidak menunjukkan emosi dan jarang tersenyum, namun warna yang digunakan ceria dan cerah. Kita seolah – olah merupakan bagian dari pesta atau sebagai pengamat. Kita bisa melihat point-of-view pada lukisan ini adalah suasana pesta yang muram.

9. Tema Feminisme

Suasana di luar rumah, cukup sering dilukiskan oleh Berthe Morisot, antara lain lukisan di tepi pantai dan pelabuhan, seperti dalam karya berjudul Boats on

the Seine (1871-72), lukisan galangan kapal dalam

karya berjudul Boats under Construction (1874), In the

Cornfield at Genneviliers (1875) menggambarkan

ladang. Karya lukisan yang memperlihatkan aktifitas perempuan sedang membaca di alam terbuka terlihat dalam karya berjudul The Artist’s sister, Madame

Pontillon, Seated on Grass, tampak seorang wanita

duduk di atas rumput sedang membaca sebuah buku tebal dengan serius. Berthe Morisot melukiskan alam sekaligus kehidupan wanita modern. Komposisi yang baik antara tumbuhan dan manusia dalam lukisan tersebut membuat suasana terasa sangat alamiah.

wanita perupa impresionis dapat berbicara tentang persoalan kesetaraan gender melalui karya-karya bertema kehidupan keseharian perempuan. Kesetaraan dalam kegiatan intelektual untuk menambah ilmu pengetahuan, dan bukan dominasi pria saja pada saat itu. Wanita perupa impresionis melukiskan kegiatan intelektual melalui visualisasi kaum wanita yang sedang membaca.

Gambar 4.13 Berthe Morisot, The Artist’s

sister,Madame Pontillon, Seated on Grass, (1873)

Sumber: The Great Book of French

Impressionism, Abbeville Press, New York,

1980.

Lukisan wanita perupa yang mengangkat aktifitas intelektual membaca buku tersebut, seakan ingin mengatakan pada masyarakat di zaman itu bahwa kaum wanita berusaha tetap memiliki akses untuk menambah pengetahuan. Mereka menambah ilmu, meskipun aktifitas mereka hanya seputar kegiatan di rumah. Di sisi lain, wanita perupa pada saat itu tampaknya mencoba mengurangi gambaran bahwa wanita hanya pantas diekspos unsur keindahan tubuh mereka saja dan penggambaran wanita yang terlibat dalam dunia malam maupun prostitusi yang sering dilukiskan oleh pria perupa. Seperti Èdouard Manet dalam karya Bar at the Folies-Bergére (1882) dan Edgar Degas dalam karya berjudul In the Café (L’Absinthe) (1875-76). Wanita perupa impresionis yang tidak memiliki akses untuk menikmati di kafe karena berkonotasi negatif bagi wanita yang pergi mengunjungi tempat hiburan tersebut, justru mencoba berbicara tentang aktifitas wanita yang tidak sebatas sebagai objek dalam lukisan kaum pria. Kegiatan

intelektual maupun kegiatan lain yang

mengggambarkan kemandirian wanita dicoba

dilukiskan oleh wanita perupa.

Mary Cassatt melukiskan wanita yang mengendarai kereta kudanya sendiri sementara kusir duduk pada bagian belakang dalam karya berjudul A

Women and a Girl Driving (1881). Situasi yang

dilukiskan oleh Mary Cassatt bukanlah situasi yang umum di zaman itu. Para perupa wanita ingin mengungkapkan tentang kelebihan seorang wanita, seperti wanita yang dapat melakukan berbagai aktifitas yang dikerjakan pria. Lukisan tersebut dibuat dengan komposisi yang menarik dengan ’memotong’ gambar kuda yang bertujuan untuk lebih memfokuskan kepada wanita yang mengendalikannya. Pemilihan warna merah muda pada baju anak kecil membangun kesan feminin, sekaligus aksen dari warna dominan hijau dan coklat.

(16)

Gambar 4.14. Mary Casatt, Woman and a Girl Driving, (1881)

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Mary_Casatt. 2012

Para wanita perupa impresionis telah berusaha mengungkapkan kehidupan wanita, tetapi para feminist masih menganggap kehidupan yang diungkapkan baru sebatas kehidupan wanita kelas atas. Wanita pekerja di pabrik-pabrik dan kehidupan mereka yang sulit pada periode abad ke- 19, masih belum terungkap dalam karya seni rupa. Wanita perupa improsionis masih sibuk memantapkan posisi mereka dalam lingkungan

patriarki. Meskipun demikian, keberanian

mengungkapkan kehidupan wanita dengan cara pandang wanita sudah merupakan terobosan pada saat itu.

10. Tema Wanita Petani

Kota Paris dan Louveciennes menjadi inspirasi dari lukisan Pissarro, termasuk adegan dari kehidupan desa, sungai, hutan, dan orang-orang di tempat kerja. Lukisan Haying at Eragny yang menggambarkan

wanita petani di udara terbuka memberikan

penggambaran cahaya yang benar, efek yang Pissarro inginkan tidak mungkin dapat dicapai di studio saja.

Gambar 4. 15 Camille Pissarro, Haying at Eragny, 1889

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Camille_Pissarro. 2012

Pada lukisan wanita petani, Pissarro mencoba menggambarkan kehidupan wanita pekerja keras yang melakukan pekerjaan bertani setelah panen. Pelukis mencoba mendeskripsikan wanita yang tekun dan sangat menikmati pekerjaannya, sedang membersihkan jerami sisa panen dengan menggunakan garpu pembersih. Pissarro mulai memperlihatkan bahwa kehidupan yang diungkapkan tidak hanya sebatas kehidupan wanita kelas atas, kehidupan wanita kelas bawah seperti para petani juga tidak kalah eksotis dan

menarik jika digambarkan melalui lukisan

impressionis.

Gaya Pissarro tidak seperti rekan-rekan

impresionis yang lain , Pissarro sangat dipengaruhi oleh teori-teori dan teknik Georges Seurat. Pissarro meninggalkan sapuan kuas yang kompleks dan mengadopsi teknik seniman muda yaitu pointilis. Seperti Claude Monet, Pissarro mulai bekerja pada kanvas dalam seri, memilih petani dan jerami sebagai objeknya. Motif Pissarro dari tahun 1890-an yang sempurna yaitu pemandangan di desa Eragny, di mana keluarga Pissarro hidup dari tahun 1883 sampai kematian pelukis pada tahun 1903.

Dalam Haying at Eragny kita melihat petani sedang membersihkan jerami kering, petani memanen gandum matang pada akhir musim panas, bekerja untuk membuat tumpukan jerami. Warna hijau pada lukisan tersebut diceriakan oleh warna merah, oranye, kuning, ungu, biru, dan ungu, semuanya terjalin erat bersama-sama diterapkan dengan teknik pointilis. Efek akhir dari permukaan berwarna lembut yang teratur atau tercipta dengan alami, menciptakan tekstur alami. Pissarro menggambarkan cahaya keemasan musim panas menerangi adegan pedesaan yang hangat.

Dalam pandangan Pissarro terlihat tanaman dipanen oleh laki-laki dan perempuan yang sedang menikmati pekerjaannya. Seperti pelukis impresionis lainnya, Pissarro berusaha menjebak pemandangan dengan lukisan suasana alam yang paling sekilas. Pelukis kurang terpesona dengan musim hujan karena dalam melukis hujan merupakan salah satu teknik yang paling sukar dipahami oleh Impresionis.

11. Tema Ibu dan Anak

Selama waktu kerjanya di Eropa, Casatt fokus pada wanita dan anak-anak sebagai objek. Dalam lukisan "The Boating Party" ( Lih. Gambar 4.15) yang bisa dipandang sebagai keluarga, ibu, ayah, dan anak. Melalui lukisan ini pengamat bebas untuk mengeksplorasi melalui pakaian, gestur dan komposisi, “The Boating Party" menyampaikan tentang hubungan karena mereka ada dalam keluarga, antara orang-orang yang saling mengenal cukup baik untuk jalan-jalan sore bersama-sama, serta mengeksplorasi ide-ide

(17)

tentang hubungan dalam budaya Eropa Barat karena akan kontras jika dibandingkan dengan budaya lain yang tidak diwakili oleh gambar ini.

Mary Cassatt menempatkan wanita yang sedang menggendong anaknya sebagai objek utama sedangkan

figur pria sebagai pelengkap. Mary Cassatt

memfokuskan pada sosok wanita sebagai sosok utama, karena dia ingin mengungkapkan betapa pentingnya tugas domestik yang selama ini diemban oleh seorang wanita.

The Boating Party adalah salah satu lukisan yang

terkenal yang menggambarkan peran keibuan dan perlindungan. The Boating Party dilukis di Antibes, Perancis pada tahun 1893 sampai 1894. Inspirasi untuk lukisan ini adalah dari Boating karya Edouard Manet. Karya teknik cukil kayu Jepang yang dia temukan di

Ecole des Beaux-Arts. Kaki langit yang tinggi,

penempatan orang-orang, dan pola-pola dan bentuk dari latar belakang menunjukkan teknik seni Jepang. Jarak pandang yang dekat dan perahu terpotong di sisi depan dengan cara yang mirip dengan teknik cukil kayu Jepang. Warna dan goresan kuas yang dia gunakan adalah cirri khas dari pasca-impresionis.

Gambar 4.15 Mary Casatt, The Boating Party,(1893) Sumber: Sumber:

http://en.wikipedia.org/wiki/Mary_Casatt. 2012

Pandangan lukisan membuat pengamat

tampak seperti ikut dengan mereka dalam bagian dari lukisan itu. Berlayar, mendayung dan haluan perahu yang menunjuk ke arah bayi. Sang ibu memegang bayi erat di pangkuannya yang menunjukkan perawatan yang dia miliki untuk anaknya dan perlindungan dari jatuh ke air atau dari bahaya apapun. Dalam gambar ini, dia menangkap ketidaksabaran dari Homer muda berpakaian indah dengan ekspresi anak itu yang menyebabkan dia merosot dalam pangkuan ibunya. Karya Mary Cassatt ini menunjukkan kasih sayang dan perlindungan yang ibu miliki untuk anak-anak mereka. Di bawah matahari yang intens, Casatt mulai

bereksperimen dengan keras dengan warna yang lebih dekoratif. Dalam lukisan ini, warna kuning dan biru membuat gambar menjadi lebih tegas. Pada tahun 1966, lukisan The Boating Party di reproduksi pada perangko AS.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Lukisan impresionis banyak melukis tentang tema wanita. Pada periode ini pelukis menggambarkan modernitas wanita terlihat dari fashion dan kemajuan intelektual wanita lainnya. Lukisan impresionis menjadi pelopor seni modern. Menghapus keterpakuan lukisan klasik yang bergaya monoton dan teknik melukis yang berdasarkan gaya akademisi. Warna cerah dan goresan yang bebas menjadikan lukisan lebih segar pada abad ke -19. Pelukis mulai meninggalkan warna – warna gelap yang membuat lukisan terlihat kusam. Meskipun pada awalnya lukisan impresionis kurang diterima oleh masyarakat Eropa pada saat itu, tetapi pada akhirnya lukisan impresionis menjadi ikon seni pada abad ke -19 di Paris karena mempublikasikan tradisi Prancis. Wanita pada masa impresionis memiliki peran penting karena modernitas melibatkan partisipasi wanita dalam ranah publik melalui budaya konsumen, tampilan produk, dan implikasi dari semua elemen untuk lukisan impresionis. Lukisan impresionis memperbaiki pemahaman kita tentang wanita dan perwakilannya di abad kesembilan belas di Paris. Dari lukisan Impressionis penulis memperoleh data di mana abad kesembilan belas wanita mengalami budaya konsumen di Paris. Seni menarik wanita sebagai pelanggan potensial dari lukisan impresionis.

B. Saran

Penulis menemukan sedikit kelemahan pada karya lukisan impressionis bertema wanita dalam

memvisualisasikan figure wanita. Dalam

penggambaran wanita pada abad ke sembilan belas, hanya segelintir yang menggambarkan kemiskinan kaum pekerja dan rakyat miskin lainnya di pinggira kota Paris. Para pekerja pabrik dan pekerja lainnya sesaat terlupakan oleh kemewahan modernisme Paris. Sisi gelap dari kota paris tertutupi oleh gambaran para wanita borjuis dengan gaun dan perhiasan mewahnya. Tema lukisan Ibu dan anak hanya mancakup kelas menengah dan kelas borjuis. Padahal banyak kehidupan ibu – ibu lainnya di pinggiran kota Paris ataupun di pedesaan yang lebih menyentuh untuk di lukis. Akademik disarankan tetap memperhatikan dengan mendokumentasikan pengembangan karya impressionisme khususnya pada segi literaturnya. Bagi

(18)

mahasiswa Jurusan Seni Rupa UNIMED diharapkan ada keinginan untuk meneliti aliran impressionisme yang dikuasai pelukis professional sehingga tetap berlanjut untuk mengetahui bagaimana proses melukis yang efektif dan efisien. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang tema wanita dalam lukisan impressionisme yang berguna bagi kalangan akademik sebagai bahan referensi (sumber acuan)

untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini

memaparkan beberapa lukisan yang dihasilkan pelukis impressionisme barat yang bertema wanita.

DAFTAR PUSTAKA

Dempsey, Amy. 1997. Styles, Schools and Movements

(an EncyclopaedicnGuide to Modern Art).

Agnes & Hudson.

Doeceeille. 2004. “Manet and Degas both depicted

well-known women

Impressionists. What kinds of images did they produce and what do these suggest about women’s place in the Impressionist group and their broader social and artistic roles?”, (dalam Jurnal

Woman and Impressionism Assignment 1). Fell, Derek. 1991. Renior’s Garden. New York: Simon

& Schuster.

Hornby, AS. 1995. Oxford Advanced Learner’s

Dictionary of Current English.

Great Britain: Oxford University Press.

John & Hassan. 2005. An English – Indonesian

Dictionary. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Kelder, Diane. 1980. The Great Book of French

Impressionism. New York: Abbeville Press.

Phoenix, Team Pustaka. 2007. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Priyatno, Agus, Tema Lukisan impresionisme, Analisa : Kolom Seni, Minggu, 2 Desember 2012. Soedarso. 1971. Sejarah Perkembangan Seni Rupa

Modern (Jilid Pertama). Yogyakarta: ASRI.

Soedarso. 1971. Sejarah Perkembangan Seni Rupa

Modern (Jilid Kedua). Yogyakarta: ASRI.

Winarno & Sachari. 2008. “Studi Komparatif Lukisan

Perempuan Perupa dengan Pria Perupa

Impresionis dalam Tema Kehidupan

Keseharian”, Jurnal Visual art & Desain Volume 2 No 1, Bandung: ITB

Zeidler, Birgit. 2005. Claude Monet, Life and Work. Italy: Konemann. Website http://wikipedia.com/2012/07/ stock-photo-palette- with-oil-paint-and-brusher-focus-on-foreground-brush.html http://historyt.blogspot.com/2012/11 http://en.wikipedia.org/wiki/Mary_Casatt. 2012 http://en.wikipedia.org/wiki/Edgar_Degas. 2012 http://en.wikipedia.org/wiki/Camille_ Pissarro. 2012

Gambar

Gambar 2.1  Edgar Degas, La Toilette, (1884–
Gambar 2.2  Pierre Auguste Renoir, The  Bathers,(1875).
Gambar .2.7 Berthe Morisot, On the Balcony, (1872)  Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Berthe_Morisot)
Gambar  4.1  Eduard  Manet,  Le  déjeuner  sur  l’herbe,(1863)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Characteristics  L1 Learner  L2  Learner  In most cases, can learn and apply rules more  readily  √  Usually has more control over the input 

Sel-sel tubuh (somatik) memiliki potensi untuk tumbuh kembali membentuk jaringan yang sama, sedangkan sel embrionik tidak. Dengan aktivitas perbanyakan sel tersebut, akan

Buku Kumpulan Puisi Ich weiβ keine besse re Welt: Sebuah Tinjauan

PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Orang tua dari anak jalanan tidak memiliki tingkat pendidikan yang pada akhirnya. tidak memiliki pengetahuan dan keahlian untuk bersaing di busra kerja, mereka

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH1.

Contoh: Menyerahkan salinan informasi yang diminta Pemohon, atau mengembalikan kelebihan biaya perolehan informasi yang sudah dibayar oleh Pemohon (apabila keberatan berkaitan