• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Uraian Tanaman Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) habitat dan daerah tumbuh, kandungan kimia dan khasiat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Uraian Tanaman Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) habitat dan daerah tumbuh, kandungan kimia dan khasiat."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)

Uraian tanaman meliputi sistematika tanaman, nama daerah, morfologi, habitat dan daerah tumbuh, kandungan kimia dan khasiat.

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi tanaman jati belanda (Sulaksana dan Dadang, 2005) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Ordo : Malvales Famili : Sterculiaceae Genus : Guazuma

Spesies : Guazuma ulmifolia Lamk.

2.1.2 Morfologi Tanaman

Jati belanda merupakan tanaman semak atau pohon dengan tinggi 10 - 20 m, berbatang keras, bulat, permukaan kasar, beralur banyak, berkayu, bercabang, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga tunggal, muncul dari ketiak daun, panjang 2 - 4 cm, berjumlah banyak, bentuk agak ramping, memiliki tangkai bunga sekitar 5 mm, kelopak bunga lebih kurang 3 - 4 mm, warna kuning dan berbau wangi. Berakar tunggang dengan warna putih kecoklatan. Berdaun tunggal dengan warna

(2)

hijau, berbentuk bulat telur dengan permukaan kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip, panjang 4 - 22,5 cm, dan lebar 2 - 10 cm, panjang tangkai daun 5 - 25 mm, mempunyai daun penumpu berbentuk lanset atau berbentuk paku yang panjangnya 3 - 6 mm. Buah berbentuk kotak, bulat, keras, permukaan berduri, warna hijau dan menjadi hitam jika tua (Ditjen POM., 1978; Suharmiati dan Maryani, 2003; Sulaksana dan Dadang, 2005).

2.1.3 Nama Daerah dan Nama Asing

Nama daerah dari tanaman jati belanda adalah jati londo (Jawa Tengah), jati belanda (Melayu), jati landi dan jatos landi (Jawa), bastard cedar (Inggris), guacimo (Spanyol), bois d’orme (Perancis), hapayillo (Peru), tapaculo (Tamil), ibixuma (Brazil), guasima (Meksiko), guacimobaba (Cuba) (Andriani, 2005).

2.1.4 Habitat dan Daerah Tumbuh

Tanaman jati belanda berasal dari Amerika yang beriklim tropis, kemudian dibawa oleh Portugis ke Indonesia di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jati belanda tumbuh secara liar terutama di pulau Jawa dan penyebarannya pada daerah dataran rendah hingga 800 m di atas permukaan laut (Sulaksana dan Dadang, 2005).

2.1.5 Kandungan Tanaman

Seluruh bagian tanaman jati belanda mengandung senyawa aktif seperti tanin. Kulit batang juga mengandung damar, tanin dan beberapa zat pahit, glukosa dan asam lemak (Sulaksana dan Dadang, 2005). Daun jati belanda juga mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, damar, fenol, triterpen, glikosida sianogenik, dan steroid. Buah mengandung saponin, alkaloid, flavonoid,

(3)

terpenoid, glikosida jantung. Bunga segar jati belanda mengandung kaemferitin, kuersetin, dan kaemfenol (Kemenkes RI, 2011; Mun’im dan Hanani, 2011).

2.1.6 Khasiat Tanaman

Daun, buah, biji dan kulit kayu bagian dalam merupakan bagian tanaman yang dapat dipergunakan sebagai obat (Jasaputra, 2011). Daun jati belanda mengandung zat lendir dan serat untuk melicinkan sehingga mengurangi penyerapan lemak, glukosa, kolesterol yang terdapat dalam makanan atau minuman sehingga memperlancar buang air besar (Mun’im dan Hanani, 2011). Zat lendir adalah suatu polisakarida heterogen dengan struktur polimer bercabang yang tersusun atas berbagai macam gula dan asam uronat. Zat lendir bersifat hidrofilik dan mampu menangkap air untuk membentuk gel. Sifat zat lendir yang mampu menangkap air tersebut menyebabkan zat lendir berfungsi sebagai pembentukan massa feses (Utomo, 2008). Serat bersifat menyerap air dalam usus sehingga menimbulkan efek rasa kenyang (Peter dan Billintong, 2009).

Daun jati belanda memiliki rasa agak kelat karena mengandung tanin. Tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi dan dapat membentuk kompleks dengan protein (Utomo, 2008). Tanin yang terdapat dalam daun berfungsi sebagai astringen dan merupakan zat yang dapat mengendapkan protein makanan yang terdapat pada mukosa yang melapisi bagian dalam usus sehingga lapisan ini sulit ditembus maka dapat mengurangi lemak yang masuk ke dalam tubuh. Daun jati belanda juga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi kolesterol (Jasaputra, 2011).

(4)

2.1.7 Data Keamanan dan Manfaat

Uji klinis pemberian ekstrak etanol daun jati belanda dosis 100 mg terhadap manusia dapat menurunkan berat badan 1,2 kg (Saing, 2014). Ekstrak etanol daun jati belanda adalah bahan yang praktis tidak toksik dan bermakna menurunkan berat badan pada kelompok tikus wistar yang mendapat perlakuan dengan dosis sama atau lebih dari dosis yang lazim dipakai di masyarakat (Utomo, 2008) dan dapat menurunkan aktivitas enzim lipase (Rahardjo, dkk., 2005).

Pemberian ekstrak etanol daun jati belanda dosis bertingkat selama 7 hari terhadap gambaran histologi duodenum tikus tidak menunjukkan adanya erosi maupun perubahan pada mukosa duodenum (Gumay dan Noor, 2008).

Pemberian ekstrak kering daun jati belanda dosis 2,4 dan 8 g/kgBB pada tikus jantan sekali sehari selama 3 bulan tidak menaikkan kadar kreatinin dan urea plasma serta ukuran diameter rata-rata glomerulus ginjal tikus. Hasil pengamatan mikroskopik preparat histologi ginjal juga tidak memperlihatkan adanya perbedaan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jangka panjang daun jati belanda tidak menganggu fungsi ginjal (Harahap, dkk., 2005).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah

(5)

yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM., 2000).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak ke luar (Ditjen POM., 2000).

2.3 Sediaan Tablet Hisap 2.3.1 Uraian umum

Tablet Hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam rongga mulut (Ditjen POM, 1995). Berbeda dengan tablet biasa, tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap cendrung menggunakan banyak pemanis seperti sukrosa, manitol, sorbitol, selain itu tablet hisap biasanya berbentuk datar dengan diameter sekitar >18 mm atau kurang dan ditujukan untuk dihisap dan melarut di mulut. Penggunaan jenis tablet ini dimaksudkan untuk memberi efek lokal antibakteri pada mulut dan tenggorokan (Peters, 1989).

Persyaratan mutu fisik tablet hisap berbeda dengan tablet biasa, perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi dari tablet biasa, yaitu minimal 10 kg dan maksimal 20 kg (Parrot, 1971), serta larut atau terkikis secara perlahan dalam mulut dalam jangka waktu 5 - 10 menit (Banker dan Anderson, 1994).

(6)

Tablet hisap yang diperdagangkan dapat dibuat dengan kompres menggunakan mesin tablet dengan punch yang besar dan datar. Mesin dijalankan pada derajat tekanan yang tinggi untuk menghasilkan tablet hisap yang lebih keras dari tablet biasa sehingga perlahan-lahan melarut akan hancur di dalam mulut (Ansel, 1989).

Ada dua tipe lozenges yang telah banyak digunakan karena kemampuannya dalam menyesuaikan perkembangan teknologi dalam metode pembuatan tablet hisap. Kedua tipe ini adalah hard candy lozenges dan compressed tablet lozenges: hard candy lozenges adalah suatu sediaan yang terdiri dari campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk amorf atau kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang secara umum mempunyai kandungan air 0,5% -1,5%. Sedangkan compressed tablet lozenges prinsipnya sama dengan pembuatan tablet kompresi biasa. Perbedaan yang mendasar adalah pada bahan dasar, ukuran tablet dan waktu hancur penyimpanan tablet. Biasanya memiliki diameter yang lebar (antara 5/8 - 3/4 inci), dikempa dengan bobot tablet antara 1,5 - 4,0 g dan diformulasi agar mengalami disintegrasi dalam mulut secara perlahan-lahan. Metode granulasi basah ini merupakan metode yang paling sering digunakan dalam memproduksi tablet (Peters, 1989).

2.3.2 Metode pembuatan tablet

Pembuatan tablet hisap dapat dilakukan seperti pada pembuatan tablet pada umumnya ada tiga yaitu:

1. Metode kempa langsung

Istilah kempa langsung berlaku untuk proses umum pada pembuatan-pembuatan tablet yang dikompressi ketika tidak ada perlakuan pendahuluan atau

(7)

hanya perlakuan kecil yang dibutuhkan sebelum memasukkan bahan ke dalam mesin tablet (Lachman, dkk., 1994).

2. Metode granulasi basah

Granulasi basah adalah proses penambahan cairan pada suatu serbuk atau campuran serbuk dalam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yang akan menghasilkan granul (Siregar dan Wikarsa, 2010).

3. Metode granulasi kering

Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban, atau keduanya (Lachman, dkk., 1994).

Metode granulasi kering dibentuk oleh pelembaban atau penambahan bahan pengikat ke dalam campuran serbuk obat tetapi dengan cara memadatkan massa dalam jumlah yang besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan ke dalam massa granul yang kering. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).

2.3.3 Komposisi tablet

Pada dasarnya bahan tambahan dalam pembuatan tablet harus bersifat netral, tidak berbau dan tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voight, 1995). Bahan-bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet terdiri atas:

(8)

a. Bahan Pengisi (Diluent)

Bahan ini dimaksudkan untuk memperbesar volume tablet (Anief, 2003). Disamping sifatnya yang harus netral secara kimia dan fisiologis, konstituen semacam itu sebaiknya juga dapat dicernakan dengan baik (Voight, 1995). Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, amilum, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, sorbitol dan bahan lain yang sesuai (Lachman, dkk., 1994).

b. Bahan Pengikat (Binder)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat (Anief, 2003). Juga untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet. Oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Cara penggunaannya dapat ditambahkan dalam keadaan kering yaitu pada proses pembuatan tablet dengan metode cetak langsung atau dalam bentuk larutan apabila digunakan metode granulasi basah (Voight, 1995). Penggunaan bahan pengikat yang terlalu banyak atau berlebihan akan menghasilkan massa yang terlalu basah dan granul yang terlalu keras, sehingga tablet yang dihasilkan mempunyai waktu hancur yang lama. Sebaliknya, kekurangan bahan pengikat akan menghasilkan daya rekat yang lemah, sehingga tablet akan rapuh dan terjadi capping. Sebagai bahan pengikat yang khas antara lain: gula dan jenis pati, turunan selulosa (juga selulosa kristalin mikro), gom arab, tragakan dan gelatin (Voight, 1995).

Demikian pula kekompakan tablet dapat dipengaruhi baik oleh tekanan pencetakan maupun bahan pengikat. Bahan pengikat yang baik akan dapat melepaskan ikatan bahan obat dan penolongnya dengan bahan penghancur yang

(9)

ditambahkan. Hal ini akan mengakibatkan hancurnya tablet menjadi partikel-partikel kecil di dalam larutan media, sehingga memudahkan penyerapan obat. c. Bahan Pelicin (lubricant)

Manfaat pelincin dalam pembuatan tablet terdapat dalam beberapa hal, yaitu mempercepat aliran granul dalam corong, ke dalam ruang cetakan, mencegah melekatnya granul pada cetakan, selama pengeluaran tablet mengurangi gesekan antara tablet dan dinding cetakan dan memberikan rupa yang baik pada tablet yang sudah jadi (Ansel, 1989). Biasanya digunakan talkum, magnesium stearat (Anief, 2003).

d. Bahan pemberi rasa dan pemanis

Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet hisap yang ditujukan untuk larut di dalam mulut. Macam-macam bahan ini antara lain: Mannitol, sakarin, sukrosa dan aspartam (Banker dan Anderson, 1994).

2.3.4 Evaluasi tablet

a. Keseragaman bobot

Keseragaman berat dari suatu tablet ditentukan oleh variasi penggunaan mesin cetak tablet seperti perbedaan ukuran atau kedalaman die dan pengaturan tekanan punch (Gibson, 2000). Selain itu, pada pembuatan tablet dengan metode granulasi ataupun kempa langsung, dimana perbedaan ukuran antar granul atau serbuk merupakan suatu hal yang harus diperhatikan karena akan menentukan variasi dari berat tablet yang dihasilkan (Lachman, dkk., 1994)

b. Kekerasan tablet

Ketahanan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi

(10)

menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan berkurangnya porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan yang mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg merupakan tenaga yang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum yaitu 4 - 8 kg, tablet hisap 10 - 20 kg, tablet kunyah 3 kg (Parrot, 1971). Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompresi. Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu pekat (Lachman, dkk., 1994).

c. Friabilitas

Kerapuhan ditandai sebagai massa seluruh partikel yang berjatuhan dari tablet melalui beban pengujian mekanis. Kerapuhan diberikan dalam persen yang diperoleh dari massa tablet sebelum pengujian (Voight, 1995). Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inci pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1% (Lachman,dkk., 1994).

d. Waktu larut

Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut atau terkikis secara perlahan di dalam rongga mulut, karena sediaan tablet hisap ini diharapkan mampu memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan, meskipun dapat juga dimaksudkan untuk diabsorbsi secara sistemik setelah

(11)

ditelan. Waktu melarut yang ideal bagi tablet hisap adalah selama sekitar 5 sampai 10 menit (Banker dan Anderson, 1994).

2.3.5 Monografi bahan tambahan tablet hisap

a. Laktosa

Laktosa adalah disakarida yang diperoleh dari susu, bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat, berbentuk serbuk atau masa hablur, keras, putih dan putih krem, tidak berbau dan memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,2 kali tingkat kemanisan sukrosa. Stabil diudara tetapi mudah menyerap bau. Laktosa mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. (Ditjen POM., 1995).

Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik yang digunakan dalam bentuk hidrat atau anhidrat. Umumnya formulasi memakai laktosa menunjukkan laju pelepasan obat yang baik, granulnya cepat kering dan waktu hancurnya tidak terlalu peka terhadap perubahan pada kekerasan tablet. Harganya murah, tetapi mungkin mengalami perubahan warna bila ada zat basa amina garam alkali (Lachman, dkk., 1994).

b. Maltodekstrin

Maltodekstrin pada dasarnya merupakan senyawa hidrolisis pati yang tidak sempurna, terdiri dari campuran gula-gula dalam bentuk sederhana (mono- dan disakarida) dalam jumlah kecil. Berupa serbuk atau granul berwarna putih agak kekuningan,memiliki rasa manis berkisar 10 - 25% rasa manis gula biasa. Maltodekstrin biasanya dideskripsikan oleh DE (Dextrose Equivalent).

(12)

Maltodekstrin dengan DE yang rendah bersifat non-higroskopis, sedangkan maltodekstrin dengan DE tinggi cenderung menyerap air (higroskopis). Nilai DE maltodekstrin berkisar antara 3 – 20 (Blancard, dkk., 1995).

Maltodekstrin memiliki kelarutan yang lebih tinggi, mampu membentuk film, memiliki higroskopisitas rendah, mampu sebagai pembantu pendispersi. Mampu menghambat kristalisasi dan memiliki daya ikat kuat (Blancard, dkk., 1995). Maltodekstrin tidak berasa, dikenal sebagai bahan tambahan makanan yang aman. Maltodekstrin merupakan bahan tambahan makan yang telah diapalikasikan selama 35 tahun. Maltodekstrin lebih mudah larut dari pada pati, harga maltodekstrin lebih murah, maltodekstrin juga mempunyai rasa yang enak (Sadeghi, dkk., 2008)

c. Avicel PH 102

Avicel merupakan mikrokristalin selulosa (MCC) yang berbentuk sebuk berwarna putih, tidak larut dalam air, tidak reaktif, dan merupakan bahan pengisi yang baik. Avicel merupakan bahan penghancur yang sangat efektif dan biasa digunakan dalam konsentrasi 5 - 15% b/b dalam proses granulasi. Avicel biasanya tidak digunakan sebagai bahan pengisi tunggal, kecuali jika digunakan untuk mengetahui kemampuannya sebagai bahan pengikat pada formulasi. Avicel akan lebih baik apabila dikombinasi dengan bahan pengisi yang lain seperti laktosa, manitol, amilum, atau kalsium sulfat (Bandelin, 1989).

Avicel merupakan bentuk depolimerisasi selulosa yang tidak berbau, tidak berasa, serbuk kristalnya tersusun atas partikel. Berfungsi sebagai bahan pengisi pada tablet, sebagai bahan penghancur dan sebagai suspending agent. Avicel merupakan bahan pengisi yang sesuai untuk pembuatan tablet dengan metode

(13)

granulasi basah maupun kempa langsung. Avicel juga sesuai untuk berbagai ukuran partikel dan bahan yang lengket (Peters, 1989).

d. Magnesium stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Magnesium stearat merupakan serbuk halus, putih, berbau lemak, khas mudah melekat dikulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam eter. Magnesium stearat digunakan sebagai bahan pelicin pada konsentrasi 0,25 - 5,0% (Ditjen POM.,1995).

e. Talkum

Talkum adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Berupa serbuk hablur sangat halus, putih, atau kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran (Ditjen POM, 1995). Talkum memiliki 3 keuntungan antara lain dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin dan bahan pemisah hasil cetakan. Talkum digunakan sebagai glidant dan lubricant pada konsentrasi 1,0 % - 10,0 % (Voight, 1995).

f. Gelatin

Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa parsial kolagen dari kulit, jaringan ikat putih dan tulang hewan. Gelatin berupa lembaran, kepingan, atau potongan atau serbuk kasar sampai halus, kuning lemah, atau coklat terang. Warna gelatin bervariasi tergantung ukuran partikelnya, larutannya berbau lemah seperti kaldu, jika kering stabil di udara, tapi mudah terurai oleh mikroba jika

(14)

Gelatin yang digunakan dalam pembuatan kapsul atau untuk penyalut tablet dapat diwarnai dengan pewarna yang diijinkan, dapat mengandung sulfur dioksida tidak lebih dari 0,15% dan dapat mengandung natrium lauril sulfat dengan kadar yang sesuai serta zat antimikroba yang sesuai. Gelatin tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelup dalam air, dalam etanol, kloroform, eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap, larut dalam air panas, dalam asam asetat 6 N dan dalam campuran panas gliserin dan air (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2013).

g. Aspartam

Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida dengan rumus C14H16N2O5 memiliki daya kemanisan 100 - 200 kali sukrosa. Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah satu bahan tambahan pangan telah melalui berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh, serta aman bagi penderita diabetes melitus. Sejak tahun 1981 telah diizinkan untuk dipasarkan. Pada penggunannya dalam minuman ringan, aspartam kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunnya rasa manis (Cahyadi, 2006).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara manitol dan gelatin, yaitu interaksi kedua faktor mampu meningkatkan kekerasan, keseragaman bobot dan respon rasa tablet,

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh CMC-Na dan Manitol terhadap respon yang dihasilkan dari sifat fisik tablet hisap dan konsentrasi CMC-Na dan manitol yang optimum

Grafik yang Menunjukkan Hubungan Antar Formula terhadap nilai Viskositas Sediaan Pelembab Ekstrak Air Daun Jati Belanda ( Guazuma ulmifolia Lamk.) .... Uji Homogenitas

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet hisap

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bahwa ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan tablet hisap

Formula Bentuk tablet Warna tablet Aroma tablet Rasa Formula 1 Bulat bikonkaf Hijau muda Khas jati belanda Manis Formula 2 Bulat bikonkaf Hijau

Lozenges atau tablet hisap, adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat

Bahan pengisi harus memenuhi persyaratan : bahan yang digunakan untuk bahan pengisi tersebut tidak menimbulkan ketoksikan bila dikonsumsi, tersedia banyak dipasaran (tidak