• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococus aureus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL DAUN CEREMAI (Phyllanthus acidus) DENGAN AMILUM MANIHOT SEBAGAI BAHAN PENGIKAT SERTA UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococus aureus."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

U

UNIVER

FAK

RSITAS M

SKRI

Ol

AWALIA

K 10

KULTAS

MUHAMM

SURAK

201

IPSI

eh:

A SINAK

00 060 123

S FARMA

MADIYA

KARTA

10

KA

3

ASI

(2)

1

Tanaman ceremai (Phyllanthus acidus) merupakan tanaman obat yang telah diketahui khasiatnya sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli serta memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans. (Jagessar dkk., 2008). Tanaman ceremai mempunyai beberapa kandungan kimia diantaranya pada daun, kulit batang dan kayu mengandung polifenol, saponin, flavonoid, dan tanin (Hutapea, 1991). Berdasarkan hasil uji bioautografi kandungan kimia pada daun ceremai yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah polifenol. Hal itu juga ditunjukkan pada hasil uji kromatografi lapis tipis yang diketahui bahwa ekstrak etanol daun ceremai memberikan hasil yang positif dan terdapat bercak berwarna biru terhadap pereaksi semprot FeCl3. Senyawa ini diduga adalah polifenol

(Budiyanti, 2009).

Selain buahnya bisa dikonsumsi, daun ceremai berkhasiat untuk menyembuhkan batuk berdahak, mual, kanker, sariawan, menguruskan badan dan akarnya untuk obat asma (Hutapea, 1991). Sariawan merupakan penyakit kelainan mulut yang sering ditemukan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemicu terjadinya sariawan. Misalnya, kekurangan vitamin, luka tergigit pada bibir atau lidah, alergi terhadap suatu makanan, dan adanya infeksi oleh mikroorganisme. Sariawan dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, salah satu contoh bakterinya yaitu

(3)

menyebabkan penyakit pada manusia (Gibson, 1996). Ekstrak daun ceremai dapat menghambat pertumbuhan bakteri-bakteri patogen pada mulut, seperti

Staphylococcus aureus (Jagessar dkk., 2008).

Pada umumnya masyarakat menggunakan daun ceremai masih dalam bentuk sederhana seperti seduhan atau rebusan. Cara penyajian itu kurang disukai oleh masyarakat karena kurang praktis dan nyaman, maka dibuatlah suatu inovasi baru dari tanaman ceremai sebagai obat antibakteri pada mulut, yaitu dibuat sediaan tablet hisap. Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya sebagai bahan dasar beraroma dan manis yang dapat melarut atau hancur berlahan dalam mulut (Anonim, 1995). Bentuk sediaan ini memungkinkan tablet melarut perlahan-lahan pada mulut sehingga efek lokal antibakteri terhadap

Staphyloccoccus aureus yang diharapkan dapat lebih efektif bekerja (Banker and

Anderson, 1986).

Tablet hisap mempunyai kekerasan yang lebih tinggi daripada tablet biasa yaitu 10-20 kg (Parrott, 1971). Salah satu bahan pengikat dalam pembuatan tablet hisap adalah amilum manihot. Dalam penelitian ini diharapkan ekstrak etanol daun ceremai dengan bahan pengikat amilum manihot bisa dibuat dalam bentuk sediaan tablet hisap serta dapat menghambat aktivitas bakteri Staphyloccoccus aureus

(4)

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi amilum manihot sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet hisap ekstrak etanol daun ceremai?

2. Apakah tablet hisap ekstrak etanol daun ceremai (Phyllanthus acidus) mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphyloccocus aureus?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui pengaruh variasi konsentrasi amilum manihot sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet hisap

2. Mengetahui apakah tablet hisap ekstrak etanol daun ceremai mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Staphyloccocus aureus

D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanaman Ceremai (Phyllanthus acidus )

a. Sistematika Tanaman

Tanaman ceremai (Phyllanthus acidus) menurutHutapea (1991) mempunyai klasifikasi yaitu:

(5)

Marga : Phyllanthus Jenis : Phyllanthus acidus b. Nama Daerah

Tanaman ceremai mempunyai banyak nama lain diantaranya yaitu dari daerah Sumatera menyebutnya ceremoi, crème, crème, dan camin-camin, sedangkan dari Jawa menyebutnya crème, cerme, dan careme. Masyarakat Bali menyebutnya Carmen. Dari Sulawesi menyebut tanaman ceremai dengan nama caramel, tili, dan cara mele. Sedangkan dari daerah Maluku menyebutnya ceremin (Hutapea, 1991).

c. Morfologi

Ceremai merupakan pohon, tinggi kurang lebih 3 m. Batang tegak, bulat, berkayu, mudah patah, kasar, percabangan monopodial, dan berwarna coklat tua. Daun berupa daun majemuk, lonjong, berseling, panjang 5–6 cm, lebar 2–3 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, pertulangan menyirip, halus, tangkai silindris, panjang kurang lebih 2 cm dan berwarna hijau tua. Buah berbentuk bulat, permukaannya berlekuk, dan berwarna kuning keputih-putihan. Biji berbentuk bulat pipih dan berwarna coklat muda. Akarnya berupa akar tunggang dan berwarna coklat muda (Hutapea, 1991).

d. Kandungan Kimia

(6)

antibakteri. Dalam hasil skrining fitokimia, senyawa yang terkandung dalam daun ceremai adalah flavonoid, saponin, dan tanin (Purwarini, 2001).

e. Kegunaan

Daun Phyllanthus acidus berkhasiat untuk urus-urus dan obat mual, akarnya untuk obat asma dan daun muda untuk sariawan (Hutapea, 1991). Telah diujikan bahwa ekstrak etanol daun ceremai mempunyai aktivitas sebagai antibakteri terhadap

Staphyloccocus aureus dan Escherichia coli serta memiliki aktivitas antijamur terhadap Candida albicans (Jagessar dkk., 2008).

2. Ekstrak

a) Pengertian ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

b) Pembuatan ekstrak

(7)

a. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol-air, etanol atau pelarut lain. Cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan yang di luar sel maka larutan yang terpekat didesak keluar. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Anonim, 1986).

Lamanya maserasi berbeda-beda, farmakope mencantumkan 4-10 hari. Menurut pengalaman, 5 hari telah memadai, untuk memungkinkan berlangsungnya proses yang menjadi dasar dari maserasi. Maserasi ganda yaitu jika maserasi dilakukan dua kali dengan bahan pelarut yang sama artinya bahan simplisia mula-mula diekstraksi dengan sedikit bagian bahan pelarut (20%) dan akhirnya dengan seluruh jumlah sisanya (Voigt, 1984). Maserasi dapat dilakukan modifikasi misalnya digesti, maserasi dengan mesin pengaduk, remaserasi, maserasi melingkar, dan maserasi melingkar bertingkat (Anonim, 1986).

b. Perkolasi

(8)

masuk dan jalan keluar yang sesuai. Cairan penyari yang dimasukkan secara kontinyu akan melewati serbuk simplisia sehingga akan terjadi aliran melalui lapisan serbuk simplisia sehingga akan terjadi aliran melalui lapisan serbuk simplisia tersebut dari atas sampai ke bawah disertai pelarutan zat aktifnya (Voigt, 1984).

c. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Anonim, 2000). Pada cara ini diperlukan bahan pelarut dalam jumah kecil, juga simplisia yang digunakan selalu baru artinya suplai bahan pelarut bebas bahan aktif dan berlangsung terus menerus. Kekurangan dari ekstraksi ini adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama (sampai beberapa jam) sehingga kebutuhan energinya tinggi (Voigt, 1984).

c) Cairan penyari

(9)

Penyarian pada obat tradisional masih terbatas pada penggunaan penyari air, etanol atau etanol-air. Etanol merupakan pelarut yang serbaguna, dalam sediaan farmasetik campuran etanol air lebih disukai (Voigt, 1984). Penggunaan air sebagai penyari kurang menguntungkan karena air merupakan tempat tumbuhnya bakteri dan kapang serta dapat melarutkan enzim. Sedangkan pelarut etanol dapat melarutkan alkaloid basa, glikosida, kurkumin, flavonoid, dan saponin dengan demikian zat pengganggu yang mungkin ada hanya sedikit (Anonim, 1986).

3. Tablet

a. Tablet Hisap

Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, pada umumnya sebagai bahan dasar beraroma dan manis yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan dalam mulut (Anonim, 1995). Tablet hisap memberikan kohesivitas dan kekerasan yang tinggi dan dapat melepas bahan obatnya dengan lambat (Cooper dan Gunn’s, 1975).

(10)

mengalami kehancuran di dalam mulut, tapi larut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang (Banker and Anderson,1986).

Lozenges mempunyai bentuk yang bervariasi, bentuk yang paling umum adalah datar, bulat, oktagonal, dan bikonvek. Berdasarkan penggunaannya yang luas, tablet hisap dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hard candy lozenges dan

compressed tablet lozenges. Hard candy lozenges adalah tablet hisap berupa campuran gula dan karbohidrat dalam bentuk amorf atau kristal. Bentuk ini dapat berupa sirup gula padat yang pada umumnya mempunyai kandungan air sebesar 0,5-1,5% (Peters, 1980).

Sedangkan compressed tablet lozenges adalah tablet hisap yang pembuatannya sama seperti tablet kompresi biasa. Perbedaaan utama antara keduanya yaitu pada bahan dasar, syarat waktu hancur, dan granulasi yang berhubungan dengan diameter dan ukuran tablet. Compressed tablet lozenges dengan aktivitas pada membran mukosa mulut dan faring biasanya mempunyai diameter yang luas yaitu 5/8-3/4 inchi. Berat tablet ini sekitar 1,5-4,0 gram dan diformulasi sesuai dengan tujuan, seragam, dan hancur secara lembut dan perlahan-lahan dalam jangka waktu 5-10 menit (Peters, 1980).

b. Metode Pembuatan tablet hisap

(11)

1) Metode Granulasi Basah

Metode ini paling umum dan banyak digunakan dalam produksi tablet karena kemungkinan besar proses granulasi akan menghasilkan tablet yang bagus dan memenuhi persyaratan sifat fisik (Remington, 1995). Hal yang menarik dari metode ini adalah pembasahan, pengayakan dan pengeringan. Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu pengikat yang tergantung kelarutan dan komponen campuran. Untuk menentukan titik akhir adalah dengan menekan massa pada telapak tangan, bila remuk dengan tekanan sedang maka diteruskan pengayakan basah untuk mengubah massa lembab menjadi kasar. Dalam hal ini digunakan pengayak yang berlubang besar agar granul lebih berkonsolidasi, meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel dan meningkatkan luas permukaan sehingga memudahkan pengeringan (Bandelin, 1980).

Keuntungan pembuatan tablet dengan metode granulasi basah adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kohesivitas dan kompaktibilitas serbuk sehingga diharapkan tablet yang dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu akan menghasilkan bentuk tablet yang bagus, keras, dan tidak rapuh.

(12)

3. Zat aktif yang larut dalam dosis kecil, maka distribusi dan keseragaman zat aktif akan lebih baik kalau dicampurkan dengan larutan bahan pengikat (Bandelin, 1980).

2) Metode Granulasi Kering

Granulasi kering, juga dinyatakan briketasi atau kompaktasi, yang sering digunakan dalam industri. Cara ini membutuhkan lebih sedikit waktu dan lebih ekonomis daripada pembutiran lembab. Cara ini sangat tepat untuk tabletasi zat-zat peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil dengan adanya air (Voigt,1984).

3) Metode kempa langsung

Metode kempa langsung dapat diartikan sebagai pembuatan tablet dengan cara mengempa langsung campuran serbuk bahan aktif dan bahan tambahan yang cocok (pengisi, penghancur, dan pelicin) yang akan mengalir pada die dan membentuk tablet yang kompak (Shangraw, 1989).

Pada metode ini beberapa bahan mempunyai karakteristik pengaliran bebas dan pengikatan yang penting (Remington, 1995). Beberapa bahan tersebut seperti kalium klorida, kalium iodida, ammonium klorida, dan metenamin (Ansel, 1989).

c. Bahan Tambahan Tablet

(13)

Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan tablet, antara lain: a) Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi ditambahkan dalam formula tablet untuk memperbesar volume tablet sehingga memungkinkan pencetakan dan peracikan jumlah obat yang sangat sedikit dan dengan bahan pengisi ini maka akan menjamin tablet memiliki ukuran atau massa yang dibutuhkan (0,1-0,8) (Voigt, 1984).

Bahan pengisi diperlukan bila dosis obat tidak cukup untuk membuat bulk. Pada obat yang berdosis cukup tinggi bahan pengisi tidak diperlukan. Zat pengisi juga dapat memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk memacu aliran. Bahan pengisi yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet antara lain laktosa, dekstrosa, mannitol, sorbitol, sukrosa atau gula dan derivat-derivatnya, dan selulosa mikrokristal (Avicel) (Banker and Anderson, 1986).

b) Bahan Pengikat (Binder)

(14)

c) Bahan pelicin (Lubricant)

Bahan pelicin dapat meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan pada punch dan die serta membuat tablet menjadi bagus dan berkilat (Ansel, 1989). Beberapa bahan pelicin yang sering digunakan dalam pembuatan tablet antara lain talk, magnesium stearat, kalsium stearat, asam stearat, dan polietilen glycol (PEG) (Remington,1995).

d) Zat pemberi rasa dan pemanis

Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lain yang ditujukan untuk larut di dalam mulut. Pada umumnya zat pemberi rasa yang larut di dalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stabilitasnya kurang baik. Macam-macam gula yang biasa digunakan adalah manitol, sakarin, sukrosa (Banker and Anderson, 1986).

d. Pemeriksaan kualitas tablet hisap

a) Keseragaman bobot tablet

Keseragaman bobot tablet ditentukan berdasarkan banyaknya penyimpangan bobot pada tiap tablet terhadap bobot rata-rata dari semua tablet sesuai syarat yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia edisi III (Tabel 1) (Anonim, 1979).

Tabel 1. Persyaratan Keseragaman Bobot Tablet

Bobot rata-rata

Penyimpangan bobot rata-rata dalam %

(15)

b) Kekerasan tablet

Tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan tertentu agar dapat bertahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan (Banker and Anderson, 1986). Tablet hisap mempunyai kekerasan yang lebih tinggi daripada tablet biasa yaitu 10-20 kg (Parrott, 1971).

c) Kerapuhan tablet

Kerapuhan merupakan parameter ketahanan tablet dalam melawan pengikisan dan goncangan. Umumnya kerapuhan dinyatakan dalam persentase bobot tablet yang hilang selama uji kerapuhan. Kerapuhan tablet yang dipersyaratkan adalah tidak lebih dari 1% (Voigt, 1984).

d) Waktu melarut

Waktu melarut adalah waktu yang dibutuhkan tablet hisap untuk melarut secara perlahan di dalam rongga mulut. Waktu yang ideal bagi tablet hisap untuk melarut adalah sekitar 5-10 menit (Banker and Anderson, 1986).

e. Masalah dalam pembuatan tablet

Pada pembuatan tablet dapat terjadi bermacam-macam masalah yang menyebabkan kerusakan pada tablet yang dihasilkan sehingga tidak memenuhi persyaratan kualitas tablet. Menurut Banker and Anderson (1986), beberapa masalah yang dapat timbul antara lain:

1) Capping dan lamination

(16)

adalah pemisahan tablet menjadi dua atau lebih lapisan-lapisan yang berbeda. Secara umum penyebabnya adalah adanya udara yang terdapat di dalam sejumlah partikel atau granul, dan tidak keluar lagi sampai tekanan pencetak dilepaskan.

2) Picking dan sticking

Picking adalah keadaan dimana permukaan bahan dari suatu tablet menempel pada punch sehingga terpisahkan dari permukaan tablet. Sticking adalah melekatnya bahan tablet yang dikempa pada dinding die. Kelembaban yang berlebihan pada granul akan menyebabkan penempelan.

3) Mottling

Mottling adalah suatu keadaan dimana distribusi warna tablet yang tidak merata, dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang seragam. Penyebab mottling ialah berbedanya warna obat dengan bahan penambah atau bila hasil urai obatnya berwarna.

f. Monografi Bahan Tambahan Tablet Hisap

1) Amilum Manihot

Amilum Manihot (pati singkong) adalah pati yang diperoleh dari umbi akar

(17)

Pada formulasi tablet amilum dibuat dalam bentuk pasta sebagai bahan pengikat. Pasta amilum dibuat dengan mensuspensi amilum dalam 1 dari 1-1/2 bagian air dingin, kemudian ditambahkan 2-4 kali air panas dengan pengadukan yang konstan (Banker and Anderson, 1986). Konsentrasi amilum yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat sebagai mucilago adalah 5-25% (Galichet, 2000).

Kemampuan suatu amilum sebagai bahan pengikat dalam pembuatan tablet dengan cara granulasi basah dibuat dalam bentuk mucilago dan selanjutnya digunakan untuk mengikat bahan-bahan obat dengan bahan tambahan lainnya menjadi granul yang kompak hingga mudah ditablet (Banker and Anderson, 1986). 2) Manitol

Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan berupa serbuk hablur atau

granul mengalir bebas, tidak berbau, rasa manis. Manitol mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter (Anonim, 1995). Manitol memiliki rasa manis kira-kira 72 % dari rasa manis sukrosa. Relatif tidak higroskopis, sifat alir kurang baik, sehingga membutuhkan bahan pelicin yang cukup banyak (Lachman dkk., 1994). Manitol biasanya digunakan sebagai bahan pengisi tablet dengan kadar 10-90 % (Anonim, 1986b ).

3) Aerosil

Nama lain dari aerosil adalah acidum silicum colloidale, silica precipitate, dan

(18)

(Anonim, 1995). Aerosil mengurangi lengketnya partikel satu sama lain, sehingga gesekan antar partikel sangat berkurang. Aerosil mampu mengikat lembab tanpa mengurangi daya alirnya (Voigt, 1995). Aerosil dapat menyerap air dalam jumlah besar tanpa menjadi basah. Karena sifatnya tersebut aerosil sangat bagus digunakan sebagai bahan pengering untuk bahan yang bersifat higroskopis. Aerosil digunakan sebagai pengering ekstrak dengan perbandingan 1 : 2 (Anonim, 2000). Dalam proses penabletan, aerosil biasanya digunakan sebagai glidant kadar 0,1-0,5% (Anonim, 1986b).

4) Talk

Talk adalah magnesium silikat hidrat alam, kadang-kadang mengandung sedikit aluminium silikat. Talk mempunyai ciri berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit, dan bebas dari butiran (Anonim, 1995). Talk memilliki tiga keunggulan antara lain dapat berfungsi sebagai bahan pengatur aliran, bahan pelicin, dan bahan pemisah hasil cetakan (Voigt,1984). Talk digunakan sebagai glidant dan lubricant pada konsentrasi 1,0-10,0% (Kibbe, 2000).

5) Magnesium stearat

(19)

tidak larut dalam air, etanol, dan eter (Anonim, 1995). Mg Stearat digunakan sebagai bahan pelicin (lubricant) pada konsentrasi 0,25-5,0% (Luner and Allen, 2006).

g. Bakteri Staphylococcus aureus

Bakteri adalah sel prokariotik yang khas dan uniseluler. Sel berisi massa sitoplasma. Sel bakteri berbentuk bulat, batang dan spiral. Reproduksi terutama dengan pembelahan biner sederhana, yaitu proses aseksual. Di antara bakteri ada yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia dan hewan (Pelczar dan Chan, 1988). Stafilokokus adalah sel berbentuk bola dengan garis tengah kira-kira 1 µm tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur. Kokus muda bersifat Gram positif kuat, pada biakan tua banyak sel menjadi Gram negatif. Stafilokokus tidak bergerak dan tidak membentuk spora (Jawetz et al., 1986).

Sistematika dari Staphylococcus aureus menurut (Salle, 1961) adalah :

Divisi : Protophyta

Kelas : Schizomycetes

Bangsa : Eubacteriales

Suku : Micrococcaceae

Marga : Staphylococcus

Jenis : Staphylococcus aureus

(20)

abses serebri, pneumonia, dan infeksi traktus urinarus pada anak-anak.

Staphylococcus cepat menjadi resisten terhadap banyak zat anti jasad renik dan menyebabkan masalah pengobatan yang sulit (Jawetz et al., 1986; Warsa, 1994).

Staphylococcus aureus umumnya menginfeksi di berbagai bagian tubuh manusia, termasuk hidung, tenggorokan, kulit (Irianto, 2006). Staphylococcus dapat menyebabkan sepsis pada luka bedah, abses payudara pada ibu-ibu, mata lengket, dan lesi-lesi kulit pada bayi (Gibson, 1996).

h. Uji Aktivitas Antimikroba

Uji aktivitas antimikroba diukur secara in vitro agar dapat ditentukan potensi suatu zat antimikroba dalam larutan, konsentrasi dalam cairan badan, dan kepekaan suatu mikroba terhadap konsentrasi obat-obat yang dikenal. Pengukuran aktivitas antimikroba dapat dilakukan dengan 2 metode:

1. Metode dilusi cair/dilusi padat

Metode ini prinsipnya sejumlah antimikroba diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam media, sedangkan pada dilusi padat tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu ditanami kuman dan diinkubasi. Setelah masa inkubasi selesai, diperiksa sampai konsentrasi berapa obat dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan mikroba (Jawetz et al., 2001).

2. Metode Difusi

(21)

ditempatkan pada media padat yang telah ditanami dengan biakan kuman yang diperiksa. Setelah diinkubasi, garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap kuman yang diperiksa (Jawetz et al., 2001). Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan pertumbuhan atau menunjukan zona hambatan yang diameternya lebih kecil (Anonim, 1991).

Potensi antibiotik ditetapkan dengan membandingkan dosis sediaan uji terhadap dosis larutan baku atau dosis larutan pembanding yang masing-masing menghasilkan derajat hambatan pertumbuhan yang sama pada biakan jasad renik yang peka dan sesuai. Cara yang digunakan adalah cara difusi dan cara dilusi (Anonim, 1979).

E. LANDASAN TEORI

Tanaman ceremai adalah tanaman yang memiliki beberapa kandungan kimia antara lain pada daun, kulit batang dan kayu mengandung polifenol, saponin, flavonoid (Hutapea, 1991). Berdasarkan hasil uji bioautografi kandungan kimia pada daun ceremai yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah polifenol. Hal itu juga ditunjukkan pada hasil uji KLT yang diketahui bahwa ekstrak etanol daun ceremai memberikan hasil yang positif dan terdapat bercak berwarna biru terhadap pereaksi semprot FeCl3. Senyawa ini diduga adalah polifenol (Budiyanti, 2009). Polifenol

(22)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ceremai terbukti mempunyai daya antimikrobial dan antijamur yang lebih besar daripada etil asetat, kloroform, dan heksana. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jagessar (2008), Ekstrak etanol daun ceremai yang diuji dengan metode disc diffusion terhadap

Staphylococcus aureus memiliki zona hambatan 21 mm2. Ekstrak etanol daun ceremai yang diuji menggunakan metode dilusi cair memiliki nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,18 mg/10 ml. Menurut Budiyanti (2009) ekstrak etanol daun ceremai memiliki nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) sebesar 0,5% terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Dalam pembuatan tablet hisap ini digunakan bahan pengikat amilum manihot. Amilum manihot sebagai bahan pengikat biasanya digunakan dalam konsentrasi 5-25% (Galichet, 2000). Pada penelitian hasil uji pembuatan tablet hisap ekstrak kemangi dengan konsentrasi amilum manihot 5% menghasilkan kekerasan tablet 8,10 kg. Sedangkan hasil uji kerapuhan adalah 0,86% (Wijayanto, 2009). Semakin tinggi konsentrasi amilum manihot, maka kekerasan tablet semakin meningkat, kerapuhan tablet semakin menurun.

F. HIPOTESIS

Ekstrak etanol daun ceremai dapat diformulasikan dalam sediaan tablet hisap dengan bahan pengikat amilum manihot dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri

Gambar

Tabel 1.  Persyaratan Keseragaman Bobot Tablet

Referensi

Dokumen terkait

Orally Disintegrating Tablet adalah bentuk sediaan padat yang mengandung bahan aktif obat yang hancur atau melarut dengan cepat tanpa memerlukan air dalam waktu kurang dari 3

Motling adalah terjadinya warna yang tidak merata pada permukaan tablet, disebabkan perbedaan obat atau hasil uraiannya dengan bahan tambahan, juga karena. terjadinya migrasi

lebih tinggi dari kekerasan tablet biasa karena tablet hisap harus dapat melarut. lambat di rongga mulut (Parrott, 1971).

Ekstrak kemangi dapat dibuat tablet hisap dengan bahan pengikat amilum. manihot dan perbedaan konsentrasi amilum manihot akan berpengaruh

Karakteristik dari tablet hisap adalah tidak hancur melainkan melarut secara perlahan dan kontinyu dalam mulut dengan melepaskan zat aktif terlarut ke dalam saliva,

Lozenges atau tablet hisap, adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat

Salah satu upaya untuk mengembangkan tanaman obat agar menjadi sediaan yang lebih modern adalah membuatnya dalam bentuk sediaan tablet hisap ekstrak, tablet hisap adalah sediaan

Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles), adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat