• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha kecil merupakan sebuah bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai potensi, kedudukan, dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Usaha kecil dengan segala peranannya dalam pembangunan, harus terus dikembangkan dengan semangat kekeluargaan, saling isi mengisi, saling memperkuat antara usaha yang kecil dan besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakat harus saling bekerjasama. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan iklim usaha.

Dalam suasana persaingan yang semakin kompetitif, keberadaan usaha kecil menengah ataupun industri kecil dituntut untuk tetap dapat bersaing dengan pelaku usaha lainnya, karena lembaga ini dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Perkembangan industri kecil dan usaha mikro sebagai salah satu strategi dankebijaksanaan nasional, amatlah berperan penting untuk mendorong pertumbuhanekonomi secara nyata dan menyeluruh. Dalam perjalanannya, industri kecil telahmampu memainkan perannya dalam perekonomian nasional. Sumbangannya dalamberbagai sektor pembangunan nasional adalah wujud nyata yang tidak perludisangsikan lagi, seperti banyak menyerap tenaga kerja, memperluas lapangankerja dan kontribusinya terhadap pendapatan daerah.

Salah satu kota yang menjadi kota yang menglahirkan industri kecil yang cukup pesat adalah kota Bandung. Kota Bandung ditunjuk sebagai pilot project kota kreatif se-Asia Timur dan Asia Tenggara berdasarkan pertemuan Yokohama Juli 2007. Selain itu, pemerintah mencanangkan tahun 2009 sebagai Tahun

(2)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Ekonomi Kreatif Indonesia. Perkembangan industri kreatif di Kota Bandung pun berlangsung semakin pesat, terutama dalam sektor fesyen, desain, dan musik. Perkembangan industri kreatif tersebut berdampak terhadap produktivitas ekonomi daerah yang juga mengindikasikan peningkatan intensitas sistem kegiatan. (sumberr: www.detik.com )

Berdasarkan Surat Keputusan Menperin No 19 M/SK/1986, Industri terbagi terdalam 4 klasifikasi, yakni Industri Kimia dasar, Industri Mesin dan Logam Dasar, Aneka Industri ( industri pangan, tekstil, pengolahan dan bahan bangunan) serta Kelompok Industri kecil atau Industri Pengolahan yang masih bersifat industri rumah tangga. ( sumber : www.jabarprov.go.id )

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk Provinsi Jawa Barat yang bekerja dalam bidang Industri Pengolahan mendapat peringkat ke-2 setelah industri perdagangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1

Jumlah Tenaga Kerja dalam bidang Industri Pengolahan Skala Kecil Provinsi Jawa Barat, Tahun 2009-2012

Lapangan Usaha Utama

Jumlah Tenaga Kerja

2009 2010 2011 2012 Industri Pengolahan 159.857 176.118 (10,172%) 185.608 (5,388%) 201.899 (8,771%) (sumber : BPS )

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa jumlah tenaga kerjaProvinsi Jawa Barat dalam bidang Industri Pengolahan mengalami kenaikan secara kontinyu dari tahun 2009 yakni sebanyak 159.857 hingga pada tahun 2012 menyentuh angka 201.889 tenaga kerja.

Begitu pula dengan Kota Bandung, menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja Kota Bandung dalam bidang Industri Pengolahan skala kecil menempati peringkat ke 2 setelah bidang perdagangan, dan selalu mengalami perkembangan dari tahun ke tahunnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2

(3)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 1.2

Jumlah Tenaga Kerja dalam bidang Industri Pengolahan Skala Kecil Kota Bandung Tahun 2009-2012

Lapangan Usaha Utama

Jumlah Tenaga Kerja

2009 2010 2011 2012 Industri Pengolahan 72.886 86.432 (18,585%) 102.327 (18,39%) 119.674 (16,952%) (sumber : Bandung dalam angka tahun 2012 )

Seperti yang telah tertera dalam SK Menperin No 19 M/SK/1986, industri pengolahan termasuk dalam klasifikasi aneka industri. Selain itu, dalam penelitian ini difokuskan terhadap para industri pengolahan berskala kecil. Industri kecil yang marak pada saat ini adalah berjenis home industry, begitu pula juga dengan kota Bandung. Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No. 9 tahun 1995 yang menyebutkan usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ) dengan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000. Kriteria lainnya dalam UU No. 9 tahun 1995 adalah milik Warga Negara Indonesia(WNI), berdiri sendiri, berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak. Seperti halnya para pengusaha home industry dalam sektor industri pengolahan sub sektor pengadaan produk kerajinan umum, yang saat ini mereka sering dijadikan rekanan bisnis oleh para pengusaha yang lebih besar, atau sering disebut mitra kerja.

Dalam konteks ini, langkah kerjasama dalam bentuk kemitraan usaha merupakan suatu strategi untuk dapat mengembangkan industri kecil dan secara moril kerjasama ini sangat diperlukan adanya dukungan yang maksimal dari pihak pengusaha besar melalui paket pembinaan, serta pola kemitraan yang tentunya dapat menguntungkan kedua belah pihak secara adil, ataupun penanggulangan

(4)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kerugian yang terjadi secara adil. Kerjasama ini tidaklah terwujud dengan sendirinya saja, akan tetapiharus dibangun dengan sadar dan terencana, baik di tingkat nasional, maupun di tingkat lokal yang lebih rendah. Begitu pula dengan adanya Gerakan Kemitraan Usaha Nasional ( GKUN )yakni wahana utama untuk meningkatkan kemampuan wirausaha nasional,karena ujung tombak dalam menghadapi era ekonomi terbuka dan perdagangan bebas adalah wirausaha nasional. Kemitraan adalah suatu sikapmenjalankan bisnis yang diberi ciri dengan hubungan jangka panjang, suatukerjasama bertingkat tinggi, saling percaya, dimana pemasok dan pelangganberniaga satu sama lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama.( Saparuddin M, Basri Bodo, 2011)

Selama ini istilah kemitraan telah dikenal dengan sejumlah nama,diantaranya strategi kerjasama dengan pelanggan (strategic customeralliance), strategi kerjasama dengan pemasok (strategic supplier alliance)dan pemanfaatan sumber daya kemitraan (partnership sourcing). Banyakprogram pemerintah yang dibuat demi majunya usaha kecil. Hal inibertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan pengusaha kecil tangguh danmodern, pengusaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat dan berakar padamasyarakat, pengusaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Kemitraan pada dasarnya menggabungkan aktivitas beberapa badanusaha bisnis, oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu organisasi yangmemadai. ( Lan Linton, 2001 : 53 ).

Jalinan kemitraan antara Industri Kecil ataupun Industri Menengah dengan pihak seperti pemerintah, usaha besar, serta pelaku usaha lain diantaranya sebagai jalan pengembangan usaha yakni peningkatan jaringan pemasaran, adopsi teknologi, dan efisiensi produksi. Terkait dengan upaya untuk menjaga hubungan kemitraan yang saling membutuhkan dan menguntungkan, pemerintah harus dapat merumuskan strategi dan kebijakan yang tepat bagi terciptanya hubungan kemitraan yang sederajat.

(5)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 1.3

Presentase Industri Kecil dan Menengah Bermitra Menurut Skala Usaha Berdasarkan Survei Khusus 2012 di Jawa Barat

Skala Utama Presentase Bermitra

Industri Menengah 27%

Industri Kecil 36%

Industri Mikro 36%

(Sumber : Peranan UMKM Jabar, 2012)

Berdasarkan hasil Survei Khusus UMKM 2012 diketahui bahwa 15,27 % pelaku usaha ( terdiri dari 36% usaha mikro, 36% usaha kecil, 27% usaha menengah, dan 1% lainnya ) melakukan kemitraan, sisanya sebanyak 84,73% tidak melakukan kemitraan usaha. Semakin kecil usaha maka kemitraan semakin dibutuhkan, terlihat bahwa skala kecil dan mikro memiliki porsi terbesar dibanding usaha skala menengah.

Tabel 1.4

Presentase Alasan Tidak Melakukan Kemitraan Menurut Skala Hasil Survei Khusus UMKM 2012

Skala Utama Tidak

Menguntungkan Tidak Ada Informasi Lainnya Besar 1.73 0.97 2.03 Menengah 13.29 11.33 17.63 Kecil 34.10 33.01 51.86 Mikro 50.87 54.69 51.86

(Sumber : Peranan UMKM Jabar, 2012)

Berdasarkan hasil Survei Khusus UMKM 2012 diketahui bahwa sebanyak 50,87% usaha mikro beranggapan bahwa menjalin kemitraan dengan pihak lain tidak menguntungkan, begitu pula dengan usaha kecil sebanyak 34,10%. Menurut Primiana ( Peranan UMKM Jabar, 2012 : 98 ) hal tersebut disebabkan oleh sistem

(6)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemasaran, sistem pembayaranyang banyak merugikan industri kecil dan menengah.

Fenomena Kota Bandung sebagai kota industri kecil yang kreatif memang pada saat ini sedang marak diperbincangkan. Lalu, bagaimana mekanisme para industri kecil tersebut dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan besar menjadi salah satu topik utama. Mekanisme kemitraan dalam hal ini terfokus pada model kemitraan dimana para pengusaha kerajinan umum tersebut menyerahkan produk mereka, seperti dompet kulit, dompet pvc, dompet pita, matras, sarung tangan kulit dan varietas produk sejenis terhadap perusahaan besar, untuk di distribusikan secara luas. Sehingga mereka para pengusaha kecil menerima pesanan produk dari pengusaha yang lebih besar. Tetapi mereka bukan hanya dapat menerima pesanan, atau menyerahkan produk mereka kepada 1 perusahaan besar saja. Para pengusaha dapat juga mencari celah lain untuk dapat mengembangkan usaha nya dengan cara memberikan contoh produk mereka kepada perusahaan besar lainnya, untuk didistribusikan lebih luas. Tetapi, seluruh barang yang mereka tawarkan kepada perusahaan besar tersebut menjadi hak mutlak perusahaan besar, dan telah menjadi hak paten produk berlabel perusahaan besar tersebut.

Sebuah kemitraan dikatakan sebagai kerjasama usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan, ini merupakan suatu landasan pengembangan usaha. Kerjasama ini tidaklah terwujud dengan sendirinya saja, akan tetapi harus dibangun dengan sadar dan terencana, baik ditingkat nasional, maupun ditingkat lokal yang lebih rendah.

Menjadihome industry atau pengusaha kecil yang menjalin hubungan kerja dengan perusahaan besar memiliki beberapa keuntungan dan juga beberapa kerugian. Keuntungan yang paling utama dimana pesanan secara kontinyu terus datang dari mitra kerja pengusaha besar, dalam penelitian ini terfokus pada 3 perusahaan besar yang menjadi induk para pengusaha kecil, PT Eiger Indo, PT

(7)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Exsport, dan PT Eksonitu sendiri. Pesanan datang terhitung per artikel, atau pesanan dari sebuaha perusahaan induk, yang kuantitas serta kualitas diminta dan ditetapkan oleh perusahaan induk tersebut. Dalam konsep kerjasama usaha melalui kemitraan ini, jalinan kerjasama yang dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Ini berarti bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengekspoitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Tetapi, konsep kemitraan tersebut seringkali berbeda dengan fenomena sebenarnya.

Kemitraan ini sendiri merupakan suatu strategi pengembangan usaha kecil, kemitraan telah terbukti berhasil diterapkan di banyak sektor, terutama sektor ekonomi. Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.

Dibawah ini merupakan daftar tabel para pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT. Ekson yang berjumlah pengusaha dengan varietas produk.

Tabel 1.5

Daftar pengusaha mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Export, dan PT. Ekson No Perusahaan ∑ Mitra Kerja

(Pengusaha Kecil) ∑ Jenis Produk ∑ Produk per artikel / tahun ∑ Tenaga Kerja PT. Eiger 17 15 281.400 189 PT. Exsport 17 7 154.600 145 PT. Ekson 15 11 104600 114 Jumlah 49 33 540.600 448

( sumber : hasil prapenelitian)

Berdasarkan Tabel 1.5, dapat diketahui bahwa terdapat 49 pengusaha kecil atau home industri mitra kerja 3 perusahaan tersebut dengan berbagai macam produk yang seluruhnya dibuat di industri rumahan masing masing para pengusaha kecil ini. Pembuatan produk tersebut tersebar di kota Bandung, yang

(8)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tentunya usaha ini memberikan manfaat terhadap para pengusaha kecil, mendapatkan laba yang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan tentu mendpatkan profit yang secara langsung dapat menjamin kelangsungan dari perusahaan kecil tersebut.

Namun, krisis ekonomi yang terjadi dalam era globalisasi ini membuat persaingan bisnis menjadi semakin tajam baik di pasar domestik (Nasional) maupun di pasar internasional (Global). Begitu pula yang terjadi pada para pengusaha mitra kerja perusahaan, yang memiliki banyak permasalahan dalam menjalankan usahanya. Permasalahan yang teranyar yakni pendapatan para pengusaha industri kecil menurun yang disebabkan kenaikan bahan baku yang tidak diiringi dengan harga jual produk terhadap para pengusaha besar (perusahaan induk mereka). Hal ini dikarenakan para pengusaha besar tidak menaikan harga beli sesuai dengan presentase kenaikan harga bahan baku, sehingga kerugian yang dialami pengusaha industri kecil lebih tinggi. Lalu, dimanakah peran kemitraan yang, sehingga kerugian yang dialami pengusaha industri kecil lebih tinggi. Dimanakah peran kemitraan yang terjalin ? Yang pada konsep awalnya merupakan sebuah hubungan yang terjalin antara pengusaha besar dan pengusaha kecil, yang tentunya berbagi secara adil keuntungan dan segala resiko kerugian.

Setelah diamati, serta dilakukannya prapenelitian, baik secara angket, ataupun wawancara, diketahui bahwa banyak sekali para pengusaha yang mengalami penurunan pendapatan, hal ini dikarenakan ketidaksesuaian model atau pola kemitraan antara konsep dengan fenomena sebenarnya. Konsep kemitraan yang mereka jalin dengan perusahaan tidak bersifat adil dalam pembagian resiko ataupun kerugian. Sehingga, model kemitraan seperti apa yang cocok dan sesuai dengan keadaan ekonomi masa kini ? Serta model kemitraan seperti apa yang dapat menguntungkan pihak-pihak yang terkait, baik perusahaan induk, perusahaan kecil dan kontribusinya terhadap perekonmian daerah dan nasional. Selain itu, yang menjadi fokus dalam penelitian adalah bagaimana model kemitraan para pengusaha tersebut berkontribusi terhadap pengembangan

(9)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

industri kecil. Dari sekian banyak model serta pola kemitraan yang digunakan, dan dipagari oleh peraturan peraturan pemerintah mengenai kemitraan, bagaimanakah mekanisme pola kemitraan dalam meningkatkan pengembangan industri kecil di Kota Bandung khususnya. Terlebih lagi, banyaknya konflik yang terjadi di organisasi, atau perusahaan yang menganut program kemitraan tentunya menghambat pengembangan industri kecil itu sendiri. Dari fakta dan argument diatas, maka penerapan model kemitraan yang seringkali diterapkan pada hubungan kausalitas antara pengusaha besar dan kecil dianggap sangatlah penting untuk kelangsungan perekonomian, terutama perekonomian Indonesia yang disokong oleh industri kecil. Sehingga, penulis tertarik untuk meneliti mengenai model kemitraan pengembangan industri kecil.

Judul yang diangkat adalah “MODEL KEMITRAAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DI KOTA BANDUNG (Studi deskriptif pada pengusaha kecil mitra kerja PT. Eiger Indo, PT. Exsport dan PT. Ekson)”.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran umum mengenai model kemitraan pada industri kecil Kota Bandung ?

2. Bagaimana efektivitas alur kerja kemitraan antara industri kecil dengan industri yang lebih besar di Kota Bandung ?

3. Bagaimana efektivitas penyediaan bahan baku industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan ?

4. Bagaimana resiko returning product industri kecil Kota Bandung dalam sebuah model kemitraan ?

5. Bagaimana efektivitas pemasaran produk industri kecil Kota Bandung dalam sebuah model kemitraan ?

(10)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa permasalahan tadi, maka ada hal yang menjadi tujuan dibuatnya penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum mengenai model kemitraan pada industri kecil kota Bandung.

2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas alur kerja kemitraan antara industri kecil dengan industri yang lebih besar di kota Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas penyediaan bahan baku industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan.

4. Untuk mengetahui bagaimana resiko returning product industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan.

5. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pemasaran produk industri kecil kota Bandung dalam sebuah model kemitraan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

a. Dari segi ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang model kemitraan pengembangan usaha industri kecil di Kota Bandung.

b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu pendidikan.

c. Dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian sejenis.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

a. Bagi pengusaha kecil ( home industry ), penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui model kemitraan pengembangan usaha industri kecil kota Bandung.

(11)

Alyn Nurul Alida, 2014

Model Kemitraan Pengembangan Usaha Industri Kecil Di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Bagi pemerintah, dapat pula sebagai pertimbangan untuk lebih mendorong usaha kecil rakyat.

c. Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan.

d. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat menambah dan mengembangkan wawasan pembaca terkait masalah pendapatandan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Selain itu sebagai referensi bagi pembaca yang tertarik dan ingin mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, tulisan ini hadir untuk mengeksplorasi proses dinamika dan pradigma penafsiran dalam pemikiran Ibn Kathi>r dan Fazlurrahman yang selama ini

Melanjutkan penelitian dengan cara melakukan identifikasi tentang masalah yang akan dibahas, berkaitan dengan sistem pendukung keputusan pemilihan Supplier

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Pemilihan respirator harus berdasarkan pada tingkat pemaparan yang sudah diketahui atau diantisipasi, bahayanya produk dan batas keselamatan kerja dari alat pernafasan yang

Identifikasi iris dianggap merupakan salah satu metode identifikasi biometrik yang ideal dan lebih stabil karena iris adalah organ internal yang terproteksi oleh kornea..

Adapun data kosa kata dialek-dialek tersebut diambil dari peneliti-peneliti lain yang sebelumnya telah meneliti bahasa tersebut, diantaranya dialek Luwu dari Wahyu (2014),

Terkait dengan hal tersebut di atas, maka telaah kurikulum menjadi salah satu parameter akademik yang senantiasa perlu dilakukan sehingga tingkat kompetensi mahasiswa

Setelah mengalami proses fermentasi maka akan terjadi perubahan pada kandungan senyawa kimia yang ada didalam nira yakni ditandai dengan menurunnya nilai derajat