• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEGMENTASI CITRA GIGI BERBASIS THRESHOLD DAN INTEGRAL PROJECTION Agus Zainal Arifin 1, Dini Adni Navastara 1, Prambhudi Lesmonoi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEGMENTASI CITRA GIGI BERBASIS THRESHOLD DAN INTEGRAL PROJECTION Agus Zainal Arifin 1, Dini Adni Navastara 1, Prambhudi Lesmonoi."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

SEGMENTASI CITRA GIGI BERBASIS THRESHOLD

DAN INTEGRAL PROJECTION

Agus Zainal Arifin1, Dini Adni Navastara1, Prambhudi Lesmonoi.1

1Fakultas Teknologi Informasi,

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, 60111, Indonesia E-mail : agusza@its-sby.edu, prambhudi@cs.its.ac.id

Abstrak Proses segmentasi pada citra x-ray gigi sangatlah bermanfaat dalam proses penggalian informasi selanjutnya, akan tetapi terdapat permasalahan dalam proses segmentasi. Hal ini disebabkan oleh adanya noise, citra yang berkontras tinggi, dan citra yang berkontras rendah. Untuk itu pada penelitian ini digunakan threshold kombinasi yang terdiri dari edge canny dan iterative thresholding kemudian dilakukan adaptive thresholding. Untuk proses pemisahan antara rahang atas dengan rahang bawah digunakan horizontal integral projection. Sedangkan untuk memisahkan antar gigi digunakan proses vertical integral projection. Sebagai uji coba digunakan dua jenis citra yaitu citra ROI panoramic dan citra bitewing. Berdasarkan hasil uji coba, pada proses horizontal projection tidak terdapat kendala untuk citra bitewing sedangkan pada citra ROI panoramic mencapai akurasi sebesar 60%. Dan rata-rata akurasi pemisahan gigi pada citra ROI panoramic sebesar 22% sedangkan pada citra bitewing sebesar 74%.

Kata Kunci: threshold kombinasi, adaptive threshold, horizontal projection, vertical projection, bitewing, panoramic..

1. PENDAHULUAN

Gigi merupakan bagian terunik dari tubuh manusia, dikarenakan gigi adalah bagian tulang yang tertanam pada rahang dan menembus pada jaringan mulut. Bagian dari gigi dapat dikategorikan menjadi dua bagian, bagian yang pertama adalah bagian yang nampak atau disebut badan gigi dan bagian yang kedua adalah akar dari gigi. Akar gigi adalah bagain dari gigi yang tertanam pada jaringan yang terdapat pada rahang.

Untuk mengetahui struktur dari gigi dan jaringan yang mengelilingi dari gigi dapat dilakukan dengan proses pengambilan citra gigi menggunakan sinar X atau Dental Radiograph. Radiograph adalah sebuah citra yang dihasilkan pada sebuah film fotografik spesial atau piringan dengan menggunakan sinar radiasi.

Dental X-Rays merupakan citra radiograph dari gigi, tulang, dan jaringan lembut disekitarnya. Dental X-Rays digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan yang menyangkut gigi, mulut, dan rahang. Citra X-Ray dapat memperlihatkan lubang pada gigi, susunan gigi yang tersembunyi, dan tulang yang seolah-olah menghilang yang tidak bisa dilihat pada saat pemeriksaan visual. Dental X-Rays juga bisa dapat dilakukan sebagai kelanjutan dan pengecekan hasil dari perawatan gigi.

Ada dua macam cara peletakan film radiography atau sensor yaitu didalam mulut (Intraoral radiographyic

views) dan diluar mulut (Extraoral radiographic views). Berdasarkan komposisi dari gigi yang dihasilkan dental X-ray dapat dibedakan menjadi beberapa bagian diantranya adalah :

1. Periapical view

Periapical view adalah pengambilan citra gigi anterior dan posterior. Bedasarkan komposisi periapical merupakan citra dari gigi pada salah satu rahang.

2. Bitewing view

Bitewing view digunakan untuk memvisualisasikan mahkota gigi posterior (gigi belakang). Bitewing adalah gambaran dari gigi yang terdiri dari rahang atas dan rahang bawah.

3. Panoramic view

Panoramic view adalah gambaran dari keseluruhan dari komposisi gigi. Mulai anterior sampai posterior baik rahang atas maupun rahang bawah.

Ada banyak cara yang digunakan untuk melakukan proses segmentasi pada Dental X-Ray. Cara yang umum adalah dengam melakukan proses thresholding pada citra Dental X-Ray. Akan tetapi metode pencarian thresholding kurang begitu signifikan dalam memisahkan antara rahang atas dan rahang bawah. Dan juga dalam memisahkan bagian pada masing-masing gigi.

Oleh karena itu dalam tugas akhir ini metode yang digunakan untuk memisahkan antara rahang atas dengan rahang bawah dapat dilakukan dengan segmentasi citra gigi berbasis threshold dan integral projection. Proses ini meliputi Thresholding kombinasi dan adaptive Thresholding, Horizontal Projection dan Vertical Projection.

2. METODE

2.1. TRHESHOLD KOMBINASI

Threshold kombinasi adalah threshold yang didapatkan dari penggabungan nilai threshold canny dan iterative thresholding.

2.1.1 Threshold Edge Canny

Edge Canny detection[4] adalah algoritma pedeteksian tepi dari suatu object. Tujuan dari pengguanaan dari edge canny detection adalah untuk mengetahu tingkat kekontrasan pada kontur gigi. Proses edge canny detection digabungkan denga proses dilasi yang dengan square constructing objek sebesar 2. Sesuai pada Gambar 2.1

(2)

(a) (b) Gambar 2.1 (a) Binary canny edge, (b) dilasi edge canny

Setelah proses dilasi, tahap selanjutnya adalah dengan melakukan proses masking dengan citra original untuk mendapatkan nilai gray pada edge. Sehingga didapatkan nilai threshold dari nilai rata-rata mask edge. Dan dapat didefinisikan sebagai berikut:

)

_

(

mask

edge

avg

T

e (2.1)

2.1.2 Algoritma Iterative Thresholding

Algoritma Iterative thresholding[3] adalah algoritma pencarian nilai thresholding dengan membagi citra menjadi dua bagian yaitu:

Region Background Regian Foreground / Object Dan dapat dituliskan sebgai berikut:

pixel

dental

j

i

dentalf

j

i

i o

_

#

)

,

(

)

,

(

(2.2)

pixel

background

j

i

f

background

j

i

i B

_

#

)

,

1

(

)

,

(

(2.3)

Keterangan:

i

0

= nilai rata-rata grayarea gigi

i

B

=nilai rata-rata grayarea background

Tingkat threshold pada langkah i + 1 diperoleh

dengan

2

1 i B i o i

T

(2.11)

Keterangan:

1 i

T

=nilai threshold dari dua area

Proses iterative thresholding akan berlanjut

sampai tidak terdapat perubahan pada kondisi

1

i

i

T

T

. Setelah tingkat threshold pada iterative

maka akan dilakukan proses masking terhadap citra

asli.

Dari persamaan 2.8 dan 2.11 maka akan

dihasilkan nilai nilai threshold yang baru. Dan dapat

2

)

(

Ti

Te

T

nes (2.12)

Keterangan:

nes

T

=nilai thresholding gabungan

(a)

(b)

(c)

Gambar 2.2 (a) Citra original, (b) Hasil thresholding (c) Hasil Masking

Hasil dari algoritma kombinasi ini bisa

ditunjukkan pada Gambar 2.2. Proses Masking

adalah proses perkalian antara citra hasil iterative

thresholding yang ditunjukkan pada gambar 2.2b.

sehingga menghasilkan citra pada Gambar 2.2c.

2.2. ADAPTIVE THRESHOLDING

Algoritma

Window

Base

Adaptive

Thresholding[2,5,6] digunakan untuk memperbaiki

citra

yang

dihasilkan

oleh

proses

Iterative

thresholding.

Operasi

adaptive

thresholding

dilakukan pada pusat jendela berdasarkan tingkat

rata – rata keabuan pixel yang tidak nol. Dengan

menggunakan ukuran jendela I xJ pixel maka

formula dapat dituliskan sebagai berikut:

pixels

nonzero

t

j

s

i

f

j

i

T

J J t I I s

_

#

)

,

(

)

,

(

2 / 2 / 2 / 2 /

(2.4)

Jika nilai tengah dari jendela adalah C(i,j) maka

' ), , ( ) , ( , 1 . , 0 '

)

,

(

i

j

Cotherwisei j T i j

C

(2.5)

3.

(a)

(b)

Gambar 2.3 (a) Citra masking threshold kombinasi, (b) hasil adaptive thresholding

4.

(3)

)

,

(

9

.

0

)

,

(

i

j

T

i

j

T

i

.

Hasil

dari

Adaptive

Thresholding pada Gambar 2.3

2.3 HORIZONTAL PROJECTION

Jika kita memperhatikan citra pada gambar

3-3b bahwa terlihat dengan jelas bahwa terdapat garis

horizontal atau garis yang hampir horizontal yang

dapat memisahkan antara rahang atas dengan rahang

bawah. Untuk memisahkan antara rahang atas dan

rahang bawah digunakan horizontal projection

dengan rumusan sebagai berikut:

n j

j

i

f

i

H

1

)

,

(

)

(

(2.6)

Horizontal integral projection[2] adalah

penjumlahan matrik citra dari baris ke m sampai

pada kolom ke n. Atau dengan kata lain

penjumlahan matrik citra dengan arah baris.

Horizontal projection bertujuan untuk mencari posisi

initial baris yang paling minimum atau global

minima yang ditunjukkan pada Gambar 2.4a yang

ditandai dengan titik merah.. Posisi baris tersebut

digunakan untuk membuat garis pembatas antara

rahang atas dengan rahang bawah.

Pada gambar 2.4b garis initial dari global

minima pada penjumlahan horizontal projection

masih memotong bagian gigi. Oleh karena masih

memotong pada bagian gigi tertentu, maka dibuatlah

garis strips bantuan setinggi 100 dari garis initial

baik dari atas maupun bawah dan lebar 20 dari

kolom pertama sampai kolom terakhir sebagaimana

Gambar 2.5a. Kemudian proses penentuan garis

pemisah pada stripse (20x100) ditentukan dengan

melakukan penjumlahan secara baris pada masing –

masing stripse. Untuk menyatukan digunakanlah

fungsi spline untuk menyatukan garis yang terdapat

pada tiap stripse. Sebagaimana pada gambar 2.5b.

(a)

(b)

Gambar 2.4 (a) Horizontal integral projection, (b) garis initial pemisah

(a)

(b)

Gambar 2.5 (a)Stripbantuan, (b) Garis pemisah rahang atas dan rahang bawah

2.4 VERTICAL PROJECTION

Untuk memisahkan tiap gigi digunakan cara

yang sama dengan pemisahan antara rahang atas

dengan rahang bawah. Pemisahan tiap gigi dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

vertical

projection[2]. Dengan rumusan sebagai berikut:

M i

j

i

f

i

V

1

)

,

(

)

(

(2.16)

Vertical projection adalah penjumlahan

matrik citra dari kolom ke n sampai baris ke m. Atau

dengan kata lain penjumlahan matik citra dari arah

kolom. Hal yang ingin dicapai pada vertical

projection adalah mencari nilai local minima pada

kurva penjumlahan kolom. Seperti pada Gambar 2.6

dan Gambar 2.7 hasil vertical projection.

Gambar 2.6 Vertical Integral projection

(4)

3. HASIL UJI COBA

Citra uji coba yang digunakan pada tugas akhir ini terdiri dari dua macam, yaitu citra Region Of Interest Panoramic dan Bitewing sesuai pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2

a. Citra ROI input

b.Hasil Crop Citra Input

Gambar 3.1 Citra ROI yg digunakan

Gambar 3.2 Citra input

Untuk data ROI panoramic pada tahap uji coba adalah 5 data. Sedangkan data bitewng digunakan sebanyak 10 data. Tahapan proses yang dilakukan pada kedua data tersebut adalah dengan melakukan proses segmentasi diawali dengan threshold kombinasi dan Adaptive thresholding, untuk memisahkan antara rahang atas dengan rahang bawah digunakan horizontal projection dan untuk memisahkan gigi digunkan vertical projection. 3.1 Uji Horizontal Projection

Uji coba yang dilakukan pada horizontal projection adalah kemampuan dalam melakukan proses pemisahan antara rahang atas dengan rahang bawah. Uji coba dilakukan pada pada 10 citra bitewing dan 5 citra ROI panoramic. Proses yang dilakukan adalah dengan melakukan proses perubahan warna, jika yang ditampilkan adalah rahang atas maka rahang bawah yang dirubah menjadi warna hitam, untuk menampilkan rahang bawah, maka rahang atas yang dirubah menjadi warna hitam. Hasil uji coba dari horizontal projection dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan Gambar 3.4

Citra Rahang Atas Rahang Bawah 1.tif

Citra Rahang Atas Rahang Bawah p3.tif Tidak

tersegmentasi

Gambar 3.4 Uji Horizontal Projection (Panoramic)

Hasil dari uji coba secara keseluruhan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Hasil Evaluasi Horizontal Projection(bitewing)

Citra Horizontal Projection

R ahang Bawah Rah ang Atas Rah ang benar Akura si per Citra(%) 1 1 1 2 100 2 1 1 2 100 3 1 1 2 100 4 1 1 2 100 5 1 1 2 100 6 1 1 2 100 7 1 1 2 100 8 1 1 2 100 9 1 1 2 100 10 1 1 2 100 Akurasi Rata–Rata 100

Tabel 3.2 Hasil Evaluasi Horizontal Projection(Panoramic) Cit ra Horizontal Projection Raha ng Bawah Raha ng Atas Raha ng benar Akura si per Citra(%) 1 1 1 1 50 2 1 1 2 100 3 1 1 0 0 4 1 1 2 100 5 1 1 1 50

Akurasi Rata –Rata 60

Berdasarkan uji coba pemisahan antara rahang atas denga rahang bawah menggunakan horizontal projection hasil terbaik pada citrabitewing.

(5)

3.2 Uji Vertical Projection

Pada uji coba vertical projection juga digunakan citra yang sama seperti pada uji coba horizontal projection. Untuk hasil vertical projection dapat dilihat pada Gambar 3.5 dan Gambar 3.6

Citra Rahang Atas Rahang Bawah 1.tif

Gambar 3.5 Uji Vertical Projection (Bitewing) Citra Rahang Atas Rahang Bawah

p3.tif Tidak tersegmentasi

Gambar 3.6 Vertical Projection (Panoramic) Berdasarkan uji coba vertical proejction hasil terbaik didapatkan pada citra bitewing.

4. KESIMPULAN

Dari hasil uji coba yang didapatkan, didapatkan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Proses segmentasi foreground dan background pada citra sinar-x gigi dapat dilakukan menggunakan threshold kombinasi (gabungan metode Edge Canny & Iterative Thresholding) dan dilanjutkan dengan adaptive threshold. 2. Berdasarkan uji coba, nilai parameter adaptive

thresholding yang optimal adalah 0,9.

3. Proses pemisahan antara rahang atas dengan rahang bawah dapat dilakukan dengan menggunakan algoritma horizontal projection dengan tingkat akurasi untuk bitewing sebesar 100% dan panoramic sebesar 60%

4. Untuk melakukan proses segmentasi pada tiap gigi dapat dilakukan dengan algoritma vertical projection. Hasil akurasi dari vertical projection untuk citra bitewing sebesar 74% dan citra ROI panoramic sebesar 22%

5. Berdasarkan uji coba sistem ini baik digunakan pada citra bitewing.

5. DAFTAR PUSTAKA

[1]. Rafael Gonzales “Digital Image Processing Using Matlab”

[2]. Omamia Nomir, Mohamed, Abdel Mottaleb “Asystem for human identification form X-ray dental radiographs”

[3]. S.Hu, E.A. Huffman, M.Reinhardt, Automatic lung segmentation for accurate quantization of volumetric X-Ray CT images,IEEE Trans. Med. Imaging 20(6) (2001) 490-498

[4]. R.Jain, R.Kasturi, B.G. Schnck, Machine Vision, McGraw-Hill Inc., New York, 1995.

Gambar

Gambar 2.2 (a) Citra original, (b) Hasil  thresholding  (c) Hasil Masking
Gambar  2.4  (a)  Horizontal  integral  projection,  (b)  garis initial pemisah
Gambar 3.2 Citra input
Gambar 3.5 Uji Vertical Projection (Bitewing)  Citra   Rahang Atas  Rahang Bawah

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder yang terdapat didalam sampel seduhan dan kombucha daun gaharu. Senyawa yang

Pada Industri Farmasi dimengertikan bahwa Budaya Organisasi cenderung dibentuk dalam rangka terciptanya hubungan dan komunikasi yang makin baik antara Karyawan dengan

• W Walaupun seran) sta2 !edis telah !endapatkan alaupun seran) sta2 !edis telah !endapatkan bre:et spesialis dari kle)iu! kedkteran bre:et spesialis dari

Permainan tersebut dapat berperan sebagai media pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar siswa untuk memperkuat konsep yang telah

Dari penelitian pengamatan krom pada limbah cair penyamakan kombinasi krom- gambir dan krom-mimosa dapat diambil beberapa kesimpulan. Penyamakan tahap I yang

Kegiatan belajar mengajar pada Madrasah Tsanawiyah (MTs) Swasta di Kabupaten Sumedang merupakan kegiatan pembelajaran yang utama guna mengantarkan siswa maupun

dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor

Kedua, tujuan adanya asas keterbukaan dalam konseling adalah agar peserta didik (klien) tidak berbohong atau berpura-pura didalam pelaksanaan konseling berjalan,