• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURATKABAR NASIONAL DAN DISEMINASI INFORMASI PEMBANGUNAN: SEBUAH ANALISIS ISI. Oleh: Sudji Siswanto* Abstract. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SURATKABAR NASIONAL DAN DISEMINASI INFORMASI PEMBANGUNAN: SEBUAH ANALISIS ISI. Oleh: Sudji Siswanto* Abstract. Abstrak"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

72 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012

SURATKABAR NASIONAL DAN DISEMINASI INFORMASI PEMBANGUNAN: SEBUAH ANALISIS ISI

Oleh: Sudji Siswanto*

Abstract

This article is the result of research regarding analysis of newspapers content that included newspaper role in disseminating information. This one focused on 1) how national newspapers emphasized local development issues in Jambi province on the basis of news frequency and length of the text, and placement of news and technic of news presentation? 2) How national newspapers emphasized local development issues in Jambi province from the category of development? By using content analysis method, and by referring to research findings and analysis results, this reseach can be concluded that national newspaper (Kompas and Media Indonesia) in the era of reformation which was beyond of govt control in regulating newspaper’s expression, realatively got involved in development-journalism activities in taking a role their function, specially pertaining surveilence function.

Keywords : newspapers, dissemination, development information

Abstrak

Tulisan ini merupakan hasil penelitian mengenai analisis isi suratkabar menyangkut perannya dalam pendiseminasian informasi pembangunan. Penelitian ingin menjawab 1) Bagaimana media suratkabar nasional dalam menonjolkan isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dilihat dari frekuensi kemunculan dan panjang luas berita, serta penempatan berita dan teknik penyajian berita ? 2) Bagaimana media suratkabar nasional dalam menonjolkan isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dilihat dari segi kategori bidang pembangunan ? Dengan menggunakan metode analisis isi, bertolak pada temuan dan hasil analisis, penelitian ini menyiimpulkan bahwa suratkabar nasional (Kompas dan Media Indonesia) dalam era reformasi yang notabene berada di luar jangkauan kendali pemerintah yang mengatur pers dalam berekspresi, secara relatif berindikasi masih melibatkan diri pada aktivitas jurnalisme pembangunan dalam rangka memerankan fungsi-fungsi yang dimilikinya, terutama berkaitan dengan fungsi pengawasan.

Kata kunci: suratkabar, diseminasi, informasi pembangunan

1. Pendahuluan

Salah satu problema penting bagi banyak negara berkembang pada awal tahun 70-an adalah berkaitan dengan bagaimana memberdayakan anggota masyarakat dalam aktivitas pelaksanaan

program pembangunan yang dirancang

pemerintah demi terjadinya peningkatan kesejahteraan di kalangan masyarakat itu sendiri. Para akademisi komunikasi dalam tradisi positivis melihat fenomena ini sebagai sebuah masalah yang dapat dipecahkan lewat pendekatan komunikasi, terutama melalui komunikasi massa. Sejak saat itu lahirlah solusi komunikasi yang lazim dikenal dengan konsep komunikasi pembangunan, dan terkait khusus dengan fenomena komunikasi pembangunan melalui pers

atau media massa tadi, dikonseptualisasikan dengan jurnalisme pembangunan.

Konseptualisasi jurnalisme pembangunan menawarkan resep tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh para jurnalis berdasarkan suatu ketentuan filosofis atau etis. Berdasarkan konseptualisasi tersebut studi-studi jurnalisme pembangunan oleh para ahli secara umum dibedakan menjadi tiga model pendekatan, yaitu model : 1) pers bebas ”Barat”; 2) komunikasi sebagai pendukung pembangunan (development support communication), dan 3) jurnalisme pembangunan sebagaimana yang dikembangkan pertama kali oleh Anggarwala.

Di Indonesia sendiri, terkait dengan tiga model tadi, pada era orde baru konsep pers

(2)

| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 73

pembangunan yang dikembangkan yakni

berdasarkan model kedua, yakni model

komunikasi pendukung pembangunan

(development support communication). Model ini mulai diperkenalkan sejak Sidang ke 25 Dewan Pers, 7-8 Desember 1984 dan disahkan dengan sebutan Pers Pancasila, yaitu pers yang orientasi sikap dan perilakunya didasari oleh nilai-nilai ideologi Pancasila dan bertanggung jawab untuk menerapkan Pancasila dan UUD 1945 dalam melakukan peliputan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat (Atmadi, 1982 : 12).

Pada masa-masa berlakunya model jurnalisme pembangunan sebagaimana dimaksud, berbagai studi telah banyak dilakukan para akademisi. Khusus menyangkut studi konten suratkabar, hasil analisis isi yang dilakukan sejumlah peneliti (misalnya Depari, 1983; Sutopo, 1983; Gayatri, 1992) diantaranya menunjukkan bahwa bagian besar isi suratkabar di Indonesia terdiri dari berita pembangunan yang sebagian besar isinya sering terkait dengan soal kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan nasional. Selain itu dari segi sumber informasi juga cenderung lebih banyak berasal dari kalangan pejabat pemerintah ketimbang dari masyarakat. Terlepas dari soal bagaimana kualitas isi komunikasi pembangunan yang disajikan suratkabar itu sendiri, dengan temuan penelitian ini setidaknya telah melahirkan pengertian bahwa isi suratkabar nasional dalam era orde baru telah merefleksikan aplikasi model jurnalisme pembangunan yang telah menjadi pilihan pemerintah ketika itu.

Pasca masa kepemimpinan orde baru, kehidupan pers nasional mengikuti main stream kepemimpinan nasional yang mengacu pada flattform reformasi, yang satu diantaranya melakukan demokratisasi yang seluas-luasnya. Poin flattform yang demikian mengkondisikan pers nasional menjadi bebas dalam berekspresi. Perangkat-perangkat yang sifatnya mengatur, misalnya seperti kebijakan pemerintah berupa development support communication, menjadi terhapus dalam aplikasi kehidupan pers. Dalam era ini pers terbebas dari pengaturan pemerintah. Sebaliknya, pers nasional ”diatur” oleh seperangkat peraturan legal yang dituangkan dalam undang-undang (pers cetak melalui UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers; pers elektronik melalui UU No. 32 Tahun 2003 Tentang Penyiaran).

Dalam ”pengaturannya”, sejumlah institusi negara yang bersifat independen juga difasilitasi oleh penyelenggara negara. Untuk masalah

penyiaran, maka didukung oleh institusi KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), sedang untuk pers cetak, didukung oleh Dewan Pers Nasional. Dengan perubahan paradigma perlakuan negara terhadap pers nasional tersebut, dengan mana pers menjadi bebas dalam berekspresi, dengan sendirinya berimplikasi pada aplikasi proses komunikasi pembangunan pada umumnya dan jurnalisme pembangunan pada khususnya.

Sejauh dapat diamati, dalam era reformasi ini, tidak atau sulit ditemui hasil-hasil studi yang memfokuskan kajiannya terhadap fenomena jurnalisme pembangunan. Namun demikian, dari hasil-hasil kajian sederhana terhadap isi suratkabar menyangkut isu-isu tertentu yang dilakukan BPPI Wilayah II Jakarta (2006), diantaranya menunjukkan kalau para sumber informasi yang dikutip suratkabar dalam pemberitaannya itu, umumnya seringkali lebih banyak menonjolkan sumber informasi dari kalangan non aparat pemerintah ketimbang aparat pemerintah. Selain itu, isu-isu kebijakan pemerintah yang mendapat penonjolan lebih bervariatif dan juga cenderung menonjolkan sisi negatif.

Berdasarkan latar belakang yang

mengindikasikan kehidupan suratkabar nasional yang notabene tidak bisa lagi saat ini ”diatur”

pemerintah dalam mengimplementasikan

jurnalisme pembangunan, maka upaya untuk mengetahui bagaimana suratkabar nasional saat ini dalam memerankan jurnalisme pembangunan melalui agenda medianya dinilai menjadi penting untuk ditelusuri. Karena itu, penelitian ini akan berupaya mempelajari bagaimana suratkabar nasional saat ini dalam memerankan jurnalisme pembangunan melalui peng-agenda-an isu tentang pembangunan, khususnya menyangkut isu tentang pembangunan di Provinsi Jambi.

Rumusan masalah penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah suratkabar nasional saat ini dalam memerankan jurnalisme pembangunan melalui peng-agenda-an isu tentang pembangunan di Provinsi Jambi ?” Rumusan ini secara operasional dijabarkan kembali menjadi, sebagai berikut: (1) Bagaimana media suratkabar nasional dalam menonjolkan isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dilihat dari frekuensi kemunculan dan panjang luas berita, serta penempatan berita dan teknik penyajian berita? (2) Bagaimana media suratkabar nasional dalam menonjolkan isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dilihat dari segi kategori bidang pembangunan ? Dengan permasalahan tersebut,

(3)

74 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

gambaran kuantitas tentang bagaimana suratkabar nasional dalam memainkan peran jurnalisme pembangunan melalui peng-agenda-an isu tentang pembangunan di Provinsi Jambi. Gambaran tersebut mencakup : 1) frekuensi kemunculan dan luas berita, serta penempatan berita dan teknik penyajian berita tentang pembangunan di Provinsi Jambi; 2) kategori bidang pembangunan yang dikandung berita. Temuan penelitian ini secara akademis diharapkan berguna dalam melengkapi informasi ilmiah khususnya yang berkaitan dengan studi komunikasi pembangunan.

2. Metolodologi

2.1. Landasan Konseptual

Sejak dekade 60-an fenomena menyangkut konsep komunikasi dan pembangunan telah menarik perhatian para pemikir di bidang komunikasi dan pembangunan, utamanya terhadap fenomena yang terjadi di negara-negara berkembang. Dalam konteks ini, Wilbur Schramm (1964 dalam Depari, 1978) memandang bahwa dalam proses pembangunan media massa dapat berperan sebagai agent of social change. Dengan peran yang demikian, menurut Depari (1978) media massa bisa membantu terjadinya proses percepatan peralihan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern, khususnya perubahan dari kebiasaan-kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap yang tanggap terhadap pembaharuan.

Secara konseptual, harapan-harapan terhadap peran media massa sebagaimana dikatakan Schramm dan Depari sebelumnya, dalam terminologi komunikasi dikenal dengan jurnalisme pembangunan sebagai salah satu bentuk dari komunikasi pembangunan, yang saat perancangannya di awal tahun 70-an aplikasinya diorientasikan untuk kepentingan negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga. Konseptualisasi jurnalisme pembangunan menawarkan resep tentang apa yang sebaiknya dilakukan oleh para jurnalis berdasarkan suatu ketentuan filosofis atau etis.Para ahli membedakan

adanya tiga model dalam jurnalisme

pembangunan tersebut, yaitu model pers bebas ”Barat”; development support communication, dan jurnalisme pembangunan sebagaimana yang dikembangkan pertama kali oleh Anggarwala.

Di Indonesia sendiri, terkait dengan tiga model tadi, pada era orde baru konsep pers

pembangunan yang dikembangkan yakni

berdasarkan model kedua, yakni model

komunikasi pendukung pembangunan

(development support communication). Model ini mulai diperkenalkan sejak Sidang ke 25 Dewan Pers, 7-8 Desember 1984 dan disahkan dengan sebutan Pers Pancasila, yaitu pers yang orientasi sikap dan perilakunya didasari oleh nilai-nilai ideologi Pancasila dan bertanggung jawab untuk menerapkan Pancasila dan UUD 1945 dalam melakukan peliputan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat (Atmadi, 1982 : 12). Model ini kemudian menjadi apkir ketika atmosfir politik di Indonesia mengalami perubahan dari sistem otoriter menjadi demokratis.

Menurut teori normatif yang antara lain menyebutkan bahwa kualitas kehidupan pers bergantung pada iklim politik di mana ia beroperasi, maka dalam kaitan perubahan atmosfir politik seperti disebutkan sebelumnya, secara relatif itu berarti berimplikasi pada aplikasi jurnalisme pembangunan yang dimainkan suratkabar nasional.

Dengan mengacu pada kondisi ideal bagi terwujudnya target jurnalisme pembangunan yang diadopsi dari teori peranan media dalam pembangunan (lihat Mc Quail, 1983 : 65), maka dalam hubungan konteks kehidupan pers nasional saat ini, implikasi tadi kiranya dapat diasumsikan kalau aplikasi pemeranan fungsi jurnalisme pembangunan oleh suratkabar nasional itu cenderung akan negatif sifatnya. Asumsi demikian tentu ditunjang oleh sejumlah kondisi real pers nasional saat ini, diantaranya: tidak adanya wadah tunggal profesi wartawan saat ini menyebabkan kesulitan dalam mengarahkan wartawan untuk mengadopsi konsep jurnalisme pembangunan; hilangnya fungsi pengaturan pemerintah terhadap pers menyebabkan pers tidak bisa lagi diarahkan untuk menerapkan jurnalisme pembangunan yang normatif.

Mencoba memahami bagaimana suratkabar nasional dalam memerankan aktivitas jurnalisme pembangunan, maka salah satu cara yang dinilai penting adalah dengan mengetahui lebih dahulu fungsi-fungsi yang dimiliki pers. Fungsi pers sendiri pada dasarnya identik dengan fungsi komunikasi massa. Littlejohn (1996) membagi fungsi komunikasi massa menjadi empat : 1) surveilence atau pengawasan 2) correlation atau korelasi ;3) cultural transmission dan 4) entertainment. Pembagian yang sama juga dilakukan oleh Wright (1988). Sementara Infante, Rancer dan Womack (1990) melengkapi fungsi dimaksud dengan fungsi mobilization.

(4)

| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 75

Kelima fungsi itu, dengan demikian secara umum menjadi acuan bagi suratkabar nasional dalam memerankan semua aktivitas jurnalistiknya. Namun berkaitan dengan aktivitas jurnalisme pembangunan, maka secara ideal peran yang dimainkan itu lebih relevan mencerminkan fungsi-fungsi surveilence dan correlation yang didukung oleh semangat fungsi cultural transmission dan terlebih lagi fungsi fungsi mobilization.

Menurut Wright (1988), fungsi surveilence sendiri berarti fungsi yang menunjukkan aktivitas pengumpulan dan distribusi informasi mengenai kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan, baik di luar maupun di dalam suatu masyarakat tertentu. Surveilence adalah fungsi komunikasi massa berupa penyampaian informasi dan berita (Littlejohn, 1996; Infante, Rancer dan Womack, 1990). Dalam kaitan pemeranan jurnalisme pembangunan, ini berarti bahwa fungsi surveilence perwujudannya berupa bagaimana suratkabar nasional melakukan aktivitas pengumpulan, pengolahan dan penyajian berita tentang peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan pembangunan. Sementara berkaitan dengan fungsi correlation, seperti dikatakan Wright (1988) meliputi interpretasi informasi mengenai lingkungan dan pemakaiannya untuk berperilaku dalam reaksinya terhadap suatu peristiwa atau kejadian. Korelasi berkaitan dengan

bagaimana media massa memilih,

menginterpretasikan dan mengkritik peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Perwujudan fungsi ini biasanya terlihat pada editorial suratkabar atau sejenisnya (Littlejohn, 1996; Infante, Rancer dan Womack, 1990).

Dalam tradisi ilmiah komunikasi, berkaitan dengan pemeranan fungsi-fungsi media massa tadi, dikenal dua model dalam upaya memahaminya, pertama model transmisi dan kedua model ritual. Model transmisi bekerja menurut tradisi positivistik dan model kedua bekerja berdasarkan tradisi interpretatif/ konstruktivis dan kritis.

Salah satu teori komunikasi yang proses bekerjanya menurut model transmisi dengan mengikuti kaidah positivist dalam memahami peran dan fungsi media tadi adalah teori agenda setting. Agenda Setting Theory tersebut digagas pertama kali oleh McCombs & Shaw pada 1972. Agenda-setting is a type of public opinion research focused, not on persuasion and attitude change, but on the salience (or prominence) of issues on the agendas of media, public or policy-makers. Dalam tradisi studi agenda setting, upaya

memahamai fenomena agenda pada ketiga subyek tadi dikenal dengan studi agenda media.

Penelitian ini sendiri tidak berupaya mempelajari kemenonjolan isu menurut agenda ketiga subyek tadi, akan tetapi, sejalan dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya, dibatasi pada upaya mempelajari

kemenonjolan isu menurut agenda media saja.

Dengan demikian, kemenonjolan isu menurut agenda publik dan agenda kebijakan, tidak dijadikan obyek analisis dalam penelitian ini.

Secara teoritis, pendekatan yang demikian dimungkinkan. Sebab, seperti dikatakan Shaw and McCombs (1977, p.12), “Agenda-setting as a concept is not limited to the correspondence between salience of topics for the media and the audience. We can also consider the saliency of various attributes of these objects (topics, issues, persons, or whatever) reported in the media.” (http://www.unc.edu/courses/2000fall/jomc245-001/agenda_setting.html).

2.2. Batasan Konsep dan Operasionalisasi

Peran adalah aktivitas pencarian, pengumpulan, pengolahan dan penyajian informasi bersifat jurnalisme pembangunan dalam format pemberitaan yang dilakukan oleh redaksi suratkabar nasional dengan mengacu pada fungsi-fungsi yang dimilikinya. Jurnalisme

pembangunan adalah aktivitas pembuatan berita

yang berkaitan dengan isu rencana, keputusan, pelaksanaan dan pengawasan dalam pembangunan yang terjadi di Provinsi Jambi. Berita adalah pemaparan tentang fakta peristiwa dan pendapat yang mengandung nilai berita. Item berita yang dianalisis terdiri dari pemberitaan yang disajikan dalam format berita (standard dan straight news), tajuk, pojok, artikel, fetures, surat pembaca dan karikatur. Berita ini diidentifikasikan menjadi sembilan kategori dengan mengacu pada Arah Kebijakan dalam GBHN Hasil Sidang Umum MPR RI Tahun 1999. Sembilan kategori ini terdiri dari : A. Bidang Ekonomi : Bidang ekonomi dimaksudkan dalam kajian inii adalah 1) pengembangan perekonomian yang berorientasi global sesuai kemajuan teknologi berdasarkan kompetensi dan produk unggulan di Provinsi Jambi, seperti pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan, pertambangan, industri kecil dan kerajinan rakyat serta pariwisata. 2) Pengembangan kebijakan industri, perdagangan, dan investasi. 3) Pemberdayaan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi. 4) Pengembangan kemitraan antara koperasi, swasta, Badan Usaha

(5)

76 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 Milik Daerah (Provinsi Jambi), pengusaha besar,

menangah, dan kecil. 5) Pengembangan ketenagakerjaan, seperti kemandirian tenaga kerja,

peningkatan pengupahan, penjaminan

kesejahteraan, perlindungan tenaga kerja, dan kebebasan berserikat. B. Bidang Pendidikan : Bidang pendidikan dimaksudkan di sini adalah 1) Upaya perluasan dan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Jambi. 2) Peningkatan jaminan kesejahteraan tenaga pendidik. 3) Pemberdayaan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah. 4) Peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh Pemerintah Provinsi Jambi maupun masyarakat. C. Bidang Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata : Bidang Kebudayaan, Kesenian, dan Pariwisata yang dimaksud di sini adalah 1) Pengembangan dan pembinaan kebudayaan daerah Jambi yang bersumber dari warisan budaya leluhur Jambi. 2) Pengembangan kebebasan berkreasi dalam berkesenian. 3) Menjadikan kebudayaan dan kesenian daerah sebagai wahana pengembangan pariwisata daerah Jambi. 4) Pengembangan pariwisata dengan menggunakan pelestarian alam dan tidak merusak lingkungan. D. Bidang Pemuda dan Olahraga : Bidang Pemuda dan Olahraga yang dimaksud di sini adalah 1) Perlindungan segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan zat adiktif, seperti Narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba). 2) Peningkatan dan pembinaan olahraga prestasi mulai sejak usia dini. E. Bidang Agama: Bidang agama dimaksud di sini adalah 1) Peningkatan kualitas pendidikan agama; 2) Peningkatan dan pemantapan kerukunan hidup antar umat beragama; 3) Peningkatan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji. F. Bidang Hukum: Bidang hukum dimaksudkan di sini adalah 1) Pengembangan budaya hukum di seluruh lapisan masyarakat Jambi; 2) Penegakkan hukum secara konsisten; 3) Mewujudkan lembaga peradilan yang mandiri, bebas dari pengaruh pihak manapun; 4) Penyelenggaraan proses peradilan yang cepat, mudah, murah, dan terbuka serta bebas dari unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); 5) Penyelesaian berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan pelanggaran hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas. G. Bidang Penyelenggara Pemerintah Daerah Provinsi Jambi: Bidang Penyelenggara Pemerintah Daerah Provinsi jambi yang dimaksud di sini adalah Peningkatan fungsi dan profesionalisme

dalam melayani masyarakat, bersih dan bebas dari

penyalahgunaan kekuasaan. H. Bidang

Komunikasi, Informasi dan Media Massa : Bidang komunikasi, informasi dan media massa dimaksudkan di sini adalah 1) Pemanfaatan peran komunikasi melalui media massa modern dan tradisional; 2) Peningkatan kualitas komunikasi diberbagai bidang melalui penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan teknologi; 3) Peningkatan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan kesejahteraan insane pers. I. Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup: Bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup dimaksud di sisni adalah 1) Pengelolaan sumber daya alam dan memlihara

daya dukungnya agar bermanfaat bagi

peningkatan kesejahteraan masyarakat Jambi. 2) Pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan. Saliency (kemenonjolan) isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dalam suratkabar nasional secara kuantitas dilihat dari frekuensi kemunculan dan luas (Cm²) penyajian berita, serta halaman penempatan berita dan format penyajian pemberitaan (berita: standard/straight news; tajuk; pojok; artikel; feature; surat pembaca dan karikatur).

2.3. Desain Penelitian dan Unit Analisis

Untuk dapat menjawab permasalahan dan mencapai tujuannya penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang mengikuti ciri pendekatan agenda setting, dengan mana terbatas pada analisis saliency isue. Suratkabar nasional yang diteliti terdiri dari tiga suratkabar ibukota yang dipilih secara purposive. Suratkabar ini terdiri dari : Kompas, Media Indonesia, dan Rakyat Merdeka. Alasan penentuan suratkabar tersebut sebagai sampel karena : 1) Keempat koran sampel tersebut berdomisili terbit di Jakarta, yakni kota aglomerasi yang notabene berpengaruh signifikan terhadap pemerintah dalam pengambilan keputusan; 2) Kompas dianggap sebagai surat kabar yang mewakili kalangan intelektual; Rakyat Merdeka mewakili kalangan masyarakat yang bebas berekspresi dalam berdemokrasi; Tempo mewakili kalangan intelektual yang sibuk, dinamis dan memiliki sedikit waktu untuk membaca, selain juga merepresentasikan Koran bebas tanpa ikatan dengan ideologi-ideologi tertentu; Media Indonesia dinilai mewakili kelompk suratkabar dari suatu golongan atau kekuatan sosial politik dengan kemampuan ekonomi menengah.

(6)

| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 77

Unit analisis untuk penelitian ini adalah suratkabar sampel yang terbit selama bulan Maret 2006. Dengan demikian sampling terbitan suratkabar tidak dilakukan di sini, tujuannya agar analisis isi tidak bias dalam merekam data tentang pembangunan di Provinsi jambi. Sementara unit terekamnya yaitu berita-berita yang memiliki ciri jurnalisme pembangunan dalam kaitannya dengan Provinsi Jambi. Pengumpulan data dilakukan oleh dua koder (tenaga fungsional peneliti BPPI Wilayah II Jakarta) dan berlangsung selama Maret 2006. Untuk menjaga konsistensi pemahaman dalam proses koding yang menggunakan lembar koding (instrumen), dua coder sebelumnya melakukan uji keandalan koding atas setiap berita yang akan dianalisis. Alat uji yang digunakan adalah rumus Holsti : R = 2 x M

N1 + N2

Nilai R yang ditetapkan sebagai patokan melanjutkan proses koding adalah sebesar ≥ 0,85.

2.4. Gambaran Umum Tentang Provinsi Jambi Pada masa awal kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Tahun 1945, Jambi masih berstatus sebagai daerah Karesidenan yang tergabung di dalam Provinsi Sumatera yang langsung berada di bawah Pemerintahan Pusat di Jakarta. Sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, Provinsi Sumatera dipecah menjadi 3 (tiga) provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Tengah, dan Provinsi Sumatera Selatan. Bersama dengan daerah Sumatera Barat dan Riau, Karesidenan Jambi masuk ke dalam bagian Provinsi Sumatera Tengah.

Pada awal pemerintahan, Kota Jambi dibentuk dengan Ketetapan Gubernur Sumatera Nomor 103 Tahun 1946 sebagai Daerah Otonom Kota Besar di Sumatera. Ketetapan Gubernur Sumatera tersebut diperkuat dengan UU No. 9 Tahun 1958 yang menyatakan sebagai Daerah Otonom dalam lingkungan Provinsi Sumatera Tengah.

Dalam perkembangannya, Daerah Otonom Kota Jambi, sesuai dengan UU No. 61 Tahun 1958 per 2 Juli 1958, bersamaan dengan pembentukan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Riau, Daerah Otonom Kota Jambi pun dibentuk menjadi Provinsi Jambi. Pada tahun itu pula atau tepatnya pada tanggal 6 Januari 1958, Kota Jambi secara resmi ditetapkan sebagai Ibu Kota Provinsi Jambi.

Provinsi Jambi terletak antara 0045’ – 2045’ Lintang Selatan dan 101010’ – 104055’ Bujur Timur. Secara geografis, Provinsi Jambi berada di bagian tengah dan Timur Pulau Sumatera dengan posisi membujur dari barat ke pantai timur. Dengan letaknya yang strategis tersebut Provinsi Jambi dapat dijadikan simpul penghubung antara lintas tengah dan timur Sumatera. Batas-batas wilayah Provinsi Jambi meliputi: Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat, dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Berhala. Luas wilayah Provinsi Jambi mencapai 53.436,52 Km2 dan secara administratif dibagi menjadi 9 (sembilan) kabupaten dan 1 (satu) kota.

Provinsi Jambi terdiri dari 9 kabupaten dan 1 kota, 89 kecamatan, 1.102 desa dan 134

kelurahan. dengan rincian, sebagai berikut :

Tabel 1

Jumlah Kabupaten/ Kota, Kecamatan, dan Kelurahan/ Desa di Provinsi Jambi

No Kabupaten Jumlah Kecamatan Jumlah Kelurahan Jumlah Desa 1 Kerinci 11 6 272 2 Merangin, 9 8 172 3 Sarolangun 8 4 110 4 Batang Hari 8 13 98 5 Muaro Jambi 7 4 120 6 Tanjung Jabung Barat 5 5 52 7 Tanjung Jabung Timur 11 20 69 8 Tebo 12 5 91 9 Bungo 10 7 118 10 Kota Jambi 8 62 - J u m l a h 89 134 1.102 Sumber : Jambi Dalam Angka, 2004.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi

Nasional Tahun 2004 Provinsi Jambi

berpenduduk 2.619.553 jiwa. Jumlah yang demikian, tingkat kepadatannya dapat dikatakan relatif tidak berbeda di hampir setiap daerah, kecuali di Kota Jambi dengan tingkat kepadatan yang sangat tinggi dibanding daerah lainnya di Provinsi jambi. (Lihat tabel 2).

(7)

78 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 Tabel 2 :

Kepadatan penduduk tahun 2004 Menurut Kab/Kota

No Kabupaten penduduk/Km2 Kepadatan

1 Kerinci 72

2 Merangin, 36

3 Sarolangun 31

4 Batang Hari 36

5 Muaro Jambi 52

6 Tanjung Jabung Barat 47 7 Tanjung Jabung Timur 37

8 Tebo 36

9 Bungo 34

10 Kota Jambi 2.205

Sumber : Jambi dalam Angka, 2004.

3. Hasil dan Pembahasan

3.1. Penonjolan Isu-Isu tentang Pembangunan Daerah di Provinsi Jambi Menurut Frekuensi Kemunculan, Luas Berita, Penempatan Berita dan Format Penyajian Berita

a. Frekuensi Kemunculan

Tabel 3

Frekuensi Suratkabar Nasional dalam Penyebarluasan Pembangunan tentang Provinsi Jambi

n = 31 hari No E d i s i Judul Berita Suratkabar Jumlah Kompas Media Indonesia Rakyat Merdeka 1 2 3 4 5 6 7 1 01-03-06

Pengadaan Buku Tersangka

Korupsi Kanwil Depag

Jambi Bertambah.

V - - 1

2 03-03-06

Menpera Pemerintah Jajagi Dana Luar Negeri Untuk Perumahan. - - V 1 3 03-03-06 Kemacetan Di Jalintim Makin Parah. - V - 1 4 04-03-06 Kayu Ilegal Di TNBD Pemeriksaan Kayu Disungai Barito Berlanjut.

V - - 1

5 08-03-06 Jambi Pimpin Klasemen V - - 1

6 14-03-06

Kejurnas Senam Persani Jambi Kirim 21 Atlet

Putra-Putri. V - - 1

7 15-03-06 Keramba Terancam

Penambangan Emas V - - 1

8 17-03-06 Jalintim Dipadati Arus

Kendaraan. V - - 1

9 17-03-06 Jalur Lintas Timur Lumpuh

Total. - V - 1

10 20-03-06 Bakrie Realisasikan

Investasi Rp. 675 M. - V - 1

11 22-03-06 Solar liar Tiga Tersangka

Pelaku Ditangkap. V - - 1 12 23-03-06 Kemacetan Jambi Palembang Bisa Berlangsung Lama. V - - 1

(8)

| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 79

1 2 3 4 5 6 7

14 24-03-06 Lintas Barat Sumatera Putus

8 Jam. - V - 1

15

25-03-06 Lalu Lintas Di Jalintim

Berangsur Lancar. - V - 1

16 27-03-06 80% Ruas Jalintim Rusak. - V - 1

17 27-03-06

a.Jalan Penghubung Jalintim dan Jalinteng Sumatera Juga Rusak.

b. Koni Jambi Tolak Mutasi.

V V - - - - 2 18 28-03-06

Kerusakan Ruas Jalintim Jambi – Riau Paling Parah di Pelalawan.

- V - 1

19 29-03-06

a. Ongkos Pengiriman Naik

100% DPR Desak

Investasi Jalintim.

b. Mereka Dipungut Biaya Tutup Kubangan. - - V V - - 2 T o t a l 11 9 1 21 Keterangan:

Kompas, Rakyat Merdeka dan Media Indonesia pada 30 Maret tidak terbit, libur Hari Raya Nyepi.

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2006.

Data di atas memperlihatkan, total frekuensi penyajian isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dari tiga suratkabar selama Maret 2006 sebanyak 21 kali. Dari jumlah ini, terbanyak disajikan di Harian Kompas (11 kali). Sedang Media Indonesia diurutan kedua dengan frekuensi 9 kali dan hanya satu kali disajikan di Harian rakyat merdeka. Dengan demikian, dari segi

frekuensi penyajian, diantara tiga suratkabar sampel terdapat perbedaan dalam hal penonjolan isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi, dengan mana Kompas lebih menonjolkan isu tersebut dibandingkan dengan dua suratkabar lainnya, Media Indonesia dan rakyat Merdeka.

b. Luas Berita

Tabel 4

Pemanfaatan Luas Halaman Berita Suratkabar

No Edisi

Suratkabar dan Luas Berita

Jumlah

Kompas Media

Indonesia

Rakyat Merdeka

Luas (Cmk) Luas (Cmk) Luas (Cmk) Luas (Cmk

F F F F 1 2 3 4 5 6 1 01 – 03 – 2006 160 - - 160 2 03 – 03 – 2006 - - 202,5 202,5 3 03 – 03 – 2006 - 36 - 36 4 04 – 03 – 2006 630 - - 630 5 08 – 03 – 2006 50 - - 50 6 14 – 03 – 2006 150 - - 150 7 15 – 03 – 2006 240 - - 240 8 17 – 03 – 2006 497,5 - - 497,5

(9)

80 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 9 17 – 03 – 2006 - 490 - 490 10 20 – 03 – 2006 - 184,5 - 184,5 11 22 – 03 – 2006 277,5 - - 277,5 12 23 – 03 – 2006 492 - - 492 13 24 – 03 – 2006 822 - - 822 14 24 – 03 – 2006 - 540,5 - 540,5 15 25 – 03 – 2006 - 188,5 - 188,5 16 27 – 03 – 2006 - 532,5 - 532,5 17 27 – 03 – 2006 240 - - 240 18 27 – 03 – 2006 170,5 - - 170,5 19 28 – 03 – 2006 - 520 - 520 20 28 – 03 – 2006 - 390 - 390 21 29 – 03 – 2006 - 426 - 426 T o t a l 3729,.5 3308 202,5 7240

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2006. Keterangan : Luas Halaman cetak per halaman Suratkabar Kompas dan Media Indonesia 1890 Cm². Sedang Rakyat Merdeka 1765,5 Cm².

Dari segi luas, penonjolan isu tentang pembangunan daerah Provinsi Jambi juga berindikasi adanya perbedaan di antara tiga suratkabar sampel. Sesuai dengan data tabel 4, diperlihatkan bahwa dari total penyajian isu seluas 7240 Cm², Kompas berkontribusi seluas 3729, 5 Cm², Media Indonesia 3308 Cm² dan Rakyat Merdeka 202,5 Cm². Dengan data ini maka dapat diartikan bahwa dari segi penonjolan luas halaman penyajian, Kompas lebih luas dibandingkan Media Indonesia dengan perbedaan seluas 421,5 Cm² dan dengan Rakyat Merdeka seluas 3527 Cm².

c. Penempatan Halaman

Tabel 5

Halaman Penempatan Berita Suratkabar

No Suratkabar Halaman Berita Jumlah 1 2 6 13 16 23 24 25 29 30 31 f f f f f f f f f f f f 1 Kompas 2 1 5 1 1 1 11 2 Media Indonesia 5 1 2 1 9 3 Rakyat Merdeka 1 1 T o t a l 5 1 2 1 1 2 1 5 1 1 1 21

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2006. Data di atas memperlihatkan, penonjolan isu pembangunan di daerah Provinsi Jambi dari

segi halaman penempatan berita, Kompas terlihat menempatkan 11 pemberitaannya pada

(10)

| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 81

enam halaman, yakni pada halaman 23, 24, 25, 29, 30 dan 31. Sementara Media Indonesia menempatkan 9 pemberitaannya pada lima empat halaman suratkabar, yakni halaman 1, 2,

6 dan 16. Sedang Rakyat Merdeka

menempatkan satu beritanya pada satu halaman, yaitu di halaman 13.

Gambaran data di atas memberikan arti bahwa dari segi jumlah halaman yang digunakan untuk menyajikan berita tentang pembangunan di daerah Provinsi Jambi, secara umum ada perbedaan diantara tiga suratkabar. Perbedaannya yaitu; bahwa Kompas lebih

banyak menggunakan jumlah halaman

dibandingkan dengan Media Indonesia (4) dan

Rakyat Merdeka (1). Ini berarti secara kuantitas Kompas lebih menonjolkan isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi ketimbang dua suratkabar lainnya. Namun dari segi kualitas, Media Indonesia tampak berindikasi lebih menonjolkan isu dimaksud dari dua suratkabar lainnya, Kompas dan Rakyat Merdeka. Berdasarkan asumsi dalam teori agenda setting, indikasi itu paling tidak dibuktikan oleh ditempatkannya berita tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi pada halaman satu Media Indonesia.

d. Format Penyajian Berita

Tabel 6

Format Penyajian Suratkabar Nasional dalam Penyebarluasan Pembangunan Tentang Provinsi Jambi

No Bentuk Penyajian Suartkabar J u m l a h K o m p a s Media Indonesia Rakyat Merdeka F % F % F % F % 1 Berita 11 52,38 9 42,85 1 4,76 21 100 2 Tajuk 3 Pojok 4 Artikel 5 Srt. pembaca 6 Karikatur 7 Features T o t a l 11 52,38 9 42,85 1 4,76 21 100

Sumber : Hasil Pengolahan data, 2006

Mengacu pada data di atas di ketahui bahwa tiga suratkabar sampel semuanya menyajikan informasi pembangunan daerah di Provinsi Jambi melalui format penyajian berita yang diwujudkan dalam format berita standar. Dengan demikian, tidak satupun berita pembangunan daerah di Provinsi Jambi yang disajikan dalam format lain, misalnya seperti features, tajuk dan lain-lain. Dengan demikian,

dari segi format tersebut, ketiga suratkabar dapat diartikan kurang berupaya menonjolkan isu pembangunan di Provinsi Jambi melalui beragam format melainkan hanya melalui satu format saja, berita standar.

(11)

82 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012

3.2. Penonjolan Isu-Isu Tentang Pembangunan Daerah di Provinsi Jambi Menurut Kategori Bidang Pembangunan

Tabel 7

Isu Tentang Pembangunan Daerah di Provinsi Jambi Menurut Kategori Bidang Pembangunan

No Bidang Pembangunan dan Pokok Masalah

Suratkabar Jumlah Kompas Media Indonesia Rakyat Merdeka 1 Bidang Ekonomi, dengan pokok masalah:

1) Pengembangan perekonomian berdasarkan kompetensi dan produk unggulan di Provinsi Jambi, seperti pertanian dalam arti luas, kehutanan, kelautan,

pertambangan , industri kecil dan kerajinan rakyat serta pariwisata.

2) Pengembangan kebijakan industri, perdagangan, dan investasi.

3) Pemberdayaan pengusaha kecil, menengah, dan koperasi.

4) Pengembangan kemitraan antara koperasi, swasta, Badan Usaha Milik Daerah (Provinsi Jambi), pengusaha besar, menangah, dan kecil.

5) Pengembangan ketenagakerjaan, seperti kemandirian tenaga kerja, peningkatan pengupahan, penjaminan kesejahteraan, perlindungan tenaga kerja, dan kebebasan berserikat. - - - - - - 1 - - - - 1 - - - - 2

2 Bidang Pendidikan, dengan pokok masalah:

1) Upaya perluasan dan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Jambi.

2) Peningkatan jaminan kesejahteraan tenaga pendidik.

3) Pemberdayaan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah.

4) Peningkatan kualitas lembaga pendidikan yang diselenggarakan baik oleh Pemerintah Provinsi Jambi maupun masyarakat. - - - - - - - - - - - - - - - - 3 Bidang Kebudayaan, Kesenian dan

Pariwisata, dengan pokok masalah:

1) Pengembangan dan pembinaan kebudayaan daerah Jambi yang bersumber dari warisan budaya leluhur Jambi.

2) Pengembangan kebebasan berkreasi dalam berkesenian.

3) Menjadikan kebudayaan dan kesenian daerah sebagai wahana pengembangan pariwisata daerah Jambi.

4) Pengembangan pariwisata dengan menggunakan pelestarian alam dan tidak merusak lingkungan. - - - - - - - - - - - - - - - -

(12)

| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 83

4 Bidang Pemuda dan Olahraga, dengan pokok masalah:

1) Perlindungan segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan zat adiktif, seperti Narkotika dan obat-obatan terlarang (Narkoba).

2) Peningkatan dan pembinaan olahraga menuju prestasi. - 3 - - - - - 3 5 Bidang Agama, dengan pokok masalah:

1) Peningkatan kualitas pendidikan agama. 2) Peningkatan dan pemantapan kerukunan

hidup antar umat beragama.

3) Peningkatan kemudahan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelaksanaan ibadah haji. - - - - - - - - - - - -

6 Bidang Hukum, dengan pokok masalah:

1)Pengembangan budaya hukum di seluruh lapisan masyarakat Jambi.

2) Penegakkan hukum secara konsisten. 3) Mewujudkan lembaga peradilan yang

mandiri, bebas dari pengaruh pihak manapun.

4) Penyelenggaraan proses peradilan yang cepat, mudah, murah, dan terbuka serta bebas dari unsur Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

5) Penyelesaian berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan pelanggaran hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas.

- 3 - - - - - - - - - - - 3 - -

7 Bidang Penyelenggara Pemerintah Daerah Provinsi jambi, dengan pokok masalah:

Peningkatan fungsi-fungsi dinas daerah Jambi dan profesionalisme dalam melayani

masyarakat, bersih dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.

4 8 - 12

8 Bidang Komunikasi, Informasi dan Media Massa, dengan pokok masalah:

1) Pemanfaatan peran komunikasi melalui media massa modern dan tradisional. 2) Peningkatan kualitas komunikasi

diberbagai bidang melalui penguasaan dan penerapan teknologi informasi dan teknologi.

3) Peningkatan peran pers yang bebas sejalan dengan peningkatan kesejahteraan insane pers.

- - - - - - - - - - - -

9 Bidang Sumber Daya alam dan Lingkungan Hidup, dengan pokok masalah:

1) Pengelolaan sumber daya alam dan

memelihara daya dukungnya agar

bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Jambi.

(13)

84 | INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 2) Pemanfaatan potensi sumber daya alam dan

lingkungan hidup dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan.

- - - -

Total 11 9 1 21

Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2006

Mengacu pada data tabel 7 di atas, diketahui bahwa dari 21 kali frekuensi penyajian berita pembangunan daerah Provinsi Jambi pada tiga suratkabar, dari segi kategori bidang pembangunan yang jumlahnya sembilan kategori, maka kategori paling banyak diberitakan adalah kategori bidang Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi,

frekuensinya sebanyak 12 kali. Kemudian secara hampir merata, terkait dengan kategori bidang pembangunan Bidang Pemuda dan Olahraga (3), Bidang Hukum (3), Bidang Ekonomi (2) dan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Hidup (1). Dengan demikian ada lima kategori

bidang pembangunan yang tidak mendapat liputan jurnalisme pembangunan dari tiga suratkabar sampel.

Mendalami temuan penelitian barusan, diketahui pula bahwa pada kategori liputan yang menonjol tadi, yakni bidang Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, maka

diketahui pula bahwa pokok masalah yang

mendapat penonjolan adalah berkaitan dengan soal Peningkatan fungsi-fungsi dinas daerah

Jambi dan profesionalisme dalam melayani masyarakat, bersih dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan. Sementara pada kategori bidang pembangunan yang relatif merata tadi, maka pada kategori bidang Bidang Hukum, pokok masalah

yang ditonjolkan adalah berkaitan dengan

masalah penegakan hukum secara konsisten. Sementara pada Bidang Ekonomi, masalahnya

adalah tentang pengembangan kebijakan industri, perdagangan, dan investasi. Sedang berkaitan dengan kategori bidang Sumber Daya

Alam dan Lingkungan Hidup, masalah yang

ditonjolkan yaitu menyangkut pengelolaan sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Jambi.

4. Kesimpulan

Seperti sudah ditegaskan sebelumnya pada bagian pendahuluan, rumusan masalah penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah suratkabar nasional saat ini dalam memerankan jurnalisme pembangunan melalui peng-agenda-an isu tentang

pembangunan daerah di Provinsi Jambi ?” Rumusan ini secara operasional dijabarkan : (1) Bagaimana media suratkabar nasional dalam menonjolkan isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dilihat dari frekuensi kemunculan dan panjang luas berita, serta penempatan berita dan teknik penyajian berita ?

(2) Bagaimana media suratkabar nasional dalam

menonjolkan isu-isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi dilihat dari segi kategori bidang pembangunan ? Berangkat dari hasil temuan dan analisis hasil penelitian menyangkut dua masalah penelitian tersebut, maka dapatlah dikemukakan hal-hal sbb. :

Berkaitan dengan permasalahan pertama, maka : 1) di antara tiga suratkabar sampel terdapat perbedaan dalam hal penonjolan isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi. Kompas lebih menonjolkan isu tersebut dibandingkan dengan Media Indonesia dan rakyat Merdeka; 2) Dari segi penonjolan menurut luas halaman penyajian, Kompas lebih luas dibandingkan dengan Media Indonesia dan Rakyat Merdeka; 3) secara kuantitas Kompas lebih menonjolkan isu tentang pembangunan daerah di Provinsi Jambi ketimbang Media Indonesia dan Rakyat Merdeka. Sedang dari segi kualitas, dibandingkan dengan Kompas dan Rakyat Merdeka, maka Media Indonesia lebih menonjolkan isu pembangunan daerah di Provinsi Jambi; 4) Kompas, Media Indonesia dan Rakyat Merdeka berindikasi kurang berupaya menonjolkan isu pembangunan di Provinsi Jambi melalui beragam format pemberitaan, melainkan hanya melalui satu format saja, yakni format berita standard.

Berhubungan dengan permasalahan kedua, maka: 1) dari segi kategori bidang pembangunan yang jumlahnya sembilan kategori, tidak semuanya mendapat penonjolan dari suratkabar, melainkan hanya lima kategori. Kategori dimaksud terdiri dari Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi; Bidang Pemuda dan Olahraga; Bidang Hukum; Bidang

Ekonomi; dan Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup. 2) Kategori pembangunan paling banyak diberitakan yaitu kategori Bidang Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi

(14)

| INSANI, ISSN : 0216-0552 | NO. 13/2/Desember 2012 85

Jambi, dengan penonjolan pokok masalah terkait dengan Peningkatan fungsi-fungsi dinas daerah Jambi dan profesionalisme dalam melayani masyarakat, bersih dan bebas dari penyalahgunaan kekuasaan.

Dengan bertolak pada temuan dan hasil analisis di atas, dapatlah disimpulkan bahwa suratkabar nasional (Kompas dan Media Indonesia) dalam era reformasi yang notabene berada di luar jangkauan kendali pemerintah yang mengatur pers dalam berekspresi, secara relatif berindikasi masih melibatkan diri pada aktivitas

jurnalisme pembangunan dalam rangka

memerankan fungsi-fungsi yang dimilikinya,

terutama berkaitan dengan fungsi surveilence. Dalam penelitian ini tidak dilakukan analisis

terhadap daerah-daerah tingkat II pada daerah tingkat I yang dijadikan obyek dalam analisis isi suratkabar. Kekurangan ini menyebabkan tidak diperolehnya informasi lengkap tentang daerah-daerah yang menjadi obyek liputan dalam aktivitas jurnalisme pembangunan yang diperankan oleh suratkabar sampel. Selain itu, juga tidak dianalisis mengenai sumber-sumber informasi yang diakomodir oleh suratkabar dalam

aktivitas jurnalisme pembangunannya.

Sehubungan dengan itu, bagi peneliti yang tertarik meneliti fenomena yang sama, disarankan untuk menyertakan variabel sumber dan variabel lokasi terjadinya pembangunan tersebut dalam penelitian berikut agar studi analisis itu dapat memberikan gambaran yang lebih komprehensif menyangkut jurnalisme pembangunan yang diperankan oleh suratkabar nasional saat ini.

REFERENSI

Atmadi, T. 1982. Development of the Indonesian

Press and Its System. Jakarta: Kumpulan

Materi Kuliah Perkembangan Pers Indonesia, Maret 1982.

Badan Pusat Statistik. 2004. Jambi Dalam Angka. Jakarta: BPS.

BPPI Wilayah II Jakarta. 2005. Kajian Isu

Kebijakan Publik. Jakarta: BPPI Wilayah II

Jakarta, Badan Litbang SDM Depkominfo.

Depari, Edward. 1978. Peranan Komunikasi

Ekonomi dan Pembangunan: Suatu Kumpulan Karangan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Departemen Penerangan RI. 1999.

Ketetapan-Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Hasil Sidang Umum MPR RI Tahun 1999.

Infante, Dominic A., Andrew S. Rancer and

Deanna F Womack. 1990. Building

Communication Theory. Illinois: Waveland

Press Inc.

Littlejohn, Steven W. 1996. Theories of Human

Communication, Belmont. USA: Wadsworth

Publishing Company, Seventh Edition. McCombs, ME, & DL Shaw. 1972. The

Agenda-Setting Function of Mass Media. Public Opinion Quarterly, 36 (Summer), 176-187),

dalam

http://www.unc.edu/courses/2000fall/jomc245 -001/agenda_setting.html.

Mc Quail, Denis. 2000. Mass Communication

Theory. London : Sage Publication, Ltd.

Wright, Charles R. 1986. Sosiologi Komunikasi

Massa. Bandung: CV Remadja Karya.

*

Sudji Siswanto

Peneliti Muda Bidang Studi Komunikasi dan Media pada BPPKI Jakarta, Badan Litbang SDM Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam paradigma baru, Pendidikan Kewarganegaraan (civic education) merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan

Konsistensi Logis (Logical Consistency) ... Pengambilan Keputusan ... Penentuan Rute Transportasi Trem di Kecamatan Somba Opu ... Persebaran dan Kepadatan Penduduk...

Puncak gerbang Keraton Kasepuhan dibuat menyerupai wadasan atau cadas, sedangkan puncak gerbang di motif batik Naga Seba berbentuk tiga daun berkelopak tiga, yang

Dalam memusatkan berbagai permasalahan yang ada dan agar tetap berfokus terhadap pokok-pokok pembahasan, pada perancangan sistem ini, dalam

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Penagihan Pajak Aktif Terhadap Penerimaan Tunggakan Pajak (Studi Kasus Di KPP Pratama Medan Timur)”

Melihat dari keempat subfokus yang dijelaskan diatas tentunya menjadi dasar dari fokus yang akan peneliti lakukan dalam pengembangan penelitian ini, adapun

Dalam rangka memfasilitasi para lulusan yang akan memasuki dunia kerja dan lulusan yang akan melanjutkan pendidikan Career Development Center Universitas Indonesia

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap rencana kerja anggaran maupun realisasi penggunaan anggaran DBHCHT dari beberapa daerah penerima masih menunjukkan