• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perpustakaan Sebagai Wahana Berbagi Ilmu. Pengetahuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perpustakaan Sebagai Wahana Berbagi Ilmu. Pengetahuan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

Perpustakaan Sebagai Wahana Berbagi Ilmu

Pengetahuan

Teguh Yudi Cahyono

Abstrak :

Perpustakaan dituntut untuk mampu menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru secara kontinu agar terus dapat eksis. Internet merupakan hal yang sangat penting bagi perpustakaan karena aktifitas layanan, produk serta jenis koleksi diolah dalam dalam bentuk serba digital. Dengan Internet, sumber informasi elektronik yang tak terhingga banyaknya dapat saling terhubung, dan dimanfaatkan oleh pemustaka digital. Ledakan informasi sebagai cambuk bagi perpustakaan agar mampu membuat program yang berfungsi untuk memudahkan pengguna dalam mengakses koleksi digital atau men-transformasi informasi.

Kata Kunci : Perpustakaan, Website, Internet

Seiring kemjuan jaman dan teknologi informasi yang terus berkembang, hanya sekedar memaksimalkan pengetahuan yang dikoleksi oleh perpustakaan tidak lagi efektif. Perpustakaan dituntut untuk mampu menciptakan pengetahuan-pengetahuan baru secara kontinu agar terus dapat eksis. Hal ini menjadi dasar utama mengapa berbagi pengetahuan begitu penting dalam sebuah perpustakaan. Perpustakaan dapat mengelola knowledge sharing menjadi sebuah aset yang nantinya akan memberikan nilai lebih bagi perpustakaan.

Portal/web perpustakaan

Website perpustakaan dibangun untuk memberi layanan online kepada pemustaka. Namun, selain memberi layanan, desain website perpustakaan harus memperhatikan varian layanan yang baik dan benar agar tujuan membangun website tercapai. Pada halaman website perpustakaan diberikan banyak pilihan layanan yang dibutuhkan pemustaka.

Apa yang ingin dicapai dari web perpustakaan? Untuk keperluan apa tujuan menggunakan situs? apakah untuk memperkenalkan layanan? atau hanya sekedar

(2)

2 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

memberi informasi! apa saja keuntungan bagi pengunjung situs? Situs harus Menarik. Situs membosankan ditemui kurangnya warna, kurangnya variasi pada teks serta ukuran heading, atau halaman tersebut terlalu ramai dan dengan warna yang tak sesuai komposisi, atau mungkin terlalu banyak font dengan berbagai ukuran.

Tips membangun situs perpustakaan antara lain adalah :

1. Jangan Menempatkan semua informasi dalam 1 halaman. Pengaturan yang rapi terhadap isi sangat diperlukan. Jangan menjejali satu halaman dengan berbagai macam informasi yang berlebihan.

2. Menata isi dengan cerdas. Isi situs merupakan hal yang penting. Jika memiliki informasi yang harus dilihat oleh pengunjung, jangan menguburnya dalam halaman yang tersembunyi, buatlah informasi penting sejelas dan semudah mungkin untuk dicari. 3. Membut sketsa arus informasi pada kertas. Cara ini sangat membantu jika memiliki kesulitan dalam memvisualisasikan informasi. Mulailah dengan homepage dan lanjutkan dengan halaman-halaman berikutnya. Tampilan ini bisa membantu melihat isi yang ingin dihadirkan, menatanya lebih jelas serta menghindari penataan ulang besar-besaran saat membangun situs tersebut.

4. Menguji situs secara keseluruhan. Ujilah situs dengan sebanyak mungkin browser, dan pada platform yang berbeda serta kecepatan modem yang berbeda pula.

Ukuran kualitas dihasilkan dari kekhasan atribut pada tampilan Web perpustakaan, sebagai sebuah sarana penyampai informasi, dan harapan para pemustaka digitalnya. Untuk maksud tersebut maka kriteria situs perpustakaan agar berkualitas adalah sebagai berikut :

1. Kecepatan akses. Kecepatan dalam memperoleh informasi dan download adalah kriteria desain utama yang harus dipenuhi. Sebaiknya halaman web cepat muncul ketika di-klik. Tatalah Isi dengan sebaik-baiknya. Dan apabila situs terdapat banyak halaman misalnya lebih dari 100 halaman (link), maka penggunaan komponen pencarian (search) sangat diperlukan untuk mempermudah dan mempercepat pencarian isi atau informasi yang dimaksud

2. Membuat betah pemustaka digital. Caranya dengan membuat berbagai informasi di web yang menarik pengunjung untuk tetap mengunjungi web perpustakaan. Menjadikan website menjadi suatu kebutuhan informasi bagi mereka. Membuat tulisan

(3)

3 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

enak dibaca, adalah salah satunya. Sekiranya harus memajang gambar, maka gambar itu dapat memberikan pesan, dan kesan yang tepat.

3. Memiliki tujuan yang jelas, Isi halaman web harus relevan. Maksud dan tujuan dari halaman web harus tercermin dalam halaman isi web. Web harus memberikan cukup informasi bagi kepentingan semua stake holder.

4. Tepat waktu. Jika homepage menyebutkan sebagai media informasi mingguan atau bulanan, jangan lalai untuk memperbaharui tepat waktu. Sebab, pada kunjungan berikutnya, ketika pemustaka digital mengira akan menemukan informasi yang sudah di-update dan ternyata belum, maka ia akan enggan untuk membuka website perpustakaan. Mengganti isi homepage tak harus mengubah desain secara total. Jangan sampai terjadi memuat informasi yang basi.

5. Menjaga eksistensi akses. Usahakan web jangan sempai macet, sehingga pemustaka digital tidak kecewa. Usahkan web yang dibangun bisa ditempatkan pada web server atau ISP yang handal. Istilah “24×7” adalah perihal kesiapan layanan sepanjang 24 jam sehari, dan 7 hari seminggu. Perlu memiliki lebih dari satu server untuk menyimpan database yang kuat.

6. Mudah diakses. Informasi yang ada di Web mesti gampang diakses, berbagai informasi yang disajikan mesti di-link-kan dengan sejumlah sumber seperti banner, email, dan search engine serta direktori yang bisa dipakai untuk titik simpul guna menuju alamat dimana halaman Web perpustakaan berada. Usahakan agar halaman web mudah dicari melalui sejumlah situs pencarian terkenal, seperti google. Jangan lupa untuk mengiklankan halaman web.

7. Aman. Website perpustakaan sudah memiliki strategi untuk menangani isu-isu hak cipta. Juga, tatkala ingin memperoleh masukan dari pemustaka digital, maka harus menyediakan sarana enkripsi, penyandian yang baik. Karena isu pengamanan jaringan adalah sesuatu yang sangat penting, maka perlu kerjasama dengan pihak penyelenggara (provider).

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para pengelola web agar situs web selalu menjadi rujukan situs web lain sehingga mampu meningkatkan popularitas link-nya. Menurut Widexl (2006), cara yang dapat dilakukan adalah: (1) mendaftarkan situs ke dalam direktori internet, (2) meminta pemilik web lain agar link ke web yang dikelola, dan (3) melakukan pertukaran link dengan pemilik web lain.

(4)

4 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

Wikipedia (2006) memberikan beberapa strategi untuk meningkatkan popularitas link, yaitu:

1.Link sebaiknya dilakukan dari halaman serambi ke semua sub halaman, sehingga mesin pencari dapat mentransfer popularitas link ke sub halaman.

2. Teks yang sesuai dengan kata kunci relevan sebaiknya digunakan dalam link teks yang menunjuk ke halaman dalam suatu situs. Secara teknis, cara ini dapat membantu hubungan link.

3. Mendapatkan link dari situs lain terutama situs dengan PageRank sebagai sarana promosi. Pengelola web harus mencoba mendapatkan link dari situs penting yang memberikan informasi atau produk yang sesuai atau sinergis dengan situs yang dikelola. Pengelola web juga perlu meyakinkan mitra link yang potensial dan pemustaka digital tentang keuntungan dari situs web perpustakaan.

4. Link yang sejalur umumnya dinilai lebih dari pada link yang saling berbalasan. 5. Mendaftarkan situs kepada satu atau lebih direktori terkenal seperti google dll.

6. Melakukan link hanya ke situs yang dapat dipercaya, yakni situs yang tidak menggunakan teknik pengiriman e-mail anonim (spam)

7. Tidak berpartisipasi dalam program pertukaran link atau kelompok link jika mesin pencari akan mengikat situs-situs yang berpartisipasi dalam program tersebut.

Churchill (2006) memberikan tips untuk meningkatkan popularitas Link :

1. Meyakinkan bahwa situs yang dikelola profesional, memiliki isi (content) yang baik, dan mudah dinavigasi. Situs sudah benar dan siap serta tidak ada halaman yang kosong. 2. Mempersiapkan waktu untuk membangun link serta merencanakan jadwal kegiatan dengan matang.

3. Menentukan tujuan yang jelas dan realistis. Hasilnya mungkin tidak segera dapat terlihat sehingga perlu kesabaran dan kreativitas, karena membangun link cukup sukar dan memerlukan waktu yang lama.

4. Membangun dukungan bersama pembuat kebijakan dengan memberikan penjelasan tentang konsep pembangunan link dan keuntungan yang dapat diperoleh.

5. Menentukan situs-situs lain yang diminta link, serta mencari situs yang tidak bersifat kompetitif dalam subjek yang sama.

(5)

5 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

6. Mengupayakan agar situs yang di-link dapat menerima situs kita. Kode link yang akan digunakan harus semudah mungkin berdasarkan kode HTML yang tepat, kemudian didaftarkan pada direktori, seperti Open Directory, Yahoo, LookSmart, Zeal.com, Joeant.com, dan Business.com.

Dengan meningkatnya popularitas link maka situs web perpustakaan akan diminati dan dijadikan rujukan oleh situs web lain karena kualitas informasi dan layanan yang disediakan dapat memberikan manfaat dan kepuasan bagi pemustaka digital. Dengan demikian, pikiran, upaya, tenaga, dan dana yang telah diinvestasikan tidak sia-sia serta eksistensi dan kompetensi suatu situs web mendapat pengakuan di lingkup nasional dan internasional. Popularitas link berdampak pula pada pemanfaatan bersama informasi dan kerja sama layanan informasi. Popularitas link sangat penting termasuk dalam rangka pemasaran dan pemanfaatan bersama informasi. Oleh karena itu, proses pembinaan link perlu mendapat prioritas utama sebagai suatu investasi jangka panjang demi meningkatkan link saat ini dan kepastian peringkat sarana pencari informasi yang baik di masa mendatang.

Jaringan Internet sebagai infrastruktur

Internet adalah sistem komputer yang saling berhubungan, sehingga memungkinkan komputer yang kita miliki dapat bertukar data, pesan, dan file-file dengan berjuta-juta komputer lain yang berhubungan ke Internet. Bahwa berbicara tentang Internet objeknya adalah komputer, jaringan dan perangkat lainnya (hardware dan software).

Jaringan komputer tersedia dalam berbagai format, namun ada dua jenis yang utama yaitu Local Area Network (LAN) dan Wide Area Network (WAN). Local Area Network biasanya terbentuk dengan menghubungkan beberapa komputer yang berdekatan, yang berada pada suatu ruangan atau gedung dengan menggunakan kabel sebagai penghubungnya. Sedangkan Wide Area Network adalah format jaringan di mana suatu komputer dihubungkan dengan yang lainnya melalui sambungan telepon. Data dikirim atau diterima dari suatu komputer ke komputer lainnya lewat sambungan telepon. Konektor suatu komputer dengan telepon adalah menggunakan modem.

(6)

6 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

Kehadiran teknologi informasi seperti Internet dan multimedia telah merubah konsep dasar maupun peran perpustakaan . Konsep layanan perpustakaan yang secara konvensional menekankan penyediaan akses ke informasi yang dimiliki, kini dengan Internet berubah ke arah konsep tanpa harus memiliki. Konsep perpustakaan yang selama berabad-abad menjadi pengelola informasi berbasis cetak (paper-based), kini dengan Internet dapat menjadi pengelola informasi elektronik.

Dengan Internet, mungkin puluhan ribu perpustakaan atau pusat informasi yang memiliki sumber informasi yang tak terhingga banyaknya dapat saling terhubung, dan dapat dimanfaatkan oleh ratusan juta pemustaka digital yang terdiri dari individu atau organisasi. Ketersambungan antara berbagai perpustakaan melalui Internet ini, membentuk suatu sistem informasi yang maha besar, yang sering disebut perpustakaan virtual. Keberadaan Internet adalah suatu hal menarik yang harus dimanfaatkan dengan baik oleh para pustakawan untuk meningkatkan mutu layanan. Fenomena baru ini akan mengubah prinsip layanan yang selama ini dianut oleh perpustakaan yakni memperkaya koleksi dan memperbanyak pemustaka untuk datang ke perpustakaan.

Sumber literasi eletronik sangat mudah dimanfaatkan secara gratis oleh pemustaka. Selain informasinya dapat diperoleh dengan cepat, proses akses informasinya merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kendala terhadap masalah pendanaan, pengadaan buku, majalah, dan informasi lain yang dibutuhkan oleh perpustakaan.

Fasilitas Internet Gratis di perpustakaan

Internet berdampak positif terhadap perkembangan perpustakaan. Internet memunculkan suatu pandangan baru dalam layanan perpustakaan. Internet memberikan banyak kemudahan bagi perpustakaan dalam melaksanakan tugas dan misinya. Sekalipun internet memberi perubahan kepada konsep dasar pengolahan dan layanan perpustakaan, namun internet tidak akan menghilangkan keberadaan perpustakaan, bahkan tidak akan dapat menghilangkan atau menggantikan media cetak, akan tetapi justru sebaliknya, dengan kehadiran internet keberadaan perpustakaan sebagai penyedia, pengolah dan penyebar informasi semakin eksis dan kuat.

(7)

7 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

Saat ini, Perpustakaan di Indonesia yang menyediakan layanan Internet rata – rata menggunakan tiga layanan untuk layanan akses internet yaitu: (1) Web Perpustakaan itu sendiri, merupakan layanan internet khusus untuk layanan referensi berbasis web (2) Layanan Wifi; (3) Layanan Komputer Perpustakaan.

Pemanfaatan Internet di perpustakaan masih belum optimal. Internet hanya digunakan untuk melakukan seleksi buku dan jurnal. Sedangkan untuk kegiatan teknis lain, seperti pengolahan bahan pustaka, pustakawan menggunakan internet hanya untuk menentukan subjek dan notasi klasifikasi. Sebagian besar pustakawan paling banyak menggunakan E-Mail dan Web untuk penelusuran dan penyebaran informasi. Internet merupakan hal yang sangat penting bagi perpustakaan, Perpustakaan di era globalisasi dewasa ini serba digital, aktivitas dan produk serta macam koleksi yang dimilikinya diolah dalam dalam bentuk serba digital.. Untuk memanfaatkannya, maka pemustaka dan pustakawannya pun harus mampu menggunakan komputer dan internet. Tanpa menguasai semuanya itu , pemustaka akan ketinggalan dan sulit melakukan pemanfaatan layanan serta fasilitas. Pustakawan era global, yang tepatnya kita kenal dengan perpustakaan digital. Dengan demikian kemampuan dan profesionalisme pustakawan sangat menentukan dalam melaksanakan kiprahnya di dunia perpusdokinfo era global.

Digitalisasi Koleksi Perpustakaan

Informasi dapat dikatakan sebagai suatu komoditi atau kekuatan, dimana informasi menjadi sebuah kebutuhan pemustaka untuk dapat selalu mengikuti perkembangan yang terjadi. Sudarsono (2006 : 337) mengatakan bahwa orang yang melek informasi merupakan orang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan. Oleh karena itu, dengan ledakan informasi tersebut maka seorang pustakawan harus mampu membuat program yang berfungsi untuk memudahkan pengguna dalam mengaksesnya seperti digitalisasi atau transformasi informasi dari bahan pustaka buku menjadi bahan pustaka non buku (digital).

Ada beberapa tahap dalam melakukan proses konversi digital. Menurut Beagrie and Greenstein 1998 dalam Lee (2001:8) istilah ini dikenal dengan siklus digitalisasi. Berawal dengan identifikasi kategori, menghimpun / mengumpulkan koleksi,

(8)

8 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

digitalisasi, pengatalogan, pengelolaan dan terakhir pendistribusian. Berikut ini tahapannya :

1. Identifikasi Kategori

Penetapan kategori dari pemilihan informasi harus dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan yang dapat mewakili kepentingan berbagai sektor. Setelah penetapan kategori tersebut dipilih maka harus melihat pada hak cipta. Apakah dilindungi oleh hak cipta? Jika iya maka kita harus mendapat ijin dari pemilik hak cipta tersebut

2. Menghimpun / Mwngumpulkan Koleksi

Kemudian menghimpun /mengumpulkan koleksi yaitu dengan menyiapkan akses ke koleksi digital.

3. Digitalisasi

Melakukan digitalisasi / proses digital. Pengalihmediaan informasi dari berbagai jenis media dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam alat perekam, poses yang paling sederhana adalah dengan memakai bantuan alat perekam / scanner atau kamera digital untuk menghasilkan gambar elektronik (bitmap images)

4. Pengatalogan

Agar informasi tersebut berupa data yang telah direkam dan dapat ditelusuri kembali maka diperlukanlah metadata. Metadata dapat diartikan sebagai data tentang data yang mempunyai kemampuan dalam menemukan suatu sumber, menunjukkan lokasi data / dokumen serta memberikan ringkasan tentang apa yang perlu dimanfaatkan. Terdapat 3 hal yang diperlukan dalam pembuatan metadata untuk sebuah informasi, yaitu penyandian (encoding), pembuatan deskripsi untuk paket informasi dan paket preservasi dan penyediaan akses untuk deskripsi tersebut.

5. Pengelolaan

Tahap pengelolaan informasi digital dapat dilakukan oleh pemrakarsa, pembuat peraturan, pembuat / pencipta, pemilik hak cipta, penyandang dan, pendukung, pembaca dan konsevator

6. Pendistribusian

Tahap akhir dari proses digitalisasi ini adalah tahap pendistribusian. Sistem pendistribusian informasi digital dapat dilakuakan melalui situs web dari masing-masing perwalian atau dari badan/asosiasi yang menjadi pusat pengelolaan kandungan informasi lokal. Informasi yang dilayankan dapat berupa teks dan gambar

(9)

9 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

Pada kondisi tersebut perpustakaan dituntut untuk mampu menyeleksi apa yang relevan dan tidak relevan untuk dibaca dan didiskusikan. Kelahiran dan pertumbuhan jurnal merupakan upaya kaum ilmuwan untu memastikan agar para peneliti dapat saling bertukar pikiran tentang temuan-temuan mereka. Isi jurnal dianggap memiliki otoritas yang sah sebagai wacana sebuah bidang ilmu tertentu. Sementara dewasa ini telah banyak bermunculan jurnal-jurnal elektronik diberbagai disiplin ilmu.

Jika perpustakaan ingin menghimpun informasi yang terletak di luar maka harus siap melakukan koneksi dengan berbagai sistem koputer yang digunakan berbagai institusi. Sistem-sistem itu harus memungkinkan untuk pertukaran data dalam kondisi kekinian (real time). Untuk itu perpustakaan harus memperhatikan 6 (enam) macam kesepakatan sebagaimana diulas oleh Tedd dan Large, yaitu :

1. Tecnical interoperability (kesepakatan Teknis), yaitu kesamaan dalam penggunaan prosedur dan mekanisme perangkat keras, lunak, protokol komunikasi, transpor data, tata cara penyimpanan dan pembuatan indeks, dan lain-lain.

2. Semantic interoperability (kesepakatan semantik), standart penggunaan istilah dalam pengindeksan dan temu kembali.

3. Political/human interoperability (kesepakatan politik) : keputusan untuk berbagi bersama dan bekerjasama.

4. Intercomunity interoperability (kesepakatan antar komunitas pemakai) : kesepakatan untuk berhimpun antar institusi dan beragam displin ilmu.

5. Legal interoperability (kesepakatan hukum) peraturan perundang-undangan tentang akses ke koleksi digital, termasuk soal hak intelektual.

6. International interoperability (Kesepakatan Internasional) standart yang memungkinkan kerjasama internasional, kemungkinan lembaga negara lain memiliki spesifikasi, prosedur, teknis dan hukum yang berbeda. (Pendit, 2007:148, 285).

Kedua praktek lama kepustakawanan ini (union Catalog dan resource sharing) adalah pondasi bagi perpustakaan digital. Namun karena perkembangan teknologi yang begitu cepat, maka praktek lama tersebut harus dikembangkan lebih luas lagi. Saat ini tidaklah cukup bertukar data katalog, tidak pula cukup hanya menggunakan sistem informasi untuk mendata peminjaman antar perpustakaan. Potensi teknologi telematika memungkinkan berbagai lembaga bertukar data, informasi, pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu tentunya kepustakawanan harus mengubah berbagai cara pikir

(10)

10 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang

dan praktek kerja agar dapat menciptakan berbagai kesepakatan sebagaimana dibahas diatas.

Jika berbagai perpustakaan digital Perguruan Tinggi Indonesia bermaksud menfasilitasi pemanfaatan sumberdaya secara bersama-sama (resource sharing), maka dua hal yang mutlak harus dikembangkan adalah katalog induk melalui internet (Online union catalog) yang terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu : Katalog Koleksi Buku dan Katalog Koleksi Muatan Lokal (tesis dan desertasi). Dimana keduanya memberikan informasi dasar mengenai data bibliografi, lokasi, dan ketersediaan. Langkah selanjutnya yang dapat dikembangkan setelah adanya Online union catalog adalah mengupayakan ketersediaan informasi yang meluas agar terjadi komunikasi ilmiah yang intensif dan saling menguntungkan diantara civitas akademika. Penyediaan abstrak bagi koleksi karya penelitian, tesis, dan disertasi dalam digital yang dapat diakses bersama, tentunya akan memberikan kemudahan dan peningkatan jasa pinjam antar perpustakaan (interlibrary loan). Namun tetap harus diingat akan perlunya kesepakatan-kesepakatan (interoperobelity) dalam hal pertanggungjawaban pemustaka, hak mengunduh (download) koleksi digital, dan tata cara pengiriman (document delivery).

Penutup

Perpustakaan sebagai wahana berbagi ilmu pengetahuan, melalui situs perpustakaan yang dapat memberikan layanan online kepada pemustaka. Situs perpustakaan yang baik mempertimbangkan kecepatan akses, membuat betah pemustaka digital, mudah diakses, dan aman. Keberadaan situs perpustakaan harus dimanfaatkan dengan baik untuk meningkatkan mutu layanan, memperkaya koleksi dan memperbanyak pemustaka. Untuk menunjang layanan perpustakaan digital, pihak perpustakaan perlu menyediakan fasilitas internet gratis bagi pemustaka, misalnya saja dengan fasilitas free wifi yang berada di areal sekitar perpustakaan. Perpustakaan dapat melakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mengupayakan ketersediaan informasi yang meluas agar terjadi komunikasi ilmiah yang intensif dan saling menguntungkan bagi pemustaka.

(11)

11 Teguh Yudi Cahyono, S.I.Pust

Pustakawan Universitas Negeri Malang DAFTAR PUSTAKA

Allen, Douglas W., Johnson, Steve; Sudarsono [alih bahasa] (1997). Pedoman belajar Internet = The Learning guide to the Internet. Jakarta: Elex Media Komputindo.

B.Mustafa. (2013). Perubahan Paradigma Layanan Perpustakaan Memasuki Era Teknologi Informasi. Jakarta: jurnal Pustakawan Indonesia URL http://portalgaruda.org Chowdhury, GG. 2004. Introduction to Digital Libraries. London : Facet Publiching. Development of Digital libraries : an Amirican Perspective. 2001. Edited by Deanna B.Marcum. London : Greenwood Press.

Hartono. (2002). Dampak Teknologi Informasi Terhadap Penyebaran Informasi di Masyarakat dalam Visi Pustaka, Vol. 07 No. 02 Desember 2002. Tersedia: http://www.pnri.go.id/MajalahOnlineAdd.aspx?id=100

Pendit, Putu Laxman. 2007. Perpustakaan Digital : perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.

Saefudin, A. (1999). Pemanfaatan Sumber Informasi Elektronik di Internet oleh Perpustakaan. jakarta: Puslitbang PDII-LIPI. From Jurnal Pustakawan Indonesia URL

http://portalgaruda.org

Sitompul, Darwin (1997). Perkembangan Internet. Medan: Puskom USU. URL repository.usu.ac.id

Surachman, Arif. 2007. Membangun Koleksi Digital. http://www.arifs.staff.ugm. ac.id/mypaper/Dig_coll_Building.doc.

Wahono, Romi Satria. 2006. Teknologi Informasi untuk Perpustakaan: Perpustakaan Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan.1http://72.4.235.104 /search?q=cache:x6xx8yjPlwAJ:www.ilmukomputer.org/wpcontent/uploads/2006/09/ro mi-otomasiperpustakaa

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Cedera radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan proses yang mempunyai pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera jaringan berupa degenerasi (kemunduran)

Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini, misalnya penanganan garansi

Peraturan Bupati Kabupaten Kebumen Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Da erah Kabupaten Kebumen Tahun

Universitas Negeri

yang digunakan oleh guru agar penerapan metode tersebut dapat berjalan.. dengan

(Ijtihad). Metode pendekatan masalah yuridis-normatif, jenis penelitian normative, dan tipe penelitian deskriptif analitis, dengan analisis secara kualitatif. Hasil temuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang pengaruh motivasi, toleransi akan risiko dan kebebasan bekerja terhadap minat berwirausaha pada