• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI STATISTIK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Penghitungan Nilai Tukar Petani menggunakan tahun dasar 2012=100 dimana pada bulan Juli 2015 tercatat Nilai Tukar Petani Padi & Palawija (NTPP) sebesar 101,63; Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 98,61; Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 95,17; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 115,96 dan Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) 102,78. Nilai Tukar Petani Perikanan (NTNP) dirinci menjadi NTP Perikanan Tangkap (NTN) tercatat 108,86 dan NTP Perikanan Budidaya (NTPi) tercatat 92,92. Secara gabungan, Nilai Tukar Petani Provinsi NTB sebesar 103,86 yang berarti NTP bulan Juli mengalami peningkatan 0,55 persen bila dibandingkan dengan bulan Juni dengan Nilai Tukar Petani sebesar 103,29.

Nilai Tukar Usaha Pertanian Provinsi NTB yang diperoleh dari hasil bagi antara indeks yang diterima petani dengan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM), pada bulan Juli 2015 tercatat 108,98 yang berarti mengalami peningkatan 1,00 persen dibandingkan bulan Juni dengan Nilai Tukar Usaha Pertanian 107,90.

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Juli 2015, terdapat 22 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 11 provinsi mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sultra yaitu sebesar 1,57 persen, dimana indeks harga yang diterima meningkat hingga 1,67 persen, sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau yaitu sebesar 1,56 persen, dimana indeks yang diterima petani menurun sebesar 1,23 persen.

Pada bulan Juli 2015, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 0,89 persen. Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 6 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Sandang (2,76 %), Bahan makanan (1,38 %), Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga (1,08 %), Perumahan (0,42 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,27 %) dan kelompok Transportasi & Komunikasi (0,05 %). Sedangkan kelompok Kesehatan mengalami penurunan 0,20 %.

No. 51/08/52/Th.VIII, 3 Agustus 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

MENURUT SUB SEKTOR BULAN JULI 2015

BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

(2)

2

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada 8 Kabupaten di Provinsi NTB, terjadi NTP yang berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Juli 2015 dengan tahun dasar (2012=100) NTP Provinsi NTB berada di atas 100 ( tercatat 103,86 ) yang berarti petani mengalami peningkatan daya beli, karena kenaikan harga produksi relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga input produksi dan kebutuhan konsumsi rumah tangganya.

Grafik 1

NTP Provinsi NTB Januari 2014 – Juli 2015 (2012=100)

NTP bulan Juli 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,55 persen bila dibandingkan dengan NTP Juni 2015 yaitu dari 103,29 menjadi 103,86. Hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,29 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks harga yang dibayar petani yaitu sebesar 0,73 persen. Disamping itu, Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,89 persen dan 0,28 persen.

Dari Tabel 1 nampak bahwa pada bulan Juli 2015 kemampuan daya beli petani di Provinsi NTB pada 3 subsektor berada di atas 100 (cukup baik) yang terdiri dari subsektor Peternakan (115,96), subsektor Perikanan (102,78) dan subsektor Tanaman Pangan (101,63). Sedangkan subsektor lainnya memiliki kemampuan daya beli yang rendah atau NTP di bawah 100 yaitu subsektor Hortikultura sebesar 98,61 dan subsektor perkebunan rakyat sebesar 95,17.

100,18 99,75 99,67100,03 99,33 98,96 99,59 100,13 99,72 99,56 100,8 100,4 99,92 101,38 101,97102,23 101,15 102,39 103,29 103,86 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 Nilai Tukar Pe tani TAHUN

(3)

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Subsektor Juli 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Juni 2015 Juli 2015

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 118,41 119,99 1,33

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,14 118,06 0,79

c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 101,08 101,63 0,54

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 118,80 117,46 -1,13

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,04 119,11 0,91

c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 100,65 98,61 -2,02

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 110,38 113,36 2,70

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,35 119,12 0,65

c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 93,26 95,17 2,04

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 131,91 133,92 1,52

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 114,80 115,49 0,60

c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 114,90 115,96 0,92

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 117,02 119,28 1,93

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 115,16 116,06 0,78

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 101,62 102,78 1,14

5.a. Perikanan Tangkap

a. Indeks yang Diterima (It) 126,08 129,33 2,58

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 117,80 118,80 0,85

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 107,02 108,86 1,72

5.b. Perikanan Budidaya

a. Indeks yang Diterima (It) 103,20 103,94 0,72

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 111,12 111,86 0,67

c. Nilai Tukar Petani (NTN) 92,87 92,92 0,05

Gabungan

a. Indeks yang Diterima (It) 120,62 122,18 1,29

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 116,78 117,64 0,73

-Konsumsi Rumah Tangga 118,76 119,82 0,89

-BPPBM 111,79 112,11 0,28

(4)

4

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Juli 2015 dengan tahun dasar (2012=100), secara gabungan indeks harga yang diterima petani (It) Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 1,29 persen yaitu dari 120,62 menjadi 122,18. Terdapat 4 subsektor yang mengalami peningkatan indeks harga yang diterima, dimana peningkatan tertinggi pada subsektor Perkebunan Rakyat (2,70 persen), Perikanan (1,93 persen), Peternakan (1,52 persen) dan Tanaman Pangan (1,33 persen). Sedangkan subsektor Hortikultura mengalami penurunan indeks harga yang diterima sebesar 1,13 persen.

2.

Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian.

Pada bulan Juli 2015 dengan tahun dasar (2012=100), indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi NTB mengalami peningkatan sebesar 0,73 persen yaitu dari 116,78 menjadi 117,64. Dimana Indeks konsumsi rumah tangga dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,89 persen dan 0,28 persen.

Grafik 2

Indeks Diterima dan Indeks Dibayar Petani Provinsi NTB Juni – Juli 2015 (2012=100) Indeks Diterima; 120,62 Indeks Diterima; 122,18 Indeks Dibayar; 116,78 Indeks Dibayar; 117,64 KRT; 118,76 KRT; 119,82 BPPBM; 111,79 BPPBM; 112,11 100 105 110 115 120 125 2015 06 2015 07

(5)

3.

NTP Subsektor

a.

Subsektor Tanaman Pangan / Padi & Palawija (NTPP)

Pada bulan Juli 2015 NTPP mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,33 persen lebih tinggi dari indeks yang dibayar petani sebesar 0,79 persen.

Indeks harga yang diterima petani padi mengalami peningkatan sebesar 2,70 persen yang disebabkan karena meningkatnya harga gabah. Sedangkan petani palawija mengalami penurunan indeks yang diterima sebesar 1,76 persen yang disebabkan menurunnya harga kacang hijau, jagung dan kacang kedelai. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,95 persen dan 0,36 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga/biaya sewa bajak, bibit kacang hijau, parang, upah menanam, ember, upah mencangkul, upah menyiangi, herbisida, terpal, tampah/nyiru, upah pengeringan, ongkos angkut, sewa traktor tangan, bibit jagung.

b.

Subsektor Hortikultura (NTPH)

Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura (NTPH) pada bulan Juli 2015 terjadi penurunan sebesar 2,02 persen. Hal ini disebabkan karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,13 persen sedangkan indeks yang dibayar petani meningkat sebesar 0,91 persen.

Indeks yang diterima (It) sub kelompok sayur-sayuran mengalami penurunan sebesar 2,53 persen yang disebabkan antara lain oleh menurunnya harga produksi sayur-sayuran antara lain buncis, kentang, bawang daun, tomat, bawang merah, cabai rawit, cabai merah, ketimun. Sedangkan It sub kelompok buah-buahan dan tanaman obat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,92 persen dan 1,17 persen yang disebabkan meningkatnya harga jahe, sawo, lengkuas, pisang, manggis, manga, semangka, sirsak. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani hortikultura disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 1,10 persen dan 0,02 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga/biaya sewa bajak, parang, sewa lahan ladang, kereta dorong, upah buruh ( upah pemupukan, penyemprotan, membajak, menanam, menuai/ memanen), cangkul, ongkos angkut, upah merambet/menyiangi, upah mencangkul, oli, urea.

c.

Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR)

Pada bulan Juli 2015 Nilai Tukar Petani untuk sub sektor perkebunan rakyat (NTPR) terjadi peningkatan sebesar 2,04 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 2,70 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,65 persen.

Peningkatan indeks yang diterima petani disebabkan karena meningkatnya harga hasil produksi perkebunan rakyat antara lain kakao, tembakau, kelapa kemiri dan jarak. Peningkatan indeks yang dibayar (Ib) petani perkebunan rakyat disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,71 persen dan 0,32 persen. Dimana peningkatan indeks BPPBM disebabkan meningkatnya harga/biaya sewa lahan ladang, upah buruh (pemupukan, menuai/panen, menanam, mencangkul, merambet/menyiangi), tali nylon/plastik, insektisida, ember.

(6)

6

d.

Subsektor Peternakan (NTPT)

Pada bulan Juli 2015, NTPT mengalami peningkatan sebesar 0,92 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,52 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani yaitu sebesar 0,60 persen.

Indeks harga yang diterima (It) peternak sub kelompok ternak besar, ternak kecil, unggas dan hasil ternak mengalami peningkatan masing-masing 1,65 persen; 0,85 persen; 0,92 persen dan 1,07 persen. Peningkatan indeks yang diterima petani subsektor peternakan disebabkan antara lain karena meningkatnya harga ternak dan hasil ternak seperti babi, itik/bebek, sapi potong, ayam ras petelur, kerbau, telur ayam ras, ayam buras, telur itik, ayam ras pedaging, kambing, telur ayam buras, dan kuda. Indeks yang dibayar petani (Ib) disebabkan peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 0,76 persen dan 0,28 persen. Peningkatan indeks BPPBM antara lain disebabkan oleh meningkatnya harga kayu balok, ongkos angkut, lampu bohlam, jagung pipilan, seng plat, dedak, tempat makan, arit, tambang, vitamin, listrik, oli.

e.

Subsektor Perikanan (NTNP)

Pada bulan Juli 2015, NTNP mengalami peningkatan sebesar 1,14 persen, hal ini disebabkan karena tingkat peningkatan indeks yang diterima petani sebesar 1,93 persen lebih tinggi dari tingkat peningkatan indeks yang dibayar petani sebesar 0,78 persen.

Indeks harga yang diterima (It) sub kelompok penangkapan dan budidaya mengalami peningkatan masing-masing sebesar 2,58 persen dan 0,72 persen. Peningkatan indeks yang diterima antara lain disebabkan karena meningkatnya harga produksi perikanan antara lain kerapu, kembung, selar, kurisi, julung-julung, gurame, biji nangka, tuna, layur/beladang, teri, tenggiri, kakap, mas, kapasan, kuniran, bawal, terbang, cumi-cumi. Indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan yang disebabkan oleh peningkatan indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM masing-masing sebesar 1,17 persen dan 0,21 persen, dimana peningkatan indeks BPPBM antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya harga umpan, jarring angkat, dedak, upah memanen, minyak tanah, sewa alat penangkapan, ongkos angkut, cip.

(7)

Tabel 2

Indeks yang Diterima dan Indeks Yang Dibayar Petani Provinsi Nusa Tenggara Barat Per Sub Sektor Juli 2015 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Juni 2015 Juli 2015

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 118,41 119,99 1,33

- Padi 116,54 119,69 2,70

- Palawija 122,86 120,71 -1,76

b. Indeks Dibayar Petani 117,14 118,06 0,79

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,63 119,76 0,95

- Indeks BPPBM 113,46 113,87 0,36

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 118,80 117,46 -1,13

- Sayur-sayuran 134,37 130,97 -2,53

- Buah-buahan 101,35 102,28 0,92

- Tanaman Obat 133,20 134,76 1,17

b. Indeks Dibayar Petani 118,04 119,11 0,91

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,21 120,52 1,10

- Indeks BPPBM 112,86 112,88 0,02

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 110,38 113,36 2,70

- Tanaman Perkebunan Rakyat 110,38 113,36 2,70

b. Indeks Dibayar Petani 118,35 119,12 0,65

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,97 120,83 0,71

- Indeks BPPBM 110,95 111,31 0,32

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 131,91 133,92 1,52

- Ternak Besar 133,92 136,12 1,65

- Ternak Kecil 131,70 132,81 0,85

- Unggas 118,39 119,48 0,92

- Hasil Ternak 118,21 119,48 1,07

b. Indeks Dibayar Petani 114,80 115,49 0,60

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,12 119,02 0,76

- Indeks BPPBM 108,98 109,28 0,28

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 117,02 119,28 1,93

- Penangkapan 126,08 129,33 2,58

- Budidaya 103,20 103,94 0,72

b. Indeks Dibayar Petani 115,16 116,06 0,78

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117,92 119,30 1,17

- Indeks BPPBM 111,96 112,20 0,21

Gabungan

a. Indeks Diterima Petani 120,62 122,18 1,29

b. Indeks Dibayar Petani 116,78 117,64 0,73

- Konsumsi Rumah Tangga 118,76 119,82 0,89

(8)

8

4.

Perbandingan antar Provinsi

Dari 33 Provinsi yang dilaporkan pada bulan Juli 2015, terdapat 22 provinsi yang mengalami peningkatan NTP dan 11 provinsi lainnya mengalami penurunan NTP. Peningkatan tertinggi terjadi di Provinsi Sultra yaitu sebesar 1,57 persen, diikuti oleh Provinsi Kepri dan Jabar masing-masing sebesar 1,43 persen dan 1,06 persen. Sedangkan penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Riau ( -1,56 persen) diikuti oleh Provinsi Bengkulu ( -1,35 persen ) dan Sumsel ( -1,17 persen ).

Tabel 3. Nilai Tukar Petani Provinsi di Indonesia dan Persentase Perubahannya Juli 2015 (2012=100)

Kode Provinsi IT IB NTP

Indeks % Perub Indeks % Perub Indeks % Perub

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 11 NAD 114,27 1,14 118,76 0,66 96,22 0,48 12 SUMUT 117,87 -0,36 120,83 0,58 97,55 -0,93 13 SUMBAR 115,55 0,47 118,69 0,66 97,36 -0,19 14 RIAU 113,52 -1,23 119,82 0,33 94,74 -1,56 15 JAMBI 114,87 0,43 119,66 0,53 96,00 -0,10 16 SUMSEL 114,16 -0,49 118,73 0,68 96,15 -1,17 17 BENGKULU 111,18 -0,60 119,35 0,76 93,15 -1,35 18 LAMPUNG 122,37 1,88 118,33 0,90 103,41 0,97 19 BABEL 124,92 1,33 116,98 0,58 106,79 0,75 21 KEPRI 116,88 2,02 116,48 0,58 100,35 1,43 31 DKI 115,98 0,08 119,60 0,48 96,98 -0,40 32 JABAR 126,68 1,88 121,61 0,82 104,17 1,06 33 JATENG 118,48 1,44 119,69 0,92 98,99 0,52 34 YOGYAKARTA 119,66 1,06 118,52 0,46 100,96 0,60 35 JATIM 125,10 1,45 120,44 0,65 103,87 0,80 36 BANTEN 122,33 0,92 118,44 0,85 103,28 0,06 51 BALI 122,11 1,12 116,74 0,47 104,60 0,64 52 NTB 122,18 1,29 117,64 0,73 103,86 0,55 53 NTT 118,09 0,28 116,16 0,34 101,66 -0,05 61 KALBAR 116,25 1,20 119,56 0,63 97,23 0,57 62 KALTENG 118,11 0,98 119,07 0,39 99,19 0,59 63 KALSEL 115,57 -0,26 115,43 0,23 100,12 -0,49 64 KALTIM 117,12 0,64 119,59 0,36 97,94 0,29 71 SULUT 113,68 1,19 119,14 0,42 95,42 0,76 72 SULTENG 116,05 1,11 118,17 0,50 98,21 0,61 73 SULSEL 125,04 1,68 119,61 0,74 104,53 0,93 74 SULTRA 118,62 1,67 118,21 0,11 100,35 1,57 75 GORONTALO 122,30 0,49 120,32 0,23 101,65 0,26 76 SULBAR 121,88 0,86 115,72 0,33 105,32 0,53 81 MALUKU UTARA 121,42 0,75 120,81 0,44 100,51 0,30 82 MALUKU 118,10 0,58 116,34 0,29 101,51 0,29 91 PAPUA BARAT 120,51 0,06 119,46 0,53 100,88 -0,46 94 PAPUA 112,35 0,15 115,93 0,23 96,91 -0,07 Nasional 120,58 1,12 119,42 0,67 100,97 0,44

(9)

5.

Indeks Harga Konsumen Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Dari penghitungan indeks konsumsi rumah tangga yang dilaporkan pada bulan Juli 2015 di Provinsi NTB terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,89 persen.

Inflasi disebabkan karena terjadinya peningkatan indeks konsumsi rumah tangga pada 6 kelompok pengeluaran yaitu kelompok Sandang (2,76 %), Bahan makanan (1,38 %), Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga (1,08 %), Perumahan (0,42 %), Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau (0,27 %) dan kelompok Transportasi & Komunikasi (0,05 %). Sedangkan kelompok Kesehatan mengalami penurunan 0,20 %.

Tabel 4

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi NTB Juli 2015 (2012=100)

Sub Kelompok

Juni 2015

Juli 2015

Perubahan

(1) (2) (3) (4)

Konsumsi Rumah tangga 118,76 119,82 0,89

- Bahan makanan 122,54 124,23 1,38

- Makanan jadi 112,65 112,96 0,27

- Perumahan 116,51 117,00 0,42

- Sandang 114,87 118,04 2,76

- Kesehatan 113,93 113,71 -0,20

- Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 107,58 108,75 1,08

- Transportasi dan Komunikasi 126,24 126,30 0,05

Inflasi perdesaan yang terjadi pada bulan Juli 2015 di Provinsi NTB disebabkan antara lain oleh meningkatnya harga kebutuhan konsumsi rumah tangga antara lain kangkung, bawal, manga, kemeja pendek katun, selar, baronang, jagung ontongan muda, kerang, ayam kampung hidup, udang tambak, cumi-cumi, ekor kuning, daging sapi, mujair, daging ayam ras, celana pendek, katamba, kerudung/jilbab, kelapa tua, sandal jepit karet, cakalang, salak, celana dalam, tauge/kecambah, pisang, sirih, sepatu, kebaya tetoron, celana jeans, kaos kutang/singlet, kaos oblong/polos, kemeja pendek, teri, sarung sersin, kaos kaki, anggur.

(10)

10

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia

Juli 2015 (2012=100)

0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 JATEN G LAM PU NG JABAR BANTE N SU LSEL B ENGKU LU SU MSEL NTB JATIM SU MBA R NAD KEPR I DKI KAL BAR PAP U A B A RAT B ABEL SU MUT SU LTE NG YOGY A KARTA B

ALI JAMBI MAL

U KU SU LU T KAL TIM SU LBA R R IAU NTT KAL TEN G GOR ONTALO PAP U A MAL U KU U TA RA KAL SEL SU LTRA NAS IONA L 1 ,3 5 1 ,1 7 1,0 9 1,0 4 1,01 0 ,9 1 0 ,9 1 0,89 0 ,8 1 0 ,8 0 0 ,7 9 0 ,7 9 0 ,7 9 0,75 0,6 9 0 ,6 8 0 ,6 8 0 ,6 7 0 ,6 6 0,64 0,6 1 0,5 3 0,4 8 0,4 1 0,39 0,39 0,38 0,38 0,3 2 0 ,3 1 0 ,3 1 0,2 5 0,1 1 0 ,8 9

(11)

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Jl. Gunung Rinjani No. 2 Mataram 83125 Tlp. (0370) 621385 Fax. (0370) 623801

E-mail :bps5200@bps.go.id Homepage : http://ntb.bps.go.id

Contact person : Ni Kadek Adi Madri, SE

Kepala Bidang Statistik Distribusi

Gambar

Grafik 3. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi di Indonesia  Juli 2015  (2012=100)  0,000,200,400,600,801,001,201,40

Referensi

Dokumen terkait

perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah.. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya : Saat ini keluarga Tn. A dan Ny B sebagai keluarga yang memiliki

Pada perancangan alat ini, terdapat dua tahap yaitu perancangan hardware yang berisi rancangan mekanik dan rancangan rangkaian yang dibutuhkan, dan rancangan software

1) Pasien menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi yang dialami saat itu. 2) Penggunaan produk obat lebih dari satu pada kondisi yang seharusnya

Intensifikasi Pembudidayaan Ikan yang selanjutnya disebut INBUDKAN adalah salah satu program pembangunan perikanan budidaya, dengan menitikberatkan pada gerakan bersama dari

Berdasarkan pada permasalahan yang ditemukan dan solusi yang diasumsikan serta didukung dengan penelitian sebelumnya yang relevan, dapat disimpulkan bahwa alat bantu

Hanum dan Rangga membuat kisah perjalanan yang mempunyai ciri berbeda dari beberapa buku catatan perjalanan. Cerita ini mengandung unsur konflik yang menjadi pembangun

Kesesuaian ini menurut al-Faruqi didasarkan pada tiga prin- sip kesatuan kebenaran ( unity of truth ) yang mendasari semua pengetahuan Islam; a) Tidak ada pertentangan

Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang perkembangan pesantren dimasa lalu kita hanya bisa menduga- duga tentang ciri-ciri pengaruhnya dalam kehidupan keagamaan