• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISALAH RAPATKERJA RUU TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG TANGGAL 21 SEPTEMBER 2004 BIDANG ARSIP DAN MUSEUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RISALAH RAPATKERJA RUU TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG TANGGAL 21 SEPTEMBER 2004 BIDANG ARSIP DAN MUSEUM"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH

RAPATKERJA

RUU TENTANG KEPAILITAN DAN

PENUNDAAN PEMBAYARAN UTANG

TANGGAL 21 SEPTEMBER 2004

SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI

JAKARTA, 21 SEPTEMBER 2004

(2)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT

Rapat ke Masa Sidang Tahun Sidang Sifat Jenis Rapat Dengan Hari/tanggal Waktu/pukul Tempat Ketua Rapat Acara Sekretaris Rapat Hadir :Ill :2004-2005 : Terbuka : Rapat Kerja

: Menteri Kehakiman & HAM : Selasa, 21 September 2004 : 15.00 WIB- Selesai

: Ruang Rapat Komisi IX, Gd, Nusantara I : Drs. Paskah Suzetta, MBA

: 1. Laporan Panja

2. Pendapat akhir mini Fraksi-fraksi : Usijono, SH/Kabagset Komisi IX DPR Rl : A. 29 orang Anggota Komisi IX DPR Rl

B. Pemerintah (Menteri Kehakiman

&

HAM

KETUA RAPAT (DRS. PASKAH SUZETTA, MBA): Assalamu'alaikum Warahmatullah Wabarakaatuh; Selamat siang salam sejahtera buat kita semua;

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Perundang-undangan, beserta seluruh jajaran yang hadir pada siang hari ini;

Yang terhormat Pimpinan serta Anggota Komisi IX.

Sesuai dengan daftar hadir yang telah kami terima dari sekertariat, telah hadir 29 orang anggota Komisi IX. Sehingga sesuai dengan Peraturan Tata Tertib yang ada mengenai DPR Rl rapat ini telah memenuhi dan dianggap korum, sehingga untuk itu Rapat Kerja antara Komisi IX dengan Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan resmi kami buka.

(KETOK 1 KALI)

Yang terhormat Saudara Menteri Hukum dan Perundang-undangan serta seluruh Anggota Komisi IX;

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa bahwa siang ini kita bisa berkumpul bersama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi bangsa dan negara kita. Sesuai

(3)

dengan jadwal acara yang ada yaitu rapat kita pada hari Selasa tanggal 21 September Tahun 2004 jam 14.00 siang acaranya adalah:

1. Laporan Panja RUU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

2. Kemudian ditindak lanjuti dengan Pendapat Akhir Mini Fraksi-fraksi.

Disini ada yang tidak tertulis, tapi mungkin kita juga ingin memperoleh tanggapan pemerintah untuk hal tersebut yang akhirnya ditutup dengan Pengesahan dan Penandatanganan Naskah Akhir Rancangan Undang-undang.

Dengan demikian acara kita dan selanjutnya kita mulai saja dengan acara yang pertama yaitu laporan Panja RUU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Untuk itu kami persilahkan Ketua Panja untuk membacakannya, kami persilahkan Pak Faisal.

KETUA PANJA (H. FAISAL BA'ASIR, SH) Terima kasih Pimpinan;

Assalamu'alaikum warahmatullah Wabarakaatuh; Salam sejahtera bagi kita semua;

Yang saya hormati Pimpinan Komisi IX DPR Rl;

Yang saya hormati atau yang terhormat Bapak Menteri Kehakiman beserta jajaranya ;

Yang terhormat Saudara yang wakili instansi atau lembaga pemerintah lainya;

Yang terhormat Anggota Panja DPR Rl yang bahagia ; Hadirin sekalian yang kami muliakan.

Pertama-tama perkenankan kami untuk mengucapkan atau mengucapkan syukur kehadiran Allah SWf karena hanya atas rahmat dan hidayahNya kita dapat berkumpul bersama dalam rapat hari ini dalam keadaan sehat walafia. Atas dasar keputusan atau kesepakatan dalam Rapat Kerja Komisi IX DPR Rl dengan pemerintah pada tanggal 2 Juni 2004 yang substansinya antara lain, menetapkan mekanisme pembahasan RUU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Pembentukan Panja daftar inventarisasi masalah sebanyak 913 DIM atau 308 pasal yang meliputi konsideran batang tubuh dan ketentuan penutup yang pembahasanya langsung dipercayakan diserahkan dan ditugaskan kepada Panja untuk menyelesaikan dan menyempurnakanya naskah RUU tersebut bersama dengan pemerintah. Namun sebelum dilakukan pembahasan maka terlebih dahulu Komisi IX DPR Rl telah melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan pihak-pihak yang terkait, seperti per asuransian dan masukan masyarakat lainya terhadap RUU tersebut guna menyerap aspirasi dan masukan didalam perubahan RUU tersebut.

Terhadap DIM Fraksi-Fraksi yang telah disepakati Panitia Kerja telah melaksanakan pembahasan RUU tersebut, mulai dari tanggal 26 Agustus 2004 sampai dengan tanggal 17 September 2004 yang diawali dengan menyisir atau mengklasifikasikan DIM-DIM umum, DIM-DIM mana yang bersifat tetap, DIM dengan perubahan redaksional, DIM dengan perubahan substansi dan DIM yang bersifat harmonisasi atau singkronisasi atau klarifikasi yang hasilnya adalah DIM tetap sebanyak 803 butir, DIM perubahan redaksional sebanyak 51 butir, DIM perubahan substansial sebanyak 41 butir, DIM harmonisasi atau sinkronisasi atau klarifikasi yaitu sebanyak 18 butir. Terkait dengan hasil tersebut, kemudian pada tanggal 26 Agustus 2004 Panitia Kerja membentuk Tim Perumus dan Tim Sinkronisasi yang tergabung dalam satu paket dengan jumlah anggota sebanyak 17 orang anggota, yang

(4)

terdiri dari unsur-unsur Fraksi yang berada di Komisi IX DPR Rl dan unsur Pimpinan secara exofisio dengan disertai wakil dari pemerintah dalam hal ini, Dirjen Kumdang lembaga atau instasi pemerintah yang terkait, ahli bahasa serta legal drafter. Adapun tugas Tim tersebut adalah untuk merumuskan kembali redaksional naskah RUU yang tidak bersifat substansial, menyempurnakan atau rekonstruksi struktur Satang Tubuh dan Penjelasanya dengan penempatan pasal-pasal atau ayat-ayat sesuai dengan kaidah-kaidah per istilahan hukum terhadap hal-hal yang masih kurang sempuma terhadap materi RUU, yaitu sebanyak 69 DIM. Yang terdiri dari 51 DIM bersifat perubahan redaksional dan 18 DIM sinkronisasi. Kemudian mengenai waktu pembahasan RUU, Panitia Kerja telah melakukan efisiensi dan efektifitas pembahasan guna mencapai sasaran yang kita inginkan bersama. Mengingat waktu dan banyaknya kegiatan DPR atau Dewan yang harus diselesaikan oleh Komisi IX DPR Rl, seperti pembahasan anggaran di Panitia Anggaran dan penyelesaian kegiatan lainnya, maka setiap ada peluang atau kesempatan untuk menyelesaikan tugas tersebut Panja memanfaatkanya dan mempergunakanya dengan sebaik-baiknya.

Hadirin dan sidang yang kami muliakan;

Dalam hal pelaksanaan tugas sebagai mana yang diamanatkan dalam Rapat Kerja beberapa waktu yang lalu perlu kami laporkan beberapa hal sebagai berikut, Tim Perumus atau Tim Sinkronisasi telah menyelesaikan tugas sebagaimana yang diamanatkan Panja yaitu membahas sebanyak 69 DIM yang hasilnya telah disepakati bersama dengan hasil sebagai berikut dari 51 DIM yang bersifat perubahan redaksional diantaranya 8 DIM telah dipindahkan menjadi DIM yang bersifat substansi untuk dibahas Panja, sebanyak 18 DIM yang bersifat harmonisasi, sinkronisasi diserahkan kepada tim pemerintah untuk menyusunnya kembali tanpa merubah substansi atau redaksional yang disepakati.

Dua, terhadap DIM yang bersifat substansi yaitu sebanyak 41 butir ditambah dengan 8 butir dari Timsin atau Timus. Panja mengadakan pembahasan secara lobby dengan wakil-wakil Fraksi dan Pemerintah. Kemudian dari hasil lobby tersebut telah dilaporkan bersama secara bersama dalam satu paket dengan hasil dari Tim us -Timsin pad a Rapat Kerja pad a tanggal 17 September 2004 yang secara perinsip Anggota Panja telah dapat menerima hasil tersebut.

Tiga, dalam perjalanan pembahasan Panja memandang perlu bahwa beberapa substansi atau ayat baru yang bersifat krusial untuk dimasukan sebagai penyempurnaan naskah RUU yang selanjutnya untuk diputuskan lebih lanjut dalam Rapat Kerja ini yaitu:

a) Penambahan ayat baru dalam Pasal 24, dengan rumusan Pasal 24 "Dalam hal sebelum keputusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transaksi efek dibursa efek, maka transaksi tersebut wajib diselesaikan".

Penjelasan Ayat (4) yaitu, transaksi efek dibursa efek perlu dikecualikan untuk menjamin kelancaran kepastian hukum atas transaksi efek di bursa efek, adapun penyelesaian transaksi efek di bursa efek dapat dilaksanakan dengan cara penyelesaian pembukuan atau cara lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal. b) Penambahan ayat baru dan penyempurnaan Pasal 87 dengan rumusan

sebagai berikut: Pasal87

(5)

Ayat (1)

Ayat (2)

Kecuali ditentukan dalam undang-undang ini segala keputusan rapat kreditor diitetapkan berdasarkan suara setuju sebanyak sebesar lebih dari setengah jumlah suara yang dikeluarkan oleh kreditor, dan atau kuasa kreditor yang hadir pada rapat yang bersangkutan.

Dalam hal kreditor menghadiri rapat kreditor dan tidak menggunakan hak suara, hak suaranya dihitung sebagai suara tidak setuju.

Tiga, ketentuan lebih lanjut mengenai perhitungan jumlah hak suara kreditor sebagai mana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah.

Empat, pengalihan piutang yang dilakukan dengan cara pemecahan piutang setelah keputusan pernyataan pailit diucapkan tidak melahirkan hak suara.

Lima, dalam hal pengalihan dilakukan secara keseluruhan setelah putusan pernyataan pailit diucapkan kreditor penerima pengalihan memperoleh hak suara kreditor yang mengalihkan. Empat, terhadap hasil Panja yang belum dapat kami laporkan atau masih terdapat hal-hal yang perlu disampaikan oleh anggota Panja lainya untuk menyempurnakan hasil Panja RUU ini kiranya dapat disampaikan dalam rapat kerja ini.

Demikianlah laporan Panja yang dapat kami sampaikan pada Rapat Kerja Komisi IX ini dengan Menteri Kehakiman dan HAM untuk mendapatkan perhatian dan putusan lebih lanjut terhadap hasil yang dicapai Panja beberapa hari yang lalu. Adapun hasil Panja secara lengkap kami lampirkan bersama dengan laporan ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Atas perhatian Bapak-bapak dan lbu kami ucapkan banyak terima kasih,

Wasalamualaikum Warrahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih, pada Pak Faisal Baasir selaku Ketua Panja Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang,.

Selanjutnya adalah Pandangan Pendapat Akhir Mini Fraksi-Fraksi, untuk itu kami mulai dari Fraksi PDI Perjuangan, kami persilahkan.

FRAKSI PDIP (MATHEOS PORMES):

Pendapat Akhir Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan DPR Rl terhadap Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Salam sejahtera bagi kita sekalian; Yang terhormat Pimpinan Komisi;

Yang terhormat Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia beserta jajaranya;

Yang terhotmat Rekan-rekan anggota Komisi IX, dan Hadirin yang berbahagia.

(6)

Pertama-tama patut kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karuniaNya yang diberikan kepada kita sehingga kita dapat bersama-sama menghadiri Sidang Plena Komisi hari ini dengan agenda penyampaian Laporan Hasil Panitia Kerja dan Pendapat Akhir Mini masing-masing Fraksi terhadap Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Fraksi POl Perjuangan berpendapat, bahwa pembahasan RUU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang telah dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh semua fraksi dengan Pemerintah, baik ditingkat Panitia Khusus, Panitia Kerja maupun secara sungguh-sungguh telah membahas berbagai DIM-DIM yang diajukan oleh Pemerintah dan kini saatnya kita bersama-sama menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya. Rancangan Undang-undang ini adalah untuk mengganti peraturan perundang peninggalan Kolonial Belanda yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan.

Saudara Ketua;

Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia; dan Sidang komisi yang terhormat.

Fraksi PDI Perjuangan berpendapat bahwa menjadi pertimbangan dibentuknya Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang rnr adalah diakibatkan oleh perkembangan perekonomian, perdagangan dan pengaruh globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini. Disamping itu beragamnya jumlah modal para pengusaha yang sebagian besar merupakan penjamin seperti bank penanaman modal obligasi,maupun cara lain yang legal telah menimbulkan banyak masalah yang timbul atas hutang piutang dalam masyarakat. Dengan demikian kepailitan dan penundaaan kewajiban pembayaran hutang bertujuan untuk penyelesaian utang piutang antara debitur dan kreditor.

Debitor dinyatakan pailit apabila dua atau lebih kreditur dan tidak membayar lunas hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih disamping itu adanya permohonan satu atau lebih kreditur dengan putusan pengadilan yang berwenang. Sedangkan pemberian penundaan kewajiban pembayaran hutang apabila debitor tidak akan dapat melanjutkan pembayaran hutang-hutangnya yang sudah jatuh waktu dan dapat ditagih dimungkinkan untuk memohon penundaan kewajiban pembayaran hutang dangan cara pengajuan rencana perdamaian yang meliputi, tawaran pembayaran sebagaian atau seluruh hutang pada kreditor dan hal yang sama dapat juga dilakukan oleh kreditur dan penundaan kewajiban pembayaran utang harus diadukan pada pengadilan maka Fraksi POl Perjuangan berpendapat bahwa kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang adalah dimaksudkari memenuhi penyelesaian hutang piutang dalam masyarakat yang makin beragam untuk itu undang-undang ini harus dapat meminimalisasi permasalahan tarsebut. Sehingga tidak berdampak negatif terhadap perkembanggan perekonomian keragaman perekonomian maupun terhadap pelaku-pelaku ekonomi dimaksud.

Saudara Ketua;

Saudara Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia; serta Sidang komisi yang kami hormati;

Dalam pembahasan materi RUU ini Fraksi PDI Perjuangan berpendapat bahwa RUU ini telah mengatur hal-hal pokok yang berhubungan dengan

(7)

pelaksanaan kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang yang meliputi:

1. Kepailitan dan kewajiban penundaan pembayaran hutang diharapkan dapat mengatasi masalah yang timbul pada transaksi yang dilakukan debitur dan kreditur baik dari badan usaha perorangan yang menyangkut hutang piutang.

2. Pengaturan kepailitan dan kewajiban pembayaran hutang yang lebih luas baik dari segi norma, ruang lingkup, materi maupun proses penyelesaian hutang piutang. Dengan demikian diharapkan dengan undang-undang ini dapat menyelesaikan masalah hutang piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif.

3. Untuk tidak menimbulkan berbagai penafsiran telah diatur pengertian utang dan jatuh waktu diberikan secara tegas.

4. Diatur dengan jelas dan tegas mengenai syarat-syarat dan prosedur permohonan pernyataan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran hutang jangka waktu pengambilan putusan pailit dan atau penundaan kewajiban pembayaran hutang diminta kepada pemerintah agar semua unsur mengetahui maksud dan tujuan pelaksanaan undang-undang ini supaya di sosialisasikan dengan baik. Sehingga akan dapat mempercepat penyelesaian hutang piutang dan sekaligus dapat mencegah timbulnya kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran hutang dan pada giliranya akan mendorong perkembangan dunia usaha serta mempercepat pertumbuhan ekonomi sebagai akibat krisis moneter di masa lampau.

Dari uraian di atas maka Fraksi PDI perjuangan .DPR Rl dapat menyetujui RUU ini untuk diteruskan ke Pembicaraan Tingkat II dalam Sidang Paripurna DPR Rl untuk persetujuan pengesahan menjadi Undang-undang tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Atas segala perhatian Sidang Pleno Komisi yang terhormat, kami mengucapkan terima kasih.

KETUA PANJA (H. FAISAL BA'ASIR, SH): Saudara pimpinan saya instupsi sebentar; KETUA RAPAT:

Silahkan Pak, sebentar dulu Pak Mateos ini ada instupsi dari ketua panja silahkan.

KETUA PANJA (H. FAISAL BA'ASIR, SH):

Tadi kami telah membacakan bahwa di dalam perjalanan pembahasan, panja menerima usulan atau substansi ayat baru untuk dimasukan didalam penyempurnaan RUU ini, ayat baru itu adalah penambahan ayat baru dalam Pasal 24 ayat (4) dan penambahan baru dalam penyempurnaan Pasal 87, ini hendaknya juga menjadi bahan untuk mendapatkan persetujuan dari rapat ini. Jadi harus dikembalikan apakah disetujui termasuk juga yang dibacakan tadi oleh Fraksi POl termasuk juga apa yang kami laporkan ini dapat disetujui. KETUA RAPAT:

Mungkin begini Pak Menteri yang saya hormati, Anggota Komisi IX, dalam Rapat Panitia Kerja ada penambahan rumusan dua pasal, yaitu Pasal 24 dan Pasal 87. Memang mekanisme panja tidak bisa langsung menerima masukan baru akan tetapi masukan ini harus disampaikan kepada Rapat Pleno Komisi. Untuk itu saya menawarkan kepada para anggota dan juga

(8)

pada pemerintah bahwa ada penambahan pada Pasal 24 isinya saya akan bacakan sebagaimana tadi disampaikan oleh Ketua Panja.

Pasal 24 ayat (4) bunyinya demikian, Dalam hal sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transaksi efek bursa efek dibursa efek maka transaksi tersebut wajib diselesaikan.

Penjelasan ayat (4) transaksi efek di bursa efek perlu dikecualikan untuk menjamin kelancaran dan kepastian hukum atas transaksi efek dibursa efek adapun penyelesaian transaksi efek dibursa efek dapat dilaksanakan dengan cara penyelesaian pembukuan atau cara lain sesuai dengan Peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

Untuk itu karena ini sudah dibahas panjang di panja apa bisa disetujui

?

(RAPAT SETUJU)

Penambahan yang kedua pada Pasal 87 ayat (1) kecuali ditentukan dalam undang-undang ini segala putusan rapat kreditor ditetapkan berdasarkan suara setuju sebesar lebih dari satu per dua atau setengah jumlah suara yang di keluarkan oleh kreditur dan atau kuasa kreditor yang hadir pad a rapat yang bersangkutan itu pad a ayat (1) Pasal 87 dan pada ayat (2) nya dalam hal kreditor menghadiri rapat kreditor dan tidak mengunakan hak suara hak suaranya dihitung sebagai suara tidak setuju. Ayat (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghitungan jumlah hak suara kreditor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Ayat (4) Pengalihan piutang yang dilakukan dengan cara pemecahan piutang setelah putusan pernyataan pailit diucapkan tidak melahirkan hak suara. Ayat (5) Dalam hal pengalihan dilakukan secara keseluruhan setelah putusan pernyataan pailit diucapkan kreditor menerima pengalihan memperoleh hak suara kreditur yang mengalih kan.

Apa bisa disetujui, ini sudah dibahas sebetulnya di Panja saya tidak meminta persetujuan pemerintah karena ini adalah usulan dari pemerintah.

Baik, dengan demikian saya persilahkan dari Fraksi PDI-P untuk menyerahkan yang dibacakanya.

FRAKSI PDI-P (MATHEOS PORMES):

Yang telah kami bacakan tadi sudah merupakan bagian persetujuan yang disampaikan tadi.

KETUA RAPAT:

lya ini hanya prosedur saja; baik, lanjut saya persilahkan Fraksi Partai Golkar, silahkan Fraksi Partai Golkar.

FRAKSI PG {DRS. BAHARUDDIN ARITONANG): Bismilahhirohmannirohim;

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Golongan karya Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Atas Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, dibacakan oleh Drs. Baharuddin Aritonang, Anggota DPR Rl No. A-285.

Assalamu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh;

Yang terhormat Ketua Sidang yang juga Pimpinan Komisi IX DPR Rl; Yang terhormat Bapak Mentri Kehakiman & Hak Asasi Menusia sebagai

wakil pemerintah yang menang Pilpres kedua tentunya hari ini. lni tambahan saja pak karena ada Kaban saya tambahkan sedikit; Yang terhormat Anggota Dewan serta hadirin yang kami muliakan.

(9)

Marilah kita sampaikan puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga pada hari ini kita dapat menghadiri Sidang Komisi IX yang mulia ini pada pembahasan atas Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang tidak banyak yang akan kami sampaikan didalam Pendapat Akhir Mini kami ini.

Dalam batas waktu yang teramat singkat ini akhirnya kita dapat juga menyelesaikan rancangan undang-undang ini keberhasilan ini tentulah Karena adanya kerja sama yang baik antara sesama mitra pemerintah sesama anggota fraksi-fraksi DPR termasuk yang tidak terpilih lagi tentunya seperti saya ini dan antara pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Secara keseluruhan pendapat fraksi kami telah ditampung dalam pembahasan Rancangan Undang-undang ini, bahkan ketika membahas DIM 378 misalnya tentang penentuan besarnya kewajiban pajak yang bahkan memerlukan pendapat ahli perpajakan akhirnya memberi persetujuan atas apa yang kami usulkan. Begitu juga sangsi untuk kuraktor yang tidak independent misalnya saling memberi dan menerima ini sebagai contoh saja saling memberi dan menerima dalam membahas undang-undang ini sebagai mana yang berlangsung pada pembahasan Rancangan Undang-undang Kepailitan ini, agaknya menjadi jalan yang terbaik.

Meski demikian acap kali ada juga hal-hal yang terlewatkan, maksudnya barang kali untuk Pak Gani ini mungkin terlalu bersemangat dengan pikiran pemerintah tidak mau dengar pendapat fraksi, barang kali mungkin dia terlalu terfokus pada isinya maka kita abai pada konsideran diantaranya konsideran mengingat yang menjadi landasan hukum bagi undang ini. Konsideran mengingat dua dan tiga mengutib undang-undang warisan colonial. Konsideran empat, lima dan enam konsideran mengingat maksudnya mencantumkan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman, Kekuasaan Mahkamah Agung dan Undang-undang Peradilan Umum yang barang kali memang begitu akrab dengan Menteri Kehakiman dan HAM. Aneh nya induknya yakni Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 24 Undang-Undang Dasar 45 tidak dicantumkan, padahal jika ini dimuat maka konsideran empat, lima dan enam sesungguhnya sudah dirangkum.

Lantas di konsideran menimbang a ditekankan tentang Pembanggunan Hukum tetapi konsideran mengingat tidak mencantumkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara hukum. Demikian pula halnya undang-undang ini banyak mengatur bidang perekonomian, tapi sama sekali tidak menjadikan Pasal 33 khususnya ayat (4)

Undang-Undang Dasar 45 yang memuat dasar-dasar perekonomian nasional. Karena itu konsideran mengingat satu ini setidaknya harus memuat Pasal 1 ayat (3), Pasal 20, Pasal 24, Pasal 33 ayat (4), Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Tentang usul Pemerintah di Pasal 24 ayat (4) dan Pasal 87 sebagai mana yang dimintakan persetujuannya tadi. Didalam Panja Fraksi kami sepenuhnya menyetujui nya untuk dijadikan sebagai materi undang-undang ini. Yang terhormat Ketua Sidang Pimpinan Komisi IX, Menteri Kehakiman dan HAM beserta jajaranya termasuk wakil Pemerintah yang tidak menang dalam Pilpres tentu takut saya dilaporkan sama Pak Pormes soalnya.

Yang terhormat Anggota Dewan serta rekan-rekan sekalian;

Berdasarkan koreksi ini pun sebagai mana yang telah kami kemukakan Fraksi Partai Golongan Karya DPR Rl dengan ini menyatakan dapat menerima

(10)

dan rnenyetujui Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pernbayaran Hutang untuk dibawa dalam Sidang Paripurna DPR untuk kita sah kan bersarna rnenjadi undang-undang.

Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan terima kasih atas perhatian Saudara Menteri beserta jajaranya, Pimpinan dan Anggota Komisi IX yang terhorrnat, Ternan-ternan sekalian dari lingkungan Pers dan undangan yang karni rnuliakan sernoga Allah SWT rnernberikan perlindungan dan bimbingan serta pertunjuk dan hidayahNya kepada kita semua Amin.

Bilahitaufik walhidayah,

Wasalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh. Sekian terima kasih.

KETUA RAPAT:

lni koalisi kebangsaan pemuda. FRAKSI PPP (H. SOFIAN USMAN):

Pendapat Akhir Mini Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, disampaikan oleh Juru Bicara F. PPP H.Sofian Usman, anggota DPR Rl No. A-25.

Bismilahirohmanirrahim;

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh; Yang terhormat Bapak Pirnpinan Rapat;

Yang terhormat saudara Menteri Kehakiman Dan Hak Azasi Manusia beserta jajaranya;

Yang terhormat Anggota Komisi IX; dan hadirin yang berbahagia.

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Subhanawataala yang telah memberikan nikmat yang sangat banyak hidayah dan innayahNya kepada kita, sehingga pada hari ini kita sekalian dapat berkurnpul untuk menunaikan tugas konstitusional dalam keadaan sehat walafiat. Dan jika kamu menghitung-hitung nikrnat Allah niscaya kamu tidak dapat rnenentukan jumlahnya, sesungguhnya Allah benar-benar maha pengampun lagi rnaha penyayang Surat An nahal ayat 18, selanjutnya kita haturkan selawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SWT beserta keluarganya sahabatnya dan para pengikutnya yang senantiasa selalu istikornah dalam rnenjalankan ajaran beliau.

Rapat Kerja Komisi IX yang terhormat;

Krisis ekonomi yang melanda perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 telah berdarnpak besar terhadap perekonomian secara umum dan sektor perdaganagan nasional secara khusus yaitu dengan sangat menurunnya kernarnpuan perusahaan-perusahaan dalarn membayar hutangnya. Keadaan ini juga telah membawa ramifikasi yang luas dan mendalamnya yakni hilangnya lapangan pekerjaan dan tirnbulnya berbagai masalah social. Sebagai upaya menyelesaikan masalah hutang-piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif sangat dibutuhkan perangkat hukum yang mendukung hal tersebut, karena Peraturan Pernerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 1988 tentang Perubahan Atas Undang-undang tentang Kepailitan yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor 4 Tahun 1988 dirasakan

(11)

sudah tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan dan perkembangan hukum dalam masyarakat, maka perlu segera dibuat peraturan perundangan yang baru.

Pimpinan rapat yang terhormat;

Fraksi Partai Persatuan Pembangunan melihat ada beberapa argumen sehingga diperlukan adanya peraturan mengenai kepailitan dan penundaan pembayaran hutang yaitu:

1. Untuk menghindari perebutan harta debitor, apalagi dalam waktu yang sam a lebih dari satu kreditor yang menagih hutang kepada debitor tersebut. 2. Untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa mengkhawatir kepentingan debitor para kreditor lainya.

3. Untuk menghindari kecurangan-kecurangan yang dilakukan salah seorang kreditor atau pun debitor itu sendiri seperti debitor berupaya untuk menguntungkan seorang ataupun beberapa orang kreditor tentu, sehingga kreditor lainya dirugikan.

Adapun asas-asas yang mendasari Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang meliputi asas keseimbangan, asas kelangsungan usaha, asas keadilan dan asas integrasi.

4. Asas tersebut menurut hemat kami telah dapat menjadi landasan yang kuat bagi pengembangan cakupan yang diatur dalam rencana undang-undang ini. saudara menteri yang terhormat rancangan undang-undang tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang mempunyai cakupan yang lebih luas dari segi norma ruang lingkup meteri maupun proses penyelesaian hutang-piutang. Cakupan yang luas ini diperlukan guna mengikuti perkembangan hukum dan juga sekaligus kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Oleh karena itu dalam RUU ini telah dimasukan beberapa pengaturan pokok yang diharapkan dapat menjawab tantangan tersebut antara lain:

1) Pengertian tentang hutang dan pengertian tentang jutuh waktu diberikan kebatasan secara tegas, sehingga dengan demikian tidak akan menimbulkan berbagai macam penafsiran

2) Syarat-syarat dan prosedur pernyataan pailit dan permohonan penundaan kewajiban pembayaran hutang termasuk didalamnya pemberian jangka waktu secara pasti bagi pengembalian pengambilan keputusan pernyataan pailit dan atau penundaan kewajiban pembayaran hutang.

Saudara Pimpinan Rapat;

Saudara Menteri Kehakiman Hak Asasi Man usia beserta jajaran; Rekan-rekan Anggota Pansus dan hadirin yang berbahagia.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka Fraksi Partai Persatuan Pembangunan dapat menyetujui RUU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang untuk dibahas lebih lanjut dalam Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Demikianlah Pendapat Akhir Mini Fraksi kami, kepada Saudara Pimpinan Rapat, Saudara Mentri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia, Rekan-rekan Anggota Dewan dan hadirin sekalian diucapkan terima kasih.

(12)

Wabilahitufik walhidayah

Wasalamua/aikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta 21 September 2004.

Juru bicara F PPP DPR Rl, H. Sofyan Usman. KETUA RAPAT):

Baik, saya lanjut ke fraksi PKB, Pak Ali As'ad, kemarin milih siapa Pak di Yogya koalisi netral dan golput, Silahkan Pak.

FRAKSI PKB (DRS. A. AL Y AS' AD):

Assalamu, a/aikum Warahmatullah Wabarakatuh; Yang kami hormati Pimpinan Rapat;

Yang terhormat Saudara Menteri Kehakiman Dan HAM selaku wakil Pemerintah Republik Indonesia;

Yang terhormat Rekan-rekan Anggota Dewan dari seluruh Koalisi dan seluruh Fraksi yang menang maupun yang kalah, katanya yang menang adalah Bangsa Indonesia dan yang kalah adalah nggak tau lagi, dan yang pasti menang adalah koalisi golput dan netral.

Setelah Fraksi kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah subhana wataala, juga solawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW maka kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarNya kepada Pimpinan Rapat kepada pemerintah yang telah hadir didalam sidang ini. Dan juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya atas partisipasi seluruh Anggota Pansus, Panja dan siapapun yang terkait dengan penyelenggaraan rapat-rapat Pansus maupun Panja, sampai berakhirnya pembahasan RUU yang kita bicarakan ini.

Saudara Pimpinan Rapat dan hadirin yang kami hormati ;

Saudara dari Pemerintah yang diwakili oleh Menteri Kehakiman Dan HAM Republik Indonesia.

Setelah memlalui pembahasan yang cukup panjang dan perdebatan yang alot tapi kwalitatif untuk mempertemukan beberapa pandangan dan pemahaman yang belum sama diantara Anggota Dewan, dan antara anggota Dewan dengan Pemerintah yang terlibat dalam pembahasan RUU ini. Maka akhirnya Rancangan Undang-undang ini dapat diselesaikan dipenghujung masa keanggotaan Dewan Priode 1999 sampai 2004.

Dengan selesainya pembahasan RUU ini diharapkan nantinya akan mampu memberikan kepastian hukum bagi dunia usaha dalam menyelesaikan hutang-piutangnya. Sehingga mampu meneruskan kegiatanya, disamping itu Rancangan Undang-undang ini juga diharapkan mampu menggantikan Perpu Nomor 1 tahun 98 tentang Perubahan atas Undang-undang tentang Kepailitan yaitu Staatsblad Tahun 1905 Nomor 217 jonto Staatsblad Tahun 1906 Nomor

348

yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang Nomor

4

Tahun

98

tentang Perubahan Atas Perpu Nomor 1 Tahun

98

menjadi Undang-undang.

Saudara-saudara yang saya hormati ;

Persoalan hukum antara pelaku usaha dengan pihak usernya dalam iklim usaha yang sangat kompetitif seperti sekarang ini sering kali menjadi persoalan publik yang sangat krusial yang dapat memberikan dampak negatif terhadap tingkat kepercayaan publik kepada para pelaku usaha. Dan dalam

(13)

skala yang luas persoalan hukum diantara keduanya juga dapat berimbas negatif terhadap tingkat kepercayaan pelaku usaha untuk menanamkan dan atau menjalankan usahanya. Disuatu wilayah hukum sebuah negara besar seperti kita Republik Indonesia dalam konteks inilah Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang ini ditempatkan fungsinya yaitu untuk menjamin adanya kepastian hukum dan keadilan perlakuan dalam penyelesaian sengketa hutang piutang diantara pihak kreditor dan debitor.

Saudara-saudara, kemudian kami uraikan ada beberapa hal catatan kami pertama, kedua dan ketiga yang akhirnya pada halaman akhir kami catatkan. Namun demikian pelaksanaan secara efektif dari ketentuan-ketentuan yang diatur dalam RUU ini tentunya mensyaratkan adanya dua hal yang utama yakni tingkat profesionalisme dan independensi yang tinggi dan sempurna dari para aparat penegak hukum yang ada, yaitu pengadilan dan kejaksaan. Dan yang kedua transparansi serta akuntabilitas yang tinggi dari para pihak baik debitur dalam mengelola dana yang ditanamkan oleh para kreditur. Artinya tanpa kedua hal tersebut maka rancanngan undang-undang ini meskipun nanti sudah di sahkan menjadi undang-undang tetap tidak akan mempu memberikan kepastian dan keadilan hukum baik untuk para kreditor maupun debitor.

Saudara Pimpinan Rapat ; dan

Sudara Menteri dan Hadiri yang kami hormati;

Demikianlah beberapa catatan dalam rangka Pendapat Akhir Mini ini kami sampaikan dan dengan berlandaskan berapa hal yang telah kami sampaikan diatas baik yang kami baca maupun ada beberapa yang tidak kami baca tapi kami tuliskan secara jelas dan dengan berlandaskan beberapa hal yang telah kami sampikan diatas maka Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR Rl menyetujui terhadap Rancangan Undang-Undang Tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang ini untuk dibahas dalam tingkat yang lebih tinggi yaitu Tingkat II Rapat Paripurna DPR Rl untuk ditetapkan dan di sahkan menjadi Undang-undang.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi apa yang menjadi keputusan bersama ini; Amin.

Allahumma fikillaaquamiktorik;

Wasalamualaikum Warahmatu/lah Wabarakatuh. Juru bicara Fraksi Kebangkitan Bangsa DPR Rl, tertanda Ali As'ad, No. anggota A-426.

KETUA RAPAT:

Selanjutnya, Fraksi Reformasi kami persilahkan.

FRAKSI REFORMASI (DRS. HERMAN L DATUK RANGKAYO BANDARO): Bismilahirahmanirrahim ;

Pendapat Akhir Mini Fraksi Reformasi terhadap Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, dibacakan oleh Drs. Herman

L.

Datuk Rangkayo Bandaro No. anggota A-225.

Asalamu, alaikum warahmatullahiwabarakatuh;

Pada kesempatan ini mari kita memanjatkan puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan, sehingga sampai hari ini kita masih bisa bekerja untuk suatu tugas yang mulia yakni membangun

(14)

sebuah iklim demokrasi dan menegakan konstitusi dalam membahas Rancangan Undang-undang tentang Kapailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang atau PKPU ini kami merasa lega karena proses pembahasanya berjalan demokratis dan disertai berbagai masukan, baik dari anggota fraksi pemerintah, pengamat maupun dari masyarakat.

Kami rasa proses pembahasan undang-undang ini sudah memadai walaupun disana-sini barang kali masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan.

Saudara Pimpinan Sidang; dan Anggota yang kami hormati;

Sebelum Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang ini diundangkan Fraksi Reformasi yang terdiri dari Partai Amanat Nasional dan Partai Keadilan mengajukan beberapa catatan pokok.

Pertama, dalam beberapa tahun terakhir ini ancaman pailit itu telah menjadi momok bagi dunia usaha, ironisnya ancaman ini juga berlaku bagi usaha yang masuk dalam kategori sehat. Fraksi Reformasi melihat bahwa seharusnya jika suatu perusahaan akan dipailitkan harus dibuktikan bahwa perusahaan tersebut sungguh-sungguh tidak mampu dan tak mau membayar lagi hutang-hutangnya. Dalam pelaksanaan Undang-undang PKPU ini nanti kami berharap hal ini menjadi titik perhatian bagi pemerintah terutama bagi penegak hokum, sehingga dunia usaha mendapatkan kepastian berusaha.

Yang kedua, berkaitan dengan pelaksanaan Pasal 2 undang-undang ini nanti Fraksi Reformasi ingin memberi catatan, terutama berkaitan dengan debitor asuransi, bahwa seluruh perusahaan asuransi di Indonesia berada dibawah naungan Direktorat Asuransi Departemen Keuangan, namun timbul keraguan terhadap independensi dan objektivitas Menteri Keuangan terutama berkaitan dengan hak eksklusif yang hanya dimiliki oleh Menteri Keuangan yang justru dapat menimbulkan sesuatu " kolusi " baru antara perusahaan asuransi yang berusaha terhindar dari pailit dan Menteri Keuangan. Disisi lain terdapat ke khawatiran bahwa perusahaan asuransi akan bertindak sewenang-wenang dalam pembayaran hak dan klaim masyarakat dan investor pemegang polis asuransi karena merasa kebal hokum. Jika itu yang terjadi ketidakkepastian hukum kembali tercipta dan usaha untuk meningkatkan kepercayaan para investor dan masyarakat Indonesia akan produk asuransi peruasahaan industri semakin sulit.

Ketiga, Fraksi Reformasi mengingarkan agar dalam pelaksanaan RUU ini harus senantiasa mengkonfirmasikan dengan undang-undang lain, misalnya tentang masalah perasuransian, maka harus ditelaah dahulu makna dan semangat UU Nomor 2 Tahun 1992 tntang usaha perasuransia, sebab dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 dijelaskan bahwa permohonan pernyataan pailit terhadap perusahaan asuransi dalam Pasal 20 ayat (1) mengatur secara khusus mengenai permohonan pailit terhadap suatu perusahaan asuransi.

Keempat, Fraksi Reformasi sepakat dengan usulan perubahan konsideran, mengingat agar dimasukan Pasal 1 ayat (3) dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

Pimpinan sidang dan Anggota Dewan yang kami hormati;

Alhamdulillah sebagian besar dari pokok-pokok pikiran yang pernah kami sampaikan yang pernah sampaikan oleh Fraksi Reformasi telah

(15)

terakomodir dalam proses pembahasan Rancangan Undang-undang tentang Kepailatan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang ini. Untuk itu kami atas nama Fraksi Reformasi mengucapkan terimakasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada.

1. Pimpinan yang telah memimpin persidangan dengan penuh kesabaran, toleransi dan bijak, sehingga pembahasan RUU ini dapat berjalan tertib dan lancar.

2. Seluruh fraksi yang telah berpartisipasi dalam pembahasan RUU ini dengan penuh energik, kreatif dan dinamis.

3. Tak lupa Fraksi Reformasi menyampaikan penegahan dan terima kasih yang tulus kepada seluruh Sekertariat, baik Sekertariat Panja maupun Sekertariat Fraksi yang sudah tentu mempunyai andil besar dalam melancarkan jalannya pembahasan RUU ini.

4. Fraksi Reformasi setuju RUU ini untuk dibahas lebih lanjut dalam Sidang Paripurna DPR Rl.

Demikian pandangan kami atas perhatianya kami ucapkan terima kasih. Wabilahitufik wa/hidaiah,

Wasalamualaikum Warahmatullahiwabarakatuh. KETUA RAPAT:

Saya persilahkan kepada Fraksi TNI/POLRI

FRAKSI TNI/POLRI (DRS. DARSUP YUSUF, S.H., MSc): Terima kasih;

Pendapat Akhir Mini Fraksi TNI/POLRI atas Rancangan Undang-undang Republik Indonesia tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang.

Assalamu'alaikum Warahmatullahiwabarakatuh; Selamat Sore dan salam sejahtera;

Yang terhormat Pimpinan Rapat dan segenap Anggota Dewan;

Yang terhormat Menteri Kehakiman Dan Hak Asasi Manusia selaku mewakili Pemerintah dan jajaranya;

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadiran Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala karuni rahmat dan ridhoNya kita semua dapat hadir dalam Rapat Kerja untuk pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, serta latar belakang pembahasan RUU Kepailitan dan PKPU ini merujuk kepada pengalaman krisis monoter yang dialami bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, menimbulkan kesulitan terhadap perekonomian dan perdagangan nasional.

Pengembangan kemampuan dunia usaha sangat terganggu bahkan banyak pengusaha yang jatuh pailit dan sulit untuk memenuhi kewajiban pembayaran utangnya. Dalam kepentingan dunia usaha untuk menyelesaikan hutang piutang secara adil, cepat, terbuka dan efektif sangat diperlukan perangkat hukum yang mendukung menjamin kepastian, ketertiban penegakan kebenaran dan perlindungan hukum yang berkeadilan.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan dan perkembangan hukum masyarakat untuk penyelesaian hutang-piutang. Fraksi TNI/POLRI mencermati mendalami hasil pembahasan yang dilaksanakan dengan penuh kehati-hatian serta secara komperhensif. RUU tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban

(16)

Pembayaran htang berisi cakupan yang lebih luas, baik dari segi norma ruang lingkup materi maupun proses penyelesaian hutang-piutang sesuai kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Pokok-pokok materi baru dalam RUU tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, yaitu:

Pertama, tidak menimbulkan berbagai penafsiran terhadap pengertian tentang hutang dan pengertian jatuh waktu yang telah diberikan batasan secara tegas.

Kedua, mengenai syarat-syarat dan prosedur permohonan pernyataan pailit dan permohonan penundaan kewajiban pembayaran hutang serta pemberian kerangka waktu yang pasti untuk pengambilan keputusan pernyataan pailit dan atau penundaan kewajiban pembayaran hutang.

Hadirin peserta rapat yang kami hormati;

Berdasarkan pendalaman dan pemahaman pembahasan tersebut Fraksi TNI/POLRI menyatakan menerima dan menyetujui RUU tentang Kepilitan dan PKPU menjadi Undang-undang untuk disyahkan dalam Rapat Paripurna DPR Rl.

Pada kesempatan yang baik ini Fraksi TNIIPOLRI menyampaikan terima kasih kepada semua Rekan-rekan Anggota Dewan dan semua fraksi yang kami hormati, serta seluruh jajaran Pemerintah yang terkait dan dari Bank Indonesia, karena atas kerjasama yang baik dan kesungguhanya dalam pembahasan RUU ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan taufik dan hidayahNya kepada kita semua.

Wabillahitaufik Wa/hidayah ;

Wassalamu'alaikum Warrahmatul/ahi Wsabarakatuh.

Jakarta 21 September 2004,

atas nama Fraksi TNIIPOLRI Juru Bicara Drs. Darsup Yusuf, SH.MSC. No. Anggota A-465.

KETUA RAPAT:

Fraksi PDI-P, mentang-mentang kalah siang-siang ini sudah habis semua, tinggal Fraksi pendukung ini. Baik, saya persilahkan F. KKI.

FRAKSI KKI (DRS. H.A. HAMID MAPPA):

Bismillahirahmanirrahim;

Pendapat Akhir Mini Fraksi Kesatuan Kebangsaan lndosesia atas Rancangan Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang disampaikan pada Rapat Kerja Komisi IX DPR Rl tanggal 21 September 2004, Juru Bicara Drs. H.A. Hamid Mappa No. Anggota A-279.

Yang terhormat Saudara Pimpinan Sidang, Para Anggota Komisi IX. Saudara Menteri Kehakiman Dan HAM yang mewakili Pemerintah beserta jajaranya;

Assa/amu'alaikum Warahmatul/ahi Wabarakatuh;

Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga kita semua dapat berkumpul kembali dalam Rapat Kerja dengan Menteri Kehakiman Dan HAM pada siang hari ini.

(17)

Sidang Dewan yang terhormat;

Setelah selesainya pembahasan dalam Pansus dan Panja RUU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang, bersama dengan Pemerintah perkenanakan kami menyampaikan Pendapat Akhir Mini Fraksi KKI sebagai berikut.

Pokok-pokok pikiran Fraksi KKI dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang adalah pertama Undang-undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang harus lebih baik sebagai mana yang telah dibahas yaitu lebih konperhensif adil dan jelas sehingga mampu memberikan jaminan kepastian hukum, serta perlindungan hukum dalam menyelesaikan sengketa hutang piutang.

Kedua, Undang-Undang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang yang baru yang telah memenuhi syarat yang telah disebutkan diatas juga harus memiliki pengaturan dan cakupan yang lebih luas dan lebih baik dilihat dari aspek norma ruang lingkup mekanisme maupun proses penyelesaian hutang piutangnya, sehingga mampu mengatasi permasalahan perselisihan utang yang makin rumit dan kompleks seiring dengan perkembangan dan perekonomian dalam era globalisasi.

Sidang Dewan yang terhormat;

Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia berpendapat, Rancangan Undang-Undang tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang telah memuat materi-materi yang memadai mengenai segi-segi penting yang perlu untuk mewujudkan penyelesaian masalah hutang-piutang secara cepat, adil, terbuka dan efektif.

Didalam pembahasan telah pula ditampung aspirasi saran dan pendapat dari berbagai pihak dan instansi terkait dan kalangan masyarakat luas sehingga telah memenuhi harapan Fraksi KKI untuk diwujudkan sebagai undang-undang sesuai dengan tujuan pembuatanya. Oleh karena itu Fraksi KKI dapat menerima RUU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Hutang yang diajukan oleh Pemerintah, yang selanjutnya diproses untuk pengesahanya menjadi undang-undang.

Demikian Pendapat Akhir Mini Fraksi Kesatuan Kebangsaan Indonesia semoga Tuhan Yang Maha Kasih senantiasa menyertai dan memberkati kita semua dalam menjalankan tugas yang diamanatkan pada kita sekalian, terima kasih.

Wasalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh;

Salam sejahtera untuk kita semua. KETUA RAPAT:

Silahkan Fraksi PDU. PDU dulu, PBB belakangan. Pak Yusril ada di sini.

FRAKSI PDU (DRS. H. ABDULLAH AL WAHDI):

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita bersama.

Pendapat akhir mini Fraksi Partai Daulatul Ummah terhadap Rancangan Undang-Undang Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Disampaikan oleh Abdullah AI Wahdi, nomor Anggota

A-276.

(18)

Saudara Pimpinan Sidang yang kami hormati, Saudara Menteri beserta jajaran yang kami hormati, lbu-lbu dan Bapak-Bapak Dewan yang kami hormati.

Alhamdulillah, pertama-tama perkenankanlah kami mengajak kita semua untuk bersama-sama memanjatkan puja dan puji syukur terhadap Allah SWT yang telah memberikan rahmat, inayah dan kurniaNYA kepada kita semua sehingga pada har ini kita dapat mengikuti rapat dalam rangka membahas RUU Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang pada siang hari ini.

Sidang Dewan yang kami muliakan,

Fraksi PDU menilai bahwa salah satu sarana hukum yang menunjang dan mengatur masalah utang piutang adalah staadbaad 11905217 dan staat baad 1906348. hanya saja karena ini adalah peraturan yang sudah cukup lama maka materinya sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat. Peraturan ini diganti dengan Perpu No. 1 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas UU Kepailitan yang kemudian ditetapkan menjadi UU berdasarkan UU No. 4 Tahun 1998.

Lagi-lagi materi UU tersebut tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masa kini bagi masyarakat maka lahir UU yang kita bahas sekarang ini demi untuk perlindungan hukum maka sudah sepantasnya persoalan yang terkait dengan utang piutang khususnya kepailitan harus diatur dalam sebuah peraturan setingkat dengan UU. Hal ini merupakan alasan utama mengapa kita membutuhkan UU ini.

Demi terlaksananya jaminan kepastian hukum terutama dalam masalah utang piutang dan kepailitan sebagaimana yang kita inginkan, maka Fraksi kami dengan pembahasan bersama-sama dengan Pemerintah dan Fraksi-Fraksi dapat menyetujui RUU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang selama ini telah kita bahas bersama. Dan untukitu kami usulkan secepatnya disahkan menjadi UU dalam sidang paripurna nantinya.

Demikianlah pendapat akhir kami Fraksi PDU. Bila ada terdapat kekurangan dan kekhilafan kami minta maaf yang sebesar-besarnya.

Wallahu ...

Wassalamu'alaikum Wr. Wb. KETUA RAPAT:

Baik. Terakhir Fraksi PBB.

FRAKSI PBB (H. M. S. KABAN, SE, MSi): Baik. Terima kasih.

Bismillahirrahmaanirrahiim. Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Yang kami hormati Saudara Menteri Kehakiman dan HAM, Saudara Pimpinan dan rrkan-rekan.

Jadi ada di persoalan teknis ini tentang pengetikan belum selesai, dan supaya memeprsingkat waktu, karena memang kita sudah mengikuti dan menelusurinya pasal demi pasal. Prinsipnya kita setuju untuk disahkan.

Terima kasih.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

(19)

KETUA RAPAT: Baiklah.

Para Anggota Dewan yang saya hormati, Pak Menteri beserta seluruh jajaran,

Barusan kita semua sudah mendengarkan pendapat fraksi-fraksi, yang selanjutnya saya persilahkan kepada Pak Menteri untuk menanggapi sikap dari pada fraksi-fraksi yang keseluruhannya meminta segera UU ini disahkan di sidang paripurna yang akan diselenggarakan besok.

Saya persilahkan Pak Menteri untuk memberikan tanggapannya. PEMERINTAH/MENTERI KEHAKIMAN DAN HAM:

Terima kasih Saudara Pimpinan.

Saudara-saudara para Anggota Komisi IX yang terhormat, Rekan-rekan yang mewakili Pemerintah.

Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada fraksi-fraksi yang telah menyampaikan pendapat akhir terhadap RUU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini. Kami menyampaikan terima kasih juga bahwa usul yang disampaikan pemerintah dapat disepakati oleh fraksi-fraksi, demikian pula pemerintah dapat menyepakati usul-usul yang disampaikan fraksi-fraksi termasuk usul yang disampaikan oleh Fraksi Golkar dan juga usul yang disampaikan oleh Fraksi Persatuan Pembangunan, khususnya yang menyangkut pasal 5 yang berkaitan dengan Badan Usaha Milik Negara yang bergerak, eh pasal 2 ayat 5 dalam hal debitur adalah perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi dan dana pensiun, atau BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan pernyataan pailit hanya dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan.

Jadi usul dari Fraksi PPP memasukkan BUMN yang bergerak di bidang kepentingan publik. Tadi kami mendengar dari pendapat fraksi-fraksi tidak ada bantahan, diterima, dan pemerintahpun dapat menerima usul dari fraksi PPP untuk menambahkan BUMN juga merupakan suatu perusahaan yang tidak dapat dinyatakan pailit kecuali permohonan pailitnya hanya dapat diajukan oleh Menteri Keuangan. Sehubungan dengan kita terima usul dari Fraksi PPP ini, izinkanlah kami, Saudara Pimpinan dan para Anggota Komisi IX yang terhormat, untuk menambahkan sedikit penjelasan di dalam ketentuan pasal 2 ayat 5 supaya konsisten kata demi kata oleh karena disebutkan perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi dan dana pensiun yang dalam penjelasan pasal 2 ayat 5 itu telah dijelaskan antara lain yang dimaksud dengan dana pensiun adalah, dan kita perlu juga oleh karena usul dari Fraksi PPP ini kiga terima maka perlu juga ada sedikit penjelasan yang dimaksud denan BUMN adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas sa ham.

lni sebenarnya sudah dibahas dalam rapat-rapat sebelumnya namun agak terlewatkan oleh karena usul ini diterima di dalam pasal maka tentu sebagai konsekuensinya adalah penjelasan atas pasal 2 ayat 5 itu harus kita cantumkan juga di sini. Kami mohon persetujuan kiranya dari Anggota Komisi IX apakah usul pemerintah untuk menambahkan penjelasan pasal 2 ayat 5 yang menjelaskan BUMN ini dapat disepakati sebelum saya melanjutkan tanggapan pemerintah ini.

KETUA RAPAT:

Baik. Dari pemerintah menawarkan tentang penjelasan, substansi penjelasan pasal 2 ayat 5, apakah ini bisa disetujui?

(20)

FRAKSI REFORMASI (H. TB. SOEMANDJAJA, SO): Ya, Ketua.

Sesungguhnya ini kan sudah kita bahas dalam pembahasan-pembahasan di forum panja. Kemudian dalam penjelasan memang tidak tercantumkan dengan tegas mengenai BUMN ini di penjelasanya. Oleh karena itu tawaran dari pemerintah tadi bagi kami Fraksi Reformasi dapat memahami dan menyetujui. Karena memang dia di batang tubuhnya sudah, maaf, dalam tubuh sudah ada di pasalnya. Cuma dalam penjelasannya tidak tercantumkan. Jadi kalaupun tidak dicantumkan sesungguhnya sudah selesai. Tapi untuk penegasan kami memandang itu dapat saja dimasukkan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

ltu juga yang mau disampaikan oleh pimpina di meja pimpinan. Dengan demikian saya minta persetujuan atas usulan pemerintah ini yang sebetulnya substansinya sudah dibahas pada waktu rapat panja. Bisa disetujui ya? Tok. Silahkan pak Menteri, bisa dilanjutkan.

PEMERINTAH/MENTERI KEHAKIMAN DAN HAM: Terima kasih.

Saudara Pimpinan dan terima kasih kepada fraksi-fraksi yang telah menyetujui usulan pemerintah ini. dengan demikian kita berharap seluruh naskan RUU Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ini telah mendekati kesempurnaan walaupun kita yakin apapun yang kita kerjakan ini tentulah di sana sini akan terdapat kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan.

Kita patut bersyukur kepada Allah Azza Wa Jalla karena meskipun RUU ini sudah lama sekali tertahan di DPR dan baru kita bahas pada akhir-akhir dari masa pengabdian kita, baik sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat maupun kami selaku Menteri Kehakiman dan HAM namun dengan segala itikad baik dari kita bersama maka seluruh RUU yang berjumlah 384 pasal ini yang sepints mungkin kita pikir akan sangat lama dibahas namun rupa-rupanya dapat kita selesaikan dalam waktu yang relatif singkat. Dan kalau kita lihat dari kaca mata pandangan hukum sebenarnya apa yang telah kita selesaikan ini merupakan satu prestasi yang sangat besar dan cukup memuaskan walaupun tentu di sana sini mungkin suatu saat setelah kita renungkan ulang ternyata masih ada kekurangan-kekurangannya dan itu menjadi tegas bagi legislator di masa-masa yang akan datang untuk menyempurnakan RUU ini yang telah kita sahkan menjadi UU hari ini, dan insya Allah akan kita bawa ke pembicaraan Tingkat II untuk diambil keputusan dan disahkan menjadi UU.

Setikdak-tidaknya UU ini akan mampu memberikan rasa aman dan kepastian hukum, khususnya bagi apra pelaku bisnis baik dalam maupun luar negeri yang dalam beberapa tahun terakhir ini seringkali dirisaukan oleh UU Kepailitan kita yang sebagaimana kita maklumi bersama bahwa dahulu juga dilakukan oleh Pemerintah pada tahun 1998 dalam keadaan yang sangat tertekan dan kita membuat Perpu Kepailitan waktu itu dan kemudian disahkan menjadi UU oleh DPR namun banyak sekali kekurangan-kekurangannya dan akhir-akhir ini menggelisahkan para investor asing yang menanamkan modalnya disini. Maka dengan selesainya pembahasan RUU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang sekarang ini rasa aman dan kepastian hukum itu dapat kita jamin dengan lebih baik dan tentu kita harapkan akan membawa manfaat yang lebih besar bagi perbaikan dan kemajuan pembangunan ekonomi di tanah air kita.

(21)

Kami ingin mengakhiri tanggapan pemerintah ini dengan sekali lagi menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada seluruh Anggota Komisi yang benar-benar menunjukkan semangat kerja keras dan itikad yang baik bersama-sama kami yang mewakili Presiden untuk menyelesaikan RUU ini tepat pada waktu yang kita harapkan bersama. Dan mudah-mudahanya ini menjadi sumbangsih kita bagi kemajuan bangsa dan negara.

Andaikata dalam pembahasan-pembahasan ini terdapat kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan maupun kekhilafan-kekhilafan maka saya mewakili rekan-rekan semua yang hadir di sini untuk menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan amal baik yang kita kerjakan ini tidak saja bermanfaat bagi kemaslahatan bersama namun juga mudah-mudahan menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT.

Wabillahitaufik wal hidayah, wassalamu'alaikum Wr. Wb. KETUA RAPAT:

Baik. T erima kasih Bapak Menteri.

Saya rasa pembahasan UU ini 2,5 bulan bukan waktu yang singkat juga. lni berjalannya hampir 2,5 bulan.

Baiklah dengan demikian, para Anggota Dewan yang saya hormati, Bapak Menteri Kehakiman beserta seluruh jajaran maka pembicaraan Tingkat I pada saat ini atas draft RUU Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang bisa disepakati untuk diteruskan kepada pembicaraan Tingkat II di Paripurna dan untuk disahkan menjadi UU.

Baik, dengan demikian bisa disetujui ya? (RAPAT SETUJU)

Sebagaimana lazimnya para Anggota Dewan yang terhormat dan Bapak Menteri, kita akan harus menandatangani draft dari pada RUU ini pada pembicaraan Tingkat I, akan tetapi tadi baru saja kita menyepakati 2 pasal perubahan, eh tambahan dan 1 pasal atas penjelasan, maka untuk itu mohon disepakati bahwa kita serahkan kepada Pemerintah untuk disempurnakan draft tersebut beserta tambahan 2 pasal dan 1 penjelasan dan tanpa merubah substansi yang sudah ada kita sepakati dalam pembicaraan Tingkat I ini.

Untuk itu kita minta pemerintah mempersiapkannya dan bisa langsung diparaf dan ditangatangani oleh Bapak Menteri sebagai wakil pemerintah dan diserahkan kepada sekretariat Komisi IX untuk diparaf dan ditandatangani oleh wakil fraksi-fraksi dan pimpinan Komisi IX. Bisa disetujui ya?

FRAKSI REFORMASI (H. TB. SOENMANDJAJA, SO): Sedikit

KETUA RAPAT: Silahkan

FRAKSI REFORMASI (H. TB. SOENMANDJAJA, SO): T erima kasih.

Tadi ada usul yang dimasukkan dan disampaikan kepada kita sekalian terkait dengan RUU ini adalah pada konsideran mengingat. Di situ diusulkan untuk dipertimbangkan dimasukkan UU Pasal 1 ayat 3 dan UUD pasal 33 ayat

4.

Di Panja, saya kira Pak Dirjen, dalam hal ini mewakili pemerintah, mencatat. Sementara tadi draft yang terakhir diberikan tidak tercantum itu.

(22)

lni hanya pertimbangan saja Ketua. Seumpama memang itu kita sepakati untuk dicantumkan sebagaimana kesepakatan semula, maka kami menayrankan kita cantumkan saja. Kecuali kalau ada pertimbangan lain.

Terima kasih ketua.

KETUA RAPAT:

Baik. Saya itu perlu dicantumkan karena itu hasil pembahasan panja dan saya rasa forum ini yang bisa melegitimasi hasil panja.

Bisa disepati ya?

(RAPAT SETUJU)

Baiklah dengan demikian pemerintah kita tunggu sampai dengan paling lambat besok pagi sudah bisa ditandatangani oleh Pak Menteri dan wakil-wakil dari fraksi sebagai bisa diteruskan kepada jadwal uang sudah kita tetapkan pada pemicaraan Tingkat II untuk disahkan.

Baik, dengan demikian kalau tidak ada hal-hal lain maka dengan ucapan syukur alhamdulillah bahwa Komisi IX bersama-sama pemerintah sekali lagi telah bisa menyelesaikan tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang akan diteruskan besok pada pembicaraan Tingkat II untuk disahkan.

Dengan demikian rapat kerja ini antara Komisi IX dengan Pemerintah saya nyatakan ditutup dengan resmi dengan ucapan sekali lagi alhamdulillahirabbil'alamiin.

(KETOK 3 KALI)

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat prevalensi cacing Anisakis simplex yang ditemukan pada saluran pencernaan ikan tongkol di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, Lamongan sebanyak 10% yang

Topik ini dipilih untuk menguji pengaruh tekanan anggaran waktu, risiko audit, komitmen profesional, keinginan untuk keluar, dan aspek supervisi terhadap penghentian prematur

Selaras dengan amanah dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun

Sebuah studi literatur pada penelitian Ferrante S, yang mendeteksi beberapa otot tungkai bawah dalam gerakan dari duduk ke berdiri untuk menghindari risiko FES dalam

Eksistensi pekerja anak di Indonesia bukanlah hal baru. Begitupun keberadaan pekerja anak yang berprofesi sebagai artis. Memang selama ini diskursus pekerja anak selalu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran ICM dengan pendekatan problem posing berbantuan software MATLAB memiliki

Lahan pasang surut tipe luapan C merupakan lahan suboptimal dan sangat berpotensi dalam pengembangan tanaman kedelai, namun lahan pasang surut mempunyai kendala

Berdasarkan pendapat ini maka keragaman jenis Algae pada ketiga transek diperairan pantai Hanie Desa Tial dapat dikatakan memiliki nilai keragaman yang rendah, namun