• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN DED DRAINASE PRIMER DI KOTA KISARAN (SHARING RPIJM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYUSUNAN DED DRAINASE PRIMER DI KOTA KISARAN (SHARING RPIJM)"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS TATA KOTA KABUPATEN ASAHAN

Jalan Diponegoro No. 348 Kisaran - (0623) 348099

PENYUSUNAN DED DRAINASE PRIMER

DI KOTA KISARAN (SHARING RPIJM)

C

C

V

V

.

.

K

K

R

R

E

E

A

A

T

T

I

I

F

F

C

C

I

I

P

P

T

T

A

A

P

P

R

R

A

A

T

T

A

A

M

M

A

A

Konsultan Teknik Dan Manajemen

Jalan Sei Putih No. 69 – G Medan Telp/Fax. (061) 4577424 ; (061) 4576762

E-m@il : kreatifciptapratama@yahoo.co.id

Laporan Akhir

LaporanPendahulu

(2)
(3)

LAPORAN AKHIR | KATA PENGANTAR i

KATA PENGANTAR

Kegiatan Penyusunan DED Drainase Primer di Kota Kisaran (SHARING RPIJM) merupakan realisasi dari kerjasama Dinas Tata Kota Kabupaten Asahan dengan CV.

Kreatif Cipta Pratama Konsultan, maka bersama ini kami sampaikan:

LAPORAN AKHIR

Laporan Akhir ini berisikan pendahuluan yang menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, dan ruang lingkup kegiatan. Di samping itu pula dijabarkan mengenai gambaran umum lokasi pekerjaan, dan hasil analisa dari data-data yang telah diperoleh, dan detail perencanaan yang telah disusun.

Demikian laporan ini disampaikan, atas kerja sama dan kepercayaanya kami ucapkan terima kasih.

Medan, Desember 2012

CV. Kreatif Cipta Pratama Konsultan

Hendra Manik, ST

(4)

LAPORAN AKHIR | D A F T A R I S I ii

D A F T A R I S I

KATA PENGANTAR ... i

D A F T A R I S I ... ii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1-1

1.1 Umum ... 1-1 1.2 Latar Belakang... 1-2 1.3 Maksud, Tujuan dan Sasaran ... 1-3 1.4 Ruang Lingkup Kegiatan ... 1-3 1.4.1 Lingkup Kerja ... 1-3 1.4.2 Lingkup Waktu ... 1-4 1.4.3 Lingkup Lokasi ... 1-4

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN ... 2-1

2.1 Letak Geografis ... 2-1 2.2 Luas Wilayah ... 2-4 2.3 Kependudukan... 2-5

BAB 3 PENGUMPULAN DATA SEKUNDER ... 3-1

3.1 Drainase Makro ... 3-1 3.2 Drainase Mikro... 3-3

BAB 4 KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER ... 4-1

4.1 Tinjauan Umum Kondisi Drainase Primer ... 4-1 4.2 Kondisi Saluran Primer Glugur ... 4-1

(5)

LAPORAN AKHIR | D A F T A R I S I iii 4.3 Kondisi Saluran Primer Belakang Kodim... 4-4 4.4 Kondisi Saluran Primer Sidodadi ... 4-6 4.5 Kondisi Saluran Primer Kisaran Naga ... 4-8 4.6 Kondisi Saluran Primer Karang Anyer ... 4-10

BAB 5 SURVEY TOPOGRAFI ... 5-1

5.1 Pengukuran di Lapangan ... 5-1 5.2 Keluaran Kegiatan Survei Topografi ... 5-8 5.3 Penggambaran Hasil Survey Topografi ... 5-8

BAB 6 ANALISA HIDROLOGI ... 6-1

6.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum ... 6-1 6.2 Pemeriksaan Data Curah Hujan ... 6-1 6.2.1 Pemeriksaan Adanya Outlier ... 6-2 6.2.2 Pemeriksaan Stabilitas Mean ... 6-4 6.3 Analisa Frekuensi Curah Hujan ... 6-5 6.3.1 Distribusi Normal ... 6-5 6.3.2 Distribusi Gumbel Tipe I ... 6-7 6.3.3 Distribusi Pearson III ... 6-8 6.3.4 Distribusi Log Pearson III ... 6-8 6.4 Perhitungan Debit Banjir ... 6-12 6.4.1 Perhitungan Debit Banjir Rencana dengan Metode Weduwen ... 6-13 6.4.2 Debit Banjir di Drainase Primer Glugur ... 6-14 6.4.3 Debit Banjir di Drainase Primer Kisaran Naga ... 6-14 6.4.4 Debit Banjir di Drainase Primer Karang Anyer ... 6-14 6.4.5 Debit Banjir di Drainase Primer Bunut Belakang Kodim ... 6-15 6.4.6 Debit Banjir di Drainase Primer Sidodadi Mulyo 1 ... 6-15 6.4.7 Debit Banjir di Drainase Primer Sidodadi Mulyo 2 ... 6-15

(6)

LAPORAN AKHIR | D A F T A R I S I iv

BAB 7 DETAIL DESAIN DRAINASE ... 7-1

7.1 Layout Rencana Drainase ... 7-1 7.2 Desain Saluran ... 7-1 7.3 Dimensi Drainase Primer Glugur ... 7-4 7.4 Dimensi Drainase Primer Karang Anyer... 7-6 7.5 Dimensi Drainase Primer Kodim ... 7-7 7.6 Dimensi Drainase Primer Kisaran Naga ... 7-8 7.7 Dimensi Drainase Primer Sidodadi 1 ... 7-9 7.8 Dimensi Drainase Primer Sidodadi 2 ... 7-10

BAB 8 SPESIFIKASI TEKNIS ... 8-1

8.1 Pekerjaan Persiapan... 8-1 8.1.1 Pekerjaan Patok-Patok dan Bowplank... 8-1 8.1.2 Pondok Kerja dan Gudang Bahan ... 8-1 8.1.3 Transportasi Bahan ke Lapangan... 8-1 8.1.4 Papan Nama Proyek ... 8-2 8.1.5 Pengadaan Air Kerja ... 8-2 8.1.6 Pengukuran Ulang ... 8-2 8.1.7 Administrasi Kegiatan / Proyek ... 8-2 8.2 Bahan-Bahan Umum ... 8-3 8.2.1 S e m e n ... 8-3 8.2.1.1 Pengujian dan Pemeriksaan ... 8-3 8.2.1.2 Gudang/Penyimpanan (Strorage) ... 8-3 8.2.2 Pasir (Sand) ... 8-4 8.2.3 Batu Padas/ Batu Kali ... 8-4 8.2.4 Bambu... 8-4

(7)

LAPORAN AKHIR | DAFTAR TABEL v 8.3 Pekerjaan Konstruksi ... 8-4 8.3.1 Pekerjaan Tanah ... 8-4 8.3.1.1 Pembersihan ... 8-5 8.3.1.2 Galian... 8-5 8.3.1.3 Urugan tanah ... 8-6 8.3.2 Pasangan Batu Padas / Batu Kali... 8-6 8.3.3 Pekerjaan Plesteran ... 8-7 8.3.4 Bronjong ... 8-7 8.4 Pekerjaan Akhir ... 8-8 8.4.1 Pekerjaan Pembersihan (Clean Sheet Areal) ... 8-8 8.4.2 As Built Drawing ... 8-8

BAB 9 RENCANA ANGGARAN BIAYA... 9-1

9.1 Volume Pekerjaan ... 9-1 9.2 Analisa Harga Satuan Pekerjaan ... 9-1 9.3 Analisa Rencana Anggaran Biaya... 9-1 9.3.1 RAB Drainase Primer Glugur ... 9-2 9.3.2 RAB Drainase Primer Belakang Kodim ... 9-3 9.3.3 RAB Drainase Primer Karang Anyer ... 9-4 9.3.4 RAB Drainase Primer Kisaran Naga ... 9-5 9.3.5 RAB Drainase Primer Sidodadi 1 ... 9-6 9.3.6 RAB Drainase Primer Sidodadi 2 ... 9-7

BAB 10 KESIMPULAN DAN SARAN ... 10-1

10.1 Kesimpulan ... 10-1 10.2 Saran ... 10-2

(8)

LAPORAN AKHIR | DAFTAR TABEL vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Asahan ... 2-5 Tabel 2-2 Keadaan Penduduk kota Kisaran... 2-6 Tabel 3-1 Ringkasan Hasil Pengukuran Inventarisasi Saluran Drainase di Kota Kisaran .... 3-5 Tabel 6-1 Data Hujan Maksimum Stasiun Hujan Bunut ... 6-1 Tabel 6-2 Harga Kn untuk pemeriksaan outlier ... 6-2 Tabel 6-3. Harga G pada distribusi Log Pearson III (Cs positif) ... 6-9 Tabel 6-4. Harga G pada distribusi Log Pearson (Cs negatif) ... 6-10 Tabel 6-5 Hasil Analisis Frekwensi ... 6-11 Tabel 6-6 Perhitungan Debit Banjir Drainase Primer Glugur ... 6-14 Tabel 6-7 Perhitungan Debit Banjir Drainase Primer Kisaran Naga ... 6-14 Tabel 6-8 Perhitungan Debit Banjir Drainase Primer Karang Anyer ... 6-14 Tabel 6-9 Perhitungan Debit Banjir Drainase Primer Bunut Belakang Kodim ... 6-15 Tabel 6-10 Perhitungan Debit Banjir Drainase Primer Sidodadi Mulyo 1 ... 6-15 Tabel 6-11 Perhitungan Debit Banjir Drainase Primer Sidodadi Mulyo 2 ... 6-15 Tabel 9.1 RAB Drainase Primer Glugur ... 9-2

Tabel 9.2 RAB Drainase Primer Belakang Kodim... 9-3

Tabel 9.3 RAB Drainase Primer Karang Anyer ... 9-4

Tabel 9.4 RAB Drainase Primer Kisaran Naga ... 9-5

Tabel 9.5 RAB Drainase Primer Sidodadi 1... 9-6

Tabel 9.6 RAB Drainase Primer Sidodadi 2... 9-7

(9)

LAPORAN AKHIR | DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Asahan ... 2-1

Gambar 2.2 Peta Geografis Lokasi Pekerjaan ... 2-2

Gambar 2.3. Peta Topografi Lokasi Pekerjaan ... 2-3 Gambar 2.4 Peta Jaringan Jalan di Kota Kisaran ... 2-4

Gambar 3.1 Sistem Drainase Makro Kawasan Kota Kisaran ... 3-2

Gambar 4.1 Kondisi Drainase yang Sangat Rapat Dengan Pemukiman... 4-2

Gambar 4.2 Drainase Tertutup Vegetasi ... 4-2

Gambar 4.3 Lay Out Drainase Primer Glugur ... 4-3

Gambar 4.4 Pertemuan Drainase dengan Sungai Silau ... 4-4

Gambar 4.5 Kondisi Saluran primer yang Telah Dilinning ... 4-4

Gambar 4.6 Lay Out Drainase Primer Belakang Kodim ... 4-5

Gambar 4.7 Kondisi Saluran Primer yang tetutup Vegetasi dan Sedimen ... 4-6

Gambar 4.8 Kondisi Saluran primer yang Belum Dilinning... 4-6

Gambar 4.9 Lay Out Draoinase Primer Sidodadi ... 4-7

Gambar 4.10 Genangan yang Terjadi di Saluran primer ... 4-8 Gambar 4.11 Kondisi Saluran drainase yang tertutupi Vegetasi ... 4-8 Gambar 4.12 Lay Out Drainase Primer Kisaran Naga ... 4-9 Gambar 4.13 Dimensi Saluran yang Kurang Memadai ... 4-10 Gambar 4.14 Kondisi Saluran Primer yang Tertutup Sampah ... 4-10 Gambar 4.15 16 Lay Out Drainase Primer Karang Anyer ... 4-11 Gambar 4.17 kondisi Saluran Primer yang Tertutup Vegetasi dan Penuh Sedimen... 4-12

Gambar 5.1 Pengukuran Jarak Patok dengan Pita Ukur di Drainase Sidodadi ... 5-2

Gambar 5.2 Patok yang Dipasang di Sekitar Drainase Belakang Kodim ... 5-2

Gambar 5.3 Pengukuran Propil Melintang Drainase Glugur dengan Theodolite ... 5-3

(10)

LAPORAN AKHIR | DAFTAR GAMBAR viii

Gambar 5.5 Pengukuran Trase Saluran dengan Theodolite di Drainase Kisaran Naga . 5-4

Gambar 5.6 Pengukuran Trase Saluran dengan Theodolite di Drainase Primer Bunut

Belakang Kodim ... 5-4

Gambar 5.7 Pengecekan dan Pengolahan Data Survey ... 5-8

Gambar 7.1 Grafik perbandingan antara lebar dasar saluran dan tinggi air ... 7-2

Gambar 7.2 Potongan Gambar Type A ... 7-4

Gambar 7.3 Potongan Saluran Type B ... 7-4

Gambar 7.4 Potongan Saluran Type C ... 7-5

Gambar 7.5 Potongan Saluran Type D ... 7-5

Gambar 7.6 Potongan Gambar Type A ... 7-6

Gambar 7.7 Potongan Gambar Type B ... 7-6

Gambar 7.8 Potongan Gambar Type A ... 7-7

Gambar 7.9 Potongan Gambar Type B ... 7-7

Gambar 7.10 Potongan Gambar Type C ... 7-8 Gambar 7.11 Potongan Gambar Type A ... 7-8 Gambar 7.12 Potongan Gambar Type B ... 7-9 Gambar 7.13 Potongan Gambar Type C ... 7-9 Gambar 7.14 Potongan Gambar Type A ... 7-9 Gambar 7.15 Potongan Gambar Type B ... 7-10 Gambar 7.16 Potongan Gambar Type A ... 7-10 Gambar 7.17 Potongan Gambar Type B ... 7-10

(11)

LAPORAN AKHIR | PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal.

Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas, di mana drainase merupakan suatu cara pembuangan kelebihan air yang tidak diinginkan pada suatu daerah, serta cara-cara penangggulangan akibat yang ditimbulkan oleh kelebihan air tersebut.

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

Kegunaan saluran drainase antara lain :

 Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.  Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.

 Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

 Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

Saat ini begitu banyak permasalahan lingkungan yang terjadi, diantaranya adalah banjir. Kini banjir sudah umum terjadi di kawasan pedesaan dan perkotaan. Persoalan ini diakibatkan karena berbagai hal, salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dalam mengelola sistem drainase. Sistem drainase sendiri terdiri dari empat macam, yaitu sistem drainase primer, sistem drainase sekunder, sistem drainase tersier dan sistem drainase kuarter. Sistem drainase ini memiliki peran dan fungsinya masing-masing.

Di dalam mendukung pelaksanaan pembangunan infrastruktur drainase seperti yang diharapkan, diperlukan suatu perencanaan detail. dalam hal ini yang menjadi perencanaan

(12)

LAPORAN AKHIR | PENDAHULUAN 1-2 adalah drainase primer, yaitu Suatu badan air yang merupakan bagian dari suatu sistem drainase utama atau drainase lokal di mana aliran utamanya menuju ke pembuangan akhir.

1.2 LATAR BELAKANG

Seperti halnya kota-kota lainnya di Indonesia, Kota Kisaran sering menghadapi permasalahan banjir terutama pada musim hujan. Beberapa kondisi yang menyebabkan permasalahan umum drainase dan banjir di kota Kisaran antara lain:

1. Letak saluran drainase yang ada belum tertata dengan baik

Beberapa bagian saluran drainase utama kota Kisaran baik yang alamiah maupun buatan, sebagian besar belum mempunyai garis sempadan yang jelas dan belum diperdakan. Hal ini menimbulkan kerancuan dalam upaya pengelolaan dan larangan bangunan liar di sepanjang sungai. Sehingga biaya pemeliharaan atau normalisasi sungai/drainase sangat tinggi.

2. Kapasitas saluran drainase di beberapa tempat tidak mencukupi untuk mengalirkan debit banjir yang terjadi.

3. Kemiringan dasar saluran drainase yang ada kurang mencukupi untuk dapat mengalirkan air yang masuk kedalamnya. Sehingga menimbulkan sedimentasi dan pendangkalan.

4. Saluran drainase yang ada sering dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah

Sumber genangan (banjir) di kota Kisaran ditimbulkan oleh 2 macam penyebab, yaitu: 1. Banjir kiriman yaitu aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu di luar kawasan

yang tergenang. Wilayah yang rawan mengalami banjir kiriman di daerah:

 Kecamatan Kisaran Timur antara lain kelurahan Siumbut Baru dan kelurahan Siumbut umbut mengalami banjir kiriman dari sungai Sei Silau.

 Kecamatan Kisaran Barat antara lain kelurahan Sidodadi dan Dadimulyo mengalami banjir kiriman dari sungai Kantor anak sungai Bunut.

2. Banjir lokal yaitu genangan air yang timbul akibat air hujan yang jatuh di daerah itu sendiri.

(13)

LAPORAN AKHIR | PENDAHULUAN 1-3 Penanganan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai tahap perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan, serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai drainase kepada pihak yang terlibat baik bagi pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan agar penanganan dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan hasil Master Plan Drainase Kota Kisaran yang merekomendasikan diperlukannya perencanaan yang lebih akurat dalam penangan bajir kota Kisaran maka perlu dilakukan Detail Engineering Desain Drainase Primer Kota Kisaran.

1.3 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Maksud kegiatan ini adalah untuk membuat rencana teknis Drainase Primer di Kota Kisaran Tujuan kegiatan ini adalah untuk normalisasi saluran sehingga tidak menyebabkan banjir pada area sekitar lokasi pelaksanaan kegiatan.

Sasaran yang akan dicapai dari kegiatan ini adalah :

a. Tersedianya Detail Engineering Design Drainase Primer.

b. Tersedianya dokumen perencanaan sebagai informasi koordinasi dan sinkronisasi dengan perencanaan komponen infrastruktur terkait.

c. Diperoleh rencana anggaran / biaya pembangunan drainase primer

1.4 RUANG LINGKUP KEGIATAN

1.4.1 Lingkup Kerja

Lingkup Kegiatan dalam Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Drainase Primer ini antara lain :

1. Pengumpulan data lapangan yang mencakup

a. Data primer, berupa hasil pengamatan dan pengukuran yang dilakukan langsung di lapangan, data primer berupa pengukuran topografi lokasi studi

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dinas dinas terkait, dan dari hasil penelitian yang terkait dengan kegiatan Detail Engineering Design (DED) Drainase Primer di Kota Kisaran.

(14)

LAPORAN AKHIR | PENDAHULUAN 1-4 2. Pengolahan data, berupa analisa data yang diperoleh di lapangan baik itu berupa data

primer maupun sekunder 3. Pembuatan Spesifikasi Teknis

4. Pembuatan Rencana Anggaran Biaya

1.4.2 Lingkup Waktu

Waktu pelaksanaan untuk pekerjaan ini adalah 1,5 bulan terhitung sejak dikeluarkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dari Pemberi Tugas

1.4.3 Lingkup Lokasi

Lokasi pekerjaan Detail Engineering Desain Saluran Primer Kota Kisaran berada di Kota Kisaran Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis lokasi pekerjaan Kisaran Barat terletak pada posisi 2o57’08”-3o01’09” LU dan 99o33’00”-99o37’51” BT.

(15)

LAPORAN AKHIR | GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN 2-1

BAB 2 GAMBARAN UMUM

LOKASI PEKERJAAN

2.1 LETAK GEOGRAFIS

Lokasi pekerjaan Detail Engineering Desain Saluran Primer Kota Kisaran berada di Kota Kisaran Kabupaten Asahan Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis lokasi pekerjaan Kisaran Barat terletak pada posisi 2o57’08”-3o01’09” LU dan 99o33’00”-99o37’51” BT.

Kisaran Timur terletak pada posisi 2o56’55”-3o01’30” LU dan 99o36’43” – 99o40’38” BT. Untuk

mencapai lokasi dapat ditempuh melalui jalan darat dari ibukota Propinsi (Medan) sejauh ± 152 km dengan lama perjalanan ± 4 jam dengan kondisi jalan yang cukup bagus. Lokasi pekerjaan disajikan pada peta di bawah ini yang bersumber dari Bakosurtanal.

Batas-batas kawasan Lokasi adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Berbatasan dengan kecamatan Rawang Panca Arga  Selatan Selatan : Berbatasan dengan kecamatan Sei Dadap

 Barat : Berbatasan dengan kecamatan Pulo Bandring  Timur : Berbatasan dengan kecamatan Air Joman

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Asahan

(16)

LAPORAN AKHIR | GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN 2-2 Gambar 2.2 Peta Geografis Lokasi Pekerjaan

(17)

LAPORAN AKHIR | GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN 2-3

Kondisi topografi kota ini relatif datar dengan kemiringan ke arah Utara dan Timur sekitar 1%-3 %. Kisaran Barat berada pada ketinggian rata-rata 25 mdpl, sedang Kisaran Barat berada pada ketinggian 23 mdpl.

Gambar 2.3. Peta Topografi Lokasi Pekerjaan

(18)

LAPORAN AKHIR | GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN 2-4 Gambar 2.4 Peta Jaringan Jalan di Kota Kisaran

2.2 LUAS WILAYAH

Kota Kisaran terdiri dari 2 kecamatan yaitu kecamatan Kisaran Barat yang terdiri dari 13 kelurahan dan 74 dusun atau lingkungan memiliki luas 32,96 km2 atau 0,87% dari luas

Kabupaten Asahan dan Kisaran Timur terdiri dari 12 keluranan dengan 94 dusun atau lingkungan memiliki luas 38,92 km2 atau 1,02% sehingga total luas Kota Kisaran adalah

sekitar 71.88 km2 atau 1,89% dari luas total Kabupaten Asahan. Untuk lebih jelasnya dapat

(19)

LAPORAN AKHIR | GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN 2-5 Tabel 2-1 Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Asahan

1 B. P. Mandoge 651.00 17.13 2 Bandar Pulau 433.42 11.41 3 Aek Songsongan 117.31 3.09 4 Rahuning 184.27 4.85 5 Pulau Rakyat 250.99 6.61 6 Aek Kuasan 95.23 2.51 7 Aek Ledong 82.13 2.16 8 Sei Kepayang 235.30 6.19

9 Sei Kepayang Barat 82.92 2.18

10 Sei Kepayang Timur 142.80 3.76

11 Tanjung Balai 55.61 1.46 12 Simpang Empat 130.55 3.44 13 Teluk Dalam 96.00 2.53 14 Air Batu 94.60 2.49 15 Sei Dadap 65.72 1.73 16 Buntu Pane 218.28 5.74 17 Tinggi Raja 125.56 3.30 18 Setia Janji 202.66 5.33 19 Meranti 90,75 2.39 20 Pulo Bandring 99.91 2.63

21 Rawang Panca Arga 90,30 2.38

22 Air Joman 92.86 2.44 23 Silo Laut 89.45 2.35 24 Kisaran Barat 32.96 0.87 25 Kisaran Timur 38.92 1.02 Rasio terhadap luas total (%) Luas (Km²) Kecamatan No.

Sumber: BPS Kabupaten Asahan Dalam Angka, 2012

2.3 KEPENDUDUKAN

Penduduk merupakan aset daerah, karena merupakan subjek sekaligus objek dari pembangunan. Oleh karenanya faktor penduduk berkompetensi untuk ditinjau sehubungan dengan pembangunan suatu daerah. Total penduduk Kota Kisaran sebesar 133.356 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1.71 % dan kepadatan penduduk 1.855 jiwa/ km2. Untuk lebih jelasnya keadaan penduduk dan penggunaan lahan dapat dilihat dalam

(20)

LAPORAN AKHIR | GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN 2-6 Tabel 2-2 Keadaan Penduduk kota Kisaran

No Kecamatan Kelurahan Jumlah Penduduk Keterangan

A. Kisaran Barat 1 Sei Renggas 5540

2 Sendang sari 6774 3 Kisaran Barat 4354 4 Tegal sari 4985 5 Tebing Kisaran 3544 6 Kisaran Kota 3551 7 Kisaran Baru 6728 8 Mekar Baru 5309 9 Sidodadi 3896 10 Dadimulyo 4497 11 Sidomukti 5377 12 Bunut 4124 13 Bunut Barat 5343 Jumlah (A) 64.022

B. Kisaran Timur 1 Sentang 8281

2 Kedai Ledang 3900 3 Kisaran Naga 5911 4 Teladan 6910 5 Kisaran Timur 3283 6 Selawan 6877 7 Mutiara 6717 8 Siumbut Baru 3484 9 Siumbut-umbut 4548 10 Karang Anyer 4187 11 Gambir Baru 5769 12 Lestari 9467 Jumlah (B) 69.334 Total 133.356 Sumber: Kisaran Dalam Angka, 2010

(21)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-1

BAB 3 PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER

Agar hasil detail desain ini lebih komprehensif, maka digunakan referensi pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan ini. Dari hasil pengumpulan studi terdahulu yang berhasil dikumpulkan adalah Master Plan Drainase Kawasan kota Kisaran Kabupaten Asahan, Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Sumatera Utara Kementerian Pekerjaan Umum Dirjen Cipta Karya, dari studi ini nantinya sebagai perbandingan hasil yang diperoleh nantinya.

Sistem drainase dalam kegiatan ini dibagi kedalam drainase makro dan drainase mikro. Drainase makro merupakan saluran alam atau buatan yang sebagian besar daerah tangkapan air (cathment areanya) di luar kawasan kegiatan. Sedangkan drainase mikro adalah drainase alam atau buatan yang sebagian besar cathment areanya berada di dalam kawasan kegiatan. Berdasarkan pengertian diatas, pembagian drainase Kota Kisaran adalah sebagai berikut:

3.1 DRAINASE MAKRO

Drainase makro yang berkaitan dengan Kota Kisaran terdiri dari 4 sistem yaitu : 1. Sistem Sungai Silau, dengan Drainase Makronya Sungai Silau

2. Sistem Sungai Belida, dengan Drainase Makronya Sungai Belida

3. Sistem Sungai Gurat Batu kantor/ Bunut, dengan Drainase Makronya Sungai Bunut 4. Sistem Sungai Kantong, dengan Drainase Makronya Sungai Kantong

(22)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-2

Gambar 3.1 Sistem Drainase Makro Kawasan Kota Kisaran

Secara garis besar hasil inventarisasi sistem drainase makro kawasan kota Kisaran adalah sebagai berikut:

1. Sistem Sungai Silau

Sungai Silau berhulu dari Sebelah Barat Daya Kota Kisaran dan bermuara di sungai Asahan. Lebar sungai ini sekitar 60 - 80 m dan kedalaman air sekitar 1,5 m. Sungai ini berfungsi sebagai muara drainase pembuang dari sebahagian atau seluruh drainase dari beberapa kelurahan kecamatan Kisaran Barat dan kecamatan Kisaran Timur. Yang dari kecamatan Kisaran Barat yaitu Kelurahan Sei Rengas, Sendang Sari, Kisaran barat, Tegal sari dan Tebing Kisaran. Yang dari kecamatan Kisaran Timur yaitu kelurahan Kisaran Naga, Teladan, Selawan, Kedai Ledang, Selawan, Mutiara, Siumbul Baru dan Siumbut umbut. Sebaliknya di kecamatan Kisaran Timur luapan sungai Silau pernah menimbulkan bencana banjir khususnya di kelurahan Siumbut umbut sekitar Tahun 2001.

2. Sistem Sungai Belida

Sungai Belida berhulu dari Sebelah Barat Daya kelurahan Sentang kecamatan Kisaran Timur dan bermuara di sungai Dadap anak sungai Asahan. Lebar sungai

(23)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-3 ini sekitar 8 - 10 m dan kedalaman air sekitar 1 m. Sungai ini berfungsi sebagai muara drainase pembuang dari kelurahan Sentang kecamatan Kisaran Timur. 3. Sistem Sungai Gurat Batu Kantor/ Bunut

Sungai Gurat Batu Kantor/ Bunut berhulu dari Sebelah Barat Daya kelurahan Sidodadi kecamatan Kisaran barat dan bermuara di sungai Bunut. Lebar sungai ini sekitar 15 - 17 m dan kedalaman air sekitar 1.5 m. Sungai ini berfungsi sebagai muara drainase pembuang dari kelurahan Sidodadi, Bunut, Dadimullyo dan Sidomukti kecamatan Kisaran Barat.

4. Sistem Sungai Kantong

Sungai Kantong berhulu dari Sebelah Barat kelurahan Bunut Barat kecamatan Kisaran barat dan bermuara di sungai Acun.

Lebar sungai ini sekitar 3 - 5 m dan kedalaman air sekitar 1 m. Sungai ini berfungsi sebagai muara drainase pembuang dari sebahagian drainase dari kelurahan Bunut Barat kecamatan Kisaran Barat.

3.2 DRAINASE MIKRO

Drainase mikro yang berkaitan dengan Kota Kisaran terdiri dari 6 sistem dan merupakan drainase pembuang primer yaitu :

1.

Paret Primer Gelugur

Paret Primer Gelugur berhulu dari kelurahan Kisaran Kota kecamatan Kisaran Barat dan bermuara di sungai Silau anak sungai Asahan. Drainase Pembuang Primer ini berfungsi melayani pembuang dari sebahagian atau seluruh drainase dari beberapa kelurahan kecamatan Kisaran Barat dan kecamatan Kisaran Timur. Yang dari kecamatan Kisaran Barat yaitu Kelurahan Mekar Baru, Kisaran Baru, Kisaran Kota. Yang dari kecamatan Kisaran Timur yaitu kelurahan Lestari, Gambir Baru, Selawan, Mutiara, Siumbut Baru, Siumbut umbut dan Karang Anyar.

2.

Paret Primer Belakang Kodim

Paret Primer Belakang Kodim berhulu dari kelurahan Dadimulyo kecamatan Kisaran Barat dan bermuara di sungai Gurat Batu Kantor/ sungai Bunut. Drainase Pembuang Primer ini berfungsi melayani pembuang dari sebahagian drainase dari beberapa kelurahan kecamatan Kisaran Barat dan kecamatan Kisaran Timur. Yang dari kecamatan Kisaran Barat yaitu Kelurahan Dadimulyo, Mekar Baru dan Sidomukti. Yang dari kecamatan Kisaran Timur yaitu kelurahan Lestari.

(24)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-4

3.

Paret Primer Sidodadi berhulu dari sebelah selatan kelurahan Sidodadi dan bermuara di sungai Gurat Batu Kantor/ Bunut. Drainase Pembuang Primer ini berfungsi melayani pembuang dari sebahagian drainase dari kelurahan Sidodadi dan Dadimulyo kecamatan Kisaran Barat.

4.

Paret Primer Dadimulyo berhulu dari sebelah selatan kelurahan Dadimulyo dan bermuara di sungai Gurat Batu Kantor/ Bunut. Drainase Pembuang Primer ini berfungsi melayani pembuang dari sebahagian drainase dari kelurahan Dadimulyo dan Sidodad kecamatan Kisaran Barat.

5.

Paret Primer Kisaran Naga berhulu dari sebelah Utara kelurahan Kisaran Naga dan bermuara di sungai Belida. Drainase Pembuang Primer ini berfungsi melayani pembuang dari sebahagian drainase dari kelurahan Kisaran Naga dan Kedai Ledang kecamatan Kisaran Timur.

6.

Paret Primer Karang Anyar berhulu dari sebelah Barat kelurahan Karang Anyar dan bermuara di sungai Asahan. Drainase Pembuang Primer ini berfungsi melayani pembuang dari sebahagian drainase dari kelurahan Karang Anyar dan Gambir Baru kecamatan Kisaran Timur.

Hasil skets pengukuran inventarisasi disajikan dalam bentuk lampiran inventarisasi. Ringkasan Hasil pengukuran inventarisasi ditunjukkan secara tabel sebagai berikut:

(25)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-5

Tabel 3-1 Ringkasan Hasil Pengukuran Inventarisasi Saluran Drainase di Kota Kisaran

No SISTEM DRAINASE TIPE SALURAN/ SUNGAI NAMA SALURAN/ SUNGAI LEBAR (CM)

TINGGI (CM)

PANJANG

(M) KONDISI ALTERNATIF PENANGANAN

1 MAKRO SAL. ALAMI S. SILAU 8000 350 17633,8 TERJADI PENDANGKALAN PENGERUKAN DASAR SUNGAI ATAU PEMBUATAN TANGGUL 2 MAKRO SAL. ALAMI S. BUNUT 1700 200 14726,84 SERING MELUAP PENGERUKAN DASAR SUNGAI ATAU PEMBUATAN TANGGUL 3 MAKRO SAL. ALAMI S. KANTONG 500 150 10752,565 TERJADI PENDANGKALAN PENGERUKAN DASAR SUNGAI ATAU PEMBUATAN TANGGUL 4 MAKRO SAL. ALAMI S. BELIDA 1000 150 9937,655 TERJADI PENDANGKALAN PENGERUKAN DASAR SUNGAI

5 MIKRO SAL ALAMI PARIT PRIMER BUNUT BARAT 200 100 7744,46 SLOPE NAIK TURUN MENGATUR KELANDAIAN SALURAN 6 MIKRO SAL. SEMI ALAMI S. SILAU LAUT 300 150 4242,14 BANYAK RUMPUT LIAR NORMALISASI SUNGAI 7 MIKRO SAL. ALAMI PARIT PRIMER KARANG ANYAR 300 150 7190,7 BANYAK RUMPUT LIAR NORMALISASI SUNGAI 8 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT PRIMER BELAKANG KODIM 500 200 5230,785 DASAR SALURAN NAIK TURUN MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

9 MIKRO SAL ALAMI PARIT PRIMER GELUGUR 800 400 8016,19 CUKUP BAIK PENYESUAIAN DIMENSI SALURAN TERHADAP DEBIT AIR 10 MIKRO SAL. ALAMI S. SINGKEP 500 180 2309,46 TIDAK ADA TANGGUL DAN SAL. DANGKAL PENGERUKAN DASAR SUNGAI ATAU PEMBUATAN TANGGUL 11 MIKRO SAL. ALAMI S. ACUN 700 180 1722,255 TIDAK ADA TANGGUL PENGERUKAN DASAR SUNGAI ATAU PEMBUATAN TANGGUL 12 MIKRO SAL. SEMI ALAMI S. SERANG 300 150 4831,69 SLOPE HILIR TERLALU KECIL PENGERUKAN DASAR SUNGAI

13 MIKRO SAL. ALAMI S. TANJUNG ALAM 400 180 2819,215 SLOPE HILIR TERLALU KECIL PENGERUKAN DASAR SUNGAI 14 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEKUNDER S. KANTONG 150 80 1035,86 PARIT PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI

15 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. BUNUT BARAT 100 100 1234,655 SLOPE NAIK TURUN MENGATUR KELANDAIAN SALURAN 16 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK.BUNUT SEBRANG 250 150 1318,39 PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI

17 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. BUNUT 1 100 80 1035,065 PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI 18 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. BUNUT 2 100 80 455,14 PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI 19 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. BUNUT 3 100 80 159,9 PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI

20 MIKRO SAL. ALAMI PARIT BIS GEMBLONG 800 250 1042,295 SELALU MENDAPAT LUAPAN S. BUNUT PERLU PROTEKSI DARI S. BUNUT 21 MIKRO SAL. BETON OPEN CANAL (OC) PARIT TERSIER A. YANI 1 100 100 224,405 BANYAK SEDIMEN NORMALISASI

22 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. SIDODADI 150 80 1038,4 SAL. DANGKAL NORMALISASI 23 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI RENGAS 1 300 150 2984,55 SLOPE NAIK TURUN NORMALISASI 24 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI RENGAS 2 250 100 954,965 SLOPE NAIK TURUN NORMALISASI 25 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI RENGAS 3 200 80 510,835 SAL. TIDAK LANCAR NORMALISASI 26 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI RENGAS 4 200 100 798,96 SAL. TIDAK LANCAR NORMALISASI 27 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI RENGAS 5 150 90 823,08 SAL. TIDAK LANCAR NORMALISASI 28 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. JL. GAJAH 200 150 510,285 SAL. PENUH SAMPAH NORMALISASI

29 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. JL. ANOA 100 100 1206,835 AIR BERHENTI DI DALAM SALURAN MENGATUR KELANDAIAN SALURAN 30 MIKRO SAL. OC PARIT SEK. KAMP. TERONDAM 100 100 757,675 SAL. BAGUS MENAMBAH LINING

31 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. JL. KANCIL 1 250 150 406,425 SAL. PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI 32 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. JL. KANCIL 2 300 150 823,33 SLOPE NAIK TURUN NORMALISASI

33 MIKRO SAL. OC PARIT SEK. JL. KANCIL 3 50 50 222,98 SAL. HULU TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN 34 MIKRO SAL SEMI ALAMI PARIT PRIMER DADIMULYO 200 100 2888,91 TENGAH SAL. ELV.NYA TINGGI MENGATUR KELANDAIAN SALURAN 35 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. JL. RIMBAS 200 100 514,36 HILR SAL. ELV. TINGGI MENGATUR KELANDAIAN SALURAN 36 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. JL. ANGGOTA DEWAN 150 80 666,635 HILIR SAL. ELV TINGGI MENGATUR KELANDAIAN SALURAN 37 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. DADIMULYO 1 180 100 1128,285 SAL. PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI

38 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SIDOMUKTI 1 200 100 459,99 SAL. OUTLET IPAL PABRIK KARET NORMALISASI

39 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SIDOMUKTI 2 80 50 647,32 SAL. KURANG BESAR PENYESUAIAN DIMENSI SALURAN TERHADAP DEBIT AIR 40 MIKRO SAL SEMI ALAMI PARIT SEK. SIDOMUKTI 3 65 50 137,375 SAL. KURANG BESAR NORMALISASI

41 MIKRO SAL OC. PARIT SEK. JL. PAITAN 1 40 40 165,815 SAL. KURANG BESAR PELEBARAN SALURAN 42 MIKRO SAL OC PARIT SEK. JL. PAITAN 2 40 40 91,44 SAL. KURANG BESAR PELEBARAN SALURAN

(26)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-6

No SISTEM DRAINASE TIPE SALURAN/ SUNGAI NAMA SALURAN/ SUNGAI LEBAR (CM)

TINGGI (CM)

PANJANG

(M) KONDISI ALTERNATIF PENANGANAN

43 MIKRO SAL. SEMI ALAM PARIT SEI BOGAT 200 100 844,865 SAL. TIDAK MENGALIR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

44 MIKRO SAL. SEMI ALAM PARIT SEK. SIDOMUKTI 4 300 100 1216,465 SLOPE HILIR RENDAH NORMALISASI

45 MIKRO SAL. BUATAN PARIT SEK. SIDOMUKTI 5 300 100 236 SAL. PENUH SAMPAH NORMALISASI

46 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK.JL. TERMINAL 1 200 100 1324,51 SLOPE NAIK TURUN MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

47 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. JL. TERMINAL 2 150 100 280,395 PENUH RUMPUT LIAR NORMALISASI

48 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. JL. SUTAMI 1 300 120 271,945 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

49 MIKRO SAL. LINING OC PARIT SEK JL. SUTAMI 2 150 100 479,035 TERDAPAT KERUSAKAN PADA GORONG2 PERBAIKAN GORONG2

50 MIKRO SAL. LINING OC PARIT SEK. JL. SUTAMI 3 65 45 368,69 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR PENYESUAIAN DIMENSI SALURAN TERHADAP DEBIT AIR

51 MIKRO SAL. LINING OC PARIT SEK. GRAHA INDAH 1 100 100 274,01 SAL. BAGUS DAPAT MENJADI SAL. INLET DARI JL. ABDI SETIA BAKTI

52 MIKRO SAL. LINING OC PARIT SEK. GRAHA INDAH 2 150 100 164,69 SAL. BAGUS DAPAT MENJADI INLET SAL JL. A. YANI

53 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK.SEI RAWANG 1 250 150 3966,915 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

54 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. SEI RAWANG 2 250 150 3960,71 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

55 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. SEI RAWANG 3 200 100 951,02 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

56 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. SEI RAWANG 4 200 100 1388,335 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

57 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. AIR JOMAN 300 150 5648,735 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

58 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. KARANG ANYAR 200 100 760,875 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

59 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. JL. NUSA INDAH 150 100 1392,58 HULU SALURAN SERING BANJIR PENYESUAIAN DIMENSI SALURAN TERHADAP DEBIT AIR

60 MIKRO SAL. SEMI ALAMI LINING OC PARIT SEK. JL. KEMIRI 100 70 366,91 SALURAN BAGUS PEMELIHARAAN

61 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL. BACANG 1 80 50 67,58 SAL.KE OUTLET TERLALU RAPAT MENGURANGI JUMLAH SALURAN

62 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL. BACANG 2 50 50 103,955 SAL.KE OUTLET TERLALU RAPAT MENGURANGI JUMLAH SALURAN

63 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL. BACANG 3 150 100 270,5 SAL.KE OUTLET TERLALU RAPAT MENGURANGI JUMLAH SALURAN

64 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL.KURMA S. BELIDA 50 30 77,06 SAL.KE OUTLET TERLALU RAPAT MENGURANGI JUMLAH SALURAN

65 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI. BELIDA 1 400 200 1470,625 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

66 MIKRO RENC. SAL. LINING OC PARIT SEK. JL. DELIMA 150 100 711,66 SAL. TIDAK BERFUNGSI PELEBARAN SALURAN

67 MIKRO RENC. SAL. LINING OC PARIT SEK. JL. JERUK 100 100 1325,685 SAL. TIDAK BERFUNGSI PELEBARAN SALURAN

68 MIKRO RENC. SAL. LINING OC PARIT SEK. JL. SIRSAK 150 100 309,245 SAL. TIDAK BERFUNGSI NORMALISASI

69 MIKRO RENC. SAL. OC PARIT SEK. JL. SAWO 350 150 1557,42 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR PENYESUAIAN DIMENSI SALURAN TERHADAP DEBIT AIR

70 MIKRO RENC. SAL. OC PARIT SEK. JL. NANGKA 1 150 100 982,15 SLOPE SAL. TURUN NAIK MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

71 MIKRO RENC. SAL. OC PARIT TER. JL. NANGKA 1 50 30 224,04 SLOPE RENDAH MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

72 MIKRO RENC. SAL. OC PARIT SEK. JL. PISANG KED. LEDANG 150 100 731,665 SAL. SERING BANJIR DI HULU PERBAIKAN DAERAH HILIR

73 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. JL. RANDU 200 100 438,15 SAL. TIDAK LANCAR NORMALISASI

74 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. JL. SIRSAK 100 100 105,575 SAL. LANCAR PEMELIHARAAN

75 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. JL. NANGKA 2 200 100 509,355 SLOPE SAL. MENAIK MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

76 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI KAMAH 1 200 100 774,585 SAL TIDAK LANCAR PERLU NORMALISASI

77 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. SEI KAMAH 2 200 100 1557,885 SAL TIDAK LANCAR PERLU NORMALISASI

78 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SEI KAMAH 3 200 100 1490,78 SAL TIDAK LANCAR PERLU NORMALISASI

79 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. SEI KAMAH 4 200 100 1209,285 SAL TIDAK LANCAR PERLU NORMALISASI

(27)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-7 Tabel.Ringkasan Hasil Pengukuran Inventarisasi (lanjutan)

No SISTEM DRAINASE TIPE SALURAN/ SUNGAI NAMA SALURAN/ SUNGAI LEBAR (CM)

TINGGI (CM)

PANJANG

(M) KONDISI ALTERNATIF PENANGANAN

81 MIKRO SAL. SEMI ALAMI OC PARIT SEK.SEDANG SARI 2 80 100 324,345 SAL. TIDAK BERFUNGSI PERLU NORMALISASI

82 MIKRO LINING OC PARIT TER.PAJAK KARTINI 40 40 62,36 SAL. SANGAT KECIL MENAMBAH LEBAR SALURAN

83 MIKRO LINING OC OUT LET PAJAK KARTINI 150 100 84,95 SAL. BAGUS PEMELIHARAAN

84 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. KARTINI 1 70 40 231,07 SAL. MASIH KECIL RENC. SAL SEKUNDER

85 MIKRO PARIT TANAH PARIT SEK. JL. KARTINI 2 50 40 195,63 SAL. MASIH KECIL MENAMBAH LEBAR SALURAN

86 MIKRO LINING OC OUTLET SEI TANJUNG 150 100 394,05 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

87 MIKRO LINING OC OUTLET JL. PATTIMURA 150 100 540,84 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

88 MIKRO SAL. SEMI ALAMI OUTLET D. KLP GADING 100 100 422,445 SAL. PENUH SEMAK NORMALISASI

89 MIKRO LINING OC OUTLET JL. SEI SUKA 150 100 798,27 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

90 MIKRO LINING OC OUTLET PARIT BUSUK 200 150 611,06 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

91 MIKRO SAL. ALAM PARIT SEK. KIS. NAGA 1 100 60 1064,71 SAL. TIDAK BERFUNGSI MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

92 MIKRO SAL. ALAM PARIT SEK. KIS. NAGA 2 200 80 1389,06 SAL. TIDAK BERFUNGSI MAKSIMAL MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

93 MIKRO LINING OC OUTLET JL. PRAMUKA 150 80 301,345 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

94 MIKRO LINING OC OUTLET SEK. TELADAN 150 80 452,795 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

95 MIKRO LINING OC OUTLET JL. WIRAKARYA 150 100 413,905 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

96 MIKRO SAL. TANAH OUTLET JL. M. YAMIN 1 60 40 90,82 SAL.MASIH KECIL MENAMBAH LEBAR SALURAN

97 MIKRO LINING OC OUTLET JL. M. YAMIN 2 75 40 473,52 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

98 MIKRO LINING OC OUTLET JL. SYECH HASAN 150 100 1014,565 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

99 MIKRO SAL. TANAH OUTLET JL.MANGGIS 100 50 155,085 SAL. TIDAK BERFUNGSI PERBAIKAN OUTLET

100 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK.KEDAI LEDANG 1 250 120 1135,655 SAL. TIDAK LANCAR NORMALISASI

101 MIKRO LINING OC PARIT SEK.KEDAI LEDANG 2 100 60 505,725 SAL. CUKUP BAGUS PEMELIHARAAN

102 MIKRO SAL TANAH PARIT TER. JL. MANGGA 1 60 30 105,635 SAL. MASIH TANAH DAN KECIL PEMELIHARAAN

103 MIKRO LINING OC PARIT TER. JL. MANGGA 2 80 50 65,19 SAL. BAGUS PEMELIHARAAN

104 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. KEDAI LEDANG 3 100 100 224,015 SAL. TIDAK LANCAR NORMALISASI

105 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. KEDAI LEDANG 3 60 60 86,16 SAL.CUKUP BAGUS EVALUASI SLOPE

106 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. SIUMBUT BARU 1 200 100 1069,455 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

107 MIKRO SAL. ALAMI PARIT SEK. SIUMBUT UMBUT 1 200 100 783,495 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

108 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. SIUMBUT UMBUT 2 100 80 1030 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

109 MIKRO SAL. TANAH PARIT TER. SIUMBUT UMBUT 1 75 40 205,41 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

110 MIKRO SAL. TANAH PARIT TER. SIUMBUT UMBUT 2 60 40 108,655 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

111 MIKRO SAL. ALAM PARIT SEK. BSP 1 200 150 2264,455 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

112 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. JKA 200 100 3288,465 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

113 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. BSP 2 250 150 2161,17 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

114 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. TALI AIR 300 100 3219,11 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

115 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL. PAKIS 300 150 40,23 SAL. PENUH SEMAK NORMALISASI

116 MIKRO LINING OC PARIT SEK. GELUGUR 1 180 100 1030,3 SAL. KURANG LANCAR NORMALISASI

117 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. SM RAJA 200 80 105,785 SAL. CUKUP LANCAR NORMALISASI

(28)

LAPORAN AKHIR | PENGUMPULAN

DATA SEKUNDER 3-8

No SISTEM DRAINASE TIPE SALURAN/ SUNGAI NAMA SALURAN/ SUNGAI LEBAR (CM)

TINGGI (CM)

PANJANG

(M) KONDISI ALTERNATIF PENANGANAN

119 MIKRO LINING OC PARIT SEK. GELUGUR 2 150 50 762,6 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI DAN PERBAIKAN SLOPE

120 MIKRO LINING OC PARIT SEK.JL. BSP 100 80 149,545 DIMENSI SALURAN TERLALU KECIL SAL. SEDANG DIKERJAKAN

121 MIKRO LINING OC PARIT SEK. STADION 100 100 207,155 TALUD LINING DI BEBERAPA TEMPAT ROBOH REHABILITASI

122 MIKRO SAL. SEMI ALAM PARIT SEK. GELUGUR 3 300 150 1447,045 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

123 MIKRO SAL. SEMI ALAM PARIT SEK.JL. TERATAI 200 70 1720,595 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

124 MIKRO SAL. SEMI ALAM PARIT SEK. GELUGUR 4 100 50 2057,92 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

125 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. ELANG1 120 60 249,365 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

126 MIKRO LINING OC PARIT TERSIER JL. ELANG 60 40 51,215 SAL. CUKUP LANCAR PEMELIHARAAN

127 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. ELANG 2 150 50 542,005 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

128 MIKRO LINING OC PARIT SEK JL. JALAK 50 30 77,94 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI

129 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. JUANDA 100 80 477,925 ALIRAN AIR KURANG LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

130 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL.BAYAN 70 40 223,26 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

131 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. MERPATI 1 70 80 250,175 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI PERBAIKAN SLOPE

132 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. MERPATI 2 70 70 228,285 ALIRAN AIR KURANG LANCAR PERBAIKAN SLOPE

133 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. PUYUH 100 50 173,395 SAL. BAGUS PEMELIHARAAN

134 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL. NURI 50 30 170,095 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

135 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JL. CENDRAWASIH 50 60 93,435 SAL. KERING DI HILIR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

136 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JKA KANAN 100 70 576,995 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI PERBAIKAN SLOPE

137 MIKRO LINING DAN TANAH PARIT SEK. JKA KIRI 100 70 1965,05 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI PERBAIKAN SLOPE

138 MIKRO LINING OC PARIT SEK. JKA KIRI 100 70 161,69 SAL. CUKUP LANCAR PEMELIHARAAN

139 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. BSP 3 250 150 680,715 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI PERBAIKAN SLOPE

140 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. BSP 3 200 100 2501,625 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI PERBAIKAN SLOPE

141 MIKRO SAL. SEMI ALAMI PARIT SEK. BSP 4 250 150 770,07 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI PERBAIKAN SLOPE

142 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL. MANYAR 250 150 182,02 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI DAN PERBAIKAN SLOPE

143 MIKRO LINING DAN TANAH PARIT SEK. JL. FL. TOBING 100 60 499,155 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR NORMALISASI DAN PERBAIKAN SLOPE

144 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. JL. KASWARI 80 50 649,59 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR MENGATUR KELANDAIAN SALURAN

145 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. BSP 4 80 50 522,915 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR PERLU NORMALISASI

146 MIKRO SAL. TANAH PARIT SEK. BSP 5 100 60 328,08 ALIRAN AIR TIDAK LANCAR PERLU NORMALISASI

(29)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-1

BAB 4 KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER

4.1 TINJAUAN UMUM KONDISI DRAINASE PRIMER

Kota Kisaran sering menghadapi permasalahan banjir terutama pada musim hujan. Beberapa kondisi yang menyebabkan permasalahan umum drainase di kota Kisaran antara lain:

1. Letak saluran drainase yang ada belum tertata dengan baik

Beberapa bagian saluran drainase utama kota Kisaran baik yang alamiah maupun buatan, sebagian besar belum mempunyai garis sempadan yang jelas dan belum diperdakan. Hal ini menimbulkan kerancuan dalam upaya pengelolaan dan larangan bangunan liar di sepanjang sungai. Sehingga biaya pemeliharaan atau normalisasi sungai/drainase sangat tinggi.

2. Kapasitas saluran drainase primer di beberapa tempat tidak mencukupi untuk mengalirkan debit banjir yang terjadi.

3. Kemiringan dasar saluran drainase primer yang ada kurang mencukupi untuk dapat mengalirkan air yang masuk kedalamnya. Sehingga menimbulkan sedimentasi dan pendangkalan.

4. Saluran drainase yang ada sering dijadikan oleh masyarakat sebagai tempat pembuangan sampah

Dari hasil survey pendahuluan didapat suatu perencanaan detail desain berupa pembuatan dinding talud drainase primer (linning saluran), normlisasi dasar saluran dan rehabilitasi bangunan-bangunan silang.

4.2 KONDISI SALURAN PRIMER GLUGUR

Secara umum saluran primer Glugur belum dilinning. Saluran yang telah dilinning hanya sebesar 5% saja. Selain itu, saluran tertutup vegetasi atau rerumputan yang tumbuh di sekitar dinding talud dan dasar saluran.

Drainase primer Glugur yang berada di dekat pemukiman warga sangat rentan terganggu karena tidak ada sempadan antara rumah dan saluran. Dan reainase cenderung tertutup sehingga akan menyulitkan dalam melaksanakan normalisasai dasar saluran.

(30)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-2 Kondisi saluran Glugur dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 4.1 Kondisi Drainase yang Sangat Rapat Dengan Pemukiman

(31)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-3

Gambar 4.3 Lay Out Drainase Primer Glugur

Drainase primer Glugur berawal dari jalan Penigik di Kota Kisaran dan berakhir di Sungai Silau di Kampung Subur. Panjang saluran primer ini sepanjang 8750 m.

(32)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-4

Gambar 4.4 Pertemuan Drainase dengan Sungai Silau

4.3 KONDISI SALURAN PRIMER BELAKANG KODIM

Secara umum, kondisi saluran primer belakang Kodim belum dilinning secara keseluruhan. Saluran yang telah dilinning hanya saluran yang berada di sekitar Kodim. Kondisi saluran yang belum dilinning tertutup vegetasi dan banyak sedimen. Selin itu, dimensi saluran yang kurang memadai.

Kondisi saluran primer belakang Kodim dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

(33)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-5

Gambar 4.6 Lay Out Drainase Primer Belakang Kodim

Drainase primer Belakang Kodim bermula dari jalan Lintas Tebing Tinggi-Kisaran di Kodim dan berakhir di Sungai Bunut. Panjang saluran ini 4.150 m.

0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700 0.750 0.800 0.850 0.900 0.950 1.000 1.150 1.200 1.250 1.300 1.350 1.400 1.450 1.500 1.550 1.600 1.650 1.700 1.750 1.800 1.850 1.900 1.950 2.000 2.050 2.100 2.150 2.200 2.250 2.300 2.550 2.600 2.650 2.700 2.750 2.800 2.850 2.900 2.950 3.000 3.050 3.150 3.200 3.250 3.300 3.350 3.400 3.450 3.500 3.550 3.600 3.650 3.700 3.750 3.800 3.850 3.900 3.950 4.000 4.050 4.100 4.150

(34)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-6

Gambar 4.7 Kondisi Saluran Primer yang tetutup Vegetasi dan Sedimen

4.4 KONDISI SALURAN PRIMER SIDODADI

Secara umum, kondisi saluran primer Sidodadi belum dilinning secara keseluruhan. Saluran Kondisi saluran yang belum dilinning tertutup vegetasi dan banyak sedimen. Saluran ini juga membentuk seperti sebuah kubangan, hal ini diakibatkan karena dimensi saluran yang sudah tidak memadai lagi dan kondisi topografi yang cenderung datar sehingga saluran primer Sidodadi membentuk genangan-genangan besar.

Kondisi saluran primer Sidodadi dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

(35)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-7

Gambar 4.9 Lay Out Draoinase Primer Sidodadi

Drainase primer Sidodadi bermula dari jalan Sutemi dekat Mesjid Al Hidayah dan berakhir di Sungai Bunut. Panjang saluran ini 1.450 m.

0.000 0.050 0.100 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.500 0.550 0.600 0.650 0.700 0.800 0.850 0.900 0.950 1.000 1.050 1.100 1.150 1.200 1.250 1.300 1.350 1.400 1.450 Detail 1 Detail 2 Detail 3 Detail 4 Detail 5

(36)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-8

Gambar 4.10 Genangan yang Terjadi di Saluran primer

4.5 KONDISI SALURAN PRIMER KISARAN NAGA

Kondisi saluran drainase Kisaran Naga tertutup vegetasi dan belum dilinning. Dan sebagian dimensi saluran kurang memadai.

Kondisi saluran primer Kisaran Naga dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

(37)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-9

Gambar 4.12 Lay Out Drainase Primer Kisaran Naga

Drainase primer Kisaran Naga bermula dari jalan Melati dan berakhir di Sungai Belida. Panjang saluran ini 2.770 m.

0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.450 0.600 0.650 0.700 0.850 0.950 1.100 1.150 1.200 1.250 1300 1.350 1.400 1.450 1.500 1.550 1.600 1.650 1.700 1.750 1.900 1.950 2.150 2.200 2.250 2.300 2.350 2.400 2.450 2.500 2.550 2.600 2.650 2.700 2.750

(38)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-10

Gambar 4.13 Dimensi Saluran yang Kurang Memadai

4.6 KONDISI SALURAN PRIMER KARANG ANYER

Saluran primer Karang Anyer umumnya tidak dilinning. Saluran drainase ini juga tersumbat oleh sampah terutama di daerah yang berdekatan dengan pemukiman. Selain itu, bayak sedimen dan saluran tertutup oleh vegetasi.

Kondisi saluran primer Karang Anyer dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

(39)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-11

Gambar 4.15 16 Lay Out Drainase Primer Karang Anyer

Drainase primer Karang Anyer bermula dari Kantor Lurah Karang Anyer dan berakhir di Saluran Primer Glugur. Panjang saluran ini 1.950 m. 459 456 452 451 450 449 448 447 446 445 444 463 464 465 466 467 470 471 472 442 PERUMAHAN WARGA PERUMAHAN WARGA PERUMAHAN WARGA PERUMAHAN WARGA PERUMAHAN WARGA PERUMAHAN WARGA PERUMAHAN WARGA PERUMAHAN WARGA 0.00 0.50 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300 0.350 0.400 0.450 0.450 0.500 0.550 0.800 0.850 0.950 1.000 1.100 1.150 1.200 1.250 1.300 1.350 1.450 1.550 138.6001 1.600 1.650 1.700 1.750 1.800 1.850 1.900 MASJID JALAN P ERKEBUNAN SAMPAH KELAPA SAWIT JALAN KUTILANG

KANTOR LURAH KARANG ANYAR

SALURAN SEKUNDER SALURAN SEKUNDER PERUMAHAN WARGA PERKEBUNAN KARET SALURAN SEK UNDER MASJID SALURAN SEKUNDER SALURAN SEKUNDER SALURAN SEKUNDER JALAN JUANDA JALA N KEP ODANG SALURAN SEKUNDER SALURAN SEKUNDER A A GELUGUR KELAPA SAWIT KELAPA SAWIT KE LAPA SA WIT KELAPA SAWIT KEBUN KARET PERKEBUN AN KARET

(40)

LAPORAN AKHIR | KONDISI EKSISTING SALURAN PRIMER 4-12

(41)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-1

BAB 5 SURVEY TOPOGRAFI

5.1 PENGUKURAN DI LAPANGAN

Tata laksana kegiatan survai pengukuran topografi mengacu pada Kriteria Perencanaan

(KP) bagian Pengukuran topografi, Le Groupe AFH International Inc., dan WER Agra, Ltd.

(1993) dengan berdasarkan teori dari Rais (1979). Selanjutnya hasil perhitungan ini akan digunakan sebagai bahan pelaksanaan pekerjaan penggambaran.

Ada 2 Methode yang bisa dilakukan dalam Survey pengukuran adalah : 1. Methode Pengukuran Teristris Konvensional.

Alat yang digunakan adalah Theodolit dengan sistem pengukuran seperti yang biasa dilaksanakan (Poligoon, Situasi, Waterpassing).

2. Methode Pengukuran GPS

Ini adalah methode pengukuran terbaru dengan akurasi yang cukup baik dan yang terintegrasi dengan Satelit Navigasi.

Pada kegiatan survai topografi Konsultan minimal akan mengacu pada :

 PT -02 Pengukuran Topografi, Standar Perencanaan Irigasi, Ditjen Air 1986.

 SNI 19-6724, 2002 Tata Cara Pengukuran Kontrol Horizontal dan SNI 19-6988, 2004 Tata Cara Pengukuran Kontrol Vertikal.

Dalam bagian ini kegiatan-kegiatan, tahapan dan metode pelaksanaan untuk Survai Topografi diuraikan secara mendalam, dan pokok-pokok pekerjaan yang akan dilakukan secara berurutan adalah sebagai berikut :

a. Pengecekan Kondisi dan Kalibrasi Peralatan

Kegiatan ini bertujuan agar peralatan yang akan digunakan dalam survai topografi dalam keadaan bagus dan dapat diterima toleransi kesalahannya. Semua peralatan yang akan digunakan harus dikalibrasi dan mendapat persetujuan dari Pemberi Kerja.

b. Pengukuran Jarak dan Pembuatan Patok

Untuk memudahkan pekerjaan pengukuran propil memanjang dan melintang saluran, maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran jarak patok. Patok di buat setiap jarak 50 m diukur dengan menggunakan pita ukur dan kemudian dikontrol melalui perhitungan dari hasil pengukuran dengan menggunakan theodolite.

(42)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-2 Patok-patok tersebut diberi tanda dengan menggunakan kayu sembarang keras yang di ujungnya dicat berwarna merah dan bertuliskan nomor patok. Patok sedemikian mungkin diletakkan di tempat yang aman dari gangguan manusia dan hewan serta tidak jauh dari bibir drainase.

Gambar 5.1 Pengukuran Jarak Patok dengan Pita Ukur di Drainase Sidodadi

(43)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-3

c. Pengukuran Potongan Memanjang dan Melintang

Pengukuran ini berdasar pada titik-titk tetap kerangka polygon. Spesifikasi pengukuran potongan melintang dan memanjang ini akan mengacu pada KAK, sedangkan peralatan yang digunakan adalah Theodolite. Pengukuran untuk trase drainase meliputi penampang memanjang dan melintang. Penampang memanjang dilengkapi dengan elevasi pada tiap jarak 100 m pada daerah lurus dan 50 m pada belokan atau ditambah apabila ada perubahan kemiringan yang cukup signifikan pada kemiringan tanah.

Gambar 5.3 Pengukuran Propil Melintang Drainase Glugur dengan Theodolite

(44)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-4

d. Pengukuran Trase

Pengukuran trase diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah dipasang, dengan melakukan pengukuran sepanjang trase saluran eksisting

Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tacheometry menggunakan theodolith T.0 atau yang sejenis. Jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih dari 100 meter.

Gambar 5.5 Pengukuran Trase Saluran dengan Theodolite di Drainase Kisaran Naga

Gambar 5.6 Pengukuran Trase Saluran dengan Theodolite di Drainase Primer Bunut

(45)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-5

e. Pengolahan Data Pengukuran

Semua peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini sudah terintegrasi dengan program Komputer, sehingga dalam pengolahan data akan lebih akurat dan cepat. Peralatan di sambung dengan Komputer, dan Komputer akan memproses seluruh data-data pengukuran.

Kontrol Pengukuran Jarak

1. Jarak Optis

Jarak datar dan jarak optis dihitung dengan menggunakan rumus : D = L . Cos2 Z

Dimana :

D = jarak datar L = jarak optis Z = sudut miring

2. Jarak Pita Ukur

Jarak pita ukur dilakukan dengan cara mencari harga rata-rata dari beberapa ukuran, dimana selisih bacaan jarak dengan pita ukur tidak boleh lebih dari 2 cm. Jadi sebelum kita hitung harga rata-ratanya, maka data-data jarak tersebut harus diseleksi terlebih dahulu. Setelah ketiga jenis hitungan selesai (azimuth matahari, sudut dan jarak), maka kemudian dilakukan hitungan koordinat dengan rumus sebagai berikut :

X2 = X1 + D Sin a I-2 Y2 = Y1 + D Cos a I-2

Sedangkan untuk perhitungan koreksinya dipakai rumus : X (akhir) – X (awal) = D Sin a + fx

Y (akhir) – Y (awal) = D Cos a + fy

Koreksi per sisi dilakukan dengan membagi koreksi X (Y) dengan jumlah sisi yang ada, sedangkan untuk mengetahui kesalahan relatif dapat kita hitung dari rumus :

S : D adalah 1 : ……. Dimana : 2 2 fy fx S  

(46)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-6 Perhitungan Elevasi

Perhitungan elevasi terdapat beberapa bagian penting, yaitu sebagai berikut :

Kontrol bacaan benang

Rumus yang digunakan dalam mengontrol bacaan benang adalah :

2

Bb Ba Bt   Dimana :

Bt = bacaan benang tengah Ba = bacaan benang atas Bb = bacaan benang bawah

Jika selisih antara Bt dan (Ba + Bb)/2 lebih dari 2 mm maka bacaan benang akan langsung diulang lagi sampai memperoleh selisih maksimum 2 mm.

Kontrol beda tinggi

Rumus yang digunakan untuk kontrol beda tinggi antara 2 titik adalah sebagai berikut : H1 = Btbelakang - Btmuka (stand I)

Dengan sedikit mengubah posisi alat, kemudian dilakukan pengukuran untuk stand II dan diperoleh :

H2 = Btbelakang - Btmuka (stand II)

Jarak Theodolite

Jarak Theodolite dihitung dengan rumus :

dm = (Bamuka - Bbmuka) x 100 db = (Babelakang - Bbbelakang) x 100 Dimana :

Sm = dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. + dmn Sb = dm1 + dm2 + dm3 + ….. + ….. + dmn dmuka = jarak alat ke rambu muka

dbelakang = jarak alat ke rambu belakang Sdmuka = jumlah jarak ke muka

Sdbelakang = jumlah jarak ke belakang

Untuk menghindari kesalahan karena pengaruh garis visir diusahakan agar dmuka = dbelakang. Jadi hitungan jarak dan jumlahnya dihitung langsung pada saat pengukuran setelah mengukur beda tingginya agar juru ukur bisa mengatur kedudukan alat dan rambu sehingga Sdmuka  Sdbelakang (mendekati).

(47)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-7 Untuk hitungan ketelitian (toleransi 10D), data jarak yang akan dipakai adalah jarak rata-rata.

Beda tinggi (pulang-pergi)

Beda tinggi pergi didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand II pada route pergi, beda tinggi pulang didapat dari jumlah beda tinggi rata-rata stand I dan stand II pada route pulang. Selisih hpg (beda tinggi pergi) dan hpl (beda tinggi pulang) harus masuk toleransi 10D mm dan bila lebih dari toleransi, maka dilakukan pengukuran ulang.

Perataan beda tinggi

Perhitungan beda tinggi per seksi dilakukan dalam bentuk kring/tertutup, dengan demikian akan memudahkan dalam proses perhitungan sistem hitungan perataan untuk koreksi ukuran dalam satu seksi akan digunakan sistem perataan biasa. Tiap seksi akan selalu dicek hitungannya apakah memenuhi toleransi 10D atau tidak.

Jika tidak memenuhi toleransi maka harus dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1. Cek semua data perhitungan

2. Deteksi kesalahan, yaitu mencari perkiraan dimana kira-kira kesalahan itu terjadi dan setelah didapat (dengan bahan pertimbangan/alasan yang kuat) maka langsung dicek ulang ke lapangan dengan alat ukur.

Setelah perhitungan tiap seksi selesai dan semua masuk dalam toleransi, dilakukan perhitungan dengan rumus :

H = ½ I . Sin2Z Dimana :

H = beda tinggi L = jarak miring/optis Z = sudut miring/vertikal

Untuk tinggi bidikan yang tidak sama dengan tinggi alat, maka rumus yang dipakai adalah:

H = ½ L Sin2 Z + TA – Bt Dimana :

H = beda tinggi

L = jarak miring/optis  (Ba – Bb) x 100 Z = sudut miring/vertikal

TA = tinggi alat (dari atas patok) Bt = bacaan benang tengah

(48)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-8

Gambar 5.7 Pengecekan dan Pengolahan Data Survey

Pengecekan validitas data hasil pengukuran dilakukan sesegera mungkin. Konsultan melakukan pengecekan hasil pengukuran sesaat setelah melaksanakan pengukuran. Hal ini dilakukan agar bila terjadi kesalahan pengukuran dapat langsung dideteksi tanpa harus menunggu seluruh data diolah.

5.2 KELUARAN KEGIATAN SURVEI TOPOGRAFI

Keluaran dari kegiatan ini adalah berupa :

 Peta lay out lokasi drainase

 Potongan Memanjang dan Melintang saluran drainase primer

Kesemua keluaran kegiatan survey topografi ini disajikan terpisah dari laporan akhir ini dan dibuatkan album gambar tersendiri dalam format kertas A3.

5.3 PENGGAMBARAN HASIL SURVEY TOPOGRAFI

Dalam penggambaran seluruh hasil pengukuran topografi akan digunakan bantuan software Autocad sehingga hasil gambar nantinya akan berupa format digital yang akan diserahkan dalam bentuk soft copy dan hard copy.

(49)

LAPORAN AKHIR | SURVEY TOPOGRAFI 5-9

 Penggambaran menggunakan simbol, garis, dan arsiran yang jelas, dan dapat dipahami oleh kontraktor dan atau pengawas.

 Setiap bagian dari bangunan ditampakkan dengan detail.

 Potongan melintang selalu digambar berurutan dari sudut kiri atas gambar ke bawah, selanjutnya deretan tengah, dan deretan kanan dipakai dari atas ke bawah.

 Gambar potongan melintang hanya menunjukkan satu ruas saluran drainase tidak dicampur dengan gambar bangunan.

 Garis tengah saluran berada dalam 1 garis lurus vertikal.

 Gambar mempunyai skala dengan dimensi dalam meter, centimeter atau milimeter tergantung pada apa yang akan ditunjukkan dalam gambar.

(50)

LAPORAN AKHIR | ANALISA HIDROLOGI 6-1

BAB 6 ANALISA HIDROLOGI

6.1 DATA CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM

Analisa hidrologi dalam kegiatan ini menggunakan data hujan 10 tahun dari stasiun hujan Bunut yang didapatkan dari Balai Wilayah Sungai Sumatra II. Berikut merupakan data curah hujan maksimum harian dari tahun 1993 hingga 2002.

Tabel 6-1 Data Hujan Maksimum Stasiun Hujan Bunut

No. Tahun Hujan Maksimum (mm) ( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) 1 1993 77.00 2 1994 81.00 3 1995 79.00 4 1996 59.00 5 1997 84.00 6 1998 97.00 7 1999 91.00 8 2000 100.00 9 2001 118.00 10 2002 101.00 Sumber: BWS S II, 2012

Selanjutnya data yang didapat harus diperiksa dan diuji keabsahannya.

6.2 PEMERIKSAAN DATA CURAH HUJAN

Sebelum dilakukan analisa frekuensi dan pemilihan distribusi yang sesuai terhadap data hujan, agar memperoleh hasil analisis yang baik maka data yang ada perlu penyaringan/pemeriksaan secara statistik, yaitu : pemeriksaan adanya Outlier, pemeriksaan adanya Trend, pemeriksaan Stabilitas Variance dan Mean (Stationary) dan pemeriksaan adanya Independensi

(51)

LAPORAN AKHIR | ANALISA HIDROLOGI 6-2 6.2.1 Pemeriksaan Adanya Outlier

Outlier adalah data dengan nilai jauh berada di antara data-data yang lain, keberadaan outlier bisaanya mengganggu pemilihan jenis distribusi untuk suatu sampel data. Persamaan frekuensi untuk mendeteksi adanya outlier atas dan bawah adalah sebagai berikut :

) S . Kn X exp( XH   dan XL exp(XKn.S)

Dengan dua batas ambang bawah (XL) dan atas (XH), X dan S adalah masing-masing nilai

rata-rata dan simpangan baku dari logaritma sampel data, harga Kn dapat dilihat pada

Tabel 6-2 dimana n adalah jumlah sampel. Data yang nilainya diluar XH dan XL

diklasifikasikan sebagai outlier. Outlier atas untuk analisis PMP tidak dibuang melainkan diperiksa/disaring kembali, untuk curah hujan dengan besaran 400 mm atau lebih diperiksa secara manual dengan kriteria :

 Besaran hujan di pos yang diperiksa tidak jauh berbeda dengan besaran hujan di pos terdekat data bisa diterima.

 Besaran hujan di pos yang diperiksa di dalam seri data bukan yang terbesar atau terkecil data bisa diterima.

Untuk data curah hujan yang berada di outlier bawah, maka data akan dibuang karena dapat mengganggu penetuan distribusi hujan.

Hasil analisis pemeriksaan adanya outlier disajikan pada Tabel 6.2

Tabel 6-2 Harga Kn untuk pemeriksaan outlier

Sample size n Kn Sample size n Kn Sample size n Kn Sample size n Kn 10 2,036 24 2,467 38 2,661 60 2,837 11 2,088 25 2,486 39 2,671 65 2,866 12 2,134 26 2,502 40 2,682 70 2,893 13 2,175 27 2,519 41 2,692 75 2,917 14 2,213 28 2,534 42 2,700 80 2,940 15 2,247 29 2,549 43 2,710 85 2,961 16 2,279 30 2,563 44 2,719 90 2,981 17 2,309 31 2,577 45 2,727 95 3,000 18 2,335 32 2,591 46 2,736 100 3,017 19 2,361 33 2,604 47 2,744 110 3,049 20 2,385 34 2,616 48 2,753 120 3,078 21 2,408 35 2,628 49 2,760 130 3,104 22 2,429 36 2,390 50 2,768 140 3,129 23 2,448 37 2,650 55 2,804 Sumber : U.S. Water Resources Council,1981

(52)

LAPORAN AKHIR | ANALISA HIDROLOGI 6-3

Hasil uji outlier untuk data curah hujan maksimum kawasan diperoleh nilai koefisien kemencengan (Skew Coeffisient) sebesar -0,007. Menurut Water Resources Council (1981), jika:

Koefisien Skew > + 0,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan outlier atas

Koefisien Skew < - 0,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan outlier bawah

- 0,4 < Koefisien Skew < + 0,4, maka perlu dilakukan pemeriksaan outlier atas dan outlier bawah

Dari hasil analisis bahwa Koefisien Skew -0.4<-0,007<0,4 maka akan dilakukan pemeriksaan outlier atas dan outlier bawah dengan acuan data curah hujan maksimsum tertinggi yaitu 118 mm pada tahun 2001 dan maksimum terendah sebesar 59 mm pada tahun 1996. Dari data didapat hasil sebagai berikut :

X : Nilai rata-rata dari data dalam bentuk logaritma = 4,469

Kn

: 2,036 (dari tabel harga

Kn

)

S : Simpangan baku dari data dalam bentuk logaritma = 0,191 Harga batas ambang atas yaitu:

18

,

128

))

191

.

0

x

036

.

2

(

469

.

4

exp(

)

.

exp(

X

Kn

S

X

H

Dari hasil harga data curah hujan maksimum lebih kecil dari harga batas ambang atas (118 <128,18) maka data curah hujan dari pemeriksaan outlier atas dapat diterima.

Harga batas ambang bawah yakni :

0

,

59

))

191

.

0

x

036

.

2

(

469

.

4

exp(

)

.

exp(

X

Kn

S

X

H

Dari hasil harga data curah hujan maksimum lebih besar dari harga batas ambang bawah (59 = 59) maka data curah hujan dari pemeriksaan outlier bawah dapat diterima.

(53)

LAPORAN AKHIR | ANALISA HIDROLOGI 6-4 6.2.2 Pemeriksaan Stabilitas Mean

Pemeriksaan stabilitas mean menggunakan uji t (distribusi Student’s t). Dalam uji ini, seperti halnya uji stabilitas variance, maka data dibagi dua atau tiga sama besar, kemudian dihitung nilai rata-rata (mean)dari masing-masing sub sampel tersebut dan dibandingkan. Kesamaan nilai mean ini diuji secara statistik sebagai berikut :

               2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 t n 1 n 1 2 n n s ) 1 n ( s ) 1 n ( x x t

0,017

6

1

5

1

2

6

5

)

21,9077

x

)

1

6

((

)

0642

,

23

x

)

1

5

((

5803

,

93

8104

,

93

2 2

 

t

t

Nilai mean dari sampel dikatakan stabil bila :

%} 5 , 97 , { t t % 5 , 2 , { t   t   dimana : n = Banyaknya data 1

x = Nilai rata-rata sub sampel (dari data 1 – 5) = 76,00

2

x = Nilai rata-rata sub sampel (dari data 6 – 10) = 84,50 s = Variance

Maka dengan menggambil Significance Level sebesar 0,05, maka akan diperoleh batas bawah sebesar – 2,262 dan batas atas sebesar 2,262, sehingga :

– 2,262 < t = – 0,435 < 2,262

Dengan demikian data curah hujan kawasan tidak ada trend, sehingga data curah hujan dapat diterima.

Gambar

Gambar 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Asahan Kisaran
Gambar 2.3.  Peta Topografi Lokasi Pekerjaan Lokasi Pekerjaan
Gambar 4.1 Kondisi Drainase yang Sangat Rapat Dengan Pemukiman
Gambar 4.5 Kondisi Saluran primer yang Telah Dilinning
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam memodelkan akreditasi dengan menggunakan logika fuzzy ini mengasumsikan bahwa : (1) standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar

Terletak di jalan Gatot Subroto no 289, Bandung, Jawa barat,ini adalah sebuah hotel yang berada di bandung sebagai penunjang trans studio bandung, karena wilayah dari

Variabel keterampilan sosial tidak memiliki pengaruh terhadap variabel komitmen organisasi pengurus organisasi UKK- KOPMA UIN Antasari Banjarmasin. Rumus dalam penentuan

Setiap orang, pelaku usaha, pengelola, penyelenggara dan/atau penanggung jawab tempat/kegiatan dan fasilitas umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 11

B3 D1 E1 (06) - Mengukur jisim dengan menggunakan nombor untuk membuat pemerhatian secara kuantitatif dengan menggunakan alat yang diseragamkan sebagai unit rujukan.. Apa

inspector dan palet yang sedang digunakan. Tombol atau icon pada Launcher sama seperti pada Mini-Launcher yang berada pada sudut kanan bawah jendela dokumen. Anda

Percobaan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah jarak tanam kapas dan pemakaian jenis pupuk KG, Fosfo N dan M-Dext mempunyai pengaruh terhadap

Faktor yang sangat mempengaruhi status gizi adalah pola asuh gizi anak melalui makanan, yang akan direspon dan dipraktekan oleh pemberi perawatan secara berbeda-beda pada