• Tidak ada hasil yang ditemukan

Supply Chain Network Dunkin' Donuts (FINAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Supply Chain Network Dunkin' Donuts (FINAL)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS KELOMPOK TUGAS KELOMPOK ANALISIS

ANALISISSSUPPUPPLL Y CHAIY CHAI N NN N ETWORETWORKK

DUNKIN’ DONUT

DUNKIN’ DONUTS YOGYAKARTAS YOGYAKARTA

Disusun oleh: Disusun oleh: Anisa

Anisa Siti Siti Mariani Mariani Kriya Kriya Utami Utami 13/349559/TK/4114613/349559/TK/41146 Eriko

Eriko Rizki Rizki F. F. 13/349636/TK/4115313/349636/TK/41153 Marselina

Marselina Winda Winda Dwiansarinopa Dwiansarinopa 13/345392/TK/40313/345392/TK/4037171 Novianda

Novianda Aditya Aditya Istiqomah Istiqomah 13/345910/TK/40413/345910/TK/4046666 Surya

Surya Budhi Budhi Permana Permana 13/345684/TK/40313/345684/TK/4038484

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN DAN

JURUSAN TEKNIK MESIN DAN INDUSTRIINDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA YOGYAKARTA

2015 2015

(2)

1. Profil Perusahaan

Dunkin’ Donuts merupakan perusahaan penghasil donat terbesar di Dunia untuk saat ini. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1940 oleh seorang pengusaha  bernama Bill Rosenberg dengan nama awal perusahaan Open Kettle bertempat di

kota Boston, Quincy-Massachusetts, Amerika Serikat. Seiring berkembangnya waktu, Open Kettle mulai mendapat respon yang positif dari para pelanggannya hingga akhirnya Rosenberg mulai mengganti nama perusahaannya menjadi Dunkin’ Donuts pada tahun 1970 dengan sistem  franchise (waralaba).

Tahun demi tahun telah berlalu, kemajuan dan ketenaran nama Dunkin’ Donuts makin tak terbendung. Bahkan di tahun 1970, Dunkin’ Donuts telah menjadi merek internasional dengan reputasi yang luar biasa dalam hal kualitas  produk dan pelayanan. Reputasi dan ketenaran itu jugalah yang kemudian menarik minat Allied Domecq, sebuah perusahaan internasional yang membawahi Togo's dan Baskin Robins, untuk membeli Dunkin’ Donuts dari keluarga Rosenberg. Pembelian dan pengambilalihan perusahaan dari keluarga Rosenberg akhirnya disepakati dan dilakukan dengan penuh persahabatan pada tahun 1983.

Dengan didukung sumber daya manusia yang handal, dalam waktu singkat ambisi Allied Domecq tercapai. Dunkin’ Donuts berhasil memperluas pasar secara menakjubkan sehingga gerainya tidak hanya tersebar di benua Amerika, tetapi juga di benua Eropa dan Asia. Dunkin’ Donuts mulai merambah pasar Indonesia pada tahun 1985 dengan gerai pertamanya didirikan di Jalan Hayam Wuruk, Jakarta. Khusus wilayah Indonesia, master franchise Dunkin’ Donuts dipegang Dunkin’ Donuts Indonesia.

Sejak diberi kepercayaan memegang master franchise tersebut, Dunkin’ Donuts Indonesia bercita-cita dan bertekad untuk terus membesarkan serta

(3)

memperkuat awareness dan positioning Dunkin’ Donuts. Tidak hanya di Ibu Kota Indonesia, Jakarta, tetapi juga di berbagai kota besar lainnya. Itu sebabnya, kegiatan memperluas pasar dengan jalan membuka puluhan gerai permanen terus dilakukan secara berkala.

Hingga tahun ini, Dunkin’  Donuts Indonesia telah berhasil membuka lebih dari 200 gerai yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia seperti Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, Depok, Surabaya, Bandung, Bali, Medan, Yogyakarta, Makassar, dan lain sebagainya. Cita-cita memperkuat awareness dan  positioning   pun bisa dibilang telah tercapai. Paling tidak hal ini bisa dilihat dari hasil survey

sebuah lembaga riset pemasaran yang menyebutkan bahwa Top of Mind Dunkin’ Donuts di Indonesia telah mencapai 91,8%. Bahkan tercatat juga tingkat kepuasan konsumen Indonesia terhadap Dunkin’  Donuts secara keseluruhan mencapai 80,8%.

2. Dunkin’ Donuts Yogyakarta

Fokus dalam laporan mengenai Suppy Chain Network   kali ini adalah membahas tentang sebuah perusahaan yaitu Dunkin’  Donuts Indonesia dengan cabang kota Yogyakarta yang memiliki kantor pusat di Jalan Ring Road Utara km. 7 no. 169. Dunkin’  Donuts ini memiliki sembilan  store  yang tersebar di Yogyakarta.

Dari hasil analisis kami, Dunkin’  Donuts Yogyakarta ini menggunakan  Distribution Network Design  dengan jenis  Manufaturer storage with direct  shipping . Alasan kami memilih  Distribution Network Design  jenis ini akan

dijelaskan pada sub bab selanjutnya.

3. Supply Chain Network Dunkin’ Donuts Yogyakarta

 Network Design dirancang berdasarkan berbagai keputusan sebagai berikut :

  Facility role : Peran dan proses apa saja yang dilakukan oleh setiap

fasilitas

(4)

 Capacity allocation : Berapa besar kapasitas yang harus dialokasikan di

setiap fasilitas

  Market and supply allocation : Pasar apa saja dan supplier mana saja yang

memasok setiap fasilitas

 Jumlah plants, DC, retail stores yang harus dibangun

Dalam hal ini network Dunkin’ Donuts Yogyakarta memiliki beberapa pihak yang akan berperan dalam  supply chain management -nya, diantaranya kantor  pusat Dunkin’  Donuts di Jakarta, kantor pusat Dunkin’  Donuts wilayah Yogyakarta (di Maguwo), beberapa  supplier dan retailer  Dunkin’ Donuts Yogyakarta.

Gambar 3.1. Supply Chain Network Dunkin’ Donuts

Distribusi produk dimulai dari kantor pusat Jakarta yang akan mengirimkan  filling  maupun topping untuk produk donut, bubuk untuk produk minumnya, dan  juga saus tomat maupun sambal yang dipakai untuk dalam hal ini selain pada  produk makanannya,  packaging yang berupa tempat minum (gelas plastik, tutup gelas plastik, sedotan), kertas makanan, dan plastik untuk membungkus belanjaan take away. Pengiriman berbagai macam material tersebut sendiri dilakukan seminggu sekali ke kantor pusat Dunkin’  Donuts Yogyakarta yang bertempat di Jln. Ring Road Utara Km. 7 No.169.

Kantor pusat Dunkin’ Donuts  Yogyakarta sendiri mempunyai beberapa  supplier  untuk memenuhi kebutuhan produk setiap harinya. Di dal am kantor pusat

(5)

ini juga dibuat donut setiap harinya dengan menerima  supply  bahan baku donut yang berupa tepung terigu, mentega, ragi berasal dari satu  supplier   sementara telur dan susu maupun krim berasal dari  supplier   lainnya. Selain produk donut, Dunkin’  Donuts juga memiliki produk lain seperti croissant dan juga sandwich yang membutuhkan bawang bombay, selada, tomat, daging sapi, daging tuna yang  berasal dari satu supplier  yang sama.

Produk yang siap dijual dikirmkan ke retailer  Dunkin’  Donuts Yogyakarta yang selanjutnya akan langsung berhubungan dengan konsumen. Produk donut, dan pelengkap sandwich dan croissant (selada, tomat, dan telur ayam) dikirimkan setiap paginya secara rutin untuk 9  stores Dunkin’  Donuts yang ada di Yogyakarta. Sedangkan untuk bubuk minuman dan saus tomat dan sambal dikirimkan tiga kali dalam seminggu dari manufacturer di Maguwo bersamaan dengan keperluan  packaging seperti gelas beserta tutup dan sedotannya, kertas makanan untuk donut, plastik untuk membungkus belanjaan take away, serta segala keperluan lainnya. Air untuk membuat minuman pun berasal dari retailer masing-masing namun sudah terstandarkan untuk memakai merk tertentu, sehingga pada Dunkin’ Donuts yang berada di Jalan Kaliurang akan mem beli  stock air minum untuk campuran minuman sendiri. Di retailer  Dunkin’  Donuts Yogyakarta sendiri terdapat beberapa kebutuhan yang sudah dipasok oleh  supplier  seperti sabun cuci tangan, sabun perlengkapan makanan, tissue, sabun pembersih kaca guna memenuhi  service  yang baik untuk para pelanggan Dunkin’ Donuts Yogyakarta.

Di dalam 9  stores  sendiri digunakan tempat penyimpanan khusus untuk menaruh donut agar terjaga rasa dan kualitasnya hingga keesokan harinya, dan sistem penaruhan donut dalam display  dilakukan secara tiga kali, yaitu ketika donut datang sekitar jam 7-8 pagi, kemudian 2-3 siang, dan yang terakhir 5-7 sore. Hal lain seperti produk sabun untuk perlengkapan makan, cuci tangan dan  peralatan lainnya untuk menunjang customer service  disediakan dari  store  itu

sendiri berasal dari satu merk yang sama dan pembeliannya dilakukan satu hingga dua bulan sekali.

(6)

4. Analisis Jaringan Distribusi Dunkin’ Donuts Yogyakarta

Jaringan distribusi terdiri daari berbagai jenis, yaitu direct shipping, in-transit merge network, carrier delivery, last mile delivery dan cross docking . Jaringan distribusi Dunkin’s  Donuts termasuk jenis direct shipping  , karena termasuk pelayanan  point-to-point dengan menghilangkan fasilitas. Dunkin’ Donuts juga termasuk direct store delivery dimana pabrik mengirim barang langsung ke outlet retail . Konsumen melakukan pemesanan produk melalui retailer kemudian pesanan tersebut akan diteruskan ke manufacturer untuk dikirimkan langsung ke konsumen tanpa melalui retailer yang menjadi agen  pemesanan sebelumnya.

Analisis performance characteristics  pada jaringan distribusi Dunkin’ Donuts Yogyakarta :

1. Cost F actor  a.  Inventory

Pada jaringan distribusi Dunkin’  Donuts di Yogyakarta, terjadi sentralisasi inventori sehingga manufaktur/pabrik di Yogyakarta dan Jakarta. Sentralisasi tersebut membuat manufacturer  dapat mengumpulkan inventori dari semua permintaan oleh supplier yang di- support -nya. Selain itu, Donkin’ Donuts juga mengusahakan pasokan untuk memenuhi  pesanan tidak kurang dan tidak berlebih pula. Hal ini mengakibatkan biaya inventory pada direct shipping  Dunkin’ Donuts  Yogyakarta tidak terlalu mahal.

 b. Transportation

Pengiriman produk maupun bahan baku dari manufacturer membutuhkan biaya transportasi yang besar karena setiap pagi distributor atau kantor pusat Dunkin’  Donuts Yogyakarta harus mengirimkan donut  jadi, selada, tomat dan telur ayam untuk 9  stores yang ada di Yogyakarta  bahkan beberapa bahan baku seperti filling, lapisan topping, topping harus dikirimkan dari Jakarta. Pengiriman pada jarak yang berbeda-beda dan disaggregate shipping   akan menyebabkan biaya transportasi menjadi mahal.

(7)

c.  Facilities

Fasilitas dalam  supply chain network diartikan sebagai tempat untuk meletakkan dan mengolah inventory. Biaya fasilitas Dunkin’ Donuts di Yogyakarta tergolong rendah karena tempat peletakan dan pengolahan inventori juga sedikit dan produk hanya ada di manufacturer .

d.  Information

Dunkin’  Donuts mempunyai strategi pemasaran melalui iklan. Pemasaran yang dilakukan perusahaan ini tidak terlalu gencar, dikarenakan perusahaan ini sudah menjadi pelaku lama dalam  perindustrian donat di Indonesia. Masyarakat Indonesia pun sudah tahu akan perusahaan asal Amerika ini. Ditinjau dari tempat-tempat yang strategis dan digemari anak muda untuk sekedar menghabiskan waktu membuat perusahaan ini tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak dalam pemasaran. Seperti Dunkin’ Donuts yang berada di Jalan Kaliurang memiliki tempat yang sangat strategis karena berdekatan dengan kampus  besar.

Dalam analisis cost   dari Dunkin’ Donuts  Yogyakarta yang berkaitan dengan informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan ini dapat dikatakan rendah. Biaya rendah dari bidang informasi dikarenakan Dunkin’ Donuts Yogyakarta tidak banyak menggunakan media online  untuk melakukan  promosi produk mereka sehingga dapat dikatakan bahwa Dunkin’ Donuts

Yogyakarta sudah masuk dalam kriteria direct shipping .

2. Ser vice Factor  a.  Response Time

Dunkin’  Donuts yang berada di Yogyakarta merupakan perusahaan yang menjual donat. Dalam kesehariannya kebutuhan donat dalam Dunkin’ Donuts disupplai tiga kali dalam sehari. Dari hal itu dapat dilihat  bahwa permintaan konsumen akan produk donat cukup tinggi. Untuk dapat

(8)

dari supplai bahan baku dari pusat hingga supplai donat ke outlet-outlet  Dunkin’ Donuts.

Supplai bahan baku dilakukan oleh kantor pusat yang berada di Jakarta. Bahan baku ini dikirim sekali dalam satu minggu. Dalam seharinya pabrik pembuat donat ini dapat menyuplai tiga kali ke outlet  yang ada di Yogyakarta. Kesimpulannya dalam memenuhi kebutuhan konsumen pihak Dunkin’ Donuts  mendapatkan bahan baku seminggu sekali yang kemudian bahan baku tersebut disimpan dan sebagian digunakan untuk memproduksi donat tiga kali sehari.

 b.  Product Variety

Dalam kriteria direct shipping network   salah satunya mempunyai  banyak varietas produk yang ditawarkan. Seperti yang kita ketahui dalam  perusahaan Dunkin’ Donutss  Yogyakarta menawarkan berbagai macam makanan dan minuman. Dari kedua jenis tersebut masih terbagi lagi menjadi beberapa produk yang ditawarkan. Dari jenis minuman sendiri sudah terbagi menjadi empat varian produk dan masing-masing varian masih mempunyai variasi tersendiri.

Untuk jenis makanan sendiri terbagi atas delapan produk. Donat tentu menjadi primadona dari menu yang dicari konsumen. Produk donat sendiri  juga terbagi menjadi beberapa varian rasa dan bentuk. Sistem perusahaan

yang membiarkan konsumen mengambil donut dari tempat yang disediakan juga mendorong perusahaan untuk menampilkan donat dengan  berbagai variasi jenis.

c.  Product Availability

 Product availability yang dimiliki oleh network distributor design dengan jenis direct shipping network biasanya mudah untuk menyediakan ketersediaan produk dalam level yang tinggi karena adanya agregasi pada manufacturer .

Dalam kasus Dunkin’  Donuts yang bercabang di kota Yogyakarta,  product availability  yang tersedia memang cenderung stabil karena pada  store Dunkin’  Donuts Yogyakarta memiliki ketersediaan bahan makanan

(9)

maupun minuman yang cukup setiap harinya. Selain itu, permintaan konsumen akan produk yang ditawarkan oleh Dunkin’  Donuts juga cenderung stabil setiap harinya dan tidak mengalami fluktuasi yang  berlebihan.

Ketersediaan produk yang ditawarkan oleh Dunkin’  Donuts terutama  store  yang terletak di kota Yogyakarta cenderung stabil karena mereka

menyupplai bahan makanan seperti donat, tomat, selada, telur, dan saus tomat dengan leadtime yang tidak lama.

d. Customer Experience

Costumer experience yang dimiliki oleh network distributor design dengan jenis direct shipping network memudahkan konsumen untuk menggunakan atau mendapatkan produk tersebut. Dalam kasus Dunkin’ Donuts yang bercabang di kota Yogyakarta, customer experience cenderung tinggi karena konsumen dengan mudah mendapatkan produk yang mereka inginkan karena  product availability dan product variability yang cukup tinggi juga.

Selain itu, customer experience  pada Dunkin’  Donuts Yogyakarta cenderung tinggi karena keinginan konsumen untuk membeli produk mereka sambil menikmati fasilitas yang mereka berikan seperti tempat makan yang bersih dan nyaman, toliet serta wastafel yang bersih, adanya fasilitas pendukung seperti televisi dan wifi yang membuat para konsumen mereka betah untuk berada di dalam  store mereka dan mampu membuat customer experiece yang tinggi.

e. Time to Market

Time to market yang dimiliki oleh network distributor design dengan  jenis direct shipping network harus tinggi untuk bisa menerima dan merespon produk tersebut, ketika adanya produk yang baru. Time to market   harus diperhitungkan dengan melakukan  forecasting   yang tepat, karena jika tidak maka produk tersebut akan gagal di pasaran.

(10)

Dalam kasus Dunkin’ Donuts  yang bercabang di kota Yogyakarta, time to market   cenderung tinggi karena mereka memiliki kebijakan mengeluarkan produk baru mereka dan mempromosikan dengan efektif sehingga seluruh produk yang berada di Dunkin’  Donuts Yogyakarta selalu habis diserbu oleh konsumen.Selain itu, strategi yang diterapkan Dunkin’ Donuts adalah memasarkan produk mereka di dalam website dan di dalam mall-mall   besar sehingga mampu menarik perhatian dari konsumen.

f. Order Visibility

Pada order visibility  pada Dunkin’  Donuts kurang baik karena untuk status pengiriman sendiri untuk mengetahui sudah sampai mana, akan sampai kapan, ada masalah dalam proses pengiriman atau tidak, dan sebagainya susah untuk didapatkan. Hal ini disebabkan karena yang mengirimkan barang bukan pihak ketiga yang bisa dilacak.

g.  Returnability

Untuk faktor returnability sendiri pada Dunkin’ Donuts juga kurang, karena setiap pembeli yang telah membeli produknya tidak dapat mengembalikan produk kecuali memang ada hal-hal yang diluar dugaan yang mampu merugikan konsumen sehingga masih dapat didiskusikan. Untuk perusahaannya sendiri untuk bahan baku yang sudah dipesan akan sulit jika ingin dikembalikan, karena dari pihak perusahaan harus mengirimkan ke retailer dulu baru setelah itu menuju ke bagian manufaktur.

Produk yang dijual oleh Dunkin’ Donuts berupa barang yang dapat habis (dapat dikonsumsi), maka pihak perusahaanpun tidak memberikan garansi untuk setiap produknya. Oleh karena itu, sistem dalam Dunkin’ Donuts pun sangat ketat untuk selalu mengusahaan kualitas produk yang dijualkan ke konsumen baik dan terkontrol, serta hal-hal yang berkaitan dengan pesanan juga diusahakan tidak ada yang kurang, berlebihan, maupun salah pemesanan. Dengan memaksimalkan hal-hal tersebut maka kerugian bagi konsumen dan perusahaan pun dapat diminimalisir.

(11)
(12)

Referensi :

Anonim, 2004,  Network Design Decisions,

http://www.isye.gatech.edu/~spyros/courses/IE3103/Network-design.ppt, online accessed 18 September 2015.

Chopra, S., 2001, Designing the Distribution Network in a Supply Chain, Pearson,  New Jersey.

Gambar

Gambar 3.1. Supply Chain Network Dunkin’ Donuts

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan strategi Inquiring Minds Want to Know dan True or

Pada tindakan siklus I dikusi kelompok masih ada kelompok yang belurn menyelesaikan tugasnya dengan tuntas, misalnya ada soal yang tidak dijawab Ketika pembelajaran

Nama Penyedia Hasil Evaluasi Harga Keterangan..

Metode Analisis meliputi analisis terhadap aturan proses bisnis dan analisis terhadap peran pengguna sistem STTC sedangkan metode pengembangan perangkat lunak

Wasir atau ambeien adalah jenis penyakit yang bisa di alami karena terdapat pembengkakan pada bagian anus atau bokong yang merupakan bagian tubuh untuk menjadi

Alat bukti yang sah atau yang diakui oleh hukum dalam Pasal 1866 KUHPerdata, salah satunya adalah bukti tulisan.Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan

Sedangkan untuk membuat daging sapi tumis langkah pertama dengan minyak wijen , tambahkan gula, kecap asin dan gula hingga matang, angkat lalu sisihkan.. Sedangkan untuk penyajian

Promosi ini dilakukan bertujuan untuk membuat masyarakat tahu mengenai produk terbaru pegadaian yang akan terus meningkatkan minat masyarakat terhadap gadai prima,