• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional I Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajaran, Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman, Samarinda, 22 Agustus 2015"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh: Prof. Dr. AD. Corebima (Guru Besar Genetika)

Abad industri sudah berganti

dengan abad pengetahuan

dan saat ini kita berada

pada abad

pengetahuan ini

.

Apakah kita menyadarinya

dan menyikapinya dengan

benar?

Mari kita melakukan refleksi

tentang pelaksanaan

pembelajaran kita,

termasuk sampai dengan

praktek evaluasi

pembelajaran yang kita

terapkan. Apakah semua

hal tsb. sudah sesuai

dengan karakter tuntutan

abad pengetahuan?

(2)

Levine (2002) writes in his

book, A mind at a time,

that their intellectual

identity has been shrunken

down to a list of

examination scores that will

determine their destinies,

while shedding little light on

their true strengths,

weaknesses and

educational needs.

Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kita di tengah

tumpukan pengetahuan kita tentang strategi/model

pembelajaran, yang kiranya sesuai dengan abad

pengetahuan?

Now, in the Konwledge Age, Learning is becoming

interdiciplinary, collaborative, problem and project –

(3)

KNOWLEDGE AGE SURVIVAL SKILLS:

• Critical Thinking – and – doing (Problem solving, Research, Analysis, Project

Management, etc)

• Creativity (New Knowledge creation, “Best fit” design solutions, etc)

• Collaboration (Cooperation, Compromise, Consensus, Community building, etc) • Cross-cultural understanding (Across diverse ethnic, knowledge and organizational

cultures, etc)

• Communication (Grafting messages and using media effectively) • Computing (Effective use of electronic information and knowledge tools)

• Carrier and learning self – reliance (managing change, lifelong learning, and career

redifinition)

(Trilling and Hood, 1999)

Pada abad pengetahuan setiap orang dituntut

untuk terus menerus belajar.

The illiterate of

the twenty first century will not be those who

cannot read and write, but those who cannot learn,

unlearn, relearn (Alvin Toffler, dalam Mercer,

2003).

The Knowledge Age is driving the need for

continous improvement within organizations and

no business or individual can risk standing still

(Costos, 2006).

Pada

Knowledge Age

,

meaningful learning

tetap relevan sangat diperhatikan selama

pembelajaran dalam rangka menyiapkan

generasi cerdas abad 21. Novak (2002)

menyatakan bahwa

meaningful learning:

The essential factor for conceptual change

in Limited or Inappropriate Propositional

Hierarchies Leading to Empowerment of

learners.

(4)

Sebagaimana diketahui dan juga

dinyatakan oleh Stalheim – Smith

(1998),

Meaningful learning

emphasizes relating new

information to information already

known by the learner.

Dalam

hubungan ini Mayer (2002)

menyatakan lebih lanjut bahwa

meaningful learning occurs when

students built the knowledge and

cognitive processes for successful

problem solving.

Novak (2002) menyatakan pula bahwa World wide economic changes are forcing major changes in bussiness and industry placing a premium on the power and value of knowledge and new knowledge production. Those changes

require changes in school and university education that centers on the nature and power of meaningful learning.

Bagaimana melaksanakan pembelajaran yang

memfasilitasi meaningful learning?

Novak (2002)

menyatakan

Concept mapping has been used

effectively to aid meaningful learning with

resulting modification of students’s knowledge

structures

. Demikian pula

collaborative group

learning facilitates meaningful learning and new

knowledge construction.

Lebih lanjut dikatakan

bahwa

New computer tools are available to

facilitate teaching activities targeted at LIPH’S

(5)

Sejak hampir 30 tahun lalu (akhir abad industri) saya

mulai melakukan pengembangan perkuliahan genetika

di jurusan Biologi IKIP Malang (sekarang Universitas Negeri

Malang), pada saat saya diberi tugas mengampu

matakuliah ini. Sejak masa itu saya mengubah

pemaknaan genetika menjadi Ilmu tentang

Materi

Genetik

(dan bukan Ilmu yang mempelajari

pewarisan

sifat

) dan menggaris bawahi pandangan yang

menyatakan bahwa

genetika adalah inti atau ilmu dasar

dari seluruh cabang biologi.

Dalam hubungan ini materi ajar pada perkuliahan genetika

dikelompokkan menjadi 7 konsep dasar (Corebima, 2010). Ketujuh konsep dasar genetika tsb.adalah:

• Arti dan Ruang Lingkup Genetika • Materi Genetik: Struktur

• Reproduksi Materi Genetik • Kerja/ekspresi Materi Genetik • Perubahan Materi Genetik • Materi Genetik dalam populasi • Perekayasaan Materi Genetik

Setiap konsep dasar itu dibagi lagi menjadi beberapa subkonsep dasar.

Atas dasar materi ajar tsb.terlihat jelas bahwa pendekatan pembelajaran genetika di Jurusan Biologi UM telah diubah

dari pendekatan sejarah atau

historical approach menjadi

pendekatan konseptual atau

conceptual approach

(Corebima, 2010). Mari kita bandingkan dengan urutan materi ajar pada pendekatan historis yang biasa dilaksanakan.

(6)

Pembelajaran genetika berbasis

conceptual approach, yang memiliki

urutan konsep seperti tsb. memperlihatkan pola urutan yang sangat runtut, sistematis, logis, dan tidak terfragmentasi seperti pada pendekatan historis, dan apabila

dilihat dari sudut pandang kepentingan meaningful learning, pola urutan tsb. sangat mendukung

terlaksananya meaningful learning. Secara teoritis hal tsb.tentu sangat membantu pemahaman konsep &

subkonsep genetika.

Sejalan dengan perubahan pemaknaan dan pendekatan pembelajaran genetika (yang memunculkan struktur dan urutan materi ajar seperti tsb.) dilakukan pula perbaikan pelaksanaan pembelajaran perkuliahan genetika dari semester ke semester.

Pembelajaran perkuliahan genetika di Jurusan Biologi UM dilaksanakan berbasis model pembelajaran, dan

bukanlah “No Name Learning

sebagaimana yang lazim terjadi pada perkuliahan-perkuliahan kita selama ini. Model pembelajaran yang digunakan pada perkuliahan teori adalah RQA (Reading, Questioning and Answering); sedangkan yang

digunakan pada perkuliahan praktikum adalah projek based learning.

(7)

Atas dasar pelaksanaan

pembelajaran seperti tsb,

dapat dipastikan bahwa

pembelajaran perkuliahan

genetika di Jurusan Biologi UM

telah dilaksanakan atas dasar

filosofi konstruktivisme.

Terkait perbaikan

pelaksanaan pembelajaran perkuliahan genetika di jurusan Biologi UM, yang dilakukan dari semester ke semester, selama ini sudah dilakukan perbaikan secara teknis, maupun melalui kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian itu dilakukan pada semester ganjil dan genap 2013/2014 (Corebima, 2014).

Pada saat ini hasil penelitian tersebut sudah ditulis sebagai

suatu manuscript yang telah di submit ke journal international

yang terindeks Scopus.

(8)

Perbaikan pembelajaran

perkuliahan juga dilakukan

dengan penulisan buku

referensi yang didahului

dengan penulisan hand out

dan diktat. Buku referensi yang

ditulis adalah dalam lingkup

sempit, sehingga tulisan dapat

dibuat sedalam-dalamnya.

Terkait perbaikan pembelajaran perkuliahan, diterapkan juga

evaluasi autentik pada perkuliahan genetika.

PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN PERKULIAHAN GENETIKA DI JURUSAN BIOLOGI UM TIDAK MUDAH DILAKUKAN KARENA BEBERAPA HAL BERIKUT: 1. Ada kemungkinan tidak banyak perkuliahan lain yang melaksanakan

pembelajaran yang sejalan dengan pelaksanaan pembelajaran perkuliahan genetika.

2. Para mahasiswa tidak mudah mengganti pemahaman mereka tentang ilmu genetika, dari ilmu tentang pewarisan sifat menjadi ilmu tentang materi genetik.

3. Masih cukup banyak mahasiswa yang tetap sangat menikmati kesertaannya pada kuliah dalam pola multiple D, (datang, duduk, dengar, diam, dengkur, dan aneka D yang lain).

(9)

4. Masih ada mahasiswa yang menjalani praktikum yang kurang sungguh-sungguh.

5. Implementasi model pembelajaran RQA, yang terkait pembuatan ringkasan, pertanyaan dan jawabannya oleh para mahasiswa belum terlaksana secara maksimal dan optimal (sekalipun seluruh mahasiswa telah melakukannya).

6. Class size yang masih tergolong besar. 7. Jumlah offering yang tergolong banyak.

Berikut ini ditunjukkan gagasan penelitian genetika (Ilmu Murni) yang diharapkan akan menginspirasi mahasiswa dalam mempelajari genetika. Proposal penelitian terkait sudah diajukan ke proyek penelitian HPTP 2016, 2017, dan 2018 (yang melibatkan 5 – 8 mahasiswa S2). Pada saat ini sedang

ditunggu hasil penilaian proposal tersebut.

Ayala dkk (1984) yang mengutip ahli genetika kenamaan

Theodosius Dobzhansky, menyatakan bahwa

“Nothing in

biology makes sense except in the light of evolution.”

Dikatakan lebih lanjut bahwa

It is even more certain that

nothing in biology is understandable except in the light of

genetics

; dan dinyatakan lagi bahwa

Genetics is the core

biological science,

karena

it provides the framework within

which the diversity of life and its processes can be

(10)

Konsep 1: Arti dan Ruang Lingkup

Genetika

Arti genetika Ruang lingkup & hubungan dengan ilmu-ilmu lain

Manfaat ilmu genetika

Konsep 2: Materi Genetik

Percobaan Griffith

Percobaan Avery, McLeod dan McCarty

Percobaan Hershey & Chase Kromosom (arti, struktur, jumlah, bentuk, macam, fungsi, dsb.) Asam Nukleat (DNA dan RNA genom: struktur, dsb.)

Plasmid & Episom Elemen transposabel

Gen (Jumlah, Ukuran, Susunan, dsb.)

Konsep 3: Reproduksi Materi Genetik

Mitosis & Meiosis Percobaan Meselson-Stahl Percobaan Fraenkel & Conrad Replikasi DNA pada prokariot dan organela

Replikasi DNA pada eukariot Rolling circle replication Reverse transcription

Genetika Mendel (Hk. Mendel I & II, dsb.)

Extrachromosomal Inheritance

Konsep 4: Kerja / Ekspresi Materi

Genetik

Gambaran Umum Jalur Kerja Gen Transkripsi (sintesis RNA) pada Prokariot dan Eukariot

Modifikasi Pasca Transkripsi Kode Genetika

Translasi (sintesis polipeptida) pada Prokariot dan Eukariot

Regulasi Kerja Gen pada Prokariot Regulasi Kerja Gen pada Eukariot Kontrol Genetik terhadap Respon Imun Kontrol Genetik terhadap Pembelahan Sel

One Gene One Polypeptide Hypothesis Konsep Interaksi Kerja Gen

Ekspresi Kelamin Konsep 5: Perubahan Materi Genetik Mutasi Rekombinasi Konsep 6: Materi Genetik dalam Populasi Konsep Keanekaragaman Model-Model Populasi Polimorfisme Heterozigositas dsb. Konsep 7: Perekayasaan Materi Genetik

Teknologi DNA Rekombinan dsb.

SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN RQA

• Penugasan membaca materi ajar pada sumber

tertentu (ditunjuk) dan membuat ringkasannya.

• Penugasan membuat sejumlah pertanyaan tertentu

dan sekaligus membuat jawabannya.

• Presentasi dan diskusi hasil pelaksanaan tugas

pembuatan ringkasan, pembuatan pertanyaan dan

jawabannya.

(11)

SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN

BERBASIS PROYEK

• Penugasan pelaksanaan proyek praktikum kelompok (2 orang), tanpa judul, tanpa prosedur (tidak ada petunjuk praktikum tertulis) yang dikerjakan dalam waktu sekitar separuh semester (proyek praktikum berbeda antar kelompok).

• Pelaksanaan praktikum oleh setiap kelompok dalam pola proyek penelitian, sesuai dengan alokasi jadwal waktu masing-masing (setiap pelaksanaan praktikum dilaporkan ke para asisten).

• Perekaman data tiap kelompok dan pelaksanaan analisisnya • Penyusunan laporan praktikum dalam pola laporan penelitian • Presentasi seminar hasil (laporan) penelitian

• Revisi laporan praktikum (jika diperlukan).

Judul Penelitian Pembelajaran

Perkuliahan Berbasis RQA dan Pembelajaran Berbasis Proyek

• Judul : Kajian Tentang Perkembangan Keterampilan Metakognitif pada Perkuliahan Genetika di Jurusan Biologi FMIPA UM • Pelaksana : Prof. Dr. A. D. Corebima

• Waktu : Semester Genap dan Ganjil 2013/2014 • Penyandang Dana : PPS UM

• Kesimpulan : Perkuliahan yang menggunakan model pembelajaran RQA pada perkuliahan genetika II di jurusan Biologi UM berhasil meningkatkan keterampilan metakognisi siswa sebesar 19,8%. Publikasi Hasil :

• Laporan Penelitian

• Artikel Jurnal Internasional (Metacognition Skill Development in Genetic Lecture in Indonesia) dalam status in review.

Pada saat ini baru dua buku yang diterbitkan yaitu Genetika Mendel dan Genetika Kelamin (diterbitkan oleh AUP). Draft buku genetika Mutasi dan Rekombinasi masih dalam proses penerbitan di AUP. Draft buku Genetika Ekspresi Gen sudah hampir selesai ditulis. Handout Rekayasa Genetika sudah dipakai bertahun-tahun. Sudah dirancang juga penulisan draft buku Genetika Reproduksi.

(12)

• Evaluasi autentik didasarkan pada asesmen autentik.

• Jumlah asesmen autentik sebanyak sekitar 20 (yang terdiri dari asesmen tradisional dan asesmen alternatif)

• Asesmen tradisional terdiri dari 3-4 tes teori dan tes praktikum; sedangkan asesmen alternatif terdiri dari 16-17 asesmen alternatif (berupa penugasan, kinerja praktikum, laporan praktikum, presensi)

• Seluruh asesmen memiliki bobot yang sama

• Rata-rata dihitung berdasarkan seluruh skor asesmen

• Evaluasi didasarkan pada panduan kriteria lembaga (A, B, C, D, E)

MENCARI LELUHUR

SPESIES-SPESIES TARSIUS SULAWESI

Oleh Prof. Dr. AD. Corebima

(Kuliah Umum di Jurusan Biologi 10 Februari 2015)

Shekelle (2003) dan Shekelle et.al. (2008) menyatakan bahwa leluhur

Sulawesian tarsier adalah C.bancanus atas dasar Analisis Sekuens

Nukleotida pada gen mitokondria 12 S.

Di lain pihak, Melin et al.(2013), atas dasar suatu L opsin gene menyatakan

bahwa Sulawesian tarsier memiliki L opsin gene yang lebih mirip L opsin

gene C. syrichta dan bukan C. bancanus.

Manakah di antara kedua pandangan tsb yang benar, perlu

(13)

Widayanti dkk. (2004) dan Md-Zein et.al (2010) sudah memanfaatkan analisis gen cyt b parsial untuk mengungkap posisi filogenetik dan hubungan kekerabatan diantara beberapa spesies Tarsius dan diantara spesies primata lainnya.

37

Morfologis

Geologis

Molekuler

Dapat dilakukan dengan menggunakan

analisis gen atau genom inti maupun

mitokondria.

Analisis gen cyt b

3/30/2016 38

Th. 2013

dilakukan kajian tentang filogeni Tarsius Sulawesi Utara

T. sangirensis T. tumpara T. tarsier

Atas dasar gen cyt b

(14)

39

Keragaman Genetik Tarsius sp. Sulawesi Utara

Berdasarkan Gen Sitokrom b dan Penyusunan Buku

Populer tentang Tarsius

Kajian filogeni oleh Kamagi (2014) tsb.

juga masih didasarkan pada pandangan

bahwa leluhur spesies-spesies Sulawesi

adalah C.bancanus, mengacu kepada

Shekelle (2003) dan Shekelle et al. (2008).

Data gen cyt b hasil sekuensing dengan universal primer sepanjang 307

nt telah dibandingkan Kamagi (2014) dengan data sekuen terkait dari

T. wallacei, T. dentatus, T. lariang, dan T. dentatus >< T. lariang,

maupun dengan data C. bancanus dan C. syrichta.

Pembandingan dilakukan melalui prosedur alignment dengan

automatic aligner built-in clustal-x (Thompson et al. 1997) melalui

aplikasi software MEGA 5.2 (Tamura,et al, 2012). Uji pola subtitusi

dilakukan dengan menggunakan Bayesian Information Criterion (BIC)

untuk mempertimbangkan pola subtitusi terbaik.

(15)
(16)
(17)

Rekonstruksi pohon filogenetik dilakukan berdasarkan sekuen

nukleotida dan sekuan asam amino (yang diterjemahkan mengikuti

sistem vertebrate mitochondrial translation code yang sudah

terprogram pada program MEGA 5.2).

Rekonstruksi pohon filogenetik berbasis nukleotida dilakukan

dengan metode berdasarkan jarak Neighbour-Joining (NJ) model

Tamura dan Mei dan metode maksimum Likehood (ML);

sedangkan rekonstruksi berdasarkan asam amino dilakukan dengan

metode maksimum Likehood (ML). Semua proses rekonstruksi

dilakukan dengan bantuan software MEGA 5.2.

(18)

49

Hasil-hasil rekonstruksi itu memberikan informasi yang tidak seluruhnya sejalan. Analisis terhadap hasil rekonstruksi itu oleh Kamagi pada disertasinya tidak

berkepentingan untuk megkaji alternatif leluhur spesies-spesies Tarsius Sulawesi, apakah berasal dari C.bancanus atau C.syrichta.

Analisis (tanpa didukung sesuatu software) yang dilakukan terhadap kesamaan dan perbedaan nukleotida sepanjang ke 307 nt hasil sekuensing gen cyt b (T.sangirensis,

T.tumpara, T.tarsier) maupun yang diambil dari genBank (T.wallacei, T.dentatus, T.lariang, T.dentatus >< T.lariang) C.bancanus dan C.syrichta memperlihatkan hasil

berikut

Spesies Tarsius Sulawesi % Kesamaan % Perbedaan

C. bancanus C. syrichta C. bancanus C. syrichta

Tarsius sangirensis 82,7 86 17,3 14 T. Tumpara 80,8 85,3 19,2 14,7 T. Tarsier 82,1 83,7 17,9 16,3 T. Wallacei 82,2 82,5 17,8 17,5 T. Dentatus 84,4 84,4 15,6 15,6 T. Lariang 83,1 83,1 16,9 16,9 T. Dentatus >< T. lariang 83,1 83,1 16,9 16,9 3/30/2016 50

Hasil tersebut membuktikan bahwa:

Secara keseluruhan persentase kesamaan spesies-spesies Tarsius

Sulawesi terhadap C. syrichta, lebih besar dibanding persentase

kesamaan terhadap C.bancanus.

Persentase kesamaan spesies-spesies Tarsius Sulawesi dari belahan

utara ke belahan selatan terhadap C. syrichta semakin kecil;

semakin dekat wilayah habitat C. syrichta, persentase kesamaan

semakin besar. Dilain pihak tidak ada pola yang semacam itu

terkait persentase kesamaan spesies-spesies Tarsius Sulawesi

terhadap C. bancanus.

(19)

Oleh karena itu dapat disimpulkan (atas dasar sekuens sepanjang ke

307 nt tsb), spesies-spesies Tarsius Sulawesi lebih mungkin berasal

langsung dari C.syrichta dan bukan dari C.bancanus.

Kesimpulan analisis atas dasar sekuen gen cyt b sepanjang 307 nt tsb,

ternyata tidak sejalan dengan pendapat Shekelle (2003) dan Shekelle et

al. (2008)

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, kemampuan literasi digital yang dimiliki oleh peserta WAG Klinik MPASI akan berhubungan dengan penerapan informasi yang dimilikinya untuk dirinya

Berdasarkan Pasal tersebut, maka urusan penegakan hukum dan pendidikan berlalu lintas merupakan tugas dari Kepolisian, oleh karena itu masalah kesadaran hukum

Indogranit Tunggal Perkasa dengan anak perusahaan dan pihak istimewa tahun 2010 dengan menggunakan metode penentuan harga transfer berdasarkan biaya atau harga

Beberapa peneliti yang telah menggunakan metode-metode ini antara lain: Inokhuci (2002) melakukan pembebanan jaringan dengan mencari nilai kemungkinan antara tujuan fuzzy (fuzzy

Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas yang merupakan hasil karya faktor- faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang

Fault Tree (FT) adalah suatu model grafik sederhana dengan sistem yang dapat Fault Tree (FT) adalah suatu model grafik sederhana dengan sistem yang dapat menjadi petunjuk untuk

Maka dari itu dalam melakukan presentasi bisnis seorang pembicara perlu berlatih bagaimana menampilkan ekspresi wajah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada

[r]