• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PERATURAN DAERAH PEMANTAUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KAJIAN EVALUASI PERATURAN DAERAH PEMANTAUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2017

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PERATURAN DAERAH

PEMANTAUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

(2)

LAPORAN KAJIAN EVALUASI PERATURAN DAERAH

PEMANTAUAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2011

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(3)

KATA PENGANTAR

Laporan Kajian Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah ini disusun guna memenuhi kewajiban penyusun kepada Bagian Legislasi Sekretariat DPRD DI Yogyakarta selaku Pihak Pemberi Kerja. Laporan ini merupakan laporan lengkap kajian, yang dapat dijadikan dasar bagi pemangku kepentingan khususny DPRD DIY dan Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyaka rta untuk menindaklanjuti rekomendasi untuk melakukan revisi terhadap Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Pihak Pemberi Kerja atas kepercayaannya untuk melaksanakan kajian ini. Penyusun juga menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak keterbatasan. Atas segala masukan dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan laporan ini, diucapkan terima kasih.

Yogyakarta, Juli 2017

(4)

DAFTAR ISI

Asa Peraturan Perundang- Undangan

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Metodologi 1.4 Waktu dan Tempat 1.5 Tahapan Pelaksanaan 1.6 Luaran 1 1 1 2 2 2 Bab II. Analisis dan Evaluasi Perda DIY No. 15 Tahun 2011 Berdasarkan Kesesuaian

2.1 Landasan Yuridis Peraturan Perundang-undangan 2.2 Hierarki Tata Urutan Perundang-undangan

3 3 Bab III. Isu Strategi Dalam Pengelolaan Barang Milik Daerah

3.1 Urgensi Pengelolaan Barang Milik Daerah

3.2 Aspek-Aspek Penting Dalam Pengelolaan Barang Milik Daerah

3.2.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah 3.2.2 Pejabat Pengelola Barang Milik Daerah 3.2.3 Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Daerah 3.2.4 Pengadaan

3.2.5 Penggunaan Barang Milik Daerah 3.2.6 Pemanfaatan

3.2.7 Pengamanan dan Pemeliharaan 3.2.8 Penilaian

3.2.9 Pemindahtangan 3.2.10 Pemusnahan 3.2.11 Penghapusan 3.2.12 Penatausahaan

3.2.13 Pembinaan, Pengendalian dan Pengawasan

3.2.14 Barang Milik Daerah yang dikelola oleh SKPD yang memiliki pola tertentu

3.2.15 Barang Milik Daerah Berupa Rumah Negara 3.2.16 Ganti Rugi dan Sanksi

7 7 7 8 12 16 16 22 50 55 56 59 61 63 63 64 64 68 Bab IV. Analisis Perbandingan

4.1 Metode Yang Dipergunakan 4.2 Analisis Perbandingan 4.3 Hasil Analisis 4.4 Rekomendasi 4.4.1 Rekomendasi Keseluruhan 4.4.2 Rekomendasi Rinci 69 69 73 76 76 76 Bab V. Penutup 80 Daftar Pustaka 81

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengelolaan barang milik daerah saat ini menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam pemerintahan daerah. Otonomi daerah yang memberikan keleluasaan bagi Pemerintah Daerah untuk mengelola daerahnya perlu didukung dengan sistem tata kelola yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Barang milik daerah adalah aset yang dimiliki olah daerah. Tata kelola yang tidak baik akan menyebabkan kualitas, kuantitas dan nilai dari barang milik daerah yang merupakan aset daerah menjadi tidak baik dan tidak menunjukkan hal yang sebenarnya. Peraturan daerah mengenai pengelolaan barang milik daerah menjadi hal yang penting untuk dibuat dan dimiliki oleh setiap daerah.

Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah memiliki peraturan daerah tentnag pengelolaan barang milik daerah yaitu melalui Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 15 Tahun 2011. Akan tetapi peraturan daerah ini sudah tidak bisa dipergunakan lagi mengingat adanya perubahan pada peraturan yang diatasnya yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negera/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

Atas dasar tersebut maka perlu dilakukan kajian tentang Perda Propinsi DIY Nomor 15 Tahun 2011. Kajian dilakukan agar dapat dipakai sebagai dassar untuk revisi dan penyusunan Perda yang baru.

1.2 Maksud dan tujuan

Maksud dan tujuan dari kajian ini adalah:

1. Mengetahui aturan-aturan dalam Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011 yang sudah tidak relevan lagi dengan kondisi yang ada saat ini.

2. Mengetahui aturan-aturan dalam Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011 yang sudah tidak sejalan lagi dengan peraturan perundangan diatasnya.

3. Mengetahui aturan-aturan tentang pengelolaan barang milik daerah yang belum ada dalam perda DIY Nomor 15 Tahun 2011.

4. Memberikan analisis atas Perda DIY Nomor 15 Tahun 2015 dengan mendasarkan pada peraturan perundangan di atasnya.

5. Memberikan rekomendasi dan masukan kepada DPRD DIY untuk proses revisi Perda DIY tentang pengelolaan barang milik daerah.

1.3 Metodologi

Metode yang dipergunakan dalam melakukan analisis adalah metode perbandingan. Perbandingan dilakukan dengan melihat dan membandingan isi Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negera/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

(6)

1.4 Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan adalah bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2017, Tempat melakukan proses analisis adalah di Kota Yogyakarta.

1.5 Tahapan Pelaksanaan

Tahapan pelakasanaan adalah:

1. Penjelasan dari Sekretariat DPRD DIY tentang kajian yang harus dilakukan.

2. Melakukan kajian pustaka dengan mengumpulkan peraturan perundangan yang berkaitan dan berhubungan dengan Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

3. Melakukan analisis perbadingan antara Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011. tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negera/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

4. Menyusun rekomendasi perbaikan untuk Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011 5. Menyusun laporan kajian

1.6 Luaran

Luaran dari kajian ini adalah:

1. Analisis perbandingan antara Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011. tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negera/Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah.

2. Rekomendasi perbaikan Perda DIY Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah.

(7)

Setiap pembentukan peraturan perundang-undangan harus memenuhi asas “kejelasan tujuan‟ yang hendak dicapai, “berdayaguna‟ dan “berhasil guna‟. Pemenuhan ketiga asas tersebut menunjukan bahwa peraturan perundang-undangan tersebut dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat dilaksanakan dengan mempertimbangkan efektivitas peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis, sosiologis maupun yuridis. Hal ini sejalan dengan asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Demikian juga halnya pada saat dilakukan evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan, aspek tersebut perlu dinilai. Evaluasi atau penilaian ini perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana manfaat dari pembentukan suatu peraturan perundang-undangan sesuai dengan arah kesesuaian hukumnya.

2.1 Landasan Yuridis Peraturan Perundang -undangan

Pembentukan peraturan perundang-undangan pada hakikatnya ialah pembentukan norma-norma hukum yang berlaku keluar dan bersifat umum dalam arti yang luas. Peraturan perudang-undangan adalah keputusan tertulis negara atau pemerintah yang berisi petunjuk atau pola tingkah laku yang bersifat dan mengikat secara umum. Bersifat dan berlaku secara umum, maksudnya tidak mengidentifikasikan individu tertentu, sehingga berlaku bagi setiap subjek hukum yang memenuhi unsur-unsur yang terkandung dalam ketentuan mengenai pola tingkah laku tersebut.

Pada kenyataannya, terdapat juga peraturan perundang-undangan seperti undang-undang yang berlaku untuk kelompok orang-orang tertentu, objek tertentu, daerah dan waktu tertentu. Dengan demikian, mengikat secara umum pada saat ini sekadar menunjukkan tidak menentukan secara konkret (nyata) identitas individu atau objeknya.

Menurut S.J. Fockema Andrea, perundang-undangan atau legislation mempunyai dua pengertian yang berbeda, yaitu yang pertama, Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk peraturan-peraturan negara baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah; kedua, Perundang-undangan adalah segala peraturan-peraturan negara, yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Salah satu aspek yang dapat dijadikan ukuran untuk menentukan kualitas pembentukan undang-undang sehingga mempunyai makna berkelanjutan, ialah keharusan

dilakukan harmonisasi dalam pembentukan undang-undang, disamping perlunya dilakukan sinkronisasi. Harmonisasi berarti berkeselarasan, keserasian, kecocokan, kesesuaian, kerukunan.

Menurut L.M. Lapian Ghandi, dalam praktik hukum di Indonesia, dijumpai penyebab timbulnya disharmoni dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, yakni:

1) Perbedaan antara berbagai undang-undang atau peraturan perundang-undangan. Selain itu, jumlah peraturan yang semakin besar menyebabkan kesulitan untuk mengetahui atau mengenal semua peraturan tersebut. Dengan demikian pula, ketentuan yang mengatakan bahwa semua orang dianggap mengetahui semua undang-undang yang berlaku niscaya tidak efektif.

2) Pertentangan antara undang-undang dengan peraturan pelaksanaan.

3) Perbedaan antara peraturan perundang-undangan dengan kebijakan instansi pemerintah. Kita kenal pelbagai juklak, yaitu petunjuk pelaksanaan yang malahan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang akan dilaksanakan.

4) Perbedaan antara peraturan perundang-undangan dengan yurisprudensi dan Surat Edaran Mahkamah Agung.

5) Kebijakan-kebijakan instansi pemerintah pusat yang saling bertentangan 6) Perbedaan antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah.

7) Perbedaan antara ketentuan hukum dengan perumusan pengertian tertentu.

8) Benturan antara wewenang instansi-instansi pemerintah karena pembagian wewenang yang tidak sistematis dan jelas.

ANALISIS DAN EVALUASI PERDA DIY No. 15 TAHUN 2011 BERDASARKAN

KESESUAIAN ASAS PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN

(8)

Pada prinsipnya, harmonisasi dalam hukum adalah mencakup penyesuaian peraturan perundang-undangan, keputusan pemerintah, keputusan peningkatan kesatuan hukum, kepastian hukum, keadilan, kegunaan dan kejelasan hukum, tanpa mengaburkan dan mengorbankan pluralisme hukum kalau memang dibutuhkan. Pentingnya menganalisa peraturan perundang-undangan:

1) Untuk menilai sinkronisasi vertikal antar beberapa peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya, atau antar peraturan perundang-undangan dengan aturan dasar negara. Sinkronisasi vertikal didasarkan pada hirarki peraturan perundang-undangan untuk menilai apakah secara formal maupun materiil sesuai atau tidak antara peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dengan peraturan perundang-perundang-undangan yang lebih tinggi.

2) Untuk melakukan penilaian terhadap sinkronisasi antar beberapa peraturan yang setingkat agar tidak terjadi tumpang tindih.

3) Untuk menilai apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku sudah sesuai atau tidak dengan aspirasi hukum yang berkembang dalam masyarakat, terutama untuk menegakkan supremasi hukum dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Untuk menghindari terjadinya perlawanan oleh masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan yang sedang dan akan diberlakukan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Ini muncul karena adanya keharusan sinkronisasi vertikal terhadap peraturan perundang-undangan. 5) Untuk membuka kemungkinan dilakukan perbaikan terhadap peraturan perundang-undangan

yang sedang berlaku untuk merespon perkembangan masyarakat. 2.2. Hierarki Tata Urutan Perundang -undangan

Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai peraturan perundang -undangan merupakan salah satu unsur produk hukum, maka dari itu prinsip-prinsp pembentukan, pemberlakuan, penegakan maupun pengawasan pelaksanaannya harus mengandung nilai-nilai hukum pada umumnya agar dapat mengikat secara umum dan memiliki efektifitas dalam hal pengenaan sanksi, dalam pembentukannya harus memperhatikan persyaratan yuridis. persyaratan yuridis dipergunakan sebagai landasan yuridis dari suatu peraturan perundang-undangan. Persayaratan yuridis yang dimaksud adalah:

1. dibuat dan dibentuk oleh organ yang berwenang. artinya suatu peraturan perundangan-undangan harus dibuat oleh pejabat atau badan yang mempunyai kewenangan untuk itu. bila persyaratan ini tidak diindahkan maka menjadikan suatu peraturan perundang-undangan itu batal demi hukum (van rechtswegenietig). dianggap tidak pernah ada dan segala akibatnya batal demi hukum.

2. adanya kesesuaian bentuk/jenis Peraturan perundang-Undangan dengan materi muatan yang akan diatur. ketidaksesuaian bentuk/jenis ini dapat menjadi alasan untuk membatalkan Peraturan Perundang-undangan yang dimaksud. Contohnya di dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa suatu ketentuan akan dilaksanakan dengan Undang maka hanya dalam bentuk Undang-Undanglah hal itu harus diatur.

3. adanya prosedur dan tatacara pembentukan yang telah ditentukan. Pembentukan peraturan perundang-undangan harus melalui prosedur dan tatacara yang telah ditentukan. Contohnya suatu Rancangan Undang-Undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan presiden untuk mendapat Persetujuan Bersama, Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 4. tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya. Sesuai dengan pandangan stufenbau theory, peraturan perundang-undangan mengandung nomra-norma hukum yang sifatnya hierarkis. artinya suatu peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya merupakan grundnorm (norma dasar) bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya. Oleh sebab itu Peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya tidak boleh melanggar kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

Di dalam ketentuan Bab II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, asas-asas peraturan perundang-undangan dapat dikelompokan

(9)

menjadi dua, yakni pertama, asas yang berkaitan dengan pembentukan Peraturan Perundang-undangan , dan kedua, asas yang berkaitan dengan materi muatan Peraturan Perundang-Perundang-undangan. Asas yang berkaitan dengan pembentukan Peraturan Perundang-undangan terdapat dalam ketentuan pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan undangan. Pasal ini menegaskan bahwa dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus didasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundang-Perundang-undangan yang baik, yang meliputi:

a. kejelasan tujuan

b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat c. kesesuaian antara jenis, hierarki dan materi muatan d. dapat dilaksanakan

e. kedayagunaan dan kehasilgunaan f. kejelasan rumusan

g. keterbukaan

Sedangkan asas yang berkaitan dengan materi muatan Peraturan perundang-Undangan ditegaskan dalam ketentua pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yakni:

a. asas pengayoman b. asas kemanusiaan c. asas kebangsaan d. asas kekeluargaan e. asas kenusantaraan f. asas bhinneka tunggal ika g. asas keadilan

h. asas kesaman kedudukan dalam hukum dan pemerintahan i. asas ketertiban dan kepastian hukum

j. asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan

Menurut Sudikno Mertokusumo, asas hukum bukan merupakan hukum kongkrit melainkan merupakan pikiran dasar yang umum dan abstrak atau merupakan latar belakang peraturan kongkrit yang terdapat dalam dan di belakang setiap sistem hukum sebagaimana terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim. Hal ini berarti keberadaan asas-asas di dalam rangka pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut di atas harus dipandang sebagai sebuah inspirasi normative yang wajib diperhatikan ketika Perancang Peraturan perundang-undangan melakukan aktifitas perancangan peraturan perundang-undangan. dengan kata lain asas-asas tersebut dipergunakan sebagai dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan peraturan perundang-undangan.

Jenis dan hierarki Peraturan perundang-undangan terdiri atas:

1. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945 2. Ketetapan majelis Permusyawaratan Rakyat

3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 4. Peraturan pemerintah

5. Peraturan Presiden 6. Peraturan Daerah Provinsi

7. Peratudan Daerah Kabupaten/Kota

Pasal 250 (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Perda dan Perkada sebagaimana dimaksud dalam Pasal 249 ayat (1) dan ayat (3) dilarang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum, dan/atau kesusilaan. Bertentangan dengan kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. terganggunya kerukunan antarwarga masyarakat; b. terganggunya akses terhadap pelayanan publik; c. terganggunya ketenteraman dan ketertiban umum; d. terganggunya kegiatan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat; dan/atau e. diskriminasi terhadap suku, agama dan kepercayaan, ras, antar-golongan, dan gender.

(10)

Penilaian evaluasi terhadap Peraturan daerah dapat dilakukan dengan melakukan analisa kesesuaian materi dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Untuk itu dalam kajian evaluasi perda ini, Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah dipersandingkan dengan peraturan yang lebih tinggi hierarkinya.

Peraturan Daerah Propinsi DIY Nomor 15 Tahun 2011 memiliki potensi disharhonisasi dan dissinkronisasi karena:

1. Perda No. 15 Tahun 2011 masih mengacu pada Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589), yang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679).

2. Perda No. 15 Tahun 2011 masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609), sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533).

3. Perda No. 15 Tahun 2011 masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 1971 Tentang Penjualan Kendaraan Perorangan Dinas Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1967), sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2014 Tentang Penjualan Barang Milik Negara/Daerah Berupa Kendaraan Perorangan Dinas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 305, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5610).

4. Perda No. 15 Tahun 2011 masih mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

5. Perda No. 15 Tahun 2011 masih mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1997 tentang Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi Keuangan dan Barang Milik Daerah

6. Perda No. 15 Tahun 2011 masih mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah, sebagaimana telah diganti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah

(11)

BAB III

ISU STRATEGIS DALAM

PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

3.1 Urgensi Pengelolaan Barang Milik Daerah

Pengelolaan barang milik daerah saat ini menjadi salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh setiap pemerintah daerah. Barang milik daerah baik yang berwujud maupun tidak berwujud akan menjadi bagian dari aset yang dimiliki daerah. Dalam era otonomi daerah dan pengelolaan keuangan daerah yang mengedepankan asepk Tata Kelola Pemerintahan yang baik maka pengelolaan barang milik daerah yang merupakan aset milik daerah menjadi hal yang sangat penting.

Dalam sistem pelaporan akuntansi keuangan daerah aset daerah yang dimiliki harus dapat diketahui jumlah dan nilainya dengan benar. Keselahan dalam pengelolaan aset daerah akan berdampak pada nilai aset daerah yang tidak sesuai dengan kondisi yang riil dan akan menurunkan kredibilitas pemerintah daerah selaku pengelola aset daerah.

Barang milik daerah yang merupakan aset daerah selain harus diketahu jumlah dan nilainya dengan benar juga harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Pemanfaatan barang milim daerah harus dapat dilakukan dengan baik sehingga dapat memberikan pendapatan bagi daerah. Pendapatan ini dapat dipergunakan untuk proses pengelolaan dan pemeliharaan barang milik daerah dan juga dapat dipergunakan sebagai dana pengembangan daerah.

Ada beberapa hal penting yang berhubungan dengan pengelolaan barang milik daerah, yaitu:

a.

Aspek Pengadaan

b.

Aspek Penggunaan dan Pemanfaatan

c.

Aspek Pemeliharaan

d.

Aspek Pelepasan

e.

Aspek Penghapusan

Lima aspek utama dalam pengelolaan barang milik daerah ini harus didukung dengan sistem tata kelola dan penatausahaan yang baik.

Mengingat ada lima aspek utama yang berhubungan dengan pengelolaan barang milik daerah, maka Peraturan yang mengatur pengelolaan barang milik daerah harus mencakup lima aspek tersebut. Selain itu peraturan mengenai pengelolaan barang milik daerah tidak bisa dilepaskan dengan peraturan diatasnya dan juga peraturan lain seperti peraturan tentang pengadaan barang, peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah, peraturan tentang otonomi daerah, serta peraturan-peraturan lain yang terkait.

3.2 Aspek-Aspek Penting Dalam Pengelolaan Barang Milik Daerah

3.2.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah

Yang dimaksud dengan Barang milik daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

Barang milik daerah dilarang digadaikan/dijaminkan untuk mendapatkan pinjaman atau diserahkan kepada pihak lain sebagai pembayaran atas tagihan kepada pemerintah daerah. Barang milik tidak dapat disita sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Barang milik daerah yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD dilengkapi dokumen pengadaan. barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah perlu dilengkapi dokumen perolehan.

Barang milik daerah dapat bersifat berwujud maupun tidak berwujud. Barang milik daerah yang berasal dari perolehan lainnya yang sah, meliputi:

3 barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis; 4 barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak;

(12)

6 barang yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; atau

7 barang yang diperoleh kembali dari hasil divestasi atas penyertaan modal pemerintah daerah.

Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau sejenis meliputi hibah/sumbangan atau yang sejenis dari negara/lembaga internasional sesuai peraturan perundang-undangan.

Barang yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak antara lain berasal dari: a. kontrak karya;

b. kontrak bagi hasil; c. kontrak kerjasama;

d. perjanjian dengan negara lain/lembaga internasional; dan

e. kerja sama pemerintah daerah dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Pengelolaan Barang Milik Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

3.2.2 Pejabat Pengelola Barang Milik Daerah

Pejabat pengelola barang milik daerah adalah pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah. Pejabat pengelola barang milik daerah terdiri dari:

1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Barang Milik Daerah, yaitu Gubernur/Bupati/Walikota.

2. Pengelola barang, yaitu Sekretaris Daerah.

3. Pejabat Penatausahaan Barang adalah kepala SKPD yang mempunyai fungsi pengelolaan barang milik daerah selaku pejabat pengelola keuangan daerah.

4. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang adalah Pejabat yang melaksanakan fungsi atas usaha barang milik daerah pada Pengguna Barang.

5. Pengurus Barang Milik Daerah yang selanjutnya disebut Pengurus Barang adalah pejabat dan/atau Jabatan Fungsional Umum yang diserahi tugas mengurus barang.

6. Pengurus Barang Pengelola adalah pejabat yang diserahi tugas menerima, menyimpan, mengeluarkan, dan menatausahakan barang milik daerah pada Pejabat Penatausahaan Barang.

7. Pengurus Barang Pengguna adalah Jabatan Fungsional Umum yang diserahi tugas menerima, menyimpan, mengeluarkan, menatausahakan barang milik daerah pada Pengguna Barang.

8. Pembantu Pengurus Barang Pengelola adalah pengurus barang yang membantu dalam penyiapan administrasi maupun teknis penatausahaan barang milik daerah pada Pengelola Barang.

9. Pembantu Pengurus Barang Pengguna adalah pengurus barang yang membantu dalam penyiapan administrasi maupun teknis penatausahaan barang milik daerah pada Pengguna Barang.

10. Pengurus Barang Pembantu adalah yang diserahi tugas menerima, menyimpan, mengeluarkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan barang milik daerah pada Kuasa Pengguna Barang.

Gubernur/Bupati/Walikota adalah pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah. Pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah berwenang dan bertanggung jawab:

a. menetapkan kebijakan pengelolaan barang milik daerah;

b. menetapkan penggunaan, pemanfaatan, atau pemindahtanganan barang milik daerah; c. menetapkan kebijakan pengamanan dan pemeliharaan barang milik daerah;

d. menetapkan pejabat yang mengurus dan menyimpan barang milik daerah;

e. mengajukan usul pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan DPRD;

f. menyetujui usul pemindahtanganan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas kewenangannya;

(13)

h. menyetujui usul pemanfaatan barang milik daerah dalam bentuk kerjasama penyediaan infrastruktur.

Sekretaris daerah selaku Pengelola Barang, berwenang dan bertanggung jawab: a. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan barang milik daerah;

b. meneliti dan menyetujui rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah; c. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang

memerlukan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota;

d. mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah;

e. mengatur pelaksanaan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Gubernur/Bupati/ Walikota atau DPRD;

f. melakukan koordinasi dalam pelaksanaan inventarisasi barang milik daerah; dan g. melakukan pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan barang milik daerah.

Kepala SKPD yang mempunyai fungsi pengelolaan barang milik daerah selaku Pejabat Penatausahaan Barang. Pejabat Penatausahaan Barang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota. Pejabat Penatausahaan Barang mempunyai wewenang dan tanggungjawab:

a. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan barang milik daerah kepada Pengelola Barang;

b. membantu meneliti dan memberikan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah kepada Pengelola Barang;

c. memberikan pertimbangan kepada Pengelola Barang atas pengajuan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota;

d. memberikan pertimbangan kepada pengelola barang untuk mengatur pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah;

e. memberikan pertimbangan kepada pengelola barang atas pelaksanaan pemindahtanganan barang milik daerah yang telah disetujui oleh Gubernur/Bupati/ Walikota atau DPRD; f. membantu Pengelola Barang dalam pelaksanaan koordinasi inventarisasi barang milik

daerah;

g. melakukan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang, serta barang milik daerah yang berada pada Pengelola Barang;

h. mengamankan dan memelihara barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada huruf g; i. membantu Pengelola Barang dalam pengawasan dan pengendalian atas pengelolaan

barang milik daerah; dan

j. menyusun laporan barang milik daerah.

Kepala SKPD selaku Pengguna Barang. Pengguna Barang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/ Walikota. Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab:

a. mengajukan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik daerah bagi SKPD yang dipimpinnya;

b. mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;

c. melakukan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya;

d. menggunakan barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya;

e. mengamankan dan memelihara barang milik daerah yang berada dalam penguasaannya; f. mengajukan usul pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah

dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan;

g. menyerahkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya dan

(14)

sedang tidak dimanfaatkan pihak lain, kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang;

h. mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah;

i. melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas penggunaan barang milik daerah yang ada dalam penguasaannya; dan

j. menyusun dan menyampaikan laporan barang pengguna semesteran dan laporan barang pengguna tahunan yang berada dalam penguasaannya kepada Pengelola Barang.

Pengguna Barang dapat melimpahkan sebagian kewenangan dan tanggung jawab kepada Kuasa Pengguna Barang. Pelimpahan sebagian wewenang dan tanggungjawab kepada Kuasa Pengguna Barang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota atas usul Pengguna Barang. Penetapan kuasa pengguna barang berdasarkan pertimbangan jumlah barang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya.

Pengguna Barang dibantu oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang ditetapkan oleh Gubernur/ Bupati/Walikota atas usul Pengguna Barang.

Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang yaitu pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan barang milik daerah pada Pengguna Barang. Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang berwenang dan bertanggung jawab:

a. menyiapkan rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik daerah pada Pengguna Barang;

b. meneliti usulan permohonan penetapan status penggunaan barang yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;

c. meneliti pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah yang dilaksanakan oleh Pengurus Barang dan/atau Pengurus Barang Pembantu;

d. menyusun pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan;

e. mengusulkan rencana penyerahan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan oleh pihak lain;

f. menyiapkan usulan pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah;

g. meneliti laporan barang semesteran dan tahunan yang dilaksanakan oleh Pengurus Barang dan/atau Pengurus Barang Pembantu;

h. memberikan persetujuan atas Surat Permintaan Barang (SPB) dengan menerbitkan Surat

Perintah Penyaluran Barang (SPPB) untuk mengeluarkan barang milik daerah dari

gudang penyimpanan;

i. meneliti dan memverifikasi Kartu Inventaris Ruangan (KIR) setiap semester dan setiap

tahun;

j. melakukan verifikasi sebagai dasar memberikan persetujuan atas perubahan kondisi fisik

barang milik daerah; dan

k. meneliti laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan oleh Pengurus Barang Pengguna dan/atau Pengurus Barang Pembantu.

Pengurus Barang Pengelola ditetapkan oleh Gubernur/ Bupati/Walikota atas usul Pejabat Penatausahaan Barang. Pengurus Barang Pengelola adalah pejabat yang membidangi fungsi pengelolaan barang milik daerah pada Pejabat Penatausahaan Barang. Pengurus Barang Pengelola berwenang dan bertanggungjawab:

a. membantu meneliti dan menyiapkan bahan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan barang milik daerah kepada Pejabat Penatausahaan Barang;

b. membantu meneliti dan menyiapkan bahan pertimbangan persetujuan dalam penyusunan rencana kebutuhan pemeliharaan/perawatan barang milik daerah kepada Pejabat Penatausahaan Barang;

c. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah yang memerlukan persetujuan Gubernur/ Bupati/Walikota;

d. meneliti dokumen usulan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan dari Pengguna Barang, sebagai bahan pertimbangan oleh Pejabat Penatausahaan Barang

(15)

dalam pengaturan pelaksanaan penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah;

e. menyiapkan bahan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang;

f. menyimpan dokumen asli kepemilikan barang milik daerah;

g. menyimpan salinan dokumen Laporan Barang Pengguna/Kuasa Pengguna Barang; h. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan barang milik daerah; dan i. merekapitulasi dan menghimpun Laporan Barang Pengguna semesteran dan tahunan

serta Laporan Barang Pengelola sebagai bahan penyusunan Laporan barang milik daerah. Pengurus Barang Pengguna ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota atas usul Pengguna Barang. Pengurus Barang Pengguna berwenang dan bertanggungjawab:

a. membantu menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik daerah;

b. menyiapkan usulan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;

c. melaksanakan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah;

d. membantu mengamankan barang milik daerah yang berada pada Pengguna Barang; e. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang

milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan;

f. menyiapkan dokumen penyerahan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain;

g. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah;

h. menyusun laporan barang semesteran dan tahunan;

i. menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan nota permintaan barang;

j. mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Pejabat Penatausahaan Barang Pengguna;

k. menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) yang dituangkan dalam berita acara penyerahan barang;

l. membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan tahunan; m. memberi label barang milik daerah;

n. mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah berdasarkan pengecekan fisik barang; o. melakukan stock opname barang persediaan;

p. menyimpan dokumen, antara lain: fotokopi/salinan dokumen kepemilikan barang milik daerah dan menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen penatausahaan;

q. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan barang Pengguna Barang dan laporan barang milik daerah; dan

r. membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan kepada Pengelola Barang melalui Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang. Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan Pengurus Barang Pembantu atas usul Kuasa Pengguna Barang melalui Pengguna Barang. Pembentukan Pengurus Barang Pembantu dilakukan berdasarkan pertimbangan jumlah barang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pengurus Barang Pembantu berwenang dan bertanggungjawab:

a. menyiapkan dokumen rencana kebutuhan dan penganggaran barang milik daerah;

b. menyiapkan usulan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah;

c. melaksanakan pencatatan dan inventarisasi barang milik daerah;

d. membantu mengamankan barang milik daerah yang berada pada Kuasa Pengguna Barang;

(16)

e. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemanfaatan dan pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak memerlukan persetujuan DPRD dan barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan;

f. menyiapkan dokumen penyerahan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Kuasa Pengguna Barang dan sedang tidak dimanfaatkan pihak lain;

g. menyiapkan dokumen pengajuan usulan pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah;

h. menyusun laporan barang semesteran dan tahunan;

i. menyiapkan Surat Permintaan Barang (SPB) berdasarkan nota permintaan barang; j. mengajukan Surat Permintaan Barang (SPB) kepada Kuasa Pengguna Barang;

k. menyerahkan barang berdasarkan Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB) yang dituangkan dalam berita acara penyerahan barang;

l. membuat Kartu Inventaris Ruangan (KIR) semesteran dan tahunan; m. memberi label barang milik daerah;

n. mengajukan permohonan persetujuan kepada Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang melalui Kuasa Pengguna Barang atas perubahan kondisi fisik barang milik daerah pengecekan fisik barang;

o. melakukan stock opname barang persediaan;

p. menyimpan dokumen, antara lain: fotokopi/salinan dokumen kepemilikan barang milik daerah dan menyimpan asli/fotokopi/salinan dokumen penatausahaan;

q. melakukan rekonsiliasi dalam rangka penyusunan laporan barang Kuasa Pengguna Barang dan laporan barang milik daerah; dan

r. membuat laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan pada Pengguna Barang melalui Kuasa Pengguna Barang setelah diteliti oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang dan Pengurus Barang Pengguna.

3.2.3 Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Daerah

Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang.

Rencana Kebutuhan Barang Milik Daerah, yang selanjutnya disingkat RKBMD, adalah dokumen perencanaan kebutuhan barang milik daerah untuk periode 1 (satu) tahun. Dalam menyusun RKBMD beberapa hal yang harus diperhatikan adalah:

a. Perencanaan kebutuhan barang milik daerah disusun dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD serta ketersediaan barang milik daerah yang ada. b. Ketersediaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada poin a merupakan barang

milik daerah yang ada pada Pengelola Barang dan/atau Pengguna Barang.

c. Perencanaan barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada poin a dan poin b harus dapat mencerminkan kebutuhan riil barang milik daerah pada SKPD sehingga dapat dijadikan dasar dalam penyusunan RKBMD.

Perencanaan kebutuhan barang milik daerah dilaksanakan setiap tahun setelah rencana kerja (Renja) SKPD ditetapkan. Perencanaan Kebutuhan merupakan salah satu dasar bagi SKPD dalam pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan angka dasar (baseline) serta penyusunan rencana kerja dan anggaran. Perencanaan kebutuhan barang milik daerah mengacu pada Rencana Kerja SKPD. Perencanaan kebutuhan barang milik daerah kecuali untuk penghapusan, berpedoman pada:

a. standar barang;

b. standar kebutuhan; dan/atau c. standar harga.

Standar barang adalah spesifikasi barang yang ditetapkan sebagai acuan penghitungan pengadaan barang milik daerah dalam perencanaan kebutuhan. Standar kebutuhan barang adalah

satuan jumlah barang yang dibutuhkan sebagai acuan perhitungan pengadaan dan penggunaan barang milik daerah dalam perencanaan kebutuhan barang milik daerah pada SKPD. Standar harga adalah besaran harga yang ditetapkan sebagai acuan pengadaan barang milik daerah dalam

(17)

perencanaan kebutuhan. Standar barang, standar kebutuhan dan standar harga ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang mengusulkan RKBMD pengadaan barang milik daerah mempedomani standar barang dan standar kebutuhan. Pengguna Barang menghimpun usulan RKBMD yang diajukan oleh Kuasa Pengguna Barang yang berada di lingkungan SKPD yang dipimpinnya. Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMD kepada Pengelola Barang. Pengelola Barang melakukan penelaahan atas usulan RKBMD bersama Pengguna Barang dengan memperhatikan data barang pada Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang. Data barang pada Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang antara lain:

a. laporan Daftar Barang Pengguna bulanan; b. laporan Daftar Barang Pengguna semesteran; c. laporan Daftar Barang Pengguna tahunan; d. laporan Daftar Barang Pengelola bulanan; e. laporan Daftar Barang Pengelola semesteran; f. laporan Daftar Barang Pengelola tahunan;

g. laporan Daftar Barang milik daerah semesteran; dan h. laporan Daftar Barang milik daerah tahunan.

Pengelola Barang dalam melakukan penelaahan dibantu Pejabat Penatausahaan Barang dan Pengurus Barang Pengelola. Pejabat Penatausahaan Barang merupakan anggota Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Hasil penelaahan merupakan dasar penyusunan RKBMD. RKBMD yang telah ditetapkan oleh Pengelola Barang digunakan oleh Pengguna Barang sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD. RKBMD pemeliharaan barang milik daerah tidak dapat diusulkan oleh Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang terhadap:

a. barang milik daerah yang berada dalam kondisi rusak berat;

b. barang milik daerah yang sedang dalam status penggunaan sementara;

c. barang milik daerah yang sedang dalam status untuk dioperasikan oleh pihak lain; dan/atau

d. barang milik daerah yang sedang menjadi objek pemanfaatan.

RKBMD pemeliharaan barang milik daerah diusulkan oleh Pengguna Barang yang menggunakan sementara barang milik daerah.RKBMD pemeliharaan barang milik daerah tidak termasuk pemanfaatan dalam bentuk pinjam pakai dengan jangka waktu kurang dari 6 (enam) bulan.

Perencanaan kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan barang milik daerah untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. Perencanaan kebutuhan barang milik daerah meliputi:

a. perencanaan pengadaan barang milik daerah; b. perencanaan pemeliharaan barang milik daerah; c. perencanaan pemanfaatan barang milik daerah;

d. perencanaan pemindahtanganan barang milik daerah; dan e. perencanaan penghapusan barang milik daerah.

Perencanaan pengadaan barang milik daerah dituangkan dalam dokumen RKBMD Pengadaan. Perencanaan pemeliharaan barang milik daerah dituangkan dalam dokumen RKBMD Pemeliharaan. Perencanaan pemanfaatan barang milik daerah dituangkan dalam dokumen RKBMD Pemanfaatan. Perencanaan pemindahtanganan barang milik daerah dituangkan dalam dokumen RKBMD Pemindahtanganan. Perencanaan penghapusan barang milik daerah dituangkan dalam dokumen RKBMD Penghapusan.

Tata cara penyusunan RKBMD Pengadaan barang milik daerah pada pengguna barang juga perlu untuk diatur. Kuasa Pengguna Barang menyusun usulan RKBMD Pengadaan barang milik daerah di lingkungan Kuasa Pengguna Barang yang dipimpinnya. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMD Pengadaan kepada Pengguna Barang selambat-lambatnya minggu kedua bulan Mei. Pengguna Barang melakukan penelaahan atas usulan RKBMD Pengadaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang pada minggu ketiga bulan Mei. Dalam penelaahan usulan RKBMD pengadaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang Pengguna Barang mengikutsertakan Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang dan Pengurus Barang Pengguna untuk melakukan review terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMD Pengadaan.

(18)

Penelaahan atas usulan RKBMD Pengadaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang diutamakan untuk memastikan kebenaran data masukan (input) penyusunan usulan RKBMD Pengadaan yang sekurang-kurangnya mempertimbangkan:

a. kesesuaian program perencanaan dan standar dan

b. ketersediaan barang milik daerah di lingkungan Pengguna Barang.

Hasil penelaahan atas usulan RKBMD Pengadaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang digunakan oleh Pengguna Barang dalam menyusun RKBMD Pengadaan barang milik daerah pada tingkat Pengguna Barang yang sekurang-kurangnya memuat informasi:

a. nama Kuasa Pengguna Barang; b. nama Pengguna Barang; c. program;

d. kegiatan;

e. data daftar barang pada Pengguna Barang dan/atau daftar barang pada Kuasa Pengguna Barang; dan

f. rencana kebutuhan pengadaan barang yang disetujui.

Hasil penelaahan Pengguna Barang atas usulan RKBMD Pengadaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang ditandatangani Pengguna Barang. Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMD Pengadaan barang milik daerah berdasarkan hasil penelaahan untuk disampaikan kepada Pengguna Barang paling lambat minggu keempat bulan Mei.

Tata cara penyusunan RKBMD pemeliharaan barang milik daerah pada pengguna barang juga perlu untuk diatur. Kuasa Pengguna Barang menyusun usulan RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah di lingkungan Kuasa Pengguna Barang yang dipimpinnya. Kuasa Pengguna Barang menyampaikan usulan RKBMD Pemeliharaan kepada Pengguna Barang selambat-lambatnya minggu kedua bulan Mei. Pengguna Barang melakukan penelaahan atas usulan RKBMD Pemeliharaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang pada minggu ketiga bulan Mei.

Dalam penelaahan usulan RKBMD pemeliharaan usulan RKBMD Pemeliharaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang, Pengguna Barang mengikutsertakan Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang dan Pengurus Barang Pengguna untuk melakukan penelitian terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMD pemeliharaan. Penelaahan atas usulan RKBMD Pemeliharaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang diutamakan untuk memastikan kebenaran data masukan (input) penyusunan RKBMD pemeliharaan yang sekurang-kurangnya mengacu pada daftar barang Kuasa Pengguna Barang yang memuat informasi mengenai barang yang dipelihara.

Hasil penelaahan digunakan oleh Pengguna Barang dalam menyusun RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah tingkat Pengguna Barang yang sekurang-kurangnya memuat informasi:

a. nama Kuasa Pengguna Barang; b. nama Pengguna Barang; c. nama barang yang dipelihara; d. usulan kebutuhan pemeliharaan; dan

e. rencana kebutuhan barang milik daerah yang disetujui.

Hasil penelaahan Pengguna Barang atas usulan RKBMD Pemeliharaan yang disampaikan oleh Kuasa Pengguna Barang ditandatangani Pengguna Barang. Kuasa Pengguna Barang menyusun RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah berdasarkan hasil penelaahan untuk disampaikan kepada Pengguna Barang paling lambat minggu keempat bulan Mei.

Pengguna Barang menghimpun RKBMD Pengadaan dan RKBMD Pemeliharaan dari Kuasa Pengguna Barang untuk disampaikan kepada Pengelola Barang. Penyampaian dilengkapi surat pengantar RKBMD yang ditandatangani oleh Pengguna Barang dan data barang. Penyampaian RKBMD Pengadaan dan RKBMD Pemeliharaan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang dilakukan selambat-lambatnya minggu kesatu bulan Juni.

Penelaahan atas RKBMD Pengadaan barang milik daerah dilakukan terhadap: a. Relevansi program dengan rencana keluaran (output) Pengguna Barang;

b. Optimalisasi penggunaan barang milik daerah yang berada pada Pengguna Barang; dan c. Efektivitas penggunaan barang milik daerah yang berada pada Pengguna Barang telah

(19)

Penelaahan atas RKBMD Pengadaan barang milik daerah sekurang-kurangnya memperhatikan:

a. Kesesuaian program perencanaan dan standar. b. Data barang.

Penelaahan atas RKBMD Pengadaan barang milik daerah dituangkan dalam Hasil Penelaahan RKBMD Pengadaan barang milik daerah yang sekurang-kurangnya memuat:

a. nama Kuasa Pengguna Barang; b. nama Pengguna Barang; c. program;

d. kegiatan;

e. data daftar barang pada Pengguna Barang dan/atau daftar barang pada Kuasa Pengguna Barang; dan

f. rencana kebutuhan pengadaan barang yang disetujui.

Dalam melaksanakan penelaahan barang milik Pengelola Barang mengikutsertakan Pejabat Penatausahaan Barang dan Pengurus Barang Pengelola untuk menyiapkan dan memberikan pertimbangan terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMD Pengadaan yang dilaksanakan selambat-lambatnya minggu kedua bulan Juni. Hasil Penelaahan RKBMD Pengadaan barang milik daerah dari Pengguna Barang ditandatangani oleh Pengelola Barang. Pengguna Barang menyusun RKBMD Pengadaan berdasarkan hasil penelaahan. RKBMD Pengadaan disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat minggu ketiga bulan Juni.

Tata cara penelahaan RKBMD pemeliharaan barang milik daerah pada pengelola barang juga harus diatur dengan baik. Penelaahan atas RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah dilakukan untuk melakukan telaahan terhadap data barang milik daerah yang diusulkan rencana pemeliharaannya. Penelaahan atas RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah sekurang-kurangnya memperhatikan daftar barang pada Pengguna Barang yang memuat informasi mengenai status barang dan kondisi barang.

Penelaahan atas RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah dituangkan dalam hasil penelaahan RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah yang sekurang-kurangnya memuat:

a. nama Kuasa Pengguna Barang; b. nama Pengguna Barang; c. nama barang yang dipelihara; d. usulan kebutuhan pemeliharaan; dan

e. rencana kebutuhan barang milik daerah yang disetujui.

Dalam melaksanakan penelaahan barang milik daerah, Pengelola Barang mengikutsertakan Pejabat Penatausahaan Barang dan Pengurus Barang Pengelola untuk menyiapkan dan memberikan pertimbangan terhadap kebenaran dan kelengkapan usulan RKBMD Pemeliharaan yang dilaksanakan selambat-lambatnya minggu kedua bulan Juni. Hasil Penelaahan RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah dari Pengguna Barang ditandatangani oleh Pengelola Barang. Pengguna Barang menyusun RKBMD Pemeliharaan berdasarkan hasil penelaahan. RKBMD Pemeliharaan disampaikan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat minggu ketiga bulan Juni.

RKBMD Pengadaan dan RKBMD Pemeliharaan barang milik daerah dari Pengguna Barang ditetapkan menjadi RKBMD pemerintah daerah oleh Pengelola Barang. RKBMD Pengadaan dan RKBMD Pemeliharaan ditetapkan paling lambat minggu keempat bulan Juni. Pengguna Barang dapat melakukan perubahan RKBMD. Perubahan RKBMD dilakukan sebelum penyusunan Perubahan APBD. Penyusunan RKBMD berlaku secara mutatis mutandis terhadap penyusunan perubahan RKBMD.

Dalam hal setelah batas akhir penyampaian RKBMD terdapat kondisi darurat, pengusulan penyediaan anggaran untuk kebutuhan baru (new initiative) dan penyediaan anggaran angka dasar (baseline) dalam rangka rencana pengadaan dan/atau rencana pemeliharaan barang milik daerah dilakukan berdasarkan mekanisme penganggaran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kondisi darurat meliputi bencana alam dan gangguan keamanan skala besar. Hasil pengusulan penyediaan anggaran harus dilaporkan oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang bersamaan dengan penyampaian RKBMD Perubahan dan/atau RKBMD tahun berikutnya. Laporan digunakan oleh Pengelola Barang sebagai bahan pertimbangan tambahan dalam penelaahan atas RKBMD

(20)

yang disampaikan oleh Pengguna Barang bersangkutan pada APBD Perubahan tahun anggaran berkenaan dan/atau APBD tahun anggaran berikutnya.

3.2.4. Pengadaan

Pengadaan barang milik daerah dilaksanakan berdasarkan prinsip efisien, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Pelaksanaan pengadaan barang milik daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengguna Barang wajib menyampaikan laporan hasil pengadaan barang milik daerah kepada Gubernur/ Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang milik daerah untuk ditetapkan status penggunaannya. Laporan hasil pengadaan barang milik daerah terdiri dari laporan hasil pengadaan bulanan, semesteran, dan tahunan.

3.2.5 Penggunaan Barang Milik Daerah

Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan barang milik daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan. Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan status penggunaan barang milik daerah.Gubernur/Bupati/Walikota dapat mendelegasikan penetapan status penggunaan atas barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan dengan kondisi tertentu kepada Pengelola Barang. Kondisi tertentu antara lain adalah barang milik daerah yang tidak mempunyai bukti kepemilikan atau dengan nilai tertentu. Nilai tertentu ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

Penetapan status penggunaan barang milik daerah dilaksanakan secara tahunan. Penggunaan barang milik daerah meliputi:

a. Penetapan status penggunaan barang milik daerah; b. Pengalihan status penggunaan barang milik daerah; c. Penggunaan sementara barang milik daerah; dan

d. Penetapan status penggunaan barang milik daerah untuk dioperasikan oleh pihak lain. Penetapan status penggunaan dilakukan untuk:

a. penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD; dan

b. dioperasikan oleh pihak lain dalam rangka menjalankan pelayanan umum sesuai tugas dan fungsi SKPD yang bersangkutan.

Penetapan status penggunaan tidak dilakukan terhadap: a. barang persediaan;

b. Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP);

c. barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dihibahkan; dan d. Aset Tetap Renovasi (ATR).

Penetapan status penggunaan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dilakukan apabila diperlukan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau Kuasa Pengguna Barang yang bersangkutan. Pengguna Barang wajib menyerahkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang. Dikecualikan dari ketentuan apabila tanah dan/atau bangunan telah direncanakan untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota.

Gubernur/Bupati/Walikota mencabut status penggunaan atas barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang. Dalam hal barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan tidak diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota, Pengguna Barang dikenakan sanksi berupa pembekuan dana pemeliharaan atas barang milik daerah berkenaan. Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan barang milik daerah yang harus diserahkan oleh Pengguna Barang karena tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengguna Barang dan/atau kuasa Pengguna Barang dan tidak dimanfaatkan oleh pihak lain.

Dalam menetapkan penyerahan Gubernur/Bupati/Walikota memperhatikan:

a. standar kebutuhan barang milik daerah untuk menyelenggarakan dan menunjang tugas dan fungsi Pengguna Barang;

b. hasil audit atas penggunaan tanah dan/atau bangunan; dan/atau c. laporan, data, dan informasi yang diperoleh dari sumber lain.

(21)

Sumber lain antara lain termasuk hasil pelaksanaan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Pengelola Barang atau Gubernur/Bupati/Walikota dan laporan dari masyarakat. Tindak lanjut pengelolaan atas penyerahan barang milik daerah meliputi:

a. penetapan status penggunaan; b. pemanfaatan; atau

c. pemindahtanganan.

Terkait dengan penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah. Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Gubernur/Bupati/Walikota. Pengajuan permohonan dilakukan setelah diterimanya barang milik daerah berdasarkan dokumen penerimaan barang pada tahun anggaran yang berkenaan.

Permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah diajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/Walikota paling lambat pada akhir tahun berkenaan. Gubernur/Bupati/Walikota menerbitkan keputusan penetapan status penggunaan barang milik daerah setiap tahun. Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah disertai dokumen.

Dokumen untuk barang milik daerah berupa tanah yaitu fotokopi sertifikat. Dokumen untuk barang milik daerah berupa bangunan yang diperoleh dari APBD yaitu:

a. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan b. fotokopi dokumen perolehan.

Dokumen untuk barang milik daerah berupa bangunan yang diperoleh dari perolehan lainnya yang sah sekurang-kurangnya berupa dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST). Dokumen untuk barang milik daerah berupa tanah dan bangunan yang diperoleh dari APBD yaitu:

a. fotokopi sertifikat;

b. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan c. fotokopi dokumen perolehan.

Dokumen) untuk barang milik daerah berupa tanah dan bangunan dari perolehan lainnya yang sah sekurang-kurangnya berupa dokumen Berita Acara Serah Terima (BAST). Dokumen untuk barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki dokumen yaitu:

a. fotokopi dokumen kepemilikan; dan/atau b. fotokopi dokumen perolehan.

Dokumen untuk barang milik daerah yang dari awal pengadaan direncanakan untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara penyertaan modal pemerintah daerah yaitu:

a. fotokopi dokumen pelaksanaan anggaran;

b. fotokopi dokumen kepemilikan, untuk barang milik daerah berupa tanah;

c. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), untuk barang milik daerah berupa bangunan; dan/atau

d. fotokopi dokumen perolehan.

Apabila barang milik daerah berupa tanah belum memiliki fotokopi sertifikat, maka dokumen dimaksud dapat diganti dengan:

a. akta jual beli; b. girik; c. letter C;

d. surat pernyataan pelepasan hak atas tanah; e. surat keterangan lurah atau kepala desa, jika ada; f. berita acara penerimaan terkait perolehan barang; atau g. dokumen lain yang setara dengan bukti kepemilikan.

Dikecualikan dari ketentuan apabila barang milik daerah berupa bangunan belum memiliki IMB dan dokumen perolehan dapat diganti dengan surat pernyataan dari Pengguna Barang yang menyatakan bahwa bangunan tersebut digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD. Dikecualikan dari ketentuan apabila barang milik daerah berupa tanah dan bangunan yang diperoleh dari APBD belum memiliki sertifikat, IMB, dan dokumen perolehan dapat diganti dengan surat pernyataan dari Pengguna Barang yang menyatakan bahwa tanah dan bangunan tersebut digunakan untuk penyelenggaran tugas dan fungsi SKPD. Dikecualikan dari ketentuan apabila barang milik daerah berupa selain tanah dan bangunan yang diperoleh dari APBD belum memiliki dokumen kepemilikan, maka dokumen dimaksud dapat diganti dengan surat pernyataan

(22)

dari Pengguna Barang yang menyatakan bahwa barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan tersebut digunakan untuk penyelenggaran tugas dan fungsi SKPD. Dikecualikan dari ketentuan, maka pengajuan usul permohonan penerbitan status penggunaan disertai surat pernyataan dari Pengguna Barang bersangkutan yang menyatakan bahwa barang tersebut adalah barang milik daerah yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk dilakukan pemindahtanganan dengan cara penyertaan modal pemerintah daerah.

Barang milik daerah yang belum memiliki dokumen kepemilikan tetap harus menyelesaikan pengurusan dokumen kepemilikan meskipun telah ditetapkan status penggunaan barang milik daerah. Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah dari Pengguna Barang.Penelitian dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan.

Jika hasil penelitian belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:

a. meminta keterangan atau data tambahan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah; dan/atau

b. melakukan pengecekan lapangan.

Kegiatan Pengelola Barang dilakukan terhadap barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan serta barang milik daerah selain tanah dan/atau bangunan yang memiliki dokumen kepemilikan atau dokumen lain yang sah. Berdasarkan hasil penelitian Gubernur/Bupati/Walikota menetapkan status penggunaan barang milik daerah. Status penggunaan barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota. Dalam hal Gubernur/Bupati/Walikota tidak menyetujui permohonan Pengguna Barang Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pengelola Barang menerbitkan surat penolakan kepada Pengguna Barang disertai alasan.

Penetapan Pengelola Barang menetapkan status penggunaan barang berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Penetapan status penggunaan barang oleh Pengelola Barang dengan mekanisme:

a. Pengguna Barang mengajukan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah yang diperoleh dari beban APBD dan perolehan lainnya yang sah kepada Pengelola Barang.

b. Pengajuan permohonan dilakukan setelah diterimanya barang milik daerah berdasarkan dokumen penerimaan barang pada tahun anggaran yang berkenaan

c. Permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah diajukan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Pengelola Barang paling lambat pada akhir tahun berkenaan.

Pengajuan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah disertai dokumen.Terhadap pengajuan permohonan penetapan status penggunaan barang milik daerah dilakukan penelitian Berdasarkan hasil penelitian Pengelola Barang menetapkan status penggunaan barang milik daerah. Dalam hal Pengelola Barang tidak menyetujui permohonan Pengguna Barang Pengelola Barang menerbitkan surat penolakan kepada Pengguna Barang disertai alasan.

Pengalihan status penggunaan barang milik daerah juga harus diatur dengan baik. Barang milik daerah dapat dilakukan pengalihan status penggunaan. Pengalihan status penggunaan dilakukan berdasarkan:

a. Inisiatif dari Gubernur/Bupati/Walikota; dan b. Permohonan dari Pengguna Barang lama.

Pengalihan status penggunaan barang milik daerah berdasarkan inisiatif dari Gubernur/Bupati/Walikota dilakukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu kepada Pengguna Barang. Pengalihan status penggunaan barang milik daerah dari Pengguna Barang kepada Pengguna Barang lainnya untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi dilakukan berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota. Pengalihan status penggunaan dilakukan terhadap barang milik daerah yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan tidak digunakan oleh Pengguna Barang yang bersangkutan. Pengalihan status penggunaan dilakukan tanpa kompensasi dan tidak diikuti dengan pengadaan barang milik daerah pengganti. Pengalihan status penggunaan barang milik daerah berdasarkan permohonan dari Pengguna Barang lama dilakukan dengan pengajuan permohonan secara tertulis oleh Pengguna Barang kepada Gubernur/Bupati/ Walikota. Pengajuan permohonan paling sedikit memuat:

(23)

a. data barang milik daerah yang akan dialihkan status penggunaannya; b. calon Pengguna Barang baru; dan

c. penjelasan serta pertimbangan pengalihan status penggunaan barang milik daerah. Data barang milik daerah yang harus ada dalam proses pengalihan status barang, antara lain: a. kode barang; b. kode register; c. nama barang; d. jumlah; e. jenis; f. nilai perolehan; g. nilai penyusutan; h. nilai buku; i. lokasi; j. luas; dan k. tahun perolehan.

Pengajuan permohonan pengalihan status penggunaan barang milik daerah dilampiri: a. fotokopi daftar barang milik daerah

b. surat pernyataan yang memuat kesediaan calon Pengguna Barang baru untuk menerima pengalihan barang milik daerah dari Pengguna Barang lama.

Pengelola Barang melakukan penelitian atas permohonan pengalihan status penggunaan barang milik daerah dari Pengguna Barang. Penelitian dilakukan terhadap kelengkapan dan kesesuaian dokumen yang dipersyaratkan. Dalam hal hasil penelitian belum mencukupi, Pengelola Barang dapat:

a. meminta keterangan atau data tambahan kepada Pengguna Barang yang mengajukan permohonan pengalihan status penggunaan barang milik daerah; dan

b. meminta konfirmasi kepada calon Pengguna Barang baru.

Berdasarkan hasil penelitian, Gubernur/Bupati/Walikota memberikan persetujuan pengalihan status penggunaan barang milik daerah. Persetujuan berupa Surat Persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota. Surat persetujuan paling sedikit memuat:

a. data barang milik daerah yang akan dialihkan status penggunaannya; b. Pengguna Barang lama dan Pengguna Barang baru; dan

c. kewajiban Pengguna Barang lama. Kewajiban Pengguna Barang lama adalah:

a. melakukan serah terima barang milik daerah kepada Pengguna Barang baru yang selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST); dan

b. melakukan penghapusan terhadap barang milik daerah yang telah dialihkan dari daftar barang pada Pengguna Barang berdasarkan surat keputusan penghapusan barang. Berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, Pengguna Barang lama melakukan serah terima barang milik daerah kepada Pengguna Barang baru. Serah terima barang milik daerah kepada Pengguna Barang baru paling lama 1 (satu) bulan sejak persetujuan alih status penggunaan barang milik daerah yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST). Berdasarkan Berita Acara Serah Terima (BAST), Pengguna Barang lama melakukan usulan penghapusan kepada Pengelola Barang atas barang milik daerah yang dialihkan status penggunaannya kepada Pengguna Barang baru dari daftar barang pada Pengguna Barang. Usulan penghapusan paling lama 1 (satu) minggu sejak tanggal Berita Acara Serah Terima (BAST). Penghapusan barang milik daerah ditetapkan dengan Keputusan Pengelola Barang.

Berita Acara Serah Terima (BAST) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) dan Keputusan Pengelola Barang tentang penghapusan barang milik daerah dilaporkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota dengan tembusan kepada Pengguna Barang baru paling lama 1 (satu) minggu sejak keputusan penghapusan ditetapkan. Pengguna Barang dalam penatausahaan barang milik daerah melakukan pencatatan berdasarkan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, Berita Acara Serah Terima (BAST), dan keputusan penghapusan barang milik daerah.

Penggunaan Sementara Barang Milik Daerah juga harus diatur dengan baik. Barang milik daerah yang telah ditetapkan status penggunaannya pada Pengguna Barang dapat digunakan sementara oleh Pengguna Barang lainnya dalam jangka waktu tertentu tanpa harus mengubah status penggunaan barang milik daerah tersebut setelah terlebih dahulu mendapatkan persetujuan

Gambar

Tabel ANALISIS PERBANDINGAN PERDA DIY NO. 15/2011 DENGAN PP NO. 27/2014 DAN PERMENDAGRI NO

Referensi

Dokumen terkait

Form ini digunakan untuk mengisi transaksi retur barang oleh customer. Proses retur ini dilakukan dengan transaksi tunai, tidak bisa non-tunai. Saat akan

Pada indikator evaluating subjek sudah bisa memeriksa kembali jawaban yang sudah dikerjakan dan memberikan kesimpulan, (2) proses metakognisisiswa FI dalam pemecahan

melakukan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas

Hasil penelitian yang diperoleh, yaitu (1) adanya perbedaan hasil belajar siswa yang belajar menggunakan media komik pembelajaran dengan media teks bergambar, (2) adanya

melakukan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan dari Pengguna Barang yang tidak digunakan untuk kepentingan

Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD) menurut penggolongan barang

(1) Pengguna Barang yang tidak menyerahkan barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan

(1) Pengguna Barang yang tidak menyerahkan Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau bangunan yang tidak digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas dan fungsi