• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. makro. Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. makro. Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lembaga perbankan merupakan salah satu faktor pendukung dalam kegiatan ekonomi makro. Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit dan pinjaman-pinjaman lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Terlebih, Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang terus melakukan pergerakan dinamis dalam meningkatkan perekonomiannya (Setiaji dan Meiranto 2015). Dilihat dari fungsi Bank itu sendiri dapat disimpulkan bahwa Bank mempengaruhi ekonomi masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Witjaksono dan Nathalia (2014), Bank layak dipercaya apabila Bank dapat mempertanggungjawabkan kelancaran kewajiban pihak-pihak yang memerlukan dana dalam memenuhi kewajibannya.

Peran perbankan secara nasional sangatlah besar, yaitu sebagai lembaga intermediasi antara kreditur dan debitur, sehingga kegiatan perekenomian negara akan terus berjalan. Oleh karena begitu pentingnya peran lembaga perbankan, Bank Indonesia selaku Bank sentral menetapkan ketentuan-ketentuan penilaian kesehatan Bank yang terus diperbarui. Selain memaksimalkan fungsi Bank sebagai lembaga intermediasi, adanya penilaian tingkat kesehatan Bank juga mampu memberikan sinyal atau kemudahan dalam pengambilan keputusan investasi (Hendrayana dan Yasa, 2015). Melalui RGEC, BI menginginkan Bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat,

(2)

serta menerapkan Good Corporate Governance (GCG) dan manajemen risiko yang lebih baik sehingga Bank lebih tahan dalam menghadapi krisis (Fortraina dan Oktaviana 2015).

Hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak kerjasama dimana ada satu atau lebih principal yang menggunakan orang lain atau agen untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Setyapurnama & Norpratiwi (dikutip oleh Hidayat 2015) menyatakan bahwa hubungan keagenan dapat menimbulkan masalah pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan berbeda. Baik para pemilik modal (principal) maupun manajer (agent) menginginkan kemakmuran masing-masing. Menurut Wibowo (dalam Muniroh 2014), konflik tersebut menyebabkan biaya keagenan yang dibebankan kepada perusahaan. Namun konflik kepentingan ini dapat diminimumkan dengan adanya kontrak dari kedua pihak. Teori sinyal menggambarkan asimetri informasi antara manajemen perusahaan dengan stakeholders. Teori sinyal berhubungan dengan teori agensi yang menjelaskan bahwa pihak manajemen sebagai agen akan berusaha memberikan informasi mengenai hasil yang telah dicapai di perusahaan salah satunya melalui laporan keuangan dan sebagai sinyal bagi pemilik, kreditor, maupun calon investor dan calon kreditor mengenai kemampuan perusahaan di masa depan sebagai bahan pertimbangan untuk berinvestasi (Muniroh 2014). Harapannya, dengan melakukan pelaporan keuangan, kinerja perusahaan akan semakin meningkat karena pelaporan ini juga yang akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.

Menurut Putri dan Damayanthi (2013), penilaian tingkat kesehatan Bank dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan. Perhitungan rasio kesehatan Bank dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku dari Bank Indonesia. Rasio kesehatan Bank mencerminkan kinerja perbankan Menurut Prasnanugraha (dalam Hidayat 2014), pada tanggal 5 Januari 2011, Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran Peraturan Bank Indonesia (PBI) 13/1/PBI/2011 mengenai

(3)

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yang resmi diberlakukan per Januari 2012, mengganti peraturan penilaian kesehatan Bank yang sebelumnya, yaitu metode CAMELS. Pada metode CAMELS, ada 6 aspek yang diukur, yakni Permodalan, Kualitas asset, Manajemen, Pendapatan, Likuiditas, dan Sensitivitas terhadap risiko pasar. Sementara pada metode RGEC, ada 4 aspek yang diukur, yaitu Profil Risiko, Good Corporate Governance, Pendapatan / Rentabilitas, dan Permodalan.

Faktor profil risiko (risk profile) adalah penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional (Hendrayana dan Yasa 2015). Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Bank (Witjaksono dan Nathalia 2014). Hasil dari penelitian ini yang akan memberikan sinyal untuk masyarakat, baik kalangan investor atau debitur. Contohnya, Kheder dalam Hendrayana dan Yasa (2015) menyatakan bahwa risiko perusahaan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan harga saham sehingga hal tersebut akan berpengaruh pada nilai pemegang saham dan pengembalian yang diharapkan, begitu pula sebaliknya. Penelitian ini hanya menggunakan 2 indikator risiko, yaitu : Risiko kredit dengan menggunakan proksi Non Performing Loan (NPL), dan Risiko Likuiditas dengan menggunakan proksi Loan to Deposit Ratio (LDR).

Dalam melaksanakan kegiatannya, Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Faktor Good Corporate Governance (GCG) merupakan konsep yang menilai transparansi data dan tata kelola perusahaan. Menurut Bank Indonesia, ada 5 prinsip yang harus dipenuhi dalam penilaian Good Corporate Governance, yaitu transparansi, akuntabilitas,

(4)

pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran. Menurut Muniroh (2014), CG yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan pada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Bank yang sangat sehat akan meningkatkan kepercayaan masyarakat, nasabah, karyawan, pemegang saham, dan juga pihak lainnya. (Fortraina dan Oktaviana 2015).

Faktor rentabilitas/pendapatan (earnings) merupakan ukuran kemampuan Bank dalam meningkatkan labanya atau bisa dikatakan untuk mengukur efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai Bank tersebut (Setiaji dan Meiranto 2015). Dijelaskan oleh Putri dan Damayanthi (2013), rentabilitas bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan atas aset dan operasional perusahaan. Penilaian rentabilitas mencakup penilaian laba terhadap total asset, yaitu Return On Assets (ROA) (Hendrayana dan Yasa 2015). ROA dipilih sebagai indikator pengukur kinerja keuangan perbankan karena ROA merupakan rasio profitabilitas yang paling sering diperhatikan, karena mampu menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Muniroh 2014). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar (Rasyid 2012). Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan rasio yang didapat dengan cara membandingkan Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk mengukur efisiensi Bank.

Modal Bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha Bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter (Taswan dalam Minarrohmah, dkk 2014). Dana dapat berupa ekuitas pemilik dan dana pembiayaan jangka panjang (Kasmir dalam Setiaji dan Meiranto 2015). Permodalan menunjukkan kecukupan modal yang ada di perusahaan yang

(5)

diproksikan dengan rasio kecukupan modal atau Capital Adequancy Ratio (CAR). Dalam melakukan perhitungan permodalan, Bank wajib mengacu pada ketentuan BI yang mengatur mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum bagi Bank (Mandasari 2015). Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan (Trisnawati dan Puspita 2014).

Dikutip dari situs resmi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, yakni www.danamon.co.id, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. adalah Badan Usaha Milik Swasta (BUMS) yang bergerak di bidang perbankan, yang didirikan pada tahun 1956. Dengan visi “Kami peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan”, Bank Danamon bertujuan menjadi lembaga keuangan terkemuka di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan. Misi perusahaan ini adalah menjadi organisasi yang berorientasi ke nasabah, yang melayani semua segmen, dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dengan didukung oleh teknologi kelas dunia. Bank Danamon telah melengkapi rangkaian segmen usahanya, mulai dari mass market, perbankan komersial dan UKM, perbankan ritel, bisnis kartu kredit, perbankan syariah, perbankan korporasi, tresuri, pasar modal dan lembaga keuangan, serta Adira Finance. Pada tahun 2004, Bank Danamon juga membangun bisnis asuransi dan bisnis keuangan rumah tangga lewat Adira Insurance dan Adira Kredit (dulunya Adira Quantum). Pembelian bisnis kartu American Express di Indonesia pada 2006 memposisikan Bank Danamon sebagai salah satu penerbit kartu kredit terbesar di Indonesia.

Bank Danamon merupakan Bank dengan kepedulian sosial yang tinggi terhadap masyarakat. Di bidang ritel, pada tahun 2011 kredit UMKM Bank Danamon tumbuh hingga sebesar 24%, dan pada akhir tahun 2012 perusahaan ini menguasai 16% kredit mikro kecil. Bank Danamon juga menggencarkan Corporate Social Responsibility (CSR) di bidang kewirausahaan

(6)

baik umum maupun pelajar dan pemberdayaan lingkungan. Dan di setiap tahunnya, selalu diadakan perencanaan yang jelas dan matang, baik dalam hal biaya maupun sasaran. Bahkan pada awal Tahun 2016, ResponsiBank menyatakan Bank Danamon menduduki peringkat pertama dalam hal kepedulian terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan hidup. Pada tabel 1.1 dapat dilihat penghargaan yang didapst oleh Bank Danamon.

Pada tahun 2012, harga saham Bank Danamon sempat turun 5,95% pasca batal diakusisi oleh DBS. Namun demikian, Bank Danamon tetap mampu mempertahankan kinerjanya, dan menjadi Bank dengan aset terbesar ke-6 di sektor perbankan. Pada kuartal berikutnya, Bank Danamon juga menjadi pencetak laba terbesar ke-5 di Indonesia. Dan atas peningkatannya secara kapitalisasi, Perusahaan Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menaikkan rating perusahaan ini dari IdAA+ menjadi IDAAA dengan prospek stabil.

(7)

Tabel 1.1

Pencapaian Bank Danamon

NO. PENGHARGAAN ACARA PENYELENGGARA

1. The Best Champion of Banjarmasin The Best Champion of Bali The Champion of Pekanbaru

The Champion of Manado

WOW Service Excellence Award 2015

Markplus Inc.

2. Peringkat Pertama Digital Brand Institusi Keuangan – Kategori Unit Usaha Syariah Peringkat Kedua Product Brand – Kategori

Tabungan Unit Usaha Syariah

Infobank Digital Awards 2015

Infobank

3. Silver Winner CECT CSR Award 2015 Universitas Trisakti

4. Consumer Bank of The Year Customer Satisfaction Award 2014

Roy Morgan Research

5. Winner Best Bank Assurance Product, Product Excellence Category, Highly Commended Best

Initiative in Financial Inclusion, Service Excellence category

Highly Commended Best Graduate Employment Scheme, People Excellence category

Asia Trailblazer Award 2015 Retail Banker International (RBI)

(8)

4thin the Branch E-channel Category BSEM 2014/2015 (MRI) 7. Asia’s Best Companies 2015 Finance Asia Award Finance Asia 8. The Best Multifinance 2025

CEO Pilihan

Bisnis Indonesia Award 2015 Bisnis Indonesia

9. Best Mobile Banking Project in Indonesia The Asian Banker Technology Implementation

Award 2015

The Asian Banker

10. “US Dollar STP Excellence Award for the Exceptional Quality of Payment Messages” with

a rating of STP 98,3%

2013 USD STP Excellence Award

Deutsche Bank

11. 5th Best Overall Performance – Commercial Bank (with a score of 82,56)

Banking Service Excellence Monitor (BSEM) Survey

2013 / 2014

MRI and Infobank Magazine

12. 1st Best Teller = Commercial Bank (with a score of 91,63)

Banking Service Excellence Monitor (BSEM) Survey

2013 / 2014

MRI dan Infobank Magazine

13. 1st Best ATM – Islamic Business Unit (with a score of 100)

Banking Service Excellence Monitor (BSEM) Survey

2013 / 2014

MRI dan Infobank Magazine

14. 3rd Best Phone Handling – Islamic Business Unit (with a score of 68,85)

Banking Service Excellence Monitor (BSEM) Survey

2013 / 2014

(9)

15. The World’s Largest Public Companies 2014 Forbes Global 2000 of 2014 Forbes Magazine, United States of America 16. Bank wit category “very good” on Financial

Performance in 2013

Infobank Awards 2014 Infobank Magazine

17. Best Domestic Provider of FX Services Asiamoney Foreign Exchange (FX) Poll 2014

Asiamoney

18. Best Domestic Provider for FX Products and Services

Asiamoney Foreign Exchange (FX) Poll 2014

Asiamoney

19. Best Domestic Provider for FX Options Asiamoney Foreign Exchange (FX) Poll 2014

Asiamoney

20. Best Domestic Provider for FX Research and Market Coverage

Asiamoney Foreign Exchange (FX) Poll 2014

Asiamoney

21. Silver Champion of Indonesia WOW Brand 2014 for Category of Banking

Industry for Mortgage Products

Indonesia WOW Brand

22. 1st Winner of Annual Report Award (ARA) 2013 for Category of Private Financial of Listed

Companies

Annual Report Awatd (ARA) Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, Bursa Efek Indonesia, Dirjen Pajak, Kementrian Perusahaan Milik

Negara, Komisi Nasional Pemerintahan dan Ikatan

(10)

23. Best Corporate Governance Overall (8 Desember 2014)

Best Corporate Governance Award

The Indonesian Institute for Corporate Governance 24. Runner Up-I Sustainability Reporting Award

2014 category Financial Services

The 10th Sustainability Award The National Center for Sustainability Reporting

(NCSR) Sumber : www.danamon.co.id, Tahun : 2015

(11)

Tabel 1.2

Riwayat Pencatatan Obligasi Bank Danamon OBLIGASI/ KODE PERDAGANGAN/ BURSA TEMPAT PENCATATAN JUMLAH POKOK DAN TINGKAT BUNGA TANGGAL BERLAKU WALI AMANAT LEMBAGA PEMERINGKAT PERINGKAT TAHUNAN Subordinated Debt Kode : CI 300 US$ 7,65% 30 Mar 2004 – 30 Mar 2014 DB Trustees [Hong Kong] Limited Moody’s Investors, Inc. Fitch, Inc. 2004 : B3 2005 : B2 2006 : Ba3 2007 : Ba2 2008 : B1 2004 : B Singapore Stock Exchange S&P 2005 : B 2006 : B 2007 : B 2008 : BB- Obligasi Seri IA Tahun

2007 Kode : BDMN01A Bursa Efek Indonesia

Rp 250.000.000.0 00 9,40% 20 Apr 2007 – 19 Apr 2010 PT. Bank Mega Tbk PT Pemeringkat Efek Indonesia 2007 : AA- 2008 : id AA+ 2009 : id AA+ 2010 : idAA+ Obligasi Seri IB Tahun

2007 Rp1.250.000.0 00.000 20 Apr 2007 – 19 Apr 2012 PT. Bank Mega Tbk PT. Pemeringkat Efek Indonesia 2007 : AA- 2008 : id AA+

(12)

Kode : BDMN01B Bursa Efek Indonesia

10,60% 2009 : id AA+

2010 : idAA+ 2011 : id AA+ 2012 : id AA+ Obligasi Seri IIA Tahun

2010 Kode : BDMN02A Bursa Efek Indonesia

R1.879.000.00 0.000 8,75% 10 Des 2010 – 9 Des 2013 PT. Bank Mandiri [Persero] Tbk PT. Pemeringkat Efek Indonesia 2010 : idAA+ 2011 :id AA+ 2012 : id AA+ 2013 : id AA+ Obligasi Seri IIB

Tahun 2010 Kode : BDMN02B Bursa Efek Indonesia

Rp 921.000.000.0 00 9% 10 Des 2010 – 9 Des 2015 PT. Bank Mandiri [Persero] Tbk PT. Pemeringkat Efek Indonesia 2010 : idAA+ 2011 : id AA+ 2012 : id AA+ 2013 : id AA+ 2014 : idAAA 2015 : idAAA Sumber : www.danamon.co.id, Tahun : 2015

(13)

Bank Danamon selalu berusaha memperbaiki kinerja keuangannya. Pada kuartal pertama tahun 2014, tepatnya di bulan Februari, Bank Danamon mengalami perlambatan pertumbuhan laba, yaitu hanya sebesar 1%, dengan margin bunga bersih menurun 0,5% dan beban operasional meningkat 0,5%. Namun dalam kondisi itu, Bank Danamon tetap mendapat kepercayaan dari masyarakat, dimana kredit dari Bank ini justru meningkat sebesar 16%. Tak hanya itu, di kuartal kedua, Bank Danamon justru menduduki peringkat ke-8 sebagai Bank dengan asset terbesar di Indonesia. Bahkan pada bulan November 2014, Bank Danamon meraih Sertifikasi ISO 22301:2012-BCMS, yang merupakan pengakuan internasional untuk institusi yang mengedepankan prinsip usaha yang berkesinambungan, dimana Bank Danamon merupakan perusahaan Indonesia pertama dan sekaligus perusahaan perbankan ASEAN pertama yang mendapatkan penghargaan ini.

Saat pergerakan IHSG berada di zona negative, saham Bank Danamon justru mengalami penguatan. Bank Danamon juga mendapatkan berbagai penghargaan baik di tingkat lokal maupun internasional. Pada bulan Februari, ResponsiBank menetapkan Bank Danamon sebagai salah satu dari 500 Bank dengan nilai brand terbaik di dunia. Dan pada Bulan November 2015, Bank Danamon meraih ASEAN Corporate Governance Award 2015, sebagai salah satu dari 50 emiten terbaik di Asia Tenggara, termasuk 3 emiten terbaik di Indonesia dalam hal penerapan tata kelola perusahaan yang baik. Namun sejak akhir tahun 2014, Bank Danamon mengalami penurunan laba selama 5 kuartal berturut-turut. Begitu pula secara keseluruhan tahun 2015, keadaan ekonomi makro Indonesia mengalami sedikit guncangan, diantaranya adanya volatilitas nilai tukar Rupiah, yang secara internasional juga disebabkan oleh devaluasi Yuan. Hal ini menyebabkan kenaikan suku bunga, yang berimbas pada permintaan kredit dari masyarakat. Persaingan penawaran kredit dari Bank-bank lain juga menyebabkan semakin menurunnya

(14)

permintaan kredit yang diterima Bank Danamon. Bahkan Pefindo juga mengimbau Bank Danamon untuk memperbaiki rasio kredit macetnya. Pada tabel 1.2 dapat dilihat perkembangan kinerja keuangan Bank Danamon.

Tabel 1.2

Rasio Keuangan Bank Danamon

2012 2013 Q1 (%) Q2 (%) Q3 (%) Q4 (%) Q1 (%) Q2 (%) Q3 (%) Q4 (%) ROA 2,04 3,67 3,19 3,18 2,59 3,36 3,10 2,75 NPL 0,23 0,29 0,17 0,21 1,66 0,13 0,00 0,00 LDR 98,57 97,11 103,45 100,86 103,37 105,39 99,0 95,06 BOPO 81,68 72,60 75,35 77,27 80,02 77,90 81,37 82,86 CAR 17,9 18,1 18,19 18,38 19,96 18,37 18,09 17,86 2014 2015 Q1 (%) Q2 (%) Q3 (%) Q4 (%) Q1 (%) Q2 (%) Q3 (%) Q4 (%) ROA 1,43 4,93 3,26 3,14 1,73 2,07 1,76 1,45 NPL 1,16 1,26 1,44 1,34 1,48 1,26 1,85 1,86 LDR 94,1 98,83 91,34 92,60 92,74 98,93 92 87,7 BOPO 89,59 69,75 74,57 76,61 85,31 69,75 85,17 85,56 CAR 18,43 17,8 18,20 18,17 19,79 17,81 20,15 20,84 Sumber : Data diolah sendiri

Bank yang sehat adalah Bank yang dapat menjalankan fungsinya dengan baik, dengan kata lain, Bank yang sehat adalah Bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter (Permana dalam Lasta, dkk 2014). Untuk mengetahui tingkat kesehatan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk., maka dilakukan penilaian kesehatan Bank dengan metode RGEC. Menurut Yessi, dkk (2014), penilaian tingkat kesehatan Bank digunakan untuk

(15)

mengetahui apakah Bank tersebut dalam kondisi sangat sehat, sehat, cukup sehat, kurang sehat, atau tidak sehat, dan hasil dari penilaian tingkat kesehatan tersebut, dapat digunakan untuk mengambil kebijakan yang berhubungan dengan kinerja Bank di masa yang akan datang. Dengan menggunakan metode RGEC, maka dapat diketahui rasio-rasio yang menjukkan kinerja keuangan PT. Bank Danamon Indonesia Tbk. Dengan metode tersebut, dapat diketahui tingkat kesehatannya. Dan dengan menganalisa komponen-komponen pada RGEC tersebut, maka dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kinerja keuangan perusahaan perbankan.

Atas dasar kondisi di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan serta pengembangan bagi perusahaan, maka penulis mengambil penelitian dengan judul “Kinerja Keuangan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Tahun 2015 yang divaluasi dengan Aspek Profil Risiko, Rentabilitas, dan Permodalan “

1.2 Rumusan Masalah

Sebagaimana dalam latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah: Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan berdasarkan pendekatan Profil Risiko (Risk Profile), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital) pada tahun 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk dengan berdasarkan pendekatan Profil Risiko (Risk Profile), Rentabilitas (Earnings), dan Permodalan (Capital) pada tahun 2015

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

a) Bagi Peneliti selanjutnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Bank.

b) Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan baik kritik maupun saran berkaitan dengan analisa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Bank. c) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai kesehatan Bank, khususnya dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan Bank.

Referensi

Dokumen terkait

Reseller adalah pihak yang mampu memasarkan produk dari Kreateev Media, Reseller berhak untuk menaikkan harga sesuai keinginan dengan tujuan untuk mendapatkan income

HAK KEKAYAAN INDUSTRI PVT HAK KHUSUS ATAS VARITAS TANAMAN YANG DIHASILKAN UNTUK MELAKSANAKAN SENDIRI MEMBERI PERSETUJUAN MENGGUNAKAN... PATEN HAK KHUSUS PENEMUAN DI

Kabupaten Banggai merupakan dataran dengan ketinggian rata-rata ± 84 meter di atas permukaan laut, dengan luas wilayah daratan seluas 9.672,70 km² yang tebagi kedalam

mulai ada kemajuan, sudah ada beberapa siswa yang berani mengemukakan pendapat dan dalam kegiatan kelompok sudah mulai kompak. Ini merupakan kemajuan walaupun belum

Fasilitas sarana penyelamat diri di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Balikpapan masih banyak yang belum tersedia (Tabel 1), seperti tidak terdapat jalur evakuasi di kedua

penyeleksian buah jeruk besar dan kecil secara otomatis dengan menggunakan PLC dan Pengolahan Citra dengan keberhasilan sebesar 73,33 %, proses yang dilakukan dapat berjalan

Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia” (ay 15-16).2.

Sesuai visi dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bandung, maka terdapat tujuh misi untuk mewujudkannya. 1) Meningkatkan profesionalisme