• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBAHASAN. Kondisi Terumbu Karang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBAHASAN. Kondisi Terumbu Karang"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN

Kondisi Terumbu Karang

Jurnlah total genus dan spesies karang yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah 38 genus dan 103 spesies karang, spesies paling banyak ditemukan adalah spesies dari genus Acropora, Montipora dan Porites. Hal ini juga di dukung oleh penelitian Moosa et. al. (1996) yang dilakukan di perairan Indonesia ditemukan genus Acropora di Sumatera Barat sebanyak 49 spesies, Laut Jawa sebanyak 63 spesies, Sulawesi Selatan sebanyak 75 spesies, Flores dan Sumbawa sebanyak 68 spesies, dan di Manado, Sulawesi Utara sebanyak 63 spesies.

Dari hasil penelitian diperoleh total persentase tutupan dari masing- masing jenis karang pada tiap stasiun adalah 53,073 - 58,355%, berdasarkan klasifikasi kondisi terumbu karang dari persentasi jumlah karang hidup yang dikemukakan oleh Yap dan Gomez (1984), maka kondisi terumbu karang pada lokasi penelitian tergolong dalam kondisi baik, tetapi tidak menuntut kemungkinan kondisi terumbu karang akan mengalami p e n m a n apabila tidak di dukung oleh perencanaan untuk pengelolan beberapa tahun ke depan.

Pertumbuhan karang pada tingkat rata-rata berbeda tergantung pada morfologi pada koloni dan kondisi lingkungan. Secara umum faktor lingkungan laut pada lokasi penelitian memiliki nilai kisaran yang baik untuk menunjang pertumbuhan terumbu karang, diantaranya penetrasi cahaya (illumination) masih menembus sampai pada kedalaman 20 meter, cahaya merupakan sumber energi dalam proses fotosintesis serta proses pertumbuhan walaupun miskinnya keberadaan nutrien.

Kebanyakan tenunbu karang bertahan dalam lingkungan yang miskin nutrien anorganik, seperti fosfat, nitrat dan besi. Koloni karang dan zooxanthellae dapat menyerap nutrien dari air laut atau memperolehnya dari makanan yang tertangkap oleh polip, karena karang hanya menerima nutrien dalarn tingkat yang rendah dari lingkungan laut sekelilingnya, karang harus mempunyai kemampuan yang besar untuk menghemat dan mendaur ulang nutrien, efisiensi ini terjadi pada komunitas yang mereka bentuk

dan

berada dalam keseimbangan satu dengan yang lainnya.

(2)

Selain itu, terumbu karang juga membutuhkan kecepatan arus yang relatif seimbang sehingga secara tidak langsung dapat membantu karang dalam proses pembersihan diri apabila terjadinya sedimentasi pada musim hujan dan merupakan media pembawa unsur hara untuk kebutuhan dalam proses fotosintesis, karena pada prinsipnya pertumbuhan terumbu karang memerlukan kecerahan tinggi, oksigen tinggi, kekeruhan rendah, nutrien rendah, perairan laut hangat (1 8-30°C), dan salinitas laut lepas (33-36 ppt). Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa kondisi suhu dan salinitas yang ada di daerah terumbu karang memiliki kisaran yang dapat mendukung kehidupan dari terumbu karang (Tabel 4). Menurut Sukarno (1984) bahwa kisaran suhu perairan sangat menentukan penyebaran dan keindahan terumbu karang.

Pada lokasi penelitian kondisi terumbu karang hanya dipengaruhi oleh kondisi parameter lingkungan laut, ha1 ini terjadi karena dilokasi penelitian tidak terdapat sungai sehingga tidak terjadi sedimentasi melalui runof dari darat. Banyak tipe sedimen yang muncul di sekitar terumbu karang, terrnasuk di dalamnya patahan atau hancuran karang yang kasar, berbagai tipe pasir. Tipe sedimen yang ditemukan tergantung pada derajat munculnya arus dan gelombang yang menyebabkan pegadukan di dasar perairan, tetapi kejadian ini memiliki pengaruh yang relatif kecil pada kejernihan perairan bila dibandingkanan dengan sedimen yang berasal dari run-ofi

Keanekaragaman Terumbu Karang

Nilai keanekagaraman spesies terumbu karang pada tiap stasiun tidak memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Keanekaragaman tertinggi pada stasiun 3 dan keanekaragaman terendah pada stasiun 1. Keanekaragaman terumbu karang merupakan salah satu indikator yang dapat mencerrninkan keanekaragaman spesies ikan.

Semakin beragam jenis terumbu karang akan semakin beraneka ragam pula jenis ikan yang hidup di ekosistem tersebut. Oleh karena itu masalah perikanan tidak bisa diabaikan pada pengelolaan ekosistem terumbu karang. Dengan meningkatnya jumlah penduduk saaat ini maka jurnlah aktivitas penangkapan ikan di ekosistem terurnbu karang juga meningkat.

(3)

Apabila hal ini dilakukan secara intensif, maka kondisi ini memungkinkan terjadinya penurunan stok ikan di ekosistem terumbu karang. Keadaan ini akan memakan waktu lama untuk bisa pulih kembali. Pengelolaan yang efektif harus didasarkan pada pengetahuan biologis target spesies, sehingga teknik penangkapan yang tepat dapat ditentukan. Pengelolaan terumbu karang ini cenderung lebih banyak ditekankan pada pengambilan karang atau aktivitas manusia yang secara tidak langsung dapat merusak karang.

Keseragaman atau Equitabilitas Terumbu Karang

Keseragaman atau equitabilitas adalah sebaran kelimpahan suatu populasi diantara populasi lainnya. Nilai keseragaman di lokasi penelitian menunjukan bahwa populasi dalam sampel secara intuitif kelihatan indeks keseragaman akan maksimum dan menurun ke arah nol. Berdasarkan gambar 1 1, menunjukan bahwa nilai keseragaman tertinggi di stasiun 3 dan terendah di stasiun 2. Kaitannya dengan nilai keanekaragaman jenis terumbu karang, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi nilai keanekaragaman maka semakin tinggi pula nilai keseragaman atau equitabilitas. Hal ini terjadi karena kondisi keseragaman spesies ditentukan berdasarkan nilai keanekaragaman spesies dengan total jurnlah spesies terumbu karang di lokasi penelitian.

Terumbu karang tergolong dalam komunitas yang labil. Kondisi labil menunjukan bahwa penyebaran yang hampir merata dan terdapat salah satu populasi karang cenderung mendominasi. Biasanya dalam komunitas labil cenderung akan mengalami perubahan secara cepat jika tejadi perubahan lingkungan, perubahan ini akan menimbulkan kompetisi dalarn mendapatkan ruang, makanan dan oksigen terlarut. Berbagai komunitas karang yang ada di lokasi penelitian dapat mengalami perkembangan maupun penurunan nilai kondisi terurnbu karang apabila terdapat tekanan baik tekanan secara alami maupun tekanan dari aktivitas manusia. Oleh karena itu untuk memperkecil tekanan guna tetap mempertahankan nilai kondisi tenunbu karang maka perlu adanya sentuhan dan keterlibatan manusia dalam mengaturnya.

(4)

Kelimpahan Ikan Kerapu Macan

Kelimpahan merupakan perbandingan jumlah frekuensi ikan kerapu macan dengan luas tutupan karang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa persentase kelimpahan ikan kerapu tertingi pada stasiun 2 dengan kondisi persen tutupan terumbu karang 58,355% dan terendah pada stasiun 3 dengan kondisi persen tutupan tenunbu karang 53,073%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dinyatakan bahwa kelimpahan ikan kerapu pada dasarnya tergantung dari kondisi habitat terumbu karang yang mampu memberikan kontribusi baik sebagai tempat men& makan, pemijahan dan pembesaran. Oleh karena itu apabila habitat mengalami tekanan atau tejadi degradasi maka berpengaruh terhadap kelimpahan ikan kerapu macan apabila ditinjau secara ekologis.

Hubungan Panjang-Berat, Panjang-Tinggi dan Panjang-Bukaan Mulut Ikan Kerapu Macan

Nilai praktis yang diperoleh dari perhitungan panjang-berat adalah dapat menduga berat dari panjang ikan kerapu macan atau sebaliknya dan dapat memberikan keterangan mengenai pertumbuhan dan kemontokan ikan kerapu macan. Berdasarkan kategori nilai konstanta (b) maka dapat dikatakan bahwa bentuk pertumbuhan dari ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) adalah bersifat allometrik dengan pengertian bahwa laju pertumbuhan panjang ikan kerapu macan lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan beratnya, dan memiliki hubungan yang erat dengan tingkat korelasinya 77,8%. Salah satu faktor terjadinya variasi ukuran panjang maupun berat dari ikan kerapu macan disebabkan oleh jumlah individu dalam ekosistem terumbu karang yang tidak sebanding dengan jumlah makanan sehingga terjadi kompetisi dalam mendapatkan makanan.

Secara tidak langsung bentuk perturnbuhan dapat berubah dalam waktu tertentu, seperti telah dikemukakan oleh Effendie (2002) bahwa faktor dalam dan luar yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah makanan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur, ukuran ikan dan kematangan gonad.

(5)

Selain hubungan panjang-berat, secara biometri juga dikenal dengan hubungan panjang-tinggi dan panjang-bukaan mulut ikan. Dari hasil penelitian berdasarkan analisis regresi (Gambar 14 dan 15) diperoleh hubungan antara dua ukuran bentuk yaitu panjang-tinggi dan panjang-bukaan mulut ikan kerapu macan adalah nyata karena nilai korelasinya lebih dari 90%, dengan pengertian bahwa apabila diketahui panjang ikan kerapu macan maka dapat ditentukan tinggi dan bukaan mulut ikan dan sebaliknya.

Berdasarkan nilai koefisien determinasi, hubungan panjang-berat, panjang- tinggi, dan panjang-bukaan mulut dapat dikatakan bahwa : pertama, pertambahan berat rata-rata ikan kerapu macan adalah 60,50% dari setiap pertambahan panjang ikan, sedangkan 39,50% ditentukan oleh faktor lainnya. Kedua, pertambahan rata- rata panjang adalah 86,02% dari pertambahan tinggi ikan dan 13,98% ditentukan oleh faktor lain. Ketiga, pertambahan rata-rata panjang adalah 92,64% dari pertambahan lebar bukaan mulut ikan kerapu macan dan 7,36% ditentukan oleh faktor lain (Lampiran 7).

Indeks Relatif Penting dan Koefisien Makanan Ikan Kerapu Macan

Komposisi makanan dalam lambung

ikan kerapu macan (Epinephelus

jkscoguttatus) adalah crustacea, ikan, gastropoda clan rubble. Berdasarkan kriteria koefisien makanan, maka diperoleh kategori kelompok makanan utama yaitu pada jenis makanan crustacea dan ikan, makanan ini dianggap sebagai surnber energi utama bagi kebutuhan ikan kerapu macan dan dapat dipakai untuk menentukan makanan yang sebenarnya. Kemudian kelompok makanan kedua yaitu jenis makanan gastropoda, kelompok makanan ini adalah sebagai makanan tambahan. Tidak semua makanan yang ada di daerah tenunbu karang di makan oleh ikan kerapu mihcan, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya dilihat

dari ukuran makanan, warm makanan dan selera ikan terhadap makanan.

Faktor yang mempengaruhi jumlah makanan yang dibutuhkan oleh ikan kerapu macan antara lain adalah kebiasaan makan yang ditentukan oleh habitat dan cara makan, serta kelimpahan makanan, sehingga jenis ikan kerapu macan apabila mulai memakan makanan tertentu maka cenderung untuk mengkonsumsi makanan itu. Kemudian karena ukuran sistem penceI11aan sebagai tempat menyimpan makanan tiap individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya

(6)

sehingga menyebabkan makanan yang masuk hams sesuai dengan keadaan sistem pencernaan tiap individu.

Sedangkan untuk rubble apabila ditinjau berdasarkan nilai koefisien makanan maka dapat dikatakan bahwa tergolong dalam kelompok makanan kadang kala (insidensial) atau kelompok makanan yang tidak mempunyai nilai energi bagi ikan. Keberadaan rubble di dalam lambung ikan kerapu macan kaitannya dengan aktivitas makan yang dilakukan, terjadi karena untuk mendapatkan makanan yang ada di daerah terumbu karang dengan sifatnya yang menggents clan menghancurkan batuan karang dengan lempengan-lempengan giginya pada saat memperoleh makanan sehingga dengan sendirinya rubble ikut terbawa masuk.

Berdasarkan pengamatan komposisi makanan dalam lambung menggambarkan bahwa ikan kerapu macan memiliki kebiasaan makan yang langsung di daerah terumbu karang, karena secara ekologis fungi terumbu karang adalah sebagai daerah mencari makanan (feeding ground). Beberapa jenis makanan yang ada pada lambung ikan kerapu macan tidak teridentifikasi ha1 ini disebabkan karena pada saat penangkapan proses pencernaan mulai berlangsung sehingga untuk menemukan jenis aslinya mengalami kesukaran.

Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Gonad Ikan Kerapu Macan

Pencatatan perubahan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak, dari pengetahuan TKG ini juga akan diperoleh keterangan bilamana ikan itu akan memijah, b m memijah atau sudah selasai memijah. Penelusuran ukuran telur masak dalam komposisi ukuran telur secara keseluruhan dapat menuntun tentang pendugaan pola pemijahan ikan. Dengan melakukan perbandingan antara berat gonad segar dengan panjang ikan atau Gonado Indeh (GI) maka dengan mudah melihat dan mendeteksi perubahan atau perkembangan gonad ikan yang terjadi.

Berdasarkan kriteria Masifikasi nilai GI, dari hasil penelitian terhadap ikan kerapu macan betina (Epinephelus fuscoguttatus) pada Bulan Maret sampai Bulan Mei diperoleh gonad tidak matang (kelas I) dan gonad memasak (kelas 11), jumlah sampel ikan kerapu yang di analisis yaitu secara bertahap sesuai dengan hasil

(7)

tangkapan, oleh karena itu untuk sampel ikan kerapu betina yang tergolong gonad tidak matang diperoleh pada awal Bulan Maret sampai pertengahan Bulan April, sedangkan gonad memasak pada akhir Bulan April sampai Bulan Mei (lihat Lampiran 9).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tan dan Tan (1974) terhadap TKG ikan kerapu di Pulau Tioman dan Serawak di perairan Cina Selatan menggunakan nil& GI didapatkan nil& puncak GI pada Bulan Agustus dengan tahapan matang gonadnya pada kelas IV dan V yaitu gonad memasak. Mengacu dari penelitian yang dilakukan ini dan berdasarkan nilai GI yang akan terus mengalami perubahan dan perkembangan, maka dapat diperkirakan bahwa tingkat kematangan gonad

ikan

kerapu betina di perairan Sulamadaha dapat mencapai puncak memijah (kelas IV clan V) pada Bulan Agustus.

Ditinjau dari segi pemanfaatan, tingkat kematangan gonad dan indeks gonad ikan kerapu memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan batasan waktu pemanfaatan

ikan

kerapu macan, karena secara seksualitas, ikan kerapu macan tergolong hermaprodit protogini yaitu proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betina ke fase jantan, hal ini pada umumnya terjadi setelah satu kali pemijahan, jaringan ovariumnya mengkerut kemudian jaringan testesnya berkembang. Oleh karena itu apabila tidak di atur secara maksimal maka akan terjadi degradasi bahkan bisa mencapai titik kepunahan, untuk mengatasi masalah tersebut maka selanjutnya harus diatur dalam suatu strategi pemanfaatannya. Pengelompokkan dan Hubungan Kondisi Terumbu Karang dengan Kondisi

Biologi Ikan Kerapu Macan

Pengelompokkan yang dibentuk berdasarkan kondisi terumbu karang dan kondisi ikan kerapu macan menghasilkan keterkaitan yang sangat erat bila ditinjau secara ekologis, berdasarkan analisis terjadi pembentukan kelompok yaitu persen tutupan karang, kelirnpahan, koefisien makanan, dan indek gonad ikan kerapu macan. Dari h i 1 analisis dapat dinyatakan bahwa kelimpahan ikan kerapu macan mengikuti kondisi persen tutupan karang, apabila kondisi persen tutupan tergolong baik maka dengan sendirinya kelimpahan ikan kerapu macan akan meningkat. Peningkatan nilai kelimpahan ikan kerapu macan ini terjadi karena segala kebutuhan untuk melangsungkan kehidupan terpenuhi pada kondisi persen

(8)

tutupan karang baik dari ketersediaan makanan, ruang dan kualitas perairan. Berdasarkan nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa nilai kelimpahan ikan kerapu akan meningkat 98,85% bila terjadi peningkatan nilai persen tutupan karang, dan l,l5% dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya. Hal ini dapat dipahami bahwa semakin baik tutupan karang baik genus atau spesies terumbu karang akan dapat meningkatkan jumlah ikan kerapu yang hidup di daerah tersebut, karena dengan baiknya kondisi terumbu karang dapat menyediakan kebutuhan makanan yang tinggi dan tempat berlindung yang arnan baik dari predator maupun dalam proses pemijahan dan pembesaran.

Hubungan antara persen tutupan karang dengan indeks gonad adalah sesuai dengan h g s i terumbu karang sebagai tempat pemijahan (spawning ground) yaitu daerah terumbu karang dijadikan sebagai tempat pemijahan mulai dari fase kawin

sampi pijah. Berdamrkan nilai koefisien determinasi menunjukan bahwa nilai rata- rata indeks gonad akan meningkat sebesar 68,71% bila terjadi pemngkatan persen Mupan karang, clan 3129% dipengaruhi oleh f b r lingkungan lainnya Ikan kerapu juga membutuhkan energi yaitu rnakanan yang cukup, untuk

mempertabahn hidup dan telur yang d i h a s h y a agar tetap terjaga. Secara ekologi, dalam kehidupan yang memiliki peranan sangat penting bagi organisme adalah bagaimana berusaha untuk proses memperbanyak diri, dengan demikian proses pernijahan merupakan faktor terpenting bagi organisme umumnya dan ikan kerapu macan khsusnya. Hal ini dapat dikatakan unik karena berdasarkan sifatnya ikan kerapu macan adalah hewan hemaprodit protogini yaitu peralihan fase betina ke fase jantan, dalam perubahan jenis kalemin ini ikan kerapu macan hanya melakukan satu kali pemijahan. Oleh karena itu proses pemijahan ini merupakan proses yang sangat penting dalam kehidupnnya.

Apabila ditinjau dari fungsi tenunbu karang sebagai tempat mencari makan Cfeeding ground), maka hubungan yang dibentuk antara persen tutupan karang dengan koefisien makanan merniliki nilai yang saling terkait berdasarkan h g s i ekologis, walaupun secara tidak langsung ikan kerapu tidak mengkonsumsi karang melainkan mengkonsumsi ikan dan crustacea (lihat Gambar 19) yang merupakan komponen biota yang hidup di daerah terumbu karang, tingkat konsumsi ikan kerapu juga ditentukan oleh ukuran bukaan mulutnya.

(9)

Hasil analisis regresi berdasarkan nil& koefisien determinasi menunjukan bahwa nilai rata-rata koefisien makanan akan meningkat sebesar 87,05% bila terjadi peningkatan persen tutupan karang, dan 12,95% dipengaruhi oleh faktor lingkungan lainnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa bila kondisi persen tutupan karang baik atau mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, maka keberadaan makanan untuk menunjang kehidupan organisme yang berinteraksi di dalarnnya dalam siklus rantai makanan khususnya ikan kerapu macan akan mengalami peningkatan pula, begitu juga sebaliknya.

Estimasi Daya Dukung (Carrying Capacity) Terumbu Karang

Daya dukung terumbu karang pada prinsipnya adalah kemampuatl alami terumbu karang untuk mendukung kehidupan organisme, yaitu berdasarkan nilai biomasa baik tumbuhan maupun hewan dari tingkat yang terendah (produsen) sampai pada tingkat tertinggi (lcamivora) pada satuan luas terumbu karang. Penelitian untuk estimasi daya dukung terumbu karang dilakukan berdasarkan pendekatan kondisi biomasa ikan kerapu macan dengan melihat jumlah ikan kerapu macan per 1000m2 atau 0,l ha (densitas), clan pertumbuhan berat ikan kerapu macan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kategori pertumbuhan ikan kerapu macan adalah allometrik yaitu pertambahan panjang lebih cepat dari pada perhmbahan berat ikan sehingga ikan kerapu macan tersebut kelihatan kurus.

Salah satu penyebab terjadinya pertumbuhan allometrik pada ikan adalah ketersediaan makanan dan terjadi persaingan dalam memperoleh makanan. Dengan demikian, apabila terjadi penurunan biomasa maka kondisi pertumbuhan berat ikan pun secara drastis mengikuti perubahan biomasa. Jika hal ini terus terjadi dengan sendirinya akan menyebabkan kondisi ukuran morfologi ikan kerapu macan semakin kecil. Secara alarni kegiatan yang harus dilakukan untuk tetap menjaga kesimbangan perturnbuhan ikan kerapu adalah perbaikan kondisi terumbu karang sehingga dapat meningkatkan produktivitas primer terumbu karang.

Nilai biomasa ikan kerapu macan diperoleh dari jumlah total nilai biomasa pada masing-masing ukuran panjang ikan, nilai biomasa tertinggi pada ikan kerapu macan berukuran 205 - 229 mrn dan nilai biomasa terendah pada

(10)

&man 255 - 279 mm (Lampiran 12). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penangkapan ikan kerapu macan (eksploitasi) sering terjadi pada ikan berukuran 255 - 279 mrn dan apabila dihubungkan dengan tingkat kematangan gonad, maka pada ukuran tersebut ikan mengalami masa kematangan gonad sehingga dapat menyebabkan terjadi penurunan drastis pada ukuran ikan dan tidak menuntut kemungkinan akan terjadi gagal pemijahan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh total nilai biomasa ikan kerapu macan adalah 301,956 kgha (Lampiran 12) pada kondisi terumbu karang adalah 53,073 - 58,355%. Nilai biomasa diperoleh dari nilai densitas dikalikan pertumbuhan. Nilai biomasa ikan kerapu diperoleh pada luasan perairan 0,lha (nilai standar luasan untuk penilaian biomasa). Berdasarkan Gambar 26 dapat dijelaskan bahwa nilai biomasa ikan kerapu macan mengikuti kondisi persen tutupan karang, apabila terjadi peningkatan nilai persen terumbu karang, maka nilai biomasa ikan kerapu macan pun mengalami peningkatan. Hal ini terjadi karena ketersedian ruang yang semakin bertambah apabila ditinjau secara spasial dan apabila ditinjau secara hubungan ekologi dalam ekosistem maka terjadi peningkatan fungsi terumbu karang dalam menyediakan sumber makanan dalam proses rantai makanan. Selain itu, apabila terjadi peningkatan nilai tutupan terumbu karang maka dengan sendirinya luas area terumbu karang pun meningkat, sehingga dapat memberikan sumbangsi terhadap ikan kerapu macan yang dapat menunjang pertumbuhan ikan kerapu macan. Dari hasil penelitian kondisi terumbu karang, apabila ditinjau secara matematis dapat dikatakan bahwa tutupan tenunbu karang adalah setengah dari luas perairan, sehingga peningkatan kondisi terumbu karang secara alami berpengaruh terhadap produktivitas primer terumbu karang sehingga nilai biomasa ikan kerapu macan pun meningkat.

Peningkatan kondisi tutupan tenunbu karang ditentukan oleh keadaan lingkungan perairan, berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa parameter lingkungan sangat mendukung kehidupan terumbu karang. Menurut Clark (1 989) tingginya produktivitas ekosistem terumbu karang pada prinsipnya disebabkan oleh aliran masa air, efisiensi pendaur ulang biologis dan tingginya resistensi nutrien.

(11)

Selanjutnya, dari nilai biomasa dalam 1 ha adalah 301,956 kg kemudian di tranfer dalam luasan terumbu karang 0,83 ha maka diperoleh nilai biomasa 250,623 kg. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai estimasi daya dukung terumbu karang ditentukan dari nilai biomasa dikalikan dengan keseluruhan luas perairan yang ada terumbu karangnya, ha1 ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan ikan kerapu macan sama dengan faktor lingkungan yang mempengaruhi kondisi terumbu karang, sehingga apabila kondisi tenunbu karang mengalami degradasi maka akan berpengaruh terhadap jumlah kelimpahan ikan kerapu macan. Sama halnya dikatakan oleh Eggleston (1995), pada terumbu karang sehat keberadaan makanan tinggi dan berdarnpak langsung terhadap keragaman dan kelimpahan ikan. Terumbu karang berfungsi sebagai tempat berlindung dari para predator, khususnya bagi ikan-ikan kecil dan dapat mempengaruhi pola kelangsungan hidup dan kelimpahannya saat dewasa.

Dari gambar 26 dapat dijelaskan bahwa nilai biomasa ikan kerapu macan mengikuti tren peningkatan kondisi terumbu karang sehingga semakin tinggi kategori kondisi terumbu karang kaitannya dengan keanekaragaman maka &pat menunjang ikan kerapu macan dalam ekosistem baik secara sirnbiosis dalam siklus rantai rnakanan maupun dengan organisme lainnya dalam tingkat trofik (troJc level) masing-masing. Tingginya produktivitas primer ditentukan oleh kondisi terumbu karang yang baik, sehingga dengan sendirinya apabila produsen primer mengalami peningkatan maka secara alami sampai pada tingkat karnivora (top leve2) juga akan mengalami peningkatan. Selain itu, secara spasial yaitu ditinjau berdasarkan luasan tenunbu karang, semakin luas area terumbu karang maka semakin tin& juga daya tampug terhadap ukuran clan berat ikan kerapu macan semakin tinggi pula begitu juga sebaliknya, ha1 ini berhubungan dengan sifat dari ikan kerapu macan yaitu menetap (sedentary). Sama halnya dikatakan oleh Yeeting et. al(2001), bahwa umumnya ikan kerapu macan hidup di daerah terumbu karang pada kedalaman 5 - 20 meter di semua tip terumbu karang dengan kategori kondisi yang baik. Ikan kerapu macan dalam kehidupannya biasanya menetap atau tidak berpindah-pindah (sedentary), kebanyakan

ikan

kerapu macan memanfaatkan liangtlubang yang ada di daerah terumbu karang sebagai tempat berlindung.

(12)

Hasil penelitian mengenai estimasi daya dukung terumbu karang berdasarkan nilai biomasa ikan kerapu macan, kemudian apabila dihubungkan dengan nilai estimasi rekruitmen, pertumbuhan dan nilai mortalitas baik mortalitas alami maupun mortalitas dari aktivitas tangkapan nelayan, maka dapat dibuat suatu gambaran (ilustrasi) tentang kondisi dalam suatu hubungan ekologi (lihat Gambar 27). Dari hasil ilustrasi tersebut berdasarkan estimasi masing-masing variabel baik terumbu karang maupun ikan kerapu macan dapat dikatakan bahwa mortalitas baik aktivtas tangkapan maupun alami lebih besar dibandingkan dengan jumlah rekruitmen dan pertumbuhan ikan kerapu macan. Sehingga apabila kegiatan ini terus berjalan dari waktu ke waktu maka akan menyebabkan kondisi biomasa ikan kerapu akan mengalami penurunan (degradasi) dan dapat mempengaruhi hasil tangkapan nelayan yaitu semakin menurun hasil tangkapan nelayan.

Dari gambar 27 dapat juga dijelaskan bahwa luas area terumbu karang ditentukan oleh kondisi persen tutupan karang, kemungkinan akan terjadi apabila terjadi peningkatan persen tutupan karang maka luas area terumbu karang pun akan meningkat, ha1 ini dapat diperjelas dengan sifat bentuk pertumbuhan karang yaitu pertumbuhan karang bersifat horizontal atau melebar menutupi dasar perairan. Dengan sifat pertumbuhan terumbu karang maka dengan sendirinya di lokasi penelitian masih memiliki peluang berkembangnya baik spesies maupun genus karang untuk menempati ruang dasar perairan yaitu sampai pada luas area maksimum perairan adalah 2,83 ha. Apabila hal ini terjadi maka secara alami kondisi biomasa ikan kerapu macan akan mengalami peningkatan.

Dari pernyataan berdasarkan hasil ilustrasi kondisi ekologi pada gambar 27, maka salah satu alternatifnya adalah keseimbangan yaitu tetap menjaga antara laju rekruitmen dan pertumbuhan harus sama dengan laju mortalitas baik tangkapan maupun secara alami. Semua ini dapat dilakukan apabila di dukung oleh kondisi lingkungan perairan yang ada di daerah terumbu karang bila ditinjau secara ekologi dan melakukan keseimbangan berdasarkan karakteristik masyarakat nelayan. Alternatif tersebut merupakan alternatif yang dilakukan secara m u m . Bila ditinjau secara khusus maka yang dapat dilakukan adalah

(13)

pertama, meningkatkan nilai rekruitrnen dan pertumbuhan untuk menyeimbangi aktivitas penangkapan dan mortalitas alami. Kedua, tidak meningkatkan nilai rekruitmen dan pertumbuhan, maka yang harus dilakukan adalah menekan nilai mortalitas tangkapan nelayan. Apabila alternatif kedua yang diterapkan maka ha1 ini tidak mungkin terjadi karena tuntutan masyarakat semakin meningkat baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun permintaan pasar, sehingga hams dilakukan kegiatan pengalihan dari aktivitas nelayan penangkap menjadi nelayan budidaya. Semua ini dapat berjalan dengan baik apabila sedikit dilakukan sentuhan pengelolaan baik terhadap ekosistem maupun masyarakat yang terlibat di dalarnnya.

Saran Pengelolaan Terumbu Karang dan Ikan Kerapu Macan Berdasarkan Hasil Penelitian

Pengelolaan terumbu karang dan ikan kerapu macan pada dasarnya adalah pengetahuan dan keterarnpilan mengatur dan mengontrol penggunaan manusia dan dampaknya terhadap terumbu karang, hingga tercipta kondisi yang baik bagi kelestarian ekosistem dan tersedianya produk yang berkelanjutan, demi kesejahteraan manusia. Pengelolaan terumbu karang yang baik hams dilakukan dengan cara yang baik serta relefan dengan surnberdaya dan masyarakat yang akan melaksanakan pengelolaan tersebut.

Langkah pokok dalam pengembangan rencana pengelolaan adalah pemberian batasan permasalahan, tujuan dan penentuan alternatif strategi yang melukiskan keadaan atau kondisi yang harus ada konsekuensi pelaksanaan rencana yang efektif. Berdasarkan hasil analisis berbagai komponen baik pada tenunbu karang maupun ikan kerapu macan, maka dapat ditentukan permasalahan mendasar yang dijadikan acuan sebagai penentuan alternatif strategi dalam pengelolaan secara ekologis terhadap terumbu karang dan ikan kerapu macan. Berdasarkan identifkasi di lokasi penelitian ditemukan permasalahan diantaranya pertama, terjadi degradasi kondisi tenunbu karang apabila di tinjau dari persen tutupan sebesar 1,66% per tahun, hal ini terjadi karena penggunaan alat tangkap bius, pembongkaran terumbu karang yang dilakukan pada waktu sebelurnnya. Kedua, hasil tangkapan ikan kerapu mengalami penurunan 5 - 10 kghulan.

(14)

nilai penting sumber daya ekosistem terumbu karang baik dari segi ekonomi, sosial maupun budaya, (2) hampir tidak ada pengelolaan sumber daya ekosistem terumbu karang, (3) walaupun telah ada peraturan perundang-undangan yang menyangkut pemanfaatan dan pelestarian sumber daya ekosistem terumbu karang, penegakan hukurn yang terjadi masih sangat lemah, (4) kebutuhan rumah tangga yang tinggi menyebabkan tidak ada pilihan lain selain terus-menerus memanfaatkan sumber daya yang ada, dan (5) kurangnya keinginan politis untuk menanggulangi masalah.

Berbagai pennasalahan yang ditemukan di lokasi penelitian, maka dirumuskan tujuan pengelolaan terumbu karang dan ikan kerapu macan sebagai berikut :

1. Meningkatkan dan memelihara fungsi serta daya dukung terumbu karang dalam rangka menjamin kelangsungan hidup berbagai komponen organisme yang berinteraksi di dalamnya.

2. Memaksimalkan kelimpahan ikan kerapu macan guna meningkatkan hasil tangkapan nelayan dengan tetap menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dengan kelestarian.

3. Meningkatkan partisipasi stakeholder diantaranya masyarakat, Pemerintah Daerah, LSM dan kalangan akademisi.

Berdasarkan hasil penelitian kondisi tenunbu karang, kondisi biologi ikan kerapu macan dan estimasi nilai daya dukung terumbu karang berdasarkan nilai biomasa ikan kerapu macan, maka dapat disarankan beberapa alternatif pengelolaan terumbu karang dan ikan kerapu macan sebagai berikut :

1. Strategi pengelolaan b e r k k a n ekologi

-

Melakukan pemulihan tutupan karang (percent cover) sebesar 1 1,9% pada tahun pertama, apabila hal ini tidak terpenuhi dan pemulihan terjadi dibawah 11,9% maka akan membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama lagi.

-

Penerapan teknik pencakokan karang (transplantasi)

-

Melakukan kegiatan monitoring secara berkala terhadap tutupan terumbu karang

.

(15)

pada M a n tersebut merupakan masa proses pemijahan ikan kerapu macan.

-

Pembatasan penanskapan pada ikan kerapu macan bnukusan 230

-

350 mm, karena pada

ukuran

tersebut merugakan

ukuran

ikan

k m p betina

yang sedang dalam proses masa pemijab.

-

Penambalm ikan kerapu macan (restocking).

-

Kegiatan penangkapan (eksploitasi) tidak Iebih dari 8,6% kg,

karena

berdasarkan estimasi nilai mortalitas baik tangkapan maupun dami lebih tinggi bila dibandingkan dengan mlai reknritmen dan pertumhhm.

-

Kegiatan pangkapan menggunakan dat tangkap pancing (pol and line) 2. Strategi pengelolaan Masarkan kmakteristik masyarakat

-

Melakukan pelatihan pemantauan terumbu karang

-

Melakukan kegiatan penyuluhan

-

Melakukan kegiatan budidaya

ikan

kerapu macan dengan tujuan pengdihan profesi dari nelayan tangkap ke nelayan budidaya

dan

meningkatkan produksi tanpa mengambil

dari

dam.

Dari bebarapa strategi pengelolaan yang disarankan merupakan kesatuan strategi yang saiing berkaitan

dan

mendukung dengan alasan bahwa :

-

Kegiatan pemulihan tenunbu karang apabila dilakukan secara alami

membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga dengan perkernbangan teknologi saat ini telah dikembangkan metode transpZantasi yaitu upaya pemulihan dengan cara peneangkokkan karang. Dengan metode ini diharapkan dapat membantu mempercepat kolonisasi karang, jenis karang yang sering dilakukan mnsplantasi adalah karang dari jenis Amopora disebabkan karena jenis karang ini laju pertumbuhmy~ lebih c q x ? dibmriingkan dengan jenis karang yang lainnya. Kegiatan pemulihan terumbu karang sebesar 1 1

, W A

pertahlm.

-

Pemulihan kondisi ikan kerapu macan dapat digunakan metode restoking yaitu penambahan individu bam ke daerah terumbu k-g dengm

mem@.rr?ha~g!m nilai daya dnkung terumbu k m g lmdamkan nilai biomasa ikan kempu macm untuk kelangmngm hidupnya.

-

A!tmatif p u t u p a n

area

secm periodik dimaksud untuk m n n M perlindungan pada w a h tertentu saat m u s h pijah dm b e m a saat sebcfum

(16)

musim pijd. Jadi area-area tertentu perfu Ctitutup untuk memun$kinkrtn suatu

pemijahan efektif yang berlmgsung

dan

&in kerapu yang memijah @at menyebar ke semua daemh tenrmbu karang. Penerapan metode ini

dilakukan dengan memahami tingkah laku p i j a h a n ikan kerapu macan, sehingga

t-m&wdm

hasil penelitian dapat dilakukan p u t u p a n m a pem&m pada bulan Maret sampai Agmhs. Selanjutnya dapat dilakukan pembukaan kembali area pemanhatan bagi

ikan

kerapu macan.

-

Metode p g k a p a n yang dilakukan

s e c m

tidak bijaksana

akan

menyebabkan kelebihan tangkap dan dapat merusak ekosistem terumbu karang, oleh karena itu harus ada ketegasan dan pelrvangan terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. B- fimgsinya alat tangkap yang cocok untuk da& t m b u karang adalah dengan menggunakan pancing

karena

selain praktis alat tangkap ini juga selektif.

-

Penangkapan dalam upaya pemanfmta-n yang rasional hammya membiarkan

sejumlah induk ikan kerapu macan yang mempunyai ukuran sama atau lebih pada waktu mencapai kematangan gonad. K m a itu ukuran ikan kerapu macan yang teiah matang gonartnya penting diketahui untuk menentukm batas u k m yang sebaiknya ditangkap, B w a n basil penelitian diptmleh bahwa kegiatan eksploitasi maksimm yang dapat dim&tk;rm adalah dengan

ukuran

berat 8,696 kgltahun.

-

Kelestarian tennnbu kamng dan ikan kerapu macan @at tetap terjaga den= mengabaikan aspek pemanfaatan, maka perlu dikembangkan kegiatan budidaya alami. Kegiatan ini dilakukan bedamhn niiai daya dukung

daerah

ekusistem terumbu k m g

dan

dengan metode ini juga secm alami induk yang digunakan M dasi alam.

Penerapan m t u strategi pengelolaan

agar

dapat mencapai ti& keimbsilan, maka semua stakeholder yang berkepentingan hams mengambil peran dan talibat

ditidalamnya. Partisipasi stakeholder sangat penting dalam menduhmg upap pmgelolaan, pada dasarnya ma kegiatan pengelolaan baik tefumbu kaf;ang

maupun ikan kerapu

macm

lebih ditekmkm kepada mayardat

yang

Befhubungm !msmg dagan ekosistem, ketd-ihatan ini dapat menentukan baik b&ya ekosistem. Oleh karena itu agar temp menjaga keseimbangan a n t a ~ pemmhfm

(17)

dengan pelmtmian maka di- partisipasi

dari

komponen stakeholder l h y a dimmya Pemerinm Daerah yang berth& setxrgai pengambil k e p u w dengan pembuatan regulasi

yang

sah untuk mengatw upaya

w

m

tanpa

mmgikan masyambit agar tetap menjaga kelangsmgan ekosistem dengan kegiatan penyuluhan

dan

pembinam untuk pengembangan kegiatan budidaya.

Kemudian LSM

dan

kalangan akademisi yang memiliki tanggung j a d memberikan berbagai i n f o 6 b a d a d a m hasil-fiasil penelitian

dan

pembuatan pelatihan penilaian ekosistem tenxnbu kamng

dan

kegiatan budidaya seem

sed- Sehingga p e h t a n

dan

pengelom terumbu kmmg akan terwujud apabila masyarakat nelayan sebagai pelaku p e m b a n m mempunyai kesrtdaran mdiri terhadap lingkungannya sebagai mggung jamb

etika

dan

m o d

agar

t m b u kamng dapat diwariskan kepada generasi mendata..

Selain itu, kegiatan pengawasan dhsakan sangat penting Mamupaya pengelolm dengin tujuan bahwa peraturan yang telah dibuat deh Pemerintah Daerah dapat ditmpkan dengan baik sehingga kegiam yang sifatnya mefusak dapt terhindar

dan

meminimdisir konflik ddam upaya pananhatan.

Kondisi ekosistem tenrmbu k m g bila tetap terjaga kelesfafiannya maka perlu dilakukan sentuhan pengelolaan yang baik pula. Befdasarkan hasil penelitian (Harger 1994) menunjukan bahwa kecepam pemulihan t m b u karang di Banda Naera, Ambon (Indonesia) yang dilanda lava gunung api tahun 1989, telah pulih 80% pada tahun 1994 oleh batu jenis Acropora spp, Disini pemulihm t m b u k m g yang

rusaSr

dilmda lava tajadi sangat cepat, karena lava yang melanda tennnbu k m g kernudian mefupakan substrat yang baik dan bebas untuk penempelan larva karang batu (recruitment) jenis Acropora spp. yang dapat tumbuh cepat 25 d M u n dibanding dengan kecepam tumbub jenis Acropora di Kepulauan Seribu Jakarta yang hanya 2,5 d t a h u n . H d ini juga di dukung oleh kegiatam monitoring yang melibatkan masyarakat.

Hasil penelitian ini bila dihubungkan dengan kebijakan mum pengelolaan tefumbu karang

di

Indonesia memiiiki

tujuan

yang sama yaitu mengelola ekosistem tenrmbu kafang BerdasaPkan keseimbangan antara p e m a n ~ ~

dan

kelestarian yang dimcang da;n dil-akm swam terpadu

dan

sinergis oleh pemerintah dan pemerintah daaa& masyarakat, swasta,

perguruan

tinggi, smta

(18)

organisasi non pemerintah. Dari tujuan texsebut maka p e m d t a h Indonesia bekejasama dengan C o d Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap). Kegiatan Coremap sendiri telah mendcup di seluruh wilayah Indonesia dmi bagian barat sampai bagian timur Indonesia. Kegiatan ini telab banyak memberikan kontribusi terhadap rehabilitasi tennbu karang yang

ada

di Indonesia. Bedasarkan hasil penelitian Soekamo (2008) di daerah C o m a p pada tahun 2004 dan 2007 menunjukkan bahwa ada beberapa

daerah

yang kondisi tutupan terumbu karangnya meningkat diantaranya di bagian Indonesia barat adalah kabupaten Natuna dan Bintan. Kabupaten Natuna kondisi tutupan karang terjadi peningkatan 5,59%, sedangkan di kabupaten Bintan terjadi peningkatan 9,696. Di bagian Indonesia timur -&tan persen tutupan karang terdapat di kabupaten Selayar, Wakatobi, Buton dan Biak. Kabupaten Selayar tajadi peningkatan tutupan karang sebesstt 0,3%, di kabupaten Wakatobi 1,800/'0, di kabupaten Buton 1,59%,

clan

di kabupaten Biak sebesar 4,59%.

Melalui kerja m a ini, maka beberapa kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang dapat dilaksanakan dengan melibatkan semua stakeholder, kebijahmya addah :

1. Mengupayakan pelestarian, perlindungzsn, dan peningkatan kondisi ekosistem tenanbu karang, temtama bagi kepentingan m a s w a t yang kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada pemanfaatan ekosistem tersebut, berdasarkan pada kesadaran hukum dan penmdang-undangan yang beriaku

serta mengacu kepada standar-standar nasional dan internasional dalam

pengelolaan sumberdaya dam.

2. Mengembangkan kapasitas

dan

kapabilitas pemerintab dan pemerintab daerah dengan meningkatkan hubungan kerjasama antar institusi untuk dapat rnenyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan ekosistem tenrmbu karang berdasarlran prinsip keseimbangan antara pemanhatan sumberdaya alam yang sesuai dengan nilai-nilai kearifan masyamkat dan karakteristik biofisik dan kebutuhan pembangunan wilayah.

3. Menyusun rencana tata ruang dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut untuk

(19)

pesisir

dan

laut

seeam

nasiod serta mampu menjamin kelestarian fungsi ekologis terumbu karang dan pwhmbuhan ekonomi ka-.

4. Meningkatkan kerjasama, koordinasi dan kemitmn antara pemerintah dan pemerintah dam41 serta masyarakat dalam pengambilan keputusan mengenai pengelolaan ekosistem t m b u karang yang meliputi aspek perenemaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, pengawasan

dan

penegakan hukum. 5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui pengembangan

kegiatan ekonomi kerakyatan, dengan mempertimbangkan sosial budaya masyankit setempat dan tetap memperhatikan kelestarian ekosistem tennnbu karang dan lingkungan sekitar.

6. Mengemban* ilmu pengetahuan dan tekmlogi, penelitian, sistem informasi, pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaan ekosistem t e m b u karang dengan meningkatkan peran sektor swasta dan keTjasama internasional. 7. Menggali dan meningkatkan pendanaan untuk pengelolaan ekwistem terumbu

karang.

Ekosistem tenrmbu karang adalah ekosistem yang mengandung sumber daya dam yang dapat memberi manfaat besar bagi manusia. Dari itu diperlukan kearifan manusia untuk mengelolanya, yang bisa menjadikan sumber daya dam ini menjamin kesejahteraan manusia sepanjang

mnan.

Tanpa menghiraukan masa depan dan terus-menerus merusak, ekosistem tennnbu karang akan menjarti semacam padang gunm tandus di dalam laut yang hanya dipenuhi oleh patahan- patahan karang dan benda mati laimya. K a m a itu pengelolaan sangat diperlukan untuk mengatur aktivitas manusia serta mengumngi

dan

memantau

m-cm

pemanhatan yang mmsak. Pengelolaan terumbu k m g harus Masis pada keterlibatan masyarakat, sebagai pengguna langsung sumber daya laut

ini.

Ketalibatan masyarakat dalam pengelolaan s u m k daya tenrmbu k m g sangat penting mulai dalam tahap peren- pel- pemantauan sampai pada tahap evaluasi dari suatu

cara

pengeloaan.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu langkah lainnya yang dilakukan adalah dengan mengembangkan kegiatan dan kebijakan untuk membangun sistem kepatuhan internal yang baik, yaitu dengan

Secara tidak langsung pembacaan penulis dalam teks lagu “Kau Aku dan Obsesiku” dipengaruhi oleh Noe, vokalis sekaligus pengarang lagu itu, yang merupakan anak

Variables Removed Method 1 Kepuasan Pelanggan, Kualitas Pelayanan, Servicescape a.. All requested

Menjadi hal yang menarik bagi peneliti untuk menjelaskan bagaimana dinamika yang terjadi terkait penyesuaian dalam hal pelaksanaan Liturgi Sakramen Ekaristi yang

Dalam hal ini penulis menyimpulkan bahwa dari hasil pembahasan dan dari ketiga pengumpulan data yaitu observasi, kuesioner/angket serta wawancara terdapat kesamaan data

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis panjatkan atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Rasio keuangan Koperasi Wanita Kiblat Praya memiliki kondisi yang beragam yaitu berada. Untuk beberapa rasio berada dalam kondisi yang sangat baik diantaranya adalah rasio

Scene tersebut merepresentasikan dakwah bil hal dalam bidang syariah karena tokoh dalam film tersebut memberikan contoh yang baik dalam melakukan aktifitas dalam