• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat sentral dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. sangat sentral dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Pendidikan menjadi ukuran utama suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang memiliki kesejahteraan tinggi, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Pendidikan selalu berkembang seiring perubahan zaman demi terciptanya sumber daya manusia yang lebih berkualitas agar dapat terwujudnya bangsa yang sejahtera. Pendidikan yang berkualitas akan mampu menghadapi tantangan kehidupan dan berkemampuan secara proaktif untuk penyesuaian diri pada perubahan zaman (Marjan dkk., 2014:1-12).

Perkembangan dalam dunia pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dijalani demi tercapainya tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Agustina dan Fitrayanti, 2012:1).

Tujuan dari pendidikan nasional sebagaimana yang dimuat dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional salah satunya adalah usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa pendidikan

(2)

yang baik, bangsa Indonesia sulit mewujudkan tujuan yang tersebut. IPA merupakan salah satu mata pelajaran dikaitkan dengan kecerdasan bangsa yang memiliki peranan besar dalam menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya (Trianto, 2014:136). Secara umum IPA meliputi tiga bidang ilmu dasar, yaitu biologi, fisika, dan kimia.

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena alam. Tujuan pembelajaran fisika menurut BNSP (2006:160) adalah membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, memupuk sikap ilmiah, mengembangkan pengalaman, kemampuan bernalar dan berpikir dan menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan untuk mengembangkan pengetahuan. Pembelajaran fisika juga diharapkan berlangsung sesuai dengan kondisi ideal dari pembelajaran yakni terjadinya interaksi dua arah antara guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar.

Tujuan dalam pembelajaran fisika dapat diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengembangkan bahan ajar yang inovatif. Berdasarkan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses dijelaskan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar isi.

(3)

Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Satu elemen penting dalam RPP adalah sumber belajar, sehingga guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar.

Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pelajaran terdapat atau asal atau belajar seseorang (Ramayulis, 2010:213). Sumber belajar paling utama dalam islam adalah Al-Quran dan sunnah yang menjadi petunjuk dari segala aspek-aspek kehidupan manusia baik didunia maupun diakhirat. Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber belajar paling utama dijelaskan dalam Q.S An-Nahl/16: 64:

              

Artinya: “dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.(Q.S. Al-Nahl/16: 64)

Al-Maraghi (1974:147) menjelaskan bahwa tafsir Q.S Al-Nahl/16:64 adalah Al-Qur’an merupakan hakim diantara manusia mengenai apa yang mereka perselisihkan, dan Al-Qur’an adalah petunjuk bagi manusia menuju jalan yang lurus. Kedudukan Al-Qur’an dan sunnah, sebagai sumber belajar paling utama juga dijelaskan dalam Hadis Rasulullah SAW:

.

بِ يِّـ بِـ نَ نَـ نَّ سُ نَ بِ نَا نَـ بِ نَمبِه بِب كْ سُـ كْ نَّ نَم نَ نَم ا كْو ُّلبِضنَ كْـ نَ بِـكْ نَ كْمنَا بِ كْمسُ كْـ سُ كْ نَ نَ

(4)

tersesat selagi kamu berpegang teguh pada keduanya , yaitu berupa kita Allah dan Sunnah Rasul-Nya”.(HR. Malik)

Firman Allah SWT dalam Q.S An-Nahl/16:64 dan hadis Rasulullah SAW tersebut menggambarkan secara jelas bahwa Al-Qur-an dan Sunnah merupakan sumber pokok untuk belajar namun juga terdapat sumber tambahan dalam belajar karena yang dikatakan sumber belajar adalah segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (peserta didik) dan memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar. Sumber tambahan tersebut adalah segala ciptaan Allah SWT yang ada dilangit dan dibumi. Sumber tambahan tersebut diantaranya manusia, situasi belajar, mass media, alat dan perlengkapan mengajar, aktivitas, alam lingkungan, perpustakaan dan bahan pengajaran seperti bahan ajar cetak, film dan lain-lain (Ramayulis, 2010:215). Salah satu bagian dari sumber belajar tambahan yang memiliki peranan penting dalam terwujudnya tujuan pendidikan adalah bahan ajar.

Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai salah satu bagian dari sumber belajar yang membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Septiani dkk., 2013:360). Proses belajar mengajar akan berjalan aktif, efektif, kreatif, menarik dan menyenangkan bila didukung dengan tersedianya bahan ajar (Ulfah dkk., 2013:240). Mutu pembelajaran masih rendah ketika guru hanya terpaku pada bahan ajar yang konvensional tanpa ada kreatifitas untuk mengembangkan bahan ajar tersebut secara inovatif. Bahan ajar konvensional adalah bahan ajar tinggal pakai, tinggal beli, instan serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusun sendiri (Ramadani dkk., 2014:98).

(5)

Hilwa dkk. (2014:193) menyatakan bahwa, “Berbagai macam usaha telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran fisika diantaranya pengembangan kurikulum, metode, strategi, perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan profesionalisme guru melalui pelatihan, sertifikasi guru, serta inovasi berbagai pendekatan, dan model pembelajaran”. Namun kenyataannya dalam pembelajaran fisika pencapaian kompetensi peserta didik masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM), aktivitas belajar peserta didik masih perlu ditingkatkan, dan inovasi pembelajaran masih perlu dikembangkan.

Persoalan yang terjadi saat ini adalah kebanyakan guru tidak mengembangkan bahan ajar sendiri melainkan membeli dari agen buku. Padahal bahan ajar dari agen tersebut kurang sesuai dengan kurikulum yang digunakan dan kondisi sekolah serta kondisi peserta didik. Berdasarkan hasil observasi dikelas X IPA MAN Salido diperoleh informasi bahwa bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran berupa buku cetak dan LKS yang hanya berisikan materi, contoh soal dan evaluasi tanpa memberikan serangkaian aktifitas kepada peserta didik dalam mengkonstruk pengetahuan. Hal ini disebabkan karena minimnya akses internet dan keterbatasan biaya yang membuat guru memakai bahan ajar yang ada. Dari hasil wawancara dengan peserta didik kelas X IPA MAN Salido diperoleh informasi bahwa sebagian peserta didik menganggap bahwa fisika itu sulit dan identik dengan rumus, peserta didik merasa kesulitan mencari sumber belajar yang sesuai dengan pembelajaran, kesulitan dalam belajar aktif dan mandiri serta mengaku merasa

(6)

bosan dengan pelajaran fisika. Dari hasil wawancara dengan guru fisika MAN Salido diperoleh informasi bahwa disekolah tersebut belum tersedia bahan ajar yang sudah dikembangkan dan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang direkomendasikan oleh K-13 sedangkan dari aspek keadaan peserta didik terjadinya penurunan perhatian, motivasi dan minat belajar yang semakin lama justru semakin berkurang. Selain itu pencapaian kompetensi fisika masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum seperti yang terlihat pada tabel 1.1.

Tabel 1. 1 Nilai Rata-rata Ujian Tengah Semester I Mata Pelajaran Fisika Kelas X IPA MAN SalidoTahun Pelajaran 2016/2017

Kelas Jumlah Peserta Didik Nilai Rata-Rata

Persentase Ketuntasan Peserta Didik

Tuntas Belum Tuntas Jumlah Peserta Didik Persentase (%) Jumlah Peserta Didik Persentase (%) X IPA 1 26 65.85 9 35 17 65 X IPA 2 23 73.96 10 43 13 57 X IPA 3 26 62.27 7 27 19 73

Sumber. Guru Mata Pelajaran Fisika

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata fisika masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu ≥ 75,00 ini mengindikasikan bahwa pencapaian kompetensi fisika ranah kognitif masih rendah dan motivasi belajar peserta didik masih perlu ditingkatkan.

Menyikapi permasalahan tersebut peneliti tertarik mengembangkan sebuah bahan ajar berupa lembar kerja peseta didik (LKPD) yang dapat dapat memfasilitasi peran peserta didik dalam pembelajaran. Pemilihan lembar kerja peseta didik (LKPD) sebagai bahan ajar yang dikembangkan karena LKPD merupakan wadah yang tepat untuk melakukan aktifitas pembelajaran. LKPD menjadikan peserta didik tidak hanya membaca materi untuk memahami suatu

(7)

konsep, melainkan melakukan aktifitas yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan untuk mendapatkan atau menerapkan konsep yang diinginkan (Ladyana dkk., 2014:397).

LKPD merupakan salah jenis dari bahan ajar cetak yang terdiri dari lembar-lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Lembar kegiatan peserta didik berfungsi sebagai alat untuk memberikan pengayaan terhadap hasil belajar, karena pekerjaan yang dibuat dapat memperluas dan memperkaya materi pembelajaran yang dipelajari (Hilwa dkk., 2014:194). LKPD yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKPD berbasis inkuiri terbimbing.

Penelitian sebelumnya sudah ada yang mengembangkan LKPD berbasis inkuiri terbimbing namun pada penelitian ini terdapat beberapa inovasi dari penelitian sebelumnya. Diantaranya adalah perangkat pembelajaran fisika yang dikembangkan oleh Chodijah, dkk tahun 2012 dengan menggunakan model guided inquiry. Salah satu perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKS khusus pada materi gerak melingkar semester 1 kelas X SMA. Selanjutnya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif pada Materi Kalor oleh Astuti & Setiawan tahun 2013 penelitian ini khusus mengembangkan LKS pada materi suhu dan kalor kelas VII SMP. Selanjutnya adalah LKS berbasis Inkuiri Terbimbing yang dikembangkan oleh Wahyuningsih, dkk tahun 2014,

(8)

LKS yang dikembangkan khusus membahas materi hidrolisis garam untuk SMA/MA.

Beberapa hasil penelitian yang sudah ada ini membuat penulis tertarik untuk mengembangkan LKPD berbasis inkuiri terbimbing dengan membuat sebuah inovasi dari penelitian sebelumnya. Penulis ingin melakukan sebuah inovasi dari segi penyajian materi, pemberian pesan-pesan keagamaan dan pengembangan LKPD berbasis inkuiri terbimbing khusus untuk K-13 Madrasah Aliyah.

LKPD berbasis inkuiri terbimbing merupakan LKPD yang penyusunannya didasarkan pada sintak model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing sesuai dengan kondisi ideal yang dituntut dalam pembelajaran yakni interaksi dua arah antara guru dan peserta didik (Putra, 2013:39). Dalam model pembelajaran inkuiri terbimbing materi yang disajikan guru bukan saja diberikan dan diterima oleh peserta didik, tetapi peserta didik diupayakan sedemikian rupa sehingga mereka memperoleh berbagai pengalaman dalam rangka menemukan sendiri konsep-konsep yang direncanakan oleh guru. Dengan inkuiri terbimbing peserta didik diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Sedangkan tujuan utama model inkuiri terbimbing adalah mengembangkan keterampilan intelektual, berpikir kritis, dan mampu memcahkan masalah secara ilmiah (Asmawati, 2016:3).

Pemilihan model inkuiri terbimbing juga didasarkan atas kelebihan dari inkuiri terbimbing. Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan oleh K-13. Pemilihan jenis inkuiri

(9)

terbimbing cocok digunakan untuk tingkat SMA/MA dikarenakan inkuiri terbimbing menyediakan lebih banyak arahan untuk peserta didik yang belum siyap untuk menyelesaikan masalah dengan inkuiri tanpa bantuan karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan atau belum mencapai tingkat perkembangan kognitif yang diperlukan (Asmawati, 2015:7). Selain itu pemilihan model inkuiri terbimbing juga di dasarkan pada karakteristik dari mata pelajaran fisika sebagai ilmu pasti, dalam menyelesaikan permasalahan fisika hingga melahirkan sebuah kesimpulan, merujuk pada satu alternatif kesimpulan penyelesaian permasalahan yang benar. Berbeda dengan mata pelajaran sosial yang bisa melahirkan berbagai alternatif kesimpulan dari permasalahan yang diselesaikan.

Putra (2013:91) menyatakan bahwa alasan penggunaan model ini adalah dengan menemukan sendiri tentang konsep yang dipelajari, peserta didik akan lebih memahami ilmu, dan ilmu tersebut akan bertahan lama. Sedangkan Bloser dalam Putra (2013:91) mengemukaan alasan rasional penggunaan model inkuiri yakni peserta didik akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai sains, dan lebih tertarik terhadap sains jika dilibatkan secara aktif dalam “melakukan” sains.

Pemilihan materi LKPD berbasis inkuiri terbimbing didasarkan atas pertimbangan dari karakteristik model pembelajaran inkuiri terbimbing degan materi yang dipilih. Materi momentum, impuls dan tumbukan lebih sesuai untuk kegiatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam sebuah aktifitas dalam penemuan konsep. Selain itu materi momentum, impuls dan

(10)

tumbukan merupakan materi dimana peserta didik sering merasa kesulitan dalam mempelajarinya terutama penerapan hukum kekekalan momentum dan tumbukan.

Menyikapi permasalah tersebut, penulis bermaksud melakukan penelitian pengembangan dengan judul “ Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Momentum, Impuls dan Tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido”

B. Identifikasi Masalah

Sejumlah permasalahan yang dapat menjadi fokus penelitian yang berhubungan dengan “Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Momentum, Impuls dan Tumbukan” dapat di identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru MAN Salido masih memakai bahan ajar konvensional akibat keterbatasan biaya.

2. Peserta didik merasa bosan dan kurang tertarik dengan pelajaran fisika karna belum tersedianya bahan ajar yang menarik.

3. Belum adanya lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Inkuiri Terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan.

4. Belum adanya LKPD berbasis Inkuiri Terbimbing pada momentum, impuls dan tumbukan yang valid, praktis dan efektif.

5. Hasil belajar peserta didik masih rendah. C. Pembatasan Masalah

(11)

1. Bahan ajar yang kurang menarik, masih konvesional dan belum tersedianya bahan ajar yang sesuai dengn K-13 sehingga peneliti mengembangkan bahan ajar berbentuk lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis Inkuiri Terbimbing yang dibatasi pada materi momentum, impuls dan tumbukan. 2. Penelitian ini melihat validitas dari lembar kerja peserta didik (LKPD)

berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan. 3. Penelitian ini melihat praktikalitas dari lembar kerja peserta didik (LKPD)

berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan. 4. Penelitian ini melihat efektifitas dari lembar kerja peserta didik (LKPD)

berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan terbatas respon peserta didik.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido?

2. Apakah lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido valid?

3. Apakah lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido praktis?

(12)

4. Apakah lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido efektif?

E. Tujuan Penelitian

1. Menghasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido.

2. Mengahasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido yang valid.

3. Mengahasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido yang praktis.

4. Mengahasilkan lembar kerja peserta didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan kelas X Madrasah Aliyah Negeri Salido yang efektif.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan studi lanjutan yang relevan dan digunakan sebagai reverensi baru terkait dengan pengembangan LKPD fisika berbasis inkuiri terbimbing. Selain itu, sebagai langkah praktis mengembangkan ilmu-ilmu pendidikan khususnya pada bidang sains.

(13)

2. Manfaat Praktis

Pengembangan bahan ajar LKPD berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan diharapkan menjadi alternatif sumber belajar kelas X MA/SMA. Manfaat pengembangan LKPD berbasis inkuiri terbimbing antara lain:

a. Bagi guru, memberi alternatif LKPD berbasis inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan pemahaman konsep dan hasil belajar peserta didik serta dapat memotivasi untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan LKPD fisika yang lain.

b. Bagi peserta didik, menggunakan LKPD fisika berbasis inkuiri terbimbing peserta didik lebih termotivasi dan mandiri dalam belajar serta sebagai alternatif dalam penggunaan media pembelajaran yang bermutu dan menarik.

c. Bagi peneliti lain, sebagai informasi untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

G. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan berupa bahan ajar yang terdiri atas bahan pelajaran untuk peserta didik dan guru dengan spesifikasi sebagai berikut: 1. Materi yang disampaikan terfokus pada materi momementum, impuls dan

tumbukan untuk kelas X dengan spesifikasi wujud fisik dari produk yang dihasilkan adalah berupa bahan ajar.

2. Bahan ajar ini berisi materi dan langkah-langkah dalam melakukan kegiatan.

(14)

3. Akhir kegiatan akan diberikan pertanyaan yang berhubungan dengan kegiatan agar peserta didik dapat menganalisis dan merumuskan kesimpulan.

4. LKPD ini lebih mengarah pada kegiatan-kegiatan dalam mengkonstruk pemahaman sehingga menciptakan pembelajaran yang aktif.

5. LKPD berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan memiliki inovasi dalam segi dimunculkannya pesan-pesan islami, teka-teki silang dan beberapa tokoh ilmuan islam yang belum dimiliki oleh peneliti sebelumnya. H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

1. Asumsi

Beberapa asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. LKPD disusun dengan didisain sekreatif mungkin, sehingga peserta

didik tidak merasa bosan selama proses pembelajaran.

b. Peserta didik menjadi lebih terarah dengan LKPD yang telah dikembangkan.

c. Peserta didik sebagai subyek penelitian dalam proses pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang telah dikembangkan.

2. Keterbatasan

Penelitian ini memiliki keterbatasan, adapun keterbatasan penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pengembangan LKPD berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan.

(15)

b. Pengembangan LKPD berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan hanya digunakan oleh peserta didik kelas X IPA 3 MAN Salido.

c. Materi yang dikaji dalam pengembangan LKPD ini hanya membahas momentum, impuls dan tumbukan.

d. Tingkat keefektifan LKPD berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan dibatasi melihat efektifitas penggunaan LKPD terhadap respon peserta didik.

e. Pengembangan LKPD berbasis inkuiri terbimbing pada materi momentum, impuls dan tumbukan menggunakan model 4-D.

3. Defenisi Operasional

a. Pengembangan adalah aplikasi sistematis dari pengetahuan atau pemahaman yang diarahkan pada produksi bahan yang bermanfaat, perangkat, dan sistem atau metode, termasuk desain, pengembangan dan peningkatan prioritas serta proses baru untuk memenuhi persyaratan tertentu.

b. Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan guru atau bersumber dari buku teks kemudian peserta didik bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut dibawah bimbingan intensif guru.

c. Momentum merupakan besaran vektor yang memiliki nilai dan arah atau secara matematisnya dinyatakan dengan hasil perkalian antara massa dan kecepatan.

Gambar

Tabel 1. 1 Nilai Rata-rata Ujian Tengah Semester I Mata Pelajaran Fisika  Kelas X IPA MAN SalidoTahun Pelajaran 2016/2017

Referensi

Dokumen terkait

Pelaku Usaha dilarang melakukan pemasokan Barang dan/atau Jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga sangat rendah dengan maksud untuk menyingkirkan

 Expected monetary value  Expected opportunity loss  Return to risk ratio.  Introduced expected profit under certainty

Menurut Whitten dan Bentley (2007, p371), UML adalah suatu kumpulan konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan atau menggambarkan suatu sistem perangkat

 Pada bulan Desember 2015 Nusa Tenggara Barat mengalami inflasi sebesar 0,92 persen. Angka inflasi ini berada dibawah angka inflasi nasional yang tercatat sebesar 0,96 persen. Untuk

(3) Apabila permohonan penghentian IPFR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum ditetapkan sampai dengan berakhirnya jangka waktu izin penggunaan spektrum frekuensi

Berdasarkan hasil yang tertera di tabel 1 didapatkan bahwa pasien perempuan pada DR NPDR lebih banyak di bandingkan pasien laki- laki.. Hal ini sesuai dengan

Tujuan penulisan skripsi ini ialah menciptakan game multiplayer pada telepon seluler dengan data yang tersentralisasi, dan memberikan alternatif game bagi gamers

merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur”. Butir soal yang tidak valid sebaiknya digugurkan dengan