• Tidak ada hasil yang ditemukan

yang tidak terduga. Seperti seseorang yang mengalami kecelakaan, memperoleh penyakit, dan lain-lain yang dapat menimbulkan luka sehingga merusak kesem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "yang tidak terduga. Seperti seseorang yang mengalami kecelakaan, memperoleh penyakit, dan lain-lain yang dapat menimbulkan luka sehingga merusak kesem"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

SELF-DISCLOSURE PADA REMAJA YANG MENGALAMI

KETUNADAKSAAN KARENA KECELAKAAN

ABSTRAK

Seorang remaja yang menyandang cacat fisik (tuna daksa) bawaan yang sudah sejak lahir dihadapkan kepada kenyataan bahwa dirinya menderita tuna daksa, cenderung lebih mudah membuka diri (self-disclosure) terhadap lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena mereka bisa menerima kenyataan yang sudah digariskan kepada mereka, lain halnya dengan remaja cacat fisik (tuna daksa) yang diperoleh karena kecelakaan, mereka lebih sulit menerima kenyataan karena sebelumnya ia pernah merasakan hidup sebagai orang normal dan pada umumnya mereka membutuhkan waktu untuk bisa membuka diri (self-disclosure) terhadap lingkungan sekitarnya.

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti gambaran self-disclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan dan juga untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan terjadinya self-disclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang berbentuk studi kasus.

Subjek penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki berusia 17-20 tahun yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan kendaraan bermotor. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dan observasi non partisipan terhadap satu orang subjek dan juga satu orang significant others.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran self-disclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan dapat dilihat dari komponen self-disclosure yaitu jumlah informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif atau negatif, dalam suatu pengungkapan diri, waktu pengungkapan diri, dan lawan bicara. Sedangkan untuk faktor-faktor yang menyebabkan bisa dilihat dari lima faktor yaitu faktor beliefs, faktor relationships, faktor personal matters, faktor interest, dan faktor intimate feelings.

Kata kunci : Self-disclosure, remaja, tuna daksa, dan kecelakaan

PENDAHULUAN merasakan kesedihan, dengan apa yang

kekecewaan, kegagalan diharapkan atau harapan Di dunia ini pasti karena kehidupan yang yang telah diperoleh tiba-semua orang pernah dijalaninya tidak sesuai tiba sirna karena kejadian

Arifianti Fajar Jayanti

Universitas Gunadarma arifianti@yahoo.com

▸ Baca selengkapnya: apabila seseorang mengalami kemarahan sehingga hidupnya menderita dan sengsara orang itu dikuasai oleh sifat

(2)

yang tidak terduga. Seperti seseorang yang mengalami kecelakaan, memperoleh penyakit, dan lain-lain yang dapat menimbulkan luka sehingga merusak kesempurnaan tubuh yang

dimiliki. Pada

kenyataannya peristiwa yang tidak diinginkan ini menimbulkan reaksi yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada orang-orang y a n g t i d a k d a p a t menerima, tetapi ada juga orang-orang yang justru b a n g k i t d a n b a h k a n mendapatkan hal-hal yang luar biasa ditengah-tengah

kekecewaan yang dialaminya (Anggraeni, 2008). Menurut Erikson (dalam Papalia, 1998) mengungkapkan istilah n o n n o r m a t i f u n t u k kejadian yang datangnya tidak terduga dan tidak diharapkan. Salah satu kejadian non normatif adalah kecelakaan atau j u g a s a k i t y a n g mengakibatkan kecacatan dan membuat anggota tubuh menjadi kehilangan fungsinya. Individu yang mengalami hal tersebut biasanya dikenal dengan sebutan penyandang tuna daksa.

Penyebab terjadinya tuna daksa menurut

Suharman (dalam

Isparjianti, 2008) ada empat faktor yaitu faktor penyakit, peperangan, kecelakaan dalam pekerjaan, dan kecelakaan

lalu lintas. Faktor yang pertama penyakit, dengan adanya kemajuan di bidang ilmu kedokteran maka angka kecacatan akan m e n i n g k a t , h a l i n i disebabkan orang yang menderita penyakit tertentu dapat diselamatkan

jiwanya tetapi

meninggalkan bekas yaitu cacat. Adapun penyakit-p e n y a k i t y a n g d a penyakit-p a t menyebabkan kecacatan, misalnya penyakit polio, TBC tulang, TBC sendi, dan catitis lepra. Yang ke d u a p e p e r a n g a n , merupakan bencana yang t i d a k m e n i m b u l k a n keuntungan bagi semua pihak. Bagi mereka yang m enang m aupun ya ng k a l a h m e n g a l a m i pengorbanan yang besar. Akibat dari peperangan ini b a n y a k k o r b a n y a n g mengalami kecacatan, cacat karena perang ini dapat berupa kaki atau tangannya di amputasi. Yang ke tiga kecelakaan dalam pekerjaan, apabila

bekerja di perusahaan tentu berhadapan dengan mesin-mesin. Dalam menjalankan mesin-mesin tersebut ada kalanya orang bekerja

mengalami suatu

kelengahan yang

mengakibatkan terjadinya k e c e l a k a a n k e r j a . Kecelakaan kerja dapat berupa anggota tubuhnya tergilas oleh mesin. Yang k e e m p a t k a r e n a kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan yang dapat

menyebabkan orang menjadi cacat antara lain kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan karena lalu lintas ini dapat berupa j at uh dari kendaraan, tertabrak mobil, dan tergilas kereta api.

Kebanyakan orang memandang remaja tuna daksa dari sudut kesamaan akan kelebihan-kelebihan dalam diri mereka untuk mengembangkan potensi y a n g d i m i l i k i n y a , ketimbang pandangan yang semata-mata mengekspos s e g i k e k u r a n g a n n y a . Namun tidak sedikit pula orang yang melihat remaja t u n a d a k s a d a r i kecacatannya. Oleh karena i t u , p a n d a n g a n y a n g mendahulukan sifat positif pada remaja tuna daksa perlu dimasyarakatkan agar kesempatan membuka diri-nya (self-disclosure) semakin lebar (Agung, 2009).

Keterbukaan diri atau

self-disclosure dapat didefinisikan sebagai sesuatu proses dimana individu mengungkapkan baik secara verbal maupun n o n v e r b a l m e n g e n a i informasi dirinya yang bersifat personal termasuk piki ran, perasaan dan pengalaman-pengalaman dirinya (Derlega, Mett, Petronia, dan Marquils, 1993).

Self-disclosure

memiliki fungsi yait u untuk dapat memprediksi pikiran dan tindakan orang

(3)

yang dikenal. Self-disclosure adalah satu cara

unt uk bel aj ar t ent ang bagai m ana orang l ai n berpikir dan merasa. Setelah satu orang melakukan self-disclosure, itu tersirat bahwa orang l a i n j u g a a k a n mengungkapkan informasi pribadi. Hal ini dikenal s ebagai norm a t i mbal balik, untuk memperdalam pengungkapan

kepercayaan dalam hubungan dan membantu kedua orang saling lebih memahami, serta dapat juga datang untuk merasa lebih baik tentang diri sendi ri dan hubungan d e n g a n o r a n g l a i n menerima apa yang akan dikatakan pada orang lain (Aiken, 1999).

Setiap individu tentu m e m i l i k i s i f a t y a n g b e r b e d a - b e d a a n t a r a individu yang satu dengan individu yang lainnya, begitu pula dengan remaja. Di satu sisi ada remaja y a n g m u d a h u n t u k m e m b u k a d i r i ( s e l f

-disclosure) terhadap orang

lain, namun di sisi lain ada j u g a ya n g c e n d e r u n g menutup diri dan lebih s u k a m e n y i m p a n masalahnya sendiri tanpa perlu diketahui orang lain (Sudjadi, 2008).

Seorang remaja yang menyandang cacat fisik (tuna daksa) bawaan yang s u d a h s e j a k l a h i r dihadapkan kepada kenyataan bahwa dirinya

menderita tuna daksa, cenderung lebih mudah membuka diri

(self-d i s c l o s u r e ) t e r h a (self-d a p

lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena mereka bisa menerima kenyataan yang sudah digariskan kepada mereka (Sudjadi, 2008).

Lain halnya dengan remaja cacat fisik (tuna daksa) yang diperoleh karena kecelakaan, mereka l e b i h s u l i t m e n e r i m a k e n y a t a a n k a r e n a sebelumnya ia pernah merasakan hidup sebagai orang normal, dan pada u m u m n y a m e r e k a membutuhkan waktu untuk bisa membuka diri

(self-disclosure) terhadap lingkungan sekitarnya (Sudjadi, 2008). TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Self-disclosure Sifat keterbukaan adalah suatu hal yang mempengaruhi kondisi mental individu dalam mengungkapkan

perasaannya tentang berbagai macam emosi yang ia rasakan dalam hidupnya. Self-disclosure atau keterbukaan diri atau yang lazim dikenal dengan pengungkapan diri adalah suatu komunikasi dimana seseorang dengan suka rela dan dengan sangat berkeinginan untuk memberitahukan informasi yang akurat mengenai

dirinya kepada orang lain, dimana orang lain itu tidak mungkin dapat mengetahui atau mendapatkannya dari sumber lain (Pearson, 1983). Menurut Jourard (dalam Derlega, 1983) Self-disclosure adalah s u a t u t i n d a k a n u n t u k menunjukan diri, memperlihatkan diri sehingga orang lain memahaminya.

Kemudian menurut

Johnson (dalam

Supratiknya, 1995) mendefinisikan

keterbukaan diri atau

Self-disclosure sebagai usaha

untuk mengungkapkan reaksi atau tanggapan individu terhadap situasi yang s edang dihadapi individu serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau informasi yang berguna u n t u k m e m a h a m i tanggapannya di masa kini.

Sedangkan menurut R i c e ( 2 0 0 2 ) , S e l f

-disclosure adalah suatu

bentuk komunikasi yang menawarkan informasi mengenai di ri s endiri kepada orang lain. Hal ini s e n a d a d e n g a n y a n g diungkapkan Papu (2002). Menurutnya self-disclosure a d a l a h p e m b e r i a n informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Info ini dapat mencakup b e r b a g a i h a l s e p e r t i p e n g a l a m a n h i d u p , perasaan, emosi, pendapat, cita-cita, dan sebagainya.

(4)

Berdasarkan

penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa self-disclosure

adalah suatu tindakan untuk menunjukan diri atau memperlihatkan diri sehingga orang lain bisa lebih memahaminya atau bisa juga dikatakan sebagai suatu bentuk komunikasi

yang menawarkan

informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain.

Komponen Self-disclosure Beberapa pakar psikologi telah menemukan sejumlah ukuran-ukuran berupa komponen, dimana ukuran ini digunakan untuk dapat memperjelas kompleksnya s i f a t d a s a r d a r i pengungkapan diri

(self-disclosure) dan selama hal

tersebut dapat menjadi p e t u n j u k b a g i s i k a p pengungkapan diri (Pearson, 1983). Komponen tersebut antara lain sebagai berikut : a. Jumlah informasi yang diungkapkan

Self-disclosure atau pengungkapan diri dapat d i t e n t u k a n d e n g a n membandingkannya

dengan jumlah keseluruhan dari informasi. Setiap

orang tidak

mengungkapkan dirinya dengan jumlah informasi yang sama mengenai diri m e r e k a s e n d i r i . Pengungkapan diri ini

harus bersifat timbal balik (reciprocal). Jika individu banyak mengungkapkan diri kepada orang lain, m un gki n i ndi vi du i t u merasa bebas juga untuk mengungkapkan dirinya. Namun jika seseorang t i d a k i n g i n b e r b a g i informasi dengan orang lain maka kemungkinan o r a n g t e r s e b u t t i d a k m e r a s a b e b a s u n t u k mengungkapkan mengenai dirinya. Pola timbal balik i n i h a r u s s t a b i l d a n mungkin dapat terjalin dalam lima menit pertama dari percakapan (interaksi). b. Sifat dasar yang positif atau negatif

Pengungkapan diri bervariasi, dalam kaitannya dengan sifat dasar positif atau negatif. Pengungkapan diri ini bersifat positif menyangkut p e r n y a t a a n t e n t a n g seseorang yang mungkin d a p a t d i k a t e g o r i k a n sebagai sanjungan atau pujian. Sedangkan yang negatif adalah pernyataan kritik terhadap seseorang. Pengungkapan diri yang bersifat negatif dapat menyebabkan masalah b a g i o r a n g l a i n j i k a dilakukan secara berlebihan. Informasi normatif, berkaitan dengan ukuran positif dan negatif dari ungkapan diri muncul dan berkai t an dengan tingkat keintiman atau ketidakintiman dari

informasi yang

diungkapkan.

c . D a l a m suatu pengungkapan diri

Pengungkapan diri bisa bersifat dalam (hangat) atau dangkal. Komunikasi mengenai aspek-aspek t e n t a n g d i r i p r i b a d i individu yang sifatnya unik dan dapat menyebabkan tersinggung, termasuk juga tujuan spesifik individu dan kehidupan pribadinya, maka komunikasi tersebut termasuk kedalam jenis komunikasi yang dalam ( h a n g a t ) . U n g k a p a n -ungkapan seperti hobi yang disukai adalah suatu yang bersifat dangkal, sedangkan ungkapan-ungkapan tentang keinginan-keinginan seksual termasuk ungkapan yang bersifat dalam.

d. Waktu pengungkapan diri

Pengungkapan diri ini d a p a t k i t a k e t a h u i berdasarkan waktu kapan terjadinya dalam suatu hubungan, durasi dari s u a t u h u b u n g a n mempengaruhi kuantitas dari jenis pengungkapan d i r i ya n g d i l a k u k a n . Biasanya individu memulai untuk mengungkapkan dirinya dengan suatu informasi non pribadi yang positif dengan diikuti oleh informasi yang bersifat netral. Jadi waktu adalah suatu ukuran yang penting dari pengungkapan diri y a n g s e b a i k n y a diperhatikan pada saat ak an m en gu n gk apk a n

(5)

informasi di ri kepada orang lain.

e. Lawan bicara

Lawan bicara dalam

Self-disclosure adalah orang

y a n g k i t a t u j u u n t u k m e l a k u k a n s u a t u pengungkapan diri. Lawan b i c a r a d a p a t d i b a g i kedalam salah satu dari empat kategori berikut ini:

1) Merupakan seseorang teman akrab yang sangat memperhatikan dan saling berhubungan

2) Merupakan seseorang yang jarang berhubungan dengan anda tetapi dia adalah seseorang yang sangat tepat untuk mengungkapkan diri dikarenakan suatu persahabatan yang sedang terjalin, tugas atau sedang membahas suatu topik

3) Merupakan seseorang pendengar yang mungkin tidak sering berhubungan, dan pengungkapan diri ini terjadi karena baru saling kenal.

4) Merupakan orang yang m u n gk i n t i d ak c u ku p t e r l i b a t d a n m u n gk i n menerima pengungkapan di ri di m ana ti dak ada permohonan yang dibuat.

Jenis-jenis Self-disclosure Menurut Derlega, M e t t , P e t r o n i a , d a n Marquils (1993),

Self-disclosure terdiri atas dua

hal yaitu :

a. Descriptive Self-disclosure

Pengungkapan secara deskriptif ini terdiri dari informasi dan kenyataan tentang diri sendiri berupa penggambaran tentang karakteristik pribadi i n d i v i d u b a i k s e c a r a personal maupun umum, misalnya : “Saya memiliki kebiasaan minum kopi setiap hari... ”

b. Evaluate Self-disclosure

Pengungkapan diri yang bersifat mengevaluasi ini b e r i s i e k s p r e s i a k a n perasaan yang bersifat personal atau pribadi, pendapat dan penilaian,

misalnya ...” Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Self-disclosure

Magno, Cuason, dan F i g u e r o a ( 2 0 0 8 ) , menemukan lima faktor yang di duga menyebabkan terjadinya self-disclosure. Ke lima faktor tersebut adalah :

a. Faktor beliefs

(kepercayaan)

Faktor beliefs merupakan f a k t o r y a n g b e r i s i pengungkapan

kepercayaan pada agama dan ide-ide atau pandangan terhadap topik tertentu. Dalam mengungkapkan faktor beliefs, individu dapat berbagi pemikiran dan emosi yang dialami

terkait dengan

kepercayaannya kepada Tuhan, serta berbagi konsep, persepsi, dan pandangan spiritualnya.

b. Faktor relationships (hubungan)

Faktor relationships

merupakan faktor yang menggambarkan hubungan dengan teman atau sesama.

c. Faktor personal matters (masalah pribadi)

Faktor personal matters merupakan faktor yang berisi pengungkapan r a h a s i a d a n s i k a p seseorang serta persoalan pribadi.

d. Faktor interest (minat atau ketertarikan)

Faktor interest merupakan f a k t o r y a n g b e r i s i pengungkapan selera dan persepsi.

e. Faktor intimate feelings (perasaan yang intim) Faktor intimate feelings merupakan faktor yang berisi pengungkapan perasaan-perasaan

mengenai diri sendiri, perasaan terhadap masalah yang sedang dihadapi, perasaan cinta, kesuksesan, dan kefrustasian. Karakteristik Self-disclosure A d l e r d a n R o d m a n (1988), mencoba menghubungkan

keterbukaan diri dengan model ‘Johari Window’.

Diri seseorang

digambarkan sebagai sebuah jendela yang “Saya

mencintaimu... .”atau saya tidak suka melakukan itu

(6)

memiliki beberapa bagian y a n g b e r i s i t e n t a n g berbagai hal seperti hal yang disukai maupun yang tidak disukai, cita-cita, rahasia, kebutuhan, dan lain-lain. Bagian-bagian dari jendel a i ni dapat ber ub ah- ub ah s ej al an dengan waktu, suasana hati (mood), topik pembicaraan dan corak hubungan yang terjalin. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka keterbukaan diri m e m i l i k i b e b e r a p a karakteristik, antara lain :

a. Muncul dalam hubungan pasangan (satu lawan satu) walaupun memungkinkan untuk membuka diri dalam kelompok, namun adanya komunikasi biasanya muncul dalam konteks satu lawan satu, atau hubungan antar pribadi yang berpasangan (‘dyad’).

b . K e t e r b u k a a n diri

berlangsung simetrikal Keterbukaan diri akan berlangsung jika ada derajat keterbukaan yang sama diantara pasangan yang berkomunikasi.

c. Keterbukaan diri muncul bertahap

Keterbukaan diri akan makin meningkat dengan bertambahnya waktu.

d. Keterbukaan diri muncul dalam hubungan yang positif

Individu akan bersedia u n t u k m e l e p a s k a n informasi tentang diri pribadi pada orang lain h a n y a j i k a i n d i v i d u tersebut merasa diterima.

e . Keterbukaan diri dilandasi oleh rasa ‘trust’ (percaya)

Keterbukaan diri dilandasi oleh rasa percaya antara kedua pihak. Kedua pihak menyadari dan bersedia mengambil segala resiko yang berhubungan dengan membuka diri.

Pengertian Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi remaja”. Menurut Piaget (dalam H u r l o c k , 1 9 9 2 ) m a s a remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dal am t i ngkat an ya ng sama.

Dari uraian diatas maka d a p a t d i s i m p u l k a n mengenai remaja yaitu t a h a p d i m a n a perkembangan fisik (alat-alat kelamin) manusia t e l a h m e n c a p a i kematangannya dan dapat berfungsi secara sempurna. Lalu individu disibukkan dengan dirinya sendiri yang dilatarbelakangi oleh pubert as geni tal ya ng memberi berbagai peluang konflik yang berhubungan dengan seks, pekerjaan, keyakinan diri dan filsafat hidup.

Tugas-tugas

Perkembangan Masa Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakkan serta berusaha u n t u k m e n c a p a i kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (dalam Ali dan Asrori, 2005) adalah :

a. Mampu menerima keadaan fisiknya.

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis. d. Mencapai kemandirian emosional. e. Mencapai kemandirian ekonomi. f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

i. Mempersiapkan diri

untuk memasuki

(7)

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Karakteristik Umum Remaja

Menurut Erikson (dalam Ali dan Asrori, 2005) masa remaja seringkali dikenal dengan masa mencari jati diri atau yang disebut dengan identitas ego. Ini terjadi kerena masa remaja m e r u p a k a n p e r a l i h a n antara masa kehidupan a n a k - a n a k d a n m a s a kehidupan orang dewasa. O l e h k a r e n a i t u , a d a sejumlah sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, yaitu sebagai berikut :

a. Kegelisahan b. Pertentangan c. Mengkhayal d. Aktifitas Berkelompok e. Keinginan Mencoba Segala Sesuatu

Pengertian Tuna Daksa Tuna daksa adalah suatu k e a d a a n r u s a k a t a u terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot , dan sendi dal am fungsinya yang normal. Kondisi ini disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir. Tuna daksa sering juga diartikan sebagai s u a t u k o n d i s i y a n g menghambat kegiatan individu sebagai akibat

kerusakan atau gangguan pada t ul ang dan ot ot , s e h i n gga m e n gu r a n gi kapasitas normal individu u n t u k m e n g i k u t i pendi dikan dan unt uk berdiri sendiri (Somantri, 2005).

Menurut

Tarmansyah (2006), mendefinisikan tuna daksa sebagai istilah lain tuna fisik (dimana berbagai jenis gangguan fungsi fisik), yang berhubungan dengan kemampuan motorik dan beberapa gej ala penyerta

yang mengakibatkan seseorang mengalami hambatan

dalam mengikuti

pendidikan secara normal, s e r t a d a l a m p r o s e s penyesuaian diri dengan lingkungan.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan b a h w a t u n a d a k s a m e r u p a k a n s u a t u kerusakan atau gangguan p a d a f u n g s i m o t o r i k seseorang akibat kerusakan pada tulang, otot, dan s e n d i . K o n d i s i i n i disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau dapat juga d i s e b a b k a n o l e h pembawaan sejak lahir sehingga mengakibatkan s es eor an g m en gal a m i hambatan dalam mengikuti pendidikan secara normal, s e r t a d a l a m p r o s e s penyesuaian diri dengan lingkungan.

Klasifikasi Tuna Daksa Menurut Koening (dalam Somantri, 2005), tuna daksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan y a n g m e r u p a k a n keturunan, meliputi :

1) Club-foot (kaki seperti

tongkat).

2) Club-hand (tangan

seperti tongkat).

3) Polydctylism (jari yang

l e b i h d a r i l i m a p a d a masing-masing tangan atau kaki)

4) Torticolis (gangguan

pada leher sehingga kepala terkulai ke muka).

5) Syndactylism (jari-jari

yang berselaput atau menempel satu dengan yang lainnya).

6) Cretinism (kerdil atau

katai).

7) Mycrocepalus (kepala

yang kecil, tidak normal).

8) Hydrocepalus (kepala

yang besar karena adanya cairan).

9) Herelip (gangguan pada

bibir dan mulut).

10) Congenital amputation

(bayi yang dilahirkan tanpa anggota tubuh tertentu). b. Kerusakan pada waktu kelahiran :

1) Erb’s palys (kerusakan

pada syaraf lengan akibat tertekan atau tertarik waktu kelahiran).

2) Fragilitas osium (tulang

yang rapuh dan mudah patah).

(8)

c. Infeksi :

1) Tuberkolosis tulang.

2) Osteomyelitis. 3) Poliomyelitis.

4) Tuberkolosis pada lutut atau sendi lain. d. Kondisi traumatik : 1) Amputasi. 2) Kecelakaan akibat luka bakar. 3) Patah tulang. Penyebab Ketunadaksaan Menurut Tyasneki (dalam Agung, 2009) ada e m p a t h a l y a n g b i s a menyebabkan cacat fisik antara lain yaitu :

a. Ka re na penyakit-penyakit tertentu atau sebab-sebab medis lainnya, seperti penyakit-penyakit somatik, traumatik fisik karenapekerjaan,

kekurangan zat makanan dan keracunan.

b . K a r e n a faktor lingkungan yang meliputi lingkungan fisik bai k buatan manusia atau bukan buatan manusia, misalnya cacat karena kecelakaan ditempat kerja (terjepit mesin di pabrik).

c. Karena determinasi atau sikap lainnya yaitu r e l a t i v i t a s k e c a c a t a n menurut suatu budaya tertentu, misalnya ukuran telapak kaki yang kecil b a gi w a n i t a t i o n ghu a merupakan idaman wanita tapi bagi orang barat dapat d i a n g g a p s e b a g a i kecacatan.

d. Karena tuntutan sosial sebagai akibat dari peran

yang harus ditanggung individu secara sosial, misal seorang pemimpin perusahaan kemungkinan akan memiliki penyakit d a r a h t i n g g i k a r e n a t u n t u t a n t u g a s d a n tanggung jawab yang besar membuat ia harus tetap siaga jika dibandingkan dengan petani.

Sedangkan Somantri (2005), menyebutkan penyebab terjadinya ketunadaksaan timbul karena beberapa faktor yaitu :

a. Faktor yang timbul sebelum kelahiran :

1) Faktor keturunan. 2) Trauma dan infeksi pada waktu kehamilan.

3) Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak.

4) Pendarahan pada waktu kehamilan.

5) Keguguran yang dialami ibu.

b. Faktor yang timbul saat kelahiran :

1) Penggunaan alat-alat pembantu kelahiran (seperti tang, tabung, vacum) yang tidak lancar.

2) Penggunaan obat bius pada waktu kelahiran. c. Faktor yang timbul sesudah kelahiran :

1) Infeksi. 2) Trauma. 3) Tumor.

Pengertian Kecelakaan Kecelakaan adalah suatu peristiwa tidak disengaja dan tidak direncanakan

yang dapat menghasilkan a k i b a t y a n g t i d a k diharapkan, dan didahului oleh perbuatan dan atau kondisi yang tidak aman dan tidak dapat dihindari (Thygerson, 1977).

Dari teori tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa kecelakaan adalah kejadian atau peristiwa yang menyebabkan orang c e l a k a a t a u b i s a j uga dikatakan sebagai suatu peristiwa tidak disengaja dan tidak direncanakan yang dapat menghasilkan a k i b a t y a n g t i d a k diharapkan. Akibat yang tidak diharapkan tersebut dapat berupa kecelakaan m o bi l , s e p ed a m o t o r , pejalan kaki, sepeda, mobil salju, dan lain sebagainya. Faktor-Faktor yang Menyebabkan

Terjadinya Kecelakaan Menurut data Dirlantas Mabes Polri dan PT Jasa Marga (dalam Hardi, 2007) p e n y e b a b u t a m a kecelakaan lalu lintas adalah :

a. Faktor manusia

1) Mengemudi dengan kebut-kebutan atau ugal-ugalan

2) Mengerem mendadak 3) Kurang teliti melihat kendaraan disebelahnya 4) Menerobos lampu merah b. Faktor kondisi kendaraan 1) Ban gundul

(9)

2) Lampu sien tidak menyala

3) Rem rusak

Self-disclosure Pada

Remaja yang Mengalami Ketunadaksaan karena Kecelakaan

Berbicara tentang

self-d i s c l o s u r e a t a u keterbukaan, maka akan berbicara tentang bagaimana seseorang menjelaskan keadaan yang sebenarnya pada orang lain. Tingkat keterbukaan pada setiap orang berbeda tingkatannya. Khususnya untuk menyatakan keadaan yang sebenarnya terjadi pada diri kita. Pada satu sisi dalam mas yarakat terdapat sebagian individu yang mudah untuk bersifat terbuka tentang segala hal baik pikiran, perasaan, dan pengalamannya dengan orang lain. Namun di sisi lain ada pula sebagian orang yang kesulitan untuk mengungkapkan dirinya secara terbuka mengenai sesuatu hal dengan orang l a i n , k a r e n a d a p a t dipengaruhi oleh proses

individu dalam

bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya (Dewantari, 2007).

Individu yang terampil melakukan

self-disclosure mempunyai

ciri-ciri yakni memiliki rasa tertarik kepada orang lain dari pada mereka yang kurang terbuka, percaya diri sendiri, dan percaya pada orang lain. Sebagai

salah satu aspek penting dalam hubungan sosial,

self-disclosure juga perlu

bagi remaja, karena masa remaja merupakan periode individu belajar menggunakan

kemampuannya untuk memberi dan menerima segala kelebihan dan kekurangan dirinya m a u p u n o r a n g l a i n . Apabila remaja tersebut tidak memiliki kemampuan

self-disclosure, maka dia

akan mengalami kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam

self-disclosure yang dilakukan

oleh remaja, biasanya remaja mengungkapkan h a l - h a l ya n g b e r s i f a t umum, seperti masalah trend, gaya hidup, hobi, pengalaman hidup, dan lain sebagainya. Sedangkan hal yang bersifat khusus seperti halnya masalah pribadi yang sedang dialaminya (Derlega, Metts, dan Petronio, 1993).

Sependapat dengan apa yang dikatakan oleh D e r l e g a , M e t t s , d a n Petronio, menurut Sudjadi ( 2 0 0 8 ) , m a s a r e m a j a merupakan masa yang penuh konflik. Hal ini menimbulkan keresahan d a n k o n t r a d i k s i p a d a remaja. Selain itu, remaja juga memiliki kebutuhan untuk self-disclosure di lingkungan sosialnya. Remaja yang memiliki kemampuan self-disclosure

a k a n d a p at m e n e ri m a

segala kelebihan dan kekurangan dirinya m a u p u n o r a n g l a i n . Kekurangan dalam hal ini bisa berbagai macam, salah satunya adalah kecacatan fisik (tuna daksa). Remaja

yang mengalami

ketunadaksaan karena kecelakaan membutuhkan proses untuk bisa membuka diri

(self-disclosure) ataupun beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan kondisi tubuhnya yang awalnya s e m p u r n a k i n i h a r u s kehil angan salah satu f u n g s i n y a a k i b a t diamputasi.

METODE PENELITIAN Pada penelitian ini tema yang d i a n g k a t b e r a d a d a l a m lingkup psikologi di bidang sosial dan perkembangan, yang merupakan cabang dari ilmu psikologi secara umum, seperti diketahui bahwa k a r a k t e r i s t i k s u b j e k penelitian di dalam bidang p s i k o l o g i s o s i a l d a n perkembangan adalah berada dalam setting sosial maupun perkembangan yang direpresentasikan dengan berbagai lingkungan sosial atau kelompok orang yang memili ki suatu masalah tertentu secara jelas dan dapat di u kur da n di o bs er vas i perilakunya yang berkaitan dengan ilmu psikologi.

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang remaja berusia 17 -20 tahun yang merupakan

(10)

penyandang tuna daksa k a r e n a k e c e l a k a a n kendaraan bermotor.

Dalam penelitian ini penulis m e n g g u n a k a n t e k n i k observasi non partisipan, karena peneliti tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan atau kegiatan-k e g i a t a n o r a n g y a n g diobservasi.

HASIL, ANALISIS,

DAN PEMBAHASAN Gambaran self-disclosure subjek ada di

dalam komponen

self-disclosure pada remaja

yang mengalami

ketunadaksaan karena kecelakaan, subj ek memiliki jumlah informasi yang diungkapkan, sifat dasar yang positif atau n e g a t i f , d a l a m s u a t u pengungkapan diri, waktu

pengungkapan diri, dan lawan bicara.

Subjek memiliki jumlah

informasi yang

d i u n g k a p k a n , h a l i n i terlihat dari subjek merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi mengenai dirinya namun jika subjek tidak merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi mengenai dirinya maka subjek tidak ingin berbagi dengan orang lain. Sifat dasar yang positif atau negatif, hal ini terlihat dari s u b j e k m a u mengungkapkan diri yang bersifat positif mengenai kelebihan yang ada pada d i r i n y a s e h i n g g a menghasilkan sanjungan atau pujian dari orang lain dan subjek cukup bijak dalam menghadapi kritikan dari orang lain walaupun terkadang kritikan itu

menyakitkan untuk subjek. D a l a m s u a t u pengungkapan diri, hal ini terlihat dari pengungkapan diri subjek yang bersifat dangkal seperti hobi yang subjek sukai, baik sebelum menjadi penyandang tuna daksa maupun s etel ah menjadi penyandang tuna d a k s a . W a k t u pengungkapan diri, hal ini terlihat dari subjek merasa durasi dari suatu hubungan mempengaruhi kuantitas dari jenis pengungkapan diri yang dilakukannya. Lawan bi cara, hal i ni t e r l i h a t d a r i s u b j e k memilih sahabat untuk menjadi lawan bicaranya dikarenakan sahabat itu lebih bisa mengerti subjek bila dibandingkan dengan orang l ai n yan g t i dak t e r l a l u d e k a t d e n g a n subjek.

Tabel 5

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya self-disclosure pada remaja yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan

Tema Subjek Significant Others Analisis

1)Faktor Subjek percaya akan Subjek percaya Terdapat kesesuaian

beliefs adanya Tuhan karena akan adanya Allah antara yang dikatakan (kepercayaan) ada langit, ada bumi,

ada siang, ada malam

karena

ciptaan-ciptaan Allah yang olehyang subjekdikatakandengan dan tentunya ada membuat subjek significant others. Di

subjek. percaya kalau

Allah itu ada dalamsubjek terdapat faktorkehidupan

beliefs (kepercayaan) karena subjek dapat berbagi pemikiran dan emosi yang dialami terkait dengan kepercayaannya kepada Tuhan, serta berbagi konsep, persepsi, dan

(11)

2)Faktor relationships (hubungan) 3)Faktor personal matters (masalah pribadi) Subjek dengan keluarga dan sahabatnya cukup dekat akan tetapi hubungannya dengan tetangga biasa-biasa saja

subjek pernah datang ke psikolog karena saat itu subjek benar-benar merasa depresi d a n s h o c k k e t i k a m e n y a d a r i k a l a u kakinya diamputasi Subjek merasa kecewa dengan keluarganya yang telah menyetujui keputusan dokter untuk mengamputasi salah satu kaki subjek maka dari itu subjek memilih untuk datang ke psikolog subjek dengan orang-orang terdekat di sekitar subjek seperti keluarga inti, keluarga besar, teman akrab, dan sahabatnya cukup dekat akan tetapi kala u untuk di lingkungan sekitar tempat tinggal subjek hubungannya biasa-biasa saja Subjek pernah diantarkan ke seorang psikolog dikarenakan saat itu subjek dalam keadaan shock

berat setelah mengetahui kalau kaki kirinya telah diamputasi

pandangan spiritualnya Terdapat kesesuaian antara yang dikatakan oleh subjek dengan yang dikatakan

Significant others

Di dalam kehidupan subjek terdapat faktor

relationships

(hubungan) dengan teman akrab dan sahabatnya

Terdapat kesesuaian antara yang dikatakan oleh subjek dengan y a n g d i k a t a k a n

significant others. Di

d a l a m k e h i d u p a n subjek terdapat faktor

p e r s o n a l m a t t e r s

(masalah pribadi) yang berisi pengungkapan r a h a s i a d a n s i k a p subjek serta persoalan pribadi

Terdapat kesesuaian antara yang dikatakan 4) Faktor

interest

(minat atau ketertarikan)

Minat subjek saat ini

lebih kepada

membaca dengan maksud agar

Subjek jadi suka membaca setelah menjadi

(12)
(13)

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran self-disclosure

subjek yang merupakan remaja tuna daksa karena kecelakaan dapat dilihat dari

komponen self-disclosure

yang terdiri dari jumlah i n f o r m a s i y a n g diungkapkan, subjek merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi mengenai dirinya namun jika subjek tidak merasa b e b a s u n t u k mengungkapkan informasi

mengenai dirinya maka subjek tidak ingin berbagi dengan orang lain. Sifat dasar yang positif atau n e g a t i f , s u b j e k m a u mengungkapkan diri yang bersifat positif mengenai kelebihan yang ada pada dirinya sehingga menghasilkan sanjungan 5) Faktor intimate feelings (perasaan yang intim) dapat menambah wawasan dan juga bisa menggapai dunia Subjek paling tidak suka terhadap hal-hal yang akan membuat dia merasa sakit hati hal-hal tersebut diantaranya di bohongi, di sepelein, di hina, dan dianggap rendah oleh orang lain

Subjek pernah merasa f r u s t a s i d e n g a n ketunadaksaan yang dialaminya

Subjek pun pernah merasakan jatuh cinta d a n m a m p u meyakinkan

pasangannya untuk bisa menerima dirinya dengan apa adanya

penyandang tuna daksa dengan alasan biar nambah ilmu, biar lebih pinter, dan biar bisa naklukin dunia, itu yang dikatakan oleh subjek kepada SO Subjek paling tidak suka apabila dia di caci-maki, dibohongi, dan dianggap tidak berguna karena hal-hal tersebut akan membuat subjek merasa sakit hati Subjek pernah merasa frustasi dengan ketunadaksaan yang dialaminya hingga nyaris mengakhiri hidupnya sendiri dengan cara menyayat tangannya Subjek pernah merasakan jatuh cinta dan sekarang-sekarang ini subjek sedang merasakan perasaan tersebut

oleh subjek dengan y a n g d i k a t a k a n

significant others. Di

d a l a m k e h i d u p a n subjek terdapat Faktor

interest (minat atau

ketertarikan) karena pengungkapan diri subjek kepada orang lain tentang kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap suatu hal

Terdapat kesesuaian antara yang dikatakan oleh subjek dengan y a n g d i k a t a k a n

significant others. Di

d a l a m k e h i d u p a n subjek terdapat Faktor

interest (minat atau

ketertarikan) karena pengungkapan diri subjek kepada orang lain tentang kesukaan dan ketidaksukaannya terhadap suatu hal

(14)

atau pujian dari orang lain dan juga subjek cukup bijak dalam menghadapi kritikan dari orang lain walaupun t e r k a d a n g k r i t i k a n i t u menyakitkan untuk subjek. Dalam suatu pengungkapan d i r i , s u b j e k m a u mengungkapkan diri dengan bersifat dangkal mengenai hobi yang subjek sukai, baik s e b e l u m m e n j a d i penyandang tuna daksa maupun setelah menjadi penyandang tuna daksa. Waktu pengungkapan diri, bagi subjek ternyata durasi d a r i s u a t u h u b u n g a n mempengaruhi kuantitas dari jenis pengungkapan diri yang dilakukan oleh subjek. Lawan bicara, subjek lebih me mi l i h sahabat untuk menjadi lawan bicaranya dikarenakan sahabat itu lebih bisa ngertiin subjek bila dibandingkan dengan orang lain yang tidak terlalu dekat dengan subjek.

2. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

self-disclosurepada subjek

yang mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan diantaranya faktor beliefs (kepercayaan), dimana dalam hal ini subjek percaya akan adanya Tuhan karena ada langit, ada bumi, ada siang, ada malam dan tentunya ada subjek sebagai m a h l u k h i d u p . F a k t o r

relationships (hubungan),

d a l a m h a l i n i s u b j e k memiliki hubungan yang c u k u p d e k a t d e n g a n keluarga dan sahabatnya akan tetapi hubungan subjek dengan tetangganya bisa dikatakan biasa-biasa saja (hubungannya tidak terlalu jauh dan juga tidak terlalu

dekat). Faktor personal

matters (masalah pribadi),

dalam hal ini subjek pernah mengungkapkan rahasia kepada psikolog mengenai rasa kecewanya terhadap k e l u a r g a n y a t e r u t a m a kakaknya yang telah me n ye t uj u i ke pu t u s an dokter untuk mengamputasi salah satu kaki subjek. Faktor interest (minat atau ketertarikan), dalam hal ini subjek mau berbagi atau mengungkapkan

ketertarikannya pada

membaca dan

ketidaksukaannya terhadap hal-hal yang akan membuat subjek merasa sakit hati, hal-hal tersebut diantaranya di bohongi, di sepelein, di hina, dan dianggap rendah oleh orang lain. Faktor

intimate feelings (perasaan

yang intim), dimana dalam h a l i n i s u b j e k l a g i merasakan jatuh cinta dengan kekasihnya selain itu subj ek juga pernah merasa frustasi dengan ketunadaksaan yang dialaminya, karena perasaan frustasinya itulah subjek nyaris mengakhiri hidupnya dengan cara menya yat pergelangan tangannya. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis i n g i n m e n g a n j u r k a n beberapa saran, antara lain : Bagi subjek

Agar lebih ditingkatkan lagi adaptasinya dengan orang yang baru dikenal supaya tidak kaku dengan cara meningkatkan dan memperluas lingkungan

pergaulan, serta mencoba mengatasi setiap masalah yang berhubungan dengan ketunadaksaan yang dialami oleh subjek dengan bersikap positif.

2 B a g i o r a n g t u a y a n g memiiki anak tuna daksa karena kecelakaan

Orang tua sebaiknya memberikan perhatian, pelayanan, dan kesempatan y a n g l u a s u n t u k mengembangkan

kemampuan yang ada pada d i r i a n a k - a n a k y a n g mengalami ketunadaksaan karena kecelakaan dalam kehidupan sehari-hari, jangan pernah malu atau sengaja menyembunyikan mereka dari lingkungan sekitar karena hal tersebut j u s t r u a k a n m e m b u a t psikologis mereka semakin

down. Orang tua diharapkan dapat menerima mereka secara sabar dan ikhlas k a r e n a m u s i b a h y a n g mereka alami datangnya dari T u h a n d a n t i d a k a d a s e o r a n gp u n ya n g b i s a mengetahui rencana Tuhan. 3 Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian dengan topik yang sama bisa menggunakan variabel-variabel lain seperti penerimaan diri ataupun penyesuaian diri. Subjek yang berbeda, misalnya yang ber j eni s kelami n perempuan atau bisa juga y a n g m e n g a l a m i ketunadaksaan dari lahir.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Membangunkan satu persembahan multimedia interaktif tak linear yang mempunyai elemen multimedia dengan tidak melebihi had saiz fail persembahan yang ditentukan. Menilai

Kondisi tersebutmemacu permasalahan dalam pengelolaan hutan.Seiring dengan semangat reformasi kegiatan penebangan kayu dan pencurian kayu dihutan menjadi semakin

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Ya Allah aku mohon padaMu segala hal yang mendatangkan rahmatMu dan segala ampunanMu selamat dari segala dosa dan beruntung dengan mendapat rupa-rupa kebaikan, berundung

Setelah selesai mengerjakan soal ujian, kadang saya berpikir bahwa sebenarnya saya dapat belajar lebih baik dari apa yang telah dilakukan pada waktu ujian, pikiran ini

4070 penyempurnaan untuk meningkatkan persepsi keadilan dari pelamar karena hal tersebut dapat memberikan rasa kecewa dalam diri pelamar. Bagi organisasi, rendahnya persepsi

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 55 Tahun 2015 telah menjadi bagian dari paket intervensi komperehensif atau yang lebih populer dikenal sebagai penanggulangan