• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI LEMBAGA ARBITRASE HUBUNGAN INDUSTRIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI LEMBAGA ARBITRASE HUBUNGAN INDUSTRIAL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

PENDAHULUAN ditempuh dalam (2) dua jalur, yaitu: Dengan berlakunya Undang- (1)Jalur Peradilan: Penyelesaian perse-Undang N0. 2 Tahun 2004 Tentang Pe- lisihan melalui jalur peradilan telah nyelesaian Perselisihan Hubungan diatur dalam sisitim peradilan bahwa Internasional dihubungkan dengan tenaga Hakim sudah ditambah dengan Peraturan Pelaksanaan Tentang Pe- Hakim Ad-Hoc, yang proses litigasinya nyelesaian Perselisihan Hubungan berjalan diperadilan umum. Sistim per-Industrial diperoleh suatu gambaran adilan di peradilan umum hanya terdiri bahwa proses penyelesaian hubungan dari 2 (dua) tingkat yakni, penyelesaian industri itu telah mengalami per- perselisihan hubungan industrial di kembangan yang cukup kompleks. tingkat pertama dan tingkat kasasi, Disebut sifat kompleks karena pe- perubahan ini secara nyata adalah nanganan perselisihan itu saat dapat mengganti sistim peradilan semu yang

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI LEMBAGA ARBITRASE HUBUNGAN INDUSTRIAL

Bambang Yunarko Fakultas Hukum

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Penyelesaian sengketa tidak diselesaikan di pengadilan, tetapi juga dapat diselesaikan melalui pengadilan umum dikenal sebagai Penyelesaian sengketa lternative, salah satunya adalah arbitrase. Hubungan industrial arbitrase untuk menyelesaikan perselisihan kepentingan dan hanya perselisihan antar serikat pekerja / buruh di satu perusahaan. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang hubungan industrial, khususnya arbitrase hubungan industrial Indonesia sesuai dengan prinsip lex specialis derogat lex generali.

Kata Kunci: Penyelesaian, Hubungan Industrial, Arbitrase Hubungan Industrial

Abstract

The solution of dispute of shouldn't be resolved in the court, in the court, but also can be resolved through but also can be resolved through the courts of commonly be known as alternative dispute solution, one of which is arbitration. Industrial relations arbitration to resolve disputes only the interest and disputes between union/union workers at one company. Act No. 2 of 2004 about industrial relations, specifically arrange the particulars of arbitration of industrial relations in Indonesia accord with principle lex specialis derogat lex generali.

Keywords: Disputes, Industrial relations, Industrial relations arbitration.

(5)

semula perselisihan perburuhan di- nyelesaian Perselisihan Perburuhan yang tangani P4D atau P4P. Sistim ini diharap- selanjutnya disingkat dengan P4-pusat kan akan lebih efektif agar dengan cara yang semula final, pihak yang tidak itu Hakim dalam peradilan hubungan menerima putusan tersebut dapat industrial sudah menerapkan aspek mengajukan gugatan pada pengadilan keadilan hukum terhadap kaum buruh tingkat tinggi tata usaha negara, maupun pengusaha. (2)Penangan-an selanjutnya dapat dimohonkan kasasi Perselisihan Di Luar Pengadilan, yaitu: pada Mahkamah Agung.

(a)konsiliasi; (b)arbitrase; (c)mediasi Proses ini membutuhkan waktu Tujuan kedua sistem penyelesai- yang relative sama serta sangat tidak an perselisihan hubungan industrial itu sesuai jika diterapkan dalam kasus adalah, untuk:(a)Menciptakan ketenang- ketenagakerjaan (hubungan industrial) an atau ketentraman dalam kerja serta yang memerlukan penyelesaian perkara ketenangan usaha; (b)Meningkatkan secara cepat, karena berkaitan dengan produksi.; (c)Meningkatkan kesejahtera- proses produksi dan hubungan kerja. an pekerja serta derajatnya sesuai dengan Kedua, adanya kewenangan Menteri martabat manusia, oleh karena itu untuk menunda atau membatalkan hubungan industrial Pancasila harus putusan P4-pusat atau yang biasa disebut dilaksanakan sesuai dengan asas tri ke- hak veto. Hak veto dianggap merupakan mitraan (three partnership) yaitu partner- campur tangan Pemerintah dan tidak ship in responsibility, partnership inpro- sesuai dengan Paradigma yang ber-duction dan partnership in profit. kembang di masyarakat, di mana peran-Penyelesaian perselisihan per- an Pemerintah seharusnya harus buruhan dahulu dilandaskan pada dikurangi. Ketiga, dalam Undang-Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957 Undang Nomor 22 Tahun 1957 yang Tentang Penyelesaian Perselisihan dapat menjadi pihak dalam penyelesaian Perburuhan, yang selanjutnya disebut hubungan industrial hanyalah serikat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1957. pekerja/serikat buruh. (Adrian Sutedi, Namun seiring dengan perkembangan 2009, h;104).

jaman, maka Undang-Undang Nomor 22 Penyelesaian perselisihan yang Tahun 1957 tidak sesuai lagi dengan terbaik adalah penyelesaian oleh para perkembangan keadaan dan kebutuhan pihak yang berselisih, sehingga dapat di atas, hal ini disebabkan oleh beberapa diperoleh hasil yang menguntungkan hal, pertama, Putusan Panitia Pe- bagi kedua belah pihak. (Abdussalam,

(6)

hukum Ketenagakerjaan, Restu Agung, dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun Jakarta, 2008, h. 155). Namun demikian, 1999 tersebut sama sekali tidak me-pemerintah dalam upayanya untuk mem- netapkan lembaga arbitrase sebagai per-berikan pelayanan masyarakat khusus- adilan Negara. Arbitrase hanyalah nya kepada masyarakat pekerja/ buruh menjadi sebuah cara yang dipilih oleh dan pengusaha, berkewajiban mem- pihak yang bersengketa untuk memberi-fasilitasi penyelesaian perselisihan kan putusan mengenai sengketa tertentu. hubungan industrial tersebut. Bahkan sengketa yang dapat

Upaya fasilitasi dilakukan diselesaikan melalui arbitrase itupun dengan menyediakan tenaga mediator secara limitative disebutkan yaitu hanya yang bertugas untuk mempertemukan sengketa perdata secara sempit dan kepentingan kedua belah pihak yang sengketa dalam bidangperdagangan. berselisih. Dengan adanya era demokrasi Arbitrase yang terdapat dalam di segala bidang, maka perlu diakomo- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 dasi ketertiban masyarakat dalam merupakan bentuk pengaturan khusus, menyelesaikan perselisihan hubungan sedangkan arbitrase untuk penyelesaian industrial melalui negoisasi, konsiliasi, perselisihan hubungan industrial belum atau arbitrase. ditetapkan dan dibentuk secara khusus. Penyelesaian perselisihan me- Dengan adanya kebutuhan akan suatu lalui arbitrase pada umumnya, telah pengaturan khusus mengenai penyele-diatur di dalam Undang-Undang Nomor saian perselisihan hubungan industrial 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan yang sesuai dengan keadaan jaman Alternatif Penyelesaian Sengketa, yang sekarang, maka pemerintah Republik selanjutnya disebut Undang-Undang Indonesia mensahkan dan member-No,or 30 Tahun 1999. Notabene lakukan Undang-Undang Nomor 2 pembentukan Undang-Undang Nomor Tahun 2004 tentang Penyelesaian 30 Tahun 1999 ini merupakan suatu Perselisihan Hubungan Industrial yang upaya untuk menjawab tuntutan kemudian disebut Undang-Undang akselerasi dan dinamika masyarakat Nomor 2 Tahun 2004. Undang-Undang dalam memanajemen konflik komersial Nomor 2 Tahun 2004 ini diakui sebagai yang volume dan dentitasnya semakin pengaturan khusus bagi penyelesaian kompleks. Namun demikian, meskipun perselisihan hubungan industrial, sesuai arbitrase telah diatur dalam sebuah dengan asas hukum lex specialis derogad Undang-Undang tersendiri, tetapi di lex generali.

(7)

Ketentuan peralihan yang ter- disebutkan bahwa Perselisihan hubung -dapat dalam Pasal 125 menyebutkan an industrial adalah perbedaan pendapat bahwa dengan berlakunya Undang- yang mengakibatkan pertentangan Undang ini (Undang-Undang Nomor 2 antara pengusaha atau gabungan Tahun 2004), maka Undang-Undang pengusaha dengan pekerja/ buruh atau Nomor 22 Tahun 1957 tentang serikat pekerja/serikat buruh.

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Adanya perselisihan mengenai dinyatakan tidak berlaku lagi. hak, perselisihan kepentingan,

per-Di dalam Undang-Undang selisihan permulaan hubungan kerja Nomor 2 Tahun 2004 ini diatur mengenai serta perselisihan antar serikat pekerja/ bentuk penyelesaian perselisihan serikat buruh hanya dalam suatu hubungan industrial, di antaranya dapat perusahaan. Pemberlakuan Undang-melalui jalur litigasi yaitu pada peng- Undang Nomor 2 Tahun 2004 sebagai adilan hubungan industrial, ke-mudian peraturan khusus yang mengatur dapat pula melalui jalur non litigasi yaitu mengenai penyelesaian perselisihan meliputi penyelesaian perselisihan hubungan industrial membuat penulis hubungan industrial dengan cara tertarik untuk melakukan penulisan bipartite, mediasi, konsiliasi dan arbi- mengenai suatu bentuk dan pelaksanaan

trase. penyelesaian perselisihan hubungan

Perumusan mengenai Perselisih- industrial. Namun pada kesempatan ini an hubungan industrial di dalam penulis sangat tertarik memfokuskan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 pada penyelesaian perselisihan hubung -tentang Ketenagakerjaan, yang se- an industrial melalui arbitrase. Adapun lanjutnya disebut Undang-Undang alasan penulis tertarik pada pokok Nomor 13 Tahun 2003, bahkan memper- penulisan arbitrase hubungan industrial luas lingkup perselisihan perburuhan karena masih banyak masyarakat luas yang tidak semata-mata antara pekerja yang kurang tahu tentang arbitrase /buruh dengan majikan dalam posisi sebagai alternatif penyelesaian per-yang bersebrangan akan tetapi juga selisihan hubungan industrial dan perselisihan antar sesama pekerja/buruh sebenarnya selain melalui pengadilan dalam satu perusahaan. Berikut adalah hubungan industrial, sesungguhnya definisi perselisihan hubungan industrial penyelesaian perselisihan hubungan menurut ketentuan Pasal 1 angka 22 industrial dapat diselesaikan melalui Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 jalur diluar pengadilan yaitu salah

(8)

satu-n y a m e l a l u i a r b i t r a e h u b u satu-n g a satu-n yang berlaku. (Lalu Husni, Penyelesaian

industrial. Perselisihan Hubungan Industrial

Melalui Pengadilan Di Luar Pengadilan, Jenis Perselesaian Hubungan Rajawali Pers, 2007, Jakarta, h;45).

Industrial Karena itu, menurut Imam Soepomo,

Sesuai dengan tata hukum di perselisihan hak terjadi karena tidak Indonesia Pasal 1 angka I Nomor 2 adanya persesuaian paham mengenai Tahun 2004 memberikan pengertian pelaksanaan hubungan kerja; (b)Per-tentang perselisihan hubungan indus- selisihan Kepentingan. Perselisihan trial. Perselisihan Hubungan Industrial kepentingan disebut juga belangen adalah perbedaan pendapat yang geschil, menurut Imam Soepomo terjadi mengakibatkan pertentangan antara karena ketidak sesuaian paham dalam pengusaha atau gabungan pengusaha perubahan syarat-syarat kerja atau dengan pekerja/buruh atau serikat keadaan perburuhan. Dari pengertian di pekerja/serikat buruh karena adanya atas jelaslah perbedaan antara kedua perselisihan mengenai hak, perselisihan jenis perselisihan tersebut, yakni per-kepentingan, perselisihan pemutusan selisihan hak objek sengketanya adalah hubungan kerja dan perselisihan antar tidak dipenuhinya hak yang telah serikat pekerja/serikat buruh dalam satu ditetapkan karena adanya perbedaan perusahaan. Dari pengertian di atas maka dalam implementasi atau penafsiran semakin jelas bahwa perselisihan ketentuan peraturan perundang-undang hubungan industrial meliputi perselisih- an, perjanjian kerja, peraturan perusaha -an hak, perselisih-an -antar serikat pekerja an, atau perjanjian kerja bersama yang dalam satu perusahaan. melandasi hak yang disengketakan. Berikut ini adalah beberapa Sedangkan dalam perselisihan ke-pengertian perselisihan di atas: (a) pentingan, objek sengketanya karena Perselisihan Hak. Perselisihan hak me- tidak adanya kesesuaian paham/ rupakan perselisihan hukum karena pendapat mengenai pembuatan, dan/ perselisihan ini terjadi akibat pelanggar - atau perubahan syarat-syarat kerja yang an kesepakatan yang telah dibuat oleh ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau para pihak. Pelanggaran tersebut peraturan perselisihan, atau perjanjian termasuk didalamnya hal-hal yang sudah kerja bersama. (i)Perselisihan Pe-ditentukan dalam peraturan perusahaan mutusan Hubungan Kerja; Perselisihan serta peraturan perundang-undangan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

(9)

adalah perselisihan yang timbul adanya yang seluas-luasnya untuk mendirikan kesesuaian pendapat mengenai peng- dan menjadi anggota serikat pekerja/ akhiran hubungan kerja yang dilakukan buruh. Pendirian serikat pekerja/buruh oleh salah satu pihak (Pasal 1 angka 4 berfungsi sebagai sarana untuk mem-Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004). perjuangkan, melindungi, dan membela Perselisihan mengenai PHK selama ini kepentingan dan meningkatkan kesejah-paling banyak terjadi karena tindakan teraan pekerja dan keluarganya. Pem-PHK yang dilakukan oleh satu pihak dan bentukan organisasi serikat pekerja pihak lain tidak dapat menerimanya. harus dilakukan secara demokratis, (ii)Perselisihan Antar Serikat Pekerja/ bebas, mandiri dan ber-tanggung jawab Serikat Buruh Dalam Satu Perusahaan tanpa campur tangan atau pengaruh Perselisihan antar serikat pekerja/serikat pihak manapun.

buruh adalah perselisihan antara serikat

pekerja/ serikat buruh dengan serikat Perselisihan Yang Dapat Diselesaikan pekerja/ serikat buruh lain hanya dalam Melalui Arbitrase

satu perusahaan. Perselisihan tersebut Hubungan Industrial

terjadi karena tidak adanya persesuaian Wilayah kerja arbitrase hubung-paham mengenai keanggotaan pelak- an industrial dalam hal penyelesaian sanaan hak, dan kewajiban keserikat perselisihan hubungan industrial pekerjaan (Pasal 1 angka 5 Undang- meliputi semua wilayah di negara Undang Nomor 2 Tahun 2004). Sejalan Indonesia. Arbitrase juga mempunyai dengan era keterbukaan dan demo- batas-batas kewenangan mengenai kratisasi dalam dunia industri yang pekerja yang dapat diselesaikan melalui diwujudkan dengan kebebasan untuk arbitrase hubungan industrial. Batasan berserikat bagi pekerja/buruh sehingga tentang arbiter dan arbitrase hubungan jumlah serikat pekerja/buruh disuatu industrial dalam Undang-Undang perusahaan tidak dapat dibatasi. Nomor 2 Tahun 2004 tidak sama dengan Kebebasan berserikat bagi pekerja/ Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999. buruh merupakan hak dasar yang Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 dilindungi dan dijamin secara konsti- secara spesifik merinci kompetensi tusional. (Bohder Johan Nasution, 2004, arbitrase hubungan industrial yang

h;1) hanya berwenang menyelesaikan

Untuk mewujudkan hak tersebut, perselisihan hubungan industrial untuk pekerja/buruh harus diberi kesempatan dua jenis perselisihan yaitu :

(10)

(a)Per-selisihan Kepentingan, yang didalam pada pengadilan negeri di wilayah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 arbiter mengadakan perdamaian (Pasal didefinisikan sebagai perselisihan yang 44 ayat 3 Undang-Undang Nomor 2 timbul dalam hubungan kerja karena Tahun 2004). Pendaftaran akta per-tidak adanya kesesuaian pendapat damaian dilakukan sebagai berikut: mengenai pembuatan, dan/atau perubah- (a)Akta perdamaian yang telah didaftar an syarat-syarat kerja yang ditetapkan diberikan akta bukti pendaftaran dan dalam perjanjian kerja bersama; merupakan bagian yang tidak terpisah-(b)Perselisihan Antar Serikat Pekerja/ kan dari akta perdamaian; (b)Apabila Serkat Buruh, yang di dalam Undang- akta perdamaian tidak dilaksanakan oleh Undang Nomor 2 Tahun 2004 didefinisi- salah satu pihak, maka pihak yang kan sebagai perselisihan antar serikat dirugikan dapat mengajukan permohon-pekerja/serikat buruh dengan serikat an eksekusi kepada pengadilan hubung -pekerja/serikat buruh lain hanya dalam an industrial pada pengadilan negeri di satu perusahaan, karena tidak adanya wilayah akta perdamaian didaftar untuk kesesuaian paham mengenai keanggota- mendapat penetapan eksekusi; (c)Dalam an, pelaksanaan hak, dan kewajiban ke- hal permohonan eksekusi berdomisili di serikat pekerjaan. luar wilayah hukum pengadilan hubung -an industrial pada pengadilan negeri Penyelesaian Perselisihan Hubungan tempat pendaftaran akta perdamaian, Industri Melalui Arbitrase Hubungan maka pemohon eksekusi dapat

mengaju-Industrial. kan permohonan eksekusi kepada

peng-P e n y e l e s a i a n p e r s e l i s i h a n adilan hubungan industrial di wilayah hubungan industrial melalui arbitrase domosili pemohon eksekusi untuk di-hubungan industrial yang dilakukan oleh teruskan ke pengadilan hubungan arbiter harus diawali dengan upaya industrial pada pengadilan negeri yang mendamaikan kedua belah pihak yang berkompeten melaksanakan eksekusi. berselisih. Apabila perdamaian tersebut (Pasal 44 ayat 4 Undang-Undang Nomor tercapai maka arbiter atau majelis arbiter 2 Tahun 2004).

wajib membuat akta perdamaian yang Penyelesaian perselisihan hu-ditandatangani oleh para pihak yang bungan industrial harus dilakukan berselisih dan arbiter. Akta perdamaian melalui kesepakatan tertulis dari para sebagaimana dimaksud di atas didaftar - pihak yang berselisih untuk menyerah-kan di pengadilan hubungan industrial kan penyelesaian perselisihannya serta

(11)

putusannya agar mengikat para pihak kedudukan para pihak yang berselisih dan bersifat final. dan arbiter; (b) Pokok-pokok yang Undang-Undang Nomor 2 Tahun menjadi persoalan yang menjadi 2004 Pasal 32 ayat (3) mensyaratkan perselisihan dan yang diserahkan kepada bahwa penyelesaian perselisihan melalui arbiter untuk diselesaikan dan diambil arbitrase dilakukan atas dasar kesepakat- keputusan; (c)Biaya arbitrase dan an para pihak yang berselisih dan dinyata honorium arbiter; (d)Pernyataan para -kan secara tertulis dalam surat perjanji- pihak yang berselisih untuk tunduk dan an arbitrase. Surat perjanjian arbitrase menjalankan keputusan arbitrase; (e) sekurang-kurangnya memuat : (a)Nama Tempat, tanggal pembuatan surat lengkap dan alamat atau tempat keduduk perjanjian, dan tandatangan para pihak -an para pihak yang berselisih; (b)Pokok yang berselisih dan arbiter; (f)Per-persoalan yang menjadi perselisihan dan nyataan arbiter atau para arbiter untuk yang diserahkan kepada arbitrase untuk tidak melampaui kewenangannya dalam diselesaikan dan diambil keputusan; (c) penyelesaian perkara yang ditanda-Jumlah arbiter yang disepakati; (d)Per- tanganinya; dan Tidak mempunyai nyataan para pihak yang berselisih untuk hubungan keluarga sedarah atau tunduk dan menjalankan putusan semenda sampai dengan derajat kedua arbitrase; dan (e)Tempat, tanggal pem- dengan salah satu pihak yang berselisih. buatan surat perjanjian, tanda tangan Perjanjian penunjukan arbiter di para pihak yang berselisih. atas sekurang-kurangnya dibuat rangkap Jika para pihak sudah menanda - 3 (tiga). Setelah dibuat rangkap 3 tangani surat perjanjian arbitrase, selanjutnya masing-masing pihak dan mereka berhak memilih arbiter dari arbiter mendapatkan 1 (satu), yang mem-daftar arbiter yang ditetapkan oleh punyai kekuatan hokum sama. Dalam Menteri tenaga kerja. Apabila arbiter hal arbitrase dilakukan oleh beberapa telah tandatangan surat perjanjian, yang arbiter, maka asli dari perjanjian tersebut bersangkutan tidak dapat menarik diri diberikan kepada ketua majelis arbiter. kecuali atas persetujuan para pihak Dalam hal arbiter telahn menerima (Pasal 35 ayat 1 Undang-Undang Nomor penunjukan dan menandatangani surat 2 Tahun 2004). perjanjian tersebut, maka pihak yang Perjanjian penunjukan arbiter bersangkutan tidakdapat menarik diri, sekurang-kurangnya memuat : (a)Nama kecuali atas persetujuan para pihak. lengkap dan alamat atau tempat Arbiter yang akan menarik diri harus

(12)

mengajukan permohonan secara tertulis gugatan ke pengadilan, karena putusan kepada para pihak. tersebut telah mem-punyai kekuatan Penyelesaian perselisihan hu- hukum yang mengikat para pihak, dan bungan industrial melalui arbitrase harus merupakan putusan akhir yang ber-sudah diselesaikan dalam jangka 30 hari kekuatan tetap.

kerja sejak penandatanganan surat Putusan arbitrase didaftarkan di penunjukan arbiter. Perpanjangan waktu pengadilan hubungan industrial yang penyelesaian perselisihan hanya dapat berada di pengadilan, negeri yang di dilakukan satu kali, yaitu sebanyak 14 wilayah arbiter yang menetapkan ke-hari kerja, itupun harus dengan per- putusan. Apabila ada pihak yang tidak setujuan para pihak. bersedia melaksanakan isi putusan Selanjutnya perselisihan hubung arbitrase, pihak yang merasakan -an industrial yang sedang atau telah dirugikan dapat mengajukan permohon-diselesaikan melalui arbitrase tidak an fiat eksekusi di pengadilan hubungan dapat dilakukan ke pengadilan hubungan industrial. Atas permohonan tersebut industrial (Pasal 53 Undang-Undang pengadilan negeri harus sudah me-Nomor 2 Tahun 2004). Dalam proses ngeluarkan perintah pelaksanaan ekse-persidangan, pertama kali yang harus kusi selambat-lambatnya 30 hari setelah dilakukan seorang arbiter adalah harus permohonan fiat eksekusi didaftarkan di berusaha mendamaikan para pihak, pengadilan negeri setempat. Apabila ada sehingga perselisihan dapat terselesai- pihak yang merasa dirugikan oleh kan secara kekeluargaan. putusan arbitrase, satu-satunya yang Apabila terjadi penyelesaian dapat dilakukan adalah mengajukan damai, maka arbiter akan membantu permohonan pembatalan putusan para pihak untuk membuat perjanjian arbitrase ke mahkamah Agung melalui bersama dan mendaftarkannya di upaya hukum peninjauan kembali. pengadilan perselisihan hubungan Upaya tersebut harus sudah diajukan industrial untuk mendapatkan bukti akta selambat-lambatnya 30 hari terhitung perdamaian. Namun apabila tidak terjadi sejak dikeluarkannya putusan arbitrase penyelesaian secara damai dan ke- menurut Pasal 52 Undang-Undang keluargaan, arbiter akan mengeluarkan Nomor 2 Tahun 2004. Adapun alasan putusan yang bersifat final, yang harus pengajuan perjanjian kembali adalah diikuti oleh para pihak yang berselisih. apabila putusan diduga me-ngandung Atas putusan arbiter tidak dapat diajukan unsure-unsur sebagai berikut : (a)Surat

(13)

atau dokumen yang diajukan dalam waktu 30 hari kerja. Pasal 40 ayat 1 pemeriksaan, setelah putusan dijatuh- Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 kan, diakui atau dinyatakan palsu; menyebutkan bahwa arbiter wajib (b)Setelah putusan diambil, ditemukan menylesaikan perselisihan hubungan dokumen yang bersifat menentukan, industrial dalam waktu selambat-yang disembunyikan oleh pihak lawan; lambatnya 30 hari kerja sejak penan-(c)Keputusan diambil dari tipu muslihat datanganan surat perjanjian. (b)Sifat yang dilakukan oleh salah satu pihak konfidensialitas. Pemeriksaan per-dalam pemeriksaan perselisihan; (d) selisihan hubungan industrial oleh Putusan melampaui kekuasaan arbiter majelis arbitrase selalu dilakukan dalam hubungan industrial;(e)Putusan ber- persidangan tertutup dalam arti tidak tentangan dengan peraturan perundang- terbuka untuk umum. Pemeriksaan

undangan. secara tertutup tersebut dapat disimpangi

Dalam jangka waktu 30 hari kecuali para pihak yang berselisih setelah pengajuan permohonan pem- menghendaki lain. Putusan kecuali para batalan, mahkamah agung harus pihak yang berselisih menghendaki lain. mengeluarkan putusan. Putusan yang Putusan yang dijatuhkan dalam siding dikeluarkan bisa menerima permohonan tertutup tersebut hampir tidak pernah pembatalan dan bisa juga menolak. dipublikasikan. Dengan demikian, Apabila diterima, maka putusan penyelesaian melalui arbitrase diharap-arbitrase sebelumnya akan dibatalkan kan dapat menjaga kerahasiaan para dengan menyebut akibat hukum dari pihak yang bersengketa;

(c)Pemelihara-pembatalan. an Hubungan Yang Baik. Penyelesaian

sengketa melalui arbitrase hubungan Keunggulan Arbitrase Hubungan industrial dapat menjaga suatu hubungan Industrial baik antara para pihak yang berselisih, Penyelesaian sengketa melalui sebab dalam penyelkesaian mengguna-arbitrase dinilai menguntungkan karena kan arbitrase dilakukan secara dialogis bebrapa alas an sebagai berikut : (a)Ke- dengan atau tanpa melibatkan pihak cepatan Dalam Proses. Arbitrase hubung ketiga yang netral dan putusan hakikat--an industrial diminati oleh para pihak nya merupakan kesepakatan para pihak. yang berselisih terutama pihak peng- Sifat penyelesaian sengketa yang ada, usaha karena proses penyelesaian win-win solution, bahwa setiap pihak perselisihannya harus selesai dalam tidak dirugikan dan masing-masing

(14)

pihak mendapatkan keuntungan yang Industrial. Putusan arbitrase selalu ter-sembarang; (d)Hemat Waktu Dan Biaya; gantung pada kemampuan teknis arbiter Penyelesaian melalui arbitrase hubung- untuk memberikan putusan yang tepat an industrial dinilai dapat menghemat dan sesuai dengan rasa keadilan para waktu dan biaya, hal ini sejalan dengan pihak. Meskipun arbiter memiliki asas dalam penyelesaian sengketa keahlian teknis yang tinggi, bukanlah hal melalui arbitrase yang cepat, sederhana, yang mudah bagi majelis arbitrase untuk dan biaya murah. (e)Putusan Nonyudi- memuaskan dan memenuhi kehendak sial; Maksudnya bahwa putusan yang para pihak yang bersengketa. Pihak yang dihasilkan tidak oleh lembaga hakim, kalah akan mengatakan bahwa putusan tetapi lebih pada hasil kesepakat -an para arbitrase tidak adil, demikian pula pihak yang bersengketa sendiri dengan sebaliknya. Ketergantungan secara atau tanpa bantuan pihak ketiga yang mutlak terhadap para arbiter dapat me-netral. Karena merupakan kesepakatan rupakan suatu kelemahan karena maka, hasil penyelesaian hakikatnya substansi perkara dalam arbitrase tidak merupakan perjanjian merupakan dapat diuji kembali (melalui proses perjanjian yang mengikat, seperti banding). (c)Tidak Ada Preseden Putus-Undang-Undang, dan wajib dilaksana- an Terdahulu Putusan arbitrase dan se-kan dengan itikad baik. luruh pertimbangan di dalamnya bersifat

rahasia dan tidak dipublikasikan. Akibat-Kelemahan Arbitrase Hubungan nya, putusan tersebut bersifat mandiri

Industrial dan terpisah dengan yang lainnya,

Beberapa faktor yang sehingga tidak ada legal precedence atau merupakan kelemahan arbitrase adalah keterikatan terhadap putusan-putusan sebagai berikut 57 : (a)Hanya Untuk Para arbitrase sebelumnya. Artinya, putusan-Pihak Bona Fide. Arbitrase hubungan putusan arbitrase atas suatu sengketa industrial terkesan hanya bermanfaat terbuang tanpa manfaat, meskipun di untuk para pihak atau pengusaha yang dalamnya mengandung argumentasi-bona fide (argumentasi-bonafide) atau jujur dan dapat argumentasi berbobot dari para arbiter dipercaya. Para pihak yang bonafide terkenal di bidangnya.

adalah mereka yang memiliki

kredibi-litas dan integritas, artinya patuh PENUTUP

terhadap kesepakatan. (b)Ketergantung - Undang-Undang Nomor 2 Tahun an Mutlak Pada Arbiter Hubungan 2004 tentang penyelesaian perselisihan

(15)

hubungan industrial mengatur secara

Husni, Lalu. 2007. Penyelesaian Per-khusus mengenai penyelesaian per- selisihan Hubungan Industrial

Melalui Pengadilan & Di Luar

selisihan hubungan industrial melalui,

Pengadilan. Penerbit: Rajawali

sesuai dengan asas hokum lex specialis Pers. Jakarta. derogad lex generali. Arbitrase hubung

-H.P. Pangabean. 2007. Penyelesaian an industrial dapat menyelesaikan

Perselisihan Hubungan Industrial.

perselisihan kepentingan dan perselisih- Jala Permata. Jakarta. an antar serikat pekerja/serikat buruh

Johan Nasution, Bahder. 2004. Hukum dalam satu perusahaan. Penyelesaian

Ketenagakerjaan Kebebasan

Ber-melalui arbitrase harus Ber-melalui ke- serikat Bagi Pekerja. Penerbit: Mandar Maju. Bandung.

sepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk menyerahkan

pe-Moch. Salam, Faisal. 2009. Penyelesai-nyelesaian perselisihan kepada arbiter a n P e r s e l i s i h a n H u b u n g a n

Industrial Di Indonesia. Penerbit:

yang putusannya mengikat para pihak

Mandar Maju. Bandung. dan bersifat final.

Sutedi, Adrian.2009.Hukum

Perburuh-an. Penerbit: Sinar Grafika.

DAFTAR PUSTAKA

Jakarta. Buku

Abdussalam. 2009. Hukum Ketenaga - Umam, Khotibul. 2010. Penyelesaian

kerjaan. Penerbit: Restu Agung, Sengketa Di Luar Pengadilan.

Jakarta. P e n e r b i t : P u s t a k a Yu s t i s i a . Yogyakarta.

Asikin, Zaenal, dkk. 2008. Dasar-Dasar

Hukum Perburuhan. Penerbit: Peraturan Perundang-Undangan

Raja Grafindo Persada. Jakarta. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Asyhadie, Zaeni. 2008. Hukum Kerja.

Rajawali Pers. Jakarta. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase Dan Alternatif Dono, Agus, Arbitrase Sebagai Salah

Penyelesaian Sengketa.

Satu Alternatif Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan.

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Panduan Kuliah. Fakultas Hukum

Tentang Penyelesaian Perselisihan Universitas Wijaya Kusuma.

Hubungan Industrial. Surabaya.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Harahap, Yahya. 2006. Arbitrase. Edisi Transmigrasi Republik Indonesia Kedua. Penerbit: Sinar Grafika. Nomor PER.02/Men/2005 Tentang

(16)

Pemberian, Dan Pencabutan Sanksi Bagi Arbiter Hubungan Industrial.

Kamus

Budiono. 2005. Kamus Lengkap Bahasa

Indonesia. Penerbit: Karya Agung.

Surabaya.

Kamus Hukum Penerbit: Citra Umbara Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan latar belakang masalah, yaitu terdapat penurunan pertumbuhan investasi asing langsung (foreign direct investment) di Kawasan Industri Batam antara tahun

Sedangkan untuk perikanan darat, pengawetan ikan, permintaan akhirnya permintaan akhirnya mengalami perubahan mengalami perubahan output sebesar 96,01% output sebesar

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mengkaji permasalahan pengelolaan arsip dinamis yang meliputi aspek penciptaan, penggunaan

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa lempung alam Desa Palas Pekanbaru berpotensi sebagai bahan aditif pada pembuatan membran hibrid polisulfon-lempung

Rekonstruksi kota dalam seperti Rotterdam  kesempatan merealisasikan ide-ide baru di antaranya kombinasi kerajinan tangan + industri kecil  membawa ke arah

Pada umumnya penutur-penutur bahasa Indonesia mengenal kata di mana sebagai kata tanya yang digunakan untuk menanyakan tempat (lokasi) di dalam kalimat tanya informasi (Wijana,

Pelaksanaan Survailan dan Penelitian Lapangan ini bertujuan untuk "Meningkatkan pelayanan kesehatan terutama bagi ibu dan anak melalui penyediaan informasi dan peningkatan

Perhitungan penurunan frekuensi sebagai akibat tripnya salah satu unit pembangkit dimaksudkan untuk merencanakan pelepasan beban dengan menggunakan Under Frekuensi