• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN JASMANI DAN KOGNITIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP PENINGKATAN KESEGARAN JASMANI DAN KOGNITIF"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 19(1): 1 - 8, 2013

Lembaga Penelitian 1

Universitas Negeri Medan

PENGARUH GAYA MENGAJAR KOMANDO DAN GAYA

MENGAJAR RESIPROKAL TERHADAP PENINGKATAN

KESEGARAN JASMANI DAN KOGNITIF

Nurman Hasibuan

Jurusan Ilmu Keolahragaan FIK Universitas Negeri Medan, Jln. Willem Iskandar Pasar V, Medan 20221

Diterima 20 November 2012, disetujui untuk publikasi 15 Januari 2013

Abstract Penelitian ini bertujuan untuk menemukan informasi tentang pengaruh

kesegaran jasmani dan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung akibat pengaruh gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal. Metode penelitian adalah eksprimental. Jumlah sampel 50 orang yang diperoleh dengan tehnik proportionate random sampling dengan menggunakan undian, selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok dengan tehnik matching by paired yaitu kelompok gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, dengan 3 kali pertemuan setiap minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif. Kemudian ditemukan bahwa dalam perlakuan gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal tidak ada perbedaan dalam meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif.

Kata kunci: gaya

mengajar komando, gaya mengajar resiprokal, kesegaran jasmani, kognitif.

Pendahuluan

Sekolah merupakan wadah atau tempat menimba ilmu pengetahuan dan keterampilan bagi para peserta didik. Sekolah memiliki beberapa fungsi diantaranya tempat untuk mendidik, mengajar dan melatih. Di sekolah para peserta didik diberikan berbagai macam ilmu sesuai dengan mata pelajaran yang ada. Pendidikan jasmani dan kesehatan sebagai salah satu mata pelajaran yang ada yang merupakan bagian dari sistem pendidikan di sekolah. Dengan kata lain tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan merupakan tujuan pendidikan dalam rangka pembentukan manusia seutuhnya.

Upaya pendidikan dilakukan manusia berdasarkan keyakinan tertentu atas suatu pandangan baik filosofis maupun teoritis (ilmiah). Artinya setiap orang akan melaksanakan suatu pekerjaan, jika tujuan atau hasil pekerjaan tersebut akan dapat

dicapai. Demikian pula menurut Sinulingga (2000) bahwa “dalam pelaksanaan pendidikan jasmani berlangsung proses belajar mengajar yang bertujuan bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar, kebugaran jasmani yang baik, namun juga meningkatkan sifat-sifat afektif dan kemampuan kognitif.

Tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah baik ditingkat SD, SMP dan SMU antara lain untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif siswa. Namun dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan diperlukan guru yang memiliki kompetensi di bidangnya, sarana dan prasarana yang mendukung, dan juga siswa diharapkan aktif dalam proses belajar-mengajar berlangsung. Siswa dan guru yang aktif akan menciptakan suasana belajar yang baik sehingga siswa bergairah, bersemangat dan mudah mengerti apa yang telah diajarkan. Dan sebaliknya, jika siswa pasif dan gurunya

(2)

2 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 juga pasif atau salah satunya pasif saat proses

belajar-mengajar maka apa yang diharapkan dari hasil belajar itu kemungkinan sukar untuk dicapai khususnya yang menyangkut kesegaran jasmani dan kognitif siswa.

Tingkat kesegaran jasmani dan kognitif yang baik dicapai melalui kegiatan olahraga secara teratur dan terus-menerus sesuai dengan takarannya. Peningkatan kesegaran jasmani dan kognitif siswa di sekolah salah satunya bergantung pada gaya guru dalam menyampaikan mata pelajaran sesuai dengan materi yang tertera pada kurikulum. Husdarta dan Saputra (2000) mengemukakan bahwa “menentukan gaya mengajar yang serasi dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran”.

Memilih gaya mengajar yang sesuai dan serasi untuk mencapai tujuan pengajaran merupakan hal yang tidak mudah dilakukan. Ada kalanya alternatif yang sudah dianggap paling tepat pada suatu saat justru menyebabkan kurang berkembangnya kesegaran jasmani dan kognitif siswa. Untuk mencapai tujuan pengajaran, guru berusaha mengembangkan gaya mengajar yang efektif dan efisien.

Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin meneliti dua gaya mengajar, yaitu gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal. Yang dimaksud dengan gaya mengajar komando menurut Supandi (1992) adalah pembelajaran sepenuhnya didominasi oleh guru, sedangkan kebebasan siswa sangat terbatas. Sedangkan gaya mengajar resiprokal menurut Supandi (1992) merupakan pembelajaran yang memberikan kebebasan pada siswa untuk membuat keputusan sehubungan dengan pelaksanaan tugas, sedangkan guru mempersiapkan dan menyusun strategi proses belajar mengajar.

Selanjutnya menurut Lutan (2000) mengatakan ciri gaya komando sebagai berikut gaya komando adalah pendekatan mengajar yang paling bergantung pada guru, guru menyiapkan semua aspek pengajaran dan sepenuhnya bertanggung jawab dan berinisiatif dalam memantau kemajuan

belajar. Gaya ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan, juga dimulai dengan penjelasan tehnik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan melakukannya berulang kali. Dalam gaya komando terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan yang diutarakan oleh Supandi (1992) yakni: (1) keuntungan gaya komando terdiri dari: a). Dapat membina keseragaman dan keserentakan gerakan sesuai dengan yang diinginkan oleh guru, b). Mempertinggi disiplin dan kepatuhan, c). Tidak menuntut pengetahuan yang banyak dari bahan ajarnya, d). Penggunaan waktu yang singkat dan efisien; (2) kelemahan gaya komando terdiri dari: a). Siswa sering kehilangan kemandiriannya, b). Sangat bergantung pada guru dan menurunkan kreasinya, c). Penggunaan alat pelajaran tidak efisien karena tidak dapat bergiliran, d). Bisa menimbulkan salah ajar yang sukar diperbaiki atau bahkan tidak disadari oleh guru, e). Variasi gerakan yang mungkin timbul dari proses belajar-mengajar menjadi tidak muncul karena tersisihkan dari aba-aba guru, dalam gaya ini sering mematikan motivasi belajar lanjutan dan ekstra.

Sedangkan gaya mengajar resiprokal menurut Mosston (dalam Mahendra dan Saputra, 2000) mengatakan bahwa gaya mengajar resiprokal yaitu memperhatikan perubahan yang lebih besar dalam membuat keputusan dari guru kepada siswa, siswa bertanggung jawab untuk mengobservasi penampilan dari teman atau pasangannya dan memberikan umpan balik segera pada setiap kali melakukan gerakan. Guru mempersiapkan lembar tugas yang menjelaskan tugas yang harus dilakukan oleh pasangannya itu sudah sesuai dengan rujukan. Deskripsi semacam ini akan membantu siswa selaku pengamat dalam analisis tugasnya. Setiap kali guru akan memberikan pelajaran, guru harus memulainya dengan memberikan peragaan dan menguraikan cara melaksanakan skillnya. Sejalan dengan itu gaya resiprokal terdapat beberapa keuntungan dan kelemahan yang diutarakan Supandi (1992) yakni: (1) keuntungan gaya resiprokal terdiri dari; a). Memberikan umpan balik

(3)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 3 seketika tanpa ditunda-tunda yang

mempunyai pengaruh nyata terhadap proses belajar siswa. Umpan balik itu berupa informasi tentang apa yang benar atau keliru, b). Dapat mengembangkan cara kerja dalam tim kecil sehingga aspek sosialnya berkembang, c). Meningkatkan proses belajar-mengajar dengan cara mengamati secara sistemik gerakan atau pokok bahasan dari teman. Pada dasarnya mengamati kegiatan belajar teman itu meupakan suatu proses belajar-mengajar juga. Proses belajar ini sering disebut melakukan kegiatan mental berlatih pasif atau membina ciri gerak; (2) kelemahan gaya resiprokal terdiri dari: a). Sering menimbulkan prilaku yang emosional antara pelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku berkelebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan. Prilaku berkelebihan itu antara lain menyampaikan dengan nada mengejek, menghakimi bergaya menggurui yang serba tahu, atau menganggap teman lebih rendah, b). Pada umumnya pelaku tidak tahan terhadap kritik siswa pengamat sehubungan dengan hasil belajar yang pernah dilakukan sebelumnya. Siswa pelaku tidak mau terima hasil pengamatan temannya. Situasi ini sering menimbulkan ketegangan antara siswa pelaku dengan siswa pengamat, c). Sering juga terjadi pasangan ini justru memantapkan suatu prilaku belajar yang salah, disebabkan mereka salah menafsirkan deskripsi gerakan atau pokok bahasan yang tertera dalam lembar kerja.

Dari penjelasan kedua gaya mengajar di atas, terdapat keuntungan dan kelemahan kedua gaya mengajar tersebut yang berbeda. Keuntungan dan kelemahan gaya mengajar tersebut akan mempengaruhi tujuan dari proses belajar-mengajar. Proses belajar-mengajar yang diharapkan dapat meningkatkan kesegaran jasmani, afektif dan kognitif. Oleh karena itu dengan menggunakan gaya mengajar tersebut dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif siswa. Menurut Sajoto (1998) berpendapat bahwa kesegaran jasmani merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas

sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan gerakannya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. Sedangkan menurut Ahli Pendidikan Jasmani (dalam Sudarno, 1992) mengemukakan bahwa kesegaran jasmani merupakan kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukan sesuatu kerja tertentu dengan hasil baik/memuaskan dan tanpa kelelahan yang berarti.

Adakalanya kesegaran jasmani didefinisikan dengan menunjukkan komponen-komponennya. Menurut Wahyoedi (2001) menyatakan komponen-komponen kesegeran jasmani terdiri dari: (1) Daya tahan jantung paru, (2) daya tahan otot, (3) kekuatan otot, (4) kelentukan, (5) komposisi tubuh, (6) kecepatan, (7) kecepatan reaksi, (8) daya ledak, (9) kelincahan, (10) keseimbangan, (11) ketepatan, (12) koordinasi.

Dengan demikian semakin baik komponen-komponen kesegaran jasmani yang dimiliki seseorang, maka semakin baik pulalah kesegaran jasmaninya. Kesegaran jasmani yang baik akan menjadi modal bagi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya, sehingga pengetahuan (kognitif) siswa terhadap suatu pelajaran yang diajarkan dalam proses belajar-mengajar akan tercapai. Menurut Bloom (dalam Dosen, 2003) mengemukakan bahwa kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi berarti ia menguasai sesuatu yang diketahui, dalam arti pada dirinya terbentuk suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk menjadi miliknya. Setiap saat bila diperlukan, pengetahuan yang dimilikinya itu dapat diproduksi.

Sejalan dengan itu, Bloom (dalam Edwar, dkk, 2002) mengatakan bahwa ranah kognitif yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesa dan evaluasi. Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari. Tingkat pemahaman mencakup kemampuan untuk

(4)

4 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 menangkap makna dan arti dari materi yang

dipelajari. Penerapan, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode pada suatu kasus konkrit. Analisis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik. Sintesa, kemampuan menghubungkan segala sesuatu yang pernah dipelajari, dialami atau dilakukan sehingga mewujudkan suatu pengertian baru. Evaluasi mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh seorang jika dia telah memiliki pengetahuan, pengertian dan kemampuan mengalisa serta mensintesakan sesuatu dalam situasi tertentu yang konkrit.

Berdasarkan pendapat di atas ranah kognitif dapat disimpulkan sebagai kemampuan mengingat, menangkap, menerapkan, merinci, menghubungkan dan kemampuan membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh seorang jika dia telah memiliki pengetahuan, pengertian dan kemampuan mengalisa serta mensintesakan sesuatu dalam situasi tertentu.

Jadi, sesuai dengan berbagai penjelasan tetang teori di atas, fokus dari pada penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kesegaran jasmani dan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung yang dikaitkan dengan materi yang ada dalam kurikulum. Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Secara signifikan gaya mengajar komando berpengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung

2. Secara signifikan gaya mengajar komando berpengaruh terhadap peningkatan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung

3. Secara signifikan gaya mengajar resiprokal berpengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung

4. Secara signifikan gaya mengajar resiprokal berpengaruh terhadap peningkatan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung

5. Secara signifikan gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal tidak berpengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung

6. Secara signifikan gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal tidak berpengaruh terhadap peningkatan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode eksprimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung sejumlah 101 orang. Jumlah sampel 50 orang yang diperoleh dengan tehnik

proportionate random sampling dengan

menggunakan undian, selanjutnya dibagi menjadi dua kelompok dengan tehnik

matching by paired yaitu kelompok gaya

mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu, dengan 3 kali pertemuan setiap minggu. Instrumen untuk mengukur varibel kesegaran jasmani yang baik untuk siswa tersebut dengan menggunakan tes lari 40 meter, gantung siku lipat, baring duduk 30 detik, loncat tegak dan lari 600 meter. Sedangkan instrumen untuk variabel kognitif adalah dengan menggunakan tes Formatif. Tes Formatif dilakukan pada semua mata pelajaran di sekolah MIN Medan Tembung yang dilakukan oleh guru bidang studi masing-masing. Teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan analisis statistik yakni; menggunakan uji normalitas, uji homogenitas dan dilanjutkan dengan uji-t.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian untuk kelompok gaya mengajar komando dan kelompok gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kesegaran jasmani adalah sebagai berikut:

(5)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 5 Kelompok Gaya Mengajar Komando Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal Pre- test Post-test Pre-test Post-test Rentang (R) 8-12 9-23 7-21 10-23 Rata-rata Mean ( ) 13,72 15,96 13,84 15,76 Rentang Beda (RB )/Rata-rata Beda ( ) 1-4 2,24 0-3 1,92 Simpangan Baku (SB) 3,31 3,50 3,39 3,15

Hasil penelitian untuk kelompok gaya mengajar komando dan kelompok gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kognitif adalah sebagai berikut:

Kelompok Gaya Mengajar Komando Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal Pre-test Post-test Pre-test Post-test Rentang (R) 60-111 61-114 62,5-115 64-117 Rata-rata Mean ( ) 86,16 88,4 85,88 89,48 Rentang Beda (RB )/Rata-rata Beda ( ) 0-7 2,04 0-11 3,6 Simpangan Baku (SB) 12,07 12,77 9,97 11,58

Data gabungan hasil penelitian untuk kelompok gaya mengajar komando dan kelompok gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kesegaran jasmani adalah sebagai berikut: Kelompok Gaya Mengajar Komando Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal Gabu ngan Pre-test Post-test Pre-test Post-test Rentang (R) 8-22 9-23 7-21 10-23 - Rata-rata Mean ( ) 13,7 2 15,96 13,8 4 15,76 - Rentang Beda (RB)/Rata-rata Beda ( ) 1-4 2,24 0-3 1,92 - Simpangan Baku (SB) 3,31 3,50 3,39 3,15 SG = 1,82 Data gabungan hasil penelitian untuk kelompok gaya mengajar komando dan kelompok gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kognitif adalah sebagai berikut:

Kelompok Gaya Mengajar Komando Kelompok Gaya Mengajar Resiprokal Ga bun gan Pre-test Post-test Pre-test Post-test Rentang (R) 60-111 61-114 62,5-115 64-117 - Rata-rata Mean ( ) 86,16 88,4 85,88 89,48 - Rentang Beda (RB )/Rata-rata Beda ( ) 0-7 2,04 0-11 3,6 - Simpangan Baku (SB) 12,07 12,77 9,97 11,58 SG = 3,50 Dari hasil penelitian di atas, maka dilakukan pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan untuk hipotesis pertama, maka diperoleh pengujian hipotesis (t-hitung) sebesar 11,25, selanjutnya harga tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n -1 (25-1=24) pada taraf signifikan α = 0,05 adalah 1,71 dengan

(6)

6 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 demikian th > tt (11,25 > 1,71), berarti Ho

ditolak dan Ha diterima. Hipotesis kedua, diperoleh pengujian hipotesis (t-hitung) sebesar 10,54 selanjutnya harga tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n -1 (25--1=24) pada taraf signifikan α=0,05 adalah 1,71 dengan demikian th > tt (10,54 > 1,71), berarti Ho ditolak dan Ha diterima.

Hipotesis ketiga diperoleh pengujian hipotesis (t-hitung) sebesar 5,83 selanjutnya harga tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n -1 (25-1=24) pada taraf signifikan α=0,05 adalah 1,71 dengan demikian th > tt (5,83 > 1,71), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hipotesis keempat diperoleh pengujian hipotesis (t-hitung) sebesar 5,81 selanjutnya harga tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n -1 (25-1=24) pada taraf signifikan α=0,05 adalah 1,71 dengan demikian th > tt (5,81 > 1,71), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Hipotesis kelima diperoleh pengujian hipotesis (t-hitung) sebesar -0,39, selanjutnya harga tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n -1 (25--1=24) pada taraf signifikan α=0,05 adalah 1,71 dengan demikian th < tt (-0,39 < 1,71), berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Hipotesis

keenam diperoleh pengujian hipotesis

(t-hitung) sebesar 1,10, selanjutnya harga tersebut dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk n -1 (25-1=24) pada taraf signifikan α=0,05 adalah 1,71 dengan demikian th < tt (1,10 < 1,71), berarti Ho diterima dan Ha ditolak.

Dari hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perbedaan yang signifikan antara pre-test dan

post-test pada kelompok gaya mengajar

komando. Hal ini menggambarkan bahwa gaya mengajar komando memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesegaran jasmani siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test pada kelompok gaya mengajar komando. Hal ini menggambarkan bahwa gaya mengajar komando memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kognitif

siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perbedaan yang signifikan antara pre-test dan post-test pada kelompok gaya mengajar resiprokal. Hal ini menggambarkan bahwa gaya mengajar resiprokal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kesegaran jasmani siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perbedaan yang signifikan antara pre-test dan

post-test pada kelompok gaya mengajar

resiprokal. Hal ini menggambarkan bahwa gaya mengajar resiprokal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kognitif siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Hasil pengujian hipotesis kelima menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan yang signifikan antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kesegaran jasmani siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Hasil pengujian hipotesis keenam menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perbedaan yang signifikan antara gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap peningkatan kognitif siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung.

Sesuai dengan hasil penelitian di atas, diketahui bahwa rata-rata hasil pre-test gaya komando lebih rendah dibanding dengan gaya resiprokal terhadap kesegaran jasmani, namun setelah dilakukan perlakuan sesuai dengan kurikulum selama 6 minggu dilakukan

post-test terhadap kedua kelompok, gaya komando

lebih meningkat dibanding gaya resiprokal, ini diakibatkan karena siswa kelompok komando lebih banyak berbuat dalam melakukan materi yang diajarkan oleh guru, dimana dalam gaya komando guru selalu memerintah siswa untuk melakukan materi sesuai dengan keinginan guru.

Sedangkan menurut Jeni (2004) mengatakan gaya mengajar komando dapat meningkatkan kesegaran jasmani siswa. Ini diakibatkan karena guru lebih banyak berperan daripada siswa sehingga anak didik serius untuk melakukan gerakan,

(7)

Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013 7 sebagaimana dijelaskan Lutan (2000) bahwa

pada dasarnya gaya ini ditandai dengan penjelasan, demonstrasi, dan latihan. Lazimnya gaya ini ditandai dengan penjelasan tehnik baku, dan kemudian siswa mencontoh dan melakukan berulang kali.

Sedangkan dalam kelompok gaya mengajar resiprokal timbul kerja sama yang rendah, dimana terlihat pengamat kurang memperhatikan pasangannya, memberikan umpan balik yang berbeda dengan pendapat/tapsiran pasangannya terhadap materi yang diajarkan sehingga menimbulkan prilaku yang emosional. Dampak dari pada hal tersebut maka otomatis kegiatan melakukan tugas-tugas yang dibebankan sesuai dengan lembaran tugas yang disarankan kurang maksimal. Pada siswa kelompok ini diduga kurang mampu menafsirkan tugas-tugas yang harus dilaksanakan, sehingga selalu terjadi perbedaan pendapat yang sifatnya membuang waktu. Walaupun pada awalnya guru yang membimbing kelompok ini sudah mendemontrasikan materi gerakan yang akan dipelajari. Sebagaimana dikatakan Supandi (1992) bahwa gaya mengajar resiprokal ditandai dengan terjadinya prilaku yang emosional antara pelaku dan pengamat yang disebabkan pengamat berlaku berlebihan dalam menyampaikan informasi yang bersangkutan, memantapkan prilaku belajar yang salah disebabkan salah menafsirkan deskripsi yang ada pada lembar kerja.

Selanjutnya dari hasil penelitian di atas, diketahui bahwa rata-rata hasil pre-test gaya komando lebih tinggi dibanding gaya resiprokal terhadap kognitif, namun setelah dilakukan perlakuan sesuai dengan kurikulum selama 6 minggu dilakukan post-test terhadap kedua kelompok, gaya resiprokal lebih meningkat dibanding gaya komando, ini diakibatkan karena diduga siswa-siswi kelompok resiprokal memiliki kemampuan belajar yang lebih baik yang dapat meningkatkan kecerdasan dan kognitifnya. Menurut Fahrizal (2004) mengatakan bahwa gaya mengajar resiprokal dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan meningkatnya

hasil belajar siswa berarti juga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya.

Sedangkan dalam kelompok gaya mengajar komando, proses pembelajaran yang menuntut siswa untuk selalu melakukn tugas yang diintruksikan olah guru, sehingga menurut Supandi (1992) menyatakan siswa bergantung pada guru yang dapat menurunkan kemandiriannya sehingga dapat menghambat kreasinya. Kaitannya dengan pendapat di atas diduga siswa kelompok komando kurang memiliki kemampuan belajar yang baik.

Dari hasil hipotesis pertama, kedua, ketiga dan keempat, kedua jenis gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal sama-sama berpengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani dan kognitif, namun dari hasil hipotesis kelima dan keenam tidak ada perbedaan pengaruh gaya mengajar diantara keduanya terhadap kesegaran jasmani dan kognitif, ini mungkin diakibatkan karena kedua gaya mengajar tersebut sama-sama baik untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif, sehingga hipotesis yang diajukan terhadap kedua gaya mengajar tersebut tidak terbukti.

Dengan melakukan gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal terhadap materi secara berkesinambungan, maka akan dapat meningkatkan kesegaran jasmani, kemampuan berfikir dan kemampuan menangkap pelajaran yang diberikan oleh seorang pendidik. Dengan demikian kesegaran jasmani dan kognitif dari siswa akan dapat meningkat.

Namun, bukan hanya gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif. Masih ada gaya mengajar lainnya yang dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif yaitu seperti gaya mengajar

problem solving, gaya mengajar tugas, gaya

mengajar eksplorasi terbatas, gaya mengajar eksplorasi tak terbatas dan gaya individual (Lutan, 2000) dengan memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

(8)

8 Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 19 Nomor 1 Maret 2013

Simpulan dan Saran

Dari hasil penelitian dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

Secara signifikan gaya mengajar komando dapat meningkatkan kesegaran jasmani pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Secara signifikan gaya mengajar komando dapat meningkatkan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Secara signifikan gaya mengajar resiprokal dapat meningkatkan kesegaran jasmani pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Secara signifikan gaya mengajar resiprokal dapat meningkatkan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Secara signifikan gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal tidak berpengaruh terhadap peningkatan kesegaran jasmani pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung. Secara signifikan gaya mengajar komando dan gaya mengajar resiprokal tidak berpengaruh terhadap peningkatan kognitif pada siswa-siswi kelas VI MIN Medan Tembung.

Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada guru pendidikan jasmani di sekolah agar memperhatikan gaya mengajar yang sesuai, agar dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan kognitif. Kepada pembaca yang berminat dengan penelitian ini dianjurkan untuk mengadakan penelitian yang dilihat dari kesegaran jasmani, kognitif, afektif dan psikomotor.

Daftar Pustaka

Dosen, Tim. (2002). Perkembangan Peserta Didik. UNIMED

Edward, Rajab, Yusnadi, Rosdiana, Nasrun, dan Simanjuntak, M.. (2000). Belajar

dan Pembelajaran. UNIMED

Husdarta dan Saputra Yudha. (2000). Belajar

dan Pembelajaran. Dikdasmen Bagian

Proyek Penataran Guru SLTP D-III. Jeni, Sopa. (2004). Skripsi.Pengaruh Perbedaan

Gaya Mengajar Komando dan Gaya Mengajar Problem Solving Terhadap Penigkatan Kesegaran Jasmani Pada Siswa-Siswi Kelas V Y.P. Gajah Mada Medan. Medan, FIK UNIMED.

Lutan, Rusli. (2000). Strategi Belajar Mengajar

Penjaskes. Jakarta, Departemen

Pendidikan Nasional Dirjen Olahraga. Lutan, Supandi, Santoso, Ichsan, Setiawan,

Nadisyah, Hidayat dan Nurhasan. (1991). Manusia dan Olahraga.

Bandung, ITB dan FPOk/IKP

Mahendra, Agus. (2000). Bola Tangan.

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III Nazir, (1998). Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia

Indonesia.

Purnomo Ananto dan Abdul Kadir. (1995).

Memelihara Kesehatan dan Kesegaran Jasmani. Jakarta, Depdikbud Pusat

Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. Riduwan. (2003). Dasar-Dasar Statistik. Jakarta,

ALPABETA

Ronald dan Raymond. (1986). Ilmu Peluang dan

Statistik untuk Insinyur dan pertanian.

Bandung, ITB

Sajoto, M. (1998). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam

Olahraga. Jakarta, Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Kependidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Sinulingga, Albadi, (2000). Jurnal Penelitian

Bidang Pendidikan. Lembaga Penelitian

UNIMED.

Sudarno, SP. (1992). Pendidikan Kesegaran

Jasmani. Pendidikan dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Sudjana. (2002). Metode Statistik. Bandung, PT. Tarsito.

Suapandi. (1992). Strategi Belajar Mengajar

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.

Bandung, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Wahjoedi. (2001). Landasan Evaluasi Pendidikan

Jasmani. Jakarta, PT. Raja Grafindo

Referensi

Dokumen terkait

DORE RHENDY MAMORI. Analisis Kepuasan Konsumen UKM Tahu Bandung Ashor di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,

Epistemologi adalah cabang Epistemologi adalah cabang filsafat yg membahas tentang filsafat yg membahas

Bersama ini disampaikan Keputusan Menteri Negara Agraria /Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 16 Tahun 1997 tentang Perubahan Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau

rancangan pengelolaan data KIA untuk penentuan status gizi balita berbasis Android mobile yaitu : (a) Pemilihan Model pengembangan Sistem Informasi yang baru berupa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh signifikan partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, dan akuntabilitas publik terhadap

Indikasi terjadinya pencemaran pada airtanah maupun air sungai di daerah penelitian terlihat dari beberapa kadar kandungan kimia yang menunjukkan pencemaran ringan sampai sedang

yang berasal atau disandarkan kepada selain Nabi Salallahu Alaihi Wasallam ., Hadits sebagai.. sesuatu yang berasal atau disandarkan kepada Nabi Salallahu Alaihi

[r]