W
PRESIDENREPIIBLIK ]N D ONES ]A
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2OO9
TENTANG
TAR1F PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS PENGHASILAN BERUPA UANG PESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN
HARI TUA YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
Menimbang
:
a.b.
Mengingat
I
I.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
bah$'a
dengan
dilakukal
perubahan terhadap
Undang-Undang Nomor
7
Tahun
1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimanatelah
beberapakali
diubah terakhir
denganUndang-Undang Nomor 36
Tahun 2oo8
tentang PerubahanKeempat atas Undang Undang Nomor 7
Tahun
1983 tentangPajal< Penghasilan,
perlu dilakukan
penyesuaian terhadapketentuan
tarif
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilanberupa uang pesangon uang manfaat pensiun.
runjanganhari tua,
dan jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus;bahwa
berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalamhurul
a danuntuk
melal<sanakan ketentuan Pasal 21ayat
(5)
Undang-UndangNomor
36
Tahun
2008
tentangPerubahan Keempat
atas Undalg-Undang
Nomor7
Tal-run1983
tentang Pajak
Penghasilan,
perlu
menetapkanPeratura!
Pemerintah tentangTaril
Pajak Penghasilan Pasal21
atas Penghasilan Berupa Uang Fesangon, Uangllanfaat
Pensiun, TunjanganHari Tua,
danJaminan Hari
Tua yang Dibayarkan Sekaligus;Pasal
5
ayat
{2) Undalg-Undang Dasar
Negara RepublikIndonesia
Tahun
1945;Unda:rg-Undang
Nomor
7
Tahun 1983
tentang
Pajak Penghasilan (Lembaran NegaraRepublik
Indonesia Tahun1983
Nomor
50,
Tambahan Lembaran Negara
RepublikIndonesia Nomor 3263)
sebagaimanatelah
beberapakali
diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor36
Tahun 2OO8tentang
Perubahan Keempatatas
Undang Und-angNomor 7
Tahun
1983 tentang Pa.jak Penghasilan {LembaranNegara Republik lndonesia
Tahun
2008
Nomor
133,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor4893t:
-W
PRESIDENIlEPUBLIK ]N DON ES IA
-2-MEMI]TUSKAN:
MenetapKan:
PERATURAN PEMERINTAH
TENTANG
TARIF
PAJAK PENGHASILAN PASAL21
ATAS PENGHASILAN BERUPA UANGPESANGON,
UANG
MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN HARI TUA YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS.Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan:
1.
Undang-Undang Pajak Penghasilan adalah Undang UndangNomor
7 Tahun 1983
tentang
Pajak
PengheLsilansebagaimana
telah
beberapakali
diubah terakhir
dengan Undang-Undalg Nomor 36Tahun
2008 tentang PerubahanKeempat
atas
Undang-Undang
Nomor
7
Tahun
1983tentang Pajak Penghasilan.
2.
Pajak Penghasiian Pasal 21 adalahpajak
atas penghasilar-sehubungan dengan pekerjaan,jasa. atau
kegiatan dengal'nama
dan
dalam
bentuk
apapun
yang
diterima
ataudiperoleh
Wajib
Pajak orang
pribadi
dalam
negerisebagaimana
diatur
dalam Pasal21 Undarg-Undaig
Pajak Penghasila'r.3.
Pegawaj adalah orangpribadi
dalam negeri yang menerima penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaa-t pensiun. tunjanganhari tua,
dan jaminan hari tua
yangdibalarkan
sekaligus.
4.
Uang
Pesangon adalah penghasilanyang dibayarkan
oleh pemberikerja termasuk
PengelolaDana
Pesangon TenagaKerja kepada
pegawai, dengannama
dan
dalam
bentuk apapun, sehubungan denganberakhirnya
masake{a
atauterjadi
pemutusan
hubungan
kerja,
termasuk
uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.5.
Uang Manfaat
Pensiunadalah penghasilal
dari
rnanfaatpensiun
yang
dibayarkan kepada orang
pribadi
peserta dana pensiun secara sekaligus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangandi
bidang
dana pensiun oleh
DanaPensiun
Pemberi
Kerja
atau
Dana
Pensiun
LembagaKeuangan yang pendiriannya
telah disahkan oleh
MenteriKeuanean.
*4:14',
'.v^wJ
-s-;Y{Y
PRES]DEN REP],]BL]K INDONESIA 6. 7. 8. 9. (1)-3-Tunjangan Hari Tua adalah
penghasilanyang
dibayarkansekaligus
oleh
badan
penyelenggaratunjangan
hari
tua
kepada orang pribadi yang telah mencapai usia pensiun.
Jaminan
Hari
T\ra adalah penghasilan yang
dibayarkansekaligus oleh badan penyelenggara
ja:rinan
sosial renagakerja
kepada
orang
pribadi yang berhak
dalam
jangkawaktu
yang telah
ditentukan
atau
keadaan
lain
yang ditentukan.Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja adalah badan yang
dituniuk oleh
pemberi
kerja
untuk
mengelola
Uang Pesa{ngonyang
selanjutnya membayarkanUang
Pesangontersebut kepada
Pegawaidari
pemberi
kerja
pada
saat berakhirnya rnasa kerjaatau terjadi
pemutusan hubungan kerja.Pemotong
Pajak
adalah pemberi
kerja,
Pengelola DanaPesangon Tenaga Kerja, Dana Pensiun Pemberi Kerja, atau
Dana Pensiun
Lembaga Keuangan,badan
penyelenggarajaminan
sosial tenaga kerja, danbadal
lain yang membayarUang
Pesangon,Uang
Manlaat Pensiun,
T\-rnjar,gan HariPasal 2
Atas
penghasiian
yang
drterima
atau
diperoleh
Pegawai berupa Uang Pesangon, Uang Manlaat Pensiun, TunjanganHari
Trra,
atau
Jaminan
Hari
Ttra
'yang
dibayarkansekaligus
dikenai
pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21yang bersifat final.
Penghasilan
berupa
Uang
Pesangon,
Uang
ManfaatPensiun, Thnjangan
Hari Tua, atau
Jaminan
Hari
Tuasebagaimana
dimaksud dalam
Pasal2
ayat
{1) dianggapdibayarkan sekaligus
dalam
hal
sebagian
atau
seLuruhpembayarannya
dilakukan
dalam jangkawaktu
paling lama2 (dua) tahun kalender.
(2)
W
(1)
PRESIDEN
REPL.IBL K LN D ONES LA
Pasal 3
Pembayaran
Uang
Pesaigon
kepada
Pegawai
dapatdilakukan
secara langsung
oleh
pemberi
kerja
ataudialihkan
kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja.Dalam
hal
pemberi
kerja
mengalihkal
Uang Pesangonsecara sekaligus kepada Pengelola
Dana
Pesangon TenagaKerja,
Pega\a'ai dianggaptelah menerima
hak
atas
Uang Pesangon.Dalam
hal pemberi
kerja
mengalihkan
Uang
Pesangonsecara bertahap
atau
berkala
kepada
Pengeiola Dana Pesangon Tenaga Kerja, Pegau'ai dianggap belum menerimahak atas Uang Pesangon.
Dalam hal terjadi pengalihan Uang Mantaat Pensiun kepada
perusahaan asuransi
jiwa
dellgan
cara
Dana
Pensiunmembeli anuitas seumur
hidup,
Pegawai sebagai pesertadianggap telal-r
menerima hak
atas Uang Manfaat Pensiunvang dibayarkan secara sekaligus. (2)
(3)
(4)
Pasal 4
Tarif
Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilanbelupa
Uang Pesangonditentukan
sebagai berikutla.
sebesar
0%
{nol
perseni
atas
penghasilan
bruto
sampai dengan Rp50.000.000,0O (lima puluhjuta
rupiah);b.
sebesar5%
(lima
persen)atas
penghasiianbruto
di
atasRp5O.000.000,00
(lima puluh
juta
rupiah)
sampai denganRp 100.000.000,00 (seratus
juta
rupiah);c.
sebesar 15% (lima belas persen) atas penghasilanbruto
di atas Rp100.000.000,00 (seratusjuta
rupiah)
sampai dengarrRp500.000.000,00 (1ima ratus
juta
rupiah);d.
sebesar 25a/o (d:uapuluh
lima persen) atas penghasiian bruto di alas Rp500.000.000.00 (lima raLusjuta
rupiah).-W
Pasal 5
Tarif
Pajak Penghasilan Pasal21
atas penghasilan berupa Uang Manfaat Pensiun,Ttrnjangal Hari Tua, atau Jaminan Hari
Tuaditentukan
sebagai berikut:a.
sebesaro% (nol
persen)atas
penghasilan
bruto
sampaidengan Rp50.000.000.00 llima puluh
juta rupiahl:
b.
sebesar5%
(lima
persen)atas
penghasilanbruto
di
atasRpsO.00O.OOO,O0 {lima puluh
juta
rupiah)Pasal 6
Dalam
hal
terdapat
bagian
penghasilan
sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
2
ayat
(2)
yang
ten.rtang atau dibayarkan pada tahun ketiga dantahun-tahun
berikutnya,pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21 dilakukan
denganmenerapkan
tarif
Pasal 17 ayat (1)huruf
a Undang-UndangPajak Penghasilan atas
jumlah bruto
seluruh
penghasiianyang
terutang
atau
dibayarkan
kepada
Pega\r'ai padamasing-masing tahun kalender yang bersangkutan
Pajak
Penghasilan Pasal21
yang
dipotong
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)
tidak
bersifat
final dan
dapatdiperhitungkan
sebagaipembayaran
pajak
pendahuluan atau kreditp4ak.
Atas pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21
sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)berlaku ketentuan
Pasal21
ayat(5a) Undang-Undang Pajal< Penghasilan.
PRESIDEN
REFUEJLIK INDONESIA
(1)
Pasal 7
(1)
Pemotong
Pajak wajib
menghitung,
memotong, menyetorkan, dan melaporkan Pajak Penghasilan Pasal 21yang terutang atas Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun,
T\rnlangan Hari T\ra, atau Jaminan Hari T!ra. \2)
(3)
e.ffi}
PRESIDEN R EP UBL IK INDONESIA (2J (3) (2) {3) (1)-6-Pemotong Pajak wajib membenkan
bukti
pemotongan Pa.jakPenghasilan Pasal 21 baik diminta maupun
tidak
pada saatdilakukannya pemotongan
pajak
kepada
Pegawai yangberhal< menerima Uang Pesalgon, Uang
Malfaat
Pensiun, Tunjangan Hari T\ra, atau Jaminan Hari Tua"Kewajiban menghitung,
memotong, menyerorkan,
danmelaporkan
sebagaimanadinraksud
pada
ayat
(1)
dankewajibal
memberikan
bukti
pemotongan
sebagaimanadimaksud
pada ayat (2), tetapdilakukan
terhadap Pegawai yangdikenai
tarif
Pajak Penghasilan Pasal21
sebesar 07o (nol persen).Pasal 8
Dalam
hal
pembayaranUang
Pesangondialihkan
olehpemberi
kerja
kepada
PengelolaDana
Pesangon TenagaKerja
dengan pembayaran secara sekalipSrs sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
3
ayat
(2),
pemotongan
P4jak Penghasilan Pasal21
dilakukan oleh
pemberikerja
pada saat pengalihan Uang Pesangon.Dalam
hal
pembayaranUang
Pesangondialihkar]
olehpemberi
kerja
kepada
PengelolaDana
Pesangon TenagaKerja
dengan pembayaran secarabertahap
atau
berkala sebagaimanadimaksud dalam
Pasal3
ayat
(3),
pemberikerja
tidak
melakukan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal21 atas pengalihan Uang Pesangon tersebut.
Pemotongan
Pajak
Penghasilan
Pasal
21
aras
Uang Pesangon sebagaimanadimaksud
padaayat
(2) diiakukanoleh
PengeiolaDana
Pesangon TenagaKerja
pada
saatpembayaran Uang Pesangon kepada Pegawai.
Pasal 9
Dalam
ha1terjadi
pengalihan Uang Manfaat Pensiiur
kepada perusahaan asuransijiwa
sebagaimana dimaks,:ddalan
Pasal 3ayat (4), pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21
dilakukan
olehDana
Pensiun Pemberi
Kerja
atau
Dana
Pensiun
Lembaga Keuangan pada saat pembelian anuitas seumur hiduf,.,,*-4{r\
t{"#l
PRESIDEN REP]..]BL]K INDONESIA-7
-Pasal 10Ketentuan
lebih
laijut
mengenaitata
cara
pemotongan PajakPenghasilan Pasal
21
atas penghasilanberupa
Uang Pesangon,Uang Manfaat Pensiun,
Tunjalgan
HariT\ra,
dan Jaminan HariTua yang dibayarkan sekaligus
diatur
dengan Peraturan MenteriKeuangan.
Pasal 11
Pada
saat
Peraturan Pemerintahini
mulai berlaku,
pengenaan Pajak Penghasilan Pasal21
atasuang
pesangon,uang
tebusanpensiun atau uang
manfaat pensiun,tunjangan
hari
tua,
ataujaminan
hari tua
yang
diperoleh Pegawai sebelum berlakunya Peraturan Pemerintahini
dan pembayarannyadilakukan
setelah Peraturan Pemerintatrini
berlaku, berlaku
ketentuan PeraturanPemerintah Nomor 149
Tahun
20OO tentang Pemotongan PajakPenghasilan Pasal
21
atas Penghasilan Berupa UangPesangon-Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan
Hari
Tua atau JaminanHari Tua.
Pasal 12
Pada
saat
Peraturan Pemerintahini
mulai
berlaku,
PeraturanPemer:intah Nomor 149
Taiun
2000tentang
Pemotongar PajakPenghasilan Pasal
21
atas Penghasilanberupa
Uang Pesangon,Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan
Hari
T\ra atau JaminanHari Tua
(Lembaran NegaraRepublik Indonesia Tahun
2000Nomor
266,
Tambahan Lembaran NegaraRepublik
IndonesiaNomor 4067), dicabut dan dinyatakan
tidak
berlaku.Pasal 13
,.$,ffit-ib
-:4:f
PRESIDEN
REPUBLIK LNDONESIA
-8-Agar setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintahini
dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik lndonesia.Ditetapkan di
Jakarta
pada tanggal 16 November 2009 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR, H, SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
ulurludrl|<^arr
pada tanggal 16 November 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
PATRIALIS AKBAR
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2OO9 NOMOR 169
Salinan sesual dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan
4r.\
"/
N\ at'r
-a\"
:c\W'"/sr
,f#
PRES DEN
Rf PIIBL K INDOI\lESlA
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2OO9
TENTANG
TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 2
i
ATAS PENGHASILAN BERUPA UANGPESANGON, UANG MANFAAT PENSIUN, TUNJANGAN HARI TUA, DAN JAMINAN HARI TUA YANG DIBAYARKAN SEKALIGUS
I.
UMUMDengan diundangkannya Undang-Undang Nomor
36 Tahun
2OO8 tentan3Perubahan Keempat
atas
Undang-Undang Nomor7
Tahun
1983 telltangPajak Penghasilan
terdapat
perubahanmateri
sehinggaperlu
dilakr.rkanpenyesuaian terhadap
ketentuan
mengenaitarif
Pajak Penghasiian Pasal21
atas
Penghasilanberupa Uang
Pesangon,Uang Manfaat
Pensiun,1\njangan
Hari
Tt]a, dan
Jaminan
Hari Tua yang
sebelumnyadiatur
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 149 Tahun 2O00 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua, atau
Jamillan
Hari Tua'Berdasarkan
ketentuan
Pasal21
ayat
(5)
Undang-UndangNomor
36 -Tahun
2OO8tentang
Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7'Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan,tarif
penotongan atas penghasilan sehubungandengan
pekerjaan,jasa, atau
kegiatan dengan nama
dandalam bentuk apa
pun
yang diterima atau
diperolehWajib
Pajak orangpribadi
dalam negeri, dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan lainyang berbeda dengan
tarif
pajak sebagaimanadiatur
dalam Pasal 17 alrar (1)huruf
a Unda.nS-Undang Pajak PenghasilarMateri pokok yang
diatur
dalam
Peraturan Pemerintah
ini
mengenaipengenaar Pajak Penghasilan yang bersifat fina1, penetapan besaran
tarif
pajak,
da:r penotongan terhadap
penghasilanberupa Uang
Pesangon,UaIg
Manfaat Pensiun, Ttrnjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tt.raPenghasilan
berupa Uang
Pesangon,Uang Manfaat Pensiun'
Trrr'janganHari
Trra,
dan
Jaminan
Hari Tua
yang
ciibayarkan sekaligus
pada umumnyajumlahnya relatif
besardibandingkan
penghasilanrutin
)'ang diterimasebelumnya.
Den€lan penerapantarif
progresif yang iebih rendalldari
ketentuan
umum
tarif
Pajak
Penghasilan
maka
manfaai
yang'diperoleh
menjadi lebih
besardan
mernberikankeringanan,
kemuda'hzrl, kesederhanaal, dan kepastian hukum.o#jAt
$;w.i,
ts\i -;,LZ
PRESIDEN FIEPUBLIK NDONESIA-2
II.
PASAL DEMI PASALPasal 1 Pasal 2 Ayat Pasal 3 Cukup jelas. l1) Cukup jelas. (2\
Karena alasan keuangan,
pembayaranUang
Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, T\.rnjanganHari Ttra atau Jaminan Hari
Tuayang
seharusnya dibayarkan sekaligus,
dilakukan
dalambeberapa
kali
pembayaran. Pembal,arandalam
beberapakali
pembayaran sepanjangdilakukan dalam
waktu
2
(dua) tahunkalender
dianggap sebagai pembayaran secara sekaligus, dandihitung
sebagai satu kesatuanuntuk
pengenaan pajaknya. AyatAyat (1)
Pada dasarnya kewatiban pembayaran Uang Pesangon dilakukan
oleh
pemberi
kerja
kepada
pegawainya
pada saat
terjadipemutusan
hubungal
kerja.
Namun
ada
kalanya,
kewajiban pembayaran Uang Pesangon tersebutdialihkan
kepada PengelolaDana Pesangon Tenaga Kerja melalui
pengalihal
dana pesangon secara sekaligus atau sec€lra bertahap atau berkala.Ayat (2)
Apabila
pemberi
kerja
mengalihkan
Uang
Pesangon secarasekaligus kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Keria, maka Pegawai
dianggap
telah
menerima
hak
atas
Uang
Pesangon,sehingga pemberi
kerja
suciah
mempunyai
kewa.jiban pemotongan Pajak Penghasilan Pasai21 pada saat
pengalihan tersebut.Ayar (3)
Dalam
hal
pemberi
kerJamengalilkan Uang
Pesangon secara bertahapatau
berkala kepada Pengelola Dana Pesangon Tenaga Kerja,maka
Pegawai dianggap belum menerimahak
atas UangPesangon, sehingga pemberi
kerja
tidak
mempunyai kewajibanuntuk
memotong
Pajak
Penghasiian
Pasal
21
pada
saatpengalihan tersebut.
c'#1\
tri*;V
\Sj;:49
PRE:]IDEN REPT,JBLIK NDONES A Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 4Dengan memperhatikan bahwa besarnya
Uang
Pesangon dikaitkandengan masa
kerja dan
besarnyaupah atau penghasilai
yang diterimasetiip
bulan, makatarif
Pajak Penghasilan Pasal 21yalg
dikenai bersifatprogresif.
Namun
untuk
memberikan
keadilan,
kemudahan,
,-danLepistian hukum
bagi Pegawai yang menerimanya, lapisantarif
progresif yangdiberlakukan
berbeda dengan lapisantarif
yangditentukan
dalamPasal 17 ayat (1)
huruf
a Undang-IJndang Pajak Penghasilan'Contoh perhitungan Pajak
Penghasilar-rPasal
21
yang dipotong
ataspenghasilan berupa Uang Pesangon dengan jumLah Rp175 000.000,00.
Penghasilan
bruto
Rp175 000 000,00Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang :
O%
xRp5O.OOO.OOO,O0
- RP
0,005%
xRp50.000.000,00 =
Rp
2.500 000,0015% x
Rp75.ooo.000,oo
-
Rp1l.zsq-QllllpQ
(+)Rp13.750.000,00
Dalam
hal
pembayaran Uang dilakukan dalam beberapakali
a.
Bulan Desember 2009b.
BulanApril
2010Jumlah
Pesangon
dalam contoh tersebut
di
ataspembayaran, misainya:
Rp
50.000.000,00Rp 125.000.000.00 (+) Rp 175.000.000,00
Perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal
21
didasarkan padajumlah
pembayaran sebagai
satu
kesatuan,
yaitu
sebesar Rp 175.OO0.0OO.O0Pajak Penghasilan Pasal 2 1 yang harus dipotong:
Bulan Desember 2009:
Jumlah penghasilan
bruto
Rp50.000.000,00-W
Pajak Penghasilan
n^".f
z l.t"..,lng,
0o"x
Rp50.OOO.0OO.OOBulan
April
20 10:.Jumlah penghasilan bruto
Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang:
50"
x
RpSO.0OO.00O.O0 15""x
Rp75.000.000.00 Jumlah PRESIDEN REPl-]BLiK NDONES A RpO,OO Rp 125.000.000,00Rp
2.500.000,00 Rp 1 1.250.000.00 (+) Rp13.75O.OOO,OOJumlah selumh
Pajak
Penghasiian
Pasal
21
yang
dipotonglRpO,0O + Rp13.750.000,00 = Rp13.750.000,00.
Pasal 5
Berdasarkan
pertimbangan
bahwaUang lt{anfaat
Pensiun, Ttrnjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus menrpakannilai tunai
atas
Uang
Maifaat
Pensiun, Tunjangan
Hari
'l-ua,
atauJaminan Hari
Tua yang dibayarkan secara berka.launtuk
jangka waktuyang cukup lama, maka
penghasilanyang diterima
sekaligus terseburpada dasarnya penghasilan yang seharusnya
diterima
untuk
beberapatahun pajak.
Dengan memperhatikan besarnya Uang Manfaat Pensiunyang
berlaku saat
ini
pada umumnya,
maka
penghasilan
sekaligus tersebutjika
dialokasikan dalam
beberapatahun
masjh berlaku tarif
terendah
yaitu
sebesar 5% (lima persen). Ketentuanini
dibeikan untuk
memberikan
keadilan,
kemudahan, kesederhanaan,
dan
kepastianhukum
bagi penerima pensiun yang sudah masuk dalam
usia
tidak
produktii
Untuk
memberikan perlakuan yang sama dengan Uang Pesangon, maka atasjumlah
sampai dengan Rp50.000.000,00(lima puluh
juta
rupiah) dikenaitarif
O% (nol persen).Contoh perhitungan pemotongan
Pajak
Penghasilan Pasal
21
yangdipotong atas pembayaran Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus sebesar Rp 150.O00.000,00 adalah:
Jaminal
Hari Tua yang dibayarkan sekaligus Rp 150.000.000,00 Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutalrg:0%
x
Rp50.0000.000,00
=Rp
o,0o5"o
x
RpI00.000.00u,00
-
np5.o!-Q-.-Q-Q-Q--QOJumlah
= Rp5.000.000,00$ip
Bulan Desember 2OO9 sebesar Bulan Februari 2O 10 sebesar
Jumlah
PRES DEN
REPUELIK INDONESIA
Dalam hal
jumlah
O"-O.r.r.rl
.Ilt*
Jaminan Hari Tua tersebut di atas dibayarkan dalarn beberapdkali
pembayaran, misalnya:Rp
50.00O.OOO,OO Rp 100.000.000.00Rp 150.000.000,00
Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebagai berikut: Bulan Desember 2009: O% x Rp50.0OO.00O,OO Bulan Februari 2010; 5% x Rp 100.000.000,00 Jumlah o,oo = RpS.OOO.000.0O = Rp5.000.000,00 Pasal 6 Ayat {1)
Misalkan
pembayaran Uang Pesangon, UangManiaat
Pensiun,Tlnjangan
Hari Tua, atau J.rminan Hari
Tha yang seharusnyadilakukan
sekaligus,
namun
masih
dilakukan
bagian pembayaranpada tahun ketiga
sebesar Rp50.000.000,00, -iikakepada Wajib Pajak orang pribadi yarrg bersangkutan
dalamtahun
tersebut hanya dibayarkan
penghasilantersebut,
Pajak Penghasilan Pasal21
yang
harus
dipotong
dihitung
denganmenerapkal
tarif
Pasal 17
ayat
(1)
huruf
a
Unda:rg-Undang Pajak Penghasilan atasjumlah bruto
tersebut,yaitu
sebesar 57ox
Rp50.000.000,00 = Rp2.500.000,00. Ayat (2)Cukup jelas. Ayat (3)
Penerima penghasilan sebagaimana contoh penjelasan ayat (1)
wonc firlqlz memnrrnyai Nomor Pokok Wajib Pajak, maka Pajak
Penghasilan Pasal 21 yang
harus
dipotong sebesal' 12070x
57ox
Rp50.O00.000,00 = Rp3.000.000,00.$_ffi
PRESIDEN REPUBLIK lNDONES]A -6-Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)Bukti
pemotongal Pajak Penghasilai Pasal
21
wajib
dibuatmeskipun
jumlah
Pajak
Penghasilan Pasal21
yang
terutangnihil,
karena dikenai tarif ooi, tnol persen).Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 1 1 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas.