• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISIS PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI ANALISIS PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Di susun Guna Untuk

Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1 Dalam Ilmu Siyasah Jinayah

Di susun oleh :

Tri Wuryani 072211015

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

Jl. Megapermai II/40 Beringin Koveri Ngaliyan – Semarang

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks. Kpd Yth.

Hal : Naskah Skripsi Dekan Fakultas Syariah

A.n. Sdri. Tri Wuryani IAIN Walisongo Semarang

Di Semarang

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari :

Nama : Tri Wuryani

Nomor Induk : 072211015

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS PENDAPAT YUSUF

AL-QARDHOWI TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqosyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

(3)

iii

Nomor Induk : 072211015

Judul Skripsi : STUDI ANALISIS PENDAPAT YUSUF

AL-QARDHOWI TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI Telah dimunaqasyahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, dan dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude/baik/cukup, pada tanggal :

dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata 1 tahun akademik 2012/2013.

Semarang,

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Rustam DKAH,M.Ag H. Ahmad Furqon, Lc.MA

NIP:19690723 199803 1 005 NIP: 10751218 200501 1 002

Penguji I Penguji II

Drs. M. Solek,MA Drs.Sahidin,M.Si

NIP:19660318 199303 1 004 NIP:19670321 1 199303 1 005

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Musahadi, M.Ag H. Ahmad Furqon, Lc.MA

(4)

iv           

Artinya: ”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. tetapi Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya) sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Baqarah : 173)1

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Juz 1, Surabaya : CV. Karya Utama, 2000, hlm. 26

(5)

v

ini tidak berisimateri yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 28 Juni 2012

Deklarator,

(6)

vi

Data WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa tiap tahunnya 15-50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran tidak aman yang dilakukan tiap tahun ditemukan 70.000 wanita meninggal dunia. Hal tersebut memicu terjadinya angka kematian ibu hamil akibat terjadinya komplikasi berupa pendarahan dan infeksi. Kehamilan tidak diinginkan menjadi alasan untuk dilaksanakannya aborsi. Perangkat hukum indonesia telah melarang dan memberikan hukuman bagi pelaku aborsi, sebagaimana pasal 346-349 KUHP, begitu juga dengan hhukum pidana islam lah melarang aborsi karena aborsi merupakan tindak pidana atas jiwa, sedangkan dalam hukum pidana indonesia diatur dalam pasal 285 ang memuat ancaman pidana penjara paling lama 12 tahun.

Yang menjadi rumusan masalah adalah bagaimana Yusuf al-Qardhawi membolehkan aborsi dan metote istinbath Yusuf al-Qardhawi itu bagaimana dalam menetapkan hukum kebolehan melakukan tindak pidana aborsi, serta apa manfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi.

Yusuf al-Qardhawi adalah seorang cendekiawan muslim dan seorang mujtahhid yang tidak mengikat diri pada mazhab fiqih tertentu, menurut beliau pemecahan masalah fiqih yang terbaik ialah yang paling jelas nash landasannya, yang terbaik dasar pemikirannya, yang termudah pengamalannya dan yang terdekat relavansinya dengan kondisi zaman, sehingga ia mampu memadukan hukum-hukum syari’at dan tuntutan zaman.

Dalam hal penetapan hukum tindak kejahatan aborsi ulama banyak berbeda pendapat dengan istinbat hukumnya masing-masing, dalam hal ini menurut Yusuf al-Qardhawi perbedaan pendapat tersebut terlalu mencolok, sehingga Yusuf al-Qardhawi menentukan istinbath hukum yang berbeda dalam penetapan hukum tindak kejahatan aborsi.

(7)

vii

Penelitian ini menggunakan metode riset kepustakaan (library research) yaitu menelusuri sumber-sumber kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat, dengan teknik analisis deskriptif dan komparatif, data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan pendekatan history, filosofis, dan kritis analisis.

Yusuf al-Qardhawi berpandangan bahwa hukum melakukan tindak kejahatan aborsi itu diperbolehkan jika dalam keadaan darurat yaitu apabila udzurnya semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan bila aborsinya dilakukan jika usia kehamilan itu berusia empat puluh hari.

(8)

viii

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas semua kenikmatan yang diberikan, yang dengan keluasan ilmu-Nya berkenan membimbing penulis mengungkapkan setitik dari lautan ilmu-Nya yang luas, dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia maupun di akhirat.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswatun khazanah, Nabi besar Muhammad SAW pendobrak peradaban, penerang kegelapan, yang telah memberikan titik pencerahan menuju kehidupan yang lebih baik.

Dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati, penulis sampaikan bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini akan lebih berarti dengan ucapan terimakasih dan ucapan selaksa do’a kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses ini. Adapun ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Bapak Dr. H. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

3. Bapak Drs. Mohammad Solek, M.Ag, selaku Kajus Siyasah Jinayah Fakultas Syari’ah Walisongo Semarang.

4. Bapak Dr. H. A. Fatah Idris, M.Si dan Bapak M. Harun, S.Ag., M.H, yang telah membimbing penulis dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ibu Dosen yang telah sabar mendidikku, membekali ilmu pengetahuan dan ketrampilan.

6. Pimpinan perpustakaan Institut, Fakultas, serta karyawan karyawati yang telah memberikan izin dan layanan kepustakaan yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini.

(9)

ix

kerabatku yang telah membantu baik moril maupun materiil demi tercapainya cita-cita dan harapan penulis.

8. Sahabat-sahabatku Ukhti Ela, Ukhti Nafi, Ukhti Ariex,Ukhti Dewi, Ukhti Novi, Ukh Lasmie, Akh Pamuji, Akh Ais, Akh Toufik, Akh Luqman serta adik-adiku di al- Hamra juga adik-adik yang di Asramah lainnya serta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu disini yang telah memberikan bantuan dan motivasi, sehingga penulis lebih bersemangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Muhayati, Tegar, Fahmi, Farid, Azka, Azani, Syafak, Zuar, Himam, Mustofa, Kholik, Iqbal, Tohir, Gufron, Khumaeni, Nasron, Nunik, Cholis, Fahrudin, Settia, dan lain-lain yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang turut menghiasi perjalanan hidupku dalam suka dan duka untuk meraih asa, cita-cita, dan cinta.

10. Teman-teman BINORA (Bina Olahraga), Wuriyani, Tegar, Tohir, Huda, Iqbal, Vida, Retno, Yana, Dwi, Rofiq, dan kawan-kawan yang lain, kapan main voly & futsal lagi?

11. Penulis mengucapkan bnyak terimakasih kepada semua pihak atas kebaikan yang diberikan kepada penulis, semoga Allah membalas kebaikan anda semua. Amin.

(10)

x

bersifat konstruktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga upaya penyusunan skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal ‘Alamin.

Semarang, 29 Juni 2012 Penulis

(11)

xi untuk :

1. Bapak (semoga engkau damai di sisih-Nya, Semangat juangmu dulu kala kan menjadi inspirasi dalam hidupku) dan ibu tercinta yang senantiasa mengiringi nanda dengan iringan do’a, kasih sayang dan restu, semoga Allah selalu memuliakanmu di dunia dan akhirat.

2. Om Uji dan Bulik Sri sekeluarga, Kakakku beserta istrinya sekeluarga yang telah memberi semangat serta teladan dalam proses pendewasaan hidup. 3. Adikku Gopin, kata semangat yang adek ucapkan untuk mbak membuat

mbak menjadi semangat untuk meraih asa.

4. Sahabat-sahabatku yang turut menghiasi perjalanan hidupku dalam suka dan duka untuk meraih asa, cita-cita dan cinta.

5. Ikhwan dan Akhwat KAMMI Walisongo, bersamamu hidup terasa lebih indah, walaupun terjalnya jalan dakwah yang ditempuh, tiada iringan kata terindah selain kata ukhuwah yang terjalin karena Allah, semoga Allah menyatukan hati-hati kita di dunia sampai akhirat nanti.

6. Sahabat-sahabatku Muhayati, Tegar, Fahmi, Farid, Azka, Azani, Syafak, Zuar, Himam, Mustofa, Kholik, Iqbal, Tohir, Gufron, Khumaeni, Nasron, Nunik, Cholis, Fahrudin, Settia, dan lain-lain yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu yang turut menghiasi perjalanan hidupku dalam suka dan duka untuk meraih asa, cita-cita, dan cinta.

(12)

xii PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii PENGESAHAN ... iii MOTTO ... iv DEKLARASI ... v ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... xi

DAFTAR ISI ... xii

BAB I : PENDAHHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan Skripsi ... 10

D. Telaah Pustaka ... 10

E. Metode Penelitian ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI A. Pengertian, Jenis Tindak Pidana ... 18

1. Pengertian tindak pidana secara umum dan jenis-jenisnya... 18

2. Pengertian tindak pidana menurut hukum pidana islam dan jenis-jenisnya ... 20

B. Pengertian Aborsi, jenis aborsi, sebab aborsi, dan hukum aborsi ... 26

1. Pengertian Aborsi ... 26

2. Jenis Aborsi ... 28

3. Sebab Aborsi ... 32

(13)

xiii

B. Metode Istinbath Yusuf al-Qardhawi ... 57 C. Hukum tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi

... 66 D. Dasar Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan hukum

tindak pidana aborsi ... 68 BAB IV : ANALISIS TERHADAP PENDAPAT YUSUF

AL-QARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI

A. Analisis terhadap pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang

hukum tindak pidana aborsi ... 71 B. Analisis metode istinbath hukum Yusuf al-Qardhawi

mengenai hukum tindak pidana aborsi ... 75 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 82 B. Saran-saran ... 83 C. Penutup ... 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi kodrat seorang wanita hamil untuk menjaga kehamilannya dengan baik. Adapun jika seorang wanita hamil, maka sebab sumber kehamilannya ada perbedaannya, Jika kehamilannya memang kehamilan yang diinginkan karena buah dari ikatan suci (pernikahan) dan kehamilan itu dalam kondisi tidak membahayakan wanita yang hamil maupun anak yang dikandungnya, maka wanita tersebut wajib menjaga kehamilannya. Tapi jika kehamilan tersebut tidak diinginkan karena bisa membahayakan jiwa wanita yang hamil juga berbahaya bagi anak yang dikandungnya, maka mempertahankan kehamilan tersebut menjadi tidak wajib dan biasanya akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan tersebut biasanya jalan satu-satunya untuk menghentikan kehamilan tersebut yaitu dengan aborsi.

Membahas masalah aborsi bukanlah persoalan yang mudah karena jumlah yang melakukan aborsi secara akurat dengan hitungan yang tetap sulit didapatkan, bahkan faktor yang melakukan aborsi terselubung lebih banyak daripada yang tidak terselubung. Hal ini dipengaruhi oleh perspektif masyarakat tentang aborsi cenderung negatif, seperti dianggap sebagai

(15)

pembunuh bagi pelakunya, karena pelaku cenderung menyembunyikan tindakan aborsi walaupun alasannya dapat dibenarkan.2

Belum lama ini ada beberapa sekelompok masyarakat agar aborsi dilegalkan dengan dalih menjunjung tinggi HAM, dimana ini bisa dilihat dari kasus aborsi di Indonesia kian meningkat tiap tahunnya, terbukti dengan pemberitaan di media massa, jika ini dilegalkan sebagaimana di negara-negara barat akan berakibat rusaknya tatanan agama, budaya, bangsa dan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat.3 Hal ini berarti hilangnya nilai-nilai moral serta norma yang telah

lama mendarah daging dalam masyarakat, jika ini dilegalkan akan mendorong terhadap pergaulan bebas yang lebih jauh dalam masyarakat. Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami, kehilangan harga diri, berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi, ingin bunuh diri, terjerat obat-obat terlarang, dan tidak bisa menikmati hubungan seksual.4

Aborsi berarti pengguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya, (sebelum lahir secara alamiah).5 Dalam istilah

medis, abortus terdiri atas dari dua macam yaitu pertama aborsi spontan (abortus spontaneeus) merupakan aborsi yang terjadi secara alamiah baik tanpa sebab tertentu, seperti penyakit, Virus Tokoplasma, anemia, demam

2

Afwah Mumtazah, Yulianti Muthamaimah, ”Menimbang Penghentian Kehamilan Tidak

Diinginkan Perspektif Islam Dan Hukum dalam Suplemen Positif”, Swara Rahima, II, 21 April

2007.

3

R.S Ridho Syahputra Manurung “Legalisasi Aborsi, Nilai Pancasila, Agama dan

Hukum”, dalam Serba Waspada Mimbar Jum’at, Jakarta : 25 November 2005, hlm. 1

4

Ibid,hlm.2

5

(16)

tinggi, dan lain-lain. Aborsi jenis ini dapat dimaafkan dalam istilah fiqih disebut al isqat al afwu yang berarti aborsi dapat dimaafkan, dimana pengguguran ini tidak memiliki akibat hukum . Dan yang kedua yaitu aborsi yang disengaja (abortus provokatus) merupakan aborsi yang disengaja karena sebab tertentu, dalam istilah fiqih disebut al isqat al dharury. Aborsi ini memiliki konsekuensi yang jenis hukumnya tergantung pada faktor- faktor yang melatarbelakanginya. 6

Data WHO (World Health Organization) menyebutkan tiap tahunnya bahwa 15-50% kematian ibu disebabkan oleh pengguguran kandungan yang tidak aman. Dari 20 juta pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70.000 perempuan meninggal dunia. Dengan kata lain, 1 dari 8 ibu meninggal dunia akibat aborsi yang tidak aman .7

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat melakukan aborsi adalah kematian mendadak, karena pendarahan yang hebat, pembiusan yang gagal, kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan, rahim yang robek, kerusakan pada leher rahim, indung telur, kanker hati, menjadi mandul tidak memiliki keturunan lagi, infeksi rongga panggul, dan infeksi pada lapisan rahim.8

Aborsi yang dilakukan secara sembarangan sangat membahayakan kesehatan Ibu hamil sampai berakibat pada kematian. Pendarahan yang terus menerus serta infeksi yang terjadi setelah tindakan aborsi merupakan sebab

6

Maria Ulfa Ansor, Fiqih Aborsi, Jakarta : PT kompas Media Nusantara, Cet-1,2006,hlm.36-37

7

http://www.lawskripsi.Com/index.php?Option=com_content&vew=article&id=125&ite mid=125 (Senin/1 Oktober 2011/14.15)

8

(17)

utama kematian wanita yang melakukan aborsi. Selain itu aborsi berdampak pada kondisi psikologis dan mental seseorang dengan adanya perasaan bersalah yang menghantui mereka, perasaan berdosa dan ketakutan merupakan tanda gangguan psikologis.

Beberapa akibat yang dapat timbul akibat perbuatan aborsi yaitu pendarahan sampai menimbulkan shock dan gangguan neurologist atau syaraf dikemudian hari dan akibat lanjut pendarahan adalah kematian, infeksi alat reproduksi yang dilakukan secara tidak steril akibat dari tindakan ini adalah kemungkinan remaja mengalami kemudian hari setelah menikah, resiko terjadinya reseptur uterus (robek rahim) besar dan penipisan dinding rahim akibat kuretasi akibatnya dapat juga kemandulan karena rahim yang robek harus diangkat seluruhnya, terjadinya fistula genital traumatis yaitu timbulnya suatu saluran yang secara normal tidak ada yaitu saluran antara genital dan saluran kencing atau saluran pencernaan.9

Resiko komplikasi atau kematian setelah aborsi legal sangat kecil dibandingkan dengan aborsi illegal yang dilakukan oleh tenaga yang tak terlatih. Beberapa penyebab utama resiko tersebut antara lain: pertama sepsis yang disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap, sebagian atau seluruh produk pembuahan masih tertahan di dalam rahim, jika infeksi ini tidak segera ditangani akan terjadi infeksi yang menyeluruh sehingga menimbulkan aborsi septik yang merupakan komplikasi aborsi illegal yang fatal. Kedua pendarahan hal ini disebabkan oleh aborsi yang tidak lengkap atau cidera

9

(18)

organ panggul atau kerusakan permanen tuba follopi (saluran telur) yang menyebabkan kemandulan.10

Proses aborsi bukan saja proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita. Islam memberikan sanksi yang sangat berat terhadap pelaku aborsi. Firman Allah :



















































































Artinya: “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Isra’il, bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab- sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah- olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia seluruhnya. Sesungguhnya rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.” (QS.Al Maidah : 32 ).11

10

Erica Royston dan Sue Arnstrong ( Eds ), Preventing Matamal Deaths, Terj. RF

Maulany 1994, Pencegahan Kematian Ibu Hamil, Jakarta : Binaputra Aksara, hal. 122-123

11

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan, Juz 6,Bandung : SYIGMA, 2005, hml. 113

(19)

Dalam Ayat lain Allah berfirman :







































































Artinya: “Hukuman bagi orang- orang yang memerangi Allah dan Rasulnya dan membuat kerusakan di bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau diasingkan dari tempat kediamannya. Yang demikian itu suatu kehinaan bagi mereka di dunia, dan di akhirat mereka mendapat azab yang besar. “ ( Al Maidah : 33).12

Aborsi bukan semata-mata persoalan medis, namun juga menyangkut banyak sisi, antara lain psikologi, agama. Aborsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan suatu perbuatan yang mengakibatkan kandungan itu lahir sebelum waktunya melahirkan secara alami. Dalam abortus yang digugurkan itu disebut dengan janin atau fetus , tidak disebut dengan anak, maka kejahatan yang berupa pengguguran kandungan tidak termasuk dalam kategori pembunuhan melainkan dianggap suatu kejahatan tersendiri yang diatur di dalam KUHP Pasal 299, 346- 249. Dalam kasus aborsi, ada banyak pihak yang dapat dimintai pertanggungjawaban hukum selain dokter dan Ibu bayi, suami , pemilik klinik/ rumah sakit, tenaga medis yang ikut membantu juga lainnya dapat dikenai hukuman.

Dampak aborsi tidak aman apapun bentuknya, yang paling menderita adalah perempuan, menjadi korban dari fungsi reproduksi yang tidak terencana. Secara psikis, yang menerima beban mental berupa dihantui rasa

12

(20)

berdosa, ketakutan, penyesalan dan sebagainya juga perempuan. Begitu juga secara sosial, perlakuan aborsi terkadang harus menerima hukuman berupa kehidupan yang terisolir dari komunitasnya.

Pandangan masyarakat tersebut jika dianalisis sebenarnya jelas berakar dari persoalan gender. Aborsi di pandang merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tanpa sebab. Ukuran pun hanya dari fisik karena kenyataannya yang mengalami aborsi adalah perempuan. Sosok laki-laki di sini sama sekali tidak tampak. Pandangan tersebut tidak adil, harus diluruskan. Dalam proses kehamilan partisipasi laki-laki sama dengan perempuan. Walaupun secara fisik memang perempuan yang hamil, perempuan juga yang minta diaborsi, namun yang harus bertanggung jawab adalah pasangan suami istri, tidak bisa hanya dibebankan kepada perempuan saja.

Terkait masalah aborsi menurut Imam al-Ghazali, pada hakekatnya aborsi merupakan kejahatan terhadap makhluk yang benar-benar hidup. Imam al-Ghazali berpendapat bahwa melakukan aborsi itu haram secara mutlak, baik sebelum atau sesudah Allah meniupkan ruh kedalam janin, karena sesungguhnya pada janin atau (embrio) sudah ada kehidupan (haya) yang patut dihormati.13 Keberadaan makhluk hidup itu memiliki beberapa

tingkatan, tingkatan pertama adalah ketika sperma masuk ke dalam rahim dan bercampur dengan ovum dan siap untuk hidup, dan merusaknya merupakan suatu kejahatan. Kalau sperma sudah menjadi segumpal darah, tingkat kriminalnya, lebih kejam. Apalagi jika sudah ditiupkan ruh dan menjadi

13

(21)

makhluk yang sempurna, nilai kriminalnya lebih keji lagi. Dan paling keji kadar kriminalnya yaitu jika pembunuhan dilakukan setelah ia terpisah (lahir) sebagai makhluk hidup. 14

Mengenai hukum melakukan aborsi Yusuf al- Qardhawi berpendapat bahwa pada dasarnya melakukan aborsi merupakan suatu tindak kejahatan dan hukumnya haram atau tidak diperbolehkan, karena itu disebut juga pembunuhan terhadap cikal bakal kehidupan. Dan orang yang melakukan tindak kejahatan aborsi ini bisa dikenai hukuman, membayar girrah atau kafarat yaitu memerdekakan seorang budak, jika tidak mampu melakukan itu maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut itu jika melakukan aborsinya karena tidak ada udzur apapun dan jika dilakukan sebelum ruh ditiupkan yaitu sebelum kehamilan berusia 40 hari.15

Yusuf al-Qardhawi dalam memandang hukum tindak pidana aborsi itu diperbolehkan yaitu dengan alasan apabila udzur untuk melakukan aborsi semakin kuat, maka rukhsohnya semakin jelas dan waktu untuk melakukan aborsinya yaitu ketika usia kehamilan empat puluh hari. Yusuf Qardhawi berpendapat seperti itu karena beliau juga merujuk pada ayat- ayat Al- Qur’an bahwa di dalam ayat Al- Qur’an mengampuni dosa (tidak berdosa) orang yang dalam keadaan darurat, meskipun ia masih punya kemampuan lahiriah

14

Yusuf al-Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam, Karang Asem : Era Intermedia, 2000, hlm. 289

15

Yusuf al-Qardhawi, Hadyu Islam Fatawi Mu’ashirah, Fatwa-fatwa Kontemporer, Terj. As’ad Yasin, Jakarta : Gema Insani Press, 1995

(22)

untuk berusaha , hanya saja kedaruratannya lebih kuat.16 Pada masalah ini

beliau merujuk pada firman Allah yang berbunyi sebagai berikut :





















































Artinya: “... Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. SeDan sesungguhnya Allah Maha Pengampun Lagi Maha Penyayang.“ (Al–Baqarah: 173) Dan Rasulullah SAW Bersabda :

ﺎﻤﮭﻨﻋ ﷲ ا ﻲﺿ ر س ﺎﺒﻋ ﻦﺑ ا ﻦﻋ

:

ﻢﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻞﺻ ﷲا ﻮﺳ ر ن ا

.

ل ﺎﻗ

:

ﷲا نإ

ﮫﯿﻠﻋ اﻮھﺮﻜﺘﺳا ﺎﻣو نﺎﯿﺴﻨﻟاو ﺄﻄﺨﻟا ﻰﺘﻣأ ﻦﻋ ﻲﻟ ز و ﺎﺠﺗ

)

ﺎﻤھ ﺮﯿﻏ و ﻲﻘﮭﯿﺒﻟ ا و ﮫﺟ ﺎﻣ ﻦﺑ ا ه ا و ر ﻦﺴﺣ ﺚﯾ ﺪﺣ

(

Artinya: Ibnu Abbas ra. Berkata Rasulullah SAW. Bersabda, “Sesungguhnya Allah mengampuni beberapa kesalahan umatku yang disebabkan keliru, lupa, dan karena dipaksa.”

(Hadits hasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, Baihaqi,dan lain-lain).17

Disinilah pentingnya telaah pemikiran- pemikiran Yusuf al-Qardhawi yang telah melakukan berbagai penelitian dan telaah ilmiah untuk memajukan Islam, dan mempunyai perhatian cukup tinggi terhadap masalah hukum melakukan aborsi.

16

Yusuf al-Qardhawi, Halal Wal Haram Fil Islam, Halal Dan Haram, Terj. Tim Kuadran, Bandung : Bone Pustaka, 2007,

17

An-Nawawi, Imam, Terjemahan Hadits Arba’in, Jakarta : Al- I’tishom Cahaya Umat, 2008, hlm.61-62

(23)

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang permasalahan tersebut maka permasalahan pokok yang akan penulis bahas dan kaji yaitu :

1. Bagaimana alasan Yusuf al-Qardhawi membolehkan hukum tindak kejahatan aborsi ?

2. Bagaimana metode Istinbat hukum Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi ?

3. Apa manfaat diperbolehkannya melakukan tindakpidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi?

C. Tujuan Penulisan Skripsi

Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengkaji alasan pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi .

2. Untuk mengetahui metode istinbat yang dipergunakan Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan hukum tindak kejahatan aborsi.

3. Untuk mengetahui mannfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi.

D. Telaah Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini agar tidak terkesan pengulangan dalam skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan adanya topik skripsi yang akan

(24)

diajukan, dimana adanya beberapa penulisan yang berkaitan dengan aborsi maupun kajian pemikiran tentang Yusuf al-Qardhawi.

Kajian skripsi tentang Yusuf al-Qardhawi banyak ditemukan dalam skripsi yang ditulis oleh mahasiswa IAIN Walisongo, diantaranya skripsi yang ditulis oleh Istiqomah (21101016) yang berjudul Studi Analisis Pendapat Yusuf al-Qardhawi Tentang Kadar Zakat Hasil tambang. Disini penulis hanya ingin mempelajari tentang biografi dan metode penemuan hukum Yusuf al- Qardhawi.18

Tulisan Fajriatul Mubarokah dalam skripsinya yang berjudul Analisis Terhadap Fatwa MUI 1/ MUNAS 1V / 2005 / Tentang Abortus provokatus Kriminalis Akibat Pemerkosaan yang membahas bahwa secara umum aborsi hukumnya haram kecuali dalam keadaan darurat yaitu suatu keadaan dimana seseorang apabila tidak melakukan aborsi maka ia akan mati. Menurut Majelis Ulama Indonesia, dalam fatwa MUI Nomor 1 / MUNAS V1/ 2005 ini membolehkan korban perkosaan melakukan aborsi (tindakan pengguguran janin ) selama masa kehamilan belum mencapai 40 hari . Hal ini karena wanita korban perkosaan merupakan orang teraniaya dan kehamilannya bukan karena kehendak dalam melakukan hubungan tersebut, tetapi karena tindakan perkosaan seseorang. 19

Tulisan Tutik Tri Wulan, dalam skripsinya yang berjudul analisis hukum islam terhadap praktek aborsi bagi kehamilan tidak diharapkan (KTD)

18

Istiqomah, Studi Analisis Pendapat Yusuf al- Qardhawi Tentang Kadar Zakat Hasil

Tambang, Skripsi Sarjana Fakultas Syari’ah, Jurusan Muamalah, IAIN Walisongo Semarang, 2006

19

Fajriatul Mubarokah, Analisis Terhadap Fatwa MUI NOMOR I / MUNAS IV/ 2005

Tentang Abortus Provokatus Kriminalis Akibat Pemerkosaan, Skripsi Fakultas Syari’ah, Jurusan

(25)

Akibat perkosaan menurut Undang –undang No .36 Tahun 2009 tentang kesehatan, yang membahas bahwa aborsi merupakan fenomena yang hidup dalam masyarakat indonesia. Aborsi dapat dikatakan sebagai fenomena “terselubung“ karena praktek aborsi sering tidak tampil kepermukaan, bahkan cenderung ditutupi oleh pelaku ataupun masyarakat, bahkan negara. Ketertutupan ini antara lain dipengaruhi oleh hukum formal dan nilai-nilai sosial, budaya, agama yang hidup dalam masyarakat. Menurutnya dalam hukum Islam maupun Undang–undang No. 39 Tahun 2009 memberikan kebolehan aborsi pada kasus apabila kehamilan tersebut membahayakan bagi ibu dan janin, dan kehamilan tidak diharapkan akibat perkosaan.20

Tulisan Ulvi Nuur Ana dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 349 KUHP Tentang Abortus Therapeutik” yang membahas bahwa abortus jenis ini menjelaskan bahwa cara mengaborsinya dengan cara pembedahan atau pengeluaran dengan sengaja suatu kehamilan yang dilakukan atas dasar indikasi medis yanng bertujuan demi menyelamatkan kehidupan Ibu/ janin yang terancam jiwanya bila kelangsungan kehamilan dipertahankan. Tidak boleh mempertahankan keduanya untuk menghilangkan kemudharatan dan salah satunya harus dikorbankan demi kemaslahatan Ibu dan janin. Berdasarkan ketentuan UU RI No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan hukum Islam diperbolehkan.21

20

Titik Tri Wulan, Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Aborsi Bagi Kehamilan

Tidak Diharapkan ( KTD ) Akibat Perkosaan menurut Undang-undang No.36 Tahun 200. Tentang Kesehatan, Skripsi Fakultas Syari’ah, Jurusan Siyasah Jinayah, IAIN Sunan Ampel, hlm. 6

21

Ulvi Nur Ana, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 349 KUHP Tentang Abortus

(26)

Tulisan Sofyan Abdurrahim Kau dalam skripsinya yang berjudul “Abortus Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif” bahwa Aborsi merupakan tindakan mengakhiri kehamilan dengan cara menggugurkan atau mengeluarkan janin dari kandungan, Islam melarang pengguguran kandungan baik sebelum bernyawa. Ada beberapa pengecualian, demi menyelamatkan jiwa sang Ibu atau karena alasan medis, maka aborsi diperbolehkan.

E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif yang didasarkan pada penelitian library research yaitu: serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.22 Cara melakukan

penelitian kepustakaan yaitu melalui suatu kegiatan yang disebut dengan nama “Bimbingan Pemakai” atau “User Course” atau “User Instruction”. Bimbingan pemakai tersebut umumnya dilakukan oleh perpustakaan, baik perpustakaan umum, perpustakaan perguruan tinggi, maupun perpustakaan khusus. dasar penelitian kepustakaan meliputi dua hal, yaitu sebagai berikut :

a. Bahan primer yaitu bahan pustaka yang berisikan pengetahuan ilmiah yang baru atau mutakhir ataupun pengertian baru tentang fakta yang diketahui maupun mengenai suatu gagasan (idea). Bahan sumber

22

Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan , Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004, hlm. 3

(27)

primer yaitu : Buku Fatwa-fatwa kontemporer karya Yusuf al-Qardhawi

b. Bahan sumber sekunder yaitu bahan-bahan pustaka yang berisikan tentang bahan-bahan primer.23 Bahan sekundernya meliputi

buku-buku sebagai pendukung dalam pembuatan skripsi, misalnya : Buku Halal dan Haram dalam Islam kerya Yusuf al-Qardhawi.

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan skripsi, yaitu fatwa–fatwa Kontemporer karya Yusuf al-Qardhawi serta buku-buku lain yang membahas tentang persoalan yang berkaitan dan mempunyai relevansi erat dengan pembahasan skripsi ini.

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan kegiatan mengatur,

mengurutkan, mengelompokkan, memberi tanda/kode dan

mengkategorikan data sehingga dapat ditemukan dan dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data tersebut.24 Adapun metode analisis yang

penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : a. Metode deskriptif

Yaitu mendeskripsikan suatu situasi atau era populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat.25 Data atau fakta

yang disajikan secara deskriptif. Metode ini penulis gunakan untuk

23

Soekanto, Soerjono Dan Mamudji, Sri, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : CV. Rajawali, 1988

24

Arief Furchan, Agus Maimum, Studi Tokoh : Metode Penelitian Mengenai Tokoh, Yogyakarta : Pustaka Pelajar , 2005, hlm.59

25

(28)

menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh pemikiran Yusuf al-Qardhawi sehingga akan didapatkan informasi secara komprehensif dan utuh .

b. Metode Komparatif

Yaitu membandingkan dua atau tiga kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya, kemudian ditarik ke dalam suatu kesimpulan atau dengan kata lain meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dengan satu faktor lain.26

Adapun pendekatan yang peneliti gunakan antara lain :

1) Pendekatan historis, yaitu pendekatan yang membahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek ,latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.27

2) Pendekatan filosofis, yaitu berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran inti, hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada.28

3) Kritis analisis, yaitu mengungkapkan kelebihan dan kekurangan sang tokoh secara kritis, tanpa harus kehilangan rasa obyektif. Pendekatan ini digunakan untuk menelaah secara kritis terhadap

26

Suhahrsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1996, hlm. 246

27

Abuddin Nata, Metode Studi Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 199, hlm. 46

28

(29)

pemikiran dan yang secara implisit merupakan fatwa Yusuf al- Qardhawi tentang aborsi.29

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas dan singkat tentang penulisan ini, penulis membagi dalam lima bab, yang mana masing- masing bab berisi persoalan-persoalan tertentu dengan tetap berkaitan antara bab yang satu dengan bab lainnya, adapun sistematikanya tersusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini meliputi pembahasan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI Meliputi: a. Pengertian, jenis tindak pidana : pengertian tindak pidana secara umum dan jenis-jenisnya, pengertian tindak pidana menurut hukum pidana Islam dan jenis-jenisnya. b. Pengertian aborsi, jenis aborsi, sebab aborsi, dan hukum aborsi : pengertian aborsi, jenis aborsi, sebab aborsi, hukum aborsi.

BAB III : TINDAK PIDANA ABORSI DAN YUSUF AL-QARDHAWI Biografi Yusuf Qardhawi, metode istinbat hukum Yusuf Qardhawi, Hukum tindak pidana aborsi menurut Yusuf

29

(30)

Qardhawi, dasar Yusuf al-Qardhawi dalam menetapkan kebolehan hukum tindak pidana aborsi.

BAB IV : NALISIS PENDAPAT YUSUF AL-QARDHAWI TENTANG HUKUM TINDAK PIDANA ABORSI

Meliputi analisis terhadap pendapat Yusuf al-Qardhawi tentang hukum tindak pidana aborsi, analis metode istinbat hukum Yusuf al- Qardhawi mengenai kebolehan hukum tindak pidana aborsi, manfaat diperbolehkannya melakukan tindak pidana aborsi menurut Yusuf al-Qardhawi.

BAB V : PENUTUP

(31)

18 BAB II

KETENTUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA ABORSI

A. Pengertian Tindak Pidana, Jenis Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana secara umum dan jenis-jenisnya a. Pengertian Tindak pidana

Secara Yuridis tindak pidana yaitu setiap perbuatan yang melanggar undang-undang atau hukum pidana yang berlaku di masyarakat. Secara kriminilogis, tindak pidana yaitu suatu perbuatan yang melanggar undang-undang atau hukum pidana maksudnya yaitu perbuatan yang mencakup perbuatan yang anti sosial, yang merugikan masyarakat, walaupun perbuatan itu belum diatur oleh undang-undang atau hukum pidana. Tindak pidana dilihat dari sudut pandang legal diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggar hukum pidana atau undang-undang yang berlaku di masyarakat. Pada hakekatnya tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat adalah merupakan suatu perbuatan yang sangat merugikan masyarakat yang bersangkutan, karena kita harus menyadari bahwa eksistensi suatu hukum dalam masyarakat merupakan pengejewantahan dari tuntutan masyarakat agar jalannya kehidupan bersama menjadi baik dan tertib. Dengan dilanggarnya fondasi ketertiban tersebut maka tentunya perbuatan tersebut adalah jahat. Pada dasarnya tindak pidana merupakan suatu yang mengenai sifat hakekat perbuatan yang dilarang oleh hukum.

(32)

Dalam konteks ini, konsep kejahatan lebih menekankan arti segi sosialnya daripada arti yuridis tentang definnisi tindak pidana.30

Ditinjau dari aspek yuridis, pelaku tindak pidana adalah jika seseorang melanggar peraturan atau undang-undang pidana dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan serta dijatuhi hukuman. Contoh: 1) Pembunuhan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal

338 KUHP.

2) Penganiayaan adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 351 KUHP.

Ditinjau dari aspek sosial pelaku tindak pidana adalah jika seseorang mengalami kegagalan dalam menyesuaikan diri atau berbuat menyimpang dengan sadar atau tidak sadar dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat sehingga perbuatannya tidak dibenarkan oleh masyarakat, sedangkan ditinjau dari aspek ekonomi, pelaku tindak pidana ekonomi adalah jika seseorang (atau lebih) dianggap merugikan orang lain dengan membebankan kepentingan ekonominya kepada masyarakat sekelilingnya, sehingga ia sebagai penghambat atas kebahagiaan orang lain.31

Tindak pidana adalah perbuatan atau tindakan yang tercela dalam masyarakat, misalnya pembunuhan, pencurian, pemalsuan surat-surat, penyerobotan yang dilakukakan manusia.32

30

http: // massofa.Wordprress.Com/2010/04/20/pengertian–kriminologi–kejahatan-dan relativismenya/ (Selasa/19 April 2012/14.36)

31

http://ichwanmuish.com/?P= 1784 (selasa/19 April 2012/14.43)

32

(33)

Tindak pidana merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam pengalaman kita ternyata tidak mudah untuk memahami tindak pidana itu sendiri. Secara sosiologis kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan oleh masyarakat. Rumusan tindak pidana dalam kriminologi semakin diperluas. Sasaran perhatian terutama diarahkan kepada kejahatan-kejahatan yang secara poloitis. ekonomis, sosial amat merugikan yang berakibat jatuhnya korban-korban bukan hanya korban-korban individual melainkan juga golongan-golongan dalam masyarakat.33

b. Jenis-jenis tindak Pidana

Menurut Marsal B. Clinard dan Richard Quinney membagi tindak pidana menjadi delapan :34

1) Tindak pidana yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tindak pidana perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk perbuatan kriminal, seperti pembunuhan dan pemerkosaan.

2) Tindak pidana terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu.

3) tertentu yang pada umumnya dilakukakan oleh orang yang berkedudukan tinggi.

33

Santoso, Topo, Dan Zulpa, Eva Achjani, Kriminologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003

34

(34)

4) Tindak pidana politik yang meliputi pengkhianatan spionase, sabotase dsb.

5) Tindak pidana terhadap ketertiban umum.

6) Tindak pidana konvensional yaitu seperti perampokan dan bentuk-bentuk pencurian termasuk didalamnya pencurian dengan kekerasan dan pemberatan pelanggar hukum melakukannya sebagai suatu partemen, carrier dan seringkali untuk menambah penghasilan sah melalui kejahatan.

7) Tindak pidana terorganisasi yaitu misalnya pemerasan, pelacuran, dan perjudian .

8) Tindak pidana profesional yang dilakukan sebagai suatu cara hidup seseorang. Mereka memandang dirinya sendiri sebagai penjahat dan bergaul dengan penjahat lain serta mempunyai status tinggi dalam dunia kejahatan. Mereka juga cenderung terasing dari masyarakat luas serta menempuh suatu karier penjahat. Tindak pidana dilakukakan secara penuh, reaksi masyarakat terhadap tindak pidana ini tidak selalu keras.

2. Tindak Pidana Dalam Pandangan Hukum Islam dan Jenis-Jenisnya Dalam ilmu hukum Islam yang berkaitan dengan perbuatan yang dilarang atau kejahatan disebut dengan jarimah, disini penulis akan mencoba memaparkan sedikit terkait masalah jarimah yaitu sebagai berikut :

(35)

a. Pengertian jarimah

Jarimah menurut bahasa berasal dari kata jarama kemudian

menjadi bentuk masdar jaramatan yang artinya : perbuatan dosa atau perbuatan salah / kejahatan. Pelakunya dinamakan “jarim”, dan yang dikenai perbuatan itu adalah “mujaram ‘alaih”.35

Menurut istilah para fiqoha yang dinamakan jarimah adalah:

ﺮﯾﺰﻌﺗ وا ﺪﺤﺑ ﺎﮭﻨﻋ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲاﺮﺟز ﺔﯿﻋﺮﺷ تارﻮﻈﺨﻣ

“Larangan-larangan yang diancam dengan hukum had atau ta’zir.

Yang dimaksud dengan larangan adalah mengabaikan perbuatan terlarang atau mengabaikan perbuatan yang diperintah syara’ adalah suatu ketentuan yang berasal dari nash.

Had adalah ketentuan hukuman yang sudah ditentukan oleh Allah, sedangkan ta’zir adalah hukuman atau pengajaran yang besar kecilnya ditetapkan oleh penguasa.36 Pengertian jarimah diatas adalah

pengertian yang umum, dimana jarimah itu disamakan dengan (ﺐﻧﺬﻟا) (dosa) dan (ﺔﺌﯿﻄﺨﻟا) (kesalahan), karena pengertian kata-kata tersebut adalah pelanggaran terhadap perintah dan larangan agama, baik pelanggaran tersebut mengakibatkan hukuman duniawi atau ukhrowi.

35

Munajat, Makhrus, Hukum Pidana Islam Di Indonesia, Yogyakarta : Teras, 2009, hlm. 3

36

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Dan Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2004, hlm. 17-19

(36)

b. Jenis-jenis Jarimah

Setelah sedikit menguraikan tentang pengertian jarimah, maka sekarang penulis akan sedikit menguraikan macam-macam jarimah dan diantara pembagian jarimah yang paling penting adalah yang ditinjau dari segi hukumannya, yaitu sebagai berikut .

1) Jarimah hudud adalah perbuatan melanggar hukum yang jenis dan ancamannya ditentukan oleh nas yaitu hukuman had (hak Allah). Hukuman had yang dimaksud tidak mempunyai batas terendah dan tertinggi dan tidak bisa dihapuskan oleh perorangan (si korban atau walinya) atau masyarakat yang mewakili ( Ulil amri).37

Dari pengertian tersebut tidak dapat diketahui bahwa ciri khas jarimah hudud itu adalah sebagai berikut :

a) Hukumannya tertentu dan terbatas, dalam arti bahwa hukuman tersebut telah ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal dan maksimal.

b) Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak manusia disamping hak Allah yang lebih dominan.38

Oleh karena itu hukuman had itu merupakan hak Allah maka hukuman tersebut tidak bisa digugurkan oleh perseorangan (orang yang menjadi korban atau keluarganya) atau oleh masyarakat yang diwakili oleh negara.39

Jarimah Hudud ada tiga macam antara lain sebagai berikut :

37

Munajat, Makhrus, OP, Cit, hlm. 12

38

Muslich, Ahmad Wardi, Hukum Pidana Islam, Jakarta : Sinar Grafika, 2005

39

(37)

1) Jarimah zina. 2) Jarimah qazdaf. 3) Jarimah syurbul. 4) Jarimah pencurian. 5) Jarimah hirabah. 6) Jarimah hiradah.

7) Jarimah Al Bagya (pemberontakan).40

2) Jarimah Qishas dan Diat

Jarimah qishash dan diat adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash atau diat. Baik qishash dan diat adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’. Perbedaanya dengan hukuman had adalah bahwa hukuman had merupakan hak Allah (hak masyarakat), sedangkan qishash dan diat merupakan hak manusia (hak individu). Disamping itu perbedaan yang lain adalah karena hukuman qishash dan diat merupakan hak manusia maka hukuman tersebut dapat digugurkan oleh korban atau keluarganya, sedangkan hukuman had tidak bisa dimaafkan.

Diyat ini hanya ada dua macam, yaitu pembunuhan dan penganiayaan. Namun apabila diperluas, jumlahnya ada lima macam, yaitu:

a) Pembunuhan sengaja (ﺪﻤﻌﻟا ﻞﺘﻘﻟا ). b) Pembunuhan menyerupai sengaja (ﺪﻤﻌﻟا ﮫﯿﺷ ﻞﺘﻘﻟا).

40

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Asas Hukum Pidana Islam Fiqih Jinayah, Jakarta : Sinar Grafika, 2004

(38)

c) Pembunuhan karena kesalahan (ﺄﻄﺨﻟا ﻞﺘﻘﻟا ). d) Penganiayaan sengaja (ﺪﻤﻌﻟا حﺮﺠﻟا), dan

e) Penganiayaan tidak sengaja (ﺄﻈﺨﻟا حﺮﯿﺠﻟا ).41

3) Jarimah Ta’zir

Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir. Pengertian ta,zir menurut bahasa adalah ta’dib, artinya

memberi pelajaran, ta’zir juga diartikan dengan ar raddu wal man’u, yang artinya menolak dan mencegah.42 Sedangkan pengertian ta’zir

menurut istilah, sebagaimana dikemukakan oleh Al-Mawardi adalah sebagai berikut :

روﺮﺤﻟا ﺎﮭﯿﻓ عﺮﺴﺗ ﻢﻟ بﻮﻧذ ﻰﻠﻋ ﺐﯾدﺄﺗ ﺮﯾﺰﻌﺘﻟاو

“Ta’zir adalah hukuman pendidikan atas dosa (tindak pidana) yang belum ditentukan hukumannya oleh syara’.43

Dari definisi diatas , dapat diketahui bahwa hukuman ta’zir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’, dan wewenang untuk menetapkannya diserahkan kepada ulil amri. Disamping itu dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa ciri khas jarimah ta’zir adalah sebagai berikut :

41

Muslich, Ahmad Wardi, Pengantar Asas Hukum Pidana Islam “Fiqih Jinayah”, Jakarta : Sinar Grafika, 2006

42

http://ngobrolislami.wordpress.com/author/ngobrolislami/ \o(Selasa/19 April 2012/14.50)

43

(39)

a) Hukumannya tidak tertentu, dan tidak terbatas. Artinya, an tersebut belum ditentukan oleh syara’ dan ada batas minimal dan maksimal.

b) Penentuan hukuman tersebut adalah hak penguasa (ulil amri).44

B. Pengertian Aborsi, Jenis-jenis Aborsi, Sebab-sebab Aborsi, dan Hukum Aborsi.

1. Pengertian Aborsi

a. Pengertian Aborsi Menurut Hukum Pidana Islam

Aborsi secara kebahasaan berarti keguguran kandungan atau membuang janin.45 Aborsi dalam bahasa arabnya, ijhad merupakan

bentuk masdar dari ajhada, artinya wanita yang melahirkan anaknya secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya, atau lahirnya janin karena dipaksa atau karena lahir karena sendirinya. 46

Sedang makna gugurnya kandungan, menurut para fuqaha tidak keluar jauh dari makna lughowinya, akan tetapi kebanyakan mereka mengungkapkan istilah ini di beberapa tempat dengan istilah arab: isqath (menjatuhkan), thar (membuang), ilqa’ (melempar), dan imlash

(melahirkan dalam keadaan mati). 47 Dalam istilah hukum berarti

pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum waktunya (belum lahir

44

Muslich, Ahmad Wardi, Op. Cit, hlm. 19

45

Hafiz Dasuki, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, Cet .1, hlm. 7

46

Maria Ulfa Ansor, Fiqih Aborsi, Jakarta : PT. Kompas Media Utama, 2006, hlm. 32

47

M. Nu’aim Yasin, Fiqih Kedokteran, Jakarta : Pustaka Al –kautsar, 2001, Cet. 111, hlm. 193

(40)

secara ilmiah). Ada juga aborsi diartikan sebagai “ keadaan dimana terjadi pengakhiran atau ancaman pengakhiran kehamilan sebelum fetus hidup di luar kandungan”.

b. Pengertian Abortus Menurut Hukum Pidana Indonesia

Kata Abortus merupakan istilah bahasa Inggris abortion yang berasal dari bahasa latin. 48Abortus adalah terpencarnya embrio yang

tidak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan ke empat dari kehamilan), keguguran, keluaran, keadaan terhentinya pertumbuhan yang normal, guguran janin.49 Abortus provokatus adalah istilah latin

yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seorang perempuan hamil.50 Ensiklopedia Indonesia

memberikan penjelasan bahwa aborsi diartikan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.51

Dalam kamus ada beberapa pengertian yaitu :52

1) Aborsi: pengguguran kriminanlis aborsi yang dilakukan dengan sengaja karena suatu alasan yang bertentngan dengan undang- undang yang berlaku : aborsi legal, pengguguran kandungan dengan sepengetahuan pihak berwenang.

48

Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta : PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2003

49

Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1992, Cet, 1, hlm. 9

50

K. Bertens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Jakarta : Grasindo, 2002, Cet. II, hlm. 1

51

Ensiklopedia Indonesia, Abortus, Jakarta : Ikhtiar Baru an Hoeve, 19880, Cet. 1 hlm. 22

52

(41)

2) Abortus : terpencarnya embrio yang tidak mungkin lagi hidup (sebelum habis bulan keempat dari kehamilan) keguguran, keluaran terhentinya pertumbuhan yang normal.

3) Abortus procuratio: pengguguran bayi yang ada dalam . kandungan dengan sengaja dengan mengusahakan lahirnya bayi belum waktunya tiba.

4) Abortus provokatus : keguguran karena kesengajaan, keguguran kandunngan (kehamilan) dikarenakan adanya kesengajaan. Abortus disebabkan dengan unsur- unsur kesengajaan dari pihak maupun merupakan tindak pidana yang dapat dituntut.

Secara umum pengertian aborsi adalah pengguguran kandungan atau membuang janin dengan sengaja sebelum waktunya (sebelum lahir secara alamiah). 53

2. Jenis-jenis Aborsi

a. Jenis Aborsi menurut Perspektif Fiqih

Menurut Maria Ulfa dalam bukunya Fiqih Aborsi, maka aborsi dapat digolongkan menjadi lima macam diantaranya:54

1) Aborsi spontan, artinya janin gugur secara alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar atau gugur dengan sendirinya. Kebanyakan aborsi spontan disebabkan oleh kelainan kromosom, hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh infeksi, kelainan rahim serta kelainan hormon.

53

Ibid, hlm. 1

54

(42)

2) Aborsi karena darurat atau pengobatan (al- isqath al- dharury/al- ‘ilajy) Aborsi karena darurat atau pengobatan, misalnya dilakukan

karena indikasi fisik yang mengancam nyawa ibu bila kehamilannya dilanjutkan.

3) Aborsi karena khilaf atau tidak sengaja (Khata’)

Aborsi dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja, misalnya seorang petugas kepolisian tengah memburu pelaku tindak kriminal disuatu tempat yang ramai pengunjung,. Karena takut kehilangan jejak, polisi berusaha menembak penjahat tersebut, tetapi pelurunya nyasar ketubuh ibu hamil.

4) Aborsi yang menyerupai kesengajaan (syibh’ amal)

Aborsi dilakukan dengan cara menyerupai sengaja, misalnya seorang suami menyerang istrinya yang sedang hamil muda hingga mengakibatkan ia kegugguran.

5) Aborsi sengaja dan terencana (al- ‘amd )

Aborsi dilakukan dengan sengaja dan terencana, misalnya seorang ibu sengaja meminum obat dengan maksud kandungannya gugur, atau ia sengaja menyuruh orang lain (dokter, dukun, dan sebagainya) untuk menggugurkan kandungannya. Aborsi jenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dihukum pidana (jinayat) karena melakukan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

(43)

b. Jenis Aborsi Menurut Hukum Pidana Indonesia

Macam-macam aborsi menurut hukum pidana indonesia dibagi menjadi 2 macam:55

a) Abortus Spontaneus aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah, diantaranya yaitu :

1) Abortus Completes (kegugguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rongga rahim kosong.

2) Aborsi inklopetus (bersisa) artinya hanya ada sebagian hasil konsepsi yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta.

3) Aborsi insipien (keguguran sedang berlangsung) artinya abortus yang sedang berlangsung, dengan ostium sudah terbuka dan ketuban yang terraba, dimana kehamilan ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

4) Abortus iminen yaitu keguguran yang membakat akan terjadi dalam hal ini keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmidica.

5) Missed abortion yaitu keadaan dimana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.

55

http://id.Shvoong.com/Law-and-politics/Law/1903317-aborsi.ditinjau-dari-perspektif-hukum/ (Sabtu/26 April 2012/11.37)

(44)

6) Abortus habitulis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut 3 x atau lebih.

7) Abortus infeksiousdan abortus septic adalah abortus yang disertai genital.56

Kehilangan janin tidak sengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain : demam, ginjal, TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik.57

b) Abortus Provokatus (indoset abortion) adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua :58

1) Aborsi Aficialis Thearapicus adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi medis, dengan tindakan mengeluarkan janin dari rahim sebelum lahir secara alami untuk menyelamatkan jiwa si ibu kelangsungan kehamilan dipertahankan menurut pemeriksaan medis.

2) Abortus provokatus criminalis adalah pengguguran yang dilakukan tanpa indikasi medis untuk meniadakan hasil hubungan

56

Mochtar, Rustam, Obstretri Obstreti Fisiologi Obsterti Patologi, Buku Kedokteran, Jilid 1, EGC, Cet.1, hlm. 212-213

57

Elga Sarapung, Masrucah, M. Imam Aziz, Agama dan Kesehatan Reproduksi”, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1999, cet. 1, hlm . 162

58

Masjfuk Zuhdi, “ Kapita Selekta Hukum Islam”, Jakarta : PT. Midas Surya Grafindo, 1997, Cet. VII, hlm. 78-79

(45)

seks diluar perkawinan atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak dikehendaki.59

3. Sebab- sebab Aborsi

Sesuai dengan tuntunan agama Islam, bahwa aborsi tidak boleh dilakukan kecuali dengan alasan yang diperbolehkan syari’at. Apabila Allah belum meniupkan ruh pada janin dan jika ia dibiarkan bertahan akan mengancam nyawa ibunya, maka dengan kondisi yang seperti itu seorang wanita hamil boleh melakukan aborsi. Selain itu juga apabila janin sudah berumur 120 hari maka ia boleh diaborsi ketika lajnah (lembaga) kedokteran yang bisa dipercaya memutuskan bahwa mempertahankan janin tersebut akan membahayakan nyawa ibunya.60 Adapun Pemicu

aborsi yang lain adalah :61

a. Kehamilan yang tidak diinginkan, dalam sebuah perkawinan, misalnya karena jumlah anak sudah cukup, karena anak terakhir masih kecil atau belum siap punya anak.

b. Kehamilan yang dilakukan suka sama suka yaitu oleh para remaja diluar nikah tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi.

c. Kehamilan menggunakan alat kontrasepsi yang gagal. d. Kehamilan yang disebabkan karena pemerkosaan.62

e. Kehamilan atas dasar indikasi medis, karena jika kehamilan diteruskan bisa membahayakan jiwa si calon Ibu, karena terkena penyakit-

59

Elga Sarapung, Masruchah, M. Imam Aziz, Op., Cit, hlm.162

60

Al- Mashry, Abu Abdurrahman dan Yusuf Sayid bin Ahmad Abu, Kumpulan Fatwa

Kesehatan Wanita, Surakarta : Gazzamedia, 2009

61

Maria Ulfa anshor, Fiqih Aborsi, Jakarta : Buku Kompas, 2006

62

(46)

penyakit berat, misalnya sakit TBC Yang berat dan penyakit ginjal yang berat.63

4. Hukum Tindak Kejahatan Aborsi

a. Hukum Tindak Kejahatan Aborsi Menurut Hukum Pidana Islam

Seluruh ulama ahli fiqih sepakat bahwa penguguran kandungan sesudah janin biberi nyawa, hukumnya haram suatu tindak kriminal, karena perbuatan tersebut dianggap sebagai pembunuhan terhadap orang yang hidup yang wujudnya telah sempurna. 64Seluruh ulama dari

semua madzhab sepakat bahwa aborsi setelah kehamilan melewati masa 120 hari adalah haram, karena pada saat itu bernyawa.. Karena pada usia tersebut janin telah bernyawa, maka menggugugurkanya termasuk membunuh manusia (anak) yang secara jelas diharamkan oleh Allah SWT, seperti yang tertera dalam Q.S. Al- An’am : 15

                                                 

Artinya: “Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu Yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah

63

Umam, Cholil, Himpunan Fatwa-fatwa Pilihan, Surabaya : Anfaka Predana, 2009

64

(47)

(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).” ( QS. Al-Al’am : 151 )

Juga dalam Q.S. Al- Isra’ : 33















































Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan.” (QS . Al- Isra’ : 33).

Aborsi pada usia di atas 120 hari hanya boleh dilakukan jika terjadi kondisi “darurat“ seperti ketika si ibu mengalami problem persalinan dan dokter spesialis menyatakan bahwa mempertahankan kehamilan akan membahayakan jiwa si Ibu. Dalam kondisi seperti ini menyelamatkan jiwa si ibu lebih penting daripada mempertahankan janin, karena ibu adalah Induk dari mana janin berasal. Meski demikian, friksi seputar aborsi tidak dapat dielakkan.

Secara lebih khusus, ikhtilaf hukum terjadi untuk aborsi dibawah usia 120 hari. Kontroversi ulama dalam hal ini tidak hanya terjadi antar madzhab, tetapi juga pada internal madzhab. Berikut ini uraianya : 1) Madzhab Syafi’i

Fuqaha Syafi’iyah berpendapat tentang penyebab pengguguran kandungan yang belum ditiupkan ruh (belum berusia 120 hari), dan hukum aborsi mengarah pada haram. Persoalan Azl tidak termasuk

(48)

pengguguran kandungan, karena adanya perbedaan antara pengguguran dan Azl. Satu sisi, air mani yang masuk belum berarti disiapkan untuk hidup saja. Lain halnya dengan air mani setelah bersemayam di rahim yang berarti ia telah disiapkan untuk hidup.65

Al – Ghazali berpendapat bahwa aborsi adalah tindak pidana yang mutlak haram tanpa melihat apakah sudah ada ruh atau belum. Urutan pertama dari wujud kehidupan itu adalah bertemunya air sperma dalam kandungan dan bercampur dengan ovum perempuan dan itu menimbulkan terjadinya kehidupan, pengguguran itu termasuk pembunuhan. Apabila sudah terjadi segumpal darah dan gumpalan daging itu adalah pembunuhan yang lebih keji dan bila sudah ada ruh lebih keji lagi, dan pembunuhan yang lebih keji adalah setelah kelahiran atau melahirkan. Imam al – Ghazali mengatakan bahwa kehidupan telah dimulai sejak pertemuan antara air sperma dengan ovum di dalam rahhim perempuan . Jika telah ditiupkan ruh kepada janin, maka itu merupakan tindak pidana yang sangat keji, setingkat dibawah pembunuhan bayi hidup-hidup.66

Ada yang menarik dari pendapat Imam al- Ghazali mengenai keharaman aborsi. Pelenyapan nutfah yang telah bertemu dengan ovum dianalogikan dengan sebuah akad atau perjanjian yang sudah disepakati. Sperma laki-laki seperti ijab dan ovum perempuan

65

Maria, Ulfa Anshor, Fiqih Aborsi, Jakarta : Buku Kompas, 2006, hlm.98

66

Al- Musayyar, Sayid Ahmad, Islam Berbicara Soal Seks, Percintaan, Dan Rumah

(49)

seperti qobul. Jika keduanya bertemu, maka akad tidak boleh dan tidak bisa dibatalkan . Analogi ini termasuk qiyas jali. 67

Demikianlah, dalam fuqaha Syafi’iyah sendiri terjadi ikhtilaf, mayoritas mengharamkan aborsi pasca 40 hari usia embrio. 2) Madzhab Hanafi

Sama dengan yang terjadi dalam madzhab Syafi’i, dalam madzhab Hanafi juga terdapat ikhtilaf. Namun jika fuqaha Syafi’iyah sebagian besar sepakat bahwa aborsi haram sebelum usia kehamilan 40 atau 40 hari, sebagian besar fuqaha hanafiyah berpendapat aborsi diperbolehkan sebelum janin terbentuk. Kapan janin terbentuk, masih terjadi ikhtilaf juga. Sebagian besar berpendapat janin terbentuk setelah usia kehamilan 120 hari. Pendapat yang demikian disampaikan oleh, antara lain, penulis kitab ar-Radd al-Mukhtar. Menurutnya, aborsi boleh sepanjang belum terja dipenciptaan, dan itu hanya terjadi sesudah 120 hari kehamilan. Sebagian besar ulama hanafiyah juga berpendapat demikian. Penddapat lain dikemukakan oleh Ibnu Abidin, Penulis kitab al-Raad al-Mukhtar, yakni aborsi makruh mutlak, baik sebelum maupun sesudah terjadinya pembentukan janin. Hanya saja dosanya tidak sama dengan dosa membunuh. Pendapat ini mengandung haramnya aborsi secara mutlak karena istilah

67

Qiyas Jali Merupakan Qiyas yang Illatnya berdasarkan ddalil yang pasti, tak ada kemungkinan lain selain dari illat yang ditunjukan oleh dalil itu. ( Totok Jomantoro, Samsul Munir Amin, Kamus Uhul fiqih, Jakarta : Amazah, 2005, hlm. 281 )

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan penyertaan-Nya penyusunan skripsi yang berjudul “ Penyebab Kegagalan Dalam Pemberian ASI

Volume kerucut  Siswa membahas menentukan rumus volume kerucut dengan melakukan kegiatan siswa seperti pada halaman 83, dengan bimbingan guru..  Siswa membahas soal

Hal ini mengindikasikan bahwa Olimart Siantar salah satu tempat pilihan untuk mengganti ataupun membeli produk Pelumas otomotif Pertamina Lubricants yang memberi kenyamanan

Metode pendekatan utama yang digunakan dalam memecahkan persoalan mitra yang telah disepakati bersama, yaitu: Metode Manajemen Pelatihan, yang merupakan metode yang

Tingginya infeksi akar pada perlakuan aplikasi ganda (diberikan saat deder biji dan pindah tanam bibit) diduga akibat hifa yang melakukan penetrasi ke dalam akar lebih

matlab, program yang akan dijalankan di ketik pada layar editor.setelah.. selesai di ketik maka untuk menjalankannya adalah dengan klik pada. perintah “debug”

Prinsip Pertolongan Pertama pada korban gigitan ular adalah, meringankan sakit, menenangkan pasien dan berusaha agar bisa ular tidak terlalu cepat menyebar ke seluruh tubuh sebelum

Pawai adalah cara penyampaian pendapat dengan arak-arakan di jalan umum. Rapat umum adalah pertemuan terbuka yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat dengan tema tertentu.