• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISTRIBUSI VERTIKAL GASTROPODA PADA MANGROVE Rhizophora apiculata DI TELUK KENDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DISTRIBUSI VERTIKAL GASTROPODA PADA MANGROVE Rhizophora apiculata DI TELUK KENDARI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 349

DISTRIBUSI VERTIKAL GASTROPODA

PADA MANGROVE Rhizophora apiculata

DI TELUK KENDARI

Muhsin1*, Jamili1 , Hendra2

1Jurusan Biologi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara

2 Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan Taksonomi, Fakultas MlPA Universitas Halu Oleo, Kendari, 1* e-mail : muhsin66ekofis@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan metode penelitian ini adalah mengetahui distribusi vertikal gastropoda pada mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek. Enam transek garis dan 6 plot kuadrat 20x20 m untuk pohon, 10x10 m untuk tihang, 5x5 m untuk pancang dan 2x2 m untuk semai. Dua pohon masing-masing tingkat pohon, tihang, pancang dan semai dipilih setiap plot pengamatan. Jumlah spesies dan individu gastropoda dihitung di setiap organ mangrove (akar, batang dan daun). Parameter vertikal distribusi gastropoda dianalisis meliputi frekuensi dan kelimpahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat 8 jenis gastropoda pada mangrove di Teluk Kendari, dimana 7 jenis ditemukan pada stasiun I dan III, sedangkan 6 ditemukan pada stasiun II. Jenis Littorina scabra menunjukan sebagai frekuensi yang lebih tinggi pada tiga stasiun pengamatan yaitu 0,75. Oleh karena itu, Littorina scabra adalah gastropoda yang umum di daerah ini, karena jenis ini ditemukan pada semua stasiun pengamatan di Teluk Kendari. Kelimpahan gastropoda tertinggi ditemukan pada akar dan yang terendah terdapat pada daun Littorina scabra terdistribusi pada semua organ mangrove di Teluk Kendari dan menunjukan distribusinya paling luas.

Kata Kunci : Gastropoda, Kelimpahan, Distribusi Vertikal, Teluk Kendari.

ABSTRACT

The aim of this study was to know the vertical distribution of gastropoda at the mangrove Rhizophora apiculata in the Kendari Beach. Method whice isusingin research is transect line. The six transects lines and 20 quadrates 20x20 m for tree, 10x10 m for pole, 5x5 m for boundary pole, ang 2x2 m for seedling. Two samplings of mangrove tree, pole, boundary pole and seedling were chosen each quadrat for observation. The numbers of species and individuals of gastropods were counted in each organ of mangrove samplings (roots, stems, and leaves organs). The parameters of vertical distrubution of gastropods were analyzed including frequency and abundance. The results of this study showed that there exists 8 species of gastropods at the mangrove samplings in Kendari Beach, where seven species found at site I and III, whereas six in found at site II. Species of Littorina

scabra showed as the heighest frequency value at all site is 0,75. Therefore, the Littorina scabra are the common snails in this region, bacause they were found at all site in Kendari

Beach. The abundance of gastropods in the mangrove sampling was found to be high at roots and has the lowest at leaves. The species of Littorina scabra at all vegetative organs of mangrove samplings in the Kendari Beach and suggesting is widest distribution.

Keywords : Gastropods, Abundance, Vertical Distribution, Bay of Kendari.

Muhsin, et. al.,

Biowallacea, Vol. 3 (1), Hal : 349-361, April, 2016

(4)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 350

PENDAHULUAN Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan ekosistem alamiah unik yang mempunyai nilai ekologis dan ekonomis yang tinggi. Fungsi ekologis ekositem mangrove seperti pelindung pantai dari serangan agin, arus dan ombak dari laut, habitat (tempat tinggal) tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground) bagi biota perairan seperti jenis ikan, udang, kepiting, gastropoda dan masih banyak biota lainya. Fungsi ekonomis ekosistem mangrove adalah penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri dan tempat pariwisata (Dahuri ddk., 2001).

Salah satu kelompok fauna avertebrata yang hidup di ekosistem mangrove adalah Moluska, yang didominasi oleh Gastropoda dan Bivalvia. Gastropoda merupakan salah satu sumber daya hayati non-ikan yang mempunyai keanekaragaman tinggi. Gastropoda dapat hidup di darat, perairan air tawar, sampai perairan bahari. Gastropoda berasosiasi dengan ekosistem mangrove sebagai habitat tempat hidup, berlindung, memijah dan juga sebagai daerah suplai makanan yang menunjang pertumbuhan mereka (Nontji,2007).

Teluk Kendari merupakan salah satu teluk yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara. Teluk Kendari terbagi atas dua bagian yaitu teluk bagian luar

dan teluk bagian dalam. Hutan mangrove hidup pada kedua bagian teluk ini, hutan mangrove ini tersusun atas beberapa jenis yang tumbuh tersebar pada daerah yang berlumpur dan pada dua estuari besar yaitu Sungai Wanggu dan Sungai Mandonga. Beberapa jenis mangrove tumbuh dalam teluk ini dengan kepadatan yang berbeda-beda, sepeti Rhizophora

apiculata, Avicenniasp, Sonneratia sp, Bruguiera sp, dan Xylocarpus sp.

(Witjaksono dkk., 2002).

Umumnya perilaku gastropoda yang bergerak secara vertikal/menegak, memanjat pepohonan mangrove, baik itu menempati bagian-bagian tubuh mangrove pada bagian akar, batang maupun daun. Tekanan lingkungan cukup besar terjadi dibeberapa ekosistem mangrove di Sulawesi Tengara khususnya Teluk Kendari, di akibatkan oleh adanya eksploitasi kayu bakar, tempat perumahan dan pembuatan lahan tambak.

Pemanfaatan yang berlebihan dapat memberikan dampak negatif yang sangat besar bagi fauna-fauna seperti ikan, udang, kepiting gastropoda dan masih banyak lagi fauna yang menempati hutan mangrove yang ada di Kota Kendari. Karena ketersedian habitat yang mulai menyempit berbagai organisme yang berasosiasi dengan mangrove membuat kelangsungan produksi organisme yang terdapat pada mangrove akan terhambat. Ekosistem mangrove yang mengalami tekanan terus menerus akan berdampak pada berbagai

(5)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 351

organisme yang memanfaatkan ekosistem mangrove secara berlebihan akan berdampak pada biota-biota khususnya gastropoda sebagai organisme yang dominan pada ekosistem mangrove. Dampak yang dapat ditimbulkan seperti terjadinya degradasi gastropoda yang akan mengakibatkan terganggunya bahkan terputusnya rantai makanan pada ekosistem tersebut.

Sejauh ini informasi ilmiah terkait distribusi vertikal gastropoda pada komunitas mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari masih relatif

terbatas, kajian ilmiah secara lebih komprehensif terkait keberadaan gastropoda pada hutan mangrove di kawasan ini masih diperlukan. Pengungkapan aspek-aspek ekologi

gastropoda, akan menambah informasi terkait keanekaragaman faauna mangrove di Teluk Kendari, maka perlu dilakukan penelitian tentang “Distribusi Vertikal Gastropoda pada Komunitas Mangrove

Rhizophora apiculata Di Teluk Kendari”.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 yang berlokasi di Teluk Kendari. Identifikasi sampel dan analisis KOT dilakukan di Laboratorium Biologi Unit Ekologi dan Taksonomi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo Kendari.

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Alat & Bahan yang akan digunakan serta fungsinya

No. Nama Alat & Bahan Fungsi

1. Termometer Untuk mengukur suhu lingkungan 2. GPS Untuk menentukan titik kordinat 3. Timbangan digital Untuk mengetahui berat substrat 4. pH meter Untuk mengetahui pHair laut

5. Cawan persolen Wadah untuk mengoven dan bakar substrat

6. Oven dan tanur Untuk mengeringkan dan membakar subsrat (analisis KOT)

7. Toples Untuk menyimpan gastropoda yang telah diamati 8. Buku identifikasi Untuk mengidentifikasi jenis gastropoda

9. Kamera Untuk mendokumentasikan penelitian 10. Parang Untuk membersikan transek penelitian

11. Meteran roll Sebagai alat untuk mengukur transek dan plot pengamatan

12. Alat tulis menulis Untuk mencatat hasil pengamatan

13 Alkohol 70% Sebagai pengawet sampel yang belum diidetifikasi 14 Kertas label Untuk menandai sampel pengamatan

15 Kantong sampel Untuk menyimpan sampel sebelum diidentifikasa 16 Tali rafia Untuk membuat transek dan plot

(6)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 352

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei dengan menggunakan metode transek untuk memberikan gambaran tentang distribusi vertikal gastropoda pada komunitas mangrove

Rhizophora apiculata di Teluk Kendari.

Survei Lapangan

Survei lapangan untuk mengetahui gambaran kondisi mangrove di Teluk Kendari.

Penentuan Stasiun Penelitian

Penelitian dilakukan pada komunitas mangroveRhizophora apiculata di Teluk Kendari. Penentuan stasiun penelitian ditentukan melalui survei lapangan berdasarkan kondisi ekosistem mangrove, sehingga ditetapkan III stasiun yaitu sebagai berikut:

a. Stasiun I

 Transek I adalah komunitas mangrove jenis tegakan Rhizophora

apiculata, Bruguiera sp, dan

Avicenniasp. Mangrove pada

taransek I di dominasi oleh tegakan

Rhizophora apiculata dengan

ketebalan 65 m yang tumbuh mulai dari yang berbatasan dengan tumbuhan darat sampai yang berbatasan dengan sungai Wanggu, yang terletak pada posisi 030 ,58’,

59,59’’ LS dan 1220,32’,01,8’’ BT.

 Transek II adalah komuniatas mangrove tegakan Bruguiera sp,

Rhizophora apiculata, dan Avicennia

sp. Jenis mangrove pada transek II didominasi oleh tegakan Rhizophora

apiculata dengan ketebalan 68 m

yang tumbuh mulai dari yang berbatasan dengan tumbuhan darat sampai yang berbatasan dengan sungai wanggu, yang terletak 030,59’,

00,6’’ LS dan 122032’,07,1’’ BT.

b. Stasiun II

 Transek I adalah komunitas mangrove Tegakan Rhizophora apiculata dan Bruguiera sp jenis

mangrove transek I didominasi oleh tegakan Rhizophora apiculata dengan ketebalan 56 m yang tumbuh mulai dari berbatasan dengan tumbuhan darat sampai yang berbatasan dengan laut, yang terletak pada posisi 030,59’, 27,6’’ LS dan 122032’,53,9’’

BT.

 Transek II adalah komunitas mangrove tegakan Bruguiera sp, dan

Rhizophora apiculata jenis mangrove

pada transek II didomiasi oleh tegakan Rhizophora apiculata dengan ketebalan 70 m yang tumbuh mulai dari berbatasan dengan tumbuhan darat sampai berbatasan dengan tumbuhan laut, yang terletak pada posisi 030 59’ ,26,3’’ LS dan 1220 ,32’

51,4’’ BT. c. Stasiun III

 Transek I adalah komunitas mangrove tegakan Sonneratia

sp,Bruguiera sp, dan Rhizophora

apiculata jenis mangrove pada transek I didominasi oleh tegakan

(7)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 353

tebalan 65 m yang tumbuh mulai dari berbatasan dengan tumbuhan darat sampai berbatasan dengan dengan laut, yang terletak pada posisi 040,00’

12,3’’ LS dan 1220,38’07,7’’ BT.

 Trasnsek II adalah komuniats mangrove tegakan Rhizophora apiculata dan Sonneratia sp,

mangrove pada daerah ini didominasi oleh tegakan Rhizophora apiculata dengan ketebalan 60 m yang tumbuh mulai berbatasan dengan tumbuhan darat sampai dengan laut, yang terletak pada posisi 040 ,00’,12,8’’ LS

dan 122038’09,3’’ BT.

Pembuatan Transek Pengamatan

Penelitian ini menggunakan metode plot kuadrat semi subyektif. langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Menetapkan area kajian mangrove menjadi beberapa bagian di sekitar Teluk Kendari.

b. Membuat garis transek dalam penelitian ini masing-masing stasiun. Ditentukan peletakan garis transek didasarkan pada kondisi lokasi penelitian, garis transek dibuat dengan menarik garis dari zona distal (yang berbatasan dengan vegetasi tumbuhan darat) sampai zona proksimal (dekat dengan laut). Pada masing-masing stasiun dibuat II garis transek setiap garis transek dibuat plot yang berukuran 20 x 20, dimana dalam plot 20 x 20 ditentukan komunitas mangrove Rhizophora

apiculata yang berukuran pohon

sampai berukuran semai yang akan dijadikan sampel penelitian.

c. Pada tiap garis transek pengamatan ditetapkan 2 individu komunitas mangrove Rhizophora apiculata yang berukuran pohon 2 individu, tihang 2 individu, pancanng 2 idividu dan semai 2 idividu. Sehingga masing - masing jumlah individu dari III stasiun 12 individu ukuran pohon sampai semai yang akan dijadikan sampel pengamatan gastropoda, total keseluruhan individu mangrove sebanyak 48 individu.

d. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada saat air surut dan air pasang. Pengambilan sampel gastropoda dengan cara menentukan jumlah individu dan mengukur jenis ketinggian gastropoda ditemukan yang dimulai dari akar, batang, daun dan dicatat berapa ketinggian gastropoda bergerak pada komunitas mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari.

e. Pada masing-masing stasiun pengamatan dilakukan pengukuran faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, dan KOT substrat. f. Melakukan identifikasi awal spesies

gastropoda di lapangan, kemudian diidentifikasi lebih lanjut di Laboratorium Biologi unit Ekologi dan Taksonomi Jurusan Biologi FMIPA UHO.

(8)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 354

g. Mendokumentasikan gambar gastropoda yang telah diidentifikasi

Pengukuran Parameter Lingkungan Pengukuran parameter lingkungan pada vegetasi hutan mangrove khususnya pada setiap plot terdiri dari beberapa faktor: d. Suhu

Untuk pengukuran suhu yaitu dengan menggunakan termometer pada areal penelitian pengukuran suhu air dengan mencelupkan ujung termometer ke air pasang sekitar ± 5 menit kemudian mencatat skalanya.

b. Salinitas Air

Untuk mengetahui kadar salinitas air dengan cara, mengambil setetes air laut pada lokasi penelitian kemudian memasukkan air tersebut kedalam hand

refractometer dan melihat skala yang

diperoleh. c. pH air

Untuk mengetahui pH air diukur dengan mengunakan pH meter dengan cara mencelupkan selang pendekteksi dengan melihat skalanya.

d. Substrat KOT

Pengambilan sampel sedimen atau substrat untuk analisa tipe substrat dan KOT. Sedimen diambil pada bagian keempat sisi dan bagian tengah plot.Selanjutnya dicampur sampai homogen dan dimasukkan ke dalam wadah, untuk diproses lebih lanjut di laboratorium.Untuk mengukur kandungan organik tanahnya, dengan cara menimbang 5 gr substrat kering yang

telah dikeringkan dalam oven dengan suhu 1050C selama 24 jam. Setelah itu

substrat kemudian dibakar didalam tungku pembakaran (tanur) pada suhu 7000C,

dan tiap interval waktu 3 jam dilakukan penimbangan. Penimbangan ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh akhir penimbangan konstan. KOT dihitung dengan menggunakan rumus berikut: KOT = Berat Kering – Berat Abu x 100%

Berat Kering Keterangan:

KOT = Kandungan organik tanah

Berat Kering = Berat tanah setelah dioven pada 105oC selama 24

jam

Berat Abu = Berat tanah setelah ditanur pada 700oC selama 3 jam

(Brower, et. al., 1997). Analisis Data

Analisis data terdiri dari: 1. Frekuensi

F = Jumlah pohon dimana jenis gastropoda ditemukan Jumlah seluruh pohon yang diamati

2. Frekuensi Relatif

FR % = Frekuensi jenisx100 % Frekuensi seluruh jenis 3. Kelimpahan

Dimana : N = ni

A

Keterangan:

N = Kelimpahan (jumlah individu seluruh gastropoda/pohon)

ni = Jumlah individu pada suatu pohon A = Jumlah seluruh pohon (Bengen,

2001).

Hasil pengamatan berupa data sifat yang diperoleh akan dianalisis secara

(9)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 355

deskriptif dengan cara mendeskripsikan semua sifat menurut aktivitas gastropoda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Lingkungan

Hasil pengukuran faktor lingkungan pada setiap stasiun pengamatan pada lokasi penelitian di hutan mangrove Teluk Kendari, dapat dilihat pada (Tabel 2 ).

Tabel 2. Rata-rata Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan pada Komunitas Hutan Mangrove di Teluk Kendari

No. Stasiun Transek

Parameter Lingkungan Tipe substrat Suhu (oC) pH Salinitas (‰) KOT (%) 1. I 1 27 8,07 29 23,03 Lumpur 2 26 7,77 30 21,29 Lumpur berpasir Rata-rata 26,5 7,92 29,5 22,16 2. II 1 29 7,85 31 23,77 Lumpur 2 29 7,18 29 22,56 Lumpur berpasir Rata-rata 29 7,52 30 23,165 3. III 1 30 7,64 28 21,04 Lumpur berpasir 2 27 7,52 31 22,22 Lumpur Rata-rata 28,5 7,58 29,5 21,63

Hasil pengukuran suhu air pada habitat mangrove disekitar Teluk Kendari rata-rata adalah 26,5oC pada

stasiun I, 29oC stasiun II dan 28,5oC

stasiun III. Hal inimenunjukkan bahwa kisaran suhu tersebut masih baik untuk kehidupan gastropoda, dimana menurut Abbot (1965), kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan gastropodapada umumnya adalah 25-32°C.

Hasil pengukuran nilai pH pada lokasi penelitian menunjukkan nilai yang hampir sama yaitu rata-rata stasiun I (7,92), stasiun II (7,52), dan stasiun III (7,58). Nilai pH tersebut masih baik untuk kehidupan gastropoda. Hal ini sesuai pendapat Odum (1993) yang menyatakan bahwa air laut merupakan sistem penyangga (buffer system) yang

sangat luas dengan pH yang relatif stabil yaitu berkisar 7,0 – 8,5 sehingga apabila terjadi perubahan nilai alamiah maka hal tersebut menandakan bahwa penyangga perairan tersebut terganggu karena pada dasarnya air laut mempunyai kemampuan untuk mencegah terjadinya perubahan pH.

Hasil pengukuran salinitas dilokasi penelitian berkisar antara 29,5-30‰. Salinitas perairan tersebut menunjukkan nilai yang relative stabil atau mendukung untuk kehidupan gastropoda karena waktu pengamatan dilakukan dalam jangka sehari tanpa adanya perubahan cuaca dan musim. Salinitas yang baik untuk kehidupan gastropoda yaitu antara 27-34‰ (Asikin, 1982).

(10)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 356

Komposisi jenis gastropoda yang tinggi berkaitan erat dengan sifat biologis dan ekologis gastropoda yang menyukai habitat berlumpur dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Bahan organik yang terkandung dalam sedimen. Hal ini diperkuat oleh Budiman (1991) menyatakan bahwa ukuran partikel yang lebih halus mendorong lebih tingginya populasi bakteri. Dengan kelimpahan bakteri yang lebih tinggi maka proses dekomposisi dapat berlangsung lebih cepat sehingga menghasilkan bahan organik yang lebih besar. Bahan organik merupakan salah satu dari beberapa faktor yang mengontrol kelimpahan metabolisme dan distribusi mikroorganisme di laut maupun di perairan pantai.

Hasil analisis KOT di habitat mangrove Teluk Kendari menunjukkan bahwa nilai tertinggi pada tipe-tipe substrat berlumpur karena substrat berlumpur yang memiliki ukuran partikel lebih kecil akan menahan bahan organik hasil dekomposisi yang dalam jumlah besar dan waktu yang lama. Jika dibandingkan dengan tipe substrat lumpur berpasir yang memiliki ukuran partikel yang lebih besar sehingga memudahkan aerasi dalam substrat.

Tipe substrat sangat menentukan jenis hewan disuatu perairan. Menurut

Odum (1993) bahwa substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan organisme, substrat di dasar perairan akan menentukan kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan benthos. Hasil analisis tipe substrat pada habitat mangrove di kawasan Teluk Kendari menunjukkan bahwa nampak pada setiap stasiun yaitu lumpur dan lumpur berpasir. Substrat lumpur mengandung lebih banyak hara makanan dari pada liat dan pasir. Lumpur memiliki kelenturan dan mempermudah penerobosan air dan udara yang berada didalam (Michael, 1994). Substrat lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan karena itu organisme harus dapat beradaptasi. Sedangkan pada substrat berpasir gastropoda cenderung mudah bergerak ke tempat lain (Ramli, 1989).

Jenis-jenis Gastropoda pada

Komunitas Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari

Pada berbagai tipe tegakan mangrove di Teluk Kendari menunjukkan bahwa Littorina scabramerupakan

gastropoda dengan persentase jumlah indivudu tertinggi pada semua stasiun pengamatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 mengenai persentase jumlah individu.

(11)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 357

Gambar 1. Persentase Jumlah Individu Tiap Jenis Gastropoda yang ditemukan pada Komunitas Mangrove Rhizophora apiculatadi Teluk Kendari

Berdasarkan Gambar 1, persentase jumlah individu tertinggi ditemukan pada jenis Littorina scabra(30%). Tingginya jenis ini diduga karena jenis

ini cenderung berasosiasi hidup pada mangrove jenis

Rhizophora apiculata,

selain itu jenis ini memiliki adaptasi yang baik terhadap kekeringan. Hal ini sesuai dengan penelitian Jumardin (2011) bahwa komuniatas mangrove

jenisRhizophoraapiculata di Teluk Kendari didominasi oleh gastropoda jenis Littorina

scabra.

Kelimpahan Gastropoda pada

Komunitas Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari

Hasil perhitungan terhadap kelimpahan dan distribusi gastropoda pada hutan mangrove di Teluk Kendari yang dapat dilihat pad Tabel 3.

Tabel 3. Kelimpahan Gastropoda pada Komunitas Hutan Mangrove Jenis Rhizophora apiculata di Teluk Kendari

Tabel 3 menunjukkan bahwa kelimpahan individu berbada-beda pada setiap stasiun pengamatan. Kelimpahan tertinggi pada semua strata pertumbuhan terdapat pada jenis Littorina scabra. Hal ini menujukkan bahwa jenis Littorina

scabramerupakan jenis yang memeliki

toleransi yang baik dengan faktor-faktor lingkungan pada habitat tersebut.

1% 8% 30% 1% 10% 18% 17% 15% Ceritidae cinggulata Chicoreus capucinus Littorina scabra Littoronia melanostomata Nerita costata Nerita lineata Nerita undata Terebralia sulcata

No. Spesies Kelimpahan

Pohon Tihang Pancang Semai

1. Ceritidae cinggulata 0,17 0,08 - - 2. Chicoreus capucinus 0,83 0,50 0,17 - 3. Littorina scabra 2,17 1,50 1,17 0,92 4. Nerita costata 1,17 0,33 0,25 - 5. Nerita lineata 1,58 1,17 0,50 - 6. Nerita undata 1,50 0,67 0,92 - 7. Terebralia sulcata 1,42 0,67 0,58 - 8. Littoronia melanostomata - - 0,08 0,17 Rata-rata 1,26 0,70 0,52 0,55

(12)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 358

Secara umum jenis gastropoda yang ditemukan di Teluk Kendari menunjukkan penyebaran pada organ akar mangrove yang masih berada dekat dengan genangan air. Hal ini menunjukkan bahwa jenis gastropoda tersebut tidak tahan kekeringan, sehingga menempati daerah akar. Hal ini sesuai dengan pendapat Kasry (1993) bahwa gastropoda dapat dijumpai di berbagai jenis lingkungan dan bentuk tubuhnya biasanya lebih menyesuaikan diri untuk lingkungan tersebut.

Gastropoda yang hidup pada hutan mangrove menyebar secara vertikal dan horizontal. Sebaran vertikal berlaku bagi jenis-jenis gastropoda yang hidupnya melekat pada akar, batang, cabang dan daun pohon mangrove. Penyebaran horizontal berlaku bagi jenis-jenis yang hidup pada substrat (Kartawinata et al., 1979). Penyebaran gastropoda secara vertikal tergantung kisaran tinggi air pasang dan surut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2, 3, 4 dan 5 mengenai jumlah individu yang ditemukan pada komunitas hutan mangrove di Teluk Kendari.

Gambar 2. Jumlah Individu Tiap Jenis Gastropoda pada Tingkatan Tihang Komunitas Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari

Gambar 3. Jumlah Individu Tiap Jenis Gastropoda pada Tingkatan Pancang Komunitas Mangrove Rhizophora apiculatadi Teluk Kendari

Gambar 4. Jumlah Individu Tiap Jenis Gastropoda pada Tingkatan Pohon Komunitas Mangrove

Rhizophora apiculata di Teluk

Kendari 0 5 10 15 20 25 30 2 10 26 14 19 18 17 0 J um la h Ind iv idu Spesies

Pohon

Akar Batan g Daun 0 2 4 6 8 10 12 14 16 1 6 15 4 14 8 8 0 J um la h Ind iv idu Spesies

Tihang

Akar Batang Daun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 2 4 3 5 8 7 1 J um la h Ind iv idu Spesies

Pancang

Akar Batang Daun

(13)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 359

Gambar 5. Jumlah Individu Tiap Jenis Gastropoda pada Tingkatan SemaiKomunitas Mangrove

Rhizophora apiculata di Teluk

Kendari

Spesies gastropoda yang hidup menempel pada organ tumbuhan mangrove memiliki ciri-ciri tertentu, sehingga mudah dibedakan dengan spesies yang hidup menyebar pada substrat mangrove. Ciri yang paling menonjol pada gastropoda yang menempel pada organ tumbuhan mangrove, memiliki cangkang yang tipis dan memiliki alat penempel yang kuat, sehingga gastropoda yang hidup menempel memiliki bentuk tubuh yang lebih membulat atau bundar (Jumardin, 2011).

Gambar 2, 3, 4 dan 5, menunjukkan bahwa jenis gastropoda yang ditemukan pada akar yaitu sebanyak 106 individu (Pohon), 56 individu (Tihang), dan 30 individu (Pancang). Sedangkan pada batang yaitu 3 individu (Tihang), 8 individu (Pancang) dan 2 individu (Semai). Hal ini

karena gastropoda dapat bergerak bebas untuk menghindari pasang surut air laut. Gastropoda bergerak aktif naik dan turun mengikuti pasang surut sehingga ia memiliki adaptasi yang cukup besar dengan perubahan faktor lingkungan yang disebabkan oleh suhu dan salinitas. Saat air pasang gastropoda bergerak sampai ke bagian atas dan bergerak turun kebagian bawah pohon atau lantai pohon mangrove saat surut. Selain itu gastropoda juga menanggulangi kehidupan diluar air dengan kemampuan bernapas yang baik di udara maupun di dalam air.

Sedangkan gastropoda yang ditemukan pada hutan mangrove di Teluk Kendari yang menempel di daun yaitu sebanyak 1 individu (Pancang), dan 11 individu (Semai). Jenis gastropoda yang ditemukan menempel pada daun tumbuhan mangrove adalah Littorina

scabra dan Littoronia melanostomata.

Umumnya gastropoda yang ditemukan pada daun mengambil kalsium karbonat yang terdapat dalam tumbuhan tersebut dengan cara memakan daun-daunan. Kalsium karbonat dibutuhkan untuk pembentukan cangkang gastropoda, dimana dedaunan ini mengandung banyak calsium karbonat dan dan pigmen yang diserap dan masuk kedalam plasma darah dan diedarkan keseluruh tubuh, kemudian diserap oleh mantel dan mantel ini akan mengeluarkan sel-sel yang dapat membentuk struktur cangkang serta corak warnanya tergantung dari faktor genetik.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 0 9 0 0 0 0 2 J um la h Ind iv idu Spesies

Semai

Akar Batang Daun

(14)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 360

Sehingga mantel ini yang menjadi arsitek dalam pembentukan struktur serta corak warna dari gastropoda (Nontji, 2007). Tumbuhan sendiri memperoleh kalsium dari tanah dalam bentuk Ca++ yang

terkandung dalam minaral-mineral primer, karbonat dan garam-garam sederhana.

Jenis gastropoda yang melekat pada akar, batang dan daun umunya untuk menghindari air pasang dan surut. Menurut Bakri (1985), gastropoda merupakan hewan yang memiliki ketahanan terhadap fluktuasi ekstrim akibat gelombang, suhu, musim dan salinitas. Kelompok fauna pohon termasuk jenis gastropoda yang aktif bergerak atau bersifat mobile. Gerakannya yang paling kelihatan adalah gerakan mereka mengikuti arah turun dan naiknya air laut.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Jenis gastropoda yang ditemukan pada komunitas mangrove

Rhizophora apiculata di Teluk Kendari

sebanyak 8 jenis.

2. Distribusi vertikal gastropoda yang paling tinggi adalah Jenis Littorina

scabra yaitu rata-rata 45,7-237 cm.

3. Jenis gastropoda pada ukuran pohon, tihang dan pancang ditemukan melimpah pada organ akar sedangkan pada ukuran semai ditemukan melimpah pada organ daun.

Saran

Saran yang diajukan dari hasil penelitian ini adalahperlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai distribusi vertikal gastropoda pada kawasan hutan mangrove yang ada di Teluk Kendari secara menyeluruh, khususnya pada tingkatan pohon sampai semai.

DAFTAR PUSTAKA

Asikin. 1982. Kerang Hijau. Penebar Swadaya.Jakarta.

Bakri, I. 1985. Studi Beberapa Aspek

Biologi Mollusca Di Pulau Kongsi Dan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Laporan

Praktikum Biologi Laut. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

Budiman, A. 1991. Penelaahan Beberapa

Gatra Ekologi Moluska

Bakau Indonesia. Disertasi.

Program Pascasarjana, Universitas Indonesia. Jakarta.

Brower, J.E. dan J.H Zar. 1997. Field and

Laboratory Methods for

GeneralEcology. W. M.

Brown Company Publ. Dubuque Jowa.

Dahuri, R., J. Rais, S.P.Ginting dan M.J. Sitepu. 2001. Pengeloloan

Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.

PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Dharma , B. 1988. Siput dan Karang

Indonesia I. PT. Sarana.

Jakarta.

Jumardin, S. 2011. Distribusi Vertikal

Gastropoda Pada Mangrove Tingkat Sapihan Di Pulau

Kaledupa dan Derawah

Kabupaten Wakatobi.

Jurusan Biologi. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Haluoleo.

(15)

Distribusi Vertikal Gastropoda pada Mangrove Rhizophora apiculata di Teluk Kendari 361

Kasry, A. 1993. Pendayagunaan Dan

Konservasi Hutan Mangrove.

Seminar Sehari Deforestasi Hutan Mangrove, 7 Januari 1993. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekanbaru. Kartawinata, K., S.,S., Adisoemarto, S.,

Soemodiharjo, dan Tantara, I., G., M. 1979. Status Hutan

Bakau di Indonesia.

Prosiding Seminar Ekosistem Hutan Mangrove. Jakarta. Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk

Penyelidikan Lapangan dan di Laboratorium. UI-Press.

Jakarta.

Nontji, A. 2007. Laut Nusantara.

Djambatan, Jakarta.

Odum, E., P. 1993. Dasar- dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ramli, D. 1989. Ekologi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Witjaksono, J. Mudikdjo, K.dan Irawan, A. 2002. Struktur Komunitas

Mangrove dan Analisis

Finansial Usaha pada Lahan Konservasi Hutan Mangrove di Pesisir Teluk Kendari.

Gambar

Tabel 1. Alat & Bahan yang akan digunakan serta fungsinya
Tabel  2.  Rata-rata  Hasil  Pengukuran  Parameter  Lingkungan  pada  Komunitas  Hutan   Mangrove di Teluk Kendari
Gambar  1.  Persentase  Jumlah  Individu  Tiap  Jenis  Gastropoda  yang  ditemukan  pada  Komunitas Mangrove Rhizophora apiculatadi Teluk Kendari
Gambar  2.  Jumlah  Individu  Tiap  Jenis  Gastropoda  pada  Tingkatan  Tihang  Komunitas  Mangrove  Rhizophora  apiculata  di  Teluk  Kendari
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dinyatakan di atas, dapat dilihat masih ramai pembangun yang mengalami masalah dalam menyesuaikan teks pada paparan elektronik.

Jenis kupu-kupu Junonia orithya dipilih untuk diamati aktivitas hariannya karenakupu kupu ini tidak terlalu sensitif terhadap gerakansekelilingnya sehingga

Memori juga disebut dengan register yang terletak di dalam mikroprosesor dan digunakan untuk menyimpan informasi atau data yang akan digunakan dalam pelaksanaan program..

Fokus kami adalah membantu perusahaan tentang rencana penyusunan dan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja (MCU) serta Pemeriksaan dan Pengujian

Kegiatan penelitian di SMP Darullughah Wal Karomah Kraksaan Probolinggo ini, secara konseptual lebih memfokuskan pada tiga hal, antara lain; a peran guru IPS dalam meningkatkan

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan Bank Sampah memberi dampak sebagai pemberdaya masyarakat untuk kesejahteraan dalam pengelolaan sampah, seperti lingkungan

Penularan Ascariasis dapat terjadi melalui bebrapa jalan yaitu masuknya telur yang infektif ke dalam mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar, tertelan telur melalui

Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa merumuskan pertanyaan terkait dengan fungsi Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa merumuskan pertanyaan terkait dengan