• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan. Masyarakat yang berada di wilayah tertinggal pada umumnya masih belum banyak tersentuh oleh program-program pembangunan sehingga akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik masih sangat terbatas serta terisolir dari wilayah disekitarnya. Oleh karena itu, kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di wilayah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan pembangunan yang lebih besar dari pemerintah.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan baik pendapatan total maupun pendapatan perkapita yang disertai dengan pertambahan jumlah penduduk serta pemerataan pendapatan bagi penduduk dalam suatu negara. Tujuan dari pembangunan ekonomi suatu negara adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam negara sedang berkembang pembangunan ekonomi merupakan hal utama yang harus diperhatikan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Kesejahteraan masyarakat dapat terjadi melalui peningkatkan

pertumbuhan ekonomi negara tersebut yang terjadi karena pemerataan pendapatan bagi penduduk negara yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi dihitung dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga kostan (ADHK) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB). Pertumbuhan ekonomi harus diimbangi dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan struktur ekonomi suatu negara.

(2)

Negara Indonesia yang terdiri dari 33 provinsi dimana kondisi

pembangunan regionalnya tidak sama atau mengalami ketimpangan. Ketimpangan tersebut pada dasarnya terjadi akibat dari perbedaan kandungan sumber daya alam yang dimiliki oleh masing-masing provinsi yang ada di Indonesia serta perbedaan kondisi demografis antar wilayah.

Aceh merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi Aceh memiliki 23 kabupaten/kota dengan latar belakang yang berbeda antar wilayah, perbedaan ini berupa perbedaan kandungan sumber daya alam yang dimiliki oleh setiap kabupaten serta kondisi demografis masing-masing kabupaten. Selain itu juga terdapat perbedaan pada karakteristik alam, sosial dan ekonomi. Perbedaan ini yang menyebabkan pembangunan ekonomi tidak merata sehingga menimbulkan ketimpangan pembangunan antar wilayah.

Provinsi Aceh terbagi tiga bagian yaitu Utara Timur, Tengah Tenggara dan Barat Selatan. Kawasan Utara Timur merupakan kawasan yang kondisi pembangunannya paling bagus dibandingkan kawasan lain yang ada di Provinsi Aceh. Di kawasan Utara Timur terdapat banyak pusat kegiatan ekonomi dan juga merupakan pusat tingkat pertumbuhan pendapatan yang paling tinggi. Kawasan ini merupakan wilayah yang memiliki akses yang lebih baik dan fasilitas publik yang memadai karena mempunyai sarana dan prasarana dan banyak terdapat pusat-pusat perkotaan dan kabupaten/kota yang ada di kawasan ini sebagian terletak disepanjang jalan nasional yang menghubungkan dua kota besar yaitu Kota Banda Aceh dan Kota Medan.

Kawasan Tengah Tenggara merupakan kawasan yang tingkat ketimpangan ragionalnya paling tinggi dibandingkan dengan kawasan lain yang ada di Provinsi

(3)

Aceh. Ketimpangan ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya alam yang dimiliki oleh kawasan Tengah Tenggara Provinsi Aceh. Kawasan Barat Selatan merupakan kawasan yang tingkat pembangunan regionalnya lebih baik dibandingkan kawasan bagian Tengah Tenggara. Akan tetapi tingkat ketimpangannya lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan Utara Timur Provinsi Aceh.

Salah satu indikator untuk mengetahui ketimpangan pembangunan ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu adalah data PDB ADHK. Berikut ini Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Indonesia tahun 2009-2013.

Grafik 1

Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan Indonesia Tahun 2009-2013 (dalam Miliar Rupiah)

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (data di olah November 2014)

Grafik 1 menunjukkan perkembangan PDB ADHK tahun 2000 terus mengalami peningkatan. Kondisi ini sangat berdampak positif terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia. Jumlah PDB ADHK Indonesia tertinggi

0,00 500.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00 2.000.000,00 2.500.000,00 3.000.000,00 2009 2010 2011 2012 2013 2.094.358,01 2.222.986,86 2.364.158,63 2.512.723,38 2.661.070,76

(4)

terjadi pada tahun 2009 sebesar Rp 2.094.358,01 Miliar, jumlah PDB ADHK Indonesia terendah terjadi pada tahun 2013 sebesar Rp 2.661.070,76 Miliar

Tabel 1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Aceh Tahun 2009-2013 (dalam Miliar Rupiah)

No Tahun PDRB Pertumbuhan PDRB ADHK (%) 1. 2009 32.219,09 -5,51 2. 2010 33.103,08 2,74 3. 2011 34.704,82 4,84 4. 2012 36.487,88 5,14 5. 1013 38.012,97 4,18

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (data di olah November 2014)

Tabel 2 menunjukkan jumlah Produk Domestik Regional Bruto Aceh Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 dari tahun 2009 sampai 2013 mengalami peningkatan walaupun peningkatannya tidak terlalu besar. Tahun 2009 PDRB ADHK sebesar Rp 32.219,09 Miliar dan pertumbuhan PDRB ADHK sebesar -5,51%, hingga tahun 2013 jumlah PDRB ADHK sebesar Rp 38.012,97 dan pertumbuhan PDRB ADHK sebesar 4,18%.

Konsentrasi kegiatan ekonomi yang tinggi di daerah tertentu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan pembangunan antar daerah. Ekonomi daerah dengan konsentrasi kegiatan ekonomi tinggi cenderung tumbuh pesat. Sedangkan daerah dengan tingkat ekonomi yang rendah cenderung mempunyai tingkat pembanguan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita atau PDRB suatu masyarakat yang berlangsung terus menerus dan dalam jangka panjang.

Keberhasilan dalam mendorong pembangunan ekonomi di daerah sangat berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah. Oleh karena itu prioritas pembangunan daerah harus sesuai dengan potensi yang dimilikinya,

(5)

sehingga akan terlihat peranan dari sektor-sektor potensial terhadap pertumbuhan perekonomian daerah, sebagaimana yang diperlihatkan pada perkembangan PDRB dan sektor-sektornya. Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pembangunan regional.

Tabel 2

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2009-2013 (dalam Juta Rupiah)

No Kabupaten/kota 2009 2010 2011 2012 2013 Utara Timur 1. Aceh Timur 1.576.444,31 1.639.574,94 1.721.731,52 1.804.799,75 1.881.020,68 2. Aceh Besar 2.386.454,25 2.501.186,48 2.617.684,18 2.738.264,97 2.859.748,54 3. Pidie 1.642.747,40 1.714.630,59 1.791.673,50 1.873.015,47 1.959.468,22 4. Bireun 2.512.338,84 2.635.481,95 2.775.100,15 2.930.315,19 3.066.934,95 5. Aceh Utara 2.726.210,29 2.827.056,43 2.931.758,98 3.044.552,48 3.141.063,64 6. Pidie Jaya 619.025,61 652.325,14 687.242,97 725.948,61 753.814,19 7. Banda Aceh 2.885.686,85 3.057.074,06 3.241.173,56 3.441.153,97 3.651.734,49 8. Sabang 235.819,26 248.219,50 256.809,04 267.707,01 279.692,87 9. Langsa 849.067,26 890.750,01 929.077,18 971.510,63 1.018.040,74 10. Lhokseumawe 2.081.436,51 2.203.799,82 2.283.665,53 2.372.871,14 2.446.180,21 11 Aceh Tamiang 1.127.630,37 1.150.598,06 1.201.289,47 1.265.691,36 1.338.033,58 Jumlah 18.642.860,94 18.642.860,94 19.520.696,99 20.437.206,08 21.435.830,60 Tengah Tenggara 12. Aceh Tenggara 710.430,10 748.027,02 789.344,51 832.021,96 873.792,77 13. Aceh Tengah 1.138.118,21 1.187.238,98 1.245.799,86 1.300.308,85 1.367.949,10 14. Gayo Lues 409.867,67 431.144,10 451.256,92 473.716,99 495.422,17 15. Bener Meriah 716.848,27 756.359,92 794.975,57 836.937,41 876.676,27 Jumlah 2.975.264,24 2.975.264,24 3.122.770,02 3.281.376,86 3.442.985,20 Barat Selatan 16. Simeulue 243.706,02 260.614,69 271.768,60 286.222,49 301.718,02 17. Aceh Singkil 461.633,92 484.576,48 508.936,30 534.447,26 561.577,83 18. Aceh Selatan 1.248.506,34 1.300.826,13 1.358.940,38 1.420.877,45 1.481.559,10 19. Aceh Barat 1.197.904,53 1.258.308,48 1.323.473,95 1.390.050,98 1.462.584,59 20. Aceh Barat Daya 635.002,93 666.215,03 700.487,26 737.245,87 774.879,83 21. Nagan Raya 929.593,05 967.858,70 1.013.248,31 1.064.752,48 1.135.337,76 22. Aceh Jaya 263.645,59 275.796,18 288.070,73 300.033,07 312.899,33 23. Subulusalam 248.891,95 260.919,81 275.715,78 291.963,05 309.578,77 Jumlah 5.228.884,32 5.475.115,50 5.740.641,31 6.025.592,64 6.340.135,24 Jumlah Total 26.847.009,51 28.118.582,51 29.459.224,26 30.904.408,44 32.349.707,68 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (November 2014 data di olah)

Tabel 2 merupakan perkembangan nilai PDRB ADHK kabupaten/kota selama kurun waktu 5 tahun. Berdasarkan harga konstan 2000, dari keseluruhan nilai PDRB kabupaten/kota Provinsi Aceh selama kurun waktu 2009-2013

(6)

menglami peningkatan setiap tahunnya, nilai PDRB tertinggi terjadi tahun 2013 sebesar Rp. 32.349.707,68 Juta dan nilai PDRB terendah adalah tahun 2009 yaitu sebesar Rp. 26.847.009,51 Juta. Selama kurun waktu 2009-2013 penyumbang nilai PDRB tertinggi adalah kawasan Utara Timur dan penyumbang terendah adalah kawasan Tengah Tenggara.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi di Provinsi Aceh Tahun 2009-2013 (dalam Jiwa)

No Kabupaten/kota 2009 2010 2011 2012 2013 Utara Timur 1. Aceh Timur 340.728 360.475 368.728 380.876 393.135 2. Aceh Besar 312.762 351.418 359.464 371.412 383.477 3. Pidie 386.053 379.108 387.787 393.225 398.446 4. Bireun 359.032 389.288 398.201 406.083 413.817 5. Aceh Utara 532.537 529.751 541.878 549.370 556.556 6. Pidie Jaya 135.345 132.956 136.000 138.415 140.769 7. Banda Aceh 212.241 223.446 228.562 238.784 249.282 8. Sabang 29.184 30.653 31.355 31.782 32.191 9. Langsa 140.415 148.945 152.355 154.722 157.011 10. Lhokseumawe 159.239 171.163 175.082 178.561 181.976 11. Aceh Tamiang 241.734 251.914 257.681 261.125 264.420 Jumlah 2.849.270 2.969.117 3.037.093 3.104.355 3.171.080 Tengah Tenggara 12. Aceh Tenggara 177.024 179.010 183.108 184.150 186.083 13. Aceh Tengah 189.298 175.527 179.546 182.680 185.733 14. Gayo Lues 75.165 79.560 81.382 82.962 84.511 15. Bener Meriah 114.464 122.277 125.076 128.538 131.999 Jumlah 555.951 556.374 569.112 578.330 588.326 Barat Selatan 16. Simeulue 82.344 80.674 82.521 82.762 83.173 17. Aceh Singkil 102.505 102.509 104.856 107.781 110.706 18. Aceh Selatan 215.315 202.251 206.881 208.002 210.071 19. Aceh Barat 158.499 173.558 177.532 182.495 187.459 20. Aceh Barat Daya 124.813 126.036 128.922 131.087 133.191 21. Nagan Raya 125.425 139.663 142.861 146.243 149.596 22. Aceh Jaya 82.904 76.782 78.540 82.172 85.908 23. Subulusalam 66.451 67.446 68.990 70.707 72.414 Jumlah 958.256 968.919 991.103 1.011.249 1.032.518 Jumlah Total 4.363.477 4.494.410 4.597.308vv 4.693.934 4.791.924 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh (data di olah November 2014)

Tabel 3 memperlihatkan bahwa selama kurun waktu 2009-2013 secara keseluruhan jumlah penduduk Aceh semakin meningkat dan jumlah penduduk tertinggi adalah pada tahun 2013 sebesar 4.791.924 jiwa dan jumlah penduduk

(7)

terendah adalah pada tahun 2009 sebesar 4.363.477 jiwa. Selama kurun waktu 2009-2013 kawasan Kabupaten/Kota Provinsi Aceh yang mempunyai jumlah penduduk tertinggi adalah pada kawasan Utara Timur. Sedangkan yang mempunyai jumlah penduduk terendah adalah pada kawasan Tengah Tenggara. Jumlah penduduk kabupaten/kota selama kurun waktu 2009-2013 sebagian terus mengalami peningkatan.

Jumlah penduduk yang semakin besar akan mengakibatkan jumlah angkatan kerja meningkat. Pertambahan jumlah angkatan kerja yang diimbangi dengan adanya kesempatan kerja yang tinggi akan dapat menyerap angkatan kerja baru. Penyerapan angkatan kerja ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat yang akhirnya akan meningkatnya daya beli masyarakat sehingga permintaan barang dan jasa lebih besar yang kemudian mendorong produsen untuk memproduksi lebih banyak lagi, dengan demikian kegiatan ekonomi akan berjalan dengan baik dan ketimpangan ekonomi akan menurun.

Pembangunan ekonomi suatu wilayah tentu saja untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat wilayah tersebut. Salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan peningkatan pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh peningkatan PDRB perkapita dan pendapatan perkapita pada wilayah tersebut. PDRB merupakan sejumlah produksi yang dihasilkan suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat, pada saat pendapatan perkapita meningkatkan terjadi pemerataan pendapatan maka diharapkan akan menciptakan kesejahteran dan mampu mengurangi ketimpangan.

(8)

Melihat ketimpangan pembangunan antar wilayah dalam suatu negara atau daerah bukanlah hal yang mudah karena hal ini dapat menimbulkan debat yang berkepanjangan. Adakalanya masyarakat berpendapat bahwa ketimpangan daerah cukup tinggi setelah melihat banyak kelompok miskin pada daerah bersangkutan. Akan tetapi adapula masyarakat merasakan adanya ketimpangan yang cukup tinggi setelah melihat adanya segelintir kelompok kaya ditengah-tengah masyarakat yang umumnya masih miskin. Perlu diingat bahwa, berbeda dengan distribusi pendapatan yang melihat ketimpangan antar kelompok masyarakat, ketimpangan pembangunan antar wilayah melihat perbedaan antar wilayah. Hal yang dipersoalkan disini bukan antar kelompok kaya dan kelompok miskin, tetapi adalah perbedaan antara daerah maju dan daerah terbelakang (Sjafrizal, 2008. h. 107).

Berdasarkan uraian di atas, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Ketimpangan Pembangunan Regional di

Provinsi Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Berapa besar tingkat ketimpangan pembangunan regional antar kawasan di Provinsi Aceh ?

b. Berapa besar aglomerasi di tiga (3) kawasan dalam Provinsi Aceh ?

c. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketimpangan pembangunan regional antar kawasan di Provinsi Aceh ?

(9)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk menganalisis besarnya tingkat ketimpangan pembangunan regional antar kawasan di Provinsi Aceh.

b. Untuk meganalisis besarnya aglomerasi di tiga (3) kawasan dalam Provinsi Aceh.

c. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan

pembangunan regionaantar kawasan di Provinsi Aceh.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan wawasan dan tambahan pengalaman bagi penulis tentang cara penulisan karya ilmiah yang baik dan sebagai bahan perbandingan antara teoritis yang talah dipelajari dengan praktik yang diterapkan.

b. Lingkungan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbang sesuatu yang berharga sebagai bahan bacaan dan untuk manambah wawasan bagi yang ingin mendalami tentang ketimpangan pembangunan regional yang terjadi di suatu daerah.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan pembangunan

(10)

ekonomi untuk perkembangan ekonomi wilayah sehingga dapat mengurangi tingkat ketimpangan yang terjadi di Provinsi Aceh.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Bagian pertama merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bagian kedua yang merupakan bagian tinjauan pustaka yang terdiri dari pembangunan ekonomi, ketimpangan pembangunan wilayah, hubungan antara PDRB dan ketimpangan pembangunan wilayah, kondisi PDRB Provinsi Aceh, penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.

Bagian ketiga merupakan bagian metode penelitian yang berisi ruang lingkup penelitian, data penelitian, model analisis data dan defenisi operasional variabel.

Bagian hasil dan pembahasan yang terdapat pada bagian keempat yang berisi tentang statistik dekriptif, variabel penelitian yang akan digunakan, hasil pengujian penelitian dan juga pembahasan.

Bagian terakhir yaitu bagian kelima yang merupakan bagian penutup yang berisikan tentang kesimpulan, keterbatasan penelitian dan juga terdapat saran-saran.

Referensi

Dokumen terkait

keluaran logika rendah maksimal 0,5 volt. Pada tabel 4.9 tegangan masukan dan tegangan keluaran sistem telah sesuai dengan datasheet yaitu tegangan 4,4 volt dan 2,7 volt

melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya, Siagian (Sutrisno, 2015, hal. Seorang pemimpin harus mampu menjadi teladan yang

 Laboratorium klinik umum utama, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih. lengkap dari laboratorium klinik

JUDUL SKRIPSI : Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Dari Kreativitas Hasil Belajar Pada Materi Pokok Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Siswa Kelas

Hal ini berarti, Habakuk hidup dan melayani pada masa-masa yang sulit, karena di satu sisi dia harus menghadapi penyerangan bangsa Babel dan di sisi lain dia melayani pada masa

Berdasarkan hal tersebut, jika hasil penelitian ini dihubungkan dengan kondisi atau realita yang sebenar- nya pada instansi pemerintah, maka jika karakteristik individu para

MEORUAM ESPIRITU SANCTO MITAM BENEDICTUS EGOSUM ESPIRITUS SANCTUS GRATIAM SANCTUM DEO SANCTUS, SANCTUS SANCTUS DOMINUS, DEUS SANCTUS SABAOTH PLENI SUNT CAELI ET TERRAE

Observasi adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan melakukan penelitian secara langsung datang ke Di Adolescence (Dago Plaza) hal ini untuk mengamati