• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PARTIKEL AKHIR KALIMAT BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN PARTIKEL AKHIR KALIMAT BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERBANDINGAN PARTIKEL AKHIR KALIMAT

BAHASA JEPANG DAN BAHASA INDONESIA (1)

Ari Artadi, Chonan Kazuhide, Hermansyah Djaya Universitas Darma Persada Sastra Jepang

ariariwani@yahoo.co.jp

ABSTRAK

Dalam bahasa Jepang, partikel akhir kalimat yang frekuensinya sering digunakan dalam percakapan adalah「ね= ne」dan「よ= yo」. Dalam bahasa Indonesia padanan dari「ね」 dan「よ」adalah “ya” dan “lho”. Dengan mengunakan metodologi perbandingan bahasa dan mengunakan contoh kalimat yang ada pada komik bahasa Jepang yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai sumber data, penelitian ini menelaah lebih dalam lagi penggunaan dan fungsi dari partikel akhir kalimat 「 ね 」 , 「 よ 」 ,“ya”dan “lho”. Membandingkannya dan berusaha menyimpulkan fungsi dan penggunaannya. Hasilnya adalah 「ね」berfungsi menunjukkan 確認“kakunin = konfirmasi”, dan「よ」menunjukkan 推論 “suiron=inferensi”. Baik “konfirmasi” dan “inferensi” adalah upaya pembicara menarik perhatian. Sedangkan “ya” menunjukkan “solidaritas” dan “lho” menunjukkan “bantahan halus”. Baik “solidaritas” dan “bantahan halus” merupakan cermin pertimbangan terhadap lawan bicara. Sehingga dapat disimpulkan fungsi「ね」dan「よ」ini menunjukkan bahwa bahasa Jepang adalah bahasa yang berpusat pada pembicara 話 し 手 中 心 (hanashitechushin).Sebaliknya bahasa Indonesia adalah bahasa yang berpusat pada lawan bicara 聞 き 手 中 心 (kikitechusin) . Oleh sebab itu pada kenyataan, 「 ね 」 tidak selalu diterjemahkan “ya” dan「よ」tidak selalu diterjemahkan “lho”.

Kata kunci : Perbandingan Bahasa, Pragmatik, Modalitas, Partikel Akhir Kalimat

1 PENDAHULUAN

Bahasa Jepang adalah bahasa yang memiliki perbedaan besar dalam hal bahasa tulisan dan bahasa percakapan. Dalam percakapan banyak menggunakan partikel akhir kalimat yang tidak terdapat dalam bahasa tulisan. Sebagai contoh kalimat「この料理はおいしい」, kalimat ini dalam percakapan menjadi「この料理はおいしいね」atau「この料理はおいしいよ」. Dalam bahasa Jepang, situasi percakapan penggunaan partikel akhir kalimat seperti「ね= ne」 atau「よ= yo」menjadikan hal yang biasa. Sebaliknya jika tidak mengunakan pertikel akhir kalimat percakapan menjadi terasa kurang alami.

(3)

Menurut Masuoka Takashi (1991:21) salah satu kekhususan Bahasa Jepang adalah dimana ketika berbicara kepada lawan bicara bentuk kalimat / ungkapan bahasa yang digunakan merupakan gambaran perasaan pembicara terhadap lawan bicara. Tingkat pertimbangan memilih bentuk kalimat/ungkapan bahasa terhadap lawan bicara pada tiap bahasa berbeda, namun pada bahasa Jepang tingkat pertimbangan ini tinggi. Salah satu bentuk kalimat / ungkapan adalah pengggunan partikel akhir kalimat 「よ」dan 「ね」 di bawah ini.

(1) a. 雨が降って来たね。 b. 雨が降って来たよ。

Pada kalimat di atas 「ね」dan「よ」adalah partikel akhir kalimat yang merupakan modalitas yang berguna untuk menunjukan cara penyampaian. Kedua partikel ini menunjukan bagaimana pembicara menyampaikan pesan kepada lawan bicara, namun tidak ada hubungannya dengan isi dalam pesan tersebut. Menurut Masuoka, bentuk pengunaan partikel akhir kalimat seperti ini sulit ditemui pada bahasa lain di dunia. Akan tetapi, dalam bahasa Indonesia ternyata ada bentuk yang sama dengan partikel akhir kalimat dalam bahasa Jepang.

(2) a. Hujan, ya. b. Hujan, lho.

Kalimat 2a dan 2b di atas, adalah terjemahan dari 1a dan1b. Kalimat 1a 「雨が降ってきたね」 diartikan “Hujan,ya.”, dan kalimat 1b「雨が降って来たよ」diartikan “ Hujan,lho.”. Dari 2 pasangan kalimat ini didapat kesimpulan awal bahwa「ね」sama dengan “ya” dan 「よ」sama dengan “lho”. Namun, apakah selalu demikian ? Bagaimana fungsi dan pengggunaan dari「ね」, 「よ」, “ya” dan “lho” ?

Telah banyak penelitian mengenai partikel akhir kalimat bahasa Jepang 「ね」dan 「よ」, dan hasil analisa dari berbagai sudut juga telah dipublikasikan. Sebaliknya “ya” dan “lho” yang merupakan partikel akhir kalimat bahasa Indonesia belum banyak diteliti, sehingga banyak dari fungsinya yang belum jelas. Oleh sebab itu dengan metode perbandingan bahasa kami menganalisis lebih dalam lagi fungsi dan kegunaan partikel akhir kalimat bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, lalu membandingkannya. Metode perbandingan bahasa tidak hanya melihat

(4)

persamaan dan perbedaan, namun juga dapat menghasilkan kesimpulan baru tentang esensi dari masalah yang dianalisis.

Merujuk pada paparan di atas, susunan pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab 2 adalah penjelasan mengenai depkirpsi dan penelitian acuan mengenai partikel akhir kalimat bahasa Jepang「ね」dan 「よ」. Bab 3 adalah penjelasan mengenai depkirpsi dan penelitian acuan mengenai partikel akhir kalimat bahasa Indonesia “ya” dan “lho”. Bab 4 adalah penjelasan mengenai hasil perbandingan secara teori partikel akhir kalimat 「ね」vs “ya” dan「よ」vs “lho”. Dan analisis hasil analisis data penerjemahan「ね」dan 「よ」dalam bahasa Indonesia dari beberapa komik Jepang yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Bab 5 adalah kesimpulan hasil analisis fungsi dan pengunaan partikel akhir kalimat bahasa Jepang「ね」 「よ」, dan bahasa Indonesia “ya” “lho”. Dan hakikat dari masing-masing partikel akhir kalimat.

2 PARTIKEL AKHIR KALIMAT BAHASA JEPANG「ね」 DAN「よ」

2.1 PENJELASAN UMUM 「ね」 DAN 「よ」

Menurut Nihongokijutsubunpokenkyukai (2003:256), 「 ね 」 yang ditambahkan pada akhir kalimat, selain sebagai konfirmasi isi kalimat, juga berfungsi menyampaikan kepada lawan bicara kesadaran pembicara akan isi dari kalimat tersebut. Penggunaan「ね」sebagai wujud kesadaran pembicara dan menunjukannya kepada lawan bicara ini dibagi menjadi 3 yaitu:

1. 認識提示(Ninshikiteiji)= Menunjukan kesadaran pembicara akan suatu hal kepada lawan bicara contohnya seperti no.3 di bawah ini.

(3)「これ、おいしいね」

「お口に合ったのなら、うれしいです」(Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:256)

Kemudian baik pembicara maupun lawan bicara tersadar akan suatu hal secara bersamaan, maka jawaban lawan bicara pun wajib ditambahkan「ね」.

(4) 「今日は暑いねえ」

(5)

Pada cara pengunaan ini, sering terlihat partikel「ね」digunakan bersamaan dengan modalitas yang menunjukan kesadaran seperti 「だろう」「ようだ」「みたいだ」dan sebagainya. perhatikanlah contoh nomer (7) di bawah ini.

(5) 「何かわかりましたか」

「犯人はここには立ち寄らなかったみたいですね」

(Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:257)

Pada contoh nomer (5) , kalimat dimana predikatnya berupa penilaian ataupun ungkapan perasaan, dan isi kalimatnya merupakan pandangan subjektif dari pembicara, penambahan partikel akhir kalimat「ね」sering terlihat. Selain itu, pada kalimat yang merupakan pandangan objektif dari pembicara pun penambahan 「ね」juga dapat dilakukan seperti pada nomer (6). Pada penggunaan seperti nomer (6), pembicara, sambil melakukan konfirmasi, juga menunjukan proses “perhitungan” dan “mengingat kembali”. Penggunaan seperti ini disebut 計算・想起 (keisan souki)= “penghitungan dan mengingat kembali”.

(6) 「今何時」

「ええと、3 時 20 分ですね」 (Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:257)

2. 認識確認(Ninshiki kakunin)= Konfirmasi lawan bicara terhadap hal yang disadari oleh pembicara. Pada cara penggunaan ini lawan bicara dianggap lebih memiliki pengetahuan dan kesadaran akan hal yang sedang dibicarakan dibanding pembicara. Seperti contoh kalimat di bawah ini.

(7) 「佐藤さんご存じですね」

「ええ、大学時代の友人です」 (Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:258)

Pada bentuk kalimat tidak langsung penambahan「ね」juga dapat dilakukan sebagai upaya mengkonfirmasi berita yang telah diterima oleh pembicara.

3. 聞き手の配慮(Kikite no hairyou) = Pembicara membuat lawan bicara memperhatikan. Pada cara penggunaan ini, bila pembicara membicarakan beberapa hal secara berlanjut, maka sebelum masuk pada hal yang merupakan informasi penting, kalimat di depannya yang tidak begitu penting ditambahkan「ね」sebagai upaya agar lawan bicara memperhatikan. Seperti contoh (13) di bawah ini.

(6)

(8)「昨日、デパートに買い物に行ったんですね。そうしたら、中学校時代の先生と ばったり会って、少し立ち話をしたんですよ」

(Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:261)

Selanjutnya, menurut Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:256,「よ」menunjukan bahwa isi berita yang disampaikan dalam suatu kalimat harus diketahui oleh lawan bicara, disebut 当然提 示(touzenteiji). Fungsi ini muncul sebagai upaya peringatan kepada lawan bicara yang tidak menyadari hal yang seharusnya dia ketahui. Sebagai contoh nomer (8), dalam kondisi ini penggunaan「よ」merupakan keharusan.

(8) 「あ、切符が落ちました{よ/⏀}」(Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:242)

Kemudian, hal yang seharusnya diketahui oleh pendengar, namun dia tidak mengetahuinya dapat merupakan kalimat sindiran ataupun kecaman, dan penambahan「よ」pada kalimat seperti ini memperkuat nuasa tersebut.

(9) 「君、こんなスピードでつっこんでくるなんて、自殺行為だよ。」

(Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:243)

Lalu, ketika lawan bicara tidak mengetahui bahwa kita mampu melakukan suatu hal dengan benar, maka penambahan 「 よ 」 dapat dipergunakan untuk menguatkan nuasa protes atau bantahan terhadap lawan bicara.

(10) 「君、株のことなんかわかるの?」

「わかるわよ」 (Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003:244)

Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003 hanya memberikan fungsi 「 よ 」 sebagai tozenteiji. Namun selain fungsi tersebut, menurut Masuoka (1991)「よ」juga berfungsi memberikan tanda bahwa pembicara memiliki pemikiran berbeda dengan lawan bicara. Fungsi ini disebut fungsi pendebat 反論(hanron) dan kritik 非難(hinan).

(11) 「アメリカ人はあまり働きませんね」

「いや、よく働きますよ」 (Masuoka1991:95)

Selain fungsi di atas「よ」juga dapat dipakai pada kalimat perintah ataupun larangan, yang berfungsi memperlunak perintah ataupun larangan disebut 命令緩和(meireikanwa).

(7)

Cara penggunaan 「 よ 」 sebagai penguat nuansa pendebat dan sebagai pelunak dalam kalimat perintah atau larangan, tidak dijelaskan oleh Nihongokijutsubunpokenkyukai 2003.

2.2 PENELITIAN ACUAN「ね」DAN「よ」

Ketika menganalisis fungsi dan penggunaan「ね」dan「よ」ada dua teori utama yang menjadi acuan yaitu : Teori Pertentangan 対立説(tairitsusetsu) dan Non Teori Pertentangan 非対立説 (hitairitsusetsu). Penganut teori pertentangan dalam menganalisis「ね」dan「よ」, antara lain adalah Kamio (1990), Masuoka (1991) dan Ohama (1996). Sedangkan Non Teori Pertentangan (hitairitsusetsu) diwakili oleh teori dari Takubo dan Kinsui (1997) dan Hirose dan Hasegawa (2010) . Berikut penjelasan singkat isi penelitian acuan tersebut.

Penjelasan dari Kamio(1990) merupakan sebuah terobosan baru dan memiliki pengaruh dalam pemahaman mengenai「ね」dan「よ」. Kamio menggunakan teori teritori なわ張り理論 (nawabari riron) sebagai landasan untuk menganalisa partikel akhir kalimat bahasa Jepang. Menurut Kamio (1990:21), Pembicara dan lawan bicara masing-masing memiliki teritori informasi. Jika “dekat” maka informasi tersebut ada dalam teritori, sebaliknya jika “jauh” maka informasi tersebut diluar teritori. Jadi “bila informasi itu ada dalam teritori lawan bicara”, maka 「ね」dapat digunakan. Sebaliknya bila informasi itu berada diluar teritori lawan bicara atau dalam teritori sipembicara, maka digunakan「よ」.

Berikutnya, Masuoka (1991:96) menjelaskan, jika pembicara mengetahui bahwa lawan bicara memiliki kesamaan pengetahuan maka partikel「ね」digunakan, sebaliknya jika pada sisi lawan bicara diketahui bahwa ada “gap” informasi maka digunakan「よ」. Masuoka menyimpulkan, 「ね」berfungsi menunjukkan kesamaan 一致型(icchigata) dan「よ」menunjukkan saling pertentang 対立型(tairitsugata).

Terakhir adalah Ohama (1996) menganalisa 「 ね 」 dan 「 よ 」 dengan menggunakan teori saling keterkaitan 関連性理論(kanrensei riron). Menurut Ohama (1996 ) : Fungsi dari「よ」 adalah rangkaian percakapan tidak memunculkan rangkaian yang diinginkan. Hal itu bertentangan dengan apa yang rencanakan oleh pembicara. Fungsi dari 「 ね 」 rangkaian

(8)

percakapan tidak memunculkan rangkaian yang diinginkan. Hal itu sesuai dengan apa yang direncana oleh pembicara.

Ketiga penelitian di atas melandaskan analisisnya berdasarkan teori pertentangan, berikutnya adalah non teori pertentangan. Takubo dan Kinsui (1997) dan Hirose dan Hasegawa (2010). Kedua penelitian ini menyatakan bahwa「ね」berfungsi menunjukkan proses penyesuaian atau マッチング(matching) dan「よ」berfungsi menunjukkan inferensi 推論(suiron).

2.3 PARTIKEL AKHIR KALIMAT BAHASA INDONESIA “YA” DAN “LHO”

Bagian ini kami akan menjelaskan partikel bahasa Indonesia. Khususnya partikel “ya” dan “lho”. Disini kami menjelaskan fungsi dan penggunaan “ya” dan “lho” berdasarkan penjelasan Kridalaksana (1989) dan Stevens and Schmidgall-Tellings (2010).

Pertama “ya” merupakan partikel akhir kalimat yang paling banyak digunakan dalam bahasa Indonesia. Partikel “ya” memiliki berbagai cara penggunaan. Kridalaksana (1989) mengatakan termasuk kata “yah”, partikel “ya” memiliki 3 cara penggunaan. Stevens and Schmidgall-Tellings (2010) menuliskan 6 cara penggunaan “ya”, yang di dalamnya termasuk jawaban afirmatif dari sebuah pertanyaan, dan ini bukanlah termasuk dalam kategori partikel akhir kalimat.

Kridalaksana (1989) mengatakan bahwa “ya” disini berfungsi untuk “meminta konfirmasi dan menunjukan kalimat perintah yang lembut” ( to request confirmation or to express a mild order ).

(13) a. ke mana, ya ? b. Jangan pergi, ya ? (Kridalaksana 1989 :80 )

Stevens and Schmidgall-Tellings (2010) menjelaskan fungsi “ya” sebagai “ melembutkan penegasan dan perintah, atau pertanyaan” ( make statement, command or question less blunt or more polite) , contoh:

(14) a. Sebentar, ya? b. Terima kasih, ya? (Stevens and Schmidgall-Tellings 2010:1098) Selain nomer (47), pada kalimat pertanyaan dan kalimat perintah pun bisa dipakai, dari segi penjelasan Stevens and Schmidgall-Tellings (2010) lebih jelas dari Krisdalaksana. Namun, penjelasan Kridalaksana (1989) “konfirmasi” dan penjelasan Stevens and Schmidgall-Tellings (2010) “ membuat kalimat penegasan menjadi lebih baik” mengenai penggunaan “ya” adalah ide yang berbeda.

(9)

Kedua adalah penjelasan mengenai “lho”. Kridalaksana (1989) menjelaskan fungsi “lho” adalah “ mengkonfirmasi isi kalimat” (to conform a proposition) seperti dibawah ini.

(15) a. Aku juga mau, lho ! b. Ini lho, apa yang kudengar. ( Kridalaksana 1989:78 )

Stevens and Schmidgall-Tellings (2010) menjelaskan fungsi “lho” adalah “mengingatkan kenyataan yang ada bukanlah seperti yang pikirkan” ( to remind s.o that the actual situation is not as he/she might have axpeted or believed) seperti contoh (16) di bawah ini.

(16) Saya tidak bawa uang, lho! (Stevens and Schmidgall-Tellings 2010:582)

Dari penjelasan di atas, Kridalaksana (1989) “lho” =“ mengkonfirmasi isi kalimat” dan “ya” = “meminta konfirmasi” belum jelas perbedaannya. Sehingga kami berpikir penjelasan Stevens and Schmidgall-Tellings (2010) lebih baik.

3 HASIL PERBANDINGAN 「 ね 」 「 よ 」 DENGAN “YA” “LHO” DAN HASIL

ANALISIS DATA

Melihat penjelasan dari fungsi dan membandingkan secara teori fungsi dan penggunaan 「ね」 「よ」dengan “ya” “lho”, berikut kesimpulan yang kami dapat :

1. Fungsi「ね」yang “Menunjukan kesadaran pembicara akan suatu hal kepada lawan bicara 認 識 提 示 (ninshikiteiji), dan Menunjukan konfirmasi lawan bicara terhadap hal yang disadari oleh pembicara 認識確認(ninshikikakunin) dapat diterjemahkan menjadi “ya” . Tetapi 「ね」yang menunjukan 計算・想起(keisan・souki) “perhitungan dan pemikiran ulang” dan “membuat lawan bicara memperhatikan” 聞き手の配慮(kikitenohairyou) sulit untuk diterjemahkan menjadi “ya”.

2. Fungsi「よ」yang menunjukan isi berita yang disampaikan dalam harus diketahui oleh lawan bicara 当然提示 (tozenteiji) dapat diterjemahkan menjadi “lho”. Tetapi,「よ」yang menunjukan 反論・非難(hanron dan hinan) “nuansa pendebat dan kritik” dan sebagai pelunak dalam kalimat perintah atau larangan 命令緩和(meireikanwa), sulit diterjemahkan menjadi “lho”.

(10)

Melihat kesimpulan di atas terbesit pertanyaan, bagaimana 「 ね 」 yang tidak dapat diterjemahkan menjadi “ya” dan 「 よ 」 yang tidak dapat diterjemahkan menjadi “lho”? Sebenarnya dalam bahasa Indonesia selain “ya” dan “lho” , ada partikel akhir kalimat yang lain seperti “kok”, “sih”, “deh”, “kan” dan lain-lain, sehingga ada kemungkinan「ね」dan「よ」 yang tidak dapat diterjemahkan menjadi “ya” dan “lho” dapat diterjemahkan menjadi partikel akhir kalimat yang lain. Untuk menguatkan hasil perbandingan secara teori ini, marilah kita lihat hasil analisis data dari komik. Berikut daftar komik dan tabel hasil analisis data.

A. Nakajima Yuka(2011), Ferdani Scortiva(訳), My Myserious Neighbor, PT Gramedia. B. Saki Haruki(2010), Lidwina Leung(訳), After School with Princess, PT Gramedia. C. Konno Risa(2012), Andhity Crista(訳), Love Peak, PT Gramedia.

D. Kayoru(2011), Frisian Y(訳), Kaname Étoiles, PT Gramedia. 1. data「ね」

日本語 インドネシア語

「ね」 ya deh kok kan φ(tidak diterjemahkan) A 26 5 (19%) 0 0 0 21(81%) B 27 5 (19%) 2 (7%) 1(4%) 0 19(70%) C 20 6 (30%) 0 1(5%) 1(5%) 12(60%) D 22 1(5%) 0 0 0 21(95%) 2. data「よ」 日本 語 インドネシア語 「よ 」

loh ya kan kok sih dong deh -lah nih φ

A 53 0 1 (2%) 0 2 (4%) 1 (2%) 3 (6%) 0 1 (2%) 0 45 (84%) B 61 1 3 1 3 2 2 1 0 0 48

(11)

(2%) (5%) (2%) (5%) (3%) (3%) (2%) (78%) C 81 1 (1%) 4 (5%) 0 2 (2%) 0 1 (1%) 0 2 (2%) 1 (1%) 70 (88%) D 78 0 2 (3%) 3 (4%) 1 (1%) 0 0 0 0 0 72 (92%)

Hasil analisis data di atas menunjukan bahwa seluruh komik menunjukan kecenderungan yang sama, dimana baik「ね」dan「よ」sebagian besar tidak diterjemahkan menjadi “ya” dan “lho”. Persentase「ね」yang diterjemahkan “ya” berkisar 20%, sedangkan「よ」yang diterjemahkan “lho” hanya berkisar di bawah 1%.

4 KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan fungsi, hasil analisis perbandingan bahasa dan melihat hasil analisis data, maka ada beberapa kesimpulan mengenai partikel 「ね」,「よ」,“ya” dan “lho”.

1. 「 ね 」 yang dapat diterjemahkan “ya” adalah yang berfungsi “menunjukan kesadaran pembicara akan suatu hal kepada lawan bicara (ninshiki teiji), dan menunjukan konfirmasi lawan bicara terhadap hal yang disadari oleh pembicara (ninshiki kakunin). Pada kalimat yang menunjukkan fungsi tersebut penambahan 「 ね 」 bersifat wajib, sebaliknya penambahan “ya” tidak wajib. Lalu,「ね」yang menunjukan “perhitungan dan pemikiran ulang” (keisan・souki) dan “membuat lawan bicara memperhatikan” (kikitenohairyou), tidak diterjemahkan menjadi “ya”.

2. 「よ」yang menunjukan “isi berita yang disampaikan dalam harus diketahui oleh lawan bicara (tozenteiji) sebagian kecil diterjemahkan menjadi “lho”. Sedangkan 「 よ 」 yang menunjukkan “nuansa pendebat dan kritik” (hanron dan hinan) bisa diterjemahkan menjadi “kok” dan “sih”. dan sebagai pelunak dalam kalimat perintah atau larangan(meirei kanwa) bisa diterjemahkan “dong”.

3. Fungsi dan penggunaan「ね」yang terdiri dari 1.“menunjukan kesadaran pembicara akan suatu hal kepada lawan bicara (ninshiki teiji), 2. menunjukan konfirmasi lawan bicara

(12)

terhadap hal yang disadari oleh pembicara (ninshiki kakunin) 3.“membuat lawan bicara memperhatikan” (kikitenohairyou), pada hakikatnya merupakan proses “konfirmasi (kakunin)”. Kemudian, Fungsi dan penggunaan「よ」yang terdiri dari 1.“isi berita yang disampaikan dalam harus diketahui oleh lawan bicara (tozenteiji), 2.“nuansa pendebat dan kritik” (hanron dan hinan), 3.sebagai pelunak dalam kalimat perintah atau larangan(meirei

kanwa), pada hakikatnya adalah proses “inferensi (suiron).

4. Fungsi dan pengunaan “ya” baik itu, 1.“meminta konfirmasi dan menunjukan kalimat perintah yang lembut” dan 2.“melembutkan penegasan dan perintah, atau pertanyaan” pada hakikatnya adalah menujukkan rasa “solidaritas” dari pembicara. Kemudian, fungsi dan kegunaan “lho” adalah 1.“mengkonfirmasi isi kalimat” dan, 2. “mengingatkan kenyataan yang ada bukanlah seperti yang pikirkan”. Dari kedua fungsi ini fungsi nomer 2 adalah hakikat dari penggunaan “lho”.

5. Melihat kesimpulan 1 – 4, kami berpendapat bahwa 「ね」dan「よ」dengan “ya” dan “lho” adalah entitas yang berbeda. Fungsi dan penggunaan 「ね」dan「よ」yang menunjukkan “konfirmasi” dan “inferensi” adalah proses bahasa yang berpusat pada pembicara 話し手中 心 (hanasitechushin). Sebaliknya “ya” dan “lho” yang menunjukan “solidaritas” dan “mengingatkan kenyataan yang ada bukanlah seperti yang pikirkan/bantahan halus” adalah proses yang bahasa yang berpusat pada lawan bicara 聞き手中心( kikitechushin) . Karena secara hakikat berbeda, pada kenyataan,「ね」tidak selalu diterjemahkan “ya” dan「よ」 tidak selalu diterjemahkan “lho”.

5 DAFTAR PUSTAKA

A. M. Stevens and A. Ed Schmidgall-Tellings (2010) A Comprehensive Indonesian-English Dictionary (2nd edition), Ohio Unversity Press.

日本語記述文法研究会(2003)『現代日本語文法 4 第 8 部・モダリティ』くろしお出版. 廣瀬幸生・長谷川葉子 (2010)『日本語から見た日本人』開拓社.

神尾昭雄 (1990)『情報のなわ張り理論』 大修館書店.

Kridalaksana, Harimurti (1989) Introduction to Word Formation and Word Classes in Indonesian, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia.

(13)

大浜るい子 (1996)「関連性理論から見た終助詞『よ』『ね』の機能」広島大学教育学部 紀要 第二部 45: 273-281.

益岡隆志 (1991)『モダリティの文法』くろしお出版.

Takubo, Y. and S. Kinsui (1997) “Discourse Management in Terms of Mental Spaces,” “ Journal of Pragmatics 28, 741-758.

Wouk, Fay (2001) ‘Solidality in Indonesian Conversation: The Discourse Marker ya’ Journal of Pragmatics 33:171-191

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan beberapa mahasiswa dan karyawan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang

Unsur penunjang berfungsi untuk memperindah motif utama dan menjelaskan makna yang ada dalam motif utama selain model lafal-makna yang terdiri dari aksara Arab yang dibuat

Hasil penelitian ini akan menguraikan efektivitas pembelajaran tolak peluru kelas VII menggunakan media bola plastik yang dilakukan pada siswa kelas VII I SMP Negeri 24

Pisahkan dan bagi area area: Material/bahan awal, bahan pengemas, Produk Antara, bulk/Produk Ruahan, Produk Jadi, Karantina, release, rejected, Produk dan Material Kembalian

Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Stenografi Di SMKN Pasundan 3 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Basri (2015) yang menyatakan bahwa love of money tidak dapat memediasi pengaruh gender terhadap persepsi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BARANG BEKAS PADA ANAK USIA DINI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu