• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONSENTRASI REGIONAL TENAGA KERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KONSENTRASI REGIONAL TENAGA KERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONSENTRASI REGIONAL TENAGA KERJA

USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KABUPATEN/KOTA

DI JAWA TIMUR TAHUN 2004-2010

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Lutviati Triamita

0910210067

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

(2)

2

Jurnal Analisis Konsentrasi Regional Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten/Kota di Jawa Timur

(Tahun 2004-2010) Lutviati Triamita

Universitas Brawijaya Malang triamita23@gmail.com

Abstrak

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak yang krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Di Indonesia hal itu bisa dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak di semua sektor ekonomi. Selain berperan sebagai penyedia kesempatan kerja, UKM juga merupakan pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat, serta memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas. Peran UKM menjadi lebih tinggi seiring dengan munculnya era otonomi daerah dalam pembangunan ekonomi regional.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis distribusi tenaga kerja UKM dan konsentrasinya di Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2004-2010. Analisis dalam penelitian ini akan difokuskan untuk mengidentifikasi pola pertumbuhan distribusi tenaga kerja UKM dan pola konsentrasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Instrumen analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Indeks Konsentrasi dan Klasifikasi Intensitas. Studi ini menemukan bahwa konsentrasi yang tinggi terdapat di 20 kabupaten/kota di Jawa Timur yang membuktikan bahwa UKM di daerah tersebut memiliki peran yang lebih tinggi dari Jawa Timur dalam penyerapan tenaga kerja, juga berarti UKM sebagai aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut. Namun, pertumbuhan tenaga kerja UKM di Jawa Timur belum merata di seluruh wilayah, karena terdapat kesenjangan yaitu kabupaten/kota yang konsentrasinya sangat tinggi berada di wilayah barat daya Jawa Timur. Sedangkan kurang terkonsentrasi di sebagian besar di wilayah utara dan tengah Jawa Timur.

Kata Kunci: Kata kunci: Tenaga kerja UKM, Analisis Konsentrasi Regional. A. PENDAHULUAN

Pembangunan dan pertumbuhan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu motor penggerak yang krusial bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. Di negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan UKM sangatlah penting. Contohnya di beberapa negara kawasan Afrika, perkembangan dan pertumbuhan UKM sekarang diakui sangat penting untuk menaikkan output aggregate dan kesempatan kerja (Tambunan, 2002).

Di Indonesia hal itu bisa dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak di semua sektor ekonomi dan kontribusinya yang besar terhadap penciptaan lapangan pekerjaan dan sumber pendapatan, khususnya di daerah pedesaan dan bagi rumah tangga berpendapatan rendah. Urata (dalam Sulistyastuti, 2004) menegaskan peran UKM di Indonesia yaitu (1) UKM pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia,- (2) Penyedia kesempatan kerja,-(3) Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat,- (4) Pencipta pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitasnya serta keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan, dan- (5) memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas.

Oleh karena itu, sektor UKM telah dipromosikan dan dijadikan sebagai agenda utama pembangunan ekonomi Indonesia. UKM telah terbukti tangguh ketika terjadi krisis ekonomi 1998, dimana hanya sektor UKM lah yang bertahan dari kolapsnya ekonomi, sementara sektor yang lebih besar justru tumbang oleh krisis. UKM terbukti tahan terhadap krisis dan mampu survive karena, pertama, tidak memiliki utang luar negeri, kedua tidak banyak utang diperbankan karena modal tidak terlalu besar, dan ketiga menggunakan input lokal dan yang terakhir berorientasi ekspor (Kuncoro: 2008).

(3)

3

Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur mendominasi pola penyebaran UKM. Sekitar 60% konsentrasi UKM di Pulau Jawa. Pulau Sumatera yang memiliki luas dan sumber daya alam melimpah hanya terdapat sekitar 15% dari total UKM di Indonesia. Begitu juga Pulau Kalimantan dan Sulawesi yang masing-masing hanya dibawah 10%. Konsentrasi UKM secara spasial tersebut tentu saja tidak menguntungkan dalam konstelasi pembangunan ekonomi nasional yang berorientasi pemerataan. Kesenjangan UKM antar provinsi juga akan melemahkan proses industrialisasi, dimana Indonesia memiliki struktur industri yang masih didominasi oleh keberadaan UKM. Oleh sebab itu, pengembangan UKM sangat diperlukan bagi pembangunan regional terutama setelah otonomi daerah diberlakukan, mengingat keunggulan-keunggulan yang dimiliki UKM.

DKI Jakarta memiliki unit UKM terbanyak sekitar 13,7 persen lalu disusul oleh Jawa Timur yang memiliki sekitar 12,5 persen, kemudian Jawa Barat dengan proporsi jumlah UKM sebanyak 11,5 persen. Hal tersebut membuktikan bahwa UKM masih terkonsentrasi di Jawa. Tingginya unit UKM di Jawa Timur sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang juga tertinggi. Pola pertumbuhan ekonomi dilihat dari sisi kewilayahan di Jawa Timur menunjukkan adanya wilayah yang sangat maju dan wilayah yang masih tertinggal. Dengan kata lain menunjukkan terjadinya ketimpangan. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi terpusat di perkotaan seperti Kota Surabaya dan sekitarnya (Sidoarjo dan Gresik), serta Kota Malang dan Kabupaten Malang. Kota-kota tersebut merupakan pusat aktivitas ekonomi di Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 50 persen terhadap total ekonomi Jawa Timur pada tahun 2010 (World Bank : 2011).

Tabel 1: Rasio PDRB UKM Jawa Timur Terhadap Total PDRB Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha

Pada Tahun 2010 (Milyar Rp)

NO Sektor Total PDRB PDRB Sektor UKM Proporsi

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 122.623,97 109.671,60 89,44 2 Pertambangan dan Penggalian 17.030,74 10.523,88 61,79 3 Industri Pengolahan 214.024,73 63.266,55 29,56 4 Listrik,Gas Dan Air Bersih 11.768,64 52.21 0.44

5 Konstruksi 34.993,98 14.280,08 40,81

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 229.404,87 152.521,08 66,49 7 Pengangkutan dan Komunikasi 42.947,76 15.868,42 36,95 8 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 38.005,17 14.552,78 38,16

9 Jasa-Jasa 67.605,91 14.522,78 56,60

Total PDRB 778.455,77 418.969,37 53,82

Sumber : BPS Jawa Timur 2011, diolah

Pada tabel 1 menjelaskan bahwa sumbangan UKM terhadap total PDRB Jawa Timur mencapai 53,8 persen dari total PDRB Jawa Timur pada tahun 2010 yang menggambarkan UKM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional karena sumbangsihnya mencapai lebih separuh dari PDRB. Sumbangan UKM terbesar diperoleh dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran kemudian sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan dan bidang jasa-jasa. Usaha Kecil dan Menegah berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing sektor pada PDRB di Jawa Timur.

Lebih khusus lagi, dengan jumlah UKM sebesar itu, telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dan menjanjikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2010 angkatan kerja di Jawa Timur sekitar 20 juta jiwa dan 40% persen tenaga kerja bekerja di UKM. Pada tabel 1.6 memperlihatkan jumlah tenaga kerja UKM di setiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Dari rata rata tiga tahunan pertumbuhan tenaga kerja UKM tersebut, menghasilkan tenaga kerja UKM terbanyak terdapat di Kabupaten Malang sekitar 500 ribu tenaga kerja. Kemudian di susul dengan Kabupaten Jember sebanyak 450 ribu jiwa dan diikuti oleh kabupaten Sumenep, Surabaya dan Lamongan. Sedangkan wilayah dengan distribusi UKM terendah terdapat di wilayah Kota Mojokerto sekitar 23 ribu tenaga kerja, disusul dengan Kota Pasuruan 26 ribu jiwa, kemudian Batu, Blitar dan Probolinggo. Penyerapan tenaga kerja sektor UKM di Jawa Timur masih belum merata, hanya terkonsentrasi di beberapa wilayah saja dan masih menunjukkan ketimpangan yang tinggi di beberapa wilayah. Berikut adalah data penyerapan tenaga kerja UKM di setiap kabupaten/kota di Jawa Timur. Selengkapnya pada tabel 2 berikut ini.

(4)

4

Tabel 2 : Distribusi Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Selama Tahun 2004-2010 No

Kabupaten/ Kota

Tenaga Kerja UKM Rata-rata

2004 2007 2010 1 Kab. Pacitan 147,899 170,065 145,434 154,466 2 Kab. Ponorogo 199,094 230,514 215,273 214,960 3 Kab. Trenggalek 174,843 177,707 178,913 177,154 4 Kab. Tulungagung 287,811 285,584 228,063 267,153 5 Kab. Blitar 250,557 279,525 261,102 263,728 6 Kab. Kediri 294,084 297,827 296,639 296,183 7 Kab. Malang 489,233 512,793 504,205 502,077 8 Kab. Lumajang 215,497 216,122 184,749 205,456 9 Kab. Jember 465,735 432,152 470,332 456,073 10 Kab. Banyuwangi 373,655 326,588 324,175 341,473 11 Kab. Bondowoso 144,744 147,534 165,493 152,590 12 Kab. Situbondo 146,624 143,219 150,755 146,866 13 Kab. Probolinggo 229,387 224,689 266,751 240,276 14 Kab. Pasuruan 242,270 274,057 298,073 271,467 15 Kab. Sidoarjo 226,675 191,176 310,283 242,711 16 Kab. Mojokerto 204,346 187,736 190,352 194,145 17 Kab. Jombang 217,252 200,199 239,560 219,004 18 Kab. Nganjuk 277,307 255,373 216,375 249,685 19 Kab. Madiun 130,817 149,516 139,295 139,876 20 Kab. Magetan 164,191 167,852 157,573 163,205 21 Kab. Ngawi 211,021 218,109 178,296 202,475 22 Kab. Bojonegoro 286,698 298,201 280,986 288,628 23 Kab. Tuban 243,023 264,691 255,504 254,406 24 Kab. Lamongan 340,563 279,774 259,470 293,269 25 Kab. Gresik 150,324 191,553 202,056 181,311 26 Kab. Bangkalan 186,465 193,581 178,280 186,109 27 Kab. Sampang 185,629 191,028 187,073 187,910 28 Kab. Pamekasan 159,558 167,469 173,982 167,003 29 Kab. Sumenep 327,329 321,139 270,916 306,461 30 Kota Kediri 61,251 47,912 47,537 52,233 31 Kota Blitar 34,829 24,811 25,096 28,245 32 Kota Malang 127,306 108,433 127,902 121,214 33 Kota Probolinggo 44,437 37,100 29,790 37,109 34 Kota Pasuruan 16,814 33,254 27,950 26,006 35 Kota Mojokerto 25,221 21,597 22,511 23,110 36 Kota Madiun 38,432 21,144 31,013 30,196 37 Kota Surabaya 222,185 304,237 400,248 308,890 38 Kota Batu 19,641 24,429 34,465 26,178 Total 7,562,747 7,618,690 7,676,470 7,619,302 Sumber : BPS Sakernas 2011

(5)

5

Jumlah penduduk yang cukup besar di Jawa Timur bisa menjadi penggerak perekonomian jika mampu terserap dalam bursa tenaga kerja formal maupun informal. Pengembangan UKM diharapkan mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja, dikarenakan sektor UKM memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi regional melalui penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan pemaparan diatas penelitian ini melihat pentingnya mengetahui distribusi dan pertumbuhan tenaga kerja sektor UKM di Jawa Timur. Distribusi tenaga kerja berdasarkan Indeks Konsentrasi berguna untuk melakukan pemetaan tenaga kerja UKM secara regional di Jawa Timur. Sehingga dari situ dapat dilihat kondisi dan potensi UKM terhadap penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu penelitian ini mengambil judul “Analisis Konsentrasi Regional Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kabupaten/Kota di Jawa Timur” dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana distribusi tenaga kerja UKM di kabupaten/kota di Jawa Timur dan pertumbuhannya selama periode 2004-2010?

2. Apakah tenaga kerja UKM di Jawa Timur selama periode 2004 -2010 mengalami konsentrasi secara regional?

B. TINJAUAN TEORI

Pengertian mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM) tidak selalu sama, tergantung konsep yang digunakan. Dalam konsep tersebut mencakup sedikitnya dua aspek yaitu aspek penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut. Usaha kecil dioperasikan dan dimiliki secara independent, tidak dominan dalam daerahnya dan tidak menggunakan praktek-praktek inovatif. Tetapi usaha yang bersifat kewirusahaan adalah usaha yang pada awalnya bertujuan untuk tumbuh dan menguntungkan serta dapat dikarakteristikkan dengan praktek-praktek inovasi strategis. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia masih sangat beragam. Sebelum dikeluarkannya UU No.9/1995, setidaknya ada lima instansi yang merumuskan usaha kecil dengan caranya masing-masing. Kelima instansi itu adalah Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian, Bank Indonesia, Departemen Perdagangan serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin). Pada kelima instansi itu, kecuali BPS, usaha kecil pada umumnya dirumuskan dengan menggunakan pendekatan finansial. Berikut ini adalah definisi dan Karakteristik UKM dari berbagai sumber.

Tabel 3 : Definisi dan Karakteristik UKM Menurut Berbagai Sumber

Organisasi Jenis Usaha Kriteria

Badan Pusat Statistik (BPS)

Usaha Kecil Pekerja 5 – 19 orang Usaha Menengah Pekerja 20 – 99 orang

Departemen Perindustrian Usaha Kecil Asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunannya), bernilai kurang dari 600 Juta Rupiah

Bank Indonesia (UU No 9 Tahun 1995)

Usaha Kecil Aset paling banyak 200 Juta Rupiah (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha)

Hasil penjualan paling banyak 1 Milyar Rupiah per tahun.

Usaha Menengah Sektor industri, memiliki total aset paling banyak 5 Milyar Rupiah per tahun

Sektor nonindustri, memiliki kekayaan bersih paling banyak 600 Juta Rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha

Hasil penjualan tahunan paling banyak 3 Milyar Rupiah per tahun

(6)

6

Organisasi Jenis Usaha Kriteria

Kamar Dagang dan Industri (Kadin)

Usaha Kecil Bidang perdagangan, pertanian dan industri memiki modal kerja kurang dari 600 Juta

Bidang konstruksi bermodal 250 Juta Rupiah dan memiliki nilai usaha kurang dari 1 Milyar Rupiah Kementrian Koperasi dan

UKM

(UU RI No. 20 tahun 2008)

Usaha Kecil Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah & bangunan) lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta

Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun) lebih dari Rp.300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 Milyar

Usaha Menengah Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah & bangunan) Lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp.10 Milyar

Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun) lebih dari Rp. 2,5 Milyar sampai dengan paling banyak Rp. 50 Milyar

Sumber : dikutip dari berbagai sumber Aspek Sumber Daya Manusia

Terdapat dua aspek sumber daya manusia dalam UKM yaitu tenaga kerja dan penduduk:

Tenaga Kerja

Tenaga kerja menurut Badan Pusat Statistik adalah mereka yang berumur sepuluh tahun keatas dan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab.

Menurut Sudarsono (1988) dalam Subekti (2007), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu lapangan usaha. Permintaan tenaga kerja dipengaruhi perubahan tingkat upah dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, yaitu permintaan pasar akan hasil produksi dari suatu unit usaha, yang tercermin dari besarnya volume produksi dan harga barang-barang modal seperti mesin atau alat proses produksi.

Penyerapan tenaga kerja pada sektor UKM diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) kedalam output atau keluaran. Mankiw (2007) mengasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka fungsi produksinya adalah Qt= f (Lt, Kt).

Penduduk

Penduduk menurut Badan Pusat Statistik adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan menetap. Terdapat pengaruh positif pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi di mana kondisi dan kemajuan penduduk sangat erat terkait dengan tumbuh dan berkembangnya usaha ekonomi. Penduduk disatu pihak dapat menjadi pelaku atau sumber daya bagi faktor produksi, pada sisi lain dapat menjadi sasaran atau konsumen bagi produk yang dihasilkan. Kondisi-kondisi kependudukan, data dan informasi kependudukan akan sangat berguna dalam memperhitungkan berapa banyak tenaga kerja akan terserap serta kualifikasi tertentu yang dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Dipihak lain pengetahuan tentang struktur penduduk dan kondisi sosial ekonomi pada wilayah tertentu, akan sangat bermanfaat dalam memperhitungkan berapa banyak penduduk yang dapat memanfaatkan peluang dan hasil pembangunan atau seberapa luas pangsa pasar bagi suatu produk usaha tertentu (Todaro, 2003).

(7)

7 Peran UKM Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pengembangan lingkungan entrepreneurship sangat diperlukan dalam pembangunan regional. Pengembangan lingkungan entrepreneurship mendorong tumbuhnya kemandirian suatu wilayah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Dari berbagai studi empiris, UKM telah terbukti banyak memberikan kontribusi dalam pembangunan regional termasuk mendukung terciptanya lingkungan entrepreneurship.

Amstrong dan Taylor (2000) menyebutkan lima argumen yang relevan mengenai peran UKM dalam pembangunan ekonomi regional.

1. UKM mampu menciptakan lapangan kerja.

2. UKM memiliki kemampuan memunculkan industri-indusri kecil baru lainnya yang bersifat fleksibel dan bervariasi serta memunculkan enterpreneur baru yang berani menanggung risiko.

3. UKM memiliki kemampuan mendorong terjadinya persaingan secara intensif antar UKM bahkan usaha besar serupa. Hal ini sangat penting untuk mendorong lingkungan usaha yang kondusif dan berbudaya usaha yang kuat.

4. UKM mendorong inovasi.

5. UKM mampu meningkatkan hubungan industrial (misal hubungan industri dengan buruh) dan menyedikan lingkungan kerja yang baik dengan para buruhnya.

Hayter (2000) menambahkan bahwa UKM meningkatkan efek multiplier dan menciptakan keterkaitan. UKM yang membeli bahan baku serta memanfaatkan jasa-jasa dari pasar lokal secara langsung membutuhkan adanya

supplier. Realita tersebut mendukung hipotesa seed-bed yang mengatakan ahwa keberadaan UKM menimbulkan

kemunculan usaha-usaha terkait. Lebih lanjut, Hayter (2000) menjelaskan adanya dampak positif yang berlanjut dari keberadaan UKM dalam pembangunan daerah. Kontribusinya terhadap pembangunan lokal/daerah adalah kemampuannya menggali potensi daerah sekaligus menentukan pola pembangunan ekonominya.

C. METODE PENELITIAN Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai berikut:

Analisis Klasifikasi Intensitas

Identifikasi daerah UKM dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan intensitas daerah/provinsi didasarkan atas jumlah tenaga kerja ke dalam peringkat “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang” dan “rendah”. Agar memperoleh distribusi data yang mendekati normal maka tenaga kerja UKM dibobot dengan jumlah total tenaga kerja tiap kabupaten/kota. Dengan pengklasifikasian menurut intensitas tenaga kerja, maka kita dengan mudah memahami bagaimana distribusi tenaga kerja UKM di Jawa Timur.

Pengklasifikasian tiap-tiap provinsi ini didasarkan atas metode distribusi yang menggunakan rata-rata (mean) dan standar deviasi (SD), dimana simbol Ø = (jumlah tenaga kerja).

Hasil dari perhitungan klasifikasi intensitas dengan jumlah tenaga kerja UKM per kabupaten/kota sebagai nilai indikator di kelompokkan dalam tabel penentuan klasifikasi intensitas pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4: Penentuan Klasifikasi Intensitas

Klasifikasi Intensitas Nilai Indikator

Sangat Tinggi ø ≤ mean + SD Tinggi mean + ½ SD ≤ ø < mean + SD Sedang mean – ½ SD ≤ ø < mean + ½ SD Rendah Ø < mean – ½ SD Sumber: Tim Peneliti, KPPOD (Sulistyastuti: 2004)

(8)

8 Analisis Indeks Konsentrasi

Indeks penyerapan tenaga kerja (Concentration Indeks = CI) adalah alat ukur untuk menguji pola konsentrasi geografis penyerapan tenaga kerja oleh UKM. Pengukuran CI dilakukan dengan membandingkan jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UKM di suatu wilayah (kabupaten) dengan jumlah penyerapan tenaga kerja oleh UKM di Provinsi. Daerah yang memiliki Indeks Konsentrasi lebih besar dari 1 (CI>1), berarti kabupaten/kota yang bersangkutan memiliki peran lebih besar daripada peran Jawa Timur dalam penyerapan tenaga kerja oleh UKM. UKM merupakan daerah yang memiliki indeks penyerapan tenaga kerja potensial karena di daerah tersebut merupakan basis penyerapan tenaga kerja oleh UKM. Dapat dinyatakan bahwa peran UKM di kabupaten tersebut sangat signifikan sehingga perlu mendapat perhatian pemerintah.

Indeks Konsentrasi mengacu pada rasio angkatan kerja dibandingkan dengan jumlah penduduk. Indeks Konsentrasi merupakan salah satu alat ukur untuk menguji pola konsentrasi geografis, (LPEM, UI, 2003), dengan rumus sebagai berikut:

CI = {(Ep/Pp)/(En/Pn) Dimana:

CI = Concentration Index

Ep = Tenaga kerja UKM kabupaten/kota di Jawa Timur En = Tenaga kerja UKM Jawa Timur

Pp = Jumlah penduduk kabupaten/kota di Jawa Timur Pn = Jumlah penduduk Jawa Timur

Apabila hasil Indeks Konsentrasi (CI) :

 CI>1: Kabupaten/kota yang bersangkutan memiliki peran lebih besar daripada peran Jawa Timur dalam penyerapan tenaga kerja oleh UKM. Berarti UKM sebagai aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut.  CI=1: Kabupaten/kota yang bersangkutan memiliki peran sama dengan peran Jawa Timur dalam penyerapan tenaga kerja oleh UKM

 CI<1: Kabupaten/kota yang bersangkutan memiliki peran lebih kecil daripada peran Jawa Timur dalam penyerapan tenaga kerja oleh UKM. Berarti UKM bukan merupakan aktivitas basis dalam perekonomian daerah tersebut.

D. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Penentuan Klasifikasi Intensitas

Identifikasi daerah UKM dapat dilakukan dengan mengklasifikasikan intensitas daerah/provinsi didasarkan atas jumlah tenaga kerja ke dalam peringkat “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang” dan “rendah”. Agar memperoleh distribusi data yang mendekati normal maka tenaga kerja UKM dibobot dengan jumlah total tenaga kerja tiap kabupaten/kota. Dengan pengklasifikasian menurut intensitas tenaga kerja, maka kita dengan mudah memahami bagaimana distribusi tenaga kerja UKM di kabupaten/kota di Jawa Timur.

Hasil terlihat pada tabel 5 menunjukkan bahwa kabupaten/kota yang berada di posisi “sangat tinggi” pada 2004 yaitu pertama Kabupaten Malang dengan 489.233 tenaga kerja UKM, kedua Kabupaten Jember dengan 465,735 tenaga kerja, ketiga Kab. Banyuwangi 373,655, kemudian Kab. Lamongan dengan 340,563 pekerja dan Kab.Sumenep dengan 327,329 tenaga kerja UKM. Pada perkembangannya di tahun 2010, Kabupaten Lamongan dan Sumenep terjadi penurunan tenaga kerja yang signifikan sehingga klasifikasinya “sangat tinggi” turun menjadi “tinggi” saja. Sedangkan Kota Surabaya yang dulunya konsentrasi tenaga kerja “sedang” menjadi “sangat tinggi” karena tenaga kerja bertambah dua kali lipat 200,000 menjadi 400,000 selama periode 2004-2010. Jadi jumlah kabupaten kota yang berada di peringkat “sangat tinggi” tidak mengalami pertumbuhan pada periode penelitian.

Perkembangan tenaga kerja UKM di Jawa Timur ditunjukkan dengan meningkatnya intensitas tenaga kerja yang dulunya “sedang” menjadi “tinggi”. Pada tahun 2004, terdapat 4 kabupaten/kota yang berperingkat tinggi. diantaranya Kab. Kediri dengan 294,084 pekerja, Kab. Tulungagung dengan 287,811 pekerja, Kab. Bojonegoro 286,698 pekerja dan Kab. Nganjuk dengan 277,307 pekerja UKM. Pada tahun 2010, klasifikasi “tinggi” menjadi dua kali lipat diantaranya 7 kabupaten yaitu Kab. Sidoarjo, Kab. Pasuruan, Kab. Kediri, Kab. Bojonegoro, Kab. Sumenep, Kab. Probolinggo dan Kab. Blitar. Sedangkan kabupaten/kota dengan peringkat “rendah’ tidak mengalami perubahan pada periode penelitian yang terdiri dari 1 kabupaten dan 9 kota. Diantaranya adalah Kabupaten Madiun adalah Kota Kediri, Kota Batu, Kota Madiun, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Blitar dan yang terendah adalah Kota Mojokerto. Untuk lebih jelas hasil klasifikasi intensitas pada tabel 5 berikut ini.

(9)

9

Tabel 5 : Peringkat dan Klasifikasi Kabupaten/Kota Menurut Jumlah Tenaga Kerja UKM, 2004 dan 2010

2004 2010 Kelas Peringkat Kabupaten/Kota Jumlah TK Kelas Peringkat Kabupaten/Kota Jumlah TK Sangat Tinggi 1. Kab.Malang 489,233 Sangat

Tinggi 1. Kab. Malang 504,205

2. Kab.Jember 465,735 2. Kab. Jember 470,332

3. Kab. Banyuwangi 373,655 3. Kota Surabaya 400,248

4. Kab. Lamongan 340,563 4. Kab. Banyuwangi 324,175

5. Kab.Sumenep 327,329 Tinggi 5. Kab. Sidoarjo 310,283

Tinggi 6. Kab. Kediri 294,084 6. Kab. Pasuruan 298,073 7. Kab. Tulungagung 287,811 7. Kab. Kediri 296,639 8. Kab. Bojonegoro 286,698 8. Kab.Bojonegoro 280,986 9. Kab. Nganjuk 277,307 9. Kab. Sumenep 270,916

Sedang 10. Kab. Blitar 250,557 10. Kab. Probolinggo 266,751 11. Kab. Tuban 243,023 11. Kab. Blitar 261,102 12. Kab. Pasuruan 242,270 Sedang 12. Kab. Lamongan 259,470 13. Kab. Probolinggo 229,387 13. Kab. Tuban 255,504 14. Kab. Sidoarjo 226,675 14. Kab. Jombang 239,560 15. Kota Surabaya 222,185 15. Kab. Tulungagung 228,063 16. Kab. Lumajang 215,497 16. Kab. Nganjuk 216,375 17. Kab. Jombang 217,252 17. Kab. Ponorogo 215,273 18. Kab. Ngawi 211,021 18. Kab. Gresik 202,056 19. Kab. Mojokerto 204,346 19. Kab. Mojokerto 190,352 20. Kab. Ponorogo 199,094 20. Kab. Sampang 187,073 21. Kab. Bangkalan 186,465 21. Kab. Lumajang 184,749 22. Kab. Sampang 185,629 22. Kab. Trenggalek 178,913 23. Kab. Trenggalek 174,843 23. Kab. Ngawi 178,296 24. Kab. Magetan 164,191 24. Kab. Bangkalan 178,280 25. Kab. Pamekasan 159,558 25. Kab. Pamekasan 173,982 26. Kab. Gresik 150,324 26. Kab. Bondowoso 165,493 27. Kab. Pacitan 147,899 27. Kab. Magetan 157,573

28. Kab. Situbondo 146,624 28. Kab. Situbondo 150,755 29. Kab. Bondowoso 144,744 29. Kab. Pacitan 145,434

Rendah 30. Kab. Madiun 130,817 Rendah 30. Kab. Madiun 139,295

31. Kota Malang 127,306 31. Kota Malang 127,902

32. Kota Kediri 61,251 32. Kota Kediri 47,537

33. Kota Probolinggo 44,437 33. Kota Batu 34,465

34. Kota Madiun 38,432 34. Kota Madiun 31,013

35. Kota Blitar 34,829 35. Kota Probolinggo 29,790

36. Kota Mojokerto 25,221 36. Kota Pasuruan 27,950

37. Kota Batu 19,641 37. Kota Blitar 25,096

38. Kota Pasuruan 16,814 38. Kota Mojokerto 22,511

(10)

10

Kemudian analisis terhadap penyebaran tenaga kerja UKM disajikan dalam bentuk peta. Peta disusun didasarkan klasifikasi daerah ke dalam peringkat “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang” dan “rendah” menurut intensitas penyerapan tenaga kerja. Pemeringkatan masing-masing propinsi ke dalam klasifikasi “sangat tinggi”, “tinggi”, “sedang” dan “rendah” dapat memberikan informasi seberapa besar intensitas keberadaan UKM dari masing-masing propinsi tersebut.

Gambar 1 dan 2 berikut ini merupakan potret konsentrasi tenaga kerja UKM. Peta penyebaran tenaga kerja UKM disajikan tahun 2004 dan 2010 untuk mengetahui pertumbuhannya secara nyata selama enam tahun periode penelitian. Pada gambar 4.9 berikut ini menjelaskan keadaan penyebaran UKM pada tahun 2004. Tenaga kerja UKM tertinggi pada tahun 2004 berada di utara dan selatan Jawa Timur. Di utara terdapat Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Sumenep. Di selatan terdapat Kabupaten Malang, Kabupaten Jember dan Banyuwangi. Tingginya tenaga kerja UKM didukung oleh pertumbuhan penduduk yang tinggi pula.

Peta tahun 2004 juga menunjukkan, tenaga kerja UKM yang “tinggi” berada di wilayah barat Jawa Timur. Diantaranya Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Nganjuk. Pada tahun ini wilayah yang jumlah tenaga kerjanya “sedang” tersebar di pantai utara, barat daya (berbatasan dengan Jawa Tengah) dan Pulau Madura. Sedangkan tenaga kerja yang berperingkat “rendah’ tersebar di 8 kota di Jawa Timur dan satu kabupaten yang berada di wilayah utara dan tengah Jawa Timur. Peta juga menunjukkan terdapat 20 kabupaten dan kota yang berperingkat “sedang” pada tahun 2004 yang pada 2010 menurun menjadi 18 kabupaten/kota. Hal tersebut positif karena terjadi peningkatan 2 kabupaten/kota yang dulunya “sedang” menjadi “tinggi”. UKM berperingkat sedang tersebar di berbagai wilayah di Jawa Timur.

Gambar 1 : Peta Klasifiikasi Kabupaten/Kota Menurut Intensitas Tenaga Kerja UKM Tahun 2004

1. Kab.Malang 2. Kab.Jember 3. Kab. Banyuwangi 4. Kab. Lamongan 5. Kab.Sumenep 6. Kab. Kediri 7. Kab. Tulungagung 8. Kab. Bojonegoro 9. Kab. Nganjuk 10. Kab. Blitar 11. Kab. Tuban 12. Kab. Pasuruan 13. Kab. Probolinggo 14. Kab. Sidoarjo 15. Kota Surabaya 16. Kab. Lumajang 17. Kab. Jombang 18. Kab. Ngawi 19. Kab. Mojokerto 20. Kab. Ponorogo 21. Kab. Bangkalan 22. Kab. Sampang 23. Kab. Trenggalek 24. Kab. Magetan 25. Kab. Pamekasan 26. Kab. Gresik 27. Kab. Pacitan 28. Kab. Situbondo 29. Kab. Bondowoso 30. Kab. Madiun 31. Kota Malang 32. Kota Kediri 33. Kota Probolinggo 34. Kota Madiun 35. Kota Blitar 36. Kota Mojokerto 37. Kota Batu 38. Kota Pasuruan

(11)

11

Pada tahun 2010 yang digambarkan pada gambar 4.9, perubahan yang signifikan terlihat pada tenaga kerja UKM yang “tinggi” bertambah di wilayah pantai utara Jawa Timur yaitu Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo. Pergeseran tren ini mengindikasikan bahwa UKM di tujuh kabupaten tersebut mengalami pertumbuhan pesat selama 2004-2010.

Kabupaten/kota yang memiliki intensitas “rendah” tidak ada perubahan dari tahun 2004 dan 2010. Hanya saja terjadi perubahan jumlah tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang meningkat yaitu Kab. Madiun, Kota Malang, Kota Batu dan Kota Pasuruan. Sebaliknya terjadi penurunan jumlah tenaga kerja diantaranya Kota Kediri, Kota Probolinggo, Kota Madiun, Kota Blitar dan Kota Mojokerto. Dalam periode penelitian, kabupaten/kota tersebut semakin menunjukkan tidak ada perubahan yang berarti dalam penyerapan tenaga kerja. Namun, Usaha Kecil dan Menengah yang terdapat di kota-kota tersebut tetap masih perlu dikembangkan karena masing-masing daerah juga memiliki keunggulan produk asli daerah.

Konsentrasi UKM tidak mengalami pergeseran yang berarti pada periode penelitian. Konsentrasi tenaga kerja berada di selatan Jawa dan pantai utara. Kabupaten Malang, Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi konsisten menyumbang tenaga kerja UKM yang sangat tinggi. Hal tersebut terjadi karena wilayah tersebut memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi dan peran masing-masing UKM tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja. Selama periode penelitian, jumlah tenaga kerja sektor UKM Jawa Timur terus mengalami pertumbuhan, namun konsentrasi tenaga kerja UKM di tahun 2004 dan 2010 tidak berubah.

Gambar 2: Peta Klasifiikasi Kabupaten/Kota Menurut Intensitas Tenaga Kerja UKM Tahun 2010

1. Kab. Malang 2. Kab. Jember 3. Kota Surabaya 4. Kab. Banyuwangi 5. Kab. Sidoarjo 6. Kab. Pasuruan 7. Kab. Kediri 8. Kab.Bojonegoro 9. Kab. Sumenep 10. Kab. Probolinggo 11. Kab. Blitar 12. Kab. Lamongan 13. Kab. Tuban 14. Kab. Jombang 15. Kab. Tulungagung 16. Kab. Nganjuk 17. Kab. Ponorogo 18. Kab. Gresik 19. Kab. Mojokerto 20. Kab. Sampang 21. Kab. Lumajang 22. Kab. Trenggalek 23. Kab. Ngawi 24. Kab. Bangkalan 25. Kab. Pamekasan 26. Kab. Bondowoso 27. Kab. Magetan 28. Kab. Situbondo 29. Kab. Pacitan 30. Kab. Madiun 31. Kota Malang 32. Kota Kediri 33. Kota Batu 34. Kota Madiun 35. Kota Probolinggo 36. Kota Pasuruan 37. Kota Blitar 38. Kota Mojokerto

(12)

12 Konsentrasi Regional Usaha Kecil dan Menengah

Pengukuran Indeks Konsentrasi dimaksudkan untuk menentukan apakah Usaha Kecil dan Menengah merupakan aktivitas basis suatu daerah yaitu peranan daerah tersebut terhadap daerah yang lebih besar. Dengan menggunakan jumlah tenaga kerja dapat membandingkan peranan UKM pada suatu daerah dengan daerah lain. Selain itu juga membandingkan peran kabupaten/kota terhadap peran Jawa Timur. Berikut adalah hasil perhitungan Indeks Konsentrasi 29 kabupaten dan 9 kota di Jawa Timur yang disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6 : Indeks Konsentrasi Tenaga Kerja UKM di Jawa Timur, Tahun 2004-2010

No Kabupaten/ Kota 2004 2007 2010 Rata-rata

1 Kab. Sumenep 1.52 1.44 1.24 1.4 2 Kab. Trenggalek 1.37 1.34 1.27 1.33 3 Kab. Pacitan 1.18 1.43 1.28 1.3 4 Kab. Magetan 1.23 1.32 1.21 1.25 5 Kab. Ponorogo 1.09 1.36 1.2 1.22 6 Kab. Tulungagung 1.28 1.26 1.13 1.22 7 Kab. Pamekasan 1.34 1.16 1.07 1.19 8 Kab. Blitar 1.09 1.31 1.14 1.18 9 Kab. Nganjuk 1.18 1.33 1.04 1.18 10 Kab. Bojonegoro 1.14 1.28 1.12 1.18 11 Kab. Ngawi 1.19 1.16 1.04 1.13 12 Kab. Lamongan 1.24 1.06 1.06 1.12 13 Kab. Probolinggo 1.1 1.05 1.19 1.11 14 Kab. Sampang 1.15 1.11 1.07 1.11 15 Kab. Bangkalan 1.27 1.03 0.99 1.1 16 Kab. Banyuwangi 1.16 1.06 1.02 1.08 17 Kab. Situbondo 1.01 1.1 1.12 1.08 18 Kab. Tuban 1 1.12 1.1 1.07 19 Kab. Bondowoso 1.08 1.02 1.08 1.06 20 Kab. Madiun 1.09 1.06 1.01 1.05 21 Kab. Lumajang 0.98 1.14 0.89 1 22 Kab. Malang 0.98 0.97 1.01 0.99 23 Kab. Kediri 0.99 0.95 0.97 0.97 24 Kab. Jember 0.94 0.89 0.98 0.94 25 Kab. Jombang 0.91 0.89 0.98 0.93 26 Kab. Pasuruan 0.89 0.9 0.97 0.92 27 Kab. Mojokerto 0.98 0.87 0.91 0.92 28 Kota Blitar 1.08 0.75 0.93 0.92 29 Kota Probolinggo 1.02 0.87 0.86 0.92 30 Kota Kediri 0.98 0.75 0.87 0.87 31 Kota Kediri 0.98 0.75 0.87 0.87 32 Kota Mojokerto 0.8 0.85 0.92 0.86 33 Kab. Gresik 0.74 0.86 0.85 0.82 34 Kota Madiun 0.79 0.75 0.88 0.81 35 Kota Batu 0.72 0.83 0.89 0.81 36 Kota Malang 0.71 0.65 0.78 0.71 37 Kab. Sidoarjo 0.59 0.52 0.78 0.63 38 Kota Surabaya 0.42 0.54 0.7 0.55

(13)

13

Hasil menunjukkan terdapat 20 kabupaten/kota yang memiliki peran UKM lebih besar dari peran Jawa Timur dalam penyerapan tenaga kerja atau nilai CI>1. Kabupaten/kota yang memiliki nilai Indeks Konsentrasi rata-rata lebih dari satu (CI>1) yaitu Kabupaten Pacitan, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Blitar, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep. Jadi Sektor UKM merupakan basis dari penyerapan tenaga kerja di kabupaten/kota tersebut. Selain itu kuantitas daerah yang memiliki Indeks Konsentrasi lebih dari satu di Jawa Timur melebihi separuh dari jumlah kabupaten kota, menandakan bahwa UKM di Jawa Timur merupakan usaha yang potensial dalam penyerapan tenaga kerja.

Jika digambarkan pada peta akan terlihat lebih jelas keadaan wilayah yang berperan besar terhadap penyerapan tenaga kerja sektor UKM dan menjelaskan bahwa kabupaten dan kota yang memiliki CI>1 tersebar di berbagai wilayah Jawa Timur. Yang tersebar di wilayah utara, barat, selatan, timur dan di Pulau Madura. Hal ini menggambarkan bahwa Jawa Timur merupakan basis dari UKM. Karena hampir separuh wilayahnya memiliki peran yang besar dalam penyerapan tenaga kerja sektor UKM. Tidak diherankan jika Jawa Timur merupakan Provinsi dengan konsentrasi UKM terbesar kedua di Indonesia.

Gambar 3 : Wilayah Di Jawa Timur Dengan Indeks Konsentrasi Lebih dari Satu CI>1 1. Banyuwangi 2. Bondowoso 3. Situbondo 4. Probolinggo 5. Blitar 6. Tulungagung 7. Trenggalek 8. Pacitan 9. Ponorogo 10. Magetan 11. Ngawi 12. Madiun 13. Nganjuk 14. Bojonegoro 15. Tuban 16. Lamongan 17. Bangkalan 18. Sampang 19. Pamekasan 20. Sumenep

Sumber: BPS Sakernas 2011, diolah

Dari Indeks Konsetrasi tersebut, terdapat lima daerah yang memiliki Indeks Konsentrasi tertinggi. Daerah yang memiliki rata-rata Indeks Konsentrasi terbesar terletak di wilayah selatan Jawa Timur kecuali Kabupaten Sumenep. Kabupaten dengan CI terbesar, Kabupaten Sumenep merupakan daerah yang berada diujung timur Pulau Madura, wilayah yang unik karena selain terdiri wilayah daratan juga terdiri dari kepulauan yang tersebar berjumlah 126 pulau. Kabupaten Sumenep memiliki keunggulan UKM yaitu kerajinan tradisional ukir kayu dan industri meubel. Juga terdapat industri makanan tradisional yaitu kerupuk puli, keripik singkong dan regginang. Keunggulan lokal

(14)

14

Kabupaten Sumenep mampu menciptakan potensi bisnis yang menyerap tenaga kerja sehingga indeks konsentrsinya unggul di Jawa Timur.

Kemudian, Kabupaten Trenggalek yang merupakan salah satu kabupaten di pesisir pantai selatan. Memiliki potensi bisnis hasil perkebunan, mengingat kondisi tanah di daerah Trenggalek yang kurang subur, sebagian besar masyarakat lebih memilih tanaman perkebunan seperti cengkeh dan kopi. Potensi daerah Kabupaten Trenggalek yang berhasil menembus pasar ekspor adalah industri kerajinannya ukir kayu, kaca hias dan konveksi. Beragam sentra industri kerajinan banyak ditemukan di kabupaten yang berbatasan langsung dengan daerah Tulungagung ini, seperti misalnya kerajinan anyaman bambu dan industri makanan khas daerah. walaupun jumlah UKM di Kabupaten Trenggalek tidak sebanyak daerah lain namun beberapa industrinya mampu menembus pasar internasional.

Ketiga adalah Kabupaten Pacitan, daerah terletak di ujung barat daya Provinsi Jawa Timur ini memiliki UKM yang sedang berkembang diantaranya adalah kerajinan batik lorok, kerajinan batu akik, batu mulia, produksi gula merah, olahan ikan, gerabah, olahan kayu, olahan ketela dan anyaman bambu. Yang menjadi keunggulan utama Kabupaten Pacitan adalah industri batik karena menggunakan tinta dari tanaman di daerah Pacitan sehingga warna batik terlihat lebih alami.

Keempat, Kabupaten Magetan yang memiliki CI 1,25 juga unggul dalam beberapa UKM yaitu industri kerajinan kulit, Industri kerajinan anyaman Bambu, industri kecil makanan olahan, industri kecil kerajinan logam, industri kecil dan meubel. Beberapa UKM memilih bergerak di Industri kerajinan kulit yang diolah menjadi pakaian, sepatu dan sandal. Industri kulit menjadi andalah karena mampu menguasai pasar nasional dan masuk di pasar International karena itu kabupaten yang menjadi lintasan jalan raya utama Surabaya-Madiun-Yogyakarta dan jalur kereta api lintas selatan ini memiliki Indeks Konsentrasi yang tinggi.

Kelima terbesar adalah Kabupaten Ponorogo dan Tulungagung yang sama sama memiliki Indeks Konsentrasi sebesar 1.22. Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Memiliki keunggulan asli daerah yaitu kerajinan kulit domba dan kulit sapi sebagai bahan ikat pinggang, aneka macam dompet, dan jaket. Kabupaten Ponorogo juga terkenal dengan industri makanan pengganti nasi yaitu roti.

Kemudian Kabupaten Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia. Wilayah yang berada di selatan jawa ini memiliki daerah perbukitan kapur yang memberikan keuntungan tersendiri bagi masyarakat di Kecamatan Campurdarat, Tulungagung tepatnya di Desa Besole dan Desa Gamping. Batu gamping (dolomit) yang telah mengalami proses perubahan tekanan dan temperatur selama ratusan tahun, bisa menghasilkan batu marmer yang kemudian dikreasikan masyarakat setempat menjadi aneka macam produk kerajinan yang memiliki nilai jual cukup tinggi. Selain itu terdapat juga beragam jenis industri kecil seperti industri kerajinan yaitu kerajinan anyaman, bordir, batik, industri makanan, sampai industri kertas, dan industri peralatan TNI, semuanya mengalami perkembangan yang cukup signifikan dan mendatangkan keuntungan cukup besar bagi masyarakat setempat.

Keadaan Indeks Konsentrasi di wilayah Jawa Timur juga disajikan dalam bentuk peta, sehingga akan terlihat lebih jelas tentang keadaaan Indeks Konsentrasi tenaga kerja di Jawa Timur. Pada peta berikut ini terlihat wilayah yang memiliki CI terbesar dan terkecil. Terlihat bahwa rata-rata Indeks Konsentrasi berada di wilayah Barat Daya Jawa Timur yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Karena wilayah tersebut bukan merupakan wilayah yang tanahnya kurangsubur. Maka, UKM di wilayah-wilah tersebut terspesialisasi di kerajianan tradisional yang dijelaskan pada keunggulan UKM masing-masing daerah diatas.

Kabupaten dan kota yang unggul dalam Indeks Konsentrasi mempunyai UKM yang mengembangkan potensi daerah. Sehingga ciri khas daerah mampu dikembangkan dan dilestarikan. Selain itu bahan baku lokal dapat dimanfaatkan dalam pembuatan produk Usaha Kecil dan Menengah tersebut. Sehingga, UKM lokal dapat berperan dalam penciptaan lapangan kerja, yang pada akhirnya tujuan dalam penyerapan tenaga kerja tercapai. Produksi dan penyerapan tenaga kerja berperan terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Berikut ini adalah Peta penyebaran Indeks Konsentrasi yang terendah dan tertinggi di masing-masing daerah di Jawa Timur yang disajikan pada gambar 4.10

(15)

15

Gambar 4 : Kabupaten/kota dengan Indeks Konsentrasi (CI) Tertinggi dan Terendah di Jawa Timur CI tinggi 1. Kab. Tulungagung 2. Kab. Trenggalek 3. Kab. Pacitan 4. Kab. Ponorogo 5. Kab. Magetan 6. Kab. Sumenep CI rendah 7. Kota Madiun 8. Kota Malang 9. Kota Batu 10. Kabupaten Sidoarjo 11. Kota Surabaya

Sumber: BPS Sakernas 2011, diolah

Lima daerah yang memiliki rata-rata Indeks Konsentrasi terendah, yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kota Madiun dan Kota Batu. Wilayah tersebut memiliki peran UKM terhadap penyerapan tenaga sangat kecil daripada wilayah lain. Pada peta kabupaten dan kota terendah tersebar daerah di utara dan tengah Provinsi Jawa Timur.

Kabupaten dan kota yang memiliki CI terendah, juga memiliki UKM yang beragam, namun penyerapan tenaga kerja UKM tidak lebih besar dari kepadatan penduduk yang tinggi. Misalnya yang pertama Kota Surabaya, Ibu kota Jawa Timur yang pada tahun 2010 mampu menyerap tenaga kerja UKM tertinggi sekitar 400rb jiwa namun kepadatan penduduk juga tinggi sekita 2.4 juta jiwa. Sehingga UKM di Kota Surabaya hanya mampu menyerap 17 persen tenaga kerja dari jumlah penduduk di Jawa Timur. Selain itu, Kota Surabaya merupakan basis dari Industri besar. Seperti halnya Kabupaten Sidoarjo yang unggul dalam industri konveksi juga memiliki jumlah penduduk yang padat dan lebih terkonsentrasi di Industri besar. Untuk Kota Malang, Kota Madiun dan Kota Batu, terjadi penyerapan tenaga kerja UKM yang tergolong kecil dari kabupaten kota lain dikarenakan Industri Usaha Kecil dan Menengah bukan merupakan basis dari penyerapan tenaga kerja di kabupaten/kota tersebut.

Keadaan Indeks Konsentrasi selalu berubah selama kurun waktu tiga tahunan dari 2004 sampai dengan 2010. Terdapat beberapa kabupaten/kota yang menunjukkan konsentrasi yang selalu meningkat, semakin menurun dan yang fluktuatif. Terdapat 4 kabupaten kota yang menunjukkan CI yang terus meningkat atau terjadi pertumbuhan yaitu Kabupaten Pasuruan dengan rata CI sebesar 0.92, Kota Mojokerto 0.92, Kota Surabaya 0.55 dan Kota Batu 0.81. Walaupun rata-rata CI masing masing daerah dibawah satu persen yang berarti peran terhadap penyerapan tenaga kerja UKM dibawah peran Provinsi Jawa Timur. Namun kabupaten/kota tersebut menunjukkan prospek yang baik untuk dikembangkan yang diharapkan akan lebih banyak tenaga kerja yang terserap. Masing masing daerah memiliki keunggulan UKM seperti Kabupaten Pasuruan dengan industri mebel, Kota Mojokerto dengan industri patung batu serta kerajinan tas dan kulit. Kota Surabaya dengan kerajinan tangan dan souvenir. Kota Batu dengan olahan hasil pertanian dan perkebunan.

(16)

16

Namun ada beberapa Kabupaten/kota yang Indeks Konsentrasinya yang terus menunjukkan penurunan dalam kurun waktu 2004-2010. Terdapat 9 Kabupaten kota yang mengalami penurunan Indeks Konsentrasi. Diantarannya adalah Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungangung, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep. Seluruhnya memiliki nilai Indeks Konsentrasi lebih dari satu (CI>1) yang berarti peran tenaga UKM kabupaten kota tersebut besar di Jawa Timur. CI yang semakin menurun disebabkan oleh Usaha Kecil dan Menengah terebut tidak mengalami kenaikan produktifitas sehingga terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja. Selain itu penurunan juga data diartikan kabupaten/kota terebut tidak berkembang dalam penyerapan tenaga kerja UKM.

Sedangkan kebanyakan kabupaten kota menunjukkan keadaan CI yang fluktuatif yaitu keadaannya naik turun pada tahun 2004, 2007 dan 2010. Diantaranya Kab. Pacitan, Kab. Ponorogo, Kab. Blitar, Kab. Kediri, Kab. Malang, Kab. Lumajang, Kab. Jember, Kab. Bondowoso, Kab. Situbondo, Kab. Probolinggo, Kab. Sidoarjo, Kab. Mojokerto, Kab. Jombang, Kab. Nganjuk, Kab. Magetan, Kab. Bojonegoro, Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Gresik dan Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Malang, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Madiun. Walaupun dengan keadaan CI yang fluktuatif namun UKM di kabupaten/kota tersebut tetap bertahan dalam krisis ekonomi 2008 sehingga pada tahun 2010 terjadi perbaikan dalam Indeks Konsentrasi.

Dapat disimpulkan, pertumbuhan konsentrasi tenaga kerja UKM di Jawa Timur menunjukkan Kabupaten/kota yang Indeks Konsentrasinya terus naik lebih sedikit daripada yang turun. Kebanyakan UKM masih menunjukkan keadaaan Indeks Konsentrasi yang fluktuatif pada periode penelitian 2004-2010. Namun, kenaikan dan penurunan tersebut masih stabil.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Jawa Timur memiliki jumlah UKM terbanyak kedua setelah DKI Jakarta. Sejalan dengan banyaknya unit UKM, proporsi penyerapan tenaga kerja UKM di Jawa Timur mencapai 40 persen dari keseluruhan jumlah tenaga kerja. Sebagian besar wilayah di Jawa Timur memiliki nilai konsentrasi yang tinggi yaitu 20 kabupaten/kota yang memiliki peran penyerapan tenaga kerja UKM lebih besar daripada peran UKM di Jawa Timur. Kabupaten/kota yang perannya sangat tinggi berada di barat daya diantaranya Kab. Tulungagung, Kab. Trenggalek, Kab. Pacitan, Kab. Ponorogo, Kab. Magetan, Kab. Sumenep. Masing-masing daerah memiliki produk asli daerah yang menjadi unggulan. Sedangkan wilayah yang memiliki peran UKM dibawah Jawa Timur dan kabupaten/kota lain berada di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kota Malang, Kota Madiun dan Kota Batu. UKM bukan merupakan basis dalam penyerapan tenaga kerja UKM di wilayah tersebut.

2. Konsentrasi yang tinggi saja tidak cukup karena di era desentralisasi masih ada wilayah-wilayah yang jauh tertinggal dalam penyerapan dan tidak meratanya distribusi tenaga kerja UKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi UKM di Jawa Timur selama 2004-2010 tidak merata antar wilayah. Pertumbuhan tenaga kerja UKM terkonsentrasi di wilayah pantai selatan dan pantai utara Jawa Timur. Wilayah yang memiliki penyerapan tenaga kerja besar adalah Kab. Malang, Kab. Jember, Kota Surabaya, Kab. Banyuwangi,Kab. Sidoarjo, Kab. Pasuruan, Kab. Kediri, Kab.Bojonegoro, Kab. Sumenep, Kab. Probolinggo dan Kab. Blitar yang memiliki peringkat sangat tinggi dan tinggi dalam peyerapan Tenaga kerja UKM,. Konsentrasi terjadi karena wilayah tersebut memiliki pertumbuhan penduduk yang tinggi dan peran masing-masing UKM tinggi terhadap penyerapan tenaga kerja.

3. Penyerapan tenaga kerja yang rendah tersebar di wilayah utara dan tengah Jawa Timur. Diantaranya di 8 kota dan 1 kabupaten di Jawa Timur yaitu Kab. Madiun, Kota Malang, Kota Kediri, Kota Batu, Kota Madiun, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Blitar dan Kota Mojokerto. Selain pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut rendah, UKM bukan merupakan basis dari penyerapan tenaga kerja UKM.

(17)

17 Saran

Mengingat peran dan kontribusi UKM sangat besar dalam pembangunan, maka pemerintah hendaknya mendorong perkembangan UKM melalui:

1. Berdasar hasil penelitian ini, tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Wilayah Jawa Timur adalah mengembangkan UKM yang memiliki potensi penyerapan tenaga kerja tinggi yang dapat dilakukan dengan cara mendirikan organisasi perkumpulan UKM secara regional. Organisasi yang mampu menaungi permasalahan UKM seperti produksi dan distribusi. Organisasi tersebut juga sebagai penghubung antara UKM dan pemerintah yang diharapkan dapat berguna dalam pengembangan UKM dan dapat memperluas jaringan usaha.

2. Wilayah yang memiliki penyerapan tenaga kerja UKM yang tertinggal, masih memiliki beberapa UKM yang memiliki keunggulan asli daerah namun penyerapan tenaga kerja masih minim. Supaya UKM tersebut dapat dikembangkan, maka perlu kontribusi pemerintah yang berbentuk permodalan, pelatihan SDM dan teknologi agar UKM mampu memproduksi input serta komponen lainnya yang diperlukan oleh UKM tersebut.

3. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan UKM di Jawa Timur, perlu adanya pengembangan komoditas unggulan dengan memanfaatkan bahan baku lokal, salah satu cara yang dapat dilakukan agar UKM memiliki daya saing antara lain dengan menjalin kerjasama dengan sesama UKM, penciptaan keunggulan kompetitif, manajemen yang tepat, teknologi tepat guna dan inovasi yang berkesinambungan.

(18)

18

DAFTAR PUSTAKA

______, Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil

______, Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Kecil dan Menengah ______, Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1 tentang tenaga kerja

______, Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang ketenagakerjaan

Adisti, Nansi Martina. 2008. Analisis Kontribusi Usaha Kecil dan Menengah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

Dan PDRB Dikabupaten Banyumas. http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 10 Desember 2012. Amstrong, Harvey, and Jim Taylor. 2000. Regional Economics and Policy, New York: Harvester Wheatsheaf. Alters, Theo, and Van Mark, Ronald. 1986. The Regional Development Potensial of SMEs: A European Perspective.

Routledge: London.

Ariyanti, Fanny. 2011. Analisis Konsentrasi Regional Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia periode

2000-2009. Jurnal Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang.

Badan Pusat Statistik. 2000-2006. Profil Usaha Kecil Menengah Tidak Berbadan Hukum di Indonesia. BPS. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2006. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2008. Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2008. Pengertian Penduduk. Jakarta.

Bellante, Don, dan Mark Jackson. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Penerjemah Wimandjaja K. Liotohe dan M. Yasin. Universitas Indonesia: Jakarta.

Cahyono, B. 1983. Pengembangan Kesempatan Kerja. Jurnal BPFE. Yogyakarta.

Departemen Koperasi Nasonal. 2010. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha

Besar (Ub) Tahun 2006–2010. www.Depkop.Go.Id. Diakses tanggal 10 Januari 2013. Departemen Koperasi. 2008. PDB, Investasi, Tenaga Kerja, Nilai Ekspor UKM di Indonesia. Jakarta.

Disnakertransduk. 2011. Kondisi ketenagakerjaan di Jatim Tahun 2009-2011. http://www.jatimprov.go.id . Diakes tanggal 8 Februari 2013.

DinasketranJatim, ILO. 2011. Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur. Surabaya.

Galib, Rusli. 2005. E-book Ekonomi Regional. Universitas Padjajaran Bandung. http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 11 Februari 2013.

Gie Kian, K. 2003. Perekonomian Indonesia Tahun 2004, Prospek dan Kebijakan. Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Giaoutzi, Maria, Peter Nijkamp and David J. Storey. 1988. Small and Medium Size Enterprises and Regional

Development. Routledge: London.

Glasson, Josh Terjemahan Aris Yakub. 1990. Pengenalan Perencanaan Wilayah ,Kosep Teori dan Amalan. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, Kualalumpur.

Heatubun, Adolf B. 2008. Potensi Jumlah Usaha Kecil dan Menengah Dalam Peranannya Menstimulasi

Perekonomian. Jurnal Institut Pertanian Bogor.

Hayter, Roger. 2000. The Dinamic of Indusrial Location: The Factory, The Firm, and The Production System. John Willey and Sons: New York.

(19)

19

Kusumo, Guritno. 2008. Statistik Usaha Kecil dan Menengah Tahun 2007-2008. www.depkop.go.id, Diakes tanggal 12 januari 2013.

Mankiw, N. G. 2007. Teori Makroekonomi: Edisi Kelima. Erlangga; Jakarta.

Murtiasri, Eka. 2010. Kontribusi Usaha Kecil Dan Menengah Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Berdasar

Perhitungan Concentration Index Di Kabupaten Semarang. Jurnal Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Semarang. http://www.scribd.com/. Diakses tanggal 11 Februari 2013.

Partomo, T. dan A. Soejodono. 2004. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Ghalia: Jakarta.

Simanjuntak, Payaman, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Sriyana, Jaka. 2010. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM): Studi Kasus Di Kabupaten

Bantul. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Subekti, M Agus. 2007. Pengaruh Upah, Nilai Produksi, Nilai Investasi, Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada

Industri Genteng di Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Fakultas Ekonomi UNNES.

Susilo, Y. S. 2007. Pertumbuhan Usaha Industri Kecil - Menengah (IKM) dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhinya. Jurnal Eksekutif 4 , 306-313.

Sulistyastuti, Dya Ratih. 2004. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Analisis Konsentrasi Regional UKM

di Indonesia 1999-2001. Jurnal EkonomI Pembangunan Vol 9.

Tambunan, Tulus. 2000. Development of Small Scale Industries during the New Order Government in Indonesia. Ashgate Publishing Ltd: England.

Tambunan,Tulus. 2002. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Erlangga. Jakarta. Todaro., M. P. 2000. Economic Development Sevent Edition. Massachusetts.

Todaro, Michael P. 2003. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Urata, Shujiro. 2000. Policy Recommendation for SME Promotion in the Republic of Indonesia. JICA: Tokyo. Wibowo, Edy. 2012. Analisis Peranan Pengeluaran Pemerintah, Tenaga Kerja Dan Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Timur Tahun 2001-2010. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

World Bank. 2011. Ringkasan Eksekutif Analisa Pengeluaran Publik Jawa Timur 2011.

Zamrowi, M Taufik (2007), Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Studi di Industri Kecil Mebel di

Gambar

Tabel  1:  Rasio  PDRB  UKM  Jawa  Timur  Terhadap  Total  PDRB  Jawa  Timur  Menurut  Lapangan  Usaha  Pada Tahun 2010 (Milyar Rp)
Tabel 2 : Distribusi Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kabupaten/Kota di Jawa Timur  Selama Tahun 2004-2010
Tabel 3 : Definisi dan Karakteristik UKM Menurut Berbagai Sumber
Tabel 4: Penentuan Klasifikasi Intensitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Diketahui bahwa BI Rate tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham sektor pertambangan. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari tingkat alpha

Dari hasil penelitian yang terdahulu diantaranya menurut Malia (2016:88) hasil penelitianyang diperoleh yaitu penggunaan media audiovisual memberikan pengaruh yang tinggi

Menurut Soehadha masyarakat Jawa atau orang-orang Jawa yang memiliki sikap dan tindakan religious yang cenderung bernuasa kultural, biasa disebut penganut kejawen

Renstra Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Madiun dibuat berdasar pada RENSTRA Tahun 2013-2018 dan Pembangunan Jangka Menengah daerah (RPJMD) tahun

Jenis la han yang dialihfungsikan m enjadi pertam bangan batukapur dikedua desa sebagia n besar m erupakan lahan sem ak belukar, tetapi perubahan laha n pertanian m

Hasil kajian mendapati bahawa ciri-ciri individu ( umur, jantina, pendidikan dan pengalaman) dan ciri-ciri isi rumah ( bilangan tangungan, perbelanjaan ke atas

mempengaruhi lingkungan fisik kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan sosial budaya, eksploitasi sumber daya air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan pemungutan, tingkat efektivitas beserta faktor-faktor saja yang dapat menentukan efektivitas, dan kontribusi pajak hotel