KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga modul ini dapat tersusun. Modul ini disusun dengan maksud untuk memberikan pengetahuan berupa informasi kepada masyrakat secara umum tentang jenis dan manfaat mangrove yang ada di kawasan wisata hutan mangrove di Dusun Tapaksari Kelurahan Tugurejo, beserta pengelolaan mangrove menjadi beberapa produk tertentu seperti tepung buah mangrove, pewarna batik dll.
Terima kasih disampaikan kepada Abdul Wahid, S. H. selaku lurah Tugurejo beserta jajarannya, Bapak Rofiq selaku Ketua Pokdarwis Bina Tapak Lestari beserta seluruh anggota, Ibu Mukhayanah selaku ketua Kelompok Putri Tirang beserta seluruh anggota, Bapak Mufid selaku Ketua RW 04, Bapak Ari selaku ketua Rt 06, dan Mas Septian selaku Ketua Prenjak atas kontribusi dalam penyempurnaan modul ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada Drs. Sunyoto, M. Si. selaku Dosen Pembimbing Lapangan KKN Kemitraan Unnes Kelurahan Tugurejo dan segenap TIM KKN Kemitraan UNNES Kelurahan Tugurejo 2019 serta semua pihak yang telah ikut membantu dalam penyelesaian modul ini.
Kami menyadari bahwa modul ini masih perlu adanya revisi, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan oleh Tim penyusun. Walaupun demikian, modul ini akan menambah informasi flora bagi ekosistem hutan, khususnya hutan mangrove di Semarang Jawa Tengah.
Semoga modul ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat setempat, mahasiswa serta masyarakat secara umum, serta kepada semua pihak yang membutuhkan.
Semarang, 16 November 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
I. PENDAHULUAN 1 a. Karakteristik Hutan Mangrove ... 1
b. Karakteristik Hutan Mangrove Tugurejo ... 3
II. JENIS-JENIS MANGROVE TUGUREJO a. Rhizopora mucronata ... 4 b. Rhizopora apiculata ... 6 c. Rhizopora stylosa ... 8 d. Avicenia marina ... 9 e. Avicenia alba ... 12 f. Bruguiera gymnorrhiza ... 13 g. Excoecaria agallocha ... 15 h. Xylocarpus moluccensis ... 16 i. Pemphis acidula ... 18
III. FUNGSI DAN MANFAAT MANGROVE a. Mangrove sebagai Sumber Pangan ... 19
b. Mangrove sebagai Pewarna Batik ... 21
c. Mangrove sebagai Ekoeduwisata ... 22
Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari 13.667 pulau dan mempunyai wilayah pantai sepanjang 54.716 km. Wilayah pantai tersebut banyak ditumbuhi oleh hutan mangrove. Di Indonesia luas hutan mangrove mencapai 4.251.011,03 hektar dengan penyebaran yang berbeda-beda pada setiap provinsi. Berdasarkan data Kementrian Kehutanan (2013), hutan mangrove di Indonesia tersebar di beberapa provinsi dengan luas kurang lebih 3,7 juta hektar, dimana dengan luas tersebut Indonesia menjadi salah satu negara dengan hutan mangrove terluas yang ada di Asia dan bahkan di dunia. Hal ini karena Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan iklim tropis sehingga menjadikan Indonesia kaya akan hutan mangrove.
a. Karakteristik Hutan Mangrove
Hutan mangrove atau yang sering disebut dengan hutan bakau merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didalamnya didominasi oleh beberapa jenis tumbuhan yang membentuk komunitas di daerah pasang surut pantai berlumpur yang mempunyai karakter unik dan khas, serta memiliki potensi kekayaan hayati yang didalamnya terdiri dari lingkungan
biotik dan abiotic yang saling berinteraksi di dalam suatu habitat mangrove. (Martuti dan Irsadi, 2014).
Mangrove merupakan karakteristik dari bentuk tumbuhan pantai, estuari atau muara sungai, dan delta di tempat yang terlindungi daerah tropis dan sub tropis. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau. Istilah bakau itu sendiri di dalam bahasa Indonesia merupakan nama dari salah satu spesies penyusun hutan mangrove yaitu Rhizopra sp. sehingga dalam pencaturan dalam bidang keilmuan untuk tidak membuat bias antara bakau dan mangrove maka hutan mangrove sudah ditetapkan merupakan istilah baku untuk menyebutkan hutan yanh memiliki karakteristik hidup di daerah pantai (Mulyadi dan Fitriani, 2010).
Hutan mangrove mempunyai karakteristik yang unik dibandingkan dengan formasi hutan lainnya. Keunikan hutan tersebut terlihat dari habitat tempat hidupnya, juga keanekaragaman flora, yaitu: Avicennia sp, Rhizophora sp, Bruguiera sp,dan tumbuhan lainnya yang mampu bertahan hidup disalinitas air laut, dan fauna yaitu kepiting, ikan, jenis Molusca,dan lain-lain.
Mangrove memiliki beberapa fungsi yang penting bagi daerah pesisir salah satunya yaitu sebagai perantara wilayah darat dengan laut, serta dapat mengurangi gejala-gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan, seperti adanya abrasi, gelombang badai, serta menjadi penyangga bagi kehidupan biota lainnya yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar. Selain itu, mangrove juga memiliki fungsi lain dalam ekosistem salah satunya yaitu sebagai biofilter alami. Menurut Gunato (2014) mangrove memiliki fungsi sebagai biofilter alami yang dapat memperkuat fungsi mangrove karena didalamnya merupakan tempat hidup berbagai jenis gastropoda, kepiting pemakan detritus, dan bivalvia pemakan plankton.
Mangrove memiliki habitat atau tempat tinggal yang bahkan tidak dimiliki oleh tumbuhan lain yaitu tumbuhan mangrove dapat hidup pada daerah pasang surut dengan salinitas yang relatif tinggi dan kondisi perairan yang berubah-ubah dengan reaksi tanah anaerob. Untuk bertahan hidup, mangrove melakukan adaptasi dengan membentuk akar yang keluar dari dalam tanah untuk membantu pengambilan udara langsung karena tanah tempat tumbuh yang bersifat anaerob. Jadi bisa dikatakan bahwa hutan mangrove dicirikan sebagai hutan yang habitatnya tidak terpengaruh iklim, dipengaruhi pasang surut, tanah tergenang air laut, tanah rendah
pantai dan tidak mempunyai struktur tajuk.
b. Karakteristik Hutan Mangrove Tugurejo
Hutan mangrove Tugurejo merupakan salah satu hutan mangrove yang terletak di pantai bagian Utara Pulau Jawa, tepatnya di Dusun Tapaksari Kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang dengan luas sekitar 68,13 ha. Hutan mangrove di wilayah Tugurejo terdiri atas sembilan jenis tumbuhan mangrove, yaitu Rhizopora mucronata, Rhizopora apiculata, Rhizopora stylosa, Avicennia marina, Avicennia alba, Bruguiera gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, Xylocarpus moluccensis, dan Pemphis acidula. Hutan mangrove ini menjadi habitat berbagai burung diantaranya Egretta alba, Egretta garzetta, Egretta intermedia, Rhipidura javanica, Zosterops chloris, Butorides striatus, Todiramphus sanctus, dan Todiramphus chloris.
Hutan mangrove di daerah ini terbentang dari tambak-tambak bandeng sampai berbatasan langsung dengan laut. Mulai dari tambak sampai dengan laut terdapat sungai kecil yang di sepanjang sungai tersebut tumbuh berbagai macam jenis tumbuhan mangrove. Di setiap sisi tambak-tambak bandeng tumbuh juga berbagai macam jenis mangrove. Jenis mangrove yang tumbuh di tempat-tempat tersebut bervariasi sesuai dengan kemampuan mangrove beradaptasi terhadap lingkungannya, terutama terhadap kadar garam atau salinitas.
1. Nama spesies : Rhizophora mucronata Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Rhizophoraceae Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora mucronata
Deskripsi :
Rhizopora mucronata merupakan salah satu jenis tumbuhan bakau yang memiliki nama lain yaitu bakau bandul, bakau genjah, dan bangko. Tumbuhan jenis ini biasanya ditemukan dalam hutan bakau atau hutan
mangrove. Tumbuhan jenis ini memiliki ketinggian mencapai 20 m,kulit batang kasar, berwarna abu-abu kehitaman. Daun: bentuk elip sampai bulat panjang, ukuran 10-16 cm, ujung meruncing dengan duri (mucronatus), permukaan bawah tulang daun berwarna kehijauan, berbintik-bintik hitam tidak merata. Karangan bunga: tersusun atas 4-8 bunga tunggal, kelopak 4, warna kuning gading, mahkota 4, berambut pada bagian pinggir dan belakang, benang sari 8. tangkai putik panjang 1–2 mm dengan ujung berbelah dua. Buah: bentuk mirip jambu air, ukuran 2-2,3 cm, warna hijau kekuningan, hipokotil silindris berdiameter 2-2,5 cm, panjang dapat mencapai 90 cm, dengan permukaan berbintik-bintik, warna hijau kekuningan. Akar: tunjang. Habitat: tanah berlumpur dalam dan sedikit berpasir (Ashton dalam Sudarmadji, 2004).
Tumbuhan tersebut termasuk ke dalam Famili Rhizophoraceae dan banyak ditemukan pada daerah pasang surut air laut. Tumbuhan tersebut tumbuh pada substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya Rhizopora mucronata tumbuh dalam berkelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Tumbuhan ini merupakan salah satu jenis tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaannya terjadi sepanjang tahun. Anakannya seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka.
Manfaat :
Rhizopora mucronata memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan seperti pewarnaan batik bercorak, dan kadang-kadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam di sepanjang tambak digunakan untuk melindungi pematang (Kusmana et al. 2008)
Sumber: :
www.wetlands.or.id
Sudarmadji. 2004. Deskripsi Jenis-jenis Anggota Suku Rhizophoraceae di Hutan Mangrove Taman Nasional Baluran Jawa Timur. BIODIVERSITAS. 5 (2): 66-70.
Kusmana C, C Wibowo, R Budi, IZ Siregar, T Tiryana, S Sukardjo. 2008. Manual of Mangove Silvikulture in Indonesia. Korea International Coorperation Agency The Rehabilitation Mangrove Forest and Coastal Area Damaged By Tsunami in Aceh Project.
2. Nama spesies : Rhizopora apiculata
Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Rhizophoraceae Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora apiculata
Deskripsi :
Rhizopora apiculata merupakan Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter, dan kadang-kadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abu-abu tua dan berubah-ubah. Daunnya berkulit, berwarna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan di bagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm. Keping buah berwarna hijau sampai coklat dengan leher kotiledon berwarna merah ketika matang. Permukaan buah tampak seperti kulit yang relatif halus atau licin. Karakter lain yang bisa dilihat adalah ukuran daun yang relatif kecil jika
dibandingkan dengan tanaman Rhizophora lainnya. Daun mahkota berjumlah 4 buah berwarna putih dan daun kelopak berjumlah 4 buah berwarna hijau kekuningan yang disisi luar berwarna hijau kemerahan (Kusmana, 2011).
Tumbuhan ini hidup di tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Kebanyakan tidak hidup pada substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 90% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Menyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujung akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.
Manfaat :
Rhizopora apiculata memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (per sen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa tumbuhan ini sering ditanam di pinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering juga digunakan sebagai tanaman penghijauan.
Menurut Purnobasuki (2004) Rhizopora apiculata dapat digunakan sebagai obat yaitu pada bagian kulit batang dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit diantaranya yaitu borok. Bagian kulit batang, bunga, daun, serta akar dapat digunakan sebagai obat hepatitis.
Sumber: :
www.wetlands.or.id
Kusmana C, Istomo. 2011. Pengenalan Jenis-jenis Mangrove. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Purnobasuki, Hery. 2004. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat. Potensi Mangrove Sebagai Tumbuhan Obat . Biota . 9 (2), Juni 2004
3. Nama spesies : Rhizophora stylosa Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Rhizophoraceae Genus : Rhizophora
Spesies : Rhizophora stylosa
Deskripsi :
Rhizopora stylosa merupakan salah satu jenis tumbuhan bakau yang memiliki nama lain yaitu bakau, bako-kurap, slindur, dll. Tumbuhan ini merupakan pohon dengan satu atau banyak batang, tingginya mencapai 10 m. Kulit kayunya halus, bercelah, berwarna abu-abu hingga hitam. Memiliki akar tunjang dengan panjang hingga 3 m, dan akar udara yang tumbuh dari cabang bawah. Daunnya berkulit, berbintik teratur di lapisan bawah. Gagang daunnya berwarna hijau, panjang gagang 1-3,5 cm, dengan pinak daun panjang 4-6 cm. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar. Ujung: meruncing. Ukuran: meruncing. Bunganya biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (8-16 bunga per kelompok). Daun mahkota: 4; putih, ada rambut. 8 mm. Kelopak bunga: 4; kuning hijau, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; dan sebuah tangkai putik, panjang 4-6 mm. Buahnya memiliki panjang 2,5-4 cm, berbentuk buah pir, berwarna coklat, berisi 1 biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil agak halus. Leher kotilodon kuning kehijauan ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 20-35 cm (kadang sampai 50 cm) dan diameter 1,5-2,0 cm.
Tumbuhan jenis ini hidup pada habitat yang beragam di daerah pasang surut: lumpur, pasir dan batu. Menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian
daratan dari mangrove. Satu jenis relung khas yang bisa ditempatinya adalah tepian mangrove pada pulau/substrat karang. Menghasilkan bunga dan buah sepanjang tahun. Kemungkinan diserbuki oleh angin.
Manfaat :
Rhizopora stylosa memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan arang. Masyarakat Aborigin di Australia menggunakan kayu jenis ini untuk pembuatan bumerang, tombak serta berbagai obyek upacara. Anggur ringan serta minuman untuk mengobati hematuria (pendarahan pada air seni) dapat dibuat dari buahnya.
Menurut Agil (2013) kedudukan tegakan Rhizophora stylosa yang beradapada formasi paling depan dan berbatasan langsung dengan laut sangat penting untuk perlindungan komunitas mangrove yang berada di belakangnya. Individu-individu dalam kelompok populasi Rhizophora stylosa tumbuh berdekatan dengan akar tunjang yang cukup rapat. Kondisi akar tersebut sangat penting fungsinya bagi mangrove tepi untuk memecah gelombang.
Sumber: :
www.wetlands.or.id
Agil, Al Idrus. 2013. Mangrove di Gili Sulat .Arga puji Press, Mataram Lombok
4. Nama spesies : Avicennia marina
Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Family : Verbenaceae Genus : Avicennia
Deskripsi :
Avicennia marina merupakan salah satu jenis pohon yang tumbuh tegak atau menyebar, dengan ketinggian pohon mencapai 30 meter. Memiliki sistem perakaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau berbentuk asparagus), akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu. Daunnya memiliki ciri-ciri yaitu Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian bawah daun putih- abu-abu muda. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm. Bunganya Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nektar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5-8 mm. Kelopak bunga: 5. Benang sari: 4. Buahnya agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm.
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitat pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk suatu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Buah dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air
Tumbuhan jenis ini hidup pada habitat yang beragam di daerah pasang surut: lumpur, pasir dan batu. Menyukai pematang sungai pasang surut, tetapi juga sebagai jenis pionir di lingkungan pesisir atau pada bagian daratan dari mangrove. Satu jenis relung khas yang bisa ditempatinya adalah tepian mangrove pada pulau/substrat karang. Menghasilkan bunga dan buah
sepanjang tahun. Kemungkinan diserbuki oleh angin. Dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa Avicennia marina dapat tumbuh pada substrat yang berpasir kasar, halus maupun lumpur yang dalam (Halidah 2013 dan Kusmana et al., 2003)
Manfaat :
Avicennia marina memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu daunnya digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buahnya dapat dimakan dan dapat dijadikan sebagai sumber makanan seperti tepung mangrove yang nantinya dapat dibuat aneka makanan olahan seperti kue, stik mangrove, cendol mangrove dll. Kayunya menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi.
Menurut Halidah (2014) Avicennia marina adalah satu jenis mangrove yang memiliki ragam manfaat. Manfaat tanaman ini diperoleh dari seluruh bagian tanaman seperti untuk bahan makanan, pakan ternak, pengawet makanan, obat-obatan, kayu bakar untuk rumah tangga dan industri. Avicennia marina juga dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penyerap racun dan tanaman perintis untuk penghijuan kawasan mangrove. Diharapkan dengan mengetahui manfaat dari tanaman Avicennia marina dapat memotivasi masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan mangrove.
Sumber: :
www.wetlands.or.id
Halidah dan H. Kama. 2013. Penyebaran alami Avicennia marina(Forsk) Vierh dan Sonneratia AlbaSmith pada Substrat pasir di Desa Tiwoho, Sulawesi Utara. Indonesian Rehabilitation Forest Journal.1(1): 51-58. Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya
5. Nama spesies : Avicennia alba Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Family : Verbenaceae Genus : Avicennia Spesies : Avicennia alba
Deskripsi :
Avicennia alba merupakan tumbuhan yang memiliki ketinggian mencapai 25 m. Kumpulan pohon membentuk sistem perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit. Akar napas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain kadangkadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua, kadang-kadang ditemukan serbuk tipis. Daunnya permukaannya halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: lanset kadang elips. Ujung: meruncing. Ukuran: 16 x 5 cm. Bunganya Seperti trisula dengan gerombolan bunga (kuning) hampir di sepanjang ruas tandan letaknya di ujung/pada tangkai bunga. Formasi: bulir (ada 10-30 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, warnanya kuning cerah, 3-4 mm. Kelopak Bunga: 5. Benang sari: 4. Buahnya Seperti kerucut/cabe/mente warnanya hijau muda kekuningan dengan ukuran: 4 x 2 cm.
Merupakan jenis pionir pada habitat rawa mangrove di lokasi pantai yang terlindung, juga di bagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya dilaporkan dapat membantu pengikatan sedimen dan mempercepat proses pembentukan
daratan. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana sebagian buah berbiak ketika masih menempel di pohon
Manfaat :
Avicennia alba memiliki manfaat diantaranya dapat dijadikan sebagai Kayu bakar dan bahan bangunan bermutu rendah. Getahnya dapat digunakan untuk mencegah kehamilan. Buahnya dapat dimakan.
Sumber: :
www.wetlands.or.id
6. Nama spesies : Bruguiera gymnorrhiza
Klasifikasi: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Rosidae Ordo : Myrtales Familia : Rhizophoraceae Genus : Bruguiera
Spesies : Bruguiera gymnorrhiza
Deskripsi:
Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadang-kadang mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke sampaing bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut. Daun berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak); bentuk daun elips sampai elips-lanset, ujung acuminatus (meruncing), ukuran 4,5-7 × 8,5-22 cm. Bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak di ketiak daun, menggantung; formasi: soliter; daun mahkota: 10-14, putih dan coklat
jika tua, panjang 13-16 mm; kelopak bunga: 10-14, warna merah muda hingga merah, panjang 30-50. Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm; hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan; ukuran hipokotil: panjang 12-30 cm dan diameter 1,5-2 cm.
Mangrove jenis ini merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di area dengan silinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau. Ditemukan di tepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan dihadapannya. Substratnya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Penyebaran dari Afrika Timur dan Madagaskar hingga Sri Lanka, Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis.
Manfaat:
Bagian dalam hipokotil dimakan, dicampur dengan gula. Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat arang.
Sumber:
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=18 https://www.biodiversitywarriors.org/lindur-mangrove-tancang-bruguiera-gymnorrhiza.html
7. Nama spesies : Excoecaria agallocha Klasifikasi: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Rosidae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Excoecaria
Spesies : Excoecaria agallocha
Deskripsi:
Pohon dengan ketinggian mencapai 15 m. Kulit kayu berwarana abu-abu, halus, tetapi memiliki bintil. Akar menjalar di sepanjang permukaan tanah, seringkali berbentuk kusut dan ditutupi oleh lentisel. Batang, dahan, dan daun memiliki getah (warna putih dan lengket) yang dapat mengganggu kulit dan mata. Daun hijau tua dan akan berubah menjadi merah bata sebelum rontok, pinggiran bergerigi halus, ada 2 kelenjar pada pangkal daun; unit dan letak : sederhana, bersilang; bentuk: elips; ujung: meruncing; ukuran: 6,5-10,5 × 3,5-5 cm. Memiliki bunga jantan atau betina saja, tidak pernah keduanya; bunga jantan (tanpa gagang) lebih kecil dari betina, dan menyebar di sepanjang tandan. Tandan bunga jantan berbau, tersebar, berwarna hijau dan panjangnya mencapai 11 cm; letal di ketiak daun; formasi: bulir; daun mahkota: hijau dan putih; kelopak bunga: hijau kekuningan; benang sari: 3 kuning. Buah berbentuk seperti bola dengan 3 tonjolan, warna hijau, permukaan seperti kulit, berisi biji berwarna coklat tua, ukuran: diameter 5-7 mm.
Tumbuhan ini sepanjang tahun memerlukan masukan air tawar dalam jumlah besar. Umumnya ditemukan pada bagian pinggir mangrove di bagian daratan, atau kadang-kadang di atas batas air pasang.
air laut) di pulau vulkanis Satonda, sebelah utara Sumbawa. Penyerbukan dilakukan oleh serangga, khususnya lebah. Hal ini terutama diperkirakan terjadi karena adanya serbuk sari yang tebal serta kehadiran nectar yang memproduksi kelenjar pasa ujung pinak daun di bawah bunga. Tumbuh di sebagian besar wilayah Asia Tropis, termasuk Indonesia, dan di Australia.
Manfaat:
Akar dapat digunakan untukertas yang bermutu baik mengobati sakit gigi dan pembengkakan. Kayu digunakan untuk bahan ukiran. Kayu tidak bisa digunakan sebagai bahan pembuat kertas bermutu baik. Getah digunakan untuk membunuh ikan. Kayunya kadang-kadang dijual karena wanginya, akan tetapi wanginya akan hilang beberapa tahun kemudian. Catatan: getah putihnya beracun dan dapat menyebabkan kebutaan sementara, sesuai dengan namanya, yaitu buta-buta.
Sumber:
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=26
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol=EX AG&display=31
8. Nama spesies : Xylocarpus moluccensis
Klasifikasi: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Rosidae Ordo : Sapindales Familia : Meliaceae Genus : Xylocarpus Spesies : Xylocarpus moluccensis
Deskripsi:
Pohon tingginya antara 5-20 m. Memiliki akar napas mengerucut berbentuk cawan. Kulit kayu halus, sementara pada batang utama memiiki guratan-guratan permukaan yang tergores dalam. Susunan daun berpasangan (umumnya 2-3 pasang pertangkai) da nada pula yang menyendiri; unit dan letak: majemuk dan berlawanan; bentuk: elips-bulat telur terbalik; ukuran: 4-12 cm × 2-6,5 cm. bunga terdiri dari dua jenis kelamin atau betina saja. Tandan bunga (panjang 6-18,5 cm) muncul ari ketiak tangkai daun dan tangkai bunga panjangnya 2-10 mm; letak: di ketiak; formasi: gerombol acak (10-35 bunga per gerombol); daun mahkota: 4, putih kekuningan, lonjong, tepinya bundar, panjangnya 6-7 mm; kelopak bunga : 4 cuping, hijua kekuningan, panjang sekitar 1,5 mm; benang sari: 8, menyatu, putih krem dan tingginya sekitar 2 mm. Buah berwarna hijau, bulat seperti jambu Bangkok, permukaan berkuliy dan di dalamnya terdapat 4-10 kepingan biji berbentuk tetrahedral; ukuran buah berdiameter 8-15 cm. Jenis mangrove sejati di hutan pasang surut, pematang sungai pasang surut, serta tampak sepanjang pantai. Penyebaran di Indonesia terdapat di Jawa, Bali, Maluku, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Irian Jaya.
Manfaat:
Kayu dipakai untuk kayu bakar, membuat rumah, perahu dan kadang-kadang untuk gagang keris. Biji digunakan sebagai obat sakit perut. Jamu yang berasal dari buah dipakai untuk obat pasca melahirkan dan meningkatkan nafsu makan. Tannin kulit kayu digunakan untuk membuat jala serta sebagai obat pencernaan.
Sumber:
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=46 https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=XYMO2
9. Nama spesies : Pemphis acidula Klasifikasi: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Subclassis : Rosidae Ordo : Myrdales Familia : Lythraceae Genus : Pemphis
Spesies : Pemphis acidula
Deskripsi:
Pemphis acidula adalah semak halofit yang ditemukan di lokasi pantai di daerah tropis Indo-Pasifik. Ini adalah salah satu jenis semak yang tumbuh di tanah berpasir dan berkapur di daerah pesisir Samudra Hindia dan Samudra Pasifik Barat dan Tengah. Ini juga ditemukan di hutan bakau.
Manfaat:
Pemphis acidula merupakan salah satu spesies tumbuhan yang digunakan untuk bonsai, khususnya di Asia. Di pulau Marovo, Tonga, Tahiti, dan pulau-pulau Pasifik Selatan lainnya, digunakan untuk membuat alat-alat kayu seperti alu, gagang alat, senjata, dan sisir.
Sumber:
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=PEAC6 https://en.wikipedia.org/wiki/Pemphis_acidula
1. Mangrove Sebagai Sumber Pangan
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang hakiki dimana pemenuhannya harus dilaksanakan secara adil dan merata berdasarkan kemandirian serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat seperti yang diamanatkan oleh UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Usaha pemenuhan kebutuhan pangan harus terus dilakukan karena pangan memegang peranan yang sangat strategis, yakni terkait dengan pengembangan kualitas sumber daya manusia, ketahanan ekonomi, serta ketahanan nasional sehingga harus tersedia dalam jumlah yang cukup, bergizi, seimbang, merata, serta dapat dijangkau oleh daya beli masyarakat.
Jumlah penduduk di Indonesia makin bertambah setiap tahunnya, berdasarkan data dari bank dunia tahun 2017 jumlah penduduk Indonesia mencapai 264 juta. Jumlah penduduk yang semakin bertambah seharusnya diimbangi dengan ketersediaan pangan yang memadai. Ketersediaan sumber daya alam yang mengalami kecenderungan berkurang akibat ulah manusia tidak seimbang dengan pertumbuhan penduduk tersebut. Menanggulangi hal tersebut diperlukan adanya inovasi-inovasi dalam penyediaan pangan.
Tumbuhan mangrove yang memiliki fungsi utama sebagai pelindung
daerah pesisir dari ancaman abrasi oleh gelombang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pangan. Pemanfaatan buah mangrove sebagai bahan pangan
sejatinya telah dilakukan oleh masyarakat setempat, namun pemanfaatannya
belum optimal.
Dari sekian banyak jenis tumbuhan mangrove, Bruguiera
gymnorrhiza (Lindur) adalah jenis yang cocok untuk dieksplorasi sebagai sumber pangan lokal baru dengandijadikan tepung.. Hal ini karena
kandungan karbohidratnya yang sangat tinggi. Buah Bruguiera gymnorrhiza
memiliki kandungan air 74%, lemak 1,2%, protein 1,1%, dan karbohidrat
23,5% (Mulyatun, 2019). Selain lindur, jenis mangrove yang smemiliki
potensi dijadikan tepung adalah Avicennia marina (api-api/brayo).
Komposisi buah Avicennia marina adalah kadar air 68,16%, kadar abu
4,45%, kadar lemak 0,72%, kadar protein 3,67%, dan kadar protein 23,00%.
Pengolahan buah Bruguiera gymnorrhiza menjadi tepung melewati
proses pengupasan, perebusan, dan perendaman dengan air selama 3 hari
dan setiap hari air rendaman diganti dan buah yang direndam dicuci terlebih
dahulu, dijemur di bawah terik matahari, steelah kering kemudian digiling.
Proses perendaman bertujuan untuk menghilangkan tannin atau zat racun
yang terdapat pada buah. Tanin harus dihilangkan karena menimbulkan rasa
pahit yang akan mengurangi kelezatan makanan olahan dari buah mangrove
(Dewi dkk, 2013). Pengolahan buah Avicennia marina menjadi tepung juga
Tepung mangrove ini dapat dijadikan bahan dasar berbagai macam
oalahan makanan dan minuman. Putri Tirang, suatu kelompok di Dusun
Tapaksari Kelurahan Tugurejo yang mengolah berbagai macam makanan
dan minuman berbahan dasar bandeng dan mangrove, membuat inovasi
berupa cendol mangrove dan stik mangrove.
Berikut ini contoh produk hasil olahan tepung mangrove yang dibuat oleh kelompok Putri Tirang:
Cendol Mangrove Stick mangrove
2. Mangrove sebagai Pewarna Batik
Pemanfaatan mangrove selain sebagai bahan pangan juga bisa dimanfaatkan sebagai pewarna alami kain batik. Pewarna batik yang sering digunakan adalah pewarna tekstil sintetis yang tidak baik bagi lingkungan. Kandungan kimia yang terkandung di dalam pewarna sintetik akan mencemari lingkungan dan dapat mengganggu kesetimbangan suatu ekosistem. Pewarna batik dari mangrove bisa diekstrak dari buahnya. Selain dari buah, limbah mangrove seperti daun-daun dan ranting kering juga bisa diolah menjadi pewarna alami batik.
Sampel daun dan batang tumbuhan mangrove dipotong menjadi ukuran sampai 2 cm, kemudian potongan seberat 500 gr dimasukkan dalam panic, tambahkan air dengan perbandingan 1:10. Rebus bahan hingga volume air menjadi setengahnya (Bogorian dalam Pringgenies dkk, 2017). Sebagai indikasi bahwa pigmen warna ada dalam tumbuhan telah keluar ditunjukkan dengan air setelah perebusan menjadi berwarna. Jika larutan tetap bening berarti tumbuhan tersebut hampir dipastikan tidak mengandung pigmen warna. Saring dengan kasa penyaring larutan hasil proses ekstraksi tersebut untuk memastikan dengan sisa bahan yang diekstrak (ampas). Larutan ekstrak hasil penyaringan ini disebut larutan zat warna alam. Setelah dingin larutan siap untuk digunakan (Pringgenies dkk, 2017).
3. Mangrove sebagai Eco Eduwisata
Eco Edu Wisata merupakan konsep pengembangan wisata yang menghargai kaidah-kaidah alam dengan melaksanakan program pembangunan dan pelestarian secara terpadu antara upaya konservasi sumberdaya alam yang dilakukan, dengan melaksanakan program pembangunan yang memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan dan ramah lingkungan. Adapun prinsip ekowisata berdasarkan Konferensi Internasional tentang Urban Ecotourism (Afriza dkk, 2017) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip konservasi
Pengembangan ekowisata harus mampu memelihara, melindungi dan atau berkontribusi untuk memperbaiki sumber daya alam. Memiliki kepdulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan. Prinsip konservasi terdiri dari 2 elemen yaitu konservasi alam dan konservasi budaya.
2. Prinsip Partisipasi Masyarakat
Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat, peka dan menghormati nilai-nilai social budaya serta tradisi keagamaan yang dianut masyarakat setempat di sekitar kawasan. 3. Prinsip Ekonomi
Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi.
4. Prinsip Edukasi
Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan untuk mengubah sikap atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan. Pengembangan ekowisata juga harus meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya, serta memberikan nilai tambah dan pengetahuan bagi pengunjung, masyarakat dan para pihak yang terkait.
4. Prinsip wisata
Pengembangan ekowisata harus dapat memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan. Selain itu pengembangan ekowisata juga harus mampu menciptakan rasa aman, nyaman dan memberikan kepuasan serta menambah pengalaman bagi pengunjung.
WWF Indonesia mengemukakan konsep dasar eco meliputi: nature based, ecologically, suitainable, environmentaly, educative, locally benefit, general toursm, satisfaction. Konsep tersebut adalah:
1. Nature based (Berbasis alam)
Pengembangan ekowisata didasarkan pada lingkungan alam dengan focus pada lingkungan biologi, fisik dan budaya.
2. Ecologically suitainable (Berkelanjutan secara ekologis)
Ekowisata dapat memberikan acuan terhadap pariwisata secara keseluruhan dan dapat membuat ekologi yang berkesinambungan.
3. Environmentally educative (Pendidikan lingkungan)
Pengembangan ekowisata harus mengandung unsur pendidikan atau perilaku seseorang menjadi memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
4. Locally beneficial (Manfaat bagi masyarakat lokal)
Pengembangan ekowisata harus dapat menciptakan keuntungan yang nyata bagi masyarakat sekitar. Pengembangan harus didasarkan atas musyawarah dan persetujuan masyarakat setempat, peka dan menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan yang dianut masyarakat di sekitar kawasan.
5. Generates tourist satisfaction (Menghasilkan kepuasan wisatawan)
Pengembangan ekowisata harus mampu memberikan kepuasan pengalaman kepada pengunjung untuk memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.
Hutan mangrove Dusun Tapaksari Kelurahan Tugurejo memiliki potensi sebagai objek eco eduwisata yang unggul dengan kekayaan sumber daya alam berupa hamparan hutan mangrove dengan berbagai jenis tumbuhan mangrove serta fauna yang hidup di dalamnya. Di sebelah utara Kelurahan Tugurejo terdapat Pulau Tirangyang menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.
Potensi yang ada di Dusun Tapaksari ini menarik perhatian beberapa masyarakat setempat yang memiliki kesadaran akan pentingnya pelestarian hutan mangrove dengan menjaga dan merawat hutan sekaligus menjadikannya objek eco eduwisata. Pokdarwis Bina Tapak Lestari merupakan kelompok sadar wisata di Dusun Tapaksari yang mengelola eco eduwisata tersebut. Kegiatan yang dilakukan oleh pokdarwis salah satunya yaitu memajukan objek wisata mangrove dengan menawarkan paket wisata menjelajahi hutan mangrove disertai dengan beberapa kegiatan yang bisa dilakukan wisatawan seperti penanaman mangrove, outbond, pengamatan burung, foto pra wedding dan menelusuri Pulau Tirang yang menjadi sejarah cikal bakal Kota Semarang hingga menikmati kuliner pesisir dari mangrove dan hasil tambak yang segar, dapat dilakukan di sini.
Paket wisata yang ditawarkan oleh pokdarwis terdiri atas 3 paket wisata dengan fasilitas serta harga yang berbeda pada tiap paketnya. Paket 1, paket jalan-jalan di hutan mangrove, dengan fasilitas pemandu, welcome drink, topi, penjelasan manfaat mangrove, dan praktik pembibitan mangrove; durasi 1,5 jam; minimal rombongan 5 orang; harga Rp. 25.000,00 per orang. Paket 2, paket susur sungai, dengan fasilitas pemandu, welcome drink, topi, perahu, pelampung, sepatu boot, makan siang dan snack, dan menanam mangrove; durasi 2,5 jam; maksimal rombongan 40 orang; harga Rp. 97.000,00 per orang. Paket 3, paket lengkap, dengan fasilitas pemandu, welcome drink, topi, perahu, pelampung, sepatu boot, makan siang dan snack, menanam mangrove, panen ikan di tambak, dan paket oleh-oleh; durasi 4 jam; maksimal rombongan 40 orang; harga Rp. 150.000,00 per orang.
Pokdarwis bersama dengan mahasiswa KKN Kemitraan UNNES 2019 melakukan diskusi terkait kekurangan dan kelebihan objek eco eduwisata hutan mangrove yang telah berjalan. Diskusi diantaranya membahas penambahan spot foto, penunjuk arah, pembaharuan papan
informasi, brosur wisata, dan penambahan paket wisata baru. Paket wisata yang baru adalah paket di antara paket 1 dan paket 2, sehingga paket baru menjadi paket 2, paket 2 yang sebelumnya menjadi paket 3, dan paket 3 yang sebelumnya menjadi paket 4. Paket 2 yang baru memiliki fasilitas pemandu, welcome drink, topi, perahu, pelampung, menanam mangrove, dan sepatu boot. Paket baru ini memiliki harga Rp. 55.000,00. Selain penambahan paket baru, dilakukan penambahan fasilitas berupa souvenir pada semua paket wisata.
DAFTAR PUSTAKA
Afriza, L., Riyanti, A., & Indrianty, S. 2017. Pengembangan Pariwisata Kawasan Gede Bage Berbasis Ekowisata. The Journal: Tourism and Hospitality Essentials Journal. 7(2): 53-64.
Agil, Al Idrus. 2013. Mangrove di Gili Sulat .Arga Puji Press, Mataram Lombok.
Dewi, P. D. P., Sukerti, N. W., & Ekayani, I. A. P. H. (2013). Pemanfaatan Tepung Buah Mangrove Jenis Lindur (Bruguiera Gymnorrizha) Menjadi Kue Kering Putri Salju. BOSAPARIS: Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, 2(1).
Halidah dan H. Kama. 2013. Penyebaran alami Avicennia marina(Forsk) Vierh dan Sonneratia AlbaSmith pada Substrat pasir di Desa Tiwoho, Sulawesi Utara. Indonesian Rehabilitation Forest Journal.1(1): 51-58.
Halidah. 2014. Avicennia marina (Forssk.) Vierh Jenis Mangrove Yang Kaya Manfaat. Info Teknis EBONI. XI (1), 37-44.
https://en.wikipedia.org/wiki/Pemphis_acidula (diakses 14 November 2019).
https://www.biodiversitywarriors.org/lindur-mangrove-tancang-bruguiera-gymnorrhiza.html (diakses 11 November 2019).
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=PEAC6 (diakses 14 November 2019).
https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=XYMO2 (diakses 11 November 2019).
https://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol= EXAG&display=31 (diakses 11 November 2019).
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=18 (diakses 11 November 2019).
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=26 (diakses 11 November 2019).
http://www.wetlands.or.id/mangrove/mangrove_species.php?id=46 (diakses 11 November 2019).
Kusmana C, C Wibowo, R Budi, IZ Siregar, T Tiryana, S Sukardjo. 2008. Manual of Mangove Silvikulture in Indonesia. Korea International Coorperation Agency The Rehabilitation Mangrove Forest and Coastal Area Damaged By Tsunami in Aceh Project.
Kusmana C, Istomo. 2011. Pengenalan Jenis-jenis Mangrove. Bogor (ID):Institut Pertanian Bogor.
Martuti, N. K. T. dan Irsadi, A. 2014. Peranan Mangrove sebagai Biofilter Pencemaran Air Wilayah Tambak Bandeng Tapak, Semarang. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 21(2): 188-194.
Mulyadi, E., Hendriyanto, O., & Fitriani, N. 2010. Konservasi Hutan Mangrove sebagai Ekowisata. Teknik Lingkungan. 1: 51-57.
Mulyatun, M. 2019. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Berbasis Potensi Lokal; Alternatif Ketahanan Pangan Berupa Tepung Magrove. Dimas: Jurnal Pemikiran Agama untuk Pemberdayaan. 18(2): 211-238.
Pringgenies, D. P. D., Supriyantini, E. S. E., Azizah, R. A. R., Hartati, R. H. R., Irwani, I., & Radjasa, O. R. K. 2017. Aplikasi Pewarnaan Bahan Alam Mangrove untuk Bahan Batik sebagai Diversifikasi Usaha di Desa Binaan Kabupaten Semarang. INFO. 15(1): 1-9.
Purnobasuki, Hery. 2004. Potensi Mangrove Sebagai Tanaman Obat. Potensi Mangrove Sebagai Tumbuhan Obat . Biota . 9 (2).
Sudarmadji. 2004. Deskripsi Jenis-jenis Anggota Suku Rhizophoraceae di Hutan Mangrove Taman Nasional Baluran Jawa Timur. BIODIVERSITAS. 5 (2): 66-70.