• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN TRADISI KEILMUAN. Makalah Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas Pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN TRADISI KEILMUAN. Makalah Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas Pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah

Disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagian tugas Pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu

Dosen Pengampu : Amirullah, M.A.

Kelompok 1 :

Al Fauzi Nurrohmatulloh 1801025135 Alyaa Putri Nurcahyaningsih 1801025265 Annisa Dyah Ika Putri 1801025070 Olga Mar’atus Sholikhah 1801025278 Puspa Danta Ilafi 1801025485

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. UHAMKA

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perkembangan Tradisi Keilmuan ini tepat waktu.

Adapun tujuan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dosen bapak Amirullah, M.A. pada mata kuliah Islam dalam Disiplin Ilmu/IDI. Selainitu, makalah ini dibuat juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang sejarah ilmu yang berkembang mulai dari zaman dinasti Abbasiyah bagi para pembaca juga penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak Amirullah, M.A. selaku dosen IDI yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sebagian ilmunya untuk di pelajari sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini. Terima kasih kepada teman – teman kelompok satu yang sudah bekerja sama demi memenuhi tugas kuliah tersebut.

Kami menyadari, makalah yang kami susun masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik kritik dan saran yang dapat membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 19 Maret 2021

(3)

ii DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….i Daftar Isi ……….... ii BAB I ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 1 C. Tujuan ... 2 D. Manfaat ... 2 BAB II ... 3

A. Pasang Surut Perkembangan Ilmu dan Pengetahauan... 3

1. Peradaban Mesir Kuno ... 4

2. Peradaban antara dua sungai (Mesopotamia) ... 5

3. Peradaban Persia ... 7

4. Peradaban Phoenisia ... 8

5. Peradaban India ... 9

6. Peradaban Cina ... 9

7. Peradaban Greece (Yunani Kuno) ...10

8. Peradaban Romawi ...11

9. Peradaban Arab Pra Islam ...12

10. Peradaban Arab Islam ...12

11. Peradaban Eropa Modern ...14

B. Tradisi Keilmuan di dunia Islam ...15

C. Kontribusi Dunia Islam dalam Klasifikasi Ilmu, Kelembagaan, Ilmuan Muslim dan Karya/Penemuan Ilmiah ...21

1. Kontribusi Dunia Islam Dalam Klasifikasi Ilmu ...21

2. Kontribusi Dunia Islam Dalam Kelembagaan ...22

3. Kontribusi Dunia Islam Dalam Ilmuan Muslim dan Karya/Penemuan Ilmiah ...23

BAB III...33

A. Kesimpulan ...33

B. Saran ...33

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pernahkah kalian berfikir apakah pada saat zaman Yunani kuno sudah bisa memiliki angka dan huruf seperti yang kita baca juga tulis setiap harinya? Bagaimana cara mereka berkomunikasi? Atau apa yang membuat mereka dapat menemukan hal yang bahkan kita saja terkadang tidak memikirkan untuk mencari tahu hal sepele yang kita lewatkan. Tentunya semua itu memilki proses juga penelitian jika dibutuhkan. Pada dasarnya semua keseharian yang kita lakukan tak lain adalah hasil dari pemeikiran sepele orang – orang terdahulu, mulai dari bercocok tanam, meneliti benda atau hewan optik hingga benda luar angkasa. Namun hasil yang kita nikmati sekarang ini sudah memlalui banyak hambatan juga perselihan diantara mereka yang mempertahankan atau memperluas ilmu mereka.

Semua informasi yang dikumpulkan akan diwariskan turun temurun dengan alat komunikasi sesuai zamannya, seperi menulis diatas batu, menulis di atas kulit hewan yang sudah di keringkan sebagi pengganti kertas, berupa gambar atau bahkan mind maping. Semua hal tersebut dianggap langka dan banyak yang di jadikan prasati atau di pajang di museum demi menjaga kelestarian dan membuktikan bahwa zaman sudah berganti juga sebagai bahan pelajaran mengenai isinya, mengingat umur manusia yang singkat juga priode yang selalu berovolusi pesat hal ini sangat di butuhkan bagi mereka yang haus akan sejarah dunia.

B. Rumusan Masalah

Dengan adanya keberagaman peradaban di seluruh penjuru dunia, di temukannya beberapa permasalahan terkait pembahasan, yaitu:

1. Apa penemuan yang ditemukan oleh para arkeolog pada zaman Mesir kuno?

(5)

3. Apa yang membuat peradaban Cina lebih maju dari pada peradaban lainnya?

4. Mengapa peradaban Eropa modern disebut juga zaman kebangkitan? 5. Adakah yang membedakan peradaban Arab Islam dengan peradaban

lainnya? C. Tujuan

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan dapat menambah juga membagi ilmu kepada pembaca juga penyusun makalah. Dengan mengenal juga mengenang peradaban keilmuan yang sudah di lalui dari beragam evolusi peradaban mengenalkan apa yang sudah di kontribusikan oleh beragam peradaban untuk dunia. Mengingat setiap daerah atau negara memiliki tradisi tersendiri alangkah baiknya kita mengenal juga mengetahui perbedaan dari setiap peradaban yang dijabarkan.

Perbedaan yang dimiliki setiap peradaban tidak berbeda jauh, semua bermula dari ketidak tahuan yang berkembang setiap periodenya, walapun begitu yang membuat mereka berbeda adalah kepercayaan setiap perdabaan setiap daerah yang menghasilkan tradisi khas masing – masing negara saat ini. Pada era modern ini banyak teknologi yang mepermudah pekerjaan, tidak seperti zaman yang kami susun dalam makalah semua berawal dari ketidak tahuan yang menghasilkan peradaban cemerlang.

D. Manfaat

Setelah membaca dan juga menyusun makalah kami berharap pembaca dapat mendapatkan sedikit informasi tambahan tentang apa yang sudah terjadi di abad yang belum pernah sekalipun menikmati teknologi maju seperti saat ini. Dengan tersusunnya makalah ini kami juga bisa mengenalkan beragam perdaban disetiap penjuru dunia, dan apa saja yang sudah mereka hasilkan untuk generasi penerusnya.

(6)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pasang Surut Perkembangan Ilmu dan Pengetahauan

Pada saat manusia memasuki periode sejarah, mereka telah mempunyai beberapa pengetahuan serta sudut pandang mengenai fenomena-fenomena alam mempunyai kaitan dengan kehidupan dan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Selain itu manusia juga telah berhasil melakukan beberapa kemajuan dalam memproduksi peralatan yang membantunya memanfaatkan fenomena alam yang terjadi. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai penemuan arkeologi berupa makam-makam kuno, gambar-gambar papyrus serta relief yang menegaskan jika ada perhatian manusia terhadap perkembangan pengetahuan rasional maupun berdasarkan pengalamannya pada masa-masa tersebut. (Basya n.d.) Manusia pada saat itu telah berhasil menemukan api, menyepuh barang-barang mineral, menjinakkan binatang-binatang, mengklasifikasikan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, menemukan dan memproduksi senjata, mengenal bilangan, barter dan berbagai alat ukur.

Ketika manusia mampu membedakan antar berbagai daerah yang terletak di permukaan bumi yang beragam, kemudian mampu memilih tempat yang cocok untuk bercocok tanam, membangun tempat tinggal serta bereproduksi maka mereka telah berfokus serta mengendalikan dirinya dalam sebuah lingkup komunitas dan bangsa-bangsa. Mereka mulai membangun berbagai macam peradaban, memahami, merasakan pentingnya pemikiran yang telah ada untuk di bukukan dan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliknya karena khawatir hilang. Setelah melalui bermacam peradaban yang beragam kemudian pemikiran manusia mulai terbagi menjadi beberapa fokus diataranya politik, sosial, budaya, keilmuan, dan lainnya sehingga mereka berupaya untuk mengembangkannya. Dari sanalah muncul sejarah perkembangan ilmu pengetahuan yang mengalami fase kegemilangan hingga kemundurannya.

(7)

1. Peradaban Mesir Kuno

Bangsa mesir kuno telah membangun peradaban yang paling maju di dunia di sepanjang alur sungai Nil pada permulaan millenium kelima sebelum masehi. Hal ini terjadi bersamaan dengan permulaan masa dinasti di tahun 3400 SM dimana Mesir sedang berada di bawah kekuasaan Fir’aun yang mengalami masa kejayaan dengan bukti berdirinya berbagai macam jenis bangunan piramida yang megah di Giza, yang hingga detik ini telah masuk sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Sejarah mesir melewati berbagai fase yang disertai dengan berbagai masa kemunduran yang diakibatkan oleh faktor peperangan dalam negeri dan revolusi. Pada akhir abad ke-11 SM mulai muncul kelemahan pada peradaban mesir dikarenakan banyaknya perang serta konflik sehingga mesir akhirnya dikuasai oleh orang-orang Hapashah (abisiania/Ethiopia), Assuria/Assyria dan Persia. Kemudian pemerintahan Mesir dikuasai oleh Alexander yang Agung dari Macedonia sampai datanglah pejajahan Romawi tahun 30 pada masa kekaisaran Augustus, seorang pendiri Imperium Romawi.

Bangsa Mesir Kuno banyak menggunakan tulisan hieroglif di atas kertas-kertas papyrus, dinding-dinding kuil dan beberapa piramida untuk membukukan ilmu pengetahuan serta hasil-hasil dari pemikiran mereka. Berbagai studi arkeolog dan papyrus menyatakan bahwa bangsa Mesir Kuno berhasil menggapai kemajuan yang luar biasa dalam bidang astronomi, aritmetika, kedokteran, farmasi, geometri, pertanian dan lainnya. Selain kemajuan-kemajuan tersebut mereka juga pandai dalam menggambar, memahat, mendirikan bangunan dan pengawetan jenazah, membuat perhiasan dan kerajinan kaca berwarna, mengolah tembaga dan mineral, pertukangan, dan sebagainya.

Beberapa manuskrip atau tulisan tangan yang telah ditulis oleh orang terdahulu yang masih ada sampai saat ini yang terbuat dari kertas papyrus yang berhasil ditemukan pada akhir abad ke 19 M dijadikan referensi utama dalam studi dan penelitian ilmu pengetahuan di Mesir kuno diantaranya ada Papyrus

(8)

Ebers yang terdapat di Universitas Leipzig, Papyrus Edwin Smith, Rhind, Shistripiti, London, Berlin dan lainnya.1

Pembagian metode ilmiah pertama mengenai notasi matematika mesir kuno dapat dilihat dengan jelas disaat mereka menemukan bilangan desimal yang didasarkan pada simbol-simbol khusus bagi hitungan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, hingga sejuta. Hal ini yang menempatkan peradaban Mesir Kuno lebih unggul serta berkualitas dibandingkan peradaban-peradaban yang ada pada masa itu.

2. Peradaban antara dua sungai (Mesopotamia)

Mesopotamia merupakan nama kuno untuk wilayah yang saat ini dikenal sebagai negara Irak. Dalam bahasa Yunani, Mesopotamia berasal dari kata mesos (tengah) dan potamos (sungai) karena Mesopotamia ini sendiri merupakan daratan yang letaknya diantara dua sungai besar yaitu sungai Eufrat dan Sungai Tigris. Letak mesopotamia yang berada diantara dua sungai ini mempunyai berkah tersendiri bagi wilayah mesopotamia walaupun sering dilanda banjir akibat dua sungai tersebut namun luapan lumpur akibat banjir tersebut membuat tanah di mesopotamia menjadi subur.

Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh penduduk Mesopotamia untuk bercocok tanam, dimana pada awalnya sebagian besar penduduk Mesopotamia ini hanya mengandalkan berburu serta mengumpulkan makanan untuk memenuhi kebutuhan pangannya. Oleh karena itu, terbentuklah peradaban yang lebih tinggi yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan sosio-ekonomi masyarakat. Kesuburan serta kemakmuran itu menyebabkan timbulnya rasa iri hati bangsa lain yang tinggal disekitar tepi-tepi lembah sungai. Hingga datanglah serbuan-serbuan dari luar yang ingin memperebutkan air irigasi dan tanah itu.

Bangsa yang mencapai peradaban yang layak untuk pertama kalinya di lembah sungai efrat dan tigris ini menamai dirinya bangsa Sumeria. Bangsa sumeria diperkirakan datang dari kawasan perbukitan sebelah timur laut Mesopotamia sebelum tahun 4000 SM dengan penduduk semit yang juga telah ditemukan disana (1 ADABIYA , Volume 22 No. 1 Februari 2020 2020).

1 DR. Mushthafa MahmudSulaiman, dalamTaflhAl-llmwaAt-Takttololi, penerbitAl-Hai'ahAl-Mishriyah Al-Arnmah li Al-Kitabah, Cairo 1995 M.

(9)

Orang-orang Sumeria mulai memimpin dan membangun proyek irigasi guna memajukan kehidupan perkampungan. Sekitar tahun 3500 SM mereka telah menghasilkan peradaban yang maju, dengan perkembangan kota-kota, sistem organisasi politik, etika religius dan pemerintahan negara- kota (city-state) dengan menekan pada aspek peradaban yang baik. Pada masa ini juga penggunaan logam serta sistem penulisan sudah digunakan.

Pada abad ke-26 SM Bangsa Somit dari Akkadia menguasai Mesopotamia selama dua abad yaitu 2500-2300 SM. Mereka menguasai kota-kota yang dibangun oleh bangsa Sumeria, namun tidak serta merta merusak budaya yang telah ada melainkan mereka mengadopsinya mulai dari tulisan, sistem kalender dan cara bisnis. Tahun 2300 SM merupakan kebangkitan orang-orang Sumeria yang ditandai dengan munculnya raja Shirar yang menamakan dirinya sebagai raja Sumeria-Akkadia, tetapi supremasi ini hanya berlangsung sangat singkat. Akhir milenium ketiga, bangsa Sumeria-Akkadia ditaklukkan oleh bangsa Semit lainnya yaitu Syria. Ketika dipimpin oleh

raja Hammurabi (1943-1905 SM). Mereka memperluas ekspansinya sampai ke kawasan Assyria dengan Babylon dijadikan ibu kota kerajaan. Setelah berdirinya emperium bangsa Semit yang kedua ini, bangsa Sumeria tidak pernah muncul lagi dalam sejarah politik, tetapi bagaimanapun peradaban yang telah mereka bangun merupakan pondasi bagi peradaban seluruh penakluk di lembah Tigirs-Eufrat.

Setelah bangsa Babilonia mengalami kemunduran, kemudian datanglah bangsa Assuria yang pada awal pemerintahannya terbatas pada daerah Kurdistan dan Mosul. Ibukota mereka bernama Assur, kemudian berpindah ke Ninovah. Pada tahun 612 SM, pemerintahan bangsa Assyuria mengalami kejatuhan hingga peradaban di daerah Mesopotamia ini harus pindah ke tangan bangsa Kaldania yang bermigrasi dari Amorro dan membangun pusat komunitasnya di Babilonia dimana mereka membangun kembali zaman keemasannya. Namun hal ini tidak bertahan lama karena dijajah oleh Koresh dari Persia pada tahun 539SM. Peradaban Mesopotamia menjadi hancur setelah berhasil meninggalkan berbagai macam warisan pemikiran yang memenuhi Perpustakaan Tsaur Bin Ba’l atau dikenal dengan Asyurbanibal oleh bangsa Eropa.

Dokumen-dokumen yang menjadi referensi utama untuk dijadikan studi penelitian tentang warisan budaya daerah Mesopotamia berupa

(10)

lempengan-lempengan batu bata yang ditulis dengan alat yang menyerupai paku kemudian dikeringkan dengan cara dijemur dibawah sinar matahar atau dibakar menggunakan bara api hingga mengeras dengan sebagian besar ditemukan oleh Sir Henry Leopard pada tahun 1849. Lempengan-lempengan ini membuktikan keunggulan bangsa-bangsa di daerah mesopotamia serta memperlihatkan keterampilan mereka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Oleh karena itu peradaban Mesir, Summeria, Akkadia, Babilonia serta Assuriaa merupakan pondasi awal terbangunnya ilmu pengetahuan yang menjadi titik tumpu pertumbuhan dam perkembangan pemikirab manusia hingga semua peradaban dunia pada masa kuno dan zaman pertengahan.

3. Peradaban Persia

Negara persia saat ini dikenal dengan nama Iran yang penduduknya merupakan keturunan bangsa Arya. Awalnya, mereka adalah suku-suku bangsa yang terpisah-pisah dan yang terbesar adalah Akhemediyah. Pada tahun 555 SM, salah satu pemimpin suku Akhmediyah yang bernama Koresh berhasil merebut kekuasaan dari bangsa Media dan membentuk pemerintahan Persia yang kemudian tumbuh serta berkembang pesat sehingga menjelma menjadi sebuah imperium, yang wilayah kekuasaannya membentang hingga daerah Shindu di sebelah Timur, daerah di antara dua sungai dan pesisir Phoenisia, Mesir, Asia Kecil, dan dua sisi wilayah Utara Yunani di sebelah Barat.

Peradaban Persia disebut akumulasi dari peradaban bangsa-bangsa yang ditundukannya dengan komunitas istana yang didalamnya terdapat banyak kaum intelektual, kaum dokter, dan astronom dari Babilonia, Mesir, India maupun Yunani. Selain itu tulisan paku yang masih digunakan untuk pembukuan mengalami beberapa penyesuaian hingga menjadikan bahasa Aram sebagai bahasa resmi. Pada akhir abad ke 4 SM, situasi dan kondisi imperium persia mulai memudar serta mengalami kemunduran dikarenakan wilayah kekuasaanya semakin luas yang dimana menyebabkan semakin sulitnya mengelola wilayah kekuasaan tersebut. Hingga akhirnya kekaisaran jatuh pada tahun 331 SM di tangan Alexander Agung yang kemudian membagi wilayah menjadi beberapa wilayah kecil agar tidak memberikan ancaman terhadap negara Yunani.

Pemerintahan bangsa Greece di Persia berlangsung hingga tahun 226 M, ketika Ardasyir bin Babek pendiri dinasti keempat penguasa Persia yang dikenal

(11)

dengan Kekaisaran Sasaniyah atau Akasirah hingga berhasil mengembalikan wilayah-wilayah Arab yang berdampingan dengannya dalam wilayah kekuasaan, yang di antaranya adalah Al-Hirah, Al-Anbar. Lalu ia memberikan kemerdekaan agar penduduknya menjadi benteng hidup dari serangan bangsa Arab dan memanfaatkan mereka ketika harus berperang melawan Romawi. Bersamaan dengan berdirinya kekaisaran Sasaniyah di Persia, maka mereka menjadikan Tisofon ftota-kota di sekitar sungai Tigris) sebagai pusat pemiagaan di wilayah Timur. Kekuatan ekonomi dan perdagangan di Timur pun berpindah secara betahap ke tangan penguasa Persia, yang menguasai berbagai aktifitas pemiagaan di Teluk Arab hingga dekat masa kemunculan Islam. Akhir penguasa mereka benama Yazidgard III, yang senantiasa melawan penaklukan Arab-Islam, akan tetapi gagal.

4. Peradaban Phoenisia

Bangsa phoenisia pada dasarnya berafiliasi dengan suku-suku bangsa Smith yang dikenal dengan Kanan, dimana mereka bermigasi dari semenanjung Arab pada pertengahan millenium keempat sebelum masehi dan tinggal di daerah sekitar laut Mediterania di wilayah pesisir yang bernama Phoenix. Letak daerah phoenix sangat strategis, digunakan sebagai satu-satunya jalur lalu lintas intenasional antar berbagai benua. Disamping itu juga letak laut mediterania juga terasa lebih strategis dan potensial dikemudian hari menjadi pendukung utama berdirinya peradaban phoenisia dan memperluas wilayah kekuasaan dan pengaruhnya.

Dikarenakan letakya yang strategis menyebabkan bangsa-bangsa lain yang berada disekitarnya tertarik untuk melakukan pemberontakan guna menguasainya sehingga secara umum sejarah phoenix merupakan periode terputus-putus. Periode ini dipisahkan dengan masa kemerdekaan sejati, yang dimulai sejak millenium pertama sebelum masehi akibat perseteruan dan konflik antara suku-suku palesto yang tersebar di daerah sekitar laut mediterania timur. Mereka bahkan berusaha meyerang bangsa Mesir namun berhasil dihadang oleh Ramses II yang berhasil juga menguasai beberapa kota di pesisir Phoenix. Hingga akhirnya menetap di tanah Palestina yang akhirnya tidak lagi menjadi ancaman bagi bangsa Phoenisia.

(12)

Karya yang paling terkenal pada peradaban Phoenisia pada masa kemerdekaan sejatinya adalah abjad phoenesia yang kemudian prinsip-prinsipnya diadopsi bangsa greece dan menjadi referensi utama huruf abjad yang sekarang terkenal di dunia. Sejarah telah mencatat tentang keunggulan bangsa Phoenisia dalam bidang astronomi, geografi, matematika, aritmatika, dan ilmu hitung lainnya karena kejeniusan pemikiran dagang mereka yang membentuk karakter tersebut. Kemampuan tersebut mendorong mereka untuk mengarungi samudera dan lautan serta memanfaatkan kemampuan mereka dalam bidang geografi serta astronomi untuk mengembangkan pelayaran dan perniagaan.

5. Peradaban India

India terletak di Asia Selatan dengan dataran-dataran rendah serta padang rumputnya yang luas dialiri sunga-sungai besar seperti sungai Gangga, Shindu (Indhus) dan brahma Putera. Berbagai penggalian yang dilakukan para arkeolog di sekitar lembah Shindhu menunjukan bahwa peradaban India terjadi pada abad ke 19 dan 20 SM oleh penduduk pribumi India atau Dravida.

Kemajuan pemikiran dalam peradaban India merupakan buah kebijakan dan dukungan raja Ashoka (273 SM-232 SM), dimana wilayah kekuasaannya mencakup sebagian besar India dan Afghanistan. Peran yang dimainkan peradaban India kuno dalam memperkaya pemikiran manusia tidak kalah pentingnya dengan peran yang dimainkan peradaban-peradaban kuno lainnya di dunia. Para ilmuwan India berhasil menorehkan berbagai prestasi gemilang dan kongkret dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti ilmu-ilmu alam dan matematika dengan penerapannya, kedokteran dan industri. Di samping itu, mereka juga piawai dalam membuat berbagai kerajinan seperti mewarnai, menyamak, membuat sabun, kaca, semen, dan lainnya.

6. Peradaban Cina

Negara Cina terletak di Asia bagian Timur. Disebelah barat dan utaranya berbatasan dengan daerah Siberia dan mongolia (gurun gobi). Negara cina merupakan salah satu tempat yang mempunyai peningalan tertua dan tinggi tingkat peradabannya. Sisa-sisa peninggalan tertua ditemukan di lembah sunga Yang Tze Kiang, Sungai Huang Ho dan Sungai Hual. Ketiga sungai ini sering

(13)

dilanda banjir dengan endapan lumpur banyak namun hal ini membuat daerahnya menjadi subur.

Peradaban Cina Kuno memiliki keistimewaan karena merupakan karya orisinil mereka sendiri. Sejarah menyebutkan bahwa mereka tidak mengadopsi kebudayaan dari bangsa lain, kecuali sedikit sehingga dapat mempertahankan keyakinan-keyakinan dan filosofi hindu mereka sendiri. Mereka sangat memperhatikan kehidupan dunia karena keyakinan mereka bahwa manusia haruslah memaksimalkan perhatian dan potensinya dalam memanfaatkan pengalaman-pengalaman kehidupan dunia. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bangsa Cina dikenal sebagai orang yang pertama kali mempersembahkan alat cetak, kertas, tinta, uang kertas, kompas, dan alat pencatat gempa kepada dunia. Dan juga mereka berhasil menunjukan kemajuan dalam bidang ilmu kedokteran, farmasi, astronomi dan matematika.

7. Peradaban Greece (Yunani Kuno)

Yunani merupakan pusat peradaban tertua di Eropa. Tingginya tingkat peradaban Yunani itu dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu keadaan alamnya, penduduknya dan lain sebagainya.Daerah Yunani terletak diujung tenggara benua Eropa. Sebagian besar kepulauan di laut Aegea dan Laut Ionia masuk wilayah Yunani. Di sebelah utara, Yunani berbatasan dengan Albania, Yugoslavia, Bulgaria, dan Turki di daratan Eropa. Di sebelah timur, Yunani dikelilingi oleh Laut Aegea, di sebelah selatan dengan Laut Tengah, dan di sebelah barat dengan Laut Ionia.

Hasil pemikiran dan karya-karya filsafat bangsa Yunani telah diterjemahkan dan dipelajari hingga kini. Para Filsuf Yunani dianggap sebagai konseptor yang meletakkan dasar-dasar alam pikiran filsafat Eropa (Dunia Barat). Filsafat bangsa Yunani banyak diterjemahkan dan ditafsirkan oleh para filsuf Islam dan melalui kesusastraan Islam. Inilah buah pikiran filsafat Yunani masuk ke Persia dan negeri-negeri Asia Lainnya.

Di antara nama-nama terpopuler yang memainkan peran signifikan dalam sejarah peradaban Greece adalah Herodotus yang bergelar Bapak Sejarah, dan beberapa filosof terkemuka Yunani seperti Socrates, Plato, Aristoteles, serta guru-guru mereka seperti Thales, Anaximander, Anaximenes, Pythagoras, Abqirath, dan Archimedes. Pada masa Halyinah Asy-Syarq, kota Alexandria

(14)

menjadi mercusuar sastra, seni, dan ilmu pengetahuan, hingga perpustakaannya memuat lebih dari enam ratus jilid buku. Berkat keberadaan kertas-kertas papyrus, maka di sana terdapat jutaan orang terpelajar yang mampu menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan dan bahkan berhasil mengorbitkan sejumlah intelektal terkemuka seperti pakar teknik rekayasa Euclides, ahli fisika Archimedes, pakar geografi Eratostines, dan pakar astronomi Aristorakhes.

Kontribusi peradaban Greece terhadap peradaban manusia terfokus pada kenyataan bahwa peradaban ini mampu menjelaskan pengertian-pengertian yang mengungkapkan tentang berbagai realita kehidupan, hakikat alam semesta, dan pengetahuan. Tidak mengherankan jika di kemudian hari terdapat banyak istilah bangsa Greece yang digunakan para ilmuwan pada masa sekarang ini seperti dalam filsafat, sejarah, matematika, astronomi, fisika, atom, dan lainnya.

8. Peradaban Romawi

Wilayah negara ini mencakup Yunani Besar dan semua wilayah Italia sekarang. Kemudian tahun 146 SM, carthaginois runtuh dan bangsa Romawi bermigrasi ke Asbania (spanyol) dan menguasai semua kepulauan di laut Mediterania dan pesisir Baratnya. Hingga akhirnya Roma menjadi pemenang setelah melalui perseteruan panjang tanpa ada lawannya, dan dia lah pemimpin bangsa Barat tanpa ada yang menandinginya. Di wilayah Timur, bangsa Romawi berhasil menundukkan pemerintahan Macedonia dan Yunani tahun 197 SM dan bahkan mencapai sungai Eufrat. Adapun Mesir, mereka menggabungkannya pada wilayahnya tanpa perubahan. Abad keenam Masehi, bintang kekaisaran Romawi mulai meredup di wilayah Barat dan kota Roma jatuh dan berhasil dikuasai Audwakar, yang berasal dari bangsa Barbar pada tahun 476M. Perhatian dan harapan pun ditujukan kepada kekaisaran Byzantium dalam kedudukannya sebagai perpanjangan tangan Roma dan pewaris kebesarannya.

Bangsa Barat mulai tenggelam dalam masa-masa gelap dan mengalami kemunduran secara berangsur-angsur, yang dalam sejarah dikenal dengan zaman pertengahan. Sedangkan di wilayah Timur mendapat dukungan takdir dengan munculnya peradaban terbesar yang pernah dikenal dunia di sepanjang sejarahnya yang panjang, yaitu peradaban Arab-Islam, yang membuka jalan bagi kebangkitan bangsa Eropa modern. Jika

(15)

peradaban Arab-Islam itu tidak muncul, maka tentulah pengetahuan itupun hanya terbatas pada segelintir pendeta yang berakal pendek, yang bertugas memberikan pencerahan dan menjadi teladan mereka dalam kehidupan.

9. Peradaban Arab Pra Islam

Bangsa Arab mempunyai akar panjang dalam sejarah, mereka termasuk ras atau rumpun bangsa Kaukasoid, dalam subras Medditerranean yang anggotanya meliputi wilayah sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia, dan Irania. Bangsa Arab hidupnya berpindah-pindah, nomad, karena tanahnya terdiri dari gurun pasir yang kering dan sangat sedikit turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat yang lain mengikuti tumbuhan stepa atau padang rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah Arab di sekitar oasis atau genangan air setelah turun hujan.

Bangsa Arab diketahui telah memiliki peradaban jauh sebelum Islam muncul disana. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa aspek peradaban Arab meliputi agama, politik, ekonomi dan seni budaya. Bangsa Arab juga dikenal hidup dalam kabilah-kabilah atau klan-klan. Mereka hidup berdampingan antar kabilah dengan perjanjian damai yang disebut al Ahlaf. Kecintaan mereka terhadap keluarga, garis keturunan (nasab) dan kabilah mengalahkan kecintaan mereka terhadap hal lainnya. Fanatisme kabilah ini seringkali menimbulkan percekcokan dengan kabilah lain yang berujung pada peperangan.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, bangsa Arab telah terkenal dengan karya sastranya. Pasar-pasar tahunan seperti Ukaz, Dzul Majaz dan Mihnah mengadakan perlombaan rutin dalam syair-syair dan puisi-puisi Arab. Pemenang perlombaan tersebut mendapat kehormatan dengan ditulisnya sya’irnya dengan tinta emas dan digantungkan di Ka’bah atau Mu’allaqat. Mereka juga dianugerahi kelebihan berupa kemampuan menghafal yang sangat tinggi, khususnya hafalan terhadap sya’ir-sya’ir dan kronologi sejarah nenek moyang mereka.

10. Peradaban Arab Islam

Islam diwahyukan oleh Allah melalui seorang hamba dan rasul-Nya yaitu Muhammad Ibn Abdillah yang lahir pada 12 R. Awwal Tahun Gajah bertepatan dengan 29 Agustus 571 M di Mekkah. Beliau berasal dari kabilah

(16)

Quraisy yang merupakan kabilah terhormat di kalangan bangsa Arab. Beliau menerima wahyu pertamanya pada umur 40 tahun dan menjadi titik awal lahirnya ajaran agama penyempurna agama Tauhid dari Nabi Ibrahim, yaitu Islam. Secara keseluruhan, beliau menghabiskan waktu sekitar 23 tahun untuk berdakwah menyeru kepada Islam, dengan rincian 13 tahun pertama dilaksanakan di Mekkah dan 10 tahun selanjutnya di kota Yatsrib atau Madinah. Berbagai dasar-dasar kemasyarakatan Islam diletakkan oleh Nabi demi membangun miniatur negara yang sesuai dengan konsep Islam. Dasar berpolitik yang dijunjung oleh Nabi adalah keadilan. Prinsip keadilan harus dijalankan terhadap semua penduduk tanpa pandang bulu dan mengakui persamaan derajat seluruh manusia di hadapan Allah. Prinsip sosial Islam (social justice) juga diperkenalkan menggantikan berbagai tradisi Jahiliyyah yang kurang (bahkan tidak) berperikemanusiaan.

Pasca wafatnya Rasulullah SAW, Arab bersama-sama dengan Islam mencapai masa kejayaan dan masa keemasan. Masa kejayaan tersebut berkisar sekitar tahun 750 M – 1258 M meskipun ahli lain menyebutkan bahwa kejayaan Islam dimulai sejak wafatnya Nabi pada tahun 632 M. Pada masa kejayaan tersebut, Islam berkembang pesat ke berbagai belahan bumi dan menjadi pusat peradaban dan ilmu pengetahuan dunia. Kemajuan Islam pada masa itu secara tidak langsung ikut meninggikan peradaban dan kebudayaan Arab dan Timur Tengah, di mana Islam lahir, tumbuh dan berkembang.

Pada masa khalifah Umar ibn Khaththab, kota Madinah menjelma menjadi negara adikuasa seiring penaklukan Semenanjung Arabia, Palestina, Syria, Irak, Persia dan Mesir. Negara Madinah menjadi pusat pemerintahan dengan struktur

kekuasan dan administrasi pemerintahan yang bernafaskan semangat demokrasi. Masa Khulafa’ur Rasyidun ditutup dengan pemerintahan Ali Ibn Abi Thalib sebagai khalifah terakhir. Pada masa ini mulai muncul perbedaan pandangan dan kubu-kubu dalam umat Islam seperti kelompok Mekkah yang menolak pembai’atan Ali, kelompok Syi’ah yang mendukung Ali, kelompok Khawarij yang menolak proses arbitrase Ali – Mu’awiyah pada Perang Siffin dan kelompok pendukung Mu’awiyyah ibn Abi Sufyan. Selain itu, masa ini dikenal sebagai permulaan perang saudara antara umat Islam, yaitu dalam Perang Jamal, Perang Siffin dan Perang Nahrawan.

(17)

Kedua Dinasti yang berkuasa setelahnya merupakan puncak kejayaan Islam dan kemajuan bangsa Arab sehingga sering disebut The Golden Age of Islam atau Islam’s Greatest Dynasty / The Golden Prime. Pada masa Dinasti Umayyah berkuasa, perkembangan Islam ditandai dengan perluasan wilayah Islam serta berdirinya bangunan-bangunan pusat dakwah Islam. Kemajuan lainnya tampak dalam bidang politik, keagamaan, ekonomi, arsitektur, sosial dan bidang militer. Adapun Dinasti Abbasiyyah lebih dominan dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, politik, arsitektur dan militer. Kota Baghdad yang didirikan oleh khalifah al-Manshur menjelma menjadi pusat ilmu pengetahuan dan perdagangan dunia Islam. Khalifah penggantinya mendirikan perpustakaan utama di Baghdad yang disebut “Bait al-Hikmah” ‘rumah kebijaksanaan’yang berisi kumpulan karya ilmuwan muslim, terjemahan literatur Persia, Yunani dan India, observatorium dan lembaga penelitian. Bentuk kemajuan lainnya adalah munculnya Universitas Nizam al-Mulk pada 1065 M yang merupakan universitas tertua ketiga di dunia.

Tidak berhenti di Baghdad, kejayaan Islam dalam kebudayaan dan ilmu pengetahuan juga muncul di Cordova, ibukota Andalusia dan Kairo, Mesir. Warisan Islam di Cordova berupa Universitas Cordova, Toledo dan Sevilla, munculnya figur-figur ilmuwan yang menghasilkan karya monumental dan menjadi rujukan hingga saat ini dan warisan bangunan bersejarah. Adapun di Kairo, Dinasti Fathimiyyah mendirikan pusat kebudayaan Arab dan ilmu pengetahuan yang disebut Daar al-Hikmah ‘kampung/rumah kebijaksanaan’. Disamping itu, mereka juga merenovasi masjid al-Azhar menjadi universitas dan diakui sebagai universitas pemberi gelar tertua kedua di dunia, seperti dilansir kompas.com edisi 2011.

11. Peradaban Eropa Modern

Pada saat peradaban Arab-Islam mencapai puncak kejayaan dan kemajuannya, maka masyarakat Eropa menghadapi keterbelakangan kehidupan, stagnan, dan kemerosotan di seluruh aspek kehidupan, baik sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun keagamaan. Periode ini lebih dikenal dengan sebutan zaman pertengahan. periode tersebut dimulai sejak abad keempat Masehi hingga sebagian besar tanda-tandanya masih tersisa hingga sepuluh abad kemudian, sampai muncullah situasi dan kondisi yang lain dalam pemikiran manusia dan

(18)

berupaya mengatasi berbagai permasalahan kehidupan mereka. Eropa pun memasuki masa kebangkitan kontemporer pada abad kelima belas setelah masa transisi yang berlangsung selama kurang lebih dua abad lamanya. Selama itu pula, muncullah beberapa tokoh sastra, pemikiran, politik, dan keagamaan yang mendorong dan menghapuskan kemunduran dalam kehidupan masyarakat Eropa selama abad pertengahan.

Zaman kebangkitan adalah sebutan bagi masa tumbuhnya gerakan menghidupkan ilmu pengetahuan, sastra, dan seni klasik di Italia. Kemudian menjalar ke negara-negara Eropa lainnya. Di tengah semangat kaum intelektual dan cendekiawan, serta kolumnis di Italia, di kalangan mereka tersebar keyakinan yang keliru, yang intinya: Bahwasanya peradaban sejati yang telah hilang bersamaan dengan keruntuhan kekaisaran Romawi dapat dihidupkan kembali berkat kerja keras yang dilakukan. Karena itu mereka menyebutnya dengan Renaissance yang berarti menghidupkan kembali.

Bangsa Eropa sangat terpengaruh oleh peradaban Arab-Islam dan berupaya mencarinya pada sumber-sumber utamanya yang beragam. Karena itu, mereka lebih senang mempelajari kebudayaan Islam secara langsung dan mendapatkan banyak manfaat darinya. Terutama dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan alam. Gerakan penerjemahan dari bahasa Arab dan bahasa-bahasa klasik ke bahasa Latin yang merupakan satu-satunya bahasa sastra, ilmu pengetahuan, dan agama digalakkan. Studi dan riset mereka terhadap buku-buku berbahasa Arab yang diterjemahkan dari bangsa Greece memberikan pengaruh terbesar dalam menyadarkan mereka mengenai arti penting warisan budaya bangsa Greece dan menjadikannya sebagai referensi utama.

B. Tradisi Keilmuan di dunia Islam

Tradisi adalah sesuatu hal yang diwarisi turun temurun dari pendahulu kita (Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, 1991: 211). Tradisi sifatnya selalu stagnandan kurang berkembang, ini dikarenakan semua adalah warisan leluhur. Tradisi ini bentuknya pastilah bermacam-macam, salah satunya adalah keilmuan, atau tradisi keilmuan. Tradisi keilmuan bisa kita pahami sebagai pemahaman ilmu pengetahuan secara turun menurun dari para pendahulu yang senantiasa diikuti terus menerus.

(19)

Ilmu yang ada yang diwariskan dalam masyarakat Islam juga bermacam ragam, akan tetapi ilmu tersebut secara garis besarnya dapat kita klasifikasikan berdasarkan sifatnya ada dua macam, yaitu:

a) Ilmu yang terpuji.Ilmu yang terpuji ada dua macam pula, yaitu fardlu ‘aindan fardlu kifayah(Ahmad Satori dan Ismail, 2003: 46). Ilmu yang fardlu ‘ainadalah, mengetahui aqidahyang benar, mengetahui apa-apa yang harus diimani, mengetahui kewajiban-kewajiban dan ibadah yang harus dilaksanakan dan mengetahui hal-hal yang harus ditinggalkan.Ilmu yang fardlu kifayahadalah, ilmu yang berkaitan dengan maslahat dunia, seperti ilmu hitung, astronomi, kimia, bahasa, industri, pertanian, dan sebagainya. b) Ilmu yang tercela. Ilmu yang tercela adalah ilmu yang membahayakan,

seperti ilmu sihir, perdukunan, meramal,bahkan Islam menganggap sebagai dosa besar yang harus dijauhi (Ahmad Satori dan Ismail, 2003: 46).

Islam sebagai agama, di dalamnya mengandung doktrin Islam, di mana doktrin Islam mengandung ajaran yang bersifat normatif seperti aspek dan aspek ibadah serta aspek akhlak. Dari aspek ibadah, agama Islam mengandung beban kewajiban (taklif) kepada penganutnya untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam dalam bentuk ibadah, baik ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah. Bila dianalisis dari perspektif fiqh (hukum Islam), taklif menunjukkan suatu kewajiban normatif- syar`iyyah yang dalam tataran implementasi tidak terlepas dari pemikiran dan kultur-budaya yang dianut oleh masyarakat muslim setempat, baik bersifat individual (fardhu `ain) ataupun kolektif (fardhu kifa`i).

Dengan kata lain, tataran nilai-nilai syar`iyah yang bersifat konseptual-absolut dalam tataran realitas-implementatif menghasilkan suatu produk hukum yang dinamakan fiqh. Bahkan, fiqh yang lebih diorientasikan pada tataran kultur-budaya untuk diimplementasikan dan dianut nilai-nilianya menghasilkan suatu aturan hukum yang dinamakan dengan qanun.

Dengan paparan singkat di atas tentang fiqh dan qanun merupakan wilayah kajian dan penelitian hukum Islam (fiqh Islam) yang sangat bersentuhan dengan kehidupan masyarakat, terutama berkaitan dengan nilai praktikal ibadah dan mua`malah sehingga membutuhkan suatu aturan sosial sebagai kontrol

(20)

hukum dan kontrol perilaku masyarakat, yang dinamakan dengan pranata sosial yang bersumber dari nilai-nilai Islam. Namun, Islam juga mengembangkan tradisi keilmuannya, sejak masa Rasul Muhammad Saw. Pada masa itu, ketika Rasul menerima wahyu, terus beliau mengajarkannya kepada para sahabat. Bahkan budaya menulis dan menyimak juga diperkenankan pada masa Rasul hingga masa sesudahnya.

Jadi, Islam dalam konteks tradisi keilmuan Islam terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan terus dikembangkan oleh masyarakat Islam sesuai dengan kondisi daerah, wilayah, negara, dan kultur-budaya masyarakatnya yang tetntunya tidak boleh menyimpang dari sumbernya yakni Al-Qur`an dan Hadist. Membudayakan tradisi keilmuan tradisi islam terus berkembang dan mengalami kemajuan di dunia pendidikan, baik pendidikan Islam yang dikembangkan di perguruan tinggi umum maupun di perguruan tinggi agama Islam.

Dunia islam telah membentuk tradisi keilmuan jauh sebelum dunia Eropa masuk ke dalam tradisi keilmuan modern (Jalaluddin, 2014: 260). Tradisi keilmuan ini terkait langsung dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sumber utama ajaran Islam, yaitu al-Qur’an dan hadis. Al-Quran sebagai paradigma keilmuan merupakan dasar dan pijakan dalam tradisi keilmuan. Oleh karena itulah, diperlukan pemahaman terhadap al-Quran baik berupa pemahaman arti dan juga makna ataupun hikmah yang ada di dalmnya. Dan untuk memahami maknanya, maka kita harus memperbaiki pola pembelajaran al-Quran yang sekarang hanya tertuju pada tajwid dan tilawah Quran. Sehingga dalam membaca dan mempelajari al-Quran, kita harus membaca dan mempelajari artinya juga. Dengan membaca artinya, maka lambat laun kita akan bisa memahami maknanya. Al-Quran mempunyai hijab, dimana hijab itu akan menjadi dinding bagi kaum kafir, namun bagi umat Islam, hijab itu juga akan tetap ada, jika kita tidak mempelajari dan memahami arti dan maksud dari al-Quran.

Untuk bisa menjadikan al-Qur’an sebagai paradigma keilmuan Islam, maka perlu dilakukan hal-hal berikut :

(21)

Al-Quran menghimbau manusia agar meneliti tanda-tanda kekuasaan Allah Swt yang telah menciptakan sekalian makhluknya dengan penuh kesempurnaan. Hal ini memberi indikasi, bahwa penggunaan aqlyang sebenarnya adalah untuk meyakini, mengakui dan mempercayai eksistensi Allah Swt(Abdullah, 2005: 114). Tujuan pokok al-Quran adalah membangkitkan kesadaran yang lebih tinggi dalam diri manusia terkair berbagai relasinya dengan Tuhan dan alam semesta. Menurut Abdul Halim Mahmoud yang wajib dilakukan oleh setiap Muslim terhadap al-Quran adalah, mentadabbur atau memahami maknanya, mengambil pelajaran darinya, dan menjaga ketenangan dan ketentraman atasnya (Halim, 1997: 84). Dengan memahami al-Quran, maka kita bisa mengerti dan paham akan hikmah yang terkandung didalamnya. Selain itu yang mampu memahami al-Quran bukanlah otak sebagai alat berfikir, melainkan hati, sebagaimana firman ALLAH.Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada.”(QS. Al-Hajj : 46).

2). Membersihkan pikiran, hati dan jiwa dalam membangun kalbu. Al-Qur’an al Karim adalah kitab suci yang tidak dapat dikuasai oleh orang yang biasa, kecuali oleh orang yang hati dan akal pikiranya bersih. Tidak mungkin membangun dasar pendidikan sebelum kita terlebih dahulu mendefiniskan pandangan kita tentang dunia, apakah kita hanya hidup di dunia saja atau di akhirat saja? Atau hidup di dalamkeduanya? (Al-Ghazali, 2002: 109).Akal pikiran yang lurus adalah satu-satunya alat dalam memahami wahyu Ilahi dan alam semesta secara berimbang. Karenanya, selama saya berada di bawah akal sehat, maka saya akan bersandar pada agama, berpegang pada fitrah, dan jauh dari penyimpangan(Al-Ghazali, 2002: 13).Al-Qur’an al Karim menegaskan bahwa pembersihan jiwa manusia adalah tujuan dari beragam kewajiban keagamaan, dan penyucian yang dituntut adalah pendidikan yang benar, yaitu menyucikan unsur-unsur manusiadari kejelekan dan menjadikan instingnya di bawah naungan akal yang beriman sehingga tidak melenceng dan tergores (Bakar, 1997: 103).

(22)

3). Menyadari bahwa Al-Qur’An adalah sumber ilmu.

Al-Quran sangat mengagungkan kedudukan ilmu dengan pengagungan yang tidak pernah ditemukan bandinganya dalam kitab- kitab suci yang lain. Al-Quran juga mengajak untuk memikirkan keajaiban penciptaan tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, sistem perkembanganya dan keadaan-keadaan lingkunganya.Al-Quran untuk memikirkan penciptaan manusia sendiri dan rahasia-rahasia yang terdapat di dalam dirinya. Bahkan ia pun mengajak untuk memikirkan jiwa dan rahasia-rahasia batinya serta hubunganya dengan alam malakut. Ia juga mengajak untuk melakukan perjalanan ke seluruh pelosok dunia sambil memikirkan peninggalan-peninggalan orang-orang dahulu kala, menyelidiki dan meneliti keadaan bangsa-bangsa, kelompok-kelompok manusia, serta kisah-kisah, sjarah-sejarah dan peajaran-pelajaran mereka(Thaba-thaba’I, 2000: 23-24).Al-Quran menyeru untuk mempelajari ilmu-ilmu ini sebagai jalan untuk mengetahui kebenaran dan realitas, dan cermin untuk mengetahui alam, yang di dalamnya pengetahuan tentang Allah mempunyai kedudukan yang paling utama. Adapun ilmu yang membuat manusia lupa akan kebenaran dan realitas itu, menurut al-Quran itu sama dengan kebodohan (Thaba-thaba’I, 2000: 23-24).

4). Menggunakan metodologi Al-Qur’an sebagai sarana bepikir ilmiah.

Menuntut imu pengetahuan dalam Islam bertujuan untuk mencapai dua kebaikan; dunia dan kahirat. al-Quran telah mengarahkan kita untuk mengkaji semua kebaikan yang Allah SWT titipkan di muka bumi. Dan al-Quran memberitakan kepada kita bahwa Allah SWT menciptakan bumi ini, semunaya untuk kepentingan kita. Sebagaimana juga al-Quran mengajak kita untuk merenungi kerajaan langit dan bumi dan apa saja yang Allah ciptakan, juga mendorong kita untuk mengkaji kekuatan jiwa untuk mengambil manfaat dalam membersihkan jiwa dan mendorongnya untuk berusaha keras agar terjadi hubungan yang kontinyu dengan penciptaan bumi dan langit(Baiquni, 1995 : 278). Dari sini, tujuan terbesar ilmu pengetahuan dalam Islam ialah komunikasi dengan Allah

(23)

SWT, karena Dia merupakan zat yang Maha Tinggi untuk kebenaran, kebaikan dan keindahan. Ini merupakan kesatuan gejala alam yang nampak(Bakar, 1997: 300). Karena menurut Jalauddin, tujuan terakhir dari pendidikan muslim terletak dalam ketundukan yang sempurna kepada Allah baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia(Jalaluddin, 2011: 129).Karena itulah, untuk membentuk ketundukan ini, harus dimulai dari pencarian hakikat kebenaran itu, yaitu al-Haq, yang Maha benar.

Ilmu yang harus dipelajari oleh umat Islam adalah segala ilmu yang bermanfaat, untuk kemaslahatan, jadi tidak hanya ilmu akhirat saja akan tetapi ilmu dunia juga mesti dipelajari agar seimbang, tercipta masyarakat keilmuan yang kondusif. Dengan seimbangnya ilmu dunia dan akhirat tentunya keinginan mewujudkan masyarakat ‚Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Gofur yang dicita-citakan akan dapat diraih. Oleh sebab itu, pentingnya memperbaiki tradisi keilmuan di kalangan umat Islam agar dapat meraih kejayaan Islam kembali. Tentunya dengan meningkatkan peranan nilai-nilai keIslaman dalam pengetahuan iptek baik dari segi ontologi, epistemologi danaksiologi. Juga upaya meningkatkan peranan potensi umat, baik dalam penguasaan iptek maupun dalam penggunaannya, sehingga umat mampu memegang peranan dalam meningkatkan taraf hidupnya sendiri dan umat manusia di dunia atas dasar ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu diperlukan penyeimbangan antara ilmu dunia dan akhirat, harus berdampingan. Karena apabila ilmu duniawi tidak didampingi ilmu akhirat maka akan menjadi liar dan bahkan mugkin tidak berguna.

Untuk memperbaiki tradisi keilmuan maka perlu juga menghindari atau meminimalisir segala bentuk pembahasan dan perdebatan yang tidak perlu, yang tidak berguna dalam hal studi Islam, karena perbedaan dan segala bentuknya adalah rahmat Allah, dan semuanya menampilkan keindahan Islam. Umat Islam sendiri perlu mengadakan perubahan sikap mental, dengan menghapuskan dikotomi. Dengan begitu terbuka kemungkinan umat Islam akan kembali memainkan peranan yang berarti di seluruh bidang atau cabang ilmu pengetahuan seperti sediakala, dan kebangkitan Islam akan jadi kenyataan. Mempelajari ilmu syari’atadalah

(24)

fard}u ‘ain, sedangkan ilmu-ilmu yang lain seperti sains, ekonomi dan sebagainya yang berguna untuk kemaslahatan umat adalah fard}u kifa>yah. C. Kontribusi Dunia Islam dalam Klasifikasi Ilmu, Kelembagaan,

Ilmuan Muslim dan Karya/Penemuan Ilmiah

1. Kontribusi Dunia Islam Dalam Klasifikasi Ilmu

Pada abad pertengahan, Islam mengalami masa kejayaan. Kejayaan tersebut salah satunya tercermin dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan pada masa itu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan yang ada telah mendorong beberapa ulama muslim untuk membuat struktur klasifikasi keilmuan. Klasifikasi tersebut tidak hanya dilakukan oleh perseorangan saja, tetapi juga dilakukan secara berkelompok seperti yang telah dilakukan oleh organisasi Ikhwan Ash Shafa. Dengan mengkaji sejarah klasifikasi ilmu pengetahuan oleh para ulama muslim diharapkan mampu memberikan informasi mengenai bagaimana kondisi keilmuan pada masa tersebut.hadits tentang kewajiban menuntut ilmu dari lahir sampai liang lahat, perintah untuk mengajarkan ilmu meskipun hanya satu ayat, dan masih banyak hadits lainnya yang berkaitan tentang masalah ilmu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya, ilmu pengetahuan dalam agama Islam telah dikenal sejak Islam diturunkan di muka bumi.Terkait dengan masalah ilmu pengetahuan, untuk memudahkan para pencari ilmu, maka perlu dilakukan pengelompokan-pengelompokan ilmu pengetahuan, yang kemudian Disebut dengan klasifikasi ilmu pengetahuan. Klasifikasi ilmu sendiri dilakukan untuk membagi ilmu pengetahuan yang ada menjadi beberapa bagian. Hal ini dikarenakan, dalam perkembangannya, berbagai ilmu pengetahuan baru telah muncul sebagai turunan dari ilmu-ilmu yang sudah ada.

Menurut Fiqru Mafar (Fistiyanti, 2017) yang dikutip oleh Aristoteles mengatakan bahwa telah mengklasifi kasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kelompok. Pertama,ilmu teoritis seperti ilmu rekayasa, falak, dan ilmu hisab. Kedua, ilmu amaliyah seperti ilmu akhlaq, ekonomi, dan ilmu siasat. Ketiga, ilmu produksi seperti ilmu syair, balaghah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan olehThomas Aquinas yang mengklasifi kasikan ilmu menjadi tiga bagian, yaitu ilmu mantiq, ilmu teoritis, dan ilmu amaliah. Sedangkan Francis

(25)

Bacon mengklasifi kasikan ilmu pengetahuan ke dalam tiga kategori utama, yaitu memori (seperti ilmu sejarah), hayal (seperti ilmu syair), dan ilmu akal (seperti ilmu filsafat).

2. Kontribusi Dunia Islam Dalam Kelembagaan

Perkembangan lembaga pendidikan Islam, sebagaimana yang akan disampaikan dalam disertasi ini dari masa ke masa mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Perkembangan itu ditandai dengan adaptasi dan inovasi tiada henti dari berbagai aspek menyesuaikan diri dengan tantangan dan kebutuhan zamannya. Pergumulan lembaga pendidikan Islam mengalami berbagai problematika dalam menghadapi perubahan dan kemajuan zaman sehingga dapat membantu membangun jati dirinya sebagai lembaga pendidikan yang kokoh dan mengakar pada tradisi masyarakat di mana ia berada dan dilahirkan. Lembaga pendidikan Islam di Indonesia dalam mengemban misinya, khususnya pondok pesantren terus bergulat di pentas sejarah mengaktualisasi diri dengan proses evolusi dan inovasi, menyeimbangkan eksistensinya dengan modernitas yang terjadi dari waktu ke waktu. Walaupun tidak dipungkiri bahwa masih ada sebagian kecil pondok pesantren yang konsisten pada bidang garapan dakwah dan pelestarian tradisi salaf (tradisional) dengan kajian kutub at turast (kitab kuning), fokus pada kajian ilmuilmu agama (ke-akhiratan) seperti tasawuf, fiqih, tauhid, tajwid, al-Qur’an berikut tafsirnya, ilmu mantiq dan lainya,serta menutup mata terhadap kemajuan dan kompleksitas tantangan global, di mana generasi kita akan hidup di dalamnya. Padahal Rasulullah mengajarkan dalam hadist yang artinya: “Bekerjalah dalam urusan duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya, dan bekerjalah untuk urusan akhiratmu seakan-akan kamu mati besok” Allah Swt pun menuntun umat-Nya agar senantiasa memanjatkan doa dengan kalimat yang mengintegrasikan antara dunia dan akhirat, dalam firman-Nya QS. AlBaqarah [2] ayat 201. Ayat dan hadist diatas seakan ingin memberikan penjelasan bahwa kehidupan dunia dan akhirat adalah tujuan kehidupan manusia, meliputi tujuan jangka pendek, menengah dan panjang. Islam juga memberikan pesan yang jelas mengenai pentingnya keseimbangan hidup antara pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani. Sebagaimana firman Allah Swt dalam al-Qur’an surat al-Qashas [2] ayat 77.

(26)

Menurut Biltiser Bachtiar Manti dkk (Manti et al., 2016) Bertitik tolak dari konsep diatas, pondok pesantren memerankan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang fleksibel, dinamis dan terbuka terhadap perubahan yang mengarah pada kemanfaatan peningkatan keilmuan, tanpa harus meninggalkan tradisi kajian kitab kuningnya. Menyongsong gelombang kehidupan modern ini, pondok pesantren perlu melakukan diversifikasi keilmuan khusus atau keahlian praktis, seperti kewirausahaan, pertanian, industri, keterampilan dan penguasaan teknologi tepat guna, agar alumni pondok pesantren dapat berdaya guna serta berdaya saing dalam percaturan kehidupan politik, birokrasi, enterpreuneurship dan profesi.

3. Kontribusi Dunia Islam Dalam Ilmuan Muslim dan Karya/Penemuan Ilmiah

Menurut Fiqru Mafar (Fistiyanti, 2017) Terdapat beberapa Ilmuan Muslim Serta Karya/Penemuan Ilmiah dalam kontribusi Dunia Islam antara Lain:

1. Jabir Ibnu Hayyan

Riwayat Hidup Jabir Ibnu Hayyan

Pemilik nama lengkap Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan ini lebih dikenal dengan nama Geber di dunia Barat. Ia dilahirkan di Kuffah, Irak pada tahun 750 M (sampai 803 M). Jabir dikenal sebagai ahli kimia yang ia dapat setelah berguru kepada Barmaki Vizier pada masa pemerintahan Harun ar Rasyid di Baghdad. Di Baghdad ia mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap eksperimen dapat

Direproduksi kembali. Pada bidang ini, dialah penemu Hukum Perbandingan Tetap. Selain itu, dia juga berkontsribusi dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses tersebut.

Karya-karya Jabir Ibnu Hayyan

Sebagai ahli kimia, Jabir telah menelurkan banyak karya. Bahkan, diantara beberapa karyanya tersebut ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Beberapa karya Jabir yang tercatat antara lain:

1. Kitab Al-Kimya (diterjemahkan ke Inggris menjadi The Book of the Composition of Alchemy)

(27)

3. Kitab Al Rahmah 4. Al Tajmi

5. Al Zilaq al Sharqi 6. Book of The Kingdom 7. Book of Eastern Mercury 8. Book of Balance (NN, 2012).

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut Jabir Ibnu Hayyan

Jabir Ibnu Hayyan merupakan ulama pertama yang melakukan klasifi kasi ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Namun, sampai saat ini. Menurutnya, klasifikasi tersebut tidak tercatat. Hal ini menyebabkan klasifikasi ilmu pengetahuan menurut Jabir tidak dapat diketahui oleh

generasi berikutnya. Dari hasil penelusuran penulis, diperoleh informasi bahwa Jabir Ibnu Hayyan membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian, yaitu ilmu Agama dan ilmu Dunia.

Ilmu Agama terdiri dari ilmu Syar’iyyan dan ilmu ‘aqliyan. Selanjutnya, ilmu ‘aqliyan dibagi lagi menjadi ilmu hurûf dan ilmu ma’ani. Selanjutnya ilmu huruf dibagi lagi menjadi ilmu Thabi’i dan ilmu Ruhani. Ilmu Thabi’i dibagi menjadi empat bagian, yaitu Panas, Dingin, Kering dan Lembab. Ilmu yang bersifat Ruhani dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu ilmu Nûrâni dan Zhulmânîy. Sementara itu, ilmu Ma_ânî dibagi juga menjadi 2 bagian yaitu ilmu yang bersifat Falsafi yan dan ilmu Ilâhiyan. Sedangkan ilmu Syar’iyyan terbagi menjadi ilmu-ilmu yang Zâahiran dan Bâthinan. Sementara itu, ilmu Dunia juga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu ilmu Syarifan dan Wadh’iyan (Buatan).

2. Al-Kindi

Riwayat Hidup Al-Kindi

Abu Yusuf Ya’qab ibn Ishaq al-Kindi merupakan filusuf muslim yang hidup pada 252-260 H/866-873 M. Ia dilahirkan di Irak dari suku Kindah. Al-Kindi banyak menghabiskan hidupnya di Basrah,namun meninggal di Baghdad. Sebagai filusuf kenamaan, dia banyak menulis karya dalam berbagai bidang, seperti geometri, astronomi,astrologi, aritmatika, musik (yang di bangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika, medis, psikologi, meteorologi, dan politik. Pemikiran Al-Kindi banyak dipengaruhi oleh

(28)

pemikiran filusuf Yunani seperti Plato dan Aristoteles.Prestasi terbesar Al-Kindi adalah mendorong penerjemahan teks Yunani. Selain itu, dia berusaha untuk membudidayakan filsafat agar bisa berkembang dalam masyarakat Islam sehingga dikenal sebagai Bapak Filusuf Islam. Hal ini sebagaimana pernah ia ungkapkan dalam karya Fi mahiya al-Naum wa al-ru’ya. Dalam karya tersebut, dia mengungkapkan bahwa mimpi jembatan antara spiritual dan fi sik dunia.

Karya-karya Al-Kindi

Karya Al-Kindi terbagi ke dalam beberapa bidang, antara lain fi lsafat, logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, dialektika, psikologi, politik dan meteorologi.

Namun sayang, begitu dia wafat, karya-karyanya banyak yang hilang. Para sejarawan berpendapat bahwa salah satu penyebab hilangnya karya-karya filusuf kenamaan tersebut adalah hancurnya kota Baghdad akibat serangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Beberapa karya Al-Kindi antara lain:

1. Fi mahiya al-Naum wa al-ru’ya 2. Fi Istikhraj al-Mu’amma

3. al-Falsafah al-Ula f i m a d una ath-Thabi’iyyah wa at-Tawhid 4. Tanjim Ikhtiya-rat al-Ayyam

5. Ilahyat-e-Aristu 6. al-Mosiqa 7. Mad-o-Jazr

8. Aduiyah Murakkaba 9. dan Al-Kubra fi al-Ta’lif.

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan menurut AlKindi

Dalam klasifi kasi ilmu pengetahuan, Al-Kindi membagi ilmu pengetahuan ke dalam dua kelompok besar, yaitu ilmu agama dan ilmu dunia. Selanjutnya, Al-Kindi berpendapat bahwa ilmu pengetahuan tersebut terbagi lagi menjadi tiga golongan yaitu ilmu teori, ilmu praktis, dan ilmu produksi. Pemikiran Al-Kindi tentang ilmu pengetahuan ini banyak dipengaruhi oleh filsafat Yunani, Aristoteles.

(29)

3. Al-Farabi

Riwayat Hidup Al-Farabi

Sebagai seorang fi lusuf muslim, Al-Farabi dikenal sebagai penerus teori-teori yang dikeluarkan oleh Al-Kindi. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad al-Farabi. Ia dilahirkan di Wasij, suatu desa di Farab (Transoxania) pada tahun 870 M. Ia lebih dikenal dengan sebutan Abu Nasr. Ayahnya adalah Muhammad Auzlagh merupakan seorang panglima perang Persia yang menetap di Damsyik. Sedangkan ibunya berasal dari Turki. Pendidikan dasarnya ialah keagamaan dan bahasa, ia mempelajari fikih, hadis, dan tafsir al-Qur’an. Ia juga mempalajari bahasa Arab, Turki dan Persia. Pada tahap selanjutnya, Al-Farabi melanjutkan pendidikannya di Baghdad dan bertemu dengan para filusuf dan penerjemah. Dari sinilah dia mulai tertarik pada logika dan kemudian belajar kepada Abu Bisyr Matta Ibnu Yunus. Pada tahun-tahun berikutnya dia menjalani kehidupannya di Damaskus sebagai Ulama Istana. Namun, bukan di tengah kota tempat yang ia sukai. Sebuah kebun yang terletak di pinggiran kota adalah tempat yang paling ia sukai. Ditempat inilah kemudian Al-Farabi banyak menghasilkan karya-karya terutama tentang filsafat. Banyaknya karya tentang penyelidikan filsafat secara mendalam, terutama tentang filsafat Plato dan Aristoteles, Al-Farabi juga dikenal dengan sebutan Mu’alim Tsani (Guru Kedua). Dimana Guru Pertamanya itu adalah Aristoteles.

Karya-karya Al-Farabi

Al-Farabi telah banyak menulis berbagai karya tulis, terutama di bidang logika. Beberapa

karyanya yang terkenal antara lain:

1. Maqalah fi Aghradhi ma Ba’da al-Thabi’ah 2. Ihsha’ al-Ulum

3. Kitab Ara’ Ahl al-Madinah al-Fadhilah 4. Kitab Tahshil al-Sa’adah

5. ‘U’yun al-Masa’il 6. Risalah fi al-Aql

7. Kitab al-Jami’ bain Ra’y al-Hakimain : al-Afl a-tun wa Aristhu 8. Risalah fi Masail Mutafariqah

(30)

10. Risalah fi Itsbat al-Mufaraqat

Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut AlFarabi

Dalam dua karyanya (Tanbih ‘ala Sa’adah dan Ihsa’ al-‘Ulum) Al-Farabi membagi ilmu pengetahuan ke dalam lima kelompok besar. Dalam literatur lain, disebutkan bahwa Al-Farabi telah membagi ilmu pengetahuan ke dalam tujuh kelompok besar, yaitu logika, percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqih (hukum). Ilmu logika dibagi ke dalam delapan bagian, diawali dengan kategori dan diakhiri dengan syair. Ilmu percakapan dibagi lagi ke dalam tujuh bagian, seperti bahasa, gramatika, sintaksis, syair, menulis, dan membaca. Bahasa dalam ilmu percakapan terdiri dari ilmu kalimat mufrad, preposisi, aturan penulisan yang benar, aturan membaca dengan benar, dan aturan mengenai syair yang baik. Matematika dibagi dalam tujuh bagian. Fisika (ilmu kealaman) dibagi menjadi delapan bagian. Metafisika dibagi dalam dua bahasan, bahasan pertama mengenai pengetahuan tentang makhluk dan bahasan kedua mengenai filsafat ilmu. Politik dikatakan sebagai bagian dari ilmu sipil dan menjurus pada etika dan politika. Ilmu agama dibagi dalam ilmu fiqih dan imu ketuhanan/kalam (teologi).

4. Ibnu Nadhim

Riwayat Hidup Ibnu Nadhim

Muhammad Ibnu Ishaq an-Nadhim berasal dari Baghdad, Iraq. Kecintaannya terhadap buku mungkin menurun dari jejak sang ayah yang juga ahli bibliografi. Kata “Al-Nadhim” merupakan gelar yang melekat pada dirinya yang berarti “sahabat orang-orang terkemuka”. Dalam masa belajaranya, Ibnu Nadhim telah berguru kepada para ulama terkemuka seperti Al-Sirafi , Al-Munajin, Abu Sulayman alMantiqi, dan lain-lain. Dia juga hidup di lingkungan Bani al-Jarrah yang mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai macam ilmu pengetahuan seperti ilmu logika dan ilmu pengetahuan umum baik yang berasal dari Yunani, Persia, juga India. Hal inilah yang membuatnya tertarik terhadap berbagai ilmu pengetahuan. Ia juga dikenal sebagai penjual buku. Ibnu Nadhim wafat pada tahun 385 H/995 M. Sebagai seorang ilmuwan, Ibnu Nadhim lebih dikenal sebagai seorang bibliografer.

(31)

Karya-karya Ibnu Nadhim

Tidak dapat dipungkiri, keterkenalan Ibnu Nadhim tidak akan terlepas dari kitab Fihrist. Kitab yang juga dikenal dengan nama Index of Nadhim ini berisi bibliografi karya bangsa Arab maupun bangsa non Arab yang ditulis dalam bahasa arab. Karya Ibnu Nadhim lain yang terkenal adalah Al-Ausaf waTasybihaat.

Klasifikasi Ilmu menurut Ibnu Nadhim

Dalam kitabnya yang terkenal, Fihrist, Ibnu Nadhim membagi ilmu pengetahuan ke dalam sepuluh kategori sebagai berikut :

1. Bahasa dari berbagai bangsa, baik Arab maupun non Arab, karakteristik tulisan, keanekaragaman tulisan, dan lain-lain.

2. Tata bahasa dan fi lologi. 3. Sejarah, biografi , dan silsilah. 4. Puisi dan penyair.

5. Filsafat dan cendikiawan skolastik. 6. Hukum, ahli fi qh, dan ahli hadits. 7. Filsafat dan ilmu pengetahuan kuno.

8. Legenda, dongeng, guna-guna, sihir, dan sulap. 9. Sekte dan kepercayaan.

10. Pembicaraan mengenai ahli kimia dan para pencari peninggalan para fi lusuf di antara para filusuf kuno dan modern serta nama buku-bukunya.

5. Al-Ghazali

Riwayat Hidup Al-Ghazali

Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali adalah pemikir yang muncul pasca puncak kemajuan Islam. Beliau lahir pada 450 H/1058 M, di desa Thus, Khurasan, Iran. Pada masa kecil, beliau berguru agama kepada Ahmad Bin Muhammad Razkafi ,seorang ulama setempat. Setelah itu, beliau pergi ke Jurjan untuk belajar kepada Abu Nasr Ismaili. Setelah belajar di Jurjan, Ghazali melanjutkan pendidikannya di Naisabur untuk belajar kepada Al-Juwainy yang dikenal juga dengan sebutan Imamul Haramain. Ilmu yang dipelajari darinya adalah ilmu kalam, ilmu ushul, madzhab fi qh, retorika, logika, tasawuf, dan filsafat. Setelah wafatnya Al-Juwainy, Al-Ghazali pergi ke Mu’askar. Di tempat itu, Al-Ghazali sering berbincang dengan para ulama.

(32)

Dari perbincangan tersebut, di kemudian hari, nama Al-Ghazali kemudian dikenal dan diunggulkan oleh para ulama di sana.

Karya-karya Al-Ghazali

Sebagai ulama yang produktif, Al-Ghazali telah menghasilkan banyak sekali karya. Karya-karyanya banyak membicarakan tentang filsafat, akhlak, tasawuf, keagamaan, metafisika dan fiqih. Berikut beberapa karya Al-Ghazali yang telah dikenal oleh masyarakat luas, antara lain :

1. Al-Ma’arif al Aqliyyah Wa al-Hikmah al-Ilahiyyah,

karya Al-Ghazâli ini hanya berupa naskah yang terdapat di dua perpustakaan yaitu Paris dan Oxford.

2. Maqashid al-Falsafah, buku ini dikarang oleh al-Ghazâli sebagai pendahuluan buku alTahafut.

3. Taháfut al-Falasifah,

4. Al-Munqidz min al-Dhalal, karya tulis al-Ghazâli ditulis pada tahun 501-502 H.29 ketika dia menetap kedua kalinya di Naisabür.

5. Al-Madhnun bih ‘ala Ghair Ahli,

6. Fátihah al-Ulum, karya ini berupa naskah tulisan tangan (naskhah khaththiyya). tersimpan

di perpustakaan Paris.

7. Haqaiq al-‘Ulum, karya dalam bentuk naskah yang juga tersimpan di perpustakaan paris.

8. Maqásyifah al-Qulub al- Matrahbah ila ‘Allam Ghuyub. 9. Mi’yár al- ‘Ilm,

10. Minhaj aI-Nazhr,

11. Ma’árij al-Quds fi Madárij Ma’rifah al-Nafs. 12. Jam al-Haqaiq fi Tajrad al-‘a’laiq,

13. Ihyá ‘Ulumu al-Din, karya terbesar al-Ghazâli yang ditulis pada tahun 489 dan 495 H., buku ini memuat ide sentral A1-Ghazili menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama Islam, seperti logika, akhlak, tasawuf, dan sebagainya. Buku ini mempunyai syarah yang banyak

antara lain : Ittahaf Sadat Muttawin (13 Jilid), Taj Qashidin (Ibn al-Jauzih) Ruj alIhya’(Ibn.Yunus).

(33)

15. Kitab Mizan al-’Amal, karangan al-Ghazâli ditulis di Bagdad, sebelum memasuki dunia tasawuf, buku itu merupakan pelengkap untuk menjelaskan pengertian yang ada di dalam Ihya’ kurang jelas.

16. A1-Qisthas al-Mustaqim, 17. Kitab al-Sa’adah,

18. Kitan Ayyuha al- Walad,

19. Kitab al-Madkhul Fi iImi Ushul, (kitab pilihan tentang Ushul Fiqh), 20. Kitab al-Mustashfa min ‘Ilm al-Ushul (tempat pembersihan dan Ilmu Ushul Fiqh), merupakan kitab Ushul Ghazâli yang pendahuluannya memuat tentang pembahasan logika.

Dia menegaskan bahwa barang siapa yang tidak menguasai logika, maka pengetahuannya belum terpercaya.

Klasifikasi Ilmu Menurut Al-Ghazali

Sebagai sesorang pemikir, Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu berdasarkan tingkat kewajibannya, berdasarkan sumbernya, dan berdasarkan fungsi sosial. Berdasarkan tingkat kewajibannya, ilmu dibagi menjadi ilmu yang dibutuhkan oleh masing-masing individu dan ilmu yang dibutuhkan oleh jamaah (masyarakat umum).

Berdasarkan sumbernya, ilmu manzilat dan ilmu ghoiru manzilat. Sedangkan berdasarkan fungsi sosialnya, ilmu dibagi menjadi ilmu terpuji dan ilmu tercela. Dalam literatur lain, Al-Ghazali membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga klasifi kasi utama, yaitu secara Epistemologis, Ontologis, dan Aksiologis. Secara epistemologis, ilmu dikategorikan menjadi syar’iyyah dan ghoiru syar’iyyah (aqliyah). Ilmu syar’iyyah adalah ilmu yang diperoleh dari para Nabi. Ilmu-ilmu yang masuk ke dalam kategori ini adalah ilmu ushul, ilmu furu’, ilmu muqaddimah, dan ilmu penyempurna. Ilmu ushul meliputi Kitabullah, sunnah rasul, ijma’ ummat, dan peninggalan para sahabat (sejarah awal Islam). Ilmu furu’ meliputi ilmu yang berhubungan dengan kehidupan duniawi seperti fiqh dan ma’rifat. Ilmu muqaddimah meliputi ilmu bahasa dan tata bahasa Arab. Sedangkan ilmu penyempurna meliputi ilmu yang berkenaan dengan al-Qur’an seperti qiraah dan tafsir.

(34)

6. Ibnu Khaldun

Riwayat Hidup Ibnu Khaldun

Wali ad-Din Abu Zaid ar-Rahman bin Muhammad Ibnu Khaldun al-Hadrami al-Ishbili lahir di Tunisia pada 723 H/1332 M. Beliau berasal dari keluarga yang memiliki garis keturunan dari Hadramaut (Yaman) yang bermigrasi ke Seville (Spanyol) pada abad ke-8 M. Sebagai ilmuwan besar, beliau dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alquran sejak usia dini. Pelajaran pertamanya diperoleh dari ayahnya sendiri. Kepada ayahnya, dia belajar menghafal Al-Qur’an dan ilmu tajwid. Selain itu, dia juga belajar kepada beberapa ulama Andalusia yang hijrah ke Tunisia. Guru-guru yang paling berpengaruh terhadap pembentukannya dalam bidang syariat, bahasa dan filsafat adalah Muhammad bin Abdullah Muhaimin bin Abdil Al-Hadrami, ia seorang Muhadditsin dan Ahli Nahwu di Maghriby. Kemudian Abu Abdillah Muhammad bin Ibrahim Al-Abily (1282-1356M), Muhammad bin Muhammad al-Hadrami (1277-1348M) dalam bidang ilmu rasional yang bisa kita sebut filsafat, ilmu falak, teologi, logika, ilmu-ilmu kealaman, matematika, astronomi dan musik. Selain itu, dalam bidang bahasa gurunya Abdullah Muhammad ibnu al-A’rabi al-Husairi, Abu al-Abas Ahmad bin al-Qashar, dan Abu Abdillah Muhammad bin Bahr. Dalam bidang ilmu Hadits Ibnu Khaldun belajar pada Syamsuddin Abu Abdillah al-Wadiyasyi (1274-1348M), dalam bidang Fiqih Abu Abdillah Muhammad alJayyani, Muhammad Qashar dan Muhammad bin ‘Abd Salam al-Hawwari (1277-1348 M).

Karya-karya Ibnu Khaldun

Sebagai ulama, dia telah menulis banyak sekali karya terkenal. Di bawah ini ditampilkan beberapa karya yang beliau hasilkan

1. Al-Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyamim al-’Arab wa al-’Ajam wa al-Barbar wa Man ‘Asharahum min Dzawi al-Shultan al- Akbar. (Kitab contoh-contoh dan rekaman Mengenai asal-usul dan peristiwa hari-hari Arab, Persia, Barbar, dan orang-orang sezaman dengan mereka yang memiliki kekuatan besar). Oleh karenanya judulnya sangatlah panjang. 2. Muqaddimah. kitab ini merupakan magnumopus-nya Ibnu Khaldun yang topiknya terbagi kedalam 6 fasal besar, yaitu ilmu sosiologi umum, sosiologi

Referensi

Dokumen terkait