• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR PRODUKSI YANG MEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS FAKTOR FAKTOR PRODUKSI YANG MEM"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Page 1 ANALISIS FAKTOR –FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI KUANTITAS OUTPUT PADA INDUSTRI SELANG DAN PIPA PLASTIK DI

INDONESIA TAHUN 2010 Jaka Pratama

ABSTRAK

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis faktor-faktor input produksi yang

dapat mempengaruhi tingkat produksi pada industri pipa dan selang dari plastik di Indonesia

pada tahun 2010. Faktor-faktor produksi yang dimaksud antara lain adalah jumlah tenaga

kerja, bahan baku, dan mesin yang digunakan dalam proses produksi. Data yang digunakan

pada penelitian ini adalah data sekunder berupa hasil Survei Industri Besar Sedang tahun

2010 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Dari hasil survei tersebut, terdapat 53

perusahaan berskala besar-sedang yang menggeluti bidang industri pipa dan selang plastik.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda atau Multiple

Regression yang menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas. Pembentukan

model dilakukan dengan menguji tingkat signifikansi variabel baik secara parsial maupun

keseluruhan. Hasil dari penelitian ini adalah faktor produksi yang paling dominan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat produksi adalah jumlah bahan

baku yang digunakan. Namun secara keseluruhan/ simultan ketiga variabel tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat produksi pada industri pipa dan selang dari

plastik.

(2)

Page 2 1. PENDAHULUAN

Tak dapat dipungkiri bahwa sektor industri memiliki peranan yang sangat vital dalam

perekonomian suatu negara, termasuk di Indonesia. Dari tahun ke tahun, kontribusi sektor

industri pengolahan terhadap pembentukan PDB semakin besar. Selain itu, berkembangnya

industri mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas. Pada tahun 2004, sektor

industri pengolahan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar mencapai 11 juta orang.

Kesempatan kerja memang sangat identik dengan sasaran pembangunan khususnya

pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang komprehensif dalam

membangun sektor industri agar dapat dijadikan leading sector di Indonesia.

Untuk mengoptimalkan peranan sektor industri dalam pembangunan perekonomian di

Indonesia, maka produksi dari industri tersebut harus ditingkatkan pula, khususnya industri

bahan pipa dan selang plastik. Produk yang dihasilkan oleh industri pipa dan selang plastik

banyak digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari industri besar misalnya pada instalasi

pengolahan limbah industri, hingga pemakaian dalam skala rumah tangga seperti penggunaan

selang dan pipa plastik. Jadi dapat dikatakan bahwa industri pipa dan selang adalah salah satu

penunjang kelancaran bisnis industri di Indonesia.

Pentingnya peranan dan sumbangan sektor industri, khususnya industri pipa dan

selang plastik, maka industri tersebut harus meningkatkan produksinya dengan

strategi-strategi tertentu yang telah ditetapkan. Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini

adalah seberapa besar pengaruh tenaga kerja, bahan baku, dan mesin terhadap produksi pada

industri pipa dan selang plastik serta input yang signifikan dalam mempengaruhi besaran

kuantitas produksi.

2. TEORI

2.1.1. Industri Pipa dan Selang Dari Plastik

Menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian, yang menyebutkan

bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang

setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk

penggunaannya, termasuk kegiatan rancangan dan perekayasaan industri. Pengertian industri

juga meliputi semua perusahaan yang mempunyai kegiatan tertentu dalam mengubah secara

(3)

Page 3 Dari pengertian di atas maka industri mencakup segala kegiatan produksi yang

memproses pembuatan bahan-bahan mentah menjadi bahan-bahan setengah jadi maupun

barang jadi atau kegiatan yang bisa mengubah keadaan barang dari suatu tingkat tertentu ke

tingkat yang lain, kearah peningkatan nilai atau daya guna yang berguna untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Industri sebagai suatu sistem terdiri dari unsur fisik dan unsur

perilaku manusia. Unsur fisik yang mendukung proses industri adalah komponen tempat

meliputi pula kondisinya, peralatan, bahan mentah/bahan baku, dan beberapa hal yang

memerlukan sumber energi. Sedangkan unsur perilaku manusia meliputi komponen tenaga

kerja, ketrampilan, tradisi, transportasi, dan komunikasi, serta kpeadaan pasar dan politik

(Dumairy, 1998).

Badan Pusat Statistik Indonesia menggolongkan industri dalam empat kriteria yaitu:

1. Industri besar menggunakan tenaga kerja mencapai 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang menggunakan tenaga kerja mencapai 20-99 orang.

3. Industri kecil menggunakan tenaga kerja 5-19 orang.

4. Industri rumah tangga menggunakan tenaga kerja mencapai 1-4 orang.

2.1.2. Definisi Produksi

Menurut Lipsey (1995), produksi merupakan semua kegiatan untuk menciptakan dan

menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi

yang tersedia. Sedangkan faktor produksi adalah sumber-sumber ekonomi yang harus diolah

oleh perusahaan untuk dijadikan barang atau jasa untuk kepuasan konsumen dan sekaligus

memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Beattie dan Taylor (1994) produksi

adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatan-kekuatan (input,

faktor, sumberdaya, atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan suatu barang atau jasa.

Menurut Joesron dan Suhartati, produksi merupakan hasil akhir dari proses atau

aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan input. Dengan pengertian ini

dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasikan berbagai input dan

masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan Output tersebut

(4)

Page 4 Meskipun dalam proses produksi terdapat banyak faktor produksi yang digunakan,

tetapi tidak semua faktor produksi tersebut digunakan dalam analisis fungsi produksi. Hal ini

tergantung dari penting tidaknya pengaruh faktor produksi terhadap hasil produksi.

Pada kegiatan produksi dikenal istilah nilai output dan biaya input. Nilai output dalam

industri pipa dan selang dari plastik merupakan penjumlahan nilai dari barang dan jasa yang

dihasilkan sendiri maupun yang diberikan kepada pihak lain ditambah keuntungan dari

barang yang dijual kembali dan penerimaan lain dari jasa non industri serta selisih nilai stok

barang setengah jadi. Biaya input dalam industri pipa dan selang dari plastik meliputi semua

biaya yang dipakai untuk memproduksi suatu barang seperti bahan baku dan penolong, bahan

bakar, tenaga listrik dan gas, sewa gedung, mesin dan alat-alat, serta pengeluaran lainnya

berupa jasa industri maupun non industri (BPS, 2009).

2.1.3. Modal

Sejumlah dana atau modal merupakan sumber daya pokok yang wajib terpenuhi dari

suatu usaha. Faktor modal juga salah satu penyebab timbulnya kendala terhadap pertumbuhan

dan perkembangan sektor industri kerajinan ini. Apabila dana dimiliki dan digunakan dengan

baik maka perusahaan / industri diharapkan dapat menjalankan usah secara continue dan

berkembang sesuai target dengan yang ditetapkan. Penggunaan dana ditinjau dari segi

kebutuhannya dikenal dengan dua maca yaitu : kebutuhan dana jangkan panjang dan

kebutuhan dana jangka pendek (Marlina :1990)

Kegiatan dana jangka menengah atau panjang dikenal dengan istilah modal tetap yang

terutama diperlukan untuk memproduksi dan mendistribusikan hasil produksi. Besar kecilnya

tergantung dari ukuran usaha dan bidang usaha yang dikelola. Dan jangka pendek

dipergunakan oleh perusahaan untuk membiayai perputaran dalam jangka kurun waktu satu

bulan sampai dengan satu tahun dan jumlahnya dapat berubah-ubah. Dana jangka pendek

(5)

Page 5 2.1.4. Tenaga Kerja

Menurut Badan Pusat Statistik pengertian tenaga kerja adalah penduduk usia 15 tahun

ke atas yang sedang bekerja , yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja,

seseorang yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan dikategorikan

bekerja. Sedangkan bukan tenaga kerja digolongkan sebagai penduduk berusia 15 tahun ke

atas tetapi tidak termasuk dalam tenaga kerja adalah mereka yang bersekolah , ibu rumah

tangga, dan lainnya.

2.2. Kerangka Pikir

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada penelitian ini, ditujukan untuk mengamati ada tidaknya pengaruh antara jumlah

tenaga kerja, jumlah bahan baku, dan mesin yang digunakan dalam proses produksi terhadap

tingkat produksi atau output yang dihasilkan pada industri kimia dasar organik yang

menghasilkan bahan kimia khusus. Diharapkan ketiga variabel tersebut memiliki pengaruh

yang positif terhadap tingkat produksi. Tenaga Kerja

Mesin

(6)

Page 6 2.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi yang paling sering digunakan dalam penelitian-penelitian tentang

produksi adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas diperkenalkan

oleh C.W.Cobb dan P.H.Douglas pada tahun 1928. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu

fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu

disebut dengan variabel dependen (yang dijelaskan/Y), dan yang lain disebut variabel

independen (yang menjelaskan/X). (Soekarwati,1993).

Beberapa alasan praktis dalam menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas, yaitu:

1. Bentuk fungsi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah penerapannya

2. Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil (return to

scale).

3. Koefisien-koefisien fungsi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas

produksi dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam

fungsi produksi Cobb-Douglas tersebut

4. Koefisien intersep dari fungsi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi produksi

yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan

output dari 6actor yang sedang dikaji tersebut.

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau

lebih variabel; variabel yang satu disebut sebagai variabel dependen, yaitu variabel yang

dijelaskan (Y), dan yang lain disebut sebagai variabel independen, yaitu variabel yang

menjelaskan (X) (Soekartawi, 1993). Di dalam penelitian ini model yang digunakan adalah

fungsi produksi Douglas dimana secara matematis persamaan fungsi produksi

Cobb-Douglas dapat dirumuskan sebagai berikut:

...(1)

Sebelum data dapat diolah dan dianalisis lebih lanjut, data-data yang diperoleh harus

terlebih dulu ditransformasikan ke dalam bentuk Logaritma Natural (Ln). Hasil transformasi

(7)

Page 7

...(2)

Dimana:

Y=variabel yang dijelaskan

X=variabel yang menjelaskan A’=intersep

bi=besaran yang akan diduga

u=kesalahan (disturbance term) , dan

e=logaritma natural, e= 2.1782

2.4.Skala Hasil Usaha (Return to Scale)

Menurut Nicholson (1995), konsep skala hasil usaha (return to scale) menjelaskan

suatu keadaan dimana output meningkat sebagai respon adanya kenaikan yang proporsional

dari seluruh input. Konsep skala hasil usaha ini memiliki tiga kemungkinan keadaan.

Pertama, sebuah fungsi produksi dikatakan menunjukkan skala hasil konstan (constant return

to scale) jika peningkatan seluruh input sebanyak dua kali lipat berakibat pada peningkatan

output sebanyak dua kali lipat juga.

Kedua, jika penggandaan seluruh input menghasilkan output yang kurang dari dua

kali lipat penambahan input-input produksi, maka fungsi produksi tersebut menunjukkan

skala hasil yang menurun (decreasing return to scale). Ketiga, jika penggandaan seluruh

input menghasilkan output lebih dari dua kali lipatnya, maka fungsi produksi mengalami

skala hasil yang meningkat (increasing return to scale).

Konsep skala hasil usaha (return to scale) suatu industri perlu dilakukan untuk

mengetahui apakah industri tersebut mempunyai konsep atau kaidah increasing, constant

atau decreasing return to scale. Jika jumlah parameter peubah bebas dari fungsi produksi

Cobb-Douglas dilambangkan dengan ∑ skala hasil usaha dapat dibedakan menjadi tiga,

yaitu (Soekartawi, 1993):

1. Jika ∑ , maka skala hasil usaha berada pada kondisi increasing return to

scale yang berarti laju pertambahan produksi lebih besar dari laju pertambahan

(8)

Page 8 2. Jika ∑ , maka skala hasil usaha berada pada kondisi constant return to

scale yang berarti laju pertambahan input produksi sama dengan laju pertambahan

outputnya.

3. Jika ∑ , maka skala hasil usaha berada pada kondisi decreasing return to

scale yang berarti setiap jumlah input yang ditambahkan ke dalam proses produksi

hanya akan menghasilkan jumlah output yang lebih kecil daripada penambahan

jumlah input.

Data yang dipakai mempunyai limitasi yang penting dalam penggunaan fungsi

cobb-douglas antara lain :

1. Data harga yang dipakai pada fungsi cobb-douglas apabila menggunakan data

cross section harus mempunyai nilai variasi yang cukup. Kenyataan data harga

input didasarkan pada harga pemerintah yang cenderung konstan dan variasinya

kecil.

2. Pengukuran data yang dilakukan agak sulit seperti upah tenaga kerja apakah upah

riil atau diluangkan.

3. Data tidak boleh ada nilai nol atau negatif karena nilai logaritma dari nol atau

negatif adalah tidak terhingga.

Fungsi produksi Cobb-Douglas sering digunakan dalam penelitian. Hal ini

dikarenakan fungsi tersebut mempunyai beberapa kelebihan. Diantaranya adalah (Wahyuni,

2007):

1. Mengurangi terjadinya heteroskedastisitas.

2. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah jika

dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain karena fungsi produksi ini dapat

dengan mudah ditransfer ke dalam bentuk linear.

3. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, koefisien pangkat dari fungsi produksi

Cobb-Douglas sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari

masing-masing faktor produksi yang digunakan terhadap output, sehingga dapat

digunakan untuk mengetahui tingkat produksi yang optimum dari pemakaian

faktor produksi.

4. Memudahkan membandingkan penelitian yang satu dengan yang lainnya yang

(9)

Page 9 5. Jumlah elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi merupakan

pendugaan terhadap skala hasil usaha dari proses produksi.

Akan Tetapi fungsi cobb douglas ini juga mempunyai kelemahan-kelemahan, antara

lain :

1. Spesifikasi variabel yang keliru, hal ini menyebabkan nilai elastisitas produksi

yang diperoleh negatif atau nilainya terlalu besar atau kecil. Spesifikasi ini akan

menimbulkan terjadinya multikolinearitas pada variabel bebas

2. Kesalahan pengukuran variabel, hal ini terjadi bila data kurang valid sehingga

menyebabkan besaran elastisitas produksi yang terlalu besar atau kecil.

3. Bias terhadap variabel manajemen. Faktor manajemen merupakan faktor penting untuk meningkatkan produksi karena berhubungan langsung dengan variabel

terikat seperti manajemen penggunaan faktor produksi yang akan mendorong

besaran elastisitas teknik dari fungsi produksi ke arah atas. Manajemen ini

berhubungan dengan pengambilan keputusan dalam pengalokasian variabel input

dan kadang sulit diukur dalam pendugaan fungsi Cobb-Douglas

4. Multikolinearitas, dalam fungsi ini sulit dihindarkan meskipun telah diusahakan agar besaran korelasi antara variabel indipenden tidak terlalu tinggi seperti

memperbaiki spesifikasi variabel yang dipakai.

2.5. Konsep elastisitas

Menurut Nicholson (2002), perubahan yang terjadi pada satu variabel menimbulkan

efek pada variabel lainnya, sedangkan kedua variabel tersebut tidak dapat diukur dalam

ukuran yang sama. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan konsep elastisitas. Di mana

persamaan kedua variabel tersebut dapat ditulis:

Y= f(K,...) ...(3)

Dari persamaan diatas, untuk mengetahui elastisitas Y terhadap K adalah :

...(4)

Elastisitas merupakan ukuran persentase perubahan suatu variabel yang disebabkan

oleh perubahan sebesar satu persen dari variabel lainnya (Soekartawi, 1993). Menurut

(10)

Page 10 pembeli dan penjual memberikan respon terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar.

Hubungan yang lain juga bisa membuktikan bahwa koefisien pangkat dari fungsi produksi

Cobb-Douglas merupakan nilai elastisitasnya. Hal ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah

ini dengan menurunkan rumus dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas pada

Persamaan 5. Contoh perhitungan yang dilakukan adalah terhadap faktor produksi bahan

baku (X1) (Sanimah, 2006).

...(5)

Maka:

Jadi, koefisien dari tenaga kerja (X1) merupakan nilai elastisitas dari tenaga kerja

(X1) dengan nilai b1 (Sanimah, 2006). Cara yang sama digunakan untuk menghitung nilai

elastisitas dari faktor produksi lainnya, maka akan diperoleh hasil yang sama yaitu nilai

koefisien pangkat dari modal menunjukkan nilai elastisitas dari bahan baku tersebut (X2)

tersebut. Demikian juga dengan faktor lainnya, seperti mesin (X3).

2.6. Nilai Tambah dan Efisiensi

Nilai tambah yang dimaksud adalah nilai tambah bruto yang disesuaikan dengan

harga pasar sebelum dikurangi pajak atau dapat juga diperoleh melalui selisih antara nilai

output dan biaya input (Sanimah, 2006).

Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai Output Biaya Input

Menurut Badan Pusat Statistik (2000), nilai output merupakan hasil penjumlahan dari

(11)

Page 11 barang yang dijual kembali, selisih nilai stock barang setengah jadi, serta penerimaan lain

dari jasa non industri. Biaya input merupakan hasil penjumlahan dari nilai bahan baku dan

penolong yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan industri kerajinan (Besar dan Sedang)

baik yang diproduksi di dalam negeri maupun yang diperoleh dari luar negeri atau impor,

nilai bahan bakar, nilai energi yang dipakai, dan nilai modal (sewa gedung, mesin dan

alat-alat lainnya).

Suatu perusahaan dalam kegiatan produksinya selalu berusaha mengefisiensikan

penggunaan faktor produksi dimana hal ini dimaksudkan untuk menciptakan efisiensi kinerja

perusahaan tersebut (Nicholson, 1995). Nilai efisiensi adalah perbandingan antara biaya input

perusahaan terhadap nilai output yang dihasilkan (Badan Pusat Statistik, 2002).

Kegiatan produksi dikatakan lebih efisien apabila dapat menghasilkan nilai output

yang lebih tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas pada tingkat biaya produksi yang

sama. Atau ketika dalam kegiatan produksi tersebut dapat melakukan penurunan biaya

produksi untuk memperoleh produk yang sama. Seorang pengusaha dapat dikatakan telah

mencapai keuntungan yang maksimum apabila telah mengkombinasikan tingkat penggunaan

input dan biaya secara optimal (Nicholson, 1995).

Berdasarkan uraian di atas akan dibuat model persamaan fungsi produksi industri

kerajinan Pipa dan selang plastik di Indonesia. Model yang akan digunakan dalam penelitian

ini adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Setelah melakukan spesifikasi dan identifikasi

model akan dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi output

produksi industri pipa dan selang plastik di Indonesia. Hasil analisis yang diperoleh

diharapkan dapat digunakan untuk seluruh pemangku kepentingan agar dapat meningkatkan

(12)

Page 12 3. METODOLOGI

3.1. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Wilayah penelitian yang dimaksud mencakup seluruh wilayah Indonesia dengan

tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi output produksi industri pipa

dan selang plastik di Indonesia, elastisitas dari masing-masing input produksi, menganalisis

skala hasil usaha, menganalisis nilai tambah dan efisiensi produksi pipa dan selang plastik.

Faktor-faktor produksi dan output industri pipa dan selang plastik yang dikaji dalam

penelitian ini dalam satuan nilai rupiah sedangkan untuk faktor produksi tenaga kerja

menggunakan satuan orang. Faktor produksi bahan baku yang terdiri atas bahan baku dalam

satuan ribu rupiah; dan faktor produksi tenaga kerja yang berupa tenaga kerja produksi dan

tenaga kerja lainnya (dalam satuan ribu orang) yang berkaitan secara langsung dengan

kegiatan produksi industri pipa dan selang plastik nasional.

3.2. Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

(BPS), kementrian perindustrian dan sumber-sumber lainnya seperti literatur-literatur yang

menyediakan data-data tentang kerajinan di Indonesia.. Data sekunder yang diperoleh

meliputi data tenaga kerja, data bahan baku, modal , serta data-data lainnya yang berkaitan di

dalam penelitian.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi output

industri pipa dan selang plastik adalah cross sectional data dalam kurun waktu 2009.

Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 17 For Windows, yang

sebelumnya proses penghitungan dibantu dengan software Microsoft Office Excell 2007.

3.3. Metode Analisis 3.3.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis berdasarkan metode-metode yang berkaitan

dengan pengumpulan dan penyajian gugus data sehingga memberikan informasi yang

(13)

Page 13 analisis diagram garis. Analis deskriptif tersebut digunakan untuk memberikan gambaran

umum mengenai keadaan industri pipa dan selang plastik tahun 2009, antara lain mengenai,

perbandingan jumlah tenaga kerja, bahan baku dan data lain yang berhubungan dengan

analisis deskriptif.

3.3.2. Analisis Inferensia

3.3.2.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Model yang digunakan dalam menganalisis hubungan antara input dan output

produksi adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu

fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel dimana variabel yang satu

disebut sebagai variabel dependen, yaitu variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel-variabel

yang lain disebut sebagai variabel independen, yaitu variabel yang menjelaskan (X)

(Soekartawi,1993). Secara matematis fungsi tersebut dapat dituliskan dalam persamaan

berikut:

Y =

Dan apabila fungsi tersebut dilinearkan maka menjadi:

Ln Y = a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + u

Dimana:

Y = Output nominal industri pipa dan selang plastik pada tahun ke-t (ribu rupiah)

X1 = Bahan baku nominal industry pipa dan selang plastik pada tahun ke-t (ribu

rupiah)

X2 = Jumlah tenaga kerja industri pipa dan selang plastik pada tahun ke-t (ribu jiwa)

X3= Jumlah nominal modal industri pipa dan selang plastik pada tahun ke-t (ribu

rupiah)

a = Intersept

(14)

Page 14 u = residual

e = 2,1782….(logaritma natural)

Fungsi produksi Cobb-Douglas yang telah dilinearkan tersebut dapat digunakan untuk

menganalisis variabel-variabel pada persamaan dengan menggunakan analisis regresi linier

berganda dan metode Ordinary Least Square (OLS). Dari model tersebut kita juga dapat

mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing input terhadap output dimana koefisien

pangkat atau nilai parameter dari model tersebut sama dengan nilai elastisitasnya

(Sanimah,2006).

Untuk menentukan nilai skala hasil usaha (return to scale) yaitu dengan cara

menjumlahkan nilai koefisien regresi penduga dari masing-masing faktor produksi. Terdapat

tiga alternatif penilaian tentang skala usaha, yaitu :

1.Decreasing return to scale, jika (b1+b2+…+bn) < 1. Dapat diartikan bahwa proporsi

penambahan faktor produksi melebihi jumlah proporsi penambahan output

produksi.

2.Constant return to scale, jika (b1+b2+…+bn) = 1. Jika proporsi penambahan faktor

produksi akan proporsional dengan penambahan produksi yang diperoleh.

3.Increasing return to scale, jika (b1+b2+…+bn) >1. Artinya proporsi penambahan

faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi yang proporsinya lebih

besar.

Metode pengolahan data dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dimana

asumsi-asumsi dalam OLS adalah sebagai berikut (Gujarati,1995):

a. Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol

b. Ragam konstan (homoscedasticity)

c. Tidak ada hubungan antara variabel bebas dan error term

d. Tidak ada korelasi antara error (non-autocorrelation)

e. Tidak terdapat hubungan antar variabel bebas (non-multicolinearity)

f. Ragam error menyebar normal.

Jika asumsi di atas dapat dipenuhi dalam model regresi linier berganda, maka penduga

terkecilnya mempunyai ragam minimum yang merupakan penduga linier tak bias atau disebut

(15)

Page 15 3.3.2.2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat sejauh mana besar nilai

keragaman yang dapat dijelaskan oleh variable bebas (independen) terhadap variable tak

bebas (dependen). Uji ini menjelaskan persentase variasi total peubah tidak bebas yang

disebabkan oleh peubah bebasnya. Uji koefisien determinasi (R2) dapat dihitung dengan

menggunakan rumus di bawah ini:

kecocokan sempurna dengan variabel endogennya, sedangkan jika R2 bernilai nol, berarti

tidak terdapat kesesuaian antara variabel independen dengan dependennya.

3.3.2.3. Uji Statistik- F

Uji F Statistik digunakan dalam model persamaan regresi untuk membuktikan bahwa

seluruh koefisien regresi signifikan dalam menentukan nilai dari variabel dependen. Untuk

mengujinya dapat digunakan F statistic dengan rumus umum sebagai berikut:

(16)

Page 16 F-hitung > , maka Tolak H0

F-hitung < , maka Terima H0

Dimana:

n = banyaknya data

k = jumlah koefisien regresi dugaan

Jika Ho ditolak, berarti minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh

signifikan terhadap output industri pipa dan selang plastik. Sebaliknya, jika Gagal Tolak Ho,

maka tidak ada satupun variabel independen yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap

total output industri pipa dan selang plastik.

3.3.2.4. Uji Statistik- t

Uji t statistik digunakan untuk membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model

secara statistik bersifat signifikan atau tidak. Uji ini digunakan untuk melihat apakah secara

statistic koefisien regresi dari masing-masing variabel independen yang digunakan dalam

model secara terpisah berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

t- hitung =

t-tabel =

Hipotesis:

Ho : bi= 0 (i=1,2,…,k)

Hi : bi≠0

Kriteria uji:

t-hitung > , maka Tolak Ho t-hitung < , maka Terima Ho dimana:

(17)

Page 17 Jika nilai Ho ditolak, berarti variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen (output) di dalam model. Sebaliknya, jika Ho diterima, berarti variabel

independennya tidak berpengaruh signifikan terhadap output (variabel dependen).

3.3.2.5. Uji Asumsi Klasik

Estimasi parameter dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square)

mempunyai enam asumsi klasik yang harus dipenuhi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya

pelanggaran terhadap asumsi-asumsi klasik tersebut dapat dianalisis melalui uji

multikolinearitas, uji autokorelasi, uji normalitas, uji linearitas dan uji homoskedastisitas.

Apabila suatu model lulus kelima uji ekonometrik tersebut, maka dapat dikatakan bahwa

model tersebut menghasilkan nilai parameter BLUE (Best Linear Unbiased Estimator)

dimana hasil estimasinya valid.

3.3.2.5.1. Uji Non-Multikolinearitas

Tujuan asumsi model regresi linear klasik dengan tidak adanya multikolinearitas

yaitu agar parameter yang diestimasi mempunyai ketepatan yang tinggi. Multikolinearitas

yaitu adanya hubungan linear yang sempurna di antara beberapa atau semua variabel bebas

dalam regresi sehingga terdapat kesulitan dalam memisahkan pengaruh antara variabel

dependen dengan variabel independen dalam model. Multikolinearitas yang sering terjadi jika

nilai R2 tinggi yaitu ketika nilainya antara 0,7 sampai dengan 1. Konsekueni dari adanya

multikolinearitas adalah:

1.Nilai dari galat baku akan meningkat

2.Estimasi koefisien tidak dapat dilakukan

3.Probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah meningkat

4.Nilai t akan turun

(18)

Page 18 Untuk menguji ada atau tidaknya gejala multikolinearitas, dapat dilihat melalui nilai

VIF yang dicantumkan dalam output SPSS pada tabel Coefficients. Jika nilai VIF < 10, maka

asumsi non-multikolinearitas terpenuhi.

Untuk mendeteksi multikolinearitas, dapat juga dilakukan dengan melihat nilai

Variance Inflation Factor (VIF) yaitu suatu estimator yang akan meningkat akibat dari

keberadaan multikolinearitas. Adapun perolehan nilai VIF dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

Di mana adalah koefisien determinasi dari regresi berganda ketika Xk diregresikan

dengan p-2 variabel lainnya dalam model.Jika nilai VIF dari variabel-variabel independen

dalam penelitian ini lebih dari 5, maka peubah tersebut memiliki masalah multikolinearitas.

3.3.2.5.2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah gejala adanya korelasi antara serangkaian observasi yang

diurutkan menurut deret waktu atau time series. Adanya gejala autokorelasi dalam suatu

persamaan akan menyebabkan persamaan tersebut memiliki selang kepercayaan yang

semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat. Akibatnya, varian residual yang

diperoleh akan lebih rendah daripada seharusnya sehingga mengakibatkan R2 menjadi lebih

tinggi, hasil uji-t dan uji-F menjadi tidak sah dan penduga regresi akan menjadi sensitif

terhadap fluktuasi pengambilan sampel.

Uji yang sering digunakan untuk mendeteksi apakah pada data yang diamati terjadi

autokorelasi atau tidak adalah uji Durbin-Watson (uji-d). Namun, uji ini hanya dapat

digunakan untuk data dengan jumlah pengamatan yang kecil dan terdapat kelemahan yaitu

apabila nilai statistik-d jatuh pada kisaran angka dua, menandakan tidak terdapat

autokorelasi. Menurut Gujarati (1978), untuk mendeteksi keberadaan autokorelasi dapat

menggunakan besaran Durbin-Watson (uji d) yang didefinisikan dengan:

(19)

Page 19 Adapun aturan atau ketentuan uji Durbin-Watson adalah sebagai berikut:

Syarat Keputusan Kesimpulan

d < dL Tolak Ho Ada korelasi positif

dL≤ d ≤ dU Tidak ada keputusan Tidak dapat diambil kesimpulan

dU < d < 4-dU Tidak tolak Ho Tidak ada autokorelasi positif maupun negatif

4-dU≤ d ≤ 4

-dL

Tidak ada keputusan Tidak dapat diambil kesimpulan

d > 4-dL Tolak Ho Ada korelasi negatif

Keterangan dalam gambar:

3.3.2.5.3. Uji Homoskedastisitas

Asumsi yang dipakai dalam penerapan model regresi linier adalah varians dari setiap

error adalah konstan. Inilah yang disebut dengan asumsi homoskedastisitas atau varians yang

konstan.

Heteroskedastisitas adalah kondisi dimana asumsi di atas tidak tercapai. Dampak

adanya heteroskedastisitas adalah tidak efisiensnya proses estimasi, sementara hasil

estimasinya sendiri tetap konsisten dan tidak bias. Adanya heteroskedastisitas akan

(20)

Page 20 Uji homoskedastisitas maupun linearitas dapat dilihat melalui scatter plot antara nilai

residual (ei) dengan nilai estimasi y ( ̂) ataupun terhadap variable independen. Jika pada

scatter plot memperlihatkan sebaran data yang acak di sekitar garis origin, maka asumsi

homoskedastisitas dan linearitas terpenuhi

3.3.2.5.4. Uji Normalitas Residual

Uji normalitas sebaran galat dalam penelitian ini dapat diketahui melalui Normal P-P

Plot of Regression Standardized Residual. Jika pada NPP plot terlihat bahwa data tersebar di

sekitar garis lurus yang membentuk sudut 450, maka dapat disimpulkan bahwa galat (error)

mengikuti distribusi normal.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Deskriptif

Berdasarkan data tahun 2009 terdapat 53 perusahaan pipa dan selang plastik Sebanyak

53 perusahaan yang memberikan respon penuh, sehingga penelitian ini di lakukan terhadap

53 perusahaan industri indutri pipa dan selang plastik. Berdasarkan data yang diperoleh,

rata-rata produksi untuk 53 perusahaan tersebut adalah 54.295.785,58 ribu rupiah. Jumlah tenaga

kerja total dari seluruh perusahan industri indutri pipa dan selang plastik adalah sejumlah

6.764 orang. Dari keseluruhan jumlah tersebut terdapat 5.430 tenaga kerja laki-laki atau

sekitar 80,28% dari jumlah total serta 1.334 orang tenaga kerja perempuan atau sekitar 19,72

% dari total keseluruhan tenaga kerja. Sedangkan untuk bahan baku dari industri indutri pipa

dan selang plastik terdapat sejumlah total adalah 2.157.534.996 ribu rupiah. Dan untuk bahan

baku baku sendiri terdiri dari bahan baku lokal dan bahan baku impor dengan total bahan

baku lokal adalah sebesar 1.833.089.226 ribu rupiah dan bahan baku impor 324.445.770 ribu

(21)

Page 21 4.2. Analisis Inferensia

4.2.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Analisis yang digunakan pada kasus ini adalah analisis regresi berganda yang

bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja (X1), bahan baku (X2) dan

mesin (X3) terhadap produksi alat-alat dapur (Y). Berdasarkan hasil pengolahan SPSS

17.0 nilai-nilai pendugaan model regresi sebagai berikut:

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y

0,013 dan b3 = 0,921 dengan koefisien intersep b0 = 1,879 sehinga persamaan penduga regresi

lengkapnya yaitu :

(22)

Page 22 Berdasarkan hasil output tabel Coefficient di atas dapat diperoleh juga estimasi

parameter berupa estimasi interval (Interval estimation). Untuk b1 diperoleh angka 0.036

yang artinya ketika Ln X1 naik 1% maka Ln Y akan naik 0.036 atau terletak pada interval

-0.144 - 0.215 dengan asumsi variable lain dianggap konstan. Sementara itu, untuk b2

diperoleh angka 0,687 yang artinya ketika Ln X2 naik 1% maka Ln Y akan naik 0.013 atau

terletak pada interval -0.048 – 0.075 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Dan

untuk b3 diperoleh angka 0.921 yang artinya ketika Ln X3 naik 1% maka Ln Y akan naik

sebesar 0.921 atau terletak pada interval 0.833 – 1.010 dengan asumsi variabel bebas lainnya

konstan.

Sedangkan dari table Model Summary , diketahui R square sebesar 0.983 artinya

sebesar 98.3 % keragaman dalam Ln Y dapat dijelaskan oleh Ln X1, Ln X2, dan Ln

X3.Sedangkan sisanya dijelaskan oleh factor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model (

faktor-faktor diluar model (error)).

4.3.Pengujian Koefisien Regresi

4.3.1. Uji Statistik- F (Simultan Test)

Hipotesis yang ingin diuji adalah :

H0 : β1= β2= β3

H1: minimal ada satu βi yang tidak sama dengan 0, (i=1,2,3)

Taraf signifikansi yang digunakn adalah 0,05

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Regression 82.804 3 27.601 449.034 .000a

Residual 1.414 23 .061

Total 84.218 26

Dari hasil output table Anova di atas, diperoleh nilai statistik uji-F = 449.034 dengan

masing-masing derajat bebas regresi sebesar 3 (p-1) dan derajat bebas residual adalah 23.

(23)

Page 23 F pada tingkat signifikansi = 0,05dan derajat bebas 3 dan 23 diperoleh nilai F tabel sebesar

3.027998, maka berlaku hubungan:

( ) > ( ) , sehingga keputusan yang diambil

adalah menolak .

Pengujian juga dapat dilakukan dengan memperhatikan nilai p-value. ditolak jika

nilai p-value lebih kecil dari nilai . Dari output Anova diatas diperoleh nilai p-value sebesar

0,000 yang jauh lebih kecil dari nilai = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada tingkat

signifikansi = 0,05 dapat dinyatakan bahwa model yang digunakan sudah tepat.

4.3.2. Uji Statistik- t (Partial Test)

Hipotesis yang ingin diuji adalah :

H0 : βi = 0 , i=0,1,2,3

H1: βi≠ 0 , i=0,1,2,3

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

Coefficientsa

Berdasarkan tabel Coefficient di atas, diperoleh nilai statistik uji-t untuk konstanta

serta masing-masing variabel bebas. Selanjutnya nilai dari statistik uji ini dibandingkan

dengan nilai pada tabel t. Dari tabel t dengan tingkat signifikansi = 0,05 dan derajat bebas

(24)

Page 24

Dari hasil output tabel Coefficient diatas, didapatkan bahwa nilai signifikansi

(p-value) konstanta dan variabel bebas Ln X1 (tenaga kerja) serta Ln X2 (bahan baku) lebih kecil

dari = 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja (ln X1) dan bahan baku (ln

X2) tidak signifikan dalam mempengaruhi jumlah produksi (Ln Y) dengan tingkat signifikansi

= 0,05. Sehingga dengan tingkat kepercayaan 95%, dapat dinyatakan bahwa konstanta,

jumlah tenaga kerja dan bahan baku tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi pipa dan

selang plastik. Sedangkan nilai signifikansi variabel bebas mesin lebih kecil dari = 0,05.

sehingga dapat disimpulkan bahwa mesin (ln X3) berpengaruh secara signifikan terhadap Ln

Y (jumlah produksi). Jadi, dengan tingkat kepercayaan 95% dapat dinyatakan bahwa mesin

berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi pipa dan selang plastik.

4.3.3. Uji Kebaikan Suai (Goodness of Fit Test)

Model Summaryb a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Berdasarkan model tersebut, nilai adjusted R2 yang diperoleh adalah 0,983. Dengan

kata lain, dari model yang telah terbentuk sebesar 98,3% variabel bebas yaitu jumlah tenaga

kerja, bahan baku dan mesin yang digunakan dalam produksi dapat menjelaskan produksi

alat-alat dapur, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

(25)

Page 25 4.4. Pengujian Asumsi Regresi Klasik

4.4.1. Uji Normalitas Residual

Salah satu asumsi yang harus dipenuhi dalam membentuk persamaan regresi linear adalah asumsi bahwa error menyebar Normal N(0,σ2

). Hasil analisis terhadap kenormalan

(26)

Page 26 Dari Histogram standardized residual (residual yang distandarkan) diatas dapat

disimpulkan bahwa error nya berdistribusi mendekati normal.

Sedangkan dari hasil plot observed error terhadap expected error diatas, secara

langsung terlihat bahwa titik-titik yang menunjukkan sebaran residual, dimana

penyebarannya berada disekitar garis lurus (tidak menyebar jauh dari garis lurus) yang

membentuk sudut 450 terhadap sumbu vertikal dan horizontal yang mengindikasikan bahwa

errornya menyebar normal.namun untuk memastikan terpenuhi atau tidaknya asumsi

kenormalan, dilanjutkan dengan uji formal asumsi kenormalan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov yang dimodifikasi oleh Liliefors.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Standardized Residual

.143 27 .167 .957 27 .308

a. Lilliefors Significance Correction

Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0: ε ~ N(0,σ2) (Error berdistribusi Normal )

H1 : Error tidak berdistribusi Normal

Taraf signifikansi yang digunakan adalah α = 0,05

Kriteria pengambilan keputusan : Tolak H0 jika P-value < α

Dari Output Test Of Normality diatas, Nilai P-value (2 arah) untuk Kolmogorov

Smirnov Test diperoleh nilai P-value = 0,167 > 0,05 sehingga pada taraf signifikansi 0,05 kita

gagal menolak H0 yang artinya error berdistribusi Normal. Serupa halnya dengan test

Shapiro-Wilks dengan P-value sebesar 0,308 > 0,05 maka keputusannya adalah gagal tolak

(27)

Page 27 4.4.2. Uji Homoskedastisitas

Pemeriksaan secara grafik melalui plot antara Residual terhadap variable tak bebas

adalah sebagai berikut :

Dari plot residual terhadap Ln X1 terlihat bahwa residualnya menyebar secara acak

disekitar garis e = 0 (rata-rata residual adalah 0) yang mengindikasikan tidak terjadi

(28)

Page 28 Dari plot residual terhadap Ln X2 terlihat bahwa residualnya menyebar secara acak

disekitar garis e = 0 (rata-rata residual adalah 0) yang mengindikasikan tidak terjadi

(29)

Page 29 Dari plot residual terhadap Ln X3 terlihat bahwa residualnya menyebar secara acak

disekitar garis e = 0 (rata-rata residual adalah 0) yang mengindikasikan tidak terjadi

heteroskedastisitas error terhadap Ln X3

Uji adanya heteroskedastisitas dapat pula diperoleh dengan cara meregresikan nilai

mutlak residual sebagai dependent variable dengan Ln X1, Ln X2 dan Ln X3, lalu dilakukan

pengujian koefisien regresinya. Dengan persamaan regresinya :

| |

Dengan mmembentuk persamaan regresi antara residual terhadap ketiga variable bebas

itu, maka akan kita dapatkan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .451 .539 .838 .411

Ln_X1 .021 .049 .165 .436 .667

Ln_X2 .008 .017 .121 .494 .626

Ln_X3 -.024 .024 -.330 -.979 .338

a. Dependent Variable: Abs_residual

Taraf signifikansi yang digunakan yaitu 0,05 dengan kriteria keputusan ada

heteroskedastisitas terhadap salah satu variabel bebas jika P-value < 0,05 atau thitung >

t(23;0,05)

Dari hasil output SPSS diatas, dapat dilihat bahwa tidak ada satupun variabel bebas

yang signifikan mempengaruhi error karena semua nilai Sig. yang lebih besar dari 0,05

Jadi, kesimpulannya adalah tidak terdapat masalah dengan heteroskedastisitas. Atau

(30)

Page 30

Dari hasil output Coefficient diatas, diperoleh besaran VIF dan nilai tolerance untuk

masing-masing variabel masih jauh dibawah 10 maka dapat dinyatakan bahwa tidak terjadi

masalah multikolinieritas dalam model. Jadi asumsi non multikolinieritas dalam model

terpenuhi.

4.4.4. Uji Non- Autokorelasi

Hipotesis yang ingin diuji yaitu :

H0 : Tidak terjadi autokorelasi

H1: Terjadi autokorelasi

Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05 dengan kriteria penolakan yaitu jika dL

< d* < dU maka terjadi masalah autokorelasi positif dan jika 4-dU < d* < 4-dL maka terjadi

masalah autokorelasi negative. Selain itu jika dU < d* < 4-dU maka tidak terjadi masalah

autokorelasi.

a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

(31)

Page 31 Dari hasil output SPSS 17.0 diatas, diperoleh nilai Statistik uji d* = 2,018. Dari tabel d Durbin-Watson dengan tingkat signifikansi = 0,05 , jumlah observasi 27 dan jumlah

variabel bebas 3 diperoleh nilai = 1,16 dan = 1,65. Maka berlaku :

Sehingga berdasarkan pengujian, keputusan yang diambil adalah tidak tolak atau dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi baik yang positif maupun yang negatif.

4.5.Analisis Elastisitas Produksi

Berdasarkan hasil pendugaan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa atau

Ordinary Least Square (OLS) yang telah dilakukan sebelumnya, maka selanjutnya persamaan

fungsi produksi idustri alat-alat dapur ini dikembalikan ke bentuk aslinya yaitu fungsi

produksi Cobb-Douglass sebagai sebagai berikut:

̂ = ̂ = 6,5469 dengan:

Q : produksi pipa dan selang plastik ( ribu rupiah)

: jumlah tenaga kerja (orang)

: bahan baku ( ribu rupiah)

: mesin ( ribu rupiah)

Dari fungsi tersebut, diperoleh besaran koefisien elastisitas dari masing-masing faktor

produksi. Besaran koefisien elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Elastisitas produksi dari jumlah tenaga kerja sebesar 0,036. Artinya setiap

peningkatan 1 % jumlah tenaga kerja dalam proses produksi pipa dan selang

(32)

Page 32 2. Elastisitas produksi dari bahan baku sebesar 0,013. Artinya setiap peningkatan 1 %

bahan baku dalam proses produksi pipa dan selang plastic akan meningkatkan

produksi alat-alat dapur sebesar 0,013%.

3. Elastisitas produksi dari mesin sebesar 0,921. Artinya setiap peningkatan 1 %

jumlah mesin dalam proses produksi pipa dan selang plastik akan meningkatkan

produksi pipa dan selang palstik sebesar 0,921%.

Selain elastisitas produksi dapat juga dilihat skala produksinya. Kondisi skala

produksi ini diukur dari besarnya nilai return to scale, yang diperoleh dengan menjumlahkan

semua nilai koefisien elastistisitas produksi dari setiap input produksi yang terdapat dalam

fungsi Cobb-Douglas. Hasilnya adalah 0,97 yang artinya skala hasil usaha berada pada

kondisi decreasing return to scale yang berarti setiap jumlah input yang ditambahkan ke

dalam proses produksi hanya akan menghasilkan jumlah output yang lebih kecil daripada

penambahan jumlah input.

4.6.Analisis Produksi

Pada tahun 2010, dari 53 perusahaan yang bergerak di bidang industri pipa dan selang

plastic diperoleh total tenaga kerja sebanyak 6764 orang, total bahan baku sebesar

2.157.534.996 (ribu rupiah) dan total mesin sebesar 152.808.795 (ribu rupiah). Berdasarkan

hasil tersebut dapat diperoleh nilai rata-rata dari masing-masing input terhadap produksi.

1. Tenaga Kerja

Artinya, rata-rata produksi pipa dan selang plastik yang dihasilkan oleh setiap pekerja

sebesar 425.440,07 (ribu rupiah).

2. Bahan baku

Artinya, rata-rata produksi pipa dan selang plastik yang dihasilkan oleh setiap unit

(33)

Page 33 3. Mesin

Artinya, rata-rata produksi pipa dan selang plastik yang dihasilkan oleh setiap mesin

(ribu rupiah) sebesar 18,8318 (ribu rupiah).

Berdasarkan hasil elastisitas produksi dan nilai rata-rata di atas dapat diperoleh nilai

marjinal masing-masing input terhadap produksi.

1. Tenaga Kerja

Artinya, setiap penambahan satu orang tenaga kerja akan menambah produksi sebesar

50.258,7439 (ribu rupiah).

2. Bahan baku

Artinya, setiap penambahan bahan baku satu satuan (ribu rupiah) akan menambah

produksi sebesar 0,0173 (ribu rupiah).

3. Mesin

Artinya, setiap penambahan mesin sebesar satu satuan (ribu rupiah) akan menurunkan

produksi sebesar 18,8318 (ribu rupiah).

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Koefisien deteminasi (R2adj) sebesar 0,983 yang berarti keragaman variabel terikat

(produksi) dapat dijelaskan oleh variabel bebas (Tenaga Kerja, Bahan Baku dan Mesin)

sebesar 98,3 % dan sisanya sebesar 1,7 % dijelaskan oleh variabel bebas lain yang tidak

(34)

Page 34 2. Secara parsial, hasil analisis menunjukkan bahwa :

a. Variabel tenaga kerja berpengaruh positif dan dan tidak signifikan terhadap

produksi pipa dan selang plastik pada tingkat signifikansi α = 5 %.

b. Variabel bahan baku berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

produksi pipa dan selang plastik pada tingkat signifikansi α = 5 %.

c. Variabel mesin berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi pipa dan

selang plastik pada tingkat signifikansi α = 5 %.

3. Dilihat dari nilai elastisitasnya, hasil analisis menunjukkan bahwa :

a. Variabel tenaga kerja dan bahan baku adalah inelastis karena nilainya kurang

dari 0,6.

b. Variabel mesin adalah elastis karena nilainya lebih dari 0,6.

4. Skala produksi industry pipadan selang plastik berada pada nilai kurang dari 1

yaitu 0,97 maka industry berada pada kondisi decreasing return to scale yang

berarti bahwa proporsi penambahan faktor produksi yang melebihi proporsi

penambahan output yang diproduksi.

DAFTAR PUSTAKA

Yamin, sofyan, Lien A. Rachmah, dan Heri Kurniawan.2011. Regesi dan Korelasi Dalam

Genggaman Anda. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Neter, John, William wasserman and Michael K. Kutner.1989. Applied Linear Regression

Models. Richard D. Irwin Inc.

Ronald E.Walpole. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Gujarati, Damodar. 1996. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.

Soekartawi. 1994. Teori Ekonomi Produksi: Dengan Pokok Analisis Fungsi Cobb-Douglas.

(35)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman tomat yang dibantu penyerbukannya oleh lebah terjadi peningkatan ukuran buah dan jumlah biji per buah dibandingkan dengan penyerbukan sendiri atau tanpa

Hubungan Antara Gaya Belajar dengan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA pada Subkonsep Penginderaan.. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi UPI:

Gambarkan orbital hybrid sp, sp2, sp3 Gambaran

Berdasarkan hasil penelitian pada petak hutan tanaman Jati dengan kelas umur yang berbeda (KU II  V) dapat disimpulkan bahwa komposisi jenis tumbuhan bawah

[r]

Bagian Utara pada titik VES7 lebih di dominasi oleh lapisan material lempung marin berselang-seling dengan lanau dan pasir halus yang diindikasi sebagai lapisan jenuh airtanah

This research was aimed at finding out: (1) whether or not Collaborative Writing Technique is more effective than Direct Instruction in teaching writing of

atas segala rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Hukum di Fakultas