PERUNDANG-UNDANGAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN
KERJA
Oleh :
Pendahuluan
• Kesehatan danKeselamatan kerja harus mempunyai landasan
hukum agar hak-hak hukum pelaksana dan tenaga kerja sendiri terlindungi
• pelaksanaan perlindungan dan perawatan tenaga
kerja terhadap kesehatan dan keselamatan di tempat kerja perlu dijamin
• Pelaksanaan pelayanan K3 didasari oleh hak setiap tenaga kerja yang dalam melaksanakan pekerjaannya untuk mendapat perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerjanya
• Untuk melaksanaan hal tersebut perlu diketahui pembinaan norma-norma perlindungan kerja.
• Pembinaan norma-norma
perlindungan kerja diwujudkan dalam undang-undang dan
peraturan K-3 yang memuat
ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan dan kesehatan kerja serta hal-hal lainnya yang terkait dengan keselamatan dan kesehatan pekerja, serta pelaksana dari
Acuan awal penyusunan
•
Veiligheidsreglament
tahun 1910
•
Undang-undang nomor
14 tahun 1969 tentang
ketentuaan pokok
mengenai tenaga kerja
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan anda mampu memahami
perundang-undangan K3 yang terdiri dari
:
• Undang-undang • Peraturan Menteri
• Peraturan Pemerintah • Keppres
Undang-undang
• UU UAP tahun 1930
• UU no 3 tahun 1969
• UU no. 14 tahun 1969
• UU no. 1 tahun 1970
• UU no. 3 tahun 1992
Peraturan Pemerintah
• Peraturan UAP tahun
1930
• PP RI no. 7 tahun 1973
• PP RI no. 19 tahun 1973
• PP RI no. 11 tahun 1975
• Kepres RI no 22 tahun
Peraturan Menteri
• PM perburuhan no. 7 tahun
1964
• Permenaker no 1 tahun
1976
• Permenaker Transkop no. 1
tahun 1978
• Permenaker no. 3 tahun
1978
• Permenaker 04/1985
• Permenaker 05/1985
• Keputusan bersama menaker
dan Men PU no.174/1986
• Permenaker 04/1987
• Permenaker no. 01/1988
• Permenaker 04/1988
• Permenaker
01/1989Permenaker 02/1989
• Permenaker 02/1992
Keputusan Menteri Tenaga
Kerja
A.1 Undang-undang Nomor 13
Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan
• Merupakan produk perundang-undang terbaru yang mengatur masalah ketenagakerjaan di
Indonesia terdiri dari 18 bab dan 192 pasal
• Pengaturan mengenai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga Kerja
terdapat pada pasal 86 dan 87 yang tercantum pada Bab X paragraf ke 5 yaitu bab yang membahas mengenai
pasal 86
•
ayat (1) setiap pekerja/
buruh mempunyai hak
untuk memperoleh
perlindungan atas
keselamatan dan
kesehatan kerja, moral
dan kesusilaan, dan
perlakuan yang sesuai
dengan harkat dan
martabat manusia
• Ayat (2) untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan
kesehatan kerja
•
ayat (3) perlindungan
sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat
(1) dan (2)
dilaksanakan sesuai
dengan
perundang-undangan yang
pasal 87
• ayat (1) setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang
terintegrasi dengan system manajemen perusahaan.
• ayat (2) ketentuan-ketentuan mengenai penerapan system manajemen kesehatan dan keselamatan kerja
sanksi
tidak diterapkannya pasal 87 dari Undang-undang ini
tercantum pada pasal 190 yaitu dikenakan sanksi adminstratif
berupa teguran, peringatan tertulis, pembatasan kegiatan
usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembatalan persetujuan,
pembatalan
pendaftaran,penghentian sementara atau sebagian atau
seluruh alat produksi dampai sanksi terberat yakni
A.2 Undang-undang RI No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan
setiap tenaga kerja mempunyai hak
memperoleh perlindungan atas :
• Keselamatan dan kesehatan kerja
• Moral dan kesusilaan
A.3 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembar Negara No. 55 tahun
1969)
• pasal 9 : tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta
perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.
• pasal 10 :kewajiban pemerintah
untuk membina perlindungan kerja yang mencakup norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja dan hygene perusahaan, norma kerja,
dan pemberian ganti rugi, perawatan dan rehabilitasi dalam kecelakaan
A.4 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja • Bab I : istilah-istilah, dalam pasal 1
dijelaskan tentang pengertian dari tempat kerja, pengurus, pengusaha, direktur,pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja.
• Bab II : ruang lingkup undang-undang keselamatan kerja,
• bab III : syarat-syarat keselamatan kerja,
• bab IV : pengawasan,
• bab V : pembinaan,
• bab VI : panitian pembina keselamatan dan kesehatan kerja,
• bab VII : kecelakaan,
• bab VIII : kewajiban dan hak tenaga kerja,
• bab IX : kewajiban bila memasuki tempat kerja,
• bab X : kewajiban pengurus,
A.5 Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Bab XII, pasal 164,165 dan 166
,)
UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya Bab XII Kesehatan Kerja pada pasal
164-166, secara tegas menyatakan tentang tujuan, sasaran, peran dan
tanggung jawab pemerintah, kewajiban dan tanggung jawab
pengelola tempat kerja,
majikan/pengusaha dan kewajiban pekerja dalam upaya kesehatan
• ditujukan untuk
melindungi pekerja agar
hidup sehat dan
• terbebas dari gangguan
kesehatan serta pengaruh
buruk
• produktiftas kerja yang
optimal. Berdasarkan hal
tersebut,
• pemerintah wajib
membina dan
melaksanakan upaya
• kesehatan kerja dengan
melibatkan seluruh
komponen
• Setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja
• Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagimana dimaksud
pada point 1, 2, dan 3
ditetapkan dengan peraturan pemerintah
• Tempat kerja yang tidak
memenuhi ketentuan kesehatan kerja dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau pidana denda paling
A.6 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial
Tenaga Kerja
setiap perusahaan wajib
melakukan JAMSOSTEK yakni perlindungan bagi tenaga
kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai
pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan
sebagai akibat peristiwa
ataukeadaan yangdialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan
Penyelenggaraan JAMSOSTEK
mempunyai ruang lingkup meliputi :
• Jaminan kecelakaan
• Jaminan Kematian
• Jaminan Hari Tua
B.1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per-01/Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.
• Peraturan ini mewajibkan kepada setiap perusahaan yang memperkerjakan para medis untuk mengirimkan
• Penyelenggaraan pelatihan dalam lapangan hygene
perusahaan, kesehatan dan keselamatan kerja
dilaksanakan oleh Pusat dan Balai Bina Hygene Perusahaan dan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, selanjutnya balai ini melaporkan
tugas-tugas tersebut kepada Direktur Jenderal Perlindungan dan
• Bagi perusahaan yang tidak melaksanakan
ketentuan-ketentuan dalam peraturan ini diancam dengan hukuman
sebagaimana dimaksud pada pasal 15 ayat (2)
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Sedangkan pengawasan
terhadap ditaati atau tidaknya peraturan ini dilakukan oleh Pegawai Pengawas
B.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No.
Per.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
1. Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam
penyesuaian diri baik fsik maupun mental, terutama dalam penyesuaian
pekerjaan dengan tenaga kerja
3. Meningkatkan kesehatan
badan, kondisi mental
(rohani) dan kemampuan
fsik tenaga kerja
4. Memberikan pengobatan
dan perawatan serta
• Memajukan kebersihan dan
ketertiban
• Mendapat penerangan
yang cukup dan memenuhi
syarat untuk melakukan
pekerjaan
• Mendapat suhu yang layak
dan peredaran udara yang
cukup
b.4 Permenaker RI Nomor : Per.05/MEN/ 1996 Tentang SMK3
• Terdiri dari 10 bab, 12 Pasal
• Bab I mengenai ketentuan umum • Bab II Tujuan dan sasaran SMK3 • Bab III Penerapan SMK3
• BAb IV Audit SMK3
• Bab V Kewenangan Direktur
• Bab VI Mekanisme Pelaksanaan Audit
• Bab VII Sertifkasi K3
• Bab VIII Pembinaan dan pengawasan
• BAb IX Pembiayaan
C.1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja
• penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. • Setiap tenaga kerja yang menderita
penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak mendapat mendapat
jaminan kecelakaan kerja baik pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja berakhir.
• Hak atas jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja yang hubungan kerjanya telah berakhir diberikan apabila
penyakit tersebut timbul dalam waktu paling lama 3 (tiga) tahun terhitung